PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL UNTUK PENINGKATAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA.

(1)

DANI TOHIR, 2015

PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL

UNTUK PENINGKATAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

UNTUK PENINGKATAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA

(Studi Pra Eksperimen pada Siswa Kelas VIII MTs. Al Bidayah Kabupaten Bandung Barat Tahun Pelajaran 2014/2015)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Bidang Bimbingan dan Konseling

Oleh DANI TOHIR

1101258

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2015


(2)

DANI TOHIR, 2015

PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL

UNTUK PENINGKATAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul “Program

Bimbingan Pribadi Sosial untuk Peningkatan Kepercayaan Diri Siswa (Studi Pra Eksperimen pada Siswa Kelas VIII MTs. Al Bidayah Kabupaten Bandung Barat Tahun Pelajaran 2014/2015)” ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri. Saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika ilmu yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi apabila di kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran etika keilmuan atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Januari 2015 Yang Membuat Pernyataan,

Dani Tohir NIM. 1101258


(3)

DANI TOHIR, 2015

PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL

UNTUK PENINGKATAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DANI TOHIR

PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL UNTUK PENINGKATAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA (Studi Pra Eksperimen pada Siswa Kelas VIII MTs. Al Bidayah

Kabupaten Bandung Barat Tahun Pelajaran 2014/2015)

Disetujui dan disahkan oleh pembimbing: Pembimbing I

Prof. Dr. H. Juntika Nurihsan, M. Pd NIP. 19660601 199103 1 005

Pembimbing II

Dr. Hj. Nani M. Sugandhi, M. Pd NIP. 19570830 198101 2 001

Mengetahui

Ketua Jurusan Bimbingan dan Konseling


(4)

DANI TOHIR, 2015

PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL

UNTUK PENINGKATAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA


(5)

DANI TOHIR, 2015

PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL

UNTUK PENINGKATAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu i

Dani Tohir (2015). Program Bimbingan Pribadi Sosial untuk Peningkatan Kepercayaan

Diri Siswa (Studi Pra Eksperimen pada Siswa Kelas VIII MTs. Al Bidayah Kabupaten Bandung Barat Tahun Pelajaran 2014/2015). Penelitian ini dilatarbelakangi adanya fenomena siswa yang kurang memiliki kepercayaan diri, padahal kepercayaan diri itu sangat penting dimiliki oleh siswa karena kepercayaan diri merupakan modal dasar dalam proses pengembangan diri. Disamping itu di MTs. Al Bidayah belum ada program bimbingan dan konseling yang khusus untuk peningkatan kepercayaan diri siswa. Penelitian ini bertujuan menghasilkan program bimbingan pribadi sosial untuk peningkatan kepercayaan diri siswa dan melihat efektivitas program bimbingan pribadi sosial dalam meningkatkan kepercayaan diri. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian pra-eksperimen. Partisipan penelitian adalah siswa kelas VIII MTs. Al Bidayah kab. Bandung Barat tahun pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 63 siswa, teknik pengambilan sampel secara simple random sampling. Untuk melihat efektifitas program dilakukan ujicoba terhadap 11 orang siswa yang memiliki kepercayaan diri rendah. Alat pengumpul data menggunakan instrumen tertulis berupa angket. Hasil penelitian menunjukkan: (1) berdasarkan penimbangan pakar, program bimbingan pribadi sosial untuk peningkatan kepercayaan diri siswa terdiri atas materi: memiliki arah dan nilai-nilai yang dipegang, memiliki motivasi, memiliki emosi yang stabil, berpikir positif, sadar diri, berperilaku fleksibel, senang tantangan untuk mengembangkan diri, enerjik dan memiliki kesehatan mental yang baik, siap menghadapi risiko, dan memiliki tujuan yang jelas; (2) pada perhitungan paired sample t-test menunjukkan besarnya thitung yaitu sebesar -5.123

sementara ttabel dengan α = 0.05 dan df n – 1= (11 - 1 = 10) dengan harga 1.812. Dengan

kata lain program bimbingan pribadi sosial efektif untuk peningkatan kepercayaan diri siswa kelas VIII MTs. Al Bidayah kab. Bandung Barat tahun pelajaran 2014/2015.


(6)

DANI TOHIR, 2015

PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL

UNTUK PENINGKATAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ii

ABSTRACT

Dani Tohir (2015). Social Personal Guidance Programme for Improving Students’ Self-Confidence (Pre Experiment Study on year 8 Students of MTs. Al Bidayah Bandung Barat District 2014/2015). This research is based on a phenomena of students who have low self-confidence. This self-confidence is very important as an investment in

processing student’s self-develop. Furthermore, there’s no guidance and counseling

programme related to improving students’ self-confidence in MTs. Al Bidayah. The purpose of this research is to develop a programme of social personal guidance for

improving students’ self-confidence and to gain insight of the effectivity of this programme. The method used is pre-experiment and the participants of this research are 63 students of year 8 (2014/2015) in MTs. Al Bidayah Bandung Barat District. Simple random sampling was used to choose the participants and try out applied to 11 students who have low self-confidence to recognize the effectivity of programme. Data collection method used is questionnaire. The research result shows that (1) based on expert

consideration, this guidance programme to improve students’ self-confidence consists of direction and values, motivation, emotional stability, a positive mind-set, self-awareness, flexibility in behavior, eagerness to develop, mentally health and energy, a willingness to take risks, and a sense of purpose; (2) on paired sample t-test shows thitung which is -5.123

while ttabel with α = 0.05 and df n – 1= (11 - 1 = 10) equal to 1.812. in the other words, social personal guidance programme is effective to improve students’ self-confidence in year 8 of MTs. Al Bidayah Bandung Barat District of 2014/2015.


(7)

DANI TOHIR, 2015

PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL

UNTUK PENINGKATAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Manusia adalah mahluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri. Manusia membutuhkan keberadaan manusia lain terkait kebutuhannya baik dalam bentuk jasa maupun kebutuhan yang sifatnya material. Kebutuhan manusia akan mudah terpenuhi dari orang lain apabila terjalin suatu hubungan yang baik antar sesama manusia yang saling berinteraksi dalam suatu lingkungan. Manusia dalam memenuhi kebutuhannya, memerlukan hubungan sosial yang ramah dengan cara membina hubungan yang baik dengan orang lain. Manusia selalu ingin berhubungan dengan orang lain secara positif. Manusia ingin bergabung dengan orang lain, ingin mengendalikan dan dikendalikan, dan ingin mencintai dan dicintai (Rakhmat, 2005, hlm. 14).

Keadaan seperti itu dirasakan oleh setiap orang dalam kehidupannya termasuk para remaja. Masa remaja yang dalam bahasa aslinya disebut

adolescence, berasal dari bahasa latin adolescere artinya tumbuh atau tumbuh

untuk mencapai kematangan. Perkembangan lebih lanjut, istilah adolescence sesunguhnya memiliki arti yang luas, mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik (Hurlock, 1980, hlm. 206). Pandangan ini di dukung oleh Piaget (dalam Moh. Ali dan Moh. Asrori, 2004, hlm. 9) yang mengatakan bahwa secara psikologis, remaja adalah suatu usia pada waktu individu menjadi terintegrasi ke dalam masyarakat dewasa, suatu usia ketika anak tidak merasa bahwa dirinya berada di bawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa sama, atau paling tidak sejajar.

Karena itu tidak aneh bila dikatakan masa remaja adalah masa yang paling penting, yaitu tahap pencarian jati diri, remaja mulai merasakan suatu perasaan tentang identitasnya sendiri, perasaan bahwa dirinya adalah individu yang unik yang siap memasuki suatu peran yang berarti di masyarakat, baik peran yang bersifat menyesuaikan diri maupun bersifat memperbarui. Tetapi


(8)

DANI TOHIR, 2015

PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL

UNTUK PENINGKATAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

karena peralihan yang sulit dari masa kanak-kanak ke masa dewasa di satu pihak dan karena kepekaan terhadap perubahan sosial dan historis di pihak lain, maka akan mengalami krisis identitas. Bila krisis ini tidak segera diatasi, maka remaja akan mengalami kebingungan peran atau kekacauan identitas, yang dapat menyebabkan anak merasa terisolir, minder atau kurang percaya diri, cemas, hampa dan bimbang, serta kurang memiliki keyakinan akan kemampuan diri.

Salah satu tugas perkembangan masa remaja dalam mencapai jati dirinya dapat dilakukan melalui pergaulan hidup baik dengan keluarga, guru, maupun teman sebaya. Hampir sebagian besar waktu dalam kehidupan remaja digunakan untuk berinteraksi dengan orang lain. Interaksi sosial dengan teman sebaya merupakan salah satu unsur penting untuk memenuhi kebutuhan akan harga dirinya. Apabila hal tersebut tidak tercapai maka individu akan mengalami masalah dalam kesehariannya.

Salah satu aspek dari remaja yang perlu diperhatikan adalah percaya diri (self confidence), yang merupakan salah satu modal dalam kehidupan yang harus ditumbuhkan pada diri setiap siswa agar kelak dapat menjadi manusia yang mampu mengontrol berbagai aspek yang ada pada dirinya, dengan kemampuan tersebut siswa akan lebih jernih dalam mengatur tujuan dan sasaran pribadi yang jelas, maka akan lebih mampu dalam mengarahkan perilaku menuju keberhasilan.

Mengkaji beberapa istilah percaya diri yang dikemukakan dari beberapa sumber dapat diketahui sebagai berikut ini. Menurut Kate Burton

dan Brinley Platts (2006, hlm. 9) “Confidence is the ability to take appropriate and effective action in any situation, however challenging it

appears to you or others”. Sementara definisi self-confident menurut

Cambridge Dictionaries Online yaitu “behaving calmly because you have no doubts about your ability or knowledge”, dan Menurut Fishbein & Ajzen (Parsons, Croft, & Harrison, 2011 hlm. 53), “self-confidence is a belief”.

Dari definisi-definisi tersebut dapat diketahui bahwa kepercayaan diri adalah kemampuan untuk mengambil tindakan secara tepat dan efektif dalam


(9)

DANI TOHIR, 2015

PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL

UNTUK PENINGKATAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

situasi apa pun, meskipun hal tersebut tampaknya bersifat menantang dirinya. Percaya diri itu merupakan ketenangan dalam melakukan sesuatu karena tidak ada keraguan dalam kemampuan dan pengetahuan, serta percaya diri itu adalah sebuah keyakinan akan kemapuan dirinya.

Menurut Scoenfeld (Hannula, Maijala, & Pehkonen, 2004, hlm. 17) pemahaman dan perasaan kepercayaan individu yang membentuk individu dapat terlibat dalam perilaku. “Feelings of self-confidence are very motivating to student who have not enjoyed many successes in school” yang maknanya bahwa perasaan dari kepercayaan diri sangat memotivasi kepada siswa yang belum menikmati banyak keberhasilan di sekolah.

Kepercayaan diri menurut Ghufron dan Rini (2011, hlm. 35), adalah keyakinan untuk melakukan sesuatu pada diri subjek sebagai karakteristik pribadi yang di dalamnya terdapat kemampuan diri, optimis, objektif, bertanggung jawab, rasional dan realistis. Sementara Fauziah (2009, hlm. 1) menyebutkan bahwa kepercayaan diri adalah efek dari bagaimana seseorang merasa, meyakini, dan mengetahui. Seseorang dengan kepercayaan diri yang tinggi memiliki perasaan positif terhadap dirinya, memiliki keyakinan yang kuat atas dirinya, serta mempunyai pengetahuan akurat terhadap kemampuan yang dimiliki.

Rasa percaya diri sangat penting dalam hal mengembangkan sikap sosialisasi di dalam lingkungan yang baru. Seseorang yang percaya diri akan merasa nyaman pada lingkungan yang bagaimanapun dan kondisi yang seperti apapun karena dapat dengan mudah beradaptasi. Sebaliknya, kepercayaan diri yang rendah merupakan penghambat seseorang untuk dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya.

Dalam ruang lingkup sekolah cara siswa berinteraksi dengan teman sangat beraneka ragam. Ada yang memiliki keterampilan berinteraksi dengan baik dan ada pula yang tidak. Siswa yang mempunyai keterampilan berinteraksi yang baik, akan memiliki banyak teman dan diterima dalam lingkungannya. Sebaliknya, siswa yang tidak memiliki keterampilan berinteraksi, akan terisolasi, merasa minder dan tidak percaya diri. Seperti


(10)

DANI TOHIR, 2015

PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL

UNTUK PENINGKATAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang dikemukakan oleh Cucu Sustisna (2010, hlm. 3) bahwa tanpa adanya rasa percaya diri yang tertanam dengan kuat di dalam jiwa anak (siswa), pesismisme dan rasa rendah diri akan dapat menguasainya dengan mudah.

Berdasrkan hasil studi pendahuluan dapat diketahui bahwa profil kepercayaan diri siswa MTs. Al Bidayah Kab. Bandung Barat sebagai berikut.

Tabel 1.1

Hasil Survey Aspek-aspek Kepercayaan Diri Siswa MTs. Al Bidayah Kab. Bandung Barat

Tahun Pelajaran 2014/2015

No Aspek Kepercayaan Diri

Kategori

Total Rendah

(%)

Sedang (%)

Tinggi (%) 1

Memiliki arah dan nilai-nilai yang di-pegang (Direction and

values)

23.81 49.21 26.98 100%

2 Memiiki motivasi (Motivation) 15.87 71.43 12.7 100% 3 Memiliki emosi yang stabil (Emotional stability) 14.29 74.06 11.11 100% 4 Berpikir positif (A positive mind-set) 12.7 73.02 14.29 100% 5 Sadar diri (Self-awareness) 22.22 63.49 14.29 100% 6 Berprilaku fleksibel (Flexibility in behavior) 11.11 77.78 11.11 100% 7 Menyenangi tantangan (Eagerness to develop) 26.98 50.79 22.22 100%

8

Memiliki kesehatan mental yang baik dan enerjik (Health

and energy)

17.46 71.43 11.11 100%

9 Siap menghadapi risiko (A willingness to take risks) 20.6 66.7 12.7 100% 10 Memiliki tujuan hidup yang jelas (A sense of purpose) 22.22 65.08 12.7 100%

Total 17.46 69.84 12.7 100%

Data hasil penelitian pendahuluan dengan melakukan survey kepada 63 siswa di MTs. Al Bidayah Kab. Bandung Barat, menunjukkan bahwa responden yang memiliki kepercayaan diri rendah sebanyak 11 siswa atau (17,46%), yang memiliki kepercayaan diri sedang sebanyak 44 siswa atau (69,84%) siswa, dan yang memiliki tingkat kepercayaan diri tinggi ada 8


(11)

DANI TOHIR, 2015

PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL

UNTUK PENINGKATAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

siswa atau (12,70%). Data diatas menjelaskan lebih dari setengahnya yaitu 69,84% berada pada tarap sedang dan hanya 12,70% berada pada kategori tinggi. Hal ini menunjukkan tingkat kepercayaan diri para siswa belum mencapai tingkat yang diharapkan yaitu mencapai tingkatan yang tinggi.

Kurang kuatnya rasa percaya diri siswa, dengan berada pada tingkatan sedang ini, seperti dikemukan E. B. Hurlock (1980, hlm. 192) para siswa sudah masuk pada masa remaja dan masa puber. Pada masa-masa seperti ini anak remaja yang tadinya sangat yakin pada diri sendiri, sekarang menjadi kurang percaya diri dan takut akan kegagalan karena daya tahan fisik menurun dan karena kritik yang bertubi-tubi datang dari orang tua dan teman-temannya. Banyak anak laki-laki dan perempuan setelah masa puber mempunyai perasaan rendah diri.

Hasil penelitian lain yang sejalan dengan hasil penelitian ini adalah hasil penelitian yang dilakukan Kadek Suhardita (2011, hlm.111) yang meneliti siswa kelas XI SMA Laboratorium (percontohan) UPI tahun pelajaran 2010/2011, hasil penelitiannya menyebutkan bahwa siswa yang kepercayaan diri sangat rendah 3,62%, kategori rendah 13, 77%, kategori sedang 57,97%, kategori tinggi 22,46%, dan yang masuk kategori sangat tinggi ada 2, 17%. Hal ini berarti kecenderungan para remaja kepercayaan dirinya berada pada tarap cukup.

Fenomena-fenomena di atas tentunya sangat berkaitan erat dengan perlunya pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah. Bimbingan dan konseling pada hakekatnya adalah bantuan dalam rangka memfasilitasi siswa agar mencapai tugas-tugas perkembangan yang optimal dan memandirikan. Salah satu bentuk bimbingan yang dapat diberikan untuk membantu siswa yang berkaitan dengan upaya Peningkatan kepercayaan dirinya ialah bimbingan pribadi sosial, karena bimbingan pribadi sosial merupakan bimbingan untuk membantu siswa mengatasi masalah-masalah yang bersifat pribadi dan sosial.


(12)

DANI TOHIR, 2015

PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL

UNTUK PENINGKATAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Bimbingan pribadi sosial ini dapat lebih diarahkan untuk memantapkan kepribadian dan mengembangkan kemampuan siswa dalam menangani masalah-masalah dirinya yang meliputi masalah hubungan dengan sesama teman, pemahaman sifat, kemampuan diri, penyesuaian diri dengan lingkungan sekolah dan masyarakat, penyelesaian konflik, serta kemampuannya dalam melakukan komunikasi interpersonal dengan orang lain (Juntika Nurikhsan, 2007, hlm. 16).

Pendapat lainya yaitu pendapat Yusuf (2009, hlm. 11), menyatakan bahwa bimbingan pribadi sosial adalah bimbingan untuk membantu para individu dalam memecahkan masalah-masalah pribadi sosial. Yang tergolong dalam masalah-masalah pribadi sosial ini adalah masalah hubungan dengan sesama teman, dengan dosen, serta staf, permasalahan sifat dan kemampuan diri, penyesuaian diri dengan lingkungan pendidikan dan masyarakat tempat mereka tinggal dan penyelesaian konflik. Inti dari pengertian bimbingan pribadi sosial yang dikemukakan oleh Syamsu Yusuf adalah bantuan yang diberikan kepada individu untuk menyelesaikan masalah sosial pribadi yang dialaminya seperti masalah hubungan sosial, permasalahan sifat dan kemampuan diri, penyesuaian diri dengan lingkungan pendidikan dan masyarakat, serta dapat menyelesaikan konflik.

Dari uraian tersebut dapat diketahui bahwa layanan bimbingan pribadi sosial, merupakan suatu proses untuk membantu individu atau siswa dalam mengembangkan dan Peningkatan kemampuan dirinya yang berkaitan dengan masalah fisik, emosi, sosial, dan spiritual, untuk mencapai kualitas hidup yang lebih baik.

Dengan demikian, sudah menjadi tugas konselor untuk mengambil peran serta peduli dalam membantu siswa mengatasi permasalahan-permasalahan yang dialaminya dan membantu siswa untuk mengembangkan potensinya secara optimal, khususnya dalam mengembangkan kemampuan kepercayaan diri, karena kepercayaan diri merupakan salah satu dimensi dan potensi yang harus dimiliki siswa. Selain itu, rancangan program bimbingan dan konseling yang direncanakan secara sistematis, terarah, dan terpadu


(13)

DANI TOHIR, 2015

PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL

UNTUK PENINGKATAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dalam upaya peningkatan kepercayaan diri siswa seyogyanya dikembangkan dengan baik.

Hal ini karena, kepercayaan diri bukan merupakan bakat (bawaan), melainkan kualitas mental, artinya kepercayaan diri merupakan pencapaian yang dihasilkan dari proses pendidikan atau pemberdayaan. Kepercayaan diri dapat dilatih atau dibiasakan. Faktor lingkungan, terutama orang tua dan guru berperan sangat besar. Hal ini sesuai dengan beberapa hasil penelitian diantaranya sebagai berikut ini.

Penelitian Ali Haydar, Avcu, dan IúÕklar (2010, hlm. 1-2) dalam jurnal yang berjudul Analyzing undergraduate students’self confidence levels

in terms of some variable, penelitian ini dilakukan untuk menganalisa tingkat

kepercayaan diri mahasiswa dalam hal beberapa variabel. Populasi penelitian terdiri dari empat departemen di Aksaray University. Hasilnya mengungkapkan bahwa

Self confidence has a very significant impact both on expressing yourself during interpersonal relations and making up relations with others. Acting without self confidence may lead to isolation or retreatment of an individual from society. Because of that, therapists have been very much concerned about self confidence. Many people have difficulty in asserting their rights. These people should increase their self confidence levels in proper situations.

Pentingnya kepercayaan diri telah menarik minat beberapa peneliti, diantaranya Nissa Kurniawati yang meneliti kepercayaan diri siswa saat maju di depan kelas. Hasil penelitiannya menjelaskan bahwa tingkat kepercayaan diri siswa saat maju di depan kelas pada siswa kelas VII SMP Teuku Umar meningkat setelah memperoleh konseling realita. (Nissa Kurniawati, 2012, hlm. viii). Penelitian dari Kadek Suhardita tentang efektivitas penggunaan tehnik permainan dalam bimbingan kelompok untuk meningkatkan percaya diri siswa, menjelaskan bahwa program intervensi penggunaan tehnik permainan dalam bimbingan kelompok dapat meningkatkan percaya diri siswa kelas XI SMA Laboratorium (percontohan) UPI Bandung tahun ajaran 2010/2011 (Suhardita, 2011, hlm 127). Sementara penelitian Cucu Sutisna


(14)

DANI TOHIR, 2015

PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL

UNTUK PENINGKATAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(2010, hlm. 79) tentang peningkatan kepercayaan diri siswa melalui strategi layanan bimbingan kelompok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kepercayaan diri siswa yang awalnya rendah bisa ditingkatkan melalui bimbingan kelompok.

Paparan fakta menunjukkan bahwa para siswa perlu mendapatkan satu program bimbingan untuk peningkatan kepercayaan dirinya. Oleh karena itu program bimbingan pribadi sosial untuk peningkatan kepercayaan diri sangat penting untuk dikembangkan dan diimplementasikan agar siswa siap menghadapai berbagai tantangan kehidupan dan mampu mencapai prestasi atau kesuksesan dalam hidupnya yang lebih baik.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang dinyatakan bahwa rasa percaya diri adalah hal yang sangat penting bagi remaja/siswa, namun hasil survey studi pendahuluan diperoleh data bahwa siswa yang memiliki kepercayaan diri rendah sebanyak 11 siswa atau (17,46%), yang memiliki kepercayaan diri sedang sebanyak 44 siswa atau (69,84%) siswa, dan yang memiliki tingkat kepercayaan diri tinggi ada 8 siswa atau (12,70%).

Melalui penelaahan pada setiap aspek dan indikator kepercayaan diri siswa, maka dapat diketahui bahwa kurang kuatnya kepercayaan diri siswa tersebut dikarenakan siswa masih kurang menyadari pentingnya nilai-nilai luhur dalam kehidupan. Siswa masih kurang memiliki motivasi yang kuat dalam belajar, kurang tabah, kurang sabar, dan kurang ulet dalam mengerjakan suatu tugas. Belum memiliki emosi yang stabil. Pesimis dan banyak berpikiran negatif. Kurang menyadari potensi dirinya, baik kekuatan maupun kelemahan yang ada pada dirinya. Kurang fleksibel dalam pergaulan. Tidak siap menghadapi tantangan. Tidak percaya diri dengan keadaan fisiknya. Tidak siap menghadapi risiko dan segala kemungkinan yang terjadi. Belum padu dalam menetapkan berbagai tujuan dalam kehidupan.


(15)

DANI TOHIR, 2015

PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL

UNTUK PENINGKATAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Selama ini program layanan bimbingan konseling khususnya layanan bimbingan pribadi sosial belum memfasilitasi siswa dalam peningkatan kepercayaan dirinya. Oleh karena itu, perlu disusun sebuah program yang tertata dan terkoordinasi secara sistematik dengan berbasis hasil penelitian yang tepat untuk mencapai tujuan peningkatkan kepercayaan diri siswa..

C. Rumusan Masalah

Berangkat dari pemikiran dan fenomena yang telah dijelaskan dalam latar belakang dan identifikasi masalah, maka rumusan permasalahan penelitian ini adalah bagaimana program bimbingan pribadi sosial untuk peningkatan kepercayaan diri siswa kelas VIII MTs. Al Bidayah Kab. Bandung Barat tahun pelajaran 2014/2015?

Adapun pertanyaan penelitiannya adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah program bimbingan pribadi sosial untuk peningkatan kepercayaan diri siswa kelas VIII MTs. Al Bidayah Kab. Bandung Barat tahun pelajaran 2014/2015.

2. Bagaimanakah efektifitas program bimbingan pribadi sosial untuk peningkatan kepercayaan diri siswa kelas VIII MTs. Al Bidayah Kab. Bandung Barat tahun pelajaran 2014/2015.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mendapatkan program bimbingan pribadi sosial yang efektif dalam peningkatan kepercayaan diri siswa, adapun tujuan yang lainnya adalah sebagai berikut:

1. Penyusunan program bimbingan pribadi sosial untuk peningkatan kepercayaan diri siswa kelas VIII MTs. Al Bidayah Kab. Bandung Barat tahun pelajaran 2014/2015.

2. Mengetahui keefektifan program bimbingan pribadi sosial untuk peningkatan kepercayaan diri siswa kelas VIII MTs. Al Bidayah Kab. Bandung Barat tahun pelajaran 2014/2015.


(16)

DANI TOHIR, 2015

PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL

UNTUK PENINGKATAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

Secara teoretis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

a) Pengembangan khasanah baru dalam bidang bimbingan dan konseling dalam rangka peningkatan kepercayaan diri siswa.

b) Memperkaya studi keilmuan tentang program bimbingan pribadi sosial yang efektif untuk peningkatan kepercayaan diri siswa.

c) Menambah wawasan tentang layanan bimbingan pribadi sosial yang efektif untuk peningkatan kepercayaan diri siswa.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai berikut:

a) Rujukan bagi guru bimbingan dan konseling agar dapat lebih mengoptimalkan pelayanan bimbingan dan konseling dalam mengembangkan program bimbingan pribadi sosial untuk peningkatan kepercayaan diri siswa.

b) Masukan bagi wali kelas/guru mata pelajaran agar dapat lebih memahami pentingnya para siswa memiliki rasa percaya diri dalam aktivitas belajar mengajar serta upaya bimbingan pribadi sosial untuk peningkatan kepercayaan diri siswa.

F. Asumsi dan Hipotesis Penelitian 1. Asumsi Penelitian

a) Confidence is the ability to take appropriate and effective action in any

situation, however challenging it appears to you or others”. (Kate Burton dan Brinley Platts, 2006, hlm. 9).

b) Seseorang dengan kepercayaan diri yang tinggi memiliki perasaan positif terhadap dirinya, memiliki keyakinan yang kuat atas dirinya, serta


(17)

DANI TOHIR, 2015

PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL

UNTUK PENINGKATAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mempunyai pengetahuan akurat terhadap kemampuan yang dimiliki (Fauziah, 2009, hlm. 1).

c) Bimbingan pribadi sosial merupakan bimbingan yang diarahkan untuk memantapkan kepribadian dan mengembangkan kemampuan individu dalam menangani masalah-masalah dirinya, meliputi masalah hubungan dengan sesama teman, pemahaman sifat, penyesuaian diri dengan lingkungan pendidikan dan masyarakat, penyelesaian konflik, serta kemampuan diri yaitu kemampuannya dalam melakukan komunikasi interpersonal dengan orang lain (Juntika Nurikhsan, 2007, hlm. 16).

2. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan asumsi di atas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah program bimbingan pribadi sosial efektif untuk peningkatan kepercayaan diri siswa.


(18)

DANI TOHIR, 2015

PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL

UNTUK PENINGKATAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 11

BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL, KEPERCAYAAN DIRI, SERTA PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL

UNTUK PENINGKATAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA

A. Konsep Dasar Bimbingan Pribadi Sosial 1. Pengertian Bimbingan Pribadi Sosial

Bimbingan merupakan upaya untuk membantu individu berkembang sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya secara bertahap dalam proses yang matang. Rochman Natawidjaja (Yusuf, 2009, hlm. 38) mengartikan bimbingan sebagai proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya, sehingga sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan keluarga serta masyarakat.

Bimbingan merupakan salah satu alternatif solusi ideal untuk mengembangkan kemampuan dan potensi siswa. Tentunya bimbingan yang dimaksud bersifat khusus, seperti yang ditegaskan Nana Syaodih S. (2005, hlm.233) yaitu, suatu upaya atau program membantu mengoptimalkan perkembangan siswa.

Bimbingan merupakan komponen utama dalam jalur pendidikan, komponen tersebut memiliki sinergitas dengan komponen yang lain. Efektifitas pendidikan dapat tercapai apabila ketiga komponen tersebut dapat terlaksana. Ketiga komponen tersebut adalah bidang adminitrasi dan kepemimpinan, bidang instruksional atau kurikuler dan bidang bimbingan dan konseling. Pendidikan yang hanya menekankan pada bidang administrasi dan instruksional saja, maka pendidikan hanya menghasilkan siswa yang memiliki kemampuan intelektualitas dan terampil pada aspek akademik, namun kurang memiliki kemampuan dan kematangan kepribadian (Depdiknas, 2008, hlm. 193-194), sehingga seluruh aspek yang termaktub dalam tujuan pendidikan tidak tercapai


(19)

DANI TOHIR, 2015

PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL

UNTUK PENINGKATAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

secara meyeluruh terutama pada aspek pribadi dan sosial seperti berakhlak (moral) mulia dan memiliki kepribadian yang mantap dan mandiri.

Hal tersebut senada dengan pendapat Guez, W. dan Allen, J. (2000, hlm. 7) yang menyatakan bahwa banyak sekolah yang kurang memperhatikan potensi siswa yang semestinya diperhatikan melalui layanan bimbingan.

A majority of these school leavers are not aware of theirpotential. There is, therefore, a need to help young people and children to knowthemselves, i.e., their abilities, interests, personalities, values and beliefs, and potential.They should also be assisted to acquire the skills they need in order to cope with thedifferent circumstances they may encounter later on in life.

Hurlock (1980, hlm. 225) menjelaskan bahwa untuk mengarahkan pemahaman dan kemampuan remaja supaya berkembang secara optimal (ketika pada masa pergantian dari anak ke remaja) bimbingan merupakan salah satu solusi. Bimbingan secara umum dapat didefenisikan sebagai process of helping an individual to understand

himself and his world. Sunaryo Kartadinata, mengartikannya bimbingan

sebagai proses membantu siswa untuk mencapai perkembangan secara optimal (dalam Yusuf, 2009, hlm. 38).

Sementara Guez, W. dan Allen, J. (2000, hlm. 13 ) menyatakan

Guidancecan be defined as a process, developmental in nature, by which anindividual is assisted to understand, accept and use his/her abilities, aptitudes andinterests and attitudinal patterns in relation to his/her aspirations. Guidance as aneducational construct involves those experiences that assist each learner to understandhim/herself, accept him/herself, and live effectively in his/her society.

Berkaitan dengan bimbingan konseling sosial pribadi, Prayitno dan Erman Amti (2004, hlm. 167) menyatakan bahwa bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada individu atau kelompok individu guna terciptanya pribadi yang mandiri. Sedangkan mengenai pengertian kepribadian, para ahli psikologi memusatkan perhatiannya


(20)

DANI TOHIR, 2015

PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL

UNTUK PENINGKATAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pada faktor-faktor fisik dan genetika, berpikir dan pengamatan, serta dinamika motivasi dan perasaan. Maka, bimbingan pribadi-sosial merupakan bagian dari bidang bimbingan yang didalamnya juga mencakup bimbingan belajar serta bimbingan karier.

Bimbingan pribadi merupakan upaya untuk membantu individu dalam menemukan dan mengembangkan pribadi yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, mantap dan mandiri serta sehat jasmani dan rohani. Sementara bimbingan sosial merupakan upaya untuk membantu individu dalam mengenal dan berhubungan dengan lingkungan sosial yang diisi budi pekerti luhur dan tanggung jawab. Sedangkan bimbingan pribadi sosial merupakan bantuan yang diberikan untuk menghadapi keadaan batinnya sendiri dan mengatasi pergumulan atau gejolak dalam hatinya guna mengatur dirinya pada aspek kerohanian, menjaga kondisi jasmani, mempergunakan waktu dengan sebaik-baiknya, serta bantuan dalam membina hubungan kemanusiaan dengan sesama di lingkungan sosialnya.

Bimbingan ini diberikan untuk membantu individu dalam menyelesaikan berbagai permasalahan sosial dan pribadinya. Bimbingan pribadi sulit dipisahkan dengan bimbingan sosial hal ini dikarenakan masalah pribadi tidak lepas dari masalah sosial. Adapun yang tergolong dalam masalah pribadi-sosial adalah masalah hubungan dengan sesama teman, guru, tetangga, pemahaman sifat, kemampuan penyesuaian diri dengan lingkungan pendidikan dan masyarakat.

Winkel (2006, hlm. 147) menyatakan bahwa bimbingan konseling pribadi sosial merupakan upaya untuk membantu individu menghadapi keadaan batinnya sendiri dan mengatasi konflik-konflik dalam diri, mengatur dirinya sendiri di bidang kerohanian, perawatan jasmani, pengisian waktu luang, penyaluran nafsu seksual, serta upaya membantu individu dalam membina hubungan sosial di berbagai lingkungan atau pergaulan sosial.


(21)

DANI TOHIR, 2015

PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL

UNTUK PENINGKATAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Menurut Yusuf (2006, hlm. 37-38), bimbingan konseling pribadisosial merupakan bimbingan untuk membantu siswa dalam mengembangkan potensi diri dan kemampuan berhubungan sosial serta memecahkan masalah-masalah pribadisosial. Yang tergolong dalam aspek pribadi sosial ini seperti hubungan dengan sesama teman, dengan guru, pemahaman sifat dan kemampuan diri, pengembangan bakat dan minat, penyesuaian diri dengan lingkungan pendidikan dan masyarakat tempat para siswa tingggal dan penyelesaian konflik baik yang bersifat pribadi maupun sosial.

Bimbingan pribadi dan sosial adalah proses membantu individu untuk mengetahui bagaimana berperilaku dengan pertimbangan perlakuan terhadap orang lain. Bimbingan pribadi dan sosial ini diharapkan dapat membantu individu untuk memahami dirinya sendiri, tahu bagaimana cara berhubungandengan orang lain, belajar sopan santun dan etika, mengatur kegiatan waktu luang, melatih keterampilan sosial, mengembangkan hubungan dengan keluarga, dan memahami peran dan tanggung jawab sosial.Hal ini senada dengan yang diungkapkan Guez W. dan Allen J. (2000, hlm. 13) yang menyatakan bahwa

Personal and social guidance is the process of helping an individual to know how to behave with consideration towards other people. Primarily, personal and social guidance helps the individual to understand himself, know how to get on with others, learn manners and etiquette, pursue leisure time activities, practise social skills, develop family and family relationships, and understand social roles and responsibilities.

Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan (2005, hlm. 11) merumuskan bimbingan pribadisosial sebagai suatu upaya membantu individu dalam memecahkan masalah yang berhubungan dengan keadaan psikologis dan sosial klien, sehingga individu memantapkan kepribadian dan mengembangkan kemampuan individu dalam menangani masalah-masalah dirinya. Bimbingan pribadi-sosial juga sebagai upaya pengembangan kemampuan peserta didik untuk menghadapi dan


(22)

DANI TOHIR, 2015

PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL

UNTUK PENINGKATAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mengatasi masalah-masalah pribadi-sosial dengan cara menciptakan lingkungan interaksi pendidikan yang kondusif, mengembangkan sistem pemahaman diri dan sikap-sikap positif, serta dengan mengembangkan kemampuan pribadi-sosial.

Bimbingan pribadi sosial diarahkan untuk memantapkan kepribadian dan mengembangkan kemampuan siswa dalam menangani masalah-masalah dirinya. Bimbingan ini merupakan pelayanan yang mengarah pada pencapaian pribadi yang mantap dengan memperhatikan keunikan karakteristik pribadi serta ragam permasalahan yang dialami siswa. Cara yang dapat dikembangkan adalah dengan menciptakan lingkungan yang kondusif, interaksi pendidikan yang akrab, me-ngembangkan pemahaman diri, dan sikap-sikap yang positif, serta keterampilan-keterampilan pribadi sosial yang tepat.

Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa bimbingan pribadi sosial merupakan suatu bimbingan yang diberikan oleh seorang ahli kepada individu atau kelompok, dalam membantu individu untuk menghadapi dan memecahkan masalah-masalah pribadi sosial, seperti penyesuaian diri, menghadapi konflik dalam pergaulan, mengatur kegiatan waktu luang, melatih keterampilan sosial, mengembangkan hubungan dengan keluarga, dan memahami peran dan tanggung jawab sosial.

2. Tujuan Bimbingan Pribadi Sosial

Nurihsan (2005, hlm. 9) menyatakan bahwa tujuan bimbingan pada akhirnya membantu individu dalam mencapai: a) kebahagian hidup pribadi sebagai makhluk Tuhan; b) kehidupan yang produktif dan efektif dalam masyarakat; c) hidup bersama dengan individu-individu lain; dan d) harmoni antara cita-cita dengan kemampuan yang dimiliki. Dengan demikian, bimbingan pribadi sosial yang dapat dikembangkan dalam program layanan bimbingan dan konseling adalah bimbingan untuk memfasilitasi siswa dalam mengarahkan pemantapan kepribadian serta


(23)

DANI TOHIR, 2015

PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL

UNTUK PENINGKATAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mengembangkan kemampuan dalam mengatasi masalah-masalah pribadi dan sosial siswa.

Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan (2005, hlm. 14), merumuskan beberapa tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek pribadi sosial sebagai berikut :

a. memiliki komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilai-nilai keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, pergaulan dengan teman sebaya, sekolah, tempat kerja, maupun masyarakat pada umumnya;

b. memiliki sikap toleransi terhadap umat beragama lain, dengan saling menghormati dan memelihara hak dan kewajibannya masing-masing; c. memiliki pemahaman tentang irama kehidupan yang bersifat fluktuatif

antara yang menyenangkan dan tidak menyenangkan, serta mampu meresponnya secara positif sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya;

d. memiliki pemahaman dan penerimaan diri secara objektif dan konstruktif, baik yang terkait dengan keunggulan maupun kelemahan, baik fisik maupun psikis;

e. memiliki sifat positif atau respek terhadap diri sendiri dan orang lain; f. memiliki kemampuan melakukan pilihan secara sehat;

g. bersikap respek terhadap orang lain, menghormati atau menghargai orang lain, tidak melecehkan martabat atau harga dirinya;

h. memiliki rasa tanggung jawab yang diwujudkan dalam bentuk komitmen, terhadap tugas dan kewajibannya;

i. memiliki kemampuan berinteraksi sosial (human relationship), yang diwujudkan dalam bentuk persahabatan, persaudaraan atau silaturahmi dengan sesama manusia;

j. memiliki kemampuan dalam menyelesaikan konflik (masalah) baik bersifat internal (dalam diri sendiri) maupun orang lain; dan

k. memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan secara efektif.

Bimbingan pribadi`sosial ini memang memiliki beragam tujuan, seperti sebagai berikut ini.

The objectives of personal guidance are to help the individual in his/her physical, emotional, social, rural and spiritual development. The aims and objectives of personal guidance are:

a. To assist the individual in understanding himself/herself. b. To assist the individual involving the personal problems.

c. To assist the individual in taking independent decisions and judgement.

d. To assist the individual to view the world and the social environment in right perspective.


(24)

DANI TOHIR, 2015

PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL

UNTUK PENINGKATAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

e. To assist the individual in making sound adjustments to different problems confronted in life (Agrawal,2006, hlm. 5).

3. Fungsi Bimbingan Pribadi Sosial

Bimbingan pribadi-sosial tidak hanya sebatas pada pemberian bantuan kepada individu untuk dapat menyelesaikan permasalahan-permasalahan pribadi ataupun sosial, akan tetapi dalam bimbingan pribadi sosial terdapat banyak fungsi di dalamnya. Fungsi bimbingan pribadi sosial ini dapat diidentifikasi sebagai berikut:

a. berubah menuju pertumbuhan. Pada bimbingan pribadi-sosial, konselor secara berkesinambungan memfasilitasi individu agar mampu menjadi agen perubahan bagi dirinya dan lingkungannya. Konselor juga berusaha membantu individu sedemikian rupa sehingga individu mampu menggunakan segala sumber daya yang dimilikinya untuk berubah;

b. pemahaman diri secara penuh dan utuh. Individu memahami kelemahan dan kekuatan yang ada dalam dirinya, serta kesempatan dan tantangan yang ada diluar dirinya. Pada dasarnya melalui bimbingan pribadi sosial diharapkan individu mampu mencapai tingkat kedewasaan dan kepribadian yang utuh dan penuh seperti yang diharapkan, sehingga individu tidak memiliki kepribadian yang terpecah lagi dan mampu mengintegrasi diri dalam segala aspek kehidupan secara utuh, selaras, serasi dan seimbang;

c. belajar berkomunikasi yang lebih sehat. Bimbingan pribadi sosial dapat berfungsi sebagai media pelatihan bagi individu untuk berkomunikasi secara lebih sehat dengan lingkungannya;

d. berlatih tingkah laku baru yang lebih sehat. Bimbingan pribadi-sosial digunakan sebagai media untuk menciptakan dan berlatih perilaku baru yang lebih sehat;

e. belajar untuk mengungkapkan diri secara penuh dan utuh. Melalui bimbingan pribadi-sosial diharapkan individu dapat dengan spontan,


(25)

DANI TOHIR, 2015

PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL

UNTUK PENINGKATAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kreatif, dan efektif dalam mengungkapkan perasaan, keinginan, dan inspirasinya;

f. individu mampu bertahan. Melalui bimbingan pribadi-sosial diharapkan individu dapat bertahan dengan keadaan masa kini, dapat menerima keadaan dengan lapang dada, dan mengatur kembali kehidupannya dengan kondisi yang baru;

g. menghilangkan gejala-gejala yang disfungsional. Konselor membantu individu dalam menghilangkan atau menyembuhkan gejala yang menggangu sebagai akibat dari krisis.

4. Ranah Bimbingan Pribadi Sosial

Dalam ranah pendidikan, bimbingan pribadi sosial dimaksudkan untuk membantu siswa mengembangkan sikap jiwa dan tingkah laku pribadi. Kemudian diterapkannya dalam kehidupan bermasyarakat dari lingkungan yang kecil kearah lingkup yang lebih besar dalam hal ini negara dan masyarakat dunia. Bimbingan ini harus didasarkan pada ketentuan-ketentuan yang menjadi landasan dalam melakukan bimbingan dan konseling, yakni tujuan pendidikan nasional.

Bimbingan pribadi-sosial adalah bimbingan yang diarahkan untuk memantapkan kepribadian dan mengembangkan kemampuan individu dalam menangani masalah dirinya baik masalah yang berhubungan dengan dirinya sendiri maupun dengan lingkungan sekitar. Adapun yang termasuk aspek-aspek pribadi dalam bimbingan menyangkut, komitmen hidup beragama, pemahaman sifat dan kemampuan diri, bakat dan minat, konsep diri, dan kemampuan mengatasi masalah pribadi. Sedangkan aspek sosial meliputi, keragaman tentang adat dan budaya, sika-sikap sosial, dan kemampuan berhubungan sosial secara positif dengan orang tua, guru, teman, dan staf sekolah (Yusuf, 2009, hlm. 59-60).

Menurut Sukardi (2008, hlm. 54), bidang bimbingan ini dapat dirinci menjadi pokok-pokok berikut:


(26)

DANI TOHIR, 2015

PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL

UNTUK PENINGKATAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

a. pemantapan sikap dan kebiasaan serta pengembangan wawasan dalam beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;

b. pemantapan pemahaman tentang kekuatan diri dan pengembangannya untuk kegiatan yang lebih kreatif, produktif, dan normatif baik dalam keseharian maupun untuk peran di masa yang akan datang;

c. pemantapan pemahaman tentang bakat dan minat pribadi dan penyaluran dan pengembangannya pada/melalui kegiatan yang kreatif dan normatif dan produktif;

d. pemantapan tentang kelemahan diri dan usaha penanggulangannya; e. pemantapan kemampuan pengambilan keputusan;

f. pemantapan kemampuan mengarahkan diri sesuai dengan keputusan yang telah diambil;

g. pemantapan dalam perencanaan dan penyelenggaraan hidup sehat jasmani dan rohani;

h. pemantapan kemampuan berkomunikasi;

i. pemantapan kemampuan menerima dan menyampaikan argumentasi secara dinamis, kreatif, normatif dan produktif;

j. pemantapan kemampuan bertingkah laku dan berhubungan sosial dengan penuh tanggung jawab;

k. pemantapan hubungan yang dinamis dan harmonis dengan teman sebaya, orang tua, dan masyarakat sekitar;

l. orientasi tentang kehidupan berkeluarga.

Bimbingan pribadi-sosial berarti bimbingan dalam menghadapi keadaan batinnya sendiri dalam mengatur dirinya sendiri di bidang kerohanian, perawatan jasmani, pengisian waktu luang, penyaluran nafsu seksual dan sebagainya, serta bimbingan dalam membina hubungan kemanusiaan dengan sesama diberbagai lingkungan (Sukardi 2008, hlm. 53).

Sementara berdasarkan hasil penelusuran di internet

(http://schools.nyc.gov/Teachers/guidance/Personal Social) dari beberapa

sekolah yang ada di Amerika menyebutkan bahwa ranah untuk bimbingan pribadi sosial meliputi berbagai hal berikut ini:

a. providing on-going support to students (i.e., individual counseling and thematic group counseling), as well as to staff members in order to ensure student success;

b. helping students acquire resiliency, coping, decision-making, interpersonal, and mediation skills;

c. fostering student motivation by helping students to connect short-term and long-term goals;


(27)

DANI TOHIR, 2015

PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL

UNTUK PENINGKATAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

d. facilitating social/emotional learning opportunities and restorative approaches to reduce disciplinary referrals and suspension rates; e. facilitating and coordinating access to guidance lessons related to

personal-social development;

f. supporting school-wide efforts to positively impact school culture and climate including a focus on transitions (i.e., articulation, returning from alternative settings, etc.);

g. building home-school-community alliances and facilitating access to community resources;

h. providing crisis intervention counseling and mental health referrals as needed;

i. addressing bullying and participating in the school-wide Respect for All initiative;

j. working closely with school administration and faculty in terms of child abuse prevention and intervention;

k. helping students and families with a wide range of concerns they may be faced with including but not limited to temporary housing, substance abuse, court involvement, as well as teen pregnancy and parenting;

l. connecting students to activities, electives, and youth leadership opportunities based on their personal and career interests.

Bimbingan pribadi dan sosial adalah proses membantu individu untuk mengetahui bagaimana cara berperilaku dengan pertimbangan perilaku orang lain. Bimbingan ini pun diupayakan dapat meningkatkan kualitas hidup dan juga mengatasi berbagai masalah individu yang sering dihadapinya. Pada masa remaja permasalahan biasanya banyak bermunculan, konflik emosional, kecemasan, frustrasi, ketakutan, kurang percaya diri, kebimbangan, penyalahgunaan alkohol dan penyalahgunaan narkoba, kehamilan yang tidak diinginkan, terkena penyakit AIDS, kenakalan remaja, bunuh diri, dan kurang bisa bergaul dengan orang lain atau lingkungannya.

Dengan demikian, ranah bimbingan pribadi sosial ini adalah suatu upaya pengembangan standar pribadi/sosial yang merupakan bagian integral dari keinginan individu untuk mencapai kesuksesan dalam hidupnya. Untuk memahami dan menghormati dirinya, berhubungan positif dengan orang lain, membuat informasi dan keputusan yang aman, efektif mengatasi perubahan, dan menjadi warga


(28)

DANI TOHIR, 2015

PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL

UNTUK PENINGKATAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

negara yang bertanggung jawab. Pengembangan pribadi/sosial ini memberikan dasar untuk menjadikan pribadi yang dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Bimbingan pribadi sukar sekali terpisah dari bimbingan sosial begitu pula sebaliknya, karena masalah pribadi biasanya tidak terlepas dari masalah sosial. Dikatakan sebagai bimbingan pribadi, jika penekanan bimbingan lebih pada usaha menangani masalah-masalah pribadi. Sedangkan bimbingan sosial penekanannya lebih pada penanganan masalah-masalah sosial yang dihadapi oleh individu. Masalah-masalah pribadi dalam lingkup sekolah umumnya bercikal bakal dari dalam pribadi individu yang berhadapan dengan situasi lingkungan sekitarnya.

B. Konsep Kepercayaan Diri

1. Pengertian Kepercayaan Diri

Melihat literatur ilmiah, ada beberapa istilah yang terkait dengan kepercayaan diri. Menurut Kate Burton dan Brinley Platts (2006, hlm. 9) “Confidence is the ability to take appropriate and effective action in any

situation, however challenging it appears to you or others”. Sementara definisi self-confident menurut Cambridge Dictionaries Online yaitu behavingcalmly because you have no doubts about your ability or knowledge”, dan Menurut Fishbein & Ajzen (Parsons, Croft, & Harrison, 2011, hlm. 53), “self-confidence is abelief”.

Dari definisi-definisi tersebut dapat diketahui bahwa kepercayaan diri adalah kemampuan untuk mengambil tindakan secara tepat dan efektif dalam situasi apa pun, meskipun hal tersebut tampaknya bersifat menantang dirinya. Kepercayaaan diri itu merupakan ketenangan dalam melakukan sesuatu karena tidak ada keraguan dalam kemampuan dan pengetahuan, serta percaya diri itu adalah sebuah keyakinan akan kemampuan dirinya.


(29)

DANI TOHIR, 2015

PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL

UNTUK PENINGKATAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dengan demikian, kepercayaan diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Orang yang percaya diri yakin atas kemampuan dirinya sendiri serta memiliki pengharapan yang realistis, bahkan ketika harapannya tidak terwujud, tetap berpikir positif dan dapat menerimanya. Kepercayaan diri adalah bagian dari alam bawah sadar dan tidak terpengaruh oleh argumentasi rasional. Kepercayaan diri hanya terpengaruh oleh hal-hal yang bersifat emosional dan perasaan. Maka untuk membangun kepercayaan diri diperlukan suatu hal yang sama yaitu: emosi, perasaan dan imajinasi. Emosi, perasaan dan imajinasi yang positif akan meningkatkan rasa percaya diri. Sebaliknya emosi, perasaan, dan imajinasi yang negatif akan menurunkan rasa percaya diri.

Thantaway dalam kamus bimbingan dan konseling (2005, hlm. 87) mengatakan kepercayaan diri adalah kondisi mental atau psikologis diri seseorang yang memberi keyakinan kuat pada dirinya untuk berbuat atau melakukan sesuatu tindakan. Orang yang tidak percaya diri memiliki konsep diri negatif serta kurang percaya pada kemampuannya sehingga ia sering menutup diri.

Hendra Surya (2007, hlm. 2) mengatakan bahwa kepercayaan diri adalah suatu keyakinan bahwasanya akan berhasil dan mempunyai kemauan yang keras di dalam berusaha serta menyadari dan mencari nilai lebih atas potensi yang dimilikinya tanpa harus mendengarkan suara-suara sumbang yang dapat melemahkan dirinya sehingga nantinya dapat membuat perencanaan dengan matang.

Hal tersebut sesuai dengan pendapat Hakim (2002, hlm. 6) bahwa kepercayaan diri dapat diartikan sebagai suatu keyakinan seseorang terhadap segala aspek kebutuhan yang dimilikinya dan keyakinan tersebut membuatnya merasa mampu untuk bisa mencapai berbagai tujuan dalam hidupnya. Kepercayaan diri merupakan kemauan untuk mencoba sesuatu yang paling menakutkan bagi individu, dan


(30)

DANI TOHIR, 2015

PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL

UNTUK PENINGKATAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

individu tersebut yakin akan mampu mengelola apapun yang timbul sesuai yang diharapkan.

Kepercayaan diri merupakan paduan sikap dan keyakinan seseorang dalam menghadapi tugas atau pekerjaan (Soesarsono Wijandi, 1988, hlm. 33). Dalam praktek, sikap dan kepercayaan diri ini, merupakan sikap dan keyakinan untuk memulai, melakukan, dan menyelesaikan tugas atau pekerjaan yang dihadapi. Oleh sebab itu, kepercayaan diri memiliki nilai keyakinan, optimisme, individualitas, dan ketidaktergantungan. Seseorang yang memiliki kepercayaan diri cenderung memiliki keyakinan akan kemampuan untuk mencapai keberhasilan (Zimmerer, 1996, hlm. 6).

Kepercayaan diri bersifat internal, sangat relatif, dan dinamis, dan banyak ditentukan oleh kemampuan untuk memulai, melaksanakan, dan menyelesaikan suatu pekerjaan. Orang yang percaya diri memiliki kemampuan untuk menyelesaikan pekerjaan dengan sistematis, terencana, efektif, dan efisien. Kepercayaan diri juga selalu ditunjukkan oleh ketenangan, ketekunan, kegairahan, dan kemantapan dalam melakukan pekerjaan. Dengan memiliki kepercayaan diri, seseorang merasa dirinya berharga dan mempunyai kemampuan menjalani kehidupan, mempertimbangkan berbagai pilihan dan mampu membuat keputusan sendiri. Selanjutnya ditegaskan bahwa orang yang mempunyai kepercayaan diri dapat menyelesaikan tugas atau pekerjaan yang sesuai dengan tahap perkembangannya dengan baik atau setidaknya memiliki kemampuan untuk belajar cara-cara menyelesaikan tugas tersebut. Orang yang percaya diri mempunyai keberanian dan kemampuan untuk meningkatkan prestasinya sendiri.

Kepercayaan diri merupakan suatu keyakinan dalam jiwa manusia bahwa tantangan hidup apapun harus dihadapi dengan berbuat sesuatu. Kepercayaan diri itu lahir dari kesadaran bahwa jika memutuskan untuk melakukan sesuatu, sesuatu itu pula yang harus dilakukan. Kepercayaan diri itu akan datang dari kesadaran seorang


(31)

DANI TOHIR, 2015

PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL

UNTUK PENINGKATAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

individu bahwa individu tersebut memiliki tekad untuk melakukan apapun, sampai tujuan yang ia inginkan tercapai (Angelis dalam Suhardita, 2011, hlm.53).

Rasa percaya diri adalah suatu keyakinan seseorang terhadap segala aspek kelebihan yang dimilikinya dan keyakinan tersebut membuatnya merasa mampu untuk bisa mencapai berbagai tujuan didalam hidupnya. Jadi orang yang percaya diri memiliki rasa optimis dengan kelebihan yang dimiliki dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Siswa yang mempunyai rasa percaya diri tinggi dapat memahami kelebihan dan kelemahan yang dimiliki. Kelemahan-kelemahan yang ada pada dirinya merupakan hal yang wajar dan sebagai motivasi untuk mengembangkan kelebihan yang dimilikinya bukan dijadikan penghambat atau penghalang dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Hakim, 2002, hlm. 6).

Rasa percaya diri merupakan sikap mental optimisme dari kesanggupan anak terhadap kemampuan diri untuk menyelesaikan segala sesuatu dan kemampuan diri untuk melakukan penyesuaian diri pada situasi yang dihadapi (Surya, Hendra, 2007, hlm. 56).

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan kepercayaan diri adalah kesadaran individu akan kekuatan dan kemampuan yang dimilikinya, meyakini adanya rasa percaya dalam dirinya, merasa puas terhadap dirinya baik yang bersifat batiniah maupun jasmaniah, dapat bertindak sesuai dengan kepastiannya serta mampu mengendalikannya dalam mencapai tujuan yang diharapkannya.

2. Karakteristik Kepercayaan Diri

Terdapat dua klasifikasi dalam karakteristik kepercayaan diri, yakni karakteristik individu yang memiliki kepercayaan diri tinggi, serta karakteristik individu yang memiliki kepercayaan diri rendah. Berikut ini penjelasannya.


(32)

DANI TOHIR, 2015

PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL

UNTUK PENINGKATAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berbagai karakteristik tentang individu yang memiliki kepercayaan diri telah banyak pula diungkapkan oleh para ahli. Seseorang dinilai memiliki kepercayaan diri berdasarkan tiga aspek Guilford (dalam Andayani, Budi dan Tina, Afiatin, 1996, hlm. 24), ciri-ciri orang yang mempunyai kepercayaan diri adalah:

1) merasa adekuat terhadap apa yang dilakukan; 2) merasa dapat diterima oleh kelompoknya;

3) percaya sekali pada dirinya sendiri serta memiliki ketenangan sikap (tidak gugup bila melakukan atau mengatakan sesuatu secara tidak sengaja dan ternyata apa yang dilakukan atau dikatakan itu salah).

Teori Lauster (dalam Alsa, 2006, hlm. 49) tentang kepercayaan diri mengemukakan ciri-ciri orang yang percaya diri, yaitu:

1) percaya pada kemampuan sendiri, yaitu suatu keyakinan atas diri sendiri terhadap segala fenomena yang terjadi yang berhubungan dengan kemampuan individu untuk mengevaluasi serta mengatasi fenomena yang terjadi tersebut;

2) bertindak mandiri dalam mengambil keputusan yaitu dapat bertindak dalam mengambil keputusan terhadap diri yang dilakukan secara mandiri atau tanpa adanya keterlibatan orang lain dan mampu untuk meyakini tindakan yang diambil;

3) memiliki rasa positif terhadap diri sendiri yaitu adanya penilaian yang baik dari dalam diri sendiri;

4) berani mengungkapkan pendapat, adanya suatu sikap untuk mampu mengutarakan sesuatu dalam diri yang ingin diungkapkan kepada orang lain tanpa adanya paksaan atau rasa yang dapat menghambat pengungkapan tersebut.

Sedangkan ciri-ciri kepercayaan diri menurut Hakim (dalam Alsa, 2006, hlm. 49) adalah:

1) selalu bersikap tenang di dalam mengerjakan segala sesuatu; 2) mempunyai potensi dan kemampuan yang memadai;

3) kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya serta dapat berkomunikasi di berbagai situasi;

4) mampu menetralisir ketegangan yang muncul di dalam berbagai situasi;

5) memiliki kondisi mental dan fisik yang cukup menunjang penampilannya;

6) mempunyai kecerdasan yang cukup dan pendidikan formal yang cukup;


(33)

DANI TOHIR, 2015

PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL

UNTUK PENINGKATAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

7) mempunyai keahlian atau keterampilan yang menunjang kehidupan sosialnya misalnya ketrampilan berbahasa asing; 8) memiliki kemampuan bersosialisasi terhdap lingkungan;

9) selalu bereaksi positif dalam menghadapi berbagai masalah, misalnya tegar, sabar dan tabah dalam menghadapi persoalan hidup;

10) memiliki latar belakang yang baik.

Kepercayaan diri adalah sikap positif seorang individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan/situasi yang dihadapinya. Hal ini bukan berarti bahwa individu tersebut mampu dan kompeten melakukan segala sesuatu seorang diri. Rasa percaya diri yang tinggi sebenarnya merujuk pada adanya beberapa aspek dari kehidupan individu tersebut yang merasa memiliki kompetensi, yakin, mampu dan percaya untuk dapat melakukan sesuatu disertai dengan dukungan pengalaman, potensi aktual, prestasi serta harapan yang realistik terhadap diri sendiri.

Berdasarkan rumusan tersebut maka Fauziah (2009, hlm. 2) menyatakan bahwa karakteristik individu yang mempunyai rasa percaya diri yang proporsional, antara lain:

1) percaya, akan kompetensi/kemampuan diri, hingga tidak membutuhkan pujian, pengakuan, penerimaan, atau pun rasa hormat orang lain;

2) tidak terdorong untuk menunjukan sikap konformis demi diterima oleh orang lain atau kelompok;

3) berani menerima dan menghadapi penolakan orang lain, berani menjadi diri sendiri;

4) punya pengendalian diri yang baik (tidak moody dan emosinya stabil);

5) memiliki internal locus of control (memandang keberhasilan atau kegagalan, tergantung dari usaha diri sendiri dan tidak mudah menyerah pada nasib atau keadaan serta tidak tergantung/mengharapkan bantuan orang lain);

6) mempunyai cara pandang yang positif terhadap diri sendiri, orang lain dan situasi di luar dirinya;

7) memiliki harapan yang realistik terhadap diri sendiri, sehingga ketika harapan itu tidak terwujud, ia tetap mampu melihat sisi positif dirinya dan situasi yang terjadi.


(34)

DANI TOHIR, 2015

PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL

UNTUK PENINGKATAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Karakteristik Individu yang Memiliki Kepercayaan Diri Rendah Leman (2000) dalam https://leman.or.id/anakku/percaya diri.html menyatakan anak yang memiliki percaya diri yang rendah/kurang, akan memiliki sifat dan perilaku antara lain sebagai berikut.

1) tidak mau mencoba suatu hal yang baru; 2) merasa tidak dicintai dan tidak diinginkan;

3) punya kecenderungan melemparkan kesalahan pada orang lain; 4) memiliki emosi yang kaku dan disembunyikan;

5) mudah mengalami rasa frustrasi dan tertekan; 6) meremehkan bakat dan kemampuannya sendiri; 7) mudah terpengaruh orang lain.

Sedangkan Rini J.F (2002) dalam http://www.e-psikologi.com menjelaskan beberapa ciri atau karakteristik individu yang kurang percaya diri, diantaranya adalah:

a) berusaha menunjukkan sikap konformis, semata-mata demi mendapatkan pengakuan dan penerimaan kelompok;

b) menyimpan rasa takut/kekhawatiran terhadap penolakan;

c) sulit menerima realita diri (terlebih menerima kekurangan diri) dan memang rendah kemampuan diri sendiri - namun di lain pihak memasang harapan yang tidak realistik terhadap diri sendiri;

d) pesimis, mudah menilai segala sesuatu dari sisi negative;

e) takut gagal, sehingga menghindari segala resiko dan tidak berani memasang target untuk berhasil;

f) cenderung menolak pujian yang ditujukan secara tulus (karena undervalue diri sendiri);

g) selalu menempatkan/memposisikan diri sebagai yang terakhir, karena menilai dirinya tidak mampu;

h) mempunyai external locus of control (mudah menyerah pada nasib, sangattergantung pada keadaan dan pengakuan/penerimaan serta bantuan orang lain).

3. Aspek-aspek Kepercayaan Diri

Menurut Angelis (dalam Suhardita, 2011, hlm. 58), dalam mengembangkan percaya diri terdapat tiga aspek yaitu: 1) tingkah laku, yang memiliki ciri percaya atas kemampuan diri untuk: melakukan sesuatu, menindaklanjuti segala prakarsa secara konsekuen, mendapat


(35)

DANI TOHIR, 2015

PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL

UNTUK PENINGKATAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2) emosi, yang memiliki ciri percaya diri untuk: memahami perasaan

sendiri, mengungkapkan perasaan sendiri, menyatukan diri dengan orang lain, memperoleh kasih sayang dan perhatian disaat mengalami kesulitan, memahami manfaat apa yang dapat disumbangkan kepada orang lain,

dan 3) spiritual, yang memiliki ciri: bahwa alam semesta adalah sebuah

misteri, meyakini takdir Tuhan, dan mengagungkan Tuhan.

Hendra Surya (2007, hlm. 261-264), menyebutkan aspek psikologis yang mempengaruhi dan membentuk percaya diri, yaitu gabungan unsur karakteristik citra fisik, citra psikologis, citra sosial, aspirasi, prestasi, dan emosional, antara lain: 1) self-control (Pengendali diri), 2) suasana hati yang sedang dihayati, 3) citra fisik, 4) citra sosial, dan 5) self-image (citra diri) ditambah aspek keterampilan teknis, yaitu kemampuan menyusun kerangka berpikir dan keterampilan berbuat dalam menyelesaikan masalah.

Sementara Kate Burton dan Brinley Platts (2006, hlm. 12-13) menyatakan bahwa indikator dari percaya diri itu sebagai berikut ini. (a) Direction and values: memiliki arah dan nilai-nilai yang dipegang;

ciri-cirinya mengetahui apa yang diinginkan, kemana tujuan yang ingin dicapai, dan apa yang benar-benar penting bagi kehidupan. (b) Motivation: memiliki motivasi; ciri-cirinya memiliki motivasi dalam

melakukan sesuatu sehingga mampu menikmati apa yang dilakukan tersebut. Bahkan, karena begitu asyik dalam melakukan suatu hal itu membuat sulit mengalihkan perhatian.

(c) Emotional stability: memiliki emosi yang stabil; ciri-cirinya

memiliki pendekatan yang tenang dan terfokus untuk melakukan sesuatu termasuk ketika berhubungan dengan orang lain, mampu mengatasi tantangan, mampu mengendalikan emosi yang sulit sekalipun termasuk kemarahan dan kecemasan, ketika bekerja dengan orang lain.

(d) A positive mind-set: berfikir positif; ciri-cirnya memiliki

kemampuan untuk tetap optimis, banyak melihat sisi terang dan baik, termasuk ketika menghadapi kemunduran.

(e) Self-awareness: sadar diri; ciri-cirinya mengetahui potensi diri

sendiri, termasuk kelebihan dan kekurangan yang dimilikinya sebagai manusia biasa, dengan tidak selalu berharap untuk menjadi selalu sempurna.

(f) Flexibility in behaviour: berperilaku fleksibel; ciri-cirinya mampu


(36)

DANI TOHIR, 2015

PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL

UNTUK PENINGKATAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

gambaran yang lebih besar, mampu memperhatikan sesuatu cecara mendetail. Sehingga mampu membuat keputusan secara baik.

(g) Eagerness to develop: menyenangi tantangan; ciri-cirinya mampu

menikmati tantangan yang ada pada dirinya sendiri, menjadikan kejadian sebagai pengalaman belajar, tidak bertindak arogan merasa diri sudah hebat atau ahli, selalu berusaha untuk mendapatkan sesuatu yang baru dengan berbagai pengalaman.

(h) Health and energy: sehat mental dan enerjik; ciri-cirinya

menghargai keadaan yang terdapat pada dirinya termasuk keadaan fisik atau tubuhnya, mengetahui bahwa energi yang ada pada dirinya dapat mengalir dengan bebas sehingga mampu mengelola situasi stres tanpa mengalami depresi.

(i) A willingness to take risks: siap menghadapi risiko; ciri-cirinya

memiliki kemampuan untuk bertindak dalam menghadapi ketidakpastian dan mampu menempatkan diri pada sesuatu keadaan meskipun pada siatuasi tersebut tidak memiliki jawaban pasti untuk menyelesaikan secara tepat dan yang benar atau siap untuk menanggung berbagai risiko yang akan terjadi.

(j) A sense of purpose: memiliki tujuan hidup yang jelas; ciri-cirinya

memiliki rasa yang padu (koherensi) terhadap berbagai bagian yang berbeda dalam kehidupan yang dialaminya sehingga memiliki kejelasan tujuan dalam kehidupan.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepercayaan Diri a. Faktor Internal

1) Konsep diri. Terbentuknya percaya diri pada seseorang diawali dengan perkembangan konsep diri yang diperoleh dalam pergaulan suatu kelompok. Konsep diri merupakan gagasan tentang dirinya sendiri. Seseorang yang mempunyai rasa rendah diri biasanya mempunyai konsep diri negatif, sebaliknya orang yang mempunyai rasa percaya diri akan memiliki konsep diri positif.

2) Harga diri. Yaitu penilaian yang dilakukan terhadap diri sendiri. Orang yang memiliki harga diri tinggi akan menilai pribadi secara rasional dan benar bagi dirinya serta mudah mengadakan hubungan dengan individu lain. Orang yang mempunyai harga diri tinggi cenderung melihat dirinya sebagai individu yang


(37)

DANI TOHIR, 2015

PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL

UNTUK PENINGKATAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

berhasil percaya bahwa usahanya mudah menerima orang lain sebagaimana menerima dirinya sendiri.

3) Kondisi fisik. Perubahan kondisi fisik berpengaruh pada percaya diri. Penampilan fisik merupakan penyebab utama rendahnya harga diri dan percaya diri seseorang.

4) Pengalaman hidup. Pengalaman yang mengecewakan seringkali menjadi sumber timbulnya rasa rendah diri, lebih-lebih jika pada dasarnya seseorang memiliki rasa tidak aman, kurang kasih sayang dan kurang perhatian.

b. Faktor Eksternal

1) Pendidikan. Pendidikan mempengaruhi percaya diri seseorang.

Tingkat pendidikan yang rendah cenderung membuat individu merasa di bawah kekuasaan yang lebih, sebaliknya individu yang pendidikannya lebih tinggi cenderung akan menjadi mandiri dan tidak perlu bergantung pada individu lain. Individu tersebut akan mampu memenuhi keperluan hidup denga rasa percaya diri dan kekuatannya dengan memperhatikan situasi dari sudut kenyataan.

2) Lingkungan dan pengalaman hidup. Lingkungan disini merupakan lingkungan keluarga dan masyarakat. Dukungan yang baik yang diterima dari lingkungan keluarga seperti anggota keluarga yang saling berinteraksi dengan baik akan memberi rasa nyaman dan percaya diri yang tinggi. Begitu juga dengan lingkungan masyarakat semakin bisa memenuhi norma dan diterima oleh masyarakat, maka semakin lancar harga diri berkembang.

Menurut Rini J.F (2000) dalam http://www.e-psikologi.com kepercayaan diri tidak diperoleh secara instan, melainkan melalui proses yang berlangsung sejak usia dini dalam kehidupan. Meskipun banyak faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri seseorang, namun faktor pola asuh dan interaksi di usia dini merupakan faktor


(38)

DANI TOHIR, 2015

PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL

UNTUK PENINGKATAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang amat mendasar bagi pembentukan rasa percaya diri. Sikap orang tua akan diterima oleh anak sesuai dengan persepsinya pada saat itu. Orang tua yang menunjukkan perhatian, penerimaan, cinta dan kasih sayang serta kelekatan emosional yang tulus dengan anak akan membangkitkan rasa percaya diri pada anak tersebut. Anak akan merasa bahwa dirinya berharga dan bernilai di hadapan orang tuanya. Lain halnya dengan orang tua yang kurang memberikan perhatian pada anak atau suka mengkritik, dan sering memarahi anak. Namun kalau anak berbuat baik tidak pernah dipuji karena orang tua tersebut tidak pernah puas dengan hasil yang dicapai oleh anak, ataupun seolah-olah menunjukan ketidakpercayaan orang tua pada kemampuan dan kemandirian anak. Terkadang sikap orang tua yang terlalu overprotective terhadap anak, juga dapat berdampak meningkatkan ketergantungan dan menghambat kepercayaan diri pada anak sehingga anak tidak dapat belajar mengatasi masalah dan tantangannya sendiri karena segala sesuatu disediakan/dibantu orang tua.

Situasi ini pada akhirnya mendorong anak tumbuh menjadi individu yang tidak bisa menerima kenyataan dirinya karena di masa lalu dan bahkan hingga kini. Oleh Sebab itu orang yang mempunyai kepercayaan diri berani mencoba dan melakukan hal-hal baru dalam situasi apapun. Tidak perlu membandingkan dirinya dengan orang lain, karena ia merasa cukup aman dan tenang serta mempunyai ukuran sendiri mengenai kegagalan atau kesuksesan.

C. Progam Bimbingan Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Kepercayaan Diri Siswa

Bimbingan pribadi sosial merupakan salah satu bidang layanan bimbingan dan konseling. Bimbingan pribadi sosial bertujuan untuk membantu individu dalam memenuhi kebutuhan memecahkan permasalahan pribadi sosial. Bimbingan pribadisosial diarahkan untuk menciptakan


(39)

DANI TOHIR, 2015

PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL

UNTUK PENINGKATAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kepribadian yang mantap dan mengembangkan kemampuan individu menangani masalah yang ada dalam dirinya dan kaitannya dengan hubungannya dengan orang lain. Bimbingan ini merupakan layanan yang mengarah pada pencapaian pribadi yang seimbang dengan memperhatikan keunikan karakteristik pribadi serta ragam permasalahan yang dihadapi oleh individu.

Menurut the American School Counseling Association (ASCA, 2004, hlm. 5) program bimbingan pribadi sosial di sekolah diarahkan untuk menyediakan fondasi pertumbuhan dan perkembangan pribadi dan sosial konseli di sekolah dan masa dewasanya di masa depan. Terdapat tiga standar utama yang ingin dicapai melalui program layanan bimbingan dan konseling pribadi sosial, yaitu sebagai berikut:

Standaar A: konseli memiliki pengetahuan, sikap-sikap dan keterampilan interpersonal untuk membantu mereka memahami dan menghargai diri sendiridan orang lain. Standar A ini terdiri atas dua aspek yaitu: memiliki pengetahuan tentang diri sendiri dan memiliki keterampilan interpersonal. Pengetahuan tentang diri sendiri meliputi indikator-indikator (1) mengembangkan sikap positif terhadap keunikan diri sendiri; (2) mengidentifikasi nilai-nilai, sikap-sikap, dan kepercayaan; (3) mempelajari proses pencapaian tujuan; (4) memahami perubahan sebagai bagian dari pertumbuhan dan perkembangan (5) mengidentifikasi dan mengekspresikan perasaan; (6) membedakan antara perilaku yang konstruktif dan destruktif; (7) mengenal keterbatasan; (8) memahami kebutuhan untuk meningkatkan kontrol diri dan cara mempraktikkannya; (9) mendemonstrasikan perilaku kooperatif dalam kelompok; (10) mengidentifikasi kekuatan dan asset pribadi; (11) mengidentifikasi dan mendiskusikan perubahan pribadi dan peran-peran sosial; dan (12) mengidentifikasi dan mengenal perubahan peran-peran keluarga.

Aspek memiliki keterampilan interpersonal, terdiri atas indikator-indikator berikut: (1) memahami setiap orang baik dan bertanggung jawab; (2) menghargai pandangan orang lain; (3) mengenal, menerima,


(1)

DANI TOHIR, 2015

PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL

UNTUK PENINGKATAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ANGKET

KEPERCAYAAN DIRI SISWA

Asalamualaikum wr. Wb.

Pada kesempatan ini saya ingin melakukan penelitian tentang kepercayaan diri siswa. Untuk itu saya mohon bantuan dan partisipasinya untuk mengisi angket ini dengan sebaik-baiknya.

Dalam angket ini berisi sejumlah pernyataan yang diharapkan ananda menjawab seluruhnya dengan sebaik mungkin sesuai dengan keadaan yang sebenarnya bukan yang seharusnya.

Bantuan dan partisipasi dalam memberikan jawaban secara jujur, sangat membantu saya dalam menyumbangkan pemikiran dalam penelitian.

Untuk ketenangan ananda dapat memberikan jawaban informasi yang ananda berikan dalam menjawab angket ini tidak akan mempengaruhi penilaian dan nilai raport ananda. Selain itu jawaban yang ananda berikan insya Allah akan dijamin kerahasiaannya dan dijamin akan dipergunakan untuk kepentingan penelitian.

Bandung, Oktober 2014 Peneliti


(2)

DANI TOHIR, 2015

PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL

UNTUK PENINGKATAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ANGKET

KEPERCAYAAN DIRI SISWA

Petunjuk Pengisian

1. Isilah terlebih dahulu identitas ananda (nama dan kelas) 2. Bacalah setiap pernyataan dengan seksama

3. Pilih jawaban pernyataaan dengan memberikan tanda silang pada alternative jawaban yang paling sesuai dengan keadaan ananda.

Keterngan:

SS : Sangat sesuai S : Sesuai

R : Ragu ragu TS : Tidak sesuai STS : Sangat tidak sesuai

No Pernyataan SS S R TS STS

1 Ingin menjadi orang yang sukses dalam belajar 2 Tidak peduli dengan apa yang akan terjadi pada masa

depan

3 Ingin mendapat nilai yang tinggi

4 Tidak menyesal walaupun nilai yang diperoleh jelek 5 Akan mengutamakan mengerjakan PR ketimbang

nonton televise

6 Lebih menyenangi nonton TV meskipun besok ada ulangan

7 Senang ditunjuk guru untuk menjelaskan kembali materi yang sudah di pahami

8 Senang apabila mendapatkan materi pelajaran yang menuntut untuk belajar lebih giat/rajin

9 Siap berdiskusi dengan teman-teman meskipun diluar jam pelajaran

10 Senang menyelesaikan soal yang sulit dan penuh tantangan sehingga suka lupa waktu

11 Berusaha tekun untuk dapat menyelesaikan setiap soal yang sulit

12 Tidak ingin berpikir keras yang penting nilai bagus 13 Mudah bosan bila materi pelajaran sulit dimengerti 14 Tidak senang bila guru memberikan PR


(3)

DANI TOHIR, 2015

PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL

UNTUK PENINGKATAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

16 Berusaha tenang ketika berada di depan kelas

17 Siap maju ke depan kelas meskipun tugas mengerjakan soal belum selesai

18 Dapat menahan tangisan meskipun hati sangat sedih mendapat nilai jelek

19 Dapat menahan kemarahan ketika teman berlaku kasar 20 Dapat mengendalikan kecemasan ketika disuruh

berbicara di depan kelas

21 Langsung memarahi teman yang sulit diatur

22 Minta izin untuk tidak maju pertama kali ketika akan di tes lisan

23 Tidak bisa belajar kalau teman-teman rebut 24 Kesulitan untuk belajar ketika perasaan sedih 25 Yakin dikenal di lingkungan sekolah

26 Yakin dapat berbicara di depan kelas ketika harus menjelaskan materi pelajaran

27 Yakin bisa menjadi juara dalam lomba yang sesuai dengan bakat

28 Siap menghadapi ejekan teman ketika bertanya kepada guru

29 Siap menghadapi pertanyaan seandainya nilai ulangan kecil

30 Merasa orang lain lebih mampu 31 mudah merasa putus asa

32 Malas untuk memperjuangkan cita-cita yang saya inginkan

33 Memiliki hoby yang dapat dibanggakan 34 Dapat berprestasi dalam belajar

35 Dapat menentukan bakat yang harus dipilih 36 Tidak dapat menemukan apa minat saya yang

sebenarnya

37 Kesulitan dalam menentukan cita-cita

38 Kesulitan menentukan mata pelajaran apa yang saya sukai

39 Mampu bergaul dengan teman-teman

40 Aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler di sekolah 41 Mengetahui pentingnya memiliki kemampuan bergaul

secara luas dengan orang lain

42 Ketika harus memilih saya siap mengambil keputusan dengan baik

43 Merasakan bahwa sekolah itu penting untuk kesuksesan dimasa depan

44 berusaha untuk bertanggungjawab terhadap apa yang telah saya lakukan


(4)

DANI TOHIR, 2015

PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL

UNTUK PENINGKATAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

46 Masih ragu dengan masa depan

47 Takut tidak berhasil dalam meraih cita-cita

48 Senang apabila ditunjuk untuk maju ke depan kelas 49 Yakin dapat menyelesaikan soal yang sulit sekalipun 50 Senang apabila ditunjuk untuk menjadi ketua kelas 51 Menjadikan kegagalan sebagai sebuah langkah untuk

menuju kesuksesan

52 Meskipun berhasil saya tidak berharap untuk dipuji teman-teman

53 Senang untuk melakukan hal yang baru meskipun hal tersebut sering membuat saya malu

54 Berani untuk ikut lomba berpidato

55 Merasa bosan dengan kegiatan yang ada disekolah 56 Takut mengerjakan sesuatu yang baru

57 Bangga dengan keadaan fisik yang saya miliki 58 Memiliki fisik yang menarik untuk menunjang

penampilan

59 berpenampilan enerjik

60 berpenampilan menyenangkan bagi teman-teman saya 61 merasa badan saya selalu seht

62 merasa mudah sakit

63 Takut pingsan ketika sedang berada di depan kelas 64 Suka gemetar jika berbicara didepan kelas

65 Memahami bahwa kegagalan selalu dapat terjadi 66 Menganggap bahwa masalah pasti ada jalan keluarnya 67 Siap menghadapi risiko terburuk yang mungkin terjadi 68 Dapat memilih teman yang dapat membantu prestasi

saya lebih baik

69 Senang mendapat tugas yang menuntut untuk bepikir 70 Takut melakukan kesalahan yang membuat malu 71 Tidak suka ditertawakan teman-teman

72 Menghindari tugas-tugas yang sulit untuk dikerjakan 73 Tidak senang belajar dilakukan secara berkelompok 74 Memiliki keinginan yang jelas ikut kegiatan

ekstrakurikuler

75 Yakin semua pelajaran penting untuk dipelajari 76 Yakin akan mencapai cita-cita yang diinginkan

meskipun banyak pelajaran yang tidak sesuai dengan cita-cita

77 Merasa semua pelajaran penting untuk meraih cita-cita yang diinginkan

78 Malas mempelajari pelajaran yang tidak ada hubungannya dengan cita-cita saya

79 Kurang sungguh-sungguh mempelajari pelajaran yang tidak sesuai dengan bakat saya


(5)

DANI TOHIR, 2015

PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL

UNTUK PENINGKATAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

80 merasa banyak pelajaran yang kurang penting tapi diajarkan di sekolah

LEMBAR JAWABAN

Nama : ...

No SS S R TS STS No SS S R TS STS

1 41

2 42

3 43

4 44

5 45

6 46

7 47

8 48

9 49

10 50

11 51

12 52

13 53

14 54

15 55

16 56

17 57

18 58

19 59

20 60

21 61

22 62

23 63

24 64

25 65


(6)

DANI TOHIR, 2015

PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL

UNTUK PENINGKATAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

27 67

28 68

29 69

30 70

31 71

32 72

33 73

34 74

35 75

36 76

37 77

38 78

39 79