PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA SMA :Studi Pengembangan di SMA Darul Hikam Bandung.

(1)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN……….. i

ABSTRAK………... ii

KATA PENGANTAR………. iii

UCAPAN TERIMA KASIH……… v

DAFTAR ISI……… viii

DAFTAR TABEL……… x

DAFTAR GAMBAR………... xi

DAFTAR LAMPIRAN……… xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah………. 1

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah……… 9

C. Tujuan Penelitian………... 12

D. Manfaat Penelitian………. 13

E. Metode Penelitian……….. 15

F. Populasi dan Sampel Penelitian………... 16

BAB II KAJIAN PUSTAKA BIMBINGAN DAN KONSELING UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA A. Konsep Kedisiplinan siswa……….. 17

B. Peran Sekolah dalam Menanamkan Sikap Disiplin Siswa 30

C. Konsep Perkembangan remaja……….. 33

D. Konsep Dasar Bimbingan……….. 48

E. Meningkatkan Kedisiplinan Siswa Melalui Bimbingan 68

Pribadi Sosial F. Bimbingan Konseling Perkembangan……….. 77

G. Program Bimbingan Pribadi sosial Bagi Peningkatan 96

Kedisiplinan Siswa……… BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian……….. 100

B. Definisi Operasional Penelitian……… 103

C. Instrumen Penelitian………. 104

D. Penentuan Sampel Penelitian…..………. 114

E. Teknik Pengumpulan Data.……….. 118

F. Prosedur Penelitian dan Teknik Pengolahan Data.…….. 119


(2)

A. Gambaran Kedisiplinan Siswa Secara Umum…………. 125 B. Gambaran Kedisiplinan Siswa berdasarkan Aspek…….. 128 C. Program Bimbingan Pribadi Sosial berdasarkan Profil

Kedisiplinan Siswa……… 135 D. Hasil Penimbangan Program Bimbingan Pribadi-Sosial

untuk Meningkatkan Kedisiplinan Siswa…….……….. 152

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan……… 153 B. Rekomendasi………. 154


(3)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sadar akan hakikatnya, setiap manusia di muka bumi ini selalu berbuat untuk hal yang lebih baik. Untuk mengubah perilaku menuju ke hal yang lebih baik itu tidaklah semudah yang dibayangkan. Perubahan itu melalui perjalanan yang panjang, berjenjang, dan berkesinambungan. Satu-satunya jalur yang dapat ditempuh yakni pendidikan.

Pendidikan di seluruh dunia kini sedang mengkaji kembali perlunya pendidikan moral atau pendidikan budi pekerti atau pendidikan karakter. Hal ini bukan hanya dirasakan oleh bangsa dan masyarakat Indonesia tetapi juga oleh Negara-negara maju. Bahkan di negara-negara industri dimana ikatan moral sudah semakin longgar, masyarakatnya sudah mulai merasakan perlunya pendidikan moral yang pada akhir-akhir ini mulai ditelantarkan.

Masalah pendidikan tidak lepas dari keberadaan siswa yaitu orang yang terlibat langsung dalam dunia pendidikan. Dalam perkembangannya harus melalui proses belajar. Termasuk di dalamnya belajar mengenal diri, belajar mengenal orang lain, dan belajar mengenal lingkungan sekitarnya. Ini dilakukan agar siswa dapat mengetahui dan menempatkan posisinya di tengah-tengah masyarakat sekaligus mampu mengendalikan diri.


(4)

Kedisiplinan siswa menjadi sangat berarti bagi kemajuan sekolah (Nursisto, 2002:78). Di sekolah yang tertib akan selalu menciptakan proses pembelajaran yang baik. Sebaliknya, pada sekolah yang tidak tertib kondisinya akan jauh berbeda. Pelanggaran-pelanggaran yang terjadi sudah dianggap barang biasa dan untuk memperbaiki keadaan yang demikian tidaklah mudah. Hal ini diperlukan kerja keras dari berbagai pihak untuk mengubahnya, sehingga berbagai jenis pelanggaran terhadap disiplin dan tata tertib sekolah tersebut perlu dicegah dan ditangkal.

Membicarakan tentang kedisiplinan sekolah tidak bisa dilepaskan dengan persoalan perilaku negatif siswa. Perilaku negatif yang terjadi di kalangan siswa remaja pada akhir-akhir ini tampaknya sudah sangat mengkhawatirkan, seperti: kehidupan sex bebas, keterlibatan dalam narkoba, gang motor dan berbagai tindakan yang menjurus ke arah kriminal lainnya, yang tidak hanya dapat merugikan diri sendiri, tetapi juga merugikan masyarakat umum (Harian pikiran rakyat, kamis 18 Desember 2008).

Di lingkungan internal sekolah pun pelanggaran terhadap berbagai aturan dan tata tertib sekolah masih sering ditemukan yang merentang dari pelanggaran tingkat ringan sampai dengan pelanggaran tingkat tinggi, seperti: kasus bolos, perkelahian atau tawuran, nyontek, pemalakan, pencurian dan bentuk-bentuk penyimpangan perilaku lainnya.

Menyimak dan menyaksikan pemberitaan di media massa dan elektronik akhir-akhir ini menggambarkan bahwa tingkat kedisiplinan siswa


(5)

umumnya masih tergolong memprihatinkan. Kuantitas pelanggaran yang dilakukan oleh siswa semakin bertambah dari waktu ke waktu. Beberapa masalah yang kerap terjadi di sekolah, dan barangkali hal ini juga terjadi hampir di semua sekolah diantaranya: (1) mengabaikan atau pelanggaran tata

tertib sekolah, khususnya tentang berpakaian dan berpenampilan; (2) membolos pada mata pelajaran tertentu; (3) merokok di lingkungan

sekolah; (4) terlambat masuk sekolah; (5) berpacaran di lingkungan sekolah yang cenderung agresif, ditempat terbuka, tanpa ada perasaan malu atau risih;

(6) geng siswa, atau kelompok siswa dengan tanpa identitas jelas; (7) pertikaian antar siswa; (8) perkelahian antar sekolah; (9) hegemoni siswa

senior; (10) rovokasi cenderung negatif dari alumni; (11) tidak peduli terhadap kebersihan dan keindahan lingkungannya, termasuk coret mencoret dinding sekolah dan fasilitas sekolah; (12) penggunaan psikotropika dan narkotika; (13) nongkrong di luar area sekolah, seperti tempat game atau internet; (14) pencurian barang siswa lain saat lengah; (15) malas belajar; (16) tidak mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru.

Hasil penelitian terhadap kenakalan remaja (Masngudin HMS, 2007) pada umumnya dikategorikan sebagai anak bersekolah di kota besar dilihat dari bentuk dan persentasenya adalah sebagai berikut: (1) berbohong 100%; (2) pergi keluar rumah tanpa pamit 100%; (3) keluyuran 93.3%; (4) begadang 98.3%; (5) minum-minuman keras 83.3%; (6) penyalahgunaan narkotika 73.3%; (7) kebut-kebutan 63.3%; (8) berkelahi dengan teman 56.7%;


(6)

(9) hubungan sex di luar nikah 40%; (10) berjudi 33.3%; (11) membolos 23.3%; (12) melihat gambar porno 23.3%; (13) menonton film forno 16.7%

Tumbuh kembangnya perilaku buruk menurut Dreikuns dan Cossel (1994) berdasarkan hasil pengamatannya menjelaskan bahwa perilaku buruk yang muncul pada anak didik secara spesifik terkristalisasi menjadi: (1) untuk menarik perhatian; (2) untuk mendapatkan kekuasaan; (3) dipicu perasaan dendam; dan (4) mempertontonkan kekuranganya.

Untuk lebih jelasnya pengertian masing-masing aspek yang dimaksud dapat disimak dari contoh-contoh kasus berikut: pada kasus untuk menarik perhatian orang lain, guru atau orang tua, anak biasanya menggunakan 2 cara yaitu melalui perilaku aktif distruktif dan pasif deskriftif. Pertama, pada khususnya aktif distruktif, anak menjalankan aksinya dengan cara melakukan kebaikan yang sangat mencolok untuk menutupi “Kekuatan Buruk” yang sebenarnya itikad jelek pada siswa. Lantaran intensitas melakukan perbuatan tersebut bukan untuk belajar atau bekerjasama, melainkan berusaha menonjolkan dalam rangka menarik perhatian khusus. Kekeliruan anak dalam menyesuaikan diri lewat menarik perhatian, akan tampak lebih jelas manakala pujian atau perhatian yang diharapkan tidak berhasil di dapatkan, maka sikap anak baik yang dilakukan akan berakhir.

Kedua, pada kasus pasif distruktif, anak menjalankan aksinya untuk menarik perhatian dalam format “anak manis, anak kesayangan guru atau anak perlu belas kasihan semakin banyak usaha yang dilakukan oleh anak


(7)

untuk mencapai tujuannya makin tinggi perhatian yang diharapkan oleh anak, namun bila perhatian yang diharapkan dari guru tidak sepadan dengan usaha yang dilakukan, maka anak tidak bergairah lagi untuk belajar efeknya cenderung menjadi pemalas, bahkan kearah yang negatif. Jika orang tua atau guru tidak segera mengambil tindakan dalam menghadapi tuntutan anak untuk memperoleh perhatian yang berlebihan tersebut, biasanya anak akan melakukan ekpasi terhadap kekuasaannya agar menjadi penguasa pada diri anak akan tumbuh pikiran-pikiran yang menjurus salah seperti sifat ego pribadi yang penting bagi saya orang lain masa bodoh, jika sifat berkuasa pada siswa muncul di kelas, biasanya guru akan berpikir bahwa eksistensinya sebagai penguasa kelas, biasanya guru melakukan serangan balik untuk meredam munculnya bibit kekuasaan pada siswa dan jika langkah tersebut benar-benar dilakukan oleh guru, barang kali sama halnya guru telah menuangkan bensin kedalam api yang menyala.

Secara garis besar banyaknya pelanggaran yang dilakukan oleh siswa akan berpengaruh terhadap kemajuan dan prestasi belajar di sekolah. Tentu saja, semua itu membutuhkan upaya pencegahan dan penanggulangannya, dan di sinilah arti penting disiplin sekolah.

Kedisiplinan siswa sering kali kita dengar sebagai suatu masalah di sebuah sekolah, apalagi pada jenjang sekolah menengah yang siswa- siswanya beranjak dewasa dan mulai belajar mengenal jati diri pribadinya, dimana siswa sering melakukan pelanggaran di sekolah. Dalam kaitanya


(8)

dengan penegakkan kedisiplinan, masih ada guru yang menggunakan hukuman dalam penegakkan disiplin di sekolah. Bahkan di jaman tahun 80 an sekolah-sekolah yang dianggap baik terkenal karena peraturan yang ketat dan disiplin yang tinggi. “Sekolah itu bagus karena disiplinnya kuat sekali, buktinya tiap ada anak yang melanggar peraturan dihukum dengan hukuman yang berat.” Komentar para orang tua siswa di jaman itu. Demikianlah dijaman itu sekolah yang pandai menghukum siswanya dengan hukuman berat malah diburu para calon orang tua siswa.

Banyak pihak yang masih menghubungkan penegakan disiplin di sekolah dengan menghukum siswa. Padahal kedua-duanya tidak saling berhubungan. Karena terbukti penegakan disiplin dengan hukuman hanya akan membuahkan sikap disiplin yang semu yang lahir karena ketakutan bukan karena lahirnya kesadaran akan perbaikan perilaku.

Banyak contoh penerapan disiplin siswa di sekolah yang mengarah pada penerapan pendisiplinan dengan kekuatan fisik, seperti yang terjadi di IPDN Jati Nangor Jawa Barat sehingga megakibatkan korban baik meninggal atau cacat fisik, tetapi yang lebih parah lagi adalah psikis (mental) sehingga anak didik akan merasa dendam dan akan membalasnya kepada adik-adik tingkatnya dengan dalil pendisiplinan.

Bila anak tidak mampu lagi melakukan perlawanan untuk mendapatkan kekuasaannya maka anak akan mencari cara lain, untuk melakukan tindakan pembalasan yakni dendam, munculnya sifat dendam


(9)

pada anak biasannya perasaan anak yang terpukul yang disebabkan oleh perilaku guru baik secara batin (kata-kata yang menyakitkan) maupun Fisik (Mohammad Efendi, 2006)

Di SMA Darul Hikam yang merupakan objek penelitian penulis, dalam melaksanankan penerapan sikap disiplin siswa ternyata masih jauh dari harapan sekolah, terbukti dengan masih adanya siswa yang melanggar tata tertib sekolah seperti tidak membuat tugas, terlambat datang ke sekolah, berbohong, mengaktifkan handphone saat jam belajar, tidak berboncengan motor antara laki-laki dan perempuan, terlambat masuk kelas setelah jam istirahat, pemakaian seragam yang tidak lengkap, bagi siswa laki-laki rambut yang kurang rapi, dan bagi siswa perempuan jilbab yang tidak memakai kerudung dalam.

Menurut guru bimbingan konseling di sekolah tersebut, yang melatar belakangi siswa melakukan sikap tidak disiplin diantaranya lemahnya perhatian orang tua kepada anaknya dikarenakan orang tua selalu sibuk dengan urusan ekonomi, orang tua yang otoriter, pengaruh pergaulan dilingkungan sekitar anak , adanya perkembangan media elektronik, kurang demokratisnya pendekatan dari orang tua, lingkungan keluarga yang notabenenya keluarga tingkat ekonomi menengah ke atas sehingga anak kurang mandiri dan manja, mencari perhatian guru, ego yang tinggi, dan anak tinggal tidak dengan orangtuanya melainkan dengan saudara atau


(10)

kerabatnya. Karakter siswa tersebut menimbulkan sulitnya menanamkan disiplin, terutama disiplin ketika siswa datang ke sekolah tepat waktu.

Berkaitan dengan permasalahan di atas, penulis pada penelitian yang akan dilakukan, mengangkat judul “PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING PRIBADI SOSIAL UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA SMA TAHUN AJARAN 2009/2010”. Dengan harapan agar dalam menegakkan kedisiplinan siswa hendaknya setiap penegak disiplin sekolah dapat menerapkan metode bagaimana meningkatkan kedisiplinan siswa dengan kesadaran sendiri dan penuh tanggung jawab dan mengubah pola penerapan disiplin tidak dengan hukuman berat. Disinilah pentingnya peran guru bimbingan konseling. Pelayanan bimbingan dan konseling dapat mengoptimalkan perkembangan anak-anak dan remaja, dengan alasan pertama, pemberian layanan bantuan dalam bimbingan dan konseling didahului oleh upaya-upaya pemahaman kemampuan, karakteristik dan kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh para peserta didik. Kedua, pemberian layanan bimbingan konseling dilaksanakan secara individual, kelompok, klasikal dan massal.

Setiap layanan dan kegiatan bimbingan konseling, termasuk materi bimbingan yang akan dilaksanakan seyogyanya dapat secara langsung mengacu pada satu atau lebih fungsi-fungsi bimbingan konseling agar hasil yang akan dicapai secara jelas dapat diidentifikasi dan dievaluasi.


(11)

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah

Pada penelitian ini masalah dibatasi pada meningkatkan kedisiplinan siswa melalui bimbingan pribadi sosial. Untuk itu akan diuraikan secara singkat mengenai kedisiplinan siswa dan bimbingan pribadi sosial. Kedisiplinan adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukan nilai yaitu nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan ketertiban. Kedisiplinan dalam proses pendidikan sangat diperlukan karena bukan hanya untuk menjaga kondisi suasana belajar dan mengajar berjalan dengan lancar, tetapi juga untuk menciptakan pribadi yang kuat bagi setiap siswa. Disiplin sekolah merupakan keseluruhan ukuran bagi tindakan-tindakan yang menjamin kondisi-kondisi moral yang diperlukan, sehingga proses pendidikan berjalan lancar dan tidak terganggu. Adanya kedisiplinan dapat menjadi semacam tindakan preventif dan menyingkirkan hal-hal yang membahayakan hidup kalangan pelajar.

Di sekolah masalah disiplin siswa tidak pernah selesai, berbagai cara telah dilakukan oleh sekolah demi tegaknya kedisiplinan. Di Darul Hikam kedisiplinan siswa adalah faktor utama dalam keberhasilan proses pembelajaran. Upaya-upaya dalam penegakkan kedisiplinan telah dilakukan seperti pemberian hukuman bagi yang melanggar dan memberikan penghargaan bagi siswa yang selalu mentaati tata tertib sekolah. Hukuman yang diberikan tentunya bersifat edukatif seperti dengan memberikan hafalan ayat-ayat Al-Qur’an, membersihkan lingkungan sekolah dan shaum.


(12)

Pemberian reward bagi siswa yang tidak melanggar dengan memberikan sertifikat penghargaan di akhir semester. Akan tetapi dengan cara tersebut guru merasa masih kurang berhasil dalam penegakkan kedisiplinan, siswa masih ada yang terlambat datang ke sekolah, tidak mengerjakan tugas, terlambat masuk kelas setelah jam istirahat, pemakaian seragam yang tidak lengkap, bagi siswa laki-laki rambut yang kurang rapi, dan bagi siswa perempuan jilbab yang tidak memakai kerudung dalam.

Kedisiplinan siswa yang diharapkan adalah yang lahir dan tumbuh dari dalam diri dengan penuh kesadaran dan keikhlasan. Dengan demikian, disiplin menjadi bagian dari kebutuhan dan kepentingan positif mereka di sekolah maupun luar sekolah, selain menjadi budaya positif bagi mereka. Dari phenomena yang terjadi di SMA Darul Hikam, maka perlu adanya upaya peningkatan dalam menegakkan kedisiplinan agar hasil yang diharapkan akan lebih maksimal. Untuk itu perlu cara baru terutama dalam memberikan hukuman bagi siswa yang melanggar. Cara tersebut diharapkan akan lebih efektif dan tepat sasaran.

Bimbingan Konseling pribadi sosial merupakan salah satu alternatif pilihan, Di Indonesia layanan bimbingan dan konseling di sekolah telah berkembang cukup lama. Hal ini merupakan komitmen para pengelola dan pelaksana pendidikan terhadap tujuan pendidikan yang diharapkan, yaitu membentuk dan mengembangkan pribadi siswa secara optimal dan utuh. Pribadi yang utuh ialah yang: (1) beriman dan bertaqwa pada Tuhan Yang


(13)

Maha Esa; (2) berbudi pekerti luhur; (3) memiliki pengetahuan dan keterampilan; (4) memiliki kesehatan jasmani dan rohani; (5) memiliki kepribadian yang mantap dan mandiri; dan (6) memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan (Depdikbud, 1992: 7) Tujuan pendidikan sejalan dengan konsep bimbingan dan konseling yang berupaya untuk memandirikan individu sehingga dapat berkembang secara optimal serta untuk membantu membuat keputusan dan memecahkan masalah. Berkenaan dengan pemecahan masalah, masalah individu ada yang bersifat pribadi dan sosial. Atas alasan inilah perlunya diberikan bimbingan pribadi-sosial.

Bimbingan sosial pribadi dirahkan untuk memantapkan kepribadian dan mengembangkan kemampuan individu dalam menangani masalah-masalah dirinya. Bimbingan ini merupakan layanan yang mengarah pada pencapaian pribadi yang seimbang dengan memperhatikan keunikan karakteristik pribadi serta ragam permasalahan yang dialami oleh individu. (Syamsu, 2005).

Manfaat kedisiplinan adalah membuat siswa menjadi lebih tertib dan teratur dalam menjalankan kehidupannya, serta siswa juga dapat mengerti bahwa kedisiplinan itu amat sangat penting bagi masa depannya kelak, karena dapat membangun kepribadian siswa yang kokoh dan bisa diharapkan berguna bagi semua.

Setidaknya ada dua bentuk disiplin yang perlu dikembangkan oleh sekolah, yaitu preventif dan korektif. Disiplin preventif, yaitu upaya


(14)

menggerakkan siswa mengikuti dan mematuhi peraturan yang berlaku. Dengan hal itu pula, siswa berdisiplin dan dapat memelihara dirinya terhadap peraturan yang ada. Disiplin korektif, yaitu upaya mengarahkan siswa untuk tetap mematuhi peraturan. Bagi yang melanggar diberi sanksi untuk memberi pelajaran dan memperbaiki dirinya sehingga memelihara dan mengikuti aturan yang ada.

Dari batasan masalah tersebut dikembangkan menjadi beberapa pertanyaan penelitian, yaitu sebagai berikut:

1. Bagaimanakah gambaran secara umum kedisiplinan siswa kelas X SMA Darul Hikam Tahun Ajaran 2009/2010?

2. Bagaimanakan gambaran setiap aspek kedisiplinan siswa kelas X SMA Darul Hikam Tahun Ajaran 2009/2010?

3. Program bimbingan seperti apa yang sesuai dengan gambaran kedisiplinan SMA Darul Hikam Tahun Ajaran 2009/2010?

4. Bagaimanakah penilaian personil sekolah terkait program bimbingan yang telah disusun?

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini secara umum adalah untuk memperoleh rumusan program bimbingan dan konseling pribadi sosial untuk meningkatkan kedisiplinan siswa khususnya di SMA Darul Hikam.


(15)

2. Tujuan Khusus

a. Memperoleh gambaran secara umum kedisiplinan siswa kelas X SMA Darul Hikam Tahun Ajaran 2009/2010.

b. Memperoleh gambaran berdasarkan aspek pembangun kedisiplinan siswa kelas X SMA Darul Hikam Tahun Ajaran 2009/2010.

c. Memperoleh program bimbingan pribadi-sosial kedisiplinan siswa kelas X SMA Darul Hikam.

d. Memperoleh program bimbingan pribadi-sosial berdasarkan penilaian personil sekolah (kepala sekolah dan guru BK).

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini akan memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Secara praktis dapat memberikan pedoman kepada guru-guru khususnya guru bimbingan konseling dalam upaya meningkatkan disiplin siswa pada sistem pendidikan SMA Darul Hikam. Pedoman ini sangat penting dan sangat berguna untuk melaksanakan pembinaan kepribadian sebagai parameter setiap pengajaran.

2. Secara teoritis dapat dijadikan khazanah ilmu pengetahuan untuk mengembangkan bimbingan konseling pribadi sosial dalam kaitannya dengan disiplin siswa pada proses kegiatan belajar.


(16)

3. Dapat menjadikan masukan dalam pengembangan paradigma pembinaan kedisiplinan siswa di sekolah-sekolah yang ada di lingkungan Perguruan Darul Hikam dengan menggunakan hubungan timbal balik antara sekolah dengan masyarakat (orang tua dan siswa) dalam mewujudkan tanggungjawab pembinaan disiplin siswa.

E. Asumsi Penelitian

Asumsi yang mendasari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Kedisiplinan merupakan kepatuhan atau ketaatan seseorang dalam menjalankan peraturan yang ada dengan tegas dan senang hati tanpa ada paksaan dari pihak lain atau dari luar, melainkan timbul dari dalam dirinya sendiri untuk mematuhinya.

2. Kedisiplinan siswa merupakan kepatuhan atau ketaatan siswa dalam belajar yang dilandasi rasa tanggung jawab dan kesadaran yang tinggi tanpa harus menunggu perintah dari orang lain.

3. Disiplin mempunyai dua fungsi yaitu sebagai alat pendidikan, dan sebagai alat untuk penyesuaian dalam kehidupan (Koestoer, 1983 : 48). 4. Bimbingan sosial-pribadi diarahkan untuk memantapkan kepribadian dan

mengembangkan kemampuan individu dalam menangani masalah-masalah diriya. Bimbingan ini merupakan layanan yang mengarah pada pencapaian pribadi yang seimbang dengan memperhatikan keunikan


(17)

karakteristik pribadi serta ragam permasalahan yang dialami individu (Syamsu, 2005).

F. Metode Penelitian

Metode penelitian menggunakan pendekatan mix method design yang bersifat descriptive-developmental atau deskriptif-pengembangan (Sevilla, et

al., 1993: 81-84). Deskriptif karena penelitian ini mendeskriptifkan atau

menjelaskan kondisi objektif dari peristiwa dan kejadian yang ada pada masa sekarang. Kondisi yang dimaksud adalah perilaku kedisiplinan siswa kelas X SMA Darul Hikam Bandung tahun ajaran 2009-2010. Sebagaimana dijelaskan sudjana & Ibrahim (1989: 52) bahwa metode penelitian deskriptif digunakan apabila bertujuan untuk mendeskriptifkan atau menjelaskan peristiwa dan kejadian yang ada pada masa sekarang.

Selain itu, metode descriptive-developmental yang sifatnya pengembangan digunakan karena pada akhirnya deskriptif yang diperoleh dari pengambilan data lapangan tentang kedisiplinan siswa, merupakan dasar bagi pengembangan program bimbingan konseling sosial-pribadi dalam rangka meningkatkan kedisiplinan siswa.


(18)

G. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Darul Hikam yang berlokasi di Jl. Tubagus Ismail Depan No 76 Bandung. Pengambilan sampel penelitian dilakukan dengna menggunakan teknik probability

sampling, yaitu cluster-proportional random sampling. Yaitu suatu metode

pemilihan ukuran sampel dimana setiap anggota populasi mempunyai peluang yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel secara acak dan dengan proposi yang sama (Nana Sujana dan Ibrahim, l989).


(19)

100

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan karena penelitian memiliki ciri: 1) menggunakan angket yang bertujuan untuk kuantifikasi atribut kedisiplinan pada siswa; 2) dilakukannya pengolahan data secara statistik, baik untuk pembakuan instrumen maupun saat penjelasan profil. Pendekatan kualitatif digunakan karena pada proses pengembangan program dilakukan uji logis-teoretis tentang kedisiplinan siswa berdasarkan hasil profil dan kajian teoretik serta diikuti oleh kajian pakar. Dengan demikian pendekatan penelitian adalah

mix method design (Creswell, 1994: 177-178).

B. Definisi Operasional Variabel

Untuk menghindari kekeliruan dalam menafsirkan variabel penelitian maka dibuat definisi operasional sebagai berikut.

1. Kedisiplinan Siswa

Kedisiplinan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan tata tertib, aturan, atau norma dalam kehidupan bersama (yang melibatkan orang banyak).


(20)

sesuai dengan pola tingkah laku yang baik menurut norma tingkah laku di sekolah. Disiplin sekolah adalah usaha sekolah untuk memelihara perilaku siswa agar tidak menyimpang dan dapat mendorong siswa untuk berperilaku sesuai dengan norma, peraturan dan tata tertib yang berlaku di sekolah. Aspek-aspek disiplin pada penelitian ini memiliki empat unsur sebagai berikut.

a. Peraturan

Peraturan adalah pola yang ditetapkan untuk berbuat atau bertingkah laku, tujuannya adalah membekali anak dengan pedoman perilaku yang disetujui dalam situasi dan kelompok tertentu. Peraturan memiliki dua fungsi penting, yaitu fungsi pendidikan, sebab peraturan merupakan alat memperkenalkan perilaku yang disetujui anggota kelompok kepada anak, dan fungsi preventif karena peraturan membantu mengekang perilaku yang tidak diinginkan.

Peraturan dianggap efektif apabila setiap pelanggaran atas peraturan itu mendapat konsekuensi yang setimpal. Jika tidak, maka peraturan tersebut akan kehilangan maknanya. Peraturan yang efektif akan membantu seorang anak agar merasa terlindungi sehingga anak tidak perlu melakukan hal-hal yang tidak pantas. Isi setiap peraturan harus mencerminkan hubungan yang serasi di antara anggota kelompok, memiliki dasar yang logis untuk membuat berbagai kebijakan, dan menjadi model perilaku yang harus terwujud didalam keluarga.


(21)

merupakan sesuatu yang dapat dikerjakan seketika dan berlaku untuk jangka panjang, peraturan dapat diubah agar dapat disesuaikan dengan perubahan keadaan, pertumbuhan fisik, usia dan kondisi saat ini didalam keluarga.

b. Hukuman

Hukuman berarti menjatuhkan hukuman kepada seseorang karena suatu kesalahan, perlawanan atau pelanggaran sebagai ganjaran atau balasan. Hukuman memiliki tiga fungsi, (1) menghalangi pengulangan tindakan, (2) mendidik, sebelum anak mengerti peraturan, mereka dapat belajar bahwa tindakan tersebut benar atau salah dengan mendapat hukuman, (3) member motivasi untuk menghindari perilaku yang tidak diterima di masyarakat.

c. Penghargaan

Penghargaan berarti setiap bentuk penghargaan atas hasil yang baik. Penghargaan tidak hanya berbentuk materi tetapi dapat juga berbentuk pujian, kata-kata, senyuman, atau tepukan di punggung. Penghargaan mempunyai

peranan penting yaitu, (1) penghargaan mempunyai nilai mendidik, (2) penghargaan berfungsi motivasi untuk mengulangi perilaku yang disetujui

secara sosial dan (3) penghargaan berfungsi untuk memperkuat perilaku yang disetujui secara social, dan tiadanya penghargaan melemahkan perilaku tersebut.


(22)

Konsistensi berarti tingkat keseragaman atau stabilitas, mempunyai tiga fungsi yaitu (1) mempunyai nilai mendidik yang besar, (2) konsistensi mempunyai nilai motivasi yang kuat untuk melakuakn tindakan yang baik di masyarakat dan menjauhi tindakan buruk, dan (3) konsistensi membantu perkembangan anak untuk hormat pada aturan-aturan dan masyarakat sebagai otoritas. Anak-anak yang telah berdisiplin secara konsisten mempunyai motivasi yang lebih kuat dan komitmen untuk berperilaku sesuai dengan standar sosial yang berlaku dibandingkan dengan anak-anak yang tidak konsisten.

2. Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial

Program adalah proses merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi, dan merancang tindak lanjut yang disusun secara opereasional dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang berkaitan dengan pelaksanaannya.

Bimbingan pribadi sosial adalah bimbingan dalam menghadapi keadaan batinnya sendiri dan mengatasi berbagai pergumulan dalam bantinya sendiri; dalam mengatur dirinya sendiri di bidang kerohanian, perawatan jasmani, pengisian waktu luang penyaluran nafsu seksual dan sebagainyayang diarahkan untuk memantapkan kepribadian dan mengembangkan kemampuan individu dalam menangani masalah-masalah dirinya. Bimbingan ini merupakan layanan yang mengarah pada pencapaian pribadi yang seimbang


(23)

permasalahan yang dialami individu.

Dalam penelitian ini program bimbingan dan konseling pribadi sosial adalah serangkaian kegiatan pemberi bantuan yang terencana secara sistematis, terarah dan terpadu berupa layanan yang mengarah pada pencapaian pribadi untuk meningkatkan kedisiplinan siswa sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik perkembangan. Sistematika pemgembangan program itu sendiri mencakup: (1) rasional; (2) visi dan misi; (3) operasional; (4) tujuan program; (5) komponen program; (6) rencana operasional; (7) pengembangan tema/topik; (8) pengembangan satuan pelayanan; (9) evaluasi; dan (10) anggaran.

C. Pengembangan Alat Pengumpul Data

Penelitian ini ingin mengungkap dua hal, yaitu bagaimana profil kedisiplinan siswa kelas X dan bagaimana program bimbingan pribadi sosial yang efektif untuk meningkatkan kedisiplinan mereka. Dalam konteks yang pertama, instrumen penelitian yang dimaksud adalah kuisioner (angket) yang dikembangkan untuk menjaring data tentang profil kedisiplinan siswa. Kemudian dalam konteks program, instrumen penelitian merupakan perangkat pendukung yang dihasilkan dari pengembangan program tervalidasi baik pakar maupun praktisi (program terlampir).


(24)

untuk menjaring data profil kedisiplinan, menggunakan kuisioner yang dikembangkan sendiri oleh peneliti. Dilakukan dengan cara mengajukan suatu daftar pernyataan berupa formulir yang diajukan secara tertulis kepada sejumlah subyek untuk mendapatkan jawaban dan tanggapan (respon) tertulis yang diperlukan. Angket yang penulis gunakan dalam pengumpulan data dalam penelitian ini adalah seperti diungkapkan Surakhmad (1993 : 24) bahwa angket bersifat kooperatif, dalam arti kata bahwa dari sampel, atau disebut responden, diharapkan kerjasama dalam menyisihkan waktu dan menjawab pernyataan-pernyataan kita secara tertulis, sesuai dengan petunjuk-petunjuk yang kita berikan. Selain itu, dipilih angket karena melalui instrumen ini kondisi sampel dapat diketahui keadaan diri, pengalaman, pengetahuan sikap atau pendapatnya dan lain-lain (Arikunto, 1993 : 24).

Menurut bentuknya angket memiliki dua bentuk, yaitu : angket berstruktur dan angket tak berstruktur. Angket berstruktur sifatnya tegas, konkrit, dan dengan pertanyaan-pertanyaan atau pernyataan-pernyataan dengan jawaban terbatas serta singkat. Sedangkan angket tak berstruktur sifatnya terbuka, memberi kesempatan penuh kepada responden untuk memberikan penjelasan dengan uraian atau penjelasan yang panjang sesuai dengan pendapat atau pendiriannya.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan angket berstruktur yang sifatnya tertutup. Dengan angket ini dari responden tidak diharapkan


(25)

pengembangan instrumen penelitian ini dijelaskan pada bagian selanjutnya. Kuisioner atau angket dalam penelitian ini dikembangkan berdasarkan hasil kajian konsep kedisiplinan sebagaimana telah diuraikan pada bab II. Setelah dilakukan penelusuran terhadap berbagai sumber yang dianggap relevan dan mendukung, diperolehlah reka bangun (construct) kedisiplinan secara utuh, baik aspek maupun indikator pembangunnya. Konstruk itulah yang kemudian dikembangkan ke dalam bentuk angket. Angket yang dikembangkan ini sifatnya non-tes. Data-data seperti jenis kelamin diperoleh dari biodata singkat yang disediakan pada lembar jawaban. Secara keseluruhan, pengembangan instrumen tersebut melalui beberapa tahapan berikut.

1. Pengembangan kisi-kisi dilakukan berdasarkan hasil studi kepustakaan dengan sumber-sumber yang relevan sekaligus mendukung konsep dan konstruk kedisiplinan secara utuh. Selanjutnya, berdasarkan kisi-kisi tersebut dikembangkan draf pernyataan.

2. Setelah kisi-kisi beserta draf tersusun dan beberapa kali mendapatkan revisi dari dosen pembimbing tesis sampai dihasilkan kisi-kisi beserta draf yang siap ditimbang oleh dosen penimbang.

3. Setelah kisi-kisi beserta draf sementara tersusun, kemudian dilakukan penimbangan oleh tiga orang dosen yang memiliki perhatian dan kompetensi dalam bidang bimbingan dan konseling dan pengukuran.


(26)

Agustin, M.Pd., sebagai ahli bimbingan dan konseling dan Drs. Nurhudaya, M.Pd., sebagai ahli pengembangan instrumen.

4. Dari penilaian itu diperoleh rekomendasi untuk menghilangkan beberapa pernyataan yang tidak sesuai dan melakukan kontesktualisasi instrumen dengan bahasa yang sesuai dengan perkembangan anak siswa SMA. Berdasarkan hasil penilaian dan masukan itu, selanjutnya dilakukan revisi. Kegiatan penimbangan dilakukan untuk mengetahui validitas internal dengan cara melihat kesesuaian antara isi rumusan item dengan indikator-indikator konstruk yang diukur oleh item tersebut. Berikut adalah tabel 3.3 hasil penilaian dan masukan dari tiga orang pakar tersebut.

Tabel 3.1

KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN VARIABEL KEDISIPLINAN (Setelah Penimbangan dan Sebelum Uji Coba Lapangan)

ASPEK SUB ASPEK INDIKATOR NO. ITEM

(baru) sebelum sesudah

A. Peraturan: melaksanakan tata tertib dengan penuh tanggung jawab

1. Santun bertutur kata dan bersikap

1.1. Mengucapkan salam 1.2. Berperilaku sopan 1.3. Berkata tidak kotor/kasar 1.4. Menghargai teman

1.5. Berani menyampaikan yang benar dan yang salah

1,2,3 4,5,6 7,8,9,10 11,12,13,14 15,16 1,2,3 4,5,6 7,8,9,10 11,12,13,14 15,16 3 3 4 4 2 2. Jujur dan

bertanggungjawa b terhadap tugas

2.1. Tidak mudah terpengaruh oleh hal yang menghambat belajar

2.2. Tidak mencontek atau bekerjasama disaat ulangan

17,18,19 20,21,22,23 17,18,19 20,21,22,23 3 4 3. Pergaulan islami

terutama antara putra dan wanita

3.1. Tidak melakukan geng dengan teman sebaya

3.2. Dilarang berboncengan dengan lawan jenis

3.3. Dilarang berpacaran

24,25,26,27 28,29 30,31,32,33 24,25,26,27 28,29 30,31,32,33 4 2 4 4. Menjaga penampilan

4.1. Berpakaian rapih dan menutup aurat

4.2. Berpenampilan sederhana/tidak berlebihan 34,35 36,37 34,35 36,37 2 2


(27)

walkman , MP3 dll 4.4. Tidak membawa kendaraan

roda empat

40,41 40,41 2 5. Mempergunakan waktu saat Masuk, pembelajaran berlangsung, istirahat dan pulang sekolah

5.1. Datang ke sekolah tepat waktu 5.2. Tidak membolos sekolah 5.3. Mengikuti apel pagi/upacara 5.4. Selama proses pembelajaran

siswa berada di kelas 5.5. Saat istirahat siswa berada

dilingkungan sekolah 5.6. Pulang sekolah langsung

pulang ke rumah masing-masing 42,43 44,45 46,47,48 49,50 51,52 53,54,55 42 43 44,45 46,47 48,49 50,51 1 1 3 2 2 B. Hukuman: Penerimaan terhadap sanksi sekolah

1. Bertanggung jawab terhadap tindakan atau perilaku yang telah diperbuat

1.1. Menerima sanksi sebagai akibat tidak disiplin 1.2. Melaksanakan hukuman

sebagai akibat tidak disiplin

56,57 58,59 52,53 54,55 2 2 C. Penghargaan: Pengharapan penghargaan terhadap perilaku disiplin 1. Penerimaan Sosial

1.1. Menerima pujian sebagai akibat disiplin

60,61 56,57 2 2. Penerimaan

penghargaan sebagai harga diri

1.2. Menerima hadiah (point) sebagai reward

62,63 58,59 2

D. Konsistensi: Komitmen dalam melaksanakan peraturan sekolah 1. Berusaha menjadi siswa yang taat peraturan

1.1. Memiliki kesadaran untuk selalu mematuhi peraturan sekolah

1.2. Memiliki rasa tanggung jawab terhadap aturan sekolah

64,65 66,67 60,61 62 2 1 2. Menjaga nama

baik sekolah dengan

mematuhi segala aturan sekolah

1.1. Komitmen terhadap peraturan sekolah

1.2. Komitmen dalam menjaga nama baik sekolah

68,69 70,71 63,64 65,66 2 2

Jumlah 71 66 66

5. Setelah draf selesai disesuaikan dengan pertimbangan dosen penimbang yang dimaksud di atas, draf tersebut kembali dikonsultasikan dengan dosen pembimbing tesis. Seusai item-item ditinjau dan dinilai dosen pembimbing tesis mampu mewakili indikator, aspek dan indikator kedisiplinan, kemudian item-item tersebut disusun kembali dalam bentuk angket jadi.


(28)

sebagai objek penelitian terhadap item-item pada angket, dilakukanlah uji keterbacaan kepada lima orang siswa SMA secara acak.

7. Setelah perizinan penelitian tuntas, sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan dilakukanlah uji coba pada sampel penelitian sekaligus pengambilan data (karena sifatnya yang built in). Berikut adalah langkah-langkah yang dilakukan pada saat melakukan pengumpulan data:

1) membuka pertemuan dengan salam dan perkenalan singkat; 2) menyampaikan maksud dan tujuan angket pada siswa SMA; 3) mengecek presensi siswa;

4) membagikan angket dengan lembar jawaban;

5) memberikan penjelasan berkenaan dengan cara pengisian; 6) memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya; 7) mempersilahkan siswa menjawab soal;

8) mengumpulkan lembar jawaban;

9) menutup pertemuan, berterima kasih dan mengucapkan salam.

8. Lembar jawaban siswa kemudian diperiksa kelengkapannya satu-persatu. Data kemudian diolah untuk mendapatkan validitas dan reliabilitas dan menyusun norma. Untuk penyekoran isntrumen dibuat dengan pola diskrit, yaitu dua pilihan jawaban “Ya” dan “Tidak”. Berikut adalah tabel 3.4 tentang pola skoring terhadap jawaban siswa.


(29)

ALTERNATIF SKOR BUTIR SOAL

FAVORABLE NON-FAVORABLE

Ya 1 0

Tidak 0 1

9. Setelah berkas data dari lapangan diperoleh dan kemudian diberi skor sebagaimana pedoman di atas, selanjutnya data tersebut direkapitulasi dalam microsoft excel untuk pengolahan validitas dan reliabilitas. Uji validitas ada dua macam yaitu validitas eksternal dan internal. Dalam penelitian, peneliti akan menggunakan validitas internal yaitu dengan analisis butir. Untuk menguji validitas setiap butir maka skor-skor yang ada pada butir yang dimaksud dikorelasikan dengan skor total. Skor butir dipandang sebagai nilai X dan skor total dipandang sebagai nilai Y dengan diperoleh indeks validitas setiap butir dapat diketahui dengan pasti butir-butir manakah yang tidak memenuhi syarat bila ditinjau dari validitas (Arikunto, 2002: 153). Untuk memperoleh instrumen yang valid, peneliti harus bertindak hati-hati sejak awal penyusunannya sebelum merancang kisi-kisi yaitu memecah variabel menjadi sub variabel dan indikator baru merumuskan butir-butir pertanyaan. Untuk menguji validitas instrumen ini digunakan rumus korelasi point biserial (r pbis) (ireene, 1993: 359-360) dan (Glass and Stanley, 1970: 169-170) seperti berikut.

pq

SD

s

X

b

X


(30)

Xb, Yb adalah rata-rata skor siswa yang memperoleh skor 1 Xs, Ys adalah rata-rata skor siswa yang memperoleh skor 0 SDt adalah simpangan baku skor total

p adalah proporsi jawaban benar terhadap semua jawaban siswa q adalah 1 – p

Penentuan item diterima (valid) atau tidak untuk korelasi point biserial biasanya menggunakan rumus interpolasi n-2 dari tabel t. Namun dalam kasus ini karena jumlah item dan jumlah sampelnya relatif banyak, dapat juga digunakan kriteria r minimal yang lazim, yaitu valid, rpb x > r 0,3 bahkan dalam penelitian ini r hasil valid bila r > 0,5. (proses perhitungan dan hasilnya dapat dilihat pada lampiran).

10. Setelah perhitungan uji validitas dilakukan, diketahui sebanyak 8 butir soal tidak valid. Dengan demikian butir soal (item) yang tersisa sebanyak 58 butir. Berikut adalah tabel 3.5 yang mendeskripsikan hasil uji validitas item butir pernyataan.


(31)

(Setelah Uji Coba Lapangan)

ASPEK SUB ASPEK INDIKATOR NO. ITEM

(baru) sebelum sesudah

A. Peraturan: melaksanakan tata tertib dengan penuh tanggung jawab

1. Santun bertutur kata dan bersikap

1.1. Mengucapkan salam 1.2. Berperilaku sopan 1.3. Berkata tidak kotor/kasar 1.4. Menghargai teman

1.5. Berani menyampaikan yang benar dan yang salah

1,2,3 4,5,6 7,8,9,10 11,12,13,14 15,16 1,2 3,4 5,6,7,8 9,10,11,12 13,14 2 2 4 4 2 2. Jujur dan

bertanggungjawa b terhadap tugas

2.1. Tidak mudah terpengaruh oleh hal yang menghambat belajar 2.2. Tidak mencontek atau

bekerjasama disaat ulangan

17,18,19 20,21,22,23 15,16,17 18,19,20 3 3 3. Pergaulan islami

terutama antara putra dan wanita

3.1. Tidak melakukan geng dengan teman sebaya

3.2. Dilarang berboncengan dengan lawan jenis

3.3. Dilarang berpacaran

24,25,26,27 28,29 30,31,32,33 21,22,23,24 25,26 27,28,29 4 2 3 4. Menjaga penampilan

4.1. Berpakaian rapih dan menutup aurat

4.2. Berpenampilan sederhana/tidak berlebihan

4.3. tidak membawa barang mewah seperti hp yang mahal,

walkman , MP3 dll 4.4. Tidak membawa kendaraan

roda empat 34,35 36,37 38,39 40,41 30,31 32,33 34,35 36,37 2 2 2 2 5. Mempergunakan waktu saat Masuk, pembelajaran berlangsung, istirahat dan pulang sekolah

5.1. Datang ke sekolah tepat waktu 5.2. Tidak membolos sekolah 5.3. Mengikuti apel pagi/upacara 5.4. Selama proses pembelajaran

siswa berada di kelas 5.5. Saat istirahat siswa berada

dilingkungan sekolah 5.6. Pulang sekolah langsung

pulang ke rumah masing-masing 42 43 44,45 46,47 48,49 50,51 38 39 40 41,42 43,44 45 1 1 1 2 2 1 B. Hukuman: Penerimaan terhadap sanksi sekolah

1. Bertanggung jawab terhadap tindakan atau perilaku yang telah diperbuat

1.1. Menerima sanksi sebagai akibat tidak disiplin

1.2. Melaksanakan hukuman sebagai akibat tidak disiplin

52,53 54,55 46,47 48,49 2 2 C. Penghargaan: Pengharapan penghargaan terhadap perilaku disiplin 1. Penerimaan Sosial

1.1. Menerima pujian sebagai akibat disiplin

56,57 50,51 2 2. Penerimaan

penghargaan sebagai harga diri

2.1. Menerima hadiah (point) sebagai reward

58,59 52 1

D. Konsistensi: Komitmen dalam 1. Berusaha menjadi siswa yang taat

1.1. Memiliki kesadaran untuk selalu mematuhi peraturan sekolah


(32)

sekolah 2. Menjaga nama baik sekolah dengan mematuhi segala aturan sekolah

2.1. Komitmen terhadap peraturan sekolah

2.2. Komitmen dalam menjaga nama baik sekolah

63,64 65,66

56,57 58

2 1

Jumlah 66 58 58

11. Reliabilitas adalah ketepatan suatu tes apabila diteruskan pada subyek yang sama. Untuk mengetahui ketepatan ini pada dasarnya dilihat dari kesejajaran hasil. Relialibiltas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data karena instrumen tersebut sudah baik. reliabilitas artinya dapat dipercaya, jadi dapat diandalkan. Secara garis besar ada dua jenis reliabilitas yaitu reliabilitas eksternal dan reliabilitas internal. Seperti halnya dalam pembicaraan validitas, dua nama ini sebenarnya menunjukan cara-cara menguji tingkah reliabilitas instrumen. Jika ukuran dan kriteria berada diluar instrumen maka hasil uji ini diperoleh reliabilitas eksternal, sebaliknya jika perhitungan dilakukan berdasarnya data dari instrumen tersebut saja akan menghasilkan reliabilitas internal. Jika reliabilitas eksternal diperoleh dengan cara mengolah hasil pengetesan yang berbeda baik dari instrumen yang berbeda atau sama, reliabilitas internal diperoleh dengan cara menganalisis data dari satu kali pengetesan. Ada beberapa cara untuk mengetahui reliabilitas internal, pemilihan suatu teknik ditentukan atas bentuk internal maupun selera peneliti (Arikunto, 2002:


(33)

Richadson 20 (KR-20) seperti berikut ini.

    

 

− − =

2

) (

) 1 ( 1

1 20

SD p p k

k KR

Keterangan:

k : Jumlah butir soal (SD)2 : Varian

Hasil perhitungan reliabilitas ini diperoleh angka sebesar 0,817 yang diartikan bahwa instrumen ini memiliki keajegan tinggi untuk dijadikan instrumen penelitian. Hasil perhitungan dapat dilihat pada lampiran

D. Penentuan Sampel Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan mengambil lokasi di SMA Darul Hikam yang beralamat di Jl. Ir.H. Juanda No.285 Bandung dengan populasi adalah siswa kelas X tahun pembelajaran 2009-2010 berjumlah 82 orang. Berkaitan dengan populasi, Sugiyono (2008: 117) mengartikannya sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.


(34)

sampling. Metode penarikan sampel yang digunakan adalah jenis teknik

probability sampling, yaitu cluster-proportional random sampling dengan

kriteria 50% dari anggota populasi (Sevilla, et. al., 2003). Di SMA Darul Hikam khususnya pada kelas X terdiri dari tiga kelas (cluster). Selain itu, pengambilan sampel ini dilakukan dengan asumsi utama bahwa populasi penelitian adalah homogen karena rata-rata karakteristik perkembangan siswa sama.

Dasar pertimbangan mengapa dipilih siswa SMA sebagai objek penelitian adalah sebagai berikut.

1. Secara perkembangan fisik, masa remaja merupakan salah satu di antara dua masa rentangan kehidupan individu, dimana terjadi pertumbuhan fisik yang sangat pesat yang ditandai dengan matangnya organ-organ seksual. Kendali atas dorongan seksual secara fisik memerlukan kedisiplinan dan masa remaja merupakan saat pembuktian sekaligus dasar bagi disiplin kontrol biologis pada masa selanjutnya.

2. Secara perkembangan koginitif, menurut Piaget masa remaja sudah mencapai tahap operasi formal. Remaja secara mental telah dapat berfikir logis tentang berbagai gagasan yang abstrak. Dengan kata lain berpikir operasi formal lebih lebih bersifat hipotetis dan abstrak, serta sistematis dan ilmiah dalam memecahkan masalah daripada berpikir kongkret. Dasar


(35)

pilihan hidupnya termasuk dalam hal memperkuat kedisiplinannya.

3. Perkembangan emosi, Secara emosi masa remaja merupakan puncak emosionalitas, yaitu perkembangan emosi yang tinggi. Terlebih lagi pertumbuhan fisik, terutama organ-organ seksual mempengaruhi perkembangan emosi atau perasaan-perasaan dan dorongan-dorongan baru yang dialami sebelumnya. Luapan emosi yang terkendali dianggap dapat memberi kontribusi signifikan terhadap kedisiplinan.

4. Secara perkembangan sosial, pada masa remaja berkembang “social

cognition” yaitu kemampuan untuk memahami orang lain. Remaja

memahami orang lain sebagai individu yang unik, baik menyangkut sifat-sifat pribadi, minat nilai-nilai maupun perasaannya. Pada masa ini juga berkembang sikap “comformity”, yaitu kecenderungan untuk menyerah atau mengikuti opini, pendapat, nilai, kebiasaan, kegemaran atau keinginan orang lain (teman sebaya). Perkembangan sikap konformitas pada remaja dapat memberikan dampak yang positif maupun yang negatif pada dirinya. Baik positif maupun negatif kontribusi dari sikap konformitas atau kognisi sosial sedikitnya akan mempengaruhi mereka dalam menentukan pilihan wujud kedisiplinan yang mereka pegang.

5. Secara perkembangan kepribadian, masa remaja merupakan saat berkembangnya identity (jati diri). Perkembangan identity merupakan isu sentral pada masa remaja sebagai aspek sentral bagi kepribadian yang


(36)

orang lain dan mempelajari tujuan-tujuan agar dapat berfartisipasi dalam kebudayaannya. Proses pembudayaan perilaku salah satunya adalah melalui disiplin. Sikap disiplin inilah kemudian pada masa remaja menjadi sangat penting mengingat interaksi jati diri mereka dengan lingkungan yang lebih luas.

6. Secara perkembangan kesadaran beragama, terkait dengan kehidupan beragama remaja, ternyata mengalami proses yang cukup panjang untuk mencapai kesadaran beragama remaja yang sangat dipengaruhi oleh kualitas pendidikan atau pengalaman keagamaan yang diterimanya sejak usia dini, terutama di lingkungan keluarga. Masa remaja sebagai masa transisi dari anak-anak ke masa dewasa merupakan masa pilihan. Kesadaran beragama yang notabene identik dengan kedisiplinan pada masa remaja merupakan sesuatu yang perlu dikritisi.

Alasan pemilihan populasi penelitian dilakukan terhadap kelas X karena merupakan kelas permulaan dari dua kelas berikutnya (kelas XI dan XII) yang notabene merupakan masa orientasi kritis peralihan dari lingkungan SMP ke lingkungan baru (SMA). Dalam konteks ini, program BK untuk meningkatkan disiplin siswa dikembangkan sebagai jalan brainwash sekaligus

foundation of critical life aspect bagi perkembangan kehidupan kampus


(37)

Kelas Populasi Jumlah Sampel Jumlah

Pria Wanita Pria Wanita

X-A 15 12 27 8 6 14 X-B 13 15 28 7 8 14 X-C 14 13 27 7 7 14

Total 42 40 82 22 21 42

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data penelitian ini memilih survey. Survey adalah satu bentuk teknik penelitian di mana informasi dikumpulkan dari sejumlah sampel berupa orang, melalui pertanyaan-pertanyaan; satu cara mengumpulkan data melalui komunikasi dengan individu-individu dalam suatu sampel (Zikmund, 1997). Ada juga pendapat bahawa survey adalah metoda pengumpulan data melalui instrumen yang bisa merekam tangapan-tanggapan responden dalam sebuah sampel penelitian (Nan Lin1976). Walau umumnya orang bisa saling mempertukarkan istilah “survey” dengan “daftar pertanyaan” , namun istilah survey digunakan sebagai kategori umum penelitian yang menggunakan kuesioner dan wawancara sebagai metodenya (Gay dan Diehl, 1992: 98). Survai merupakan satu metode penelitian yang teknik pengambilan datanya dilakukan melalui pertanyaan - tertulis atau lisan (Bailey, 1982: 45).


(38)

bahwa “Survey pada umumnya cara pengumpulan data dari sejumlah unit atau individu dalam waktu (jangka waktu ) yang bersamaan”. Jumlah itu biasanya cukup besar. Sedangkan Faisal (1982: 123) mengemukakan bahwa data penelitian bisa dikumpulkan melalui survey terhadap populasi seluruhnya, atau bisa juga ditarik dari studi terhadap suatu kelompok sampel yang dipilih secara cermat dari total populasi. Kadang-kadang survey mendetesiskan suatu kelompok tertentu yang dipandang sebagai populasi.

Penelitian ini ditegaskan menggunakan survei dengan teknik observasi tidak langsung melalui angket atau kuisioner. Dengan kata lain penelitian ini menggunakan komunikasi tidak langsung dengan menyebarkan angket pada sampel penelitian.

F. Prosedur Penelitian dan Teknik Pengolahan Data 1. Langkah-langkah Pembuatan Program

a. Perencanaan Penyusunan Program Bimbingan Pribadi-Sosial untuk Meningkatkan Kedisiplinan Siswa

Program bimbingan pribadi-sosial untuk meningkatkan kedisiplinan siswa disusun berdasarkan hasil identifikasi terhadap kondisi kedisiplinan siswa . Untuk mengetahui kondisi kedisiplinan tersebut dilakukan pemberian angket kepada siswa. Berdasarkan hasil identifikasi, terdapat beberapa


(39)

terkait dengan kedisiplinan.

Penyusunan program bimbingan pribadi-sosial untuk meningkatkan kedisiplinan siswa mengikuti tahapan-tahapan sebagai berikut ini :

1) Melakukan analisis terhadap kondisi dan kebutuhan-kebutuhan siswa terkait dengan kedisiplinan siswa dan disesuaikan pula dengan visi dan misi Darul Hikam.

2) Melakukan peninjauan ulang terhadap program yang sudah ada.

3) Menyusun program bimbingan pribadi sosial untuk meningkatkan kedisiplinan siswa.

b. Pengujian Kelayakan Program Bimbingan Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Kedisiplinan Siswa.

1) Pengujian Rasional

Untuk memperoleh bangun dan substansi program yang teruji secara rasional konseptual, program bimbingan pribadi-sosial untuk meningkatkan kedisiplinan siswa mendapat masukan perbaikan program dari para pakar bimbingan dan konseling. Proses ini melibatkan dua orang pakar yang memiliki keahlian dan pengalaman dalam mengembangkan program bimbingan dan konseling. Masukan dari para pakar, dapat diinventarisasi sebagai berikut ini.


(40)

kepada tata penulisan yang baku agar program bimbingan pribadi-sosial untuk meningkatkan kedisiplinan siswa dapat dipahami oleh siswa, kepala sekolah, wali kelas dan guru bimbingan dan konseling.

b) Program bimbingan pribadi-sosial untuk meningkatkan kedisiplinan siswa agar disinergikan dengan program pembelajaran.

c) Struktur program dan satuan layanan yang digunakan agar disesuaikan dengan Rambu-Rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Persekolahan, misalnya dalam visi program dibuat lebik spesifik; tujuan yang hendak dicapai, gunakan standar kompetensi kemandirian mahasiswa; istilah ruang lingkup diganti dengan komponen program dan strategi; isi dan jenis layanan bimbingan digunakan istilah action plan.

2) Pengujian Keterbacaan Program

Pengujian keterbacaan program bertujuan agar naskah program bimbingan pribadi-sosial untuk meningkatkan kedisiplinan siswa dapat dipahami dengan baik oleh pengguna program, antara lain : kepala sekolah, wakil kepala sekolah, wali kelas dan siswa. Selain itu, pengujian keterbacaan program merupakan proses untuk menginventarisasi masukan bagi perbaikan program bimbingan pribadi-sosial untuk meningkatkan kedisiplinan siswa.


(41)

maka dihasilkan program bimbingan pribadi-sosial untuk meningkatkan kedisiplinan siswa, sebagai berikut.

Program program bimbingan pribadi-sosial untuk meningkatkan kedisiplinan siswa di dalamnya mencakup : rasional, visi dan misi program, deskripsi kebutuhan, tujuan program, komponen program, rencana operasional (action plan), pengembangan tema/ topik, dan evaluasi program.

2. Teknik Pengolahan Data

Teknik pengolahan data dalam penelitian ini terbagi dua. Bagian pertama dilakukan saat membakukan isntrumen penelitian, yaitu dengan menghitung validitas dan reliabilitasnya. Validitas menggunakan teknik korelasi item-total dengan rumus korelasi point-biserial, sedangkan reliabilitas menggunakan rumus statistik KR.

Bagian kedua adalah deskripsi profil. Profil ini dikembangkan atas dasar kategorisasi norma yang dibuat saat hasil validitas dan reliabilitas diketahui. Profil diperoleh dengan membuat kategorisasi tingi, sedang dan rendah. Tingkatan pengkategorian tinggi, sedang dan rendah tersebut menggunakan rumus kategorisasi skor aktual dengan perhitungan pesentil dibantu melalui SPSS Versi 14. Hal ini senada dengan pendapat Anastasi dan Urbina (2003: 44-49).


(42)

ketentuan kategori.

Kedisiplinan Total

Aspek I: Peraturan

Aspek II: Hukuman

Aspek III: Penghargaan

Aspek IV: Konsistensi

N Valid 42 42 42 42 42

Missing 0 0 0 0 0

Mean 47,83 37,45 3,48 2,45 4,45

Std. Deviation 5,079 3,921 ,671 ,670 1,173

Range 20 16 3 2 5

Minimum 37 28 1 1 1

Maximum 57 44 4 3 6

Percentiles 25 44,75 36,00 2,00 1,00 3,00

50 49,00 38,00 3,00 2,00 4,00

75 52,00 40,00 4,00 3,00 5,00

Tabel 3.5

Pedoman Kategorisasi Profil Kedisiplinan

KATEGORI PATOKAN

TOTAL

ASPEK 1: PERATURAN

ASPEK 2: HUKUMAN

ASPEK 3: PENGHARGAAN

ASPEK 4: KONSISTENSI

Tinggi X ≥ 52 X ≥ 40 X ≥ 4 X ≥ 3 X ≥ 5

Sedang 46 – 51 37 – 39 3 2 4

Rendah X ≤ 45 X ≤ 36 X ≤ 2 X ≤ 1 X ≤ 3

Untuk menentukan profil kedisiplinan secara umum baik total maupun per-aspek digunakan rumus persentasi sederhana. Rumus presentasi yaitu dengan membagi jumlah responden yang menjawab oleh jumlah total responden dikali 100% atau sebagai berikut.


(43)

Tahapan ini dilakukan setelah program bimbingan pribadi-sosial disusun berdasarkan data yang diperoleh di lapangan. Penilaian dilakukan oleh kepala sekolah, guru bimbingan dan konseling serta wali kelas X. Personil sekolah tersebut melakukan penimbangan terhadap program bimbingan pribadi-sosial yang dilihat berdasarkan visi misi, tujuan, aspek yang dikembangkan, materi, sampai pada media yang digunakan dalam proses pemberian layanan. Pada akhirnya personil sekolah akan memberi hasil kesimpulan terhadap program berupa kesimpulan program tersebut layak atau tidak layak untuk digunakan.


(44)

153

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Pada bagian ini diuraikan sejumlah kesimpulan penelitian sebagai hasil akhir dari rangkaian proses penelitian yang telah dilakukan sekaligus merupakan finalisasi hasil-hasil temuan penelitian beserta pembahasan yang telah ditampilkan pada bab IV.

1. Mayoritas kedisiplinan siswa kelas X tahun pelajaran 2009/2010 cenderung memperlihatkan kedisiplinan yang sedang, artinya siswa cukup mampu memperlihatkan ketaatan (kepatuhan) terhadap tata tertib dengan baik.

2. Gambaran berdasarkan empat aspek pembangun kedisiplinan ditemukan siswa yang memperlihatkan kedisiplinan rendah pada beberapa aspek yaitu aspek penghargaan dan konsistensi.

3. Program yang dikembangkan sifatnya developmental melalui kurikulum yang khusus dijabarkan dari konsep kedisiplinan. Artinya, secara umum konten dari layanan dasar (kurikulum bimbingan) yang mesti dikuasai siswa adalah konstruk dari kedisiplinan dalam penelitian.

4. Hasil penimbangan yang dilakukan oleh kepala sekolah dan guru bimbingan dan konseling menyatakan bahwa program bimbingan layak


(45)

anggaran dana yang lebih dispesifikkan, dukungan sistem yang harus lebih dijelaskan berdasarkan peran sekolah dan koordinasi dengan wakil kepala sekolah terkait penggunaan waktu pelaksanaan program layanan serta pemberian materi yang harus lebih disesuaikan dengan tema/ topik menyempurnakan program bimbingan pribadi-sosial yang disusun.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, diberikan rekomendasi kepada pihak sebagai berikut.

1. Bagi guru BK/konselor

Secara umum kedisiplinan siswa kelas X tahun ajaran 2009/2010 termasuk dalam kategori sedang pada aspek peraturan, hukuman, penghargaan dan konsistensi. Dengan demikian pelaksana kegiatan BK di SMA Darul Hikam Bandung diharapkan dapat memberikan pelayanan bimbingan yang bersifat preventif, pengembangan dan pemeliharaan kepada siswa, dengan tujuan agar siswa mampu meningkatkan dan memelihara kedisiplinan yang telah dimiliki.


(46)

Program ini dilaksanakan secara terpadu dengan program sekolah yang ada dan dengan mengoptimalkan dukungan sistem sekolah lainnya (personel sekolah), terutama dengan wali kelas dan orang tua siswa. Masih diperlukan basis empiris, suprastruktur dan infrastruktur yang memadai untuk mendukung diterapkannya rumusan program tersebut.

3. Bagi peneliti selanjutnya

a. Membandingkan gambaran umum kedisiplinan siswa SMA pada setiap jenjang kelas, gender, demografis, dan pola attachment sehingga gambaran yang dihasilkan cenderung dinamis dan menyeluruh.

b. Meneliti aspek-aspek kedisiplinan dan hubungannya dengan proses pembelajaran atau pola asuh orangtua

c. Melaksanakan uji coba empiris untuk menguji keefektifan program bimbingan pribadi-sosial bagi peningkatan kedisiplinan siswa.


(47)

156

DAFTAR PUSTAKA

Creswell, John. (1994). Research Design: Qualitative and Quantitative

Approaches. California: SAGA Publications, Inc.

Colvin G. (2008). 7 Langkah untuk Menyusun Rencana Disiplin Kelas Proaktif.

Jakarta: Macanan Jaya Cemerlang.

Depdiknas. 2004. Pedoman Pelaksanaan Pelayanan Bimbingan dan Konseling. Jakarta:Dirjen Dikdasmen, Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama.

Erikson, Erik H. (1989). Identitas dan Siklus Hidup Manusia : Bunga Rampai 1. Diterjemahkan dan Pendahuluan oleh Drs. Agus Cremers. Jakarta : PT Gramedia.

Gea, Antonius A. (2005). Relasi dengan Sesama : Character Building II. Jakarta : PT Gramedia.

Hadis, Abdul. (2006). Psikologi dalam Pendidikan. Bandung: Alfabeta Hurlock, B (1990) Perkembangan Anak, Jakarta: Erlangga.

Hurlock, E. B.. (1980). Developmental Psichology: A Life Span Approach (Fifth

ed.). Alih bahasa (1997). Istiwidayanti dan Soedjarwo. Psikologi Perkembangan. Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta:

Erlangga.

Ibnu Nizar I.M. (2009). Membentuk dan Meningkatkan Disiplin Anak Sejak Dini. Jogyakarta: DIVA Pres.

Masngudin HMS, dikutip dari htttp://www.depsos.go.id/Puslitbang/2007

McLeod J. (2006). Pengantar Konseling Teori dan Studi Kasus. Jakarta: Kencana. Mulyasa,E (2002). Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Rosdakarya

Nurihsan A.J. (2006). Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar Belakang. Bandung:Refika Aditama.


(48)

Tersedia: http://media.diknas.go.id/media/document/5117.pdf (5 Oktober 2009).

Riduwan. (2006). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru –Karyawan dan Peneliti

Pemula. Bandung: Alfabeta.

Sanusi, A. (1998). Pendidikan Alternatif Menyentuh Azas Dasar Persoalan

Pendidikan dan Kemasyarakatan. Bandung: Grapindo Media Pratama.

Sudjana, N. (2004). Dasar-Dasar Proses Pembelajaran. Bandung: Sinar Baru Al Gensindo.

Sudjana. (1992). Metode Statistika. Bandung: Tarsito

Sukardi D.W. (2008). Proses Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

Sukardi, D. W. (2008). Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan Konseling di

Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

Sukmadinata, Nana Sy. (2007). Bimbingan & Konseling dalam Praktek. Bandung: Maestro.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2008). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia

Winkel, W.S. dan Hastuti Sri, M.M. (2004). Bimbingan dan Konseling Di Institusi

Pendidikan. Jogyakarta: Media Abadi.

Yusuf, Sy (2009). Program Bimbingan & Konseling Di Sekolah. Bandung: Rizqi Pres.

Yusuf, Syamsu dan Nursihan, A.J. (2005). Landasan Bimbingan & Konseling. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Yusuf, Syamsu. (2006). Program Bimbingan dan Konseling Di Sekolah. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.


(1)

124

3. Hasil Penilaian Personil Sekolah

Tahapan ini dilakukan setelah program bimbingan pribadi-sosial disusun berdasarkan data yang diperoleh di lapangan. Penilaian dilakukan oleh kepala sekolah, guru bimbingan dan konseling serta wali kelas X. Personil sekolah tersebut melakukan penimbangan terhadap program bimbingan pribadi-sosial yang dilihat berdasarkan visi misi, tujuan, aspek yang dikembangkan, materi, sampai pada media yang digunakan dalam proses pemberian layanan. Pada akhirnya personil sekolah akan memberi hasil kesimpulan terhadap program berupa kesimpulan program tersebut layak atau tidak layak untuk digunakan.


(2)

153 BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Pada bagian ini diuraikan sejumlah kesimpulan penelitian sebagai hasil akhir dari rangkaian proses penelitian yang telah dilakukan sekaligus merupakan finalisasi hasil-hasil temuan penelitian beserta pembahasan yang telah ditampilkan pada bab IV.

1. Mayoritas kedisiplinan siswa kelas X tahun pelajaran 2009/2010 cenderung memperlihatkan kedisiplinan yang sedang, artinya siswa cukup mampu memperlihatkan ketaatan (kepatuhan) terhadap tata tertib dengan baik.

2. Gambaran berdasarkan empat aspek pembangun kedisiplinan ditemukan siswa yang memperlihatkan kedisiplinan rendah pada beberapa aspek yaitu aspek penghargaan dan konsistensi.

3. Program yang dikembangkan sifatnya developmental melalui kurikulum yang khusus dijabarkan dari konsep kedisiplinan. Artinya, secara umum konten dari layanan dasar (kurikulum bimbingan) yang mesti dikuasai siswa adalah konstruk dari kedisiplinan dalam penelitian.

4. Hasil penimbangan yang dilakukan oleh kepala sekolah dan guru bimbingan dan konseling menyatakan bahwa program bimbingan layak


(3)

154

untuk dilaksanakan dengan beberapa catatan diantaranya penggunaan anggaran dana yang lebih dispesifikkan, dukungan sistem yang harus lebih dijelaskan berdasarkan peran sekolah dan koordinasi dengan wakil kepala sekolah terkait penggunaan waktu pelaksanaan program layanan serta pemberian materi yang harus lebih disesuaikan dengan tema/ topik menyempurnakan program bimbingan pribadi-sosial yang disusun.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, diberikan rekomendasi kepada pihak sebagai berikut.

1. Bagi guru BK/konselor

Secara umum kedisiplinan siswa kelas X tahun ajaran 2009/2010 termasuk dalam kategori sedang pada aspek peraturan, hukuman, penghargaan dan konsistensi. Dengan demikian pelaksana kegiatan BK di SMA Darul Hikam Bandung diharapkan dapat memberikan pelayanan bimbingan yang bersifat preventif, pengembangan dan pemeliharaan kepada siswa, dengan tujuan agar siswa mampu meningkatkan dan memelihara kedisiplinan yang telah dimiliki.


(4)

155

2. Kepala Sekolah

Program ini dilaksanakan secara terpadu dengan program sekolah yang ada dan dengan mengoptimalkan dukungan sistem sekolah lainnya (personel sekolah), terutama dengan wali kelas dan orang tua siswa. Masih diperlukan basis empiris, suprastruktur dan infrastruktur yang memadai untuk mendukung diterapkannya rumusan program tersebut.

3. Bagi peneliti selanjutnya

a. Membandingkan gambaran umum kedisiplinan siswa SMA pada setiap jenjang kelas, gender, demografis, dan pola attachment sehingga gambaran yang dihasilkan cenderung dinamis dan menyeluruh.

b. Meneliti aspek-aspek kedisiplinan dan hubungannya dengan proses pembelajaran atau pola asuh orangtua

c. Melaksanakan uji coba empiris untuk menguji keefektifan program bimbingan pribadi-sosial bagi peningkatan kedisiplinan siswa.


(5)

156

DAFTAR PUSTAKA

Creswell, John. (1994). Research Design: Qualitative and Quantitative Approaches. California: SAGA Publications, Inc.

Colvin G. (2008). 7 Langkah untuk Menyusun Rencana Disiplin Kelas Proaktif. Jakarta: Macanan Jaya Cemerlang.

Depdiknas. 2004. Pedoman Pelaksanaan Pelayanan Bimbingan dan Konseling. Jakarta:Dirjen Dikdasmen, Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama.

Erikson, Erik H. (1989). Identitas dan Siklus Hidup Manusia : Bunga Rampai 1. Diterjemahkan dan Pendahuluan oleh Drs. Agus Cremers. Jakarta : PT Gramedia.

Gea, Antonius A. (2005). Relasi dengan Sesama : Character Building II. Jakarta : PT Gramedia.

Hadis, Abdul. (2006). Psikologi dalam Pendidikan. Bandung: Alfabeta Hurlock, B (1990) Perkembangan Anak, Jakarta: Erlangga.

Hurlock, E. B.. (1980). Developmental Psichology: A Life Span Approach (Fifth ed.). Alih bahasa (1997). Istiwidayanti dan Soedjarwo. Psikologi Perkembangan. Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.

Ibnu Nizar I.M. (2009). Membentuk dan Meningkatkan Disiplin Anak Sejak Dini. Jogyakarta: DIVA Pres.

Masngudin HMS, dikutip dari htttp://www.depsos.go.id/Puslitbang/2007

McLeod J. (2006). Pengantar Konseling Teori dan Studi Kasus. Jakarta: Kencana. Mulyasa,E (2002). Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Rosdakarya

Nurihsan A.J. (2006). Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar Belakang. Bandung:Refika Aditama.


(6)

157

Paringadi, D (2008). Menciptakan Sekolah Yang Aman, Nyaman Dan Mandiri. Tersedia: http://media.diknas.go.id/media/document/5117.pdf (5 Oktober 2009).

Riduwan. (2006). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru –Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta.

Sanusi, A. (1998). Pendidikan Alternatif Menyentuh Azas Dasar Persoalan Pendidikan dan Kemasyarakatan. Bandung: Grapindo Media Pratama. Sudjana, N. (2004). Dasar-Dasar Proses Pembelajaran. Bandung: Sinar Baru Al

Gensindo.

Sudjana. (1992). Metode Statistika. Bandung: Tarsito

Sukardi D.W. (2008). Proses Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

Sukardi, D. W. (2008). Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan Konseling di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

Sukmadinata, Nana Sy. (2007). Bimbingan & Konseling dalam Praktek. Bandung: Maestro.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2008). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia

Winkel, W.S. dan Hastuti Sri, M.M. (2004). Bimbingan dan Konseling Di Institusi Pendidikan. Jogyakarta: Media Abadi.

Yusuf, Sy (2009). Program Bimbingan & Konseling Di Sekolah. Bandung: Rizqi Pres.

Yusuf, Syamsu dan Nursihan, A.J. (2005). Landasan Bimbingan & Konseling. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Yusuf, Syamsu. (2006). Program Bimbingan dan Konseling Di Sekolah. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.