MUSIK SISINGAAN SEBAGAI MATERI APRESIASI PEMBELAJARAN MUSIK DAERAH DI KABUPATEN SUBANG : Studi kasus Materi Pembelajran Musik Daerah kelas VII di SMPN 2 Subang.

(1)

MUSIK SISINGAAN SEBAGAI MATERI APRESIASI

PEMBELAJARAN MUSIK DAERAH

DI KABUPATEN SUBANG

(Studi kasus Materi Pembelajran Musik Daerah kelas VII

di SMPN 2 Subang)

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Magister Pendidikan Seni

Diajukan oleh :

Lilis Lindawati NIM : 1103392

PROGRAM PENDIDIKAN SENI

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG


(2)

LEMBAR PENGESAHAN

MUSIK SISINGAAN SEBAGAI MATERI APRESIASI

PEMBELAJARAN MUSIK DAERAH DI KABUPATEN

SUBANG

(Studi kasus Materi Pembelajran Musik Daerah

kelas VII di SMPN 2 Subang)

TESIS

Oleh : Lilis Lindawati

1103392

Menyetujui, Pembimbing

Dr. Sukanta, S.Kar, M.Hum NIP. 1962091719890310

Menyetujui,

Ketua Program Studi Pendidikan Seni

Dr. Sukanta, S.Kar, M.Hum NIP. 1962091719890310


(3)

MUSIK SISINGAAN SEBAGAI MATERI APRESIASI PEMBELAJARAN MUSIK DAERAH

DI KABUPATEN SUBANG

(Studi kasus Materi Pembelajran Musik Daerah kelas VII di SMPN 2 Subang)

Oleh Lilis Lindawati

Sebuah Tesis yang Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Magister Pendidikan Seni

© Lilis Lindawati 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,


(4)

ABSTRAK

Seni Sisingaan sebagai Keseniaan khas daerah Subang dan kearifan lokal daerah mempunyai keunikan dan perkembangan yang sangat pesat ditinjau dari aspek musik pengiring Sisingaan. Perkembangan lingkungan terutama teknologi dan budaya penikmat seni Sisingaan sangat mempengaruhi terhadap kesenian ini. Mengingat budaya lokal perlu dilestarikan dan pada kenyataannya siswa/siswi di tingkat menengah hampir tidak mengenal kesenian ini maka perlu dibuatkan suatu gambaran umum serta pola yang sistematis tentang bagaimana mengajarkan dan mengenalkan kesenian Sisingaan. Hal ini dirasakan penting selain menjaga budaya juga sebagai bentuk apresiasi langsung dari kurikulum muatan lokal. Penelitian ini menceritakan secara detail sejarah Sisingaan serta persiapan-persiapan apa saja dalam memberikan pemahaman tentang kesenian Sisingaan di dalam kelas sehingga didapat tingkat apresiasi yang tinggi. Berbantukan peralatan teknologi harapan terbesar adalah siswa mau terlibat secara langsung dalam memberdayakan kesenian Sisingaan khususnya di daerah Kabupaten Subang.


(5)

ABSTRACT

Sisingaan's art as typical art Earing region and region local wisdom have uniqueness and developing that really quick being sighted from attendant music aspect sisingaan. Environmental developing especially technology and art beneficiary culture sisingaan really regards to this artistry. Remembering local culture needs to be kept up and practically student / schoolgirl at level intermediate barely know this artistry therefore needs to be made a common picture and orderly pattern about how teaches and acquaint is sisingaan's artistry. It was felt is of important besides look after culture also as shaped as direct appreciation of local content curriculum. This research tell detail's sisingaan's history and whatever spadework in gives an understating of artistry sisingaan at within class so gotten by tall appreciation zoom. the aid of is expectation technology equipment is outgrown is student want engaged straightforward deep empower sisingaan's artistry in particular at Earings Regency region.


(6)

DAFTAR ISI

Hal PERNYATAAN ...

ABSTRAK ... ABSTRACT ... KATA PENGANTAR .………....

i ii iii iv

DAFTAR ISI ……….... viii

DAFTAR TABEL ………... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...……….….. 1

B. Rumusan dan Batasan Maslah ...………... 2

C. Tujuan Penelitian………..…... 2

D. Manfaat Penelitian... 3

E. Definisi Operasional ... 3

F. Asumsi ... 4

BAB II LANDASAN TEORI A. Teori dan Konsep-konsep Kunci ... 5

1. Konsep Perkembangan ... 5

2. Konsep Perubahan dalam Seni Musik ... 11

3. Konsep Seni dan Seni Musik ... 15

4. Konsep Pendidikan Seni ... 20

5. Konsep Apresiasi Musik ... 25

6. Pembelajaran Apresiasi Musik Daerah ... 27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 29

B. Teknik Pengumpulan Data ... 31

C. Proses Penelitian Studi Kasus ... 31

D. Instrumen Penelitian ... 32

E. Langkah Penelitian ... 34

F. Teknik Analisis Data ... 35

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian dan Subjek Penelitian ... 37

1. Gambaran Kabupaten Subang ... 37

2. Subjek Penelitian ... 38

B. Perkembangan Kesenian Sisingaan Subang ... 40

1. Perkembangan Sisingaan Subang Sebelum Kemerdekaan ... 41

2. Sisingaan Subang Pada Masa Orde Lama ... 45

3. Perkembangan Sisingaan Subang Masa Orde Baru ... 48


(7)

C. Implementasi Pembelajaran Apresiasi Perkembangan Kesenian

Sisingaan Subang Untuk Siswa SMPN 2 Subang ... 53

1. Pola Pembelajaran Apresiasi Musik Sisingaan Subang Masa Prakemerdekaan ... 53

2. Pola Pembelajaran Apresiasi Musik Sisingaan Subang Masa Orde Lama ... 56

3. Pola pembelajaran Apresiasi Musik Sisingaan Subang Masa Orde Baru ... 58

4. Pola Pembelajaran Apresiasi Musik Sisingaan Subang Masa Orde Reformasi ... 59

D. Dampak Pembelajaran Apresiasi Perkembangan Kesenian Sisingaan ... 61

1. Dampak Internal ... 61

2. Dampak Eksternal ... 63

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 64

B. Rekomendasi ... 65

DAFTAR PUSTAKA ... 66

LAMPIRAN 1 ... 68

LAMPIRAN 2 ... 69

LAMPIRAN 3 ... 70

LAMPIRAN 4 ... 73

LAMPIRAN 5 ... 76

LAMPIRAN 6 ... 80

LAMPIRAN 7 ... 84

LAMPIRAN 8 ... 88

LAMPIRAN 9 ... 92

LAMPIRAN 10 ... 94

LAMPIRAN 11 ... 96


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel Hal

4.1 Jenis Alat Musik dan Geografis ... 53 4.2 Daftar Perolehan Skor Siswa pada Pertemuan Ke-1

(Masa Prakemerdekaan) ... 92 4.3 Daftar Perolehan Skor Siswa pada Pertemuan Ke-2

(Masa Orde Lama) ... 94 4.4 Daftar Perolehan Skor Subjek pad pertemuan Ke-3

(Masa Orde Baru) ... 96 4.5 Daftar Perolehan Skor Subjek pada Pertemuan Ke-4


(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Hal

1. Peta Lokasi Penelitian (Kabupaten Subang) ... 37


(10)

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Arus budaya global yang dewasa ini melanda Indonesia, telah memengaruhi tatanan hidup sosial masyarakat Indonesia. Imbas budaya global, pengaruhnya terasa di bidang politik, ekonomi, gender, HAM, sampai industri musik.

Perkembangan musik di Indonesia merupakan bagian dari dinamika perkembangan masyarakat Indonesia, baik masyarakat di perkotaan maupun di perdesaan. Arus perkembangan musik Barat (sebagai bagian budaya global), telah mempengaruhi dinamika budaya masyarakat Indonesia. Akulturasi musik yang berlangsung, banyak melahirkan jenis musik baru, membuat seni musik yang ada di masyarakat Indonesia menjadi beragam.

Perkembangan industri musik di tanah air, terus berkembang pesat, seiring pesatnya perkembangan teknologi. Golongan penikmat musik terbesar yang ada di masyarakat, adalah kalangan generasi muda. Salah satu indikatornya yaitu banyaknya kelompok-kelompok pemusik dengan ragam jenis dan gayanya masing-masing yang diusung oleh kelompok remaja, ketimbang orang tua. Generasi muda Indonesia (terutama di perkotaan) saat ini, begitu familiar terhadap musik Barat, sebaliknya merasa asing terhadap seni musik tradisional milik bangsa sendiri. Sebagai indikatornya, rendahnya minat remaja terhadap musik Barat ketimbang musik tradisional. Penyebabnya, karena lingkungan hidup anak-anak di perkotaan saat ini, sejak kecil sudah “diperkenalkan” dengan musik Barat. Anak-anak di perkotaan begitu akrab dengan musik Barat yang mereka dengar atau lihat melalui radio atau televisi. Sebaliknya musik tradisional sangat jarang mereka dengar atau lihat, oleh karenanya tidak mengherankan apabila mereka menjadi asing terhadap musik tradisi bangsa sendiri.

Salah satu seni tradisional yang “dikhawatirkan” dilupakan oleh generasi muda, adalah seni sisingaan yang berasal dari daerah Subang. Generasi muda di zaman sekarang sudah mulai lupa tentang tradisi kesenian sisingaan. Indikatornya,


(11)

2

mereka tidak mengenal secara utuh dan lengkap mengenai seni sisingaan, ditinjau dari sudut filosofis, sejarah, busana, gerak tari dan seni musik pengiringnya.

Seni sisingaan, sebagai bagian dari masyarakat global, tentu saja terkena imbas budaya global. Seni sisingaan dari zaman mengalami perubahan, baik dari seni gerak tari, busana, bentuk sisingaan sampai seni musiknya.

Agar seni sisingaan tetap lestari, hendaklah dilakukan langkah-langkah nyata dalam menyosialisasikan seni sisingaan, terutama terhadap generasi muda, antara lain seni sisingaan dijadikan sebagai bahan ajar muatan lokal di sekolah-sekolah.

Berkaitan latar belakang di atas, maka peneliti sangat tertarik untuk menjadikan permasalahan tersebut di atas menjadi fokus penelitian tesis ini, dengan judul: MUSIK SISINGAAN SEBAGAI MATERI APRESIASI PEMBELAJARAN MUSIK DAERAH DI KABUPATEN SUBANG (Studi Kasus Materi Pembelajaran Musik Daerah Kelas VII di SMPN 2 Subang).

B. Rumusan dan Batasan Masalah

Berdasarkan analisis terhadap latar belakang yang telah diuraikan, maka terdapat tiga pertanyaan penelitian, sebagai berikut:

1. Bagaimana perkembangan musik kesenian sisingaan di masyarakat Kabupaten Subang?

2. Bagaimana konsep pembelajaran apresiasi musik sisingaan Subang bagi siswa SMPN 2 Kabupaten Subang?

3. Bagaimana dampak pembelajaran apresiasi musik sisingaan Subang bagi siswa SMPN 2 Kabupaten Subang?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memperjelas masalah yang hadir dalam pertanyaan penelitian. Karena itu, rumusan tujuan penelitian mencakup:

1. Mendeskripsikan perkembangan seni pertunjukkan sisingaan yang menjadi identitas masyarakat Subang.

2. Menganalisis konsep pembelajaran apresiasi musik sisingaan Subang bagi siswa SMPN 2 Subang.


(12)

3

3. Menemukan dampak pembelajaran apresiasi musik sisingaan Subang bagi siswa SMPN 2 Kabupaten Subang.

D.Manfaat Penelitian

Penelitian ini dibuat dengan harapan dapat memberikan manfaaf bagi berbagai pihak, yaitu:

1. Manfaat akademik, yakni penelitian ini diharapkan dapat memperkaya pengetahuan dan keterampilan dalam konsep pembelajaran seni. Khususnya pembelajaran seni musik berkenaan dengan perkembangan musik sisingaan sebagai materi apresiasi pembelajaran musik daerah Subang

2. Manfaat praktis, yakni memberikan input bagi tiga pihak, yakni (1) praktisi pendidikan seni musik, yakni guru-guru seni musik, khususnya di SMPN 2 Subang berkenaan dengan implementasi pembelajaran musik seni sisingaan pada siswa SMPN 2 Subang; (2) bagi masyarakat dan stake holder, penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk upaya pelestarian musik daerah, khususnya seni sisingaan bagi kalangan generasi muda; (3) bagi pemerintah daerah, khususnya Pemerintah Daerah Kabupaten Subang, seni sisingaan sebagai bahan masukan untuk dijadikan kebijakan pembelajaran muatan lokal di sekolah.

E.Definisi Operasional

Agar penelitian ini sesuai dengan sasaran yang akan dicapai, maka diperlukan adanya pembatasan istilah guna menghindari perbedaan penafsiran. Adapun batasan istilah yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Sisingaan adalah bentuk seni pertunjukan rakyat daerah Subang yang menggunakan media berupa boneka singa yang diusung oleh empat orang, diiringi musik tradisional untuk mengarak anak yang disunat atau untuk menyambut tamu kehormatan.

2. Apresiasi seni dapat diartikan sikap yang diperlihatkan untuk menghargai nilai-nilai yang terdapat pada suatu karya seni (berkenaan dengan penelitian ini), menghargai seni sisingaan.


(13)

4

3. Belajar bagi manusia dapat dipahami sebagai aktivitas perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik.

F. Asumsi

Sebagai sebuah kesenian tradisional asli daerah Subang, sisingaan merupakan cerminan sebuah bentuk nyata jiwa kepahlawanan masyarakat Subang. Perkembangan sisingaan ditinjau dari perubahan musik pengiring kesenian tersebut, jika kita amati dipengaruhi oleh perubahan budaya global di mana pengaruh alat musik modern mulai menyentuh kesenian ini, maka terjadi pergeseran pengetahuan tentang sejarah dan makna serta arti dari kesenian sisingaan.

Perkembangan musik pengiring sisingaan, hendaknya diperkenalkan pada generasi muda agar makna kesenian sisingaan tidak hilang. Oleh karenanya perlu diperkenalkan kepada siswa perkembangan, melalui pembelajaran di sekolah. Implementasi pembelajaran seni sisingaan di SMP Negeri 2 Subang, diharapkan dapat menjadikan model pembelajaran apresiasi seni budaya di sekolah.


(14)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Penelitian kualitatif (qualitative research) adalah penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok (Syaodih, 2007: 60).

Koentjaraningrat (2002:329) melihat penelitian kualitatif ini sebagai penelitian yang bersifat etnografi yaitu suatu deskripsi mengenai kebudayaan suatu bangsa dengan pendekatan antropologi. Hal ini pun dibenarkan oleh Fathoni (2005:98) karena bahan mengenai kesatuan kebudayaan suku bangsa di suatu komunitas dari suatu daerah tertentu menjadi pokok deskripsi sebuah karangan etnografi, maka dibagi ke dalam bab-bab tentang unsur-unsur kebudayaan menurut suatu tata urut yang sudah baku. Susunan tata urut itu disebut sebagai kerangka etnografi. Penelitian kualitatif juga tersebut sering dikenal sebagai etno-metodologi atau penelitian lapangan.

Penelitian ini juga menghasilkan data mengenai kelompok seni yang beragam latar sosial. Karena unsur kebudayaan itu bersifat universal maka budaya dalam hal ini ditarik ke sisi seni sisingaan sebagai identitas masyarakat Subang dulu kala.

Lebih lanjut Denzin dan Lincoln (Herdiansyah, 2010:7) menegaskan bahwa penelitian kualitatif ditujukan untuk mendapatkan sebuah pemahaman yang mendasar melalui sebuah pengalaman dari peneliti yang langsung berproses dan melebur menjadi satu dengan cara berbaur dan menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan subjek dan latar yang akan diteliti berupa laporan yang sebenar-benarnya, apa adanya, dan catatan-catatan lapangan yang aktual. Karena sifatnya yang merupakan first-hand, maka dalam penelitian kualitatif harus terjun langsung dan harus mengenal secara langsung subjek yang menjadi sumber data


(15)

30

penelitian secara langsung (personal) dan tanpa perantara. Pembatas antara peneliti dengan subjek yang menjadi objek penelitian sedapat mungkin dihilangkan atau dilakukan sebuah minimalisasi sebagai sebuah upaya agar peneliti memahami sudut pandang dan perasaan subjek peneltian dengan optimal. Dalam penelitian ini penulis langsung menuju pusat atau pelaku seni sisingaan generasi pertama.

Penelitian kualitatif kemudian mempunyai ciri-ciri seperti dikemukakan Denzin & Lincoln (dalamHerdiansyah, 2010: 75), yaitu:

1. Lebih menekankan kepada upaya eksplorasi terhadap hakikat/sifat dasar fenomena sosial tertentu, bukan melakukan pengujian hipotesis atas fenomena tersebut.

2. Lebih menekankan bekerja dengan data tak terstruktur atau dengan kata lain data yang belum dirumuskan dalam bentuk kode sebagai seperangkat kategoi yang masih menerima peluang bagi analisis tertentu.

3. Penelitian terhadap sejumlah kecil kasus, mungkin hanya satu kasus secar detail.

4. Menganalisis data yang meliputi interpretasi makna dan fungsi berbagai tindakan manusia secara eksplisit sebagai sebuah produk yang secara umum mengambil bentuk-bentuk deskripsi dan penjelasan verbal tanpa harus terlalu banyak memanfaatkan analisis kuantifikasi dan statistik.

Dengan demikian, fokus lebih kepada ucapan dan tindakan subjek peneliti, serta situasi yang dialami dan dihayati, dengan berpegang pada kekuatan data hasil wawancara. Sejalan dengan ciri tersebut diatas, Bogdan dan Biklen (1982:27-29) secara terperinci menjabarkan karakteristik penelitian kualitatif, di antaranya :

1) Peneliti sendiri sebagai instrumen utama untuk mendatangi secara langsung sumber data

2) Mengimplementasikan data yang dikumpulkan dalam penelitian ini lebih cenderung kata-kata dari pada angka.

3) Menjelaskan bahwa hasil penelitian lebih menekankan kepada proses tidak semata-mata kepada hasil.

4) Melalui analisis induktif, peneliti mengungkapkan makna dari keadaan yang terjadi.

5) Mengungkapkan makna sebagai hal yang esensial dari pendekatan kualitatif.


(16)

31

Dalam penelitian ini terdapat beberapa karakteristik yang ditonjolkan; pertama, peneliti bertindak sebagai alat peneliti utama (key instrument) dengan melakukan wawancara sendiri para informan dan pengumpulan bahan yang berkaitan dengan objek penelitian dan peneliti terlibat aktif dalam proses penelitian. Kedua, peneliti mengumpulkan dan mencatat data-data dengan rinci yang berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti. Ketiga, melakukan triangulasi atau konfirmasi data.

B. Teknik Pengumpulan Data

Sebuah penelitian tentulah harus didukung oleh data yang akurat. Oleh karenanya diperlukan sebuah teknik khusus dalam mengali sumber data penelitian yang dimaksud. Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan di dalam "nature setting" (kondisi yang alamiah).

Tujuan utama penelitian adalah dalam rangka memberikan pengetahuan tentang kebenaran. Hal ini ditunjang oleh informasi, dan untuk mendapatkan hal tersebut teknik pengumpulan data haruslah disesuaikan dengan kondisi yang ada yaitu di lapangan. Tanpa mengetahui dan memahami teknik-teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar. Seperti yang kita ketahui dalam penelitian kualitatif dikenal beberapa metode pengumpulan data yang umum digunakan. Beberapa metode tersebut, antara lain wawancara, observasi, studi dokumentasi, dan focus group discussion. Oleh karena itu teknik pengumpulan data yang diperlukan untuk itu adalah teknik pengumpulan data yang lengkap, meliputi teknik, wawancara, teknik observasi, dan dokumentasi atau biasa dikenal dengan istilah triangulasi (Sugiyono, 2011: 383).

C. Proses Penelitian Studi Kasus

Creswell (2007) menjelaskan proses penelitian studi kasus secara lebih sederhana dan praktis, adalah sebagai berikut:

1. Menentukan apakah pendekatan penelitian kasus yang akan dipergunakan telah sesuai dengan masalah penelitian. Suatu studi kasus menjadi


(17)

32

pendekatan yang baik ketika penelitiannya mampu menentukan secara jelas batasan-batasan kasusnya, dan memiliki pemahaman yang mendalam terhadap kasus-kasusunya, atau mampu melakukan perbandingan beberapa kasus.

2. Peneliti mengidentifikasi kasus yang akan diteliti. Kasus yang diteliti dapat berupa individu, beberapa individu, sebuah program, sebuah kejadian atau suatu kegiatan. Kasus yang diteliti bersifat baik dan bermanfaat. Kasus tersebut dapat berjenis tunggal atau kolektif, banyak lokasi atau lokasi tunggal, terfokus pada kasus itu sendiri atau pada isu-isu yang ingin diteliti. 3. Melakukan analisis terhadap kasus. Melalui pengumpulan data, suatu

penggambaran yang terperinci akan muncul dari kajian peneliti terhadap sejarah, kronologi terjadinya kasus, atau gambaran perubahan waktu ke waktu kasus tersebut. Setelah penggambaran secara holistik, kajian dilakukan lebih terinci pada beberapa kunci atau tema yang terdapat di balik kasus. Caranya dapat dilakukan dengan mengkaji isu-isu yang membentuk kasus, yang diikuti dengan menggali tema-tema yang berada di balik isu tersebut.

4. Interpretasi atau melaporkan makna-makna yang dapat dipelajari, yakni menemukan makna pembelajaran terbaik yang dapat diperoleh dari kasus yang diteliti.

D. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, yang manjadi instrumen utama adalah peneliti itu sendiri. Hal ini di dasarkan atas pandangan Nasution (dalam Satori dan Komariah, 2004) menyatakan, bahwa:

1. Peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi peneliti.

2. Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus.

3. Tiap situasi merupakan keseluruhan, tidak ada suatu instrumen berupa tes atau angket yang dapat menangkap keseluruhan situasi, kecuali manusia.


(18)

33

4. Suatu situasi yang melibatkan manusia, tidak dapat dipahami dengan pengetahuan semata. Untuk memahaminya kita perlu sering meresakannya, menyelaminya berdasarkan pengetahuan kita.

5. Peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang diperoleh. Ia dapat menafsirkannya, melahirkan hipotesis dengan segera untuk mengetes hipotesis yang timbul seketika.

6. Hanya manusia sebagai instrumen dapat mengambil kesimpulan berdasarkan data yang dikumpulkan pada saat dan menggunakan segera sebagai balikan untuk memperoleh penegasaan, perubahan, perbaikan atau perlakuan.

Penelitian kualitatif, berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data dan menganalisis data juga menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas semuanya. Nasution (2003:61) menyatakan:

“Dalam penelitian kualitatif tidak ada pilihan lain dari pada menjadikan manusia sebagai instrumen penelitian utama. Masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan bahkan hasil yang diharapkan itu semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu. Dalam keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu, tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat mencapainya”.

Hal yang sama diungkapkan oleh Sugiyono (2008: 223-224) bahwa:

"Dalam penelitian kualitatif, instrumen utamanya adalah peneliti sendiri, namun selanjutnya, ada kemungkinan akan dikembangkan instrumen penelitian sederhana yang diharapkan dapat melengkapi data dan membandingkan dengan data yang ditemukan melalui observasi dan wawancara."

Data atau informasi penelitian kualitatif dapat berubah-ubah sesuai dengan kondisi yang terjadi di lapangan. Mungkin pula belum jelas atau pasti jenis data, sumber data, dan hasil yang diharapkan. Dalam keadaan demikian, peneliti memegang peranan sebagai instrumen kunci. Peneliti terjun ke lapangan untuk melakukan pengumpulan, analisis, dan verifikasi data. Akan tetapi, selanjutnya dapat dikembangkan instrumen lain dalam mengumpulkan data, yaitu observasi dan wawancara.


(19)

34

E. Langkah Penelitian

Posisi peneliti sendiri dalam penelitian ini adalah human instrumen. Ketika di lapangan peneliti menetapkan fokus penelitian, hal pertama yang peneliti lakukan tidaklah langsung menyatakan tentang ketidaktahuan masyarakat akan perkembangan seni sisingaan, akan tetapi yang pertama peneliti lakukan adalah melakukan observasi lokasi penelitian berupa wawancara ke para tokoh seniman atau aparat pemerintahan.

Para informan kemudian ditetapkan sendiri oleh peneliti. Cara penentuan yang dilakukan adalah dengan jalan menanyakan kepada Bapak Pepen tentang perkembangan seni sisingaan di Kabupaten Subang, seperti kondisi kelompok seni sisingaan di Subang, pengetahuan masyarakat akan perubahan seni sisingaan serta bagaimana keinginan masyarakat akan musik pengiring sisingaan. Setelah keterangan didapat maka langkah selanjutnya adalah menuju rumah setiap informan yang akan dimintai keterangan menyangkut dengan masalah penelitian. Setelah data terkumpul peneliti kemudian melakukan analisis dan menafsirkan setiap data yang diperoleh serta membuat kesimpulan.

Dari kedua pendapat tersebut dapat diperoleh kesimpulan bahwa instrumen utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Sebagai instrumen kunci, peneliti memiliki beberapa fungsi, yaitu: menetapkan fokus penelitian, memilih informan, dan melakukan pengumpulan data. Peneliti juga melakukan kegiatan analisis data, menafsirkan data, dan membuat kesimpulan hasil penafsiran data tersebut. Berdasarkan fokus penelitian, peneliti melakukan observasi ke lapangan dengan tujuan memperoleh informasi tentang objek penelitian dan menentukan beberapa informan penelitian. Selanjutnya, peneliti melakukan wawancara dengan beberapa informan tersebut.

Data-data yang diperoleh melalui observasi dan wawancara belum dianggap akurat kalau hanya diperoleh dari satu sumber. Data-data yang belum akurat tersebut harus dibandingkan dengan data yang diperoleh dari sumber lain (triangulasi) misalnya, hasil studi literatur. Dengan demikian, instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data, selain peneliti sendiri, juga digunakan


(20)

35

instrumen-instrumen lain yang relevan dengan fokus dan tujuan penelitian. Instrumen-instrumen tersebut adalah lembar pedoman observasi, pedoman wawancara, catat lapangan, tape recorder, digital camera, dan handycam. Masing-masing perangkat tersebut memiliki fungsi sebagai berikut:

1. Pedoman wawancara yakni digunakan sebagai rujukan pertanyaan awal yang akan diajukan terhadap responden dalam melakukan wawancara.

2. Pedoman observasi yakni digunakan sebagai patokan awal dalam melakukan observasi ketika berada di lapangan penelitian.

3. Catatan lapangan digunakan untuk mencatat bagian-bagian penting dari observasi dan wawancara yang kira-kira mempengaruhi hasil pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian yang dilakukan.

4. Tape recorder digunakan untuk merekam proses wawancara yang dilakukan oleh peneliti dan responden.

5. Camera Digital digunakan untuk mendokumentasikan gambar dalam bentuk gambar tidak bergerak dari objek penelitian.

6. Handycam digunakan untuk merekam gambar yang menjadi objek penelitian.

F. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian etnografi, analisis adalah suatu proses untuk menemukan jawaban pertanyaan, dimulai dari observasi partisipan untuk menemukan pertanyaan-pertanyaan. Bogdan dan Biklen (1986: 145) menyatakan:

Data analysis is the process of systematically searching and arranging the interview transcripts, fieldnotes, and other materials that you accumulate to increase your understanding of them and to enable you present what you have is covered to others.

(Analisis data merupakan proses secara sistematis dalam meneliti dan menyusun transkrip wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lainnya yang telah dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman dan memungkinkan untuk menyajikannya kepada orang lain).

Wolcout (dalam Fraenkel and Wallen, 2006: 512) menekankan bahwa prosedur etnografi membutuhkan tiga hal yakni deskripsi detail budaya kelompok yang diteliti, menganalisis kelompok tersebut dari sudut perspektif, dan


(21)

36

interpretasi kelompok oleh peneliti seperti makna dan generalisasi tentang kehidupan sosial manusia pada umumnya.

Data-data yang telah dikumpulkan dengan teknik perekaman, kemudian dianalisis. Data yang dijaring dengan teknik wawancara dan dokumentasi diklasifikasikan berdasarkan kebutuhan peneliti. Data yang berupa faktor utama dalam seni sisingaan tidak semua dimasukan ke dalam tulisan namun dipilih yang berkaitan dengan seni musik yaitu sinden, alat, dan lagu yang dipilih


(22)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang diperoleh melalui studi dokumen, observasi dan wawancara dengan berbagai informan di lapangan dapat disimpulkan, sebagaiberikut:

1. Perkembangan kesenian sisingaan adalah respon masyarakat Subang terhadap tekanan secara politik, ekonomi sosial dan budaya dari pihak Belanda maupun Inggris. Untuk melakukan perlawanan, mereka tidak melakukannya secara fisik, tetapi melalui media seni, dalam hal ini seni sisingaan yang merupakan bentuk ungkapan rasa ketidakpuasan, ketidaksenangan, atau upaya pemberontakan dari masyarakat Subang kepada pihak penjajah. Pada perkembangan berikutnya, masa pemerintah Orde Lama, fungsi kesenian sisingaan terbatas hanya untuk sarana hiburan pada saat khitanan seorang anak dengan cara melakukan helaran keliling kampung. Namun pada masa Orde Baru, seni sisingaan memiliki fungsi yang beragam antara lain untuk prosesi penyambutan tamu terhormat atau acara seremonial lainnya. Sedangkan masa Orde Reformasi menjadi identitas budaya masyarakat Subang.

2. Pembelajaran apresiasi musik daerah Subang, yakni musik sisingaan diarahkan untuk meningkatkan penghargaan siswa pada kesenian daerah dengan cara meningkatan rasa kejutan atau surprise; meningkatkan rasa empati; meningkatkan rasa kebenaran estetis dan memberi rasa simpati yang umumnya cukup berhasil. Akan tetapi dalam mencapai keterpesonaan dan rasa keterharuan siswa, diperlukan usaha yang lebih serius lagi.

3. Dampak pembelajaran apresiasi musik sisingaan daerah, Subang secara internal telah berhasil meningkatkan kemampuan apresiasi siswa SMPN 2 Subang. Secara eksternal telah memberi dukungan semangat, asset dalam pariwisata dan mengenal identitas budaya daerah setempat.


(23)

65

B. Rekomendasi

Rekomendasi hasil penelitian yang penulis sampaikan adalah sebagai berikut:

1. Rekomendasi hasil penelitian secara akademik diperlukan usaha lanjutan untuk meneliti tentang pembelajaran apresiasi musik sisingaan daerah Subang di lingkungan sekolah SMP lainnya yang ada di Kabupaten Subang.

2. Rekomendasi secara praktis

a. Rekomendasi bagi guru seni budaya di SMPN 2 Subang dan guru seni budaya di SMP lainnya adalah diperlukan usaha yang tepat untuk mengadaptasikan materi, pendekatan dan strategi serta teknik pembelajaran apresiasi yang sesuai dengan kebutuhan siswa, masyarakat setempat, selain tetap berpegang pada SK dan KD yang ditetapkan dalam kurikulum seni musik.

b. Rekomendasi bagi Kepala Sekolah SMPN 2 Subang dan guru seni budaya SMPN lainnya adalah diperlukan usaha melengkapi sarana dan prasarana dalam pembelajaran musik daerah selain meningkatkan pembiayaannya agar mencapai sasaran.

c. Rekomendasi bagi Komite Sekolah SMPN 2 Subang dan guru seni budaya di Kabupaten Subang adalah membantu sekolah dan guru seni budaya (musik) untuk peningkatan kualitas sarana pembelajaran dan bantuan pembiayaan untuk mencapai usaha menanamkan sikap apresiatif terhadap musik daerah Subang.

d. Rekomendasi bagi Kepala Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Subang adalah diperlukan usaha yang serius dalam membuat kebijakan mengenai materi muatan lokal tentang seni musik yang dapat mendukung pencapaian apresiasi musik daerah setempat di Kabupaten Subang di masa mendatang.


(24)

DAFTAR PUSTAKA

Buku-buku

Bogdan, R.C dan Biklen, S.K. (1982). Qualitative Research for Education : An Introduction to Theory and Mehtods, Boston : Allyn and Bacon, Inc

Hendarsah, Khadar. M. Drs. (2008). Ragam Budaya Kabupaten Subang Pemerintah Kabupaten Subang : Disbudparpora

Kuntjaraningrat, (2002). Kebudayaan Mentalitet dan Pembangunan. Jakarta : Djambatan

Lauer, Robert H. (1993). Perspektif tentang Perubahan Sosial (Terjemahan Alimandan). Jakarta : Rineka Cipta.

Lowenfeld, Victor (1982). Creative and Mental Growth, Eisi V, New York: Mc Millan.

Nasution, S. (2009) , Metode Research; Penelitian Ilmiah, Jakarta, Bumi Aksara. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. (2007), Kamus Besar Bahasa

Indonesia. Jakarta. Balai Pustaka

Read, H. (2000). Seni Arti dan Problematikanya. Yogyakarta: Duta Wacana Univerity Press.

Satori Jam’an dan Komariah, (2010), “Metodologi Penelitian Kualitatif “,

Alfabeta, Bandung

Sedyawati. (1981) Pertumbuhan Seni Pertunjukan. Jakarta: SINAR Harapan Soehardjo, A.J. (2005), Pendidikan Seni dari Konsep sampai Program.

Universitas Negeri Malang. Balai Kajian Seni dan Desain. Sugiyono. 2008. Metode Penelitian. Bandung: Alfabeta

Spradley, J.P. 1997. “Foundation of Cultural Knowledge” dalam Culture and Cognition Roles, Maps and Plans, Toronto: Chandler Publication, Inc. Sujanto, Agus. ( 1988 ), Psikologi Perkembangan , Jakarta: AksaraBaru

Sumarjo, Jakob,( 2011) “ Sunda Pola Rasionalitas Budaya “, Kelir Bandung Sumarjo, Jakob,( 2010) “ Estetika Paradoks “, Sunan Ambu Pers STSI Bandung


(25)

67

Sumardjo, J. (2000). Filsafat Seni. Bandung: ITB.

Suparlan. (1986 ). “Kebudayaan dan Pembangunan”. Jakarta : Gramedia Syaodih, N. (2004). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Rosda Tabrani, P. (1998). Proses Kreasi, Apresiasi, Belajar. Bandung: ITB. Winkel W.S. (1997). Psikologi Pengajaran. Jakarta : Gramedia

Internet :

Budiana, BPSNT, Bandung

Djojonegoro, Wardiman. Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia (1995). 2013. Dapat di akses di www.wikipedia.org


(1)

instrumen-instrumen lain yang relevan dengan fokus dan tujuan penelitian. Instrumen-instrumen tersebut adalah lembar pedoman observasi, pedoman wawancara, catat lapangan, tape recorder, digital camera, dan handycam. Masing-masing perangkat tersebut memiliki fungsi sebagai berikut:

1. Pedoman wawancara yakni digunakan sebagai rujukan pertanyaan awal yang akan diajukan terhadap responden dalam melakukan wawancara.

2. Pedoman observasi yakni digunakan sebagai patokan awal dalam melakukan observasi ketika berada di lapangan penelitian.

3. Catatan lapangan digunakan untuk mencatat bagian-bagian penting dari observasi dan wawancara yang kira-kira mempengaruhi hasil pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian yang dilakukan.

4. Tape recorder digunakan untuk merekam proses wawancara yang dilakukan

oleh peneliti dan responden.

5. Camera Digital digunakan untuk mendokumentasikan gambar dalam bentuk

gambar tidak bergerak dari objek penelitian.

6. Handycam digunakan untuk merekam gambar yang menjadi objek penelitian.

F. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian etnografi, analisis adalah suatu proses untuk menemukan jawaban pertanyaan, dimulai dari observasi partisipan untuk menemukan pertanyaan-pertanyaan. Bogdan dan Biklen (1986: 145) menyatakan:

Data analysis is the process of systematically searching and arranging the interview transcripts, fieldnotes, and other materials that you accumulate to increase your understanding of them and to enable you present what you have is covered to others.

(Analisis data merupakan proses secara sistematis dalam meneliti dan menyusun transkrip wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lainnya yang telah dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman dan


(2)

36

interpretasi kelompok oleh peneliti seperti makna dan generalisasi tentang kehidupan sosial manusia pada umumnya.

Data-data yang telah dikumpulkan dengan teknik perekaman, kemudian dianalisis. Data yang dijaring dengan teknik wawancara dan dokumentasi diklasifikasikan berdasarkan kebutuhan peneliti. Data yang berupa faktor utama dalam seni sisingaan tidak semua dimasukan ke dalam tulisan namun dipilih yang berkaitan dengan seni musik yaitu sinden, alat, dan lagu yang dipilih


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang diperoleh melalui studi dokumen, observasi dan wawancara dengan berbagai informan di lapangan dapat disimpulkan, sebagaiberikut:

1. Perkembangan kesenian sisingaan adalah respon masyarakat Subang terhadap tekanan secara politik, ekonomi sosial dan budaya dari pihak Belanda maupun Inggris. Untuk melakukan perlawanan, mereka tidak melakukannya secara fisik, tetapi melalui media seni, dalam hal ini seni sisingaan yang merupakan bentuk ungkapan rasa ketidakpuasan, ketidaksenangan, atau upaya pemberontakan dari masyarakat Subang kepada pihak penjajah. Pada perkembangan berikutnya, masa pemerintah Orde Lama, fungsi kesenian sisingaan terbatas hanya untuk sarana hiburan pada saat khitanan seorang anak dengan cara melakukan helaran keliling kampung. Namun pada masa Orde Baru, seni sisingaan memiliki fungsi yang beragam antara lain untuk prosesi penyambutan tamu terhormat atau acara seremonial lainnya. Sedangkan masa Orde Reformasi menjadi identitas budaya masyarakat Subang.

2. Pembelajaran apresiasi musik daerah Subang, yakni musik sisingaan diarahkan untuk meningkatkan penghargaan siswa pada kesenian daerah dengan cara meningkatan rasa kejutan atau surprise; meningkatkan rasa empati; meningkatkan rasa kebenaran estetis dan memberi rasa simpati yang umumnya cukup berhasil. Akan tetapi dalam mencapai keterpesonaan dan rasa keterharuan siswa, diperlukan usaha yang lebih serius lagi.


(4)

65

B. Rekomendasi

Rekomendasi hasil penelitian yang penulis sampaikan adalah sebagai berikut:

1. Rekomendasi hasil penelitian secara akademik diperlukan usaha lanjutan untuk meneliti tentang pembelajaran apresiasi musik sisingaan daerah Subang di lingkungan sekolah SMP lainnya yang ada di Kabupaten Subang.

2. Rekomendasi secara praktis

a. Rekomendasi bagi guru seni budaya di SMPN 2 Subang dan guru seni budaya di SMP lainnya adalah diperlukan usaha yang tepat untuk mengadaptasikan materi, pendekatan dan strategi serta teknik pembelajaran apresiasi yang sesuai dengan kebutuhan siswa, masyarakat setempat, selain tetap berpegang pada SK dan KD yang ditetapkan dalam kurikulum seni musik.

b. Rekomendasi bagi Kepala Sekolah SMPN 2 Subang dan guru seni budaya SMPN lainnya adalah diperlukan usaha melengkapi sarana dan prasarana dalam pembelajaran musik daerah selain meningkatkan pembiayaannya agar mencapai sasaran.

c. Rekomendasi bagi Komite Sekolah SMPN 2 Subang dan guru seni budaya di Kabupaten Subang adalah membantu sekolah dan guru seni budaya (musik) untuk peningkatan kualitas sarana pembelajaran dan bantuan pembiayaan untuk mencapai usaha menanamkan sikap apresiatif terhadap musik daerah Subang.

d. Rekomendasi bagi Kepala Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Subang adalah diperlukan usaha yang serius dalam membuat kebijakan mengenai materi muatan lokal tentang seni musik yang dapat mendukung pencapaian apresiasi musik daerah setempat di Kabupaten Subang di masa mendatang.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Buku-buku

Bogdan, R.C dan Biklen, S.K. (1982). Qualitative Research for Education : An

Introduction to Theory and Mehtods, Boston : Allyn and Bacon, Inc

Hendarsah, Khadar. M. Drs. (2008). Ragam Budaya Kabupaten Subang Pemerintah Kabupaten Subang : Disbudparpora

Kuntjaraningrat, (2002). Kebudayaan Mentalitet dan Pembangunan. Jakarta : Djambatan

Lauer, Robert H. (1993). Perspektif tentang Perubahan Sosial (Terjemahan Alimandan). Jakarta : Rineka Cipta.

Lowenfeld, Victor (1982). Creative and Mental Growth, Eisi V, New York: Mc Millan.

Nasution, S. (2009) , Metode Research; Penelitian Ilmiah, Jakarta, Bumi Aksara. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. (2007), Kamus Besar Bahasa

Indonesia. Jakarta. Balai Pustaka

Read, H. (2000). Seni Arti dan Problematikanya. Yogyakarta: Duta Wacana Univerity Press.

Satori Jam’an dan Komariah, (2010), “Metodologi Penelitian Kualitatif “,

Alfabeta, Bandung

Sedyawati. (1981) Pertumbuhan Seni Pertunjukan. Jakarta: SINAR Harapan Soehardjo, A.J. (2005), Pendidikan Seni dari Konsep sampai Program.

Universitas Negeri Malang. Balai Kajian Seni dan Desain. Sugiyono. 2008. Metode Penelitian. Bandung: Alfabeta

Spradley, J.P. 1997. “Foundation of Cultural Knowledge” dalam Culture and


(6)

67

Sumardjo, J. (2000). Filsafat Seni. Bandung: ITB.

Suparlan. (1986 ). “Kebudayaan dan Pembangunan”. Jakarta : Gramedia Syaodih, N. (2004). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Rosda Tabrani, P. (1998). Proses Kreasi, Apresiasi, Belajar. Bandung: ITB. Winkel W.S. (1997). Psikologi Pengajaran. Jakarta : Gramedia

Internet :

Budiana, BPSNT, Bandung

Djojonegoro, Wardiman. Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia (1995). 2013. Dapat di akses di www.wikipedia.org