PENGARUH TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN TERHADAP CITRA PERUSAHAAN PADA SABUN MANDI LIFEBOUY.
USULAN PENELITIAN
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional `VETERAN` Jawa Timur Untuk Menyusun Skripsi S-1 Jurusan Manajemen
Oleh:
Angga Permana
0312010205 / FE / EM
KEPADA
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL `VETERAN`
JAWA TIMUR
(2)
MANDI LIFEBOUY
Yang diajukan
Angga Permana
0312010205 / FE / EM
Telah Diseminarkan Dan Disetujui untuk Menyusun Skripsi Oleh
Pembimbing Utama
Wiwik Handayani,SE,MSi Tanggal: ……….
Mengetahui
Ketua Jurusan Manajemen
Drs.Ec.Gendut Sukarno, Ms
(3)
MANDI LIFEBOUY
Yang diajukan
Angga Permana
0312010205 / FE / EM
Disetujui untuk mengikuti Ujian Lisan oleh
Pembimbing Utama
Wiwik Handayani,SE,MSi Tanggal: ……….
Mengetahui
a.n. Dekan Fakultas Ekonomi Pembantu Dekan 1
Drs. Ec. Syaiful Anwar, MSi
(4)
SKRIPSI
Oleh:
Angga Permana
0312010205 / FE / EM
KEPADA
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL `VETERAN` JAWA TIMUR
(5)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Jurusan Manajemen
Oleh:
Angga Permana
0312010205 / FE / EM
KEPADA
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL `VETERAN` JAWA TIMUR
(6)
(Studi Pada De Boliva Ice Cream Surabaya)
Disusun oleh:KARTIKA YUS AGUSTIN
0413010134/FE/EA
telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “VETERAN” Jawa Timur pada tanggal 24 Oktober 2008.
Pembimbing Utama Tim Penguji Ketua
Dr. Sumarsono, MSi Dr. Sumarsono, MSi
Sekretaris
Dra. Ec. Endah Susilowati, MSi
Anggota
Dra. Ec. Tituk D. W, Maks
Mengetahui Dekan Fakultas Ekonomi
(7)
Dengan memanjatkan puji syukur kepada allah swt, atas rahmat dan
hidayah-nya yang diberikan kepada penyusun sehingga skripsi yang berjudul
“Pengaruh Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Terhadap Citra Perusahaan Pada Sabun Mandi Lifebouy”
Penyusunan skripsi ini ditujukan untuk memenuhi syarat penyelesaian
Studi Pendidikan Strata Satu, Fakultas Ekonomi jurusan Manajemen, Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Pada kesempatan ini penyusun ingin menyampaikan terima kasih kepada
semua pihak yang telah memberi bimbingan, petunjuk serta bantuan baik spirituil
maupun materiil, khususnya kepada:
1. Bapak Dr. Ir. Teguh Sudarto, MP selaku Rektor Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin Nur, SE, MM. Selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak Drs.Ec. Gendut Sukarno, Msi. Selaku Ketua Jurusan
Manajemen Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa
Timur.
4. Ibu Wiwik Handayani,SE,Msi Selaku Dosen embimbing utama yang
telah memberikan bimbingan skripsi sehingga peneliti bisa
(8)
6. Kepada kedua orang tuaku beserta adikku yang telah memberikan
dukungan baik moril ataupun material.
7. Berbagai pihak yang turut membantu dan menyediakan waktunya demi
terselesainya skripsi ini yang tidak dapat penyusun sebutkan satu
persatu.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa apa yang telah disusun dalam
skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis sangat berharap saran
dan kritik membangun dari pembaca dan pihak lain.
Akhir kata, Penulis berharap agar skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak
yang membutuhkan.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Surabaya, Januari 2009
(9)
DAFTAR ISI ... ii
DAFTAR TABEL ... iii
DAFTAR GAMBAR ... iv
DAFTAR LAMPIRAN ... v
ABSTRAKSI ... vi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 7
1.3 Tujuan Penelitian ... 7
1.4 Manfaat Penelitian ... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu ... 9
2.2 Landasan Teori... 11
2.2.1 Pengertian Pemasaran ... 11
2.2.2 Konsep Pemasaran... 13
2.2.3 Tanggung Jawab Sosial ... 16
2.2.4 Dimensi dan Indikator Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ... 20
2.2.6. Citra Perusahaan ... 21
2.2.7. Dimensi dan Indikator Citra Perusahaan ... 23
2.2.8. Pengaruh Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Terhadap Citra Perusahaan ... 24
2.3. Kerangka Konsetual ... 27
(10)
3.3 Teknik Pengumpulan Data... 33
3.3.1. Jenis data ... 33
3.3.2. Sumber data... 33
3.3.3. Pengumpilan data... 34
3.4 Uji Kualitas data... 34
3.4.1. Uji Outlier univariat dan multivarit ... 34
3.4.1.1. Uji Outlier Univariate ... 34
3.4.1.2. Uji Outlier multivariate... 35
3.4.2. Uji Validitas dan Reliabilitas... 35
3.4.3. Uji Normlaitas data ... 36
3.5. Teknik Analisis dan Pengujian Hipotesis ... 36
3.5.1. Teknik Analisis ... 36
3.6. Asumsi Model SEM... 37
3.6.1. Pengujian Hipotesis dan Hubungan Kausal ... 40
3.6.2. Pengujian model dengan Two Step Approach ... 40
3.6.3. Evaluasi Model ... 41
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Obyek Penelitian ... 46
4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan ... 46
4.1.2. Sejarah Perkembangan Unilever di Indonesia ... 47
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 50
4.2.1. Penyebaran Kuesioner ... 50
4.2.2. Demografi Responden... 50
4.3. Analisis Dan Pengujian Hipotesis ... 51
4.3.1. Uji Outlier ... 51
(11)
4.4.1. Evaluasi Model One Step approach to SEM... 57 4.4.2. Uji Hipotesis Kausalitas... 60 4.5. Pembahasan Hasil Penelitian... 60
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ... 62 5.2. Saran ... 62
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(12)
Tabel 4.3. Hasil Uji Outlier... 52
Tabel 4.4. Uji Reliabilitas ... 53
Tabel 4.5. Uji Validitas ... 54
Tabel 4.6 Construct Reliability dab Variance Extracted ... 55
Tabel 4.7. Uji Normalitas ... 56
Tabel 4.8. Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indices... 54
Tabel 4.9. Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indices... 55
Tabel 4.10. Pengujian Hipotesis... 60
(13)
Company image: One ste aroach –base model ... 58 Gambar 4.2. Model Pengukuran dan Struktural social resonsibility&
Company image: One ste aroach –base model Modifikasi.. 59
(14)
Lampiran 2 : Hasil Rekap Jawaban Responden Lampiran 3 : Hasil Uji Outlier
Lampiran 4 : Hasil Uji Validitas, Reliabilitas dan Normalitas Lampiran 5 : Hasil Uji Structural Equation Modelling
(15)
Keywords:Consumer social responsibility and Company image
Oleh :
Angga Permana
Perusahaan yang ingin mengembangkan CSR harus memiliki Tanggung Jawab Sosial, bagaimana perusahaan sadar dan tanggap terhadap issue sosial yang muncul. Tanggung Jawab Sosial adalah merupakan semacam jaminan yang diperlukan untuk melindungi perusahaan jika sewaktu-waktu terjadi sesuatu yang tidak diharapkan. Pengaruh tanggung jawab sosial terhadap citra perusahaan menurut Grahame dalam Hardepp (2006:14) bahwa sebuah citra perusahaan yang baik selalu menandakan kepercayaan dalam perusahaan, menciptakan suatu ikatan emosional dan intelektual dengan karyawan, target konsumen dan pemegang saham penting lainnya, dan mempunyai kredibilitas perusahaan yang tinggi, untuk dapat terbentuknya Citra dan efektivitas organisasi dapat ditingkatkan dengan melakukan tanggung jawab sosial. Lifebouy merupakan salah satu produk dari PT. Unilever yang bergerak di bidang produksi sabun batang. Lifebouy juga melaksanakan kegiatan tanggung jawab sosial yang diantaranya menyisihkan Rp. 5 untuk pembangunan fasilitas sekolah dasar, sumbangan pendidikan, dll. Tetapi dari temuan hasil dilapangan tentang peringkat indeks loyalitas konsumen indonesia yang dikeluarkan majalah SWA dan badan survei MARS ( SWA 06/ XXII/ 23 Maret – 5 April 2008 ).
Populasi dalam penelitian ini adalah pelanggan Sabun Mandi Lifebouy di Surabaya Selatan . Jumlah sampel yang diambil sebanyak 112 responden dengan menggunakan Structural Equation Modelling.
Setelah melakukan penelitian, pengumpulan dan menganalisis terhadap data yang telah diperoleh dari para responden, maka dalam bab ini akan dicoba untuk menarik kesimpulan dan saran sebagai berikut :
• Faktor Social Responsibility berpengaruh positif terhadap Faktor Company Image, dapat diterima.
(16)
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembangunan perekonomian Indonesia yang mulai berkembang setelah
didera krisis ekonomi membuat bangkitnya berbagai sektor perekonomian,
keadaan ini membuat persaingan antar perusahan sejenis makin ketat. Era
keterbukaan ini menempatkan setiap perusahaan lebih mudah dilihat oleh siapa
saja, kapan saja, dan darimana saja, artinya siapapun dapat mengetahui tentang
apapun termasuk aktivitas tanggung jawab sosial perusahaan dengan cepat.
Seiring dengan perkembangan zaman menjadikan perusahan lupa akan
fungsinya yaitu sebagai organisasi bisnis perusahaan juga sebagai organisasi
sosial. Orientasi bisnis yang hanya terfokus pada tujuan ekonomi tersebut dewasa
ini telah menghadapi tantangan, karena secara langsung maupun tidak langsung
dalam menjalankan kegiatan operasinya perusahaan harus berinteraksi dengan
lingkungan sosialnya. Peran perusahaan terhadap kemerosotan kualitas
lingkungan hidup dan sosial masyarakat membawa dampak negatif misalnya
polusi, eksploitasi tenaga keja dan sumber energi, kerusakan lingkungan dan
penggunaan energi yang tidak bertanggungjawab (Sukarno, 2007:34).
Ide tanggung jawab sosial awalnya adalah bagaimana perusahaan
memberikan perhatian kepada lingkungannya, terhadap dampak yang terjadi
kegiatan operasional perusahaan. Pada mulanya tidak banyak perusahaan, apalagi
(17)
berkutat pada aspek finansial atau aspek ekonomis untuk menunjukan
keberhasilannya, namun sering dengan kesadaran penyelamatan lingkungan
perusahaan-perusahaan di seluruh dunia kini sudah memperhitungkan aspek
dampak lingkungan dan sosial dalam menjalankan pengembangan program
Tanggung Jawab Sosial(Sukarno, 2007:35).
Perusahaan yang ingin mengembangkan CSR harus memiliki Tanggung
Jawab Sosial, bagaimana perusahaan sadar dan tanggap terhadap issue sosial yang
muncul. Tanggung Jawab Sosial adalah merupakan semacam jaminan yang
diperlukan untuk melindungi perusahaan jika sewaktu-waktu terjadi sesuatu yang
tidak diharapkan.
Kinerja sosial perusahaan merupakan hal yang cukup penting bagi Citra
perusahaan, terutama dalam jangka panjang perusahaan yang dapat memberikan
kontribusi cukup berarti dalam pengembangan berkelanjutan bagi perusahaan.
Dengan demikian kinerja sosial perusahaan akan mempengaruhi citra perusahaan.
Citra perusahaan sendiri merupakan salah satu asset yang sangat berharga. Citra
bahwa perusahaan peduli terhadap masyarakat dan lingkungan saat ini menjadi
penting. Hal ini dikarenakan perusahaan bukan hanya mengejar keuntungan untuk
pribadi pemilik tetapi juga harus memberi nilai tambah pada masyarakat dan
lingkungan. Perusahaan yang membuat Tanggung Jawab Sosial berarti juga
perusahaan peduli terhadap masyarakat dan lingkungannya.
Teori yang mendasari tanggung jawab sosial adalah Teori Pembentukan
Kelompok, teori ini berasal dari George C. Homans yang berdasarkan
(18)
dilakukan. Semakin banyak aktivitas-aktivitas seseorang yang dilakukan dengan
orang lain, semakin beraneka ragam interaksinya dan juga semakin kuat
tumbuhnya sentimen mereka. Semakin banyak interaksi di antara orang-orang
semakin tinggi kemungkinan aktivitas dan sentimen yang ditularkan pada orang
lain dan semakin banyak sentimen seseorang dipahami orang lain, maka semakin
banyak kemungkinan-kemungkinan ditularkan aktivitasnya dan interaksinya.
Teori pembentukan kelompok adalah teori keseimbangan yang berasal dari
Theodore Newcomb, yang berdasarkan atas kesamaan sikap dalam menanggapi
suatu tujuan yang relevan satu sama lainnya (George C. Homans dalam Mifta
Thoha, 2003 : 80). Serta Teori institusional yang menyatakan untuk memastikan
keberlanjutan perusahaan, maka perusahaan menghendaki apa yang diinginkan
konstitusi eksternal dengan menjalankan Tanggung Jawab Sosial. Hal ini diyakini
dapat mendorong keinginan baik dan legitimasi dengan konstitusi eksternal, yang
karenanya memastikan keberlangsungan organisasi dengan jangka ( Hani
Handoko, 1992:262 ).
Sedangkan teori yang mendasari citra perusahaan adalah Teori penetapan
tujuan oleh Gene Broadwater dalam bukunya Stephen P. Robbins (2001 : 177),
yaitu bahwa suatu tujuan yang sangat diinginkan oleh perusahaan, akan
menghantar ke kinerja dan citra yang lebih baik. Perusahaan-perusahaan yang
memiliki citra bagus, umumnya menikmati enam hal : pertama, hubungan yang
baik dengan para pemuka masyarakat. Kedua, hubungan positif dengan
pemerintah setempat. Ketiga, resiko krisis yang lebih kecil. Keempat, rasa
(19)
didalam organisasi dan diluar organisasi, dan keenam meningkatkan kesetiaan
para staf perusahaan (Anggoro, 2002:21).
Pengaruh tanggung jawab sosial terhadap citra perusahaan menurut
Grahame dalam Hardepp (2006:14) bahwa sebuah citra perusahaan yang baik
selalu menandakan kepercayaan dalam perusahaan, menciptakan suatu ikatan
emosional dan intelektual dengan karyawan, target konsumen dan pemegang
saham penting lainnya, dan mempunyai kredibilitas perusahaan yang tinggi, untuk
dapat terbentuknya Citra dan efektivitas organisasi dapat ditingkatkan dengan
melakukan tanggung jawab sosial.
Lifebouy merupakan salah satu produk dari PT. Unilever yang bergerak di
bidang produksi sabun batang. Lifebouy juga melaksanakan kegiatan tanggung
jawab sosial yang diantaranya menyisihkan Rp. 5 untuk pembangunan fasilitas
sekolah dasar, sumbangan pendidikan, dll. Tetapi dari temuan hasil dilapangan
tentang peringkat indeks loyalitas konsumen Indonesia yang dikeluarkan majalah
SWA dan badan survei MARS ( SWA 06/ XXII/ 23 Maret – 5 April 2008 )
menyebutkan bahwa :
Tabel 1.1. Loyality Index Sabun Mandi Batang Lifebouy Tahun 2005 dan 2006
Tahun Merek Sabun Mandi Batang
Peringkat Costumer Satisfaction
Loyality Index
2005 Lifebuoy 2 78,1 77,8 2006 Lifebuoy 3 89,0 77,2 2007 Lifebuoy 2 88,1 68,8 2008 Lifebuoy 3 82,0 74,2 Sumber : SWA (2005 - 2008 : 30)
(20)
Pada kotegori Sabun mandi batang tahun 2005 Lifebuoy yang hanya
mendapat nilai loyalty index sebesar 77,8 Tetapi di tahun 2006 sabun mandi
Lifebuoy berada di peringkat ketiga dengan nilai loyalty index masing-masing
sebesar 77,2. Dalam hal tingkat kepuasan konsumen (Customer Satisfaction
Index) Lifebuoy sebesar 89,0. Tahun 2007 sabun mandi Lifebuoy berada di
peringkat kedua dengan nilai loyalty index masing-masing sebesar 68,8. Tahun
2008 sabun mandi Lifebuoy berada di peringkat ketiga dengan nilai loyalty index
masing-masing sebesar 74.2.
Dengan kegiatan tanggung jawab sosial yang dilakukan Lifebouy dari
tahun 2005 sampai dengan tahun 2006 tetapi peringkat Lifebouy malah menurun,
keefektifan dan ketepatan sasaran dalam melakukan tanggung jawab sosial
Lifebouy patut dipertanyakan karena mempengaruhi citra perusahaan. Apablila
citra perusahaan cenderung menurun akan mempengaruhi respon masyarakat
terhadap minat beli produk Lifebouy.
Selain itu Ketua Lembaga Konsumen Jakarta (LKJ), Zaim Saidi,
menemukan ada 14 merek kosmetik atau perawatan tubuh, seperti pasta gigi,
sabun, dan sampo, yang mengandung formalin. Merek-merek itu tergolong
terkenal dan sudah puluhan tahun dikonsumsi masyarakat. Antara lain Pepsodent
bikinan PT Unilever Indonesia. Selain pasta gigi, sampo dan sabun buatan
Unilever juga dianggap mengandung formalin. Antara lain sabun cair Lifebuoy,
sampo Lifebuoy Anti-Dandruff dan Daily Care.
Adapun penggunaannya pada produk Unilever, antara lain, Pepsodent
(21)
kadar formalin pada produk sampo Lifebuoy, Clear, dan Sunsilk. Standar yang
diperbolehkan BPOM, Uni Eropa, dan ASEAN Cosmetic Directive adalah 0,1%.
Lalu sabun Lifebuoy berisi 0,2%. Meski produk kosmetik yang bersangkutan
sudah mendapat izin dengan ambang batas yang ditentukan, BPOM akan
mengkaji ulang. Sebab dalam kemasan tidak disebutkan besaran kadar yang
terkandung di dalamnya, agar konsumen mengetahui. Formalin berbahaya
lantaran sangat beracun. Menyebabkan iritasi selaput lendir pada pernapasan atas,
mata, dan kulit. Ia juga dapat mengakibatkan reaksi alergi, kerusakan ginjal,
kerusakan gen, dan mutasi yang dapat diwariskan. Sementara itu, Zeily
Nurachman, ahli biokimia dari Institut Teknologi Bandung, mengatakan bahwa
sekecil apa pun, formalin akan bereaksi.
Tanggung jawab sosial akan menjadi strategi bisnis dalam perusahaan
untuk menjaga atau meningkatkan daya saing melalui Citra dan kesetiaan merek
produk atau citra perusahaan. Kedua hal tersebut akan menjadi keunggulan
kompetitif perusahaan yang sulit untuk ditiru oleh para pesaing. Di lain pihak,
adanya pertumbuhan keinginan dari konsumen untuk membeli produk
berdasarkan kriteria-kriteria berbasis nilai-nilai dan etika akan merubah perilaku
konsumen di masa mendatang. Implementasi kebijakan tanggung jawab sosial
adalah suatu proses yang terus menerus dan berkelanjutan. Dengan demikian akan
tercipta satu ekosistem yang menguntungkan semua pihak konsumen
mendapatkan produk unggul yang ramah lingkungan, produsen pun mendapatkan
profit yang sesuai yang pada akhirnya akan dikembalikan ke tangan masyarakat
(22)
Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan diatas, maka peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Terhadap Citra Perusahaan Pada Sabun Mandi Lifebouy Di Surabaya”.
1.2. Perumusan Masalah
Atas dasar latar belakang diatas, maka penelitian ini mempunyai
perumusan masalah sebagai berikut : Apakah tanggung jawab sosial berpengaruh
terhadap Citra Perusahaan pada sabun mandi Lifebuoy di Surabaya?
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
Untuk mengetahui dan menguji tanggung jawab sosial berpengaruh terhadap Citra Perusahaan pada sabun mandi Lifebuoy di Surabaya.
1.4. Manfaat Penelitian a. Bagi Perusahaan
Diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pengembangan
penerapan tanggung jawab sosial secara efektif bagi
perusahaan-perusahaan di Indonesia.
b. Bagi Universitas
Sebagai tambahan khasanah perpustakaan dan bahan masukan bagi
(23)
c. Bagi Peneliti
Penyusunan skripsi ini diharapkan dapat memperluas wawasan berfikir
serta pengetahuan penulis dalam mengembangkan ilmu dan pengetahuan
(24)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terdahulu
Bagian ini berisikan fakta atau temuan serta penelitian yang telah
dilakukan peneliti terdahulu yang berhubungan dan permasalahan dalam
penelitian ini.
A. Fitri Ismiyanti (2006)
Meneliti dengan judul “Corporate Reputation melalui pendekatan corporate
Social responsibility Di lingkunganPT.PERKEBUNAN NUSANTARA X”
a) Permasalahan yang dikemukakan adalah pengaruh citra dan tanggung
jawab sosial terhadap masa depan pabrik gula.
b) Uji hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah SEM (Structural
Equation Model).
c) Kesimpulan yang diperoleh yaitu :
- Faktor Corporate Social Responsibility berpengaruh positif dan
signifikan terhadap Faktor Stakeholder.
- Faktor Corporate Social Responsibility berpengaruh positif dan
signifikan terhadap Faktor Corporate Function
- Faktor Corporate Social Responsibility berpengaruh tidak
(25)
- Faktor Stakeholder berpengaruh positif dan signifikan terhadap
Faktor Corporate Reputation
- Faktor management Function berpengaruh positif dan signifikan
terhadap Faktor Corporate Reputation.
- Faktor Corporate Function berpengaruh signifikan dan negatif
terhadap Faktor Corporate Reputation.
B. Peggy Simcic Brønn (2006)
Meneliti dengan judul “Tanggung Jawab Sosial Korporat Dan Pemasaran Yang
Berhubungan Dengan Penyebab: Sebuah Tinjauan”
a) Permasalahan yang dikemukakan adalah pokok tanggung jawab sosial
korporat dan bagaimana perusahaan memanfaatkan dalam aktifitas
komunikasi pemasarannya.
b) Kesimpulan yang diperoleh yaitu : pemasaran yang berhubungan dengan
penyebab adalah sebuah alat komunikasi untuk peningkatan kesetiaan
konsumen dan membangun Citra. Perubahan yang diharapkan dalam
sebuah citra perusahaan karena promosi pemasaran yang berhubungan
dengan penyebab muncul dengan sangat bergantung pada bagaimana
konsumen membentuk alasan-alasan bagi keterkaitan perusahaan dalam
program-program yang berhubungan dengan penyebab dan sejumlah
(26)
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Pengertian Pemasaran.
Pemasaran merupakan salah satu dari kegiatan – kegiatan pokok yang
dilakukan oleh para pengusaha dalam usahanya untuk meningkatkan laba,
aktivitas pemasaran memegang peranan penting dalam rangka mencapai tujuan
perusahaan. Menurut Kotler (1997 : 8) "Pemasaran adalah suatu proses sosial dan
manajerial yang di dalamnya ( individu dan kelompok ) mendapatkan apa yang
mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan
menukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain".
Jadi menurut definisi diatas, semua manusia harus menemukan
kebutuhanya dulu baru kemudian berusaha memenuhinya dengan cara
mengadakan hubungan dengan pihak lain. Pemasaran mencakup usaha perusahaan
yang dimulai dengan mengidentitikasi kebutuhan dan keinginan konsumen,
menentukan produk yang dapat memenuhi kebutuhan konsumen, menentukan
tingkat harga yang sesuai, menentukan jenis promosi dan media promosi yang
tepat, serta menentukan saluran distribusi yang digunakan dalam rangka mencapai
tujuan perusahaan yang diinginkan. Sehingga pemasaran bukanlah hal yang
(27)
Rangkaian kegiatan-kegitan pemasaran yang saling berhubungan sebagai
usaha untuk mencapai hasil pertukaran yang diinginkan dengan pasar sasarannya
(target market) sehingga dikenal istilah manajemen pemasaran. Menurut Kotler
(1997 : 13) "Manajemen Pemasaran adalah proses perencanaan dan pelaksanaan
pemikiran, penetapan harga dan promosi serta penyaluran gagasan, barang dan
jasa untuk menciptakan pertukaran uang dan memuaskan tujuan individu
organisasi.
Dari definisi diatas terdapat fungsi-fungsi manajemen meliputi
penganalisaan, perencanaan, pelaksanaan serta pengawasan. Perencanaan
merupakan upaya pemeliharaan tindakan yang diikuti suatu usaha, juga
merupakan upaya untuk memutuskan sebelumnya apa yang dilakukan,
bagaimana, bila dan siapa yang akan melakukannya. Perencanaan menjembatani
kesenjangan antara keadaan yang diinginkan di masa depan. Penganalisaan
merupakan fungsi yang penting sebagai dasar suatu rencana yang dibuat dengan
lebih matang dan tepat. Sedangkan pelaksanaan merupakan tindakan yang diambil
sesuai dengan rencana. Pengawasan (Controlling) adalah pengukuran dan koreksi
terhadap kegiatan para bawahan untuk menjamin bahwa apa yang terlaksana itu
(28)
2.2.2. Konsep Pemasaran
Pemasaran akan berhasil mencapai tujuannya apabila pemasaran
menitik-beratkan pada pemuasan kebutuhan dan keinginan konsumen. Kepuasan
konsumen tersebut baru akan diperoleh apabila barang atau jasa yang dibeli sesuai
dengan persyaratan yang ditetapkan konsumen.
Perkembangan dunia usaha yang semakin pesat tentunya membawa
dampak pada situasi persaingan yang semakin ketat pula. Untuk mengatasi
persaingan tersebut salah satunya dengan menggunakan konsep pemasaran,
karena konsep pemasaran bertujuan untuk memberikan kepuasan terhadap
keinginan dan kebutuhan konsumen. Disinilah pemasaran berperan untuk
menjembatani permasalahan yang ada sehingga memungkinkan bagi konsumen
untuk membuat pilihan yang nantinya akan coba dipenuhi oleh penjual.
Sedangkan Kotler dan Amstrong (2001:23), berpendapat bahwa konsep
pemasaran bertujuan untuk mencapai tujuan organisasi tergantung pada penentuan
kebutuhan dan keinginan pasar serta memuaskan pelanggan secara lebih efektif
dan efisien daripada yang dilakukan oleh para pesaing.
Konsep pemasaran merupakan suatu kunci atau keseluruhan sistem untuk
meraih tujuan perusahaan yang berhubungan dengan kegiatan-kegiatan usaha
(29)
Tiga faktor penting yang dipakai sebagai dasar konsep pemasaran menurut
Swastha dan Handoko (2006:6-8), meliputi:
a. Orientasi Konsumen
Perusahaan yang benar-benar memperhatikan konsumen maka harus:
1. Menentukan kebutuhan pokok dari pembeli yang akan
dilayani dan dipenuhi.
2. Menentukan kelompok pembeli yang akan dijadikan
sasaran penjualan.
3. Menentukan produk dan program pemasarannya.
4. Mengadakan penelitian pada konsumen untuk mengukur,
menilai, dan menafsirkan keinginan, sikap, serta tingkah
laku mereka.
5. Menentukan dan melaksanakan strategi yang paling baik,
apakah pada mutu yang tinggi atau pada harga yang
murahserta model yang menarik.
b. Penyusunan kegiatan secara integral
Untuk memberikan kepuasan yang optimal, semua
elemen-elemen harus dikoordinasikan dan diintegrasikan, selain itu
juga berusaha untuk menghindari adanya pertentangan
didalam maupun diluar perusahaan dengan pasar. Semua
bagian yang ada dalam perusahaan harus menyadari bahwa
bahwa setiap perilaku dan pola pikir mereka sangat
(30)
dan mempertahankan pelanggan, jadi dapat dikatakan bahwa
setiap orang dan setiap bagian dalam perusahaan harus
mampu berkoordinasi untuk memberikan kepuasan kepada
konsumen sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai.
a. Kepuasan Konsumen
Faktor yang menentukan apakah dalam jangka panjang
perusahaan akan mendapatkan laba adalah tingkat kepuasan
konsumen yang dapat terpenuhi. Laba merupakan
pencerminan dari usaha perusahaan yang berhasil
memberikan kepuasan kepada konsumen, dimana perusahaan
dapat menyediakan atau menjual barang atau jasa yang paling
baik, yang sesuai dengan keinginan konsumen dan dengan
harga yang layak.
Berdasarkan pengertian diatas, konsep pemasaran merupakan orientasi
perusahaan yang menekankan bahwa tugas pokok perusahaan adalah menentukan
kebutuhan dan keinginan pasar, selanjutnya memenuhi kebutuhan tersebut,
sehingga tercapai tingkat kepuasan yang melebihi dari kepuasan yang diberikan
oleh para pesaing.
Tetapi semenjak keruntuhan rezim Orde Baru, masyarakat semakin berani
untuk beraspirasi dan mengekspresikan tuntutannya terhadap perkembangan dunia
bisnis Indonesia. Masyarakat telah semakin kritis dan mampu melakukan kontrol
(31)
para pelaku bisnis untuk menjalankan usahanya dengan semakin
bertanggungjawab. Pelaku bisnis tidak hanya dituntut untuk memperoleh
keuntungan dari lapangan usahanya, melainkan mereka juga diminta untuk
memberikan kontribusi positif terhadap lingkungan sosialnya. (Daniri, 2007:1).
2.2.3. Tanggung Jawab Sosial
Tanggung jawab sosial adalah basis teori tentang perlunya sebuah
perusahaan membangun hubungan harmonis dengan masyarakat setempat. Secara
teoretik, Tanggung jawab sosial dapat didefinisikan sebagai tanggung jawab
moral suatu perusahaan terhadap para stakeholdersnya, terutama komunitas atau
masyarakat disekitar wilayah kerja dan operasinya. Tanggung jawab sosial
memandang perusahaan sebagai agen moral. Dengan atau tanpa aturan hukum,
sebuah perusahaan harus menjunjung tinggi moralitas. Parameter keberhasilan
suatu perusahaan dalam sudut pandang tanggung jawab sosial adalah
pengedepankan prinsip moral dan etis, yakni menggapai suatu hasil terbaik, tanpa
merugikan kelompok masyarakat lainnya. Salah satu prinsip moral yang sering
digunakan adalah goldenrules, yang mengajarkan agar seseorang atau suatu pihak
memperlakukan orang lain sama seperti apa yang mereka ingin diperlakukan.
Dengan begitu, perusahaan yang bekerja dengan mengedepankan prinsip moral
(32)
Praktek Tanggung jawab sosial tidaklah semudah konsepnya. Hal tersebut
dikarenakan untuk melaksanakan memerlukan pemahaman yang mendalam dan
mendasar, perusahaan harus selalu memperhatikan aspek sosial dimana sebuah
keputusan akan berdampak terhadap lingkungan. Pertimbangan keseimbangan
yang tepat antara apa yang benar dengan dengan apa yang menghasilkan
keuntungan. (Steiner dan Miner,1998:54).
Perusahaan merupakan sistem terbuka. Sistem terbuka adalah sistem yang
menggunakan masukan dari luar perusahaan dan memproses masukan tersebut
menjadi keluaran untuk dijual kepada pihak eksternal dalam rangka mencapai
tujuan. Oleh karena itu, menajemen perusahaan harus mempertimbangkan
berbagai pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan. Berbagai pihak tersebut
dinamakan stakeholders. Stakholders mencakup para investor (pemegang saham
atau pemilik dan kreditor), konsumen, pemasok, karyawan, masyarakat umum dan
pemerintah Sedangkan Freeman (1984) mendefinisikan stakeholders sebagai “any
group or individual Who can affect by the affected by the achievement of the organization’s objectives”.Berdasarkan definisi seperti yang dikemukakan oleh
Freeman diatas dapat dipahami bahwa stakeholders merupakan kelompok atau
individu yang dapat mempengaruhi atau sangat berpengaruh terhadap pencapaian
tujuan perusahaan, sehingga secara eksplisit dapat disimpulkan bahwa
stakeholders dapat mempengaruhi kelangsungan hidup (goingconcern)
(33)
Beberapa literatur menekankan 4 hal yang menjadi isu-isu krusial dalam
ruang lingkup stakeholders saat ini (Kelley,1991;Kirby,1998) dalam (Henriques
dan Sadorsky,1999) keempat hal tersebut adalah:
1) Regulasi Pemerintah (Governmental Regulation ) ,yaitu peraturan – peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah menjadi aspek penting
yang harus diperhatikan oleh perusahaan .Beberapa contoh yang
termasuk dalam regulasi pemerintah ini adalah izin operasional
perusahaan ,analisis dan standar dampak lingkungan,peraturan tenaga
kerja atau perburuhan dan lainnya.Coghill(1999) juga mengemukakan
bahwa pemerintah sangat berperan dalam mengatur dunia usaha.
2) Kelompok Masyarakat (Community) kelompok masyarakat menurut Kelly(1991);Coghill(1999) harus diperhatikan karena kelompok
masyarakat adalah elemen konsumen yang akan mengkonsumsi hasil
produksi dari perusahaan.Kelompok lain yang dapat dikategorikan
bagian dari masyarakat adalah institusi pendidikan yang selalu
merespons secara kajian akademis jika terjadi suatu hal di dunia
usaha terutama yang merugikan masyarakat umum demi kepentingan
dan kepentingan kelompok masyarakat.
3) Organisasi Lingkungan (EnvironmentalOrganizatio), menurut Freeman (1984) dewasa ini telah nenjadi salah satu kekuatan kontrol
sosial yang dapat mengawasi aktifitas perusahaan. Orientasi organisasi
lingkungan secara umum adalah menghindari eksploitasi yang
(34)
(profit).Aktifitas organisasi lingkungan menurut Mitroff,(1995);
Turcotte (1995) dalam (Henriques dan Sadorsky,1999) dapat
memobilisasi gerakan masyarakat dan opini terhadap aktifitas
perusahaan, sehingga kepentingan organisasi tersebut jika tidak
disikapi dengan bijaksana akan berbenturan dangan kepentingan
perusahaan.
4) Media Massa (Massmedia) dalam lingkungan bisnis saat ini memiliki peran yang sangat dominan dalam membentuk opini masyarakat
terhadap suatu aktifitas perusahaan (William,1993). Menurut Moody
(1995) media menyediakan informasi bagi perusahaan dan dapat pula
sebagai alat publikasi dan sosialisasi yang digunakan oleh perusahaan
untuk dapat membangun kepercayaan (image) public tentang
aktifitas-aktifitas sosial yang dijalankan oleh perusahaan. Secara khusus
perusahaan tidak pernah menghindari media massa jika terjadi
informasi-informasi tentang aktifitas sosial dunia bisnis, tetapi selalu
menyikapi sebagai suatu bukti bahwa perusahaan mempersepsikan
peran media memang sangat penting dalam dunia usaha. Freeman
(1984) juga menyebutkan bahwa media dapat membentuk opini
masyarakat terhadap perusahaan dan hal tersebut sangat berhubungan
erat dengan kepentingan perusahaan,sehingga media juga salah satu
(35)
2.2.4. Dimensi dan Indikator Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Menurut Siltaoja (2006:98) tanggungjawab sosial berhubungan erat
dengan pembangunan berkelanjutan, dimana suatu perusahaan dalam
melaksanakan aktivitasnya harus mendasarkan keputusannya tidak semata hanya
berdasarkan faktor keuangan belaka seperti halnya keuntungan atau deviden
melainkan juga harus berdasarkan konsekwensi sosial dan lingkungan untuk saat
ini maupun untuk jangka panjang dengan beberapa dimensi, antara lain :
a) Moral (X1 ) yang diindikatori (Siltaoja, 2006 : 98):
-Dasar seluruh kegiatan (X1.1) adalah dasar seluruh keseluruhan
tindakan untuk melakukan tanggung jawab sosial.
- Kebijakan Umum (X1.2) adalah kebijakan umum yang mendasari
untuk melakukan tanggung jawab sosial.
b) Tanggung Jawabdalam Bidang Sosial(X2) yang diindikatori (Siltaoja,
2006 : 98) :
- Bidang Pendidikan (X2.1) adalah pengenalan dalam bidang bidang
pendidikan
- Bidang Kebudayaan (X2.2) adalah pengenalan dalam bidang
kebudayaan
- Bertindak Positive (X2.3) adalah mempengaruhi orang untuk
(36)
c) Tanggung Jawab dalam Bidang Ekonomi (X3) yang diindikatori
(Siltaoja, 2006 : 98) :
- Menghasilkan Keuntungan (X3.1) adalah bisnis yang menguntungkan.
-Kestabilan Keuangan (X3.2) adalah kestabilan kondisi keuangan
perusahaan dan keuangan nasional.
d) Tanggung Jawab dalam Bidang Lingkungan (X4) yang diindikatori
(Siltaoja, 2006 : 98) :
- Perkembangan Lingkungan (X4.1) adalah menunjang
perkembangan lingkungan dengan membantu melestarikan
lingkungan sekitar.
- Pelestarian Lingkungan (X4.2) adalah pelestarian lingkungan yang
dilakukan untuk menjaga keseimbangan ekosistem.
2.2.6. Citra Perusahaan
Menurut Soemirat dan Ardianto (2004:14) mengatakan bahwa citra
adalah bagaimana cara pihak lain memandang sebuah perusahaan mempunyai
citra. Setiap perusahaan mempunyai citra sebanyak jumlah orang yang
memandang, berbagai citra perusahan datang dari konsumen perusahaan,
konsumen potensial, banker, staf perusahaan, pesaing, distributor, pemasok,
asosiasi dagang dan gerakan konsumen disektor perdagangan yang mempunyai
pandangan terhadap perusahaan. Perusahaan-perusahaan yang memiliki Citra/citra
bagus, umumnya menikmati enam hal : pertama, hubungan yang baik dengan para
(37)
Masyarakat. Kedua, hubungan positif dengan pemerintah setempat. Ketiga,
resikokrisis yang lebih kecil. Keempat, rasa kebanggaan dalam organisasi dan
diantara khalayak sasaran. Kelima, saling pengertian antara khalayak sasaran, baik
internal maupun eksternal, dan keenam meningkatkan kesetiaan para staf
perusahaan (Anggoro, 2002:44).
Menurut Jefkins (2003:45) menyebutkan beberapa jenis citra. Berikut ini
lima jenis citra yang dikemukakan,. Yakni:
a. Citra Bayangan (mirror image)
adalah citra yang melekat pada orang dalam atau anggota-anggota
organisasi biasanya adalah pemimpin mengenai anggapan pihak luar
tentang organisasi.
b. Citra yang berlaku (Current image)
adalah citra yang dianut oleh pihak luar mengenai suatu organisasi.
c. Citra yang diharapkan (Wish image)
adalah suatu citra yang di inginkan oleh pihak manajemen.
d. Citra perusahaan (corporate image)
Adalah citra daari suatu organisasi secara keseluruhan, jadi bukan
sekedar citra atas produk dan pelayanannya
e. Citra majemuk (multiple image)
Adalah banyaknya jumlah pegawai dalam memunculkan suatu citra
yang belum tentu sama dengan organisasi atau perusahaan tersebut
(38)
2.2.7. Dimensi dan Indikator Citra Perusahaan
Citra perusahaan adalah cara pihak lain memandang sebuah perusahaan
mempunyai citra yang memiliki beberapa faktor yang mempengaruhi antara lain
(Hardeep, 2006: 15) :
a. Etika, (Y1) yang diindikatori oleh : (Hardeep, 2006: 15)
- Kepercayaan (Y1.1) adalah kepercayaan terhadap perusahaan
baik dari dalam perusahaan maupun di luar perusahaan.
- Tanggung jawab (Y1.2) adalah tanggung jawab perusahaan
dalam melakukan seluruh kegiatan perusahaan.
- Kejujuran (Y1.3) adalah kejujuran perusahaan kepada seluruh
komponen perusahaan.
b. Produk yang diindikatori oleh : (Hardeep, 2006: 15)
- Kepercayaan (Y2.1) adalah kepercayaan dari konsumen atau
konsumen terhadap hasil produksi dari perusahaan
- Kualitas (Y2.2) adalah mutu dari produk yang dihasilkan
perusahaan.
c. Persepsi Masyarakat yang diindikatori oleh : (Hardeep, 2006: 15)
- Kebebasan Berpendapat (Y3.1) adalah kebebasan masyarakat
mengeluarkan pendapat tentang citra perusahaan tidak
berdasarkan intimidasi oleh perusahaan.
- Kritik (Y3.2) adalah masukan terhadap perusahaan supaya lebih
(39)
2.2.6 Pengaruh Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Terhadap Citra Perusahaan
Penerapan tanggung jawab sosial di perusahaan akan menciptakan iklim
saling percaya di dalamnya, yang akan menaikkan motivasi dan komitmen
karyawan. Pihak konsumen, investor, pemasok, dan stakeholders yang lain juga
telah terbukti lebih mendukung perusahaan yang dinilai bertanggung jawab sosial,
sehingga meningkatkan peluang pasar dan keunggulan kompetitifnya. Dengan
segala kelebihan itu, perusahaan yang menerapkan tanggung jawab sosial akan
menunjukkan kinerja yang lebih baik serta keuntungan dan akan meningkatkan
citra perusahaan.
Memang saat ini belum tersedia formula yang dapat memperlihatkan
hubungan praktik tanggung jawab sosial terhadap keuntungan perusahaan
sehingga banyak kalangan dunia usaha yang bersikap skeptis dan menganggap
tanggung jawab sosial tidak memberi dampak atas prestasi usaha, karena mereka
memandang bahwa tanggung jawab sosial hanya merupakan komponen biaya
yang mengurangi keuntungan. Karena dengan melakukan praktek tanggung jawab
sosial yang berkelanjutan, perusahaan akan mendapat “tempat di hati dan ijin
operasional” dari masyarakat, bahkan mampu memberikan kontribusi bagi
pembangunan berkelanjutan yaitu menaikkan citra perusahaan.
Teori yang mendasari tanggung jawab sosial adalah Teori Pembentukan
(40)
aktivitas, interaksi-interaksi, dan sentimen-sentimen (perasaan emosi) yang
dilakukan. Semakin banyak aktivitas-aktivitas seseorang yang dilakukan dengan
orang lain, semakin beraneka ragam interaksinya dan juga semakin kuat
tumbuhnya sentimen mereka. Semakin banyak interaksi di antara orang-orang
semakin tinggi kemungkinan aktivitas dan sentimen yang ditularkan pada orang
lain dan semakin banyak sentimen seseorang dipahami orang lain, maka semakin
banyak kemungkinan-kemungkinan ditularkan aktivitasnya dan interaksinya.
Teori pembentukan kelompok adalah teori keseimbangan yang berasal dari
Theodore Newcomb, yang berdasarkan atas kesamaan sikap dalam menanggapi
suatu tujuan yang relevan satu sama lainnya (George C. Homans, 2003 : 80).
Begitu pula dengan kegiatan tanggung jawab sosial yang dilakukan perusahaan
akan berimbas terhadap citra perusahaan. Serta Teori institusional yang
menyatakan untuk memastikan keberlanjutan perusahaan, maka perusahaan
menghendaki apa yang diinginkan konstitusi eksternal dengan menjalankan
Tanggung Jawab Sosial. Hal ini diyakini dapat mendorong keinginan baik dan
legitimasi dengan konstitusi eksternal, yang karenanya memastikan
keberlangsungan perusahaan dan citra perusahaan terangkat (Hani Handoko,
1992:262 ).
Dari sisi masyarakat, praktik tanggung jawab sosial yang baik akan
meningkatkan nilai-tambah adanya perusahaan di suatu daerah karena akan
menyerap tenaga kerja, meningkatkan kualitas sosial di daerah tersebut.
(41)
sosial adalah dalam rangka memperkuat keberlanjutan perusahaan itu sendiri
dengan membangun kerja sama antar stakeholder yang difasilitasi perusahaan
dengan program pengembangan masyarakat sekitarnya.
Pada saat ini di Indonesia, praktek tanggung jawab sosial belum menjadi
perilaku yang umum, namun dalam abad informasi dan teknologi serta adanya
desakan globalisasi, maka tuntutan terhadap perusahaan untuk menjalankan
tanggung jawab sosial semakin besar. Dan diperkirakan pada tahun 2009
mendatang akan diluncurkan ISO 26000 on Social Responsibility, sehingga
tuntutan dunia usaha menjadi jelas akan pentingnya program tanggung jawab
sosial dijalankan perusahaan apabila menginginkan keberlanjutan perusahaan dan
(42)
2.3 Kerangka Konseptual Citra Perusahaan (Y) Tanggung Jawab Sosial (X) Moral
(X1)
Tanggung Jawab Bidang Ekonomi (X3)
Dasar Seluruh Kegiatan
(X1.1)
Kebijakan Umum
(X1.2)
Pendidikan (X2.1)
Kebudayaan (X2.2)
Kepercayaan (Y1.1)
Menghasilkan Keuntungan
(X4.1)
Kestabilan Keuangan (X4.2)
Tanggung Jawab Bidang
Lingkungan (X4)
Perkembangan Lingkungan
(X4.1)
Pelestarian Lingkungan
(X4.2)
Tanggung Jawab Bidang
Sosial (X2)
Etika (Y1)
Produk (Y2)
Persepsi Masyarakat
(Y3)
Tanggung Jawab
(Y1.2)
Kepercayaan (Y2.1)
Kualitas (Y2.2)
Kebebasan Berpendapat
(Y3.1)
Critism (Y3.2)
Kejujuran (Y1.3)
Bertindak Positive
(43)
2.2. Hipotesis
Adapun hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
Diduga tanggung jawab sosial berpengaruh positif terhadap Citra Perusahaan
(44)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Definisi Operasional adalah suatu definisi yang diberikan pada suatu variabel dengan cara memberikan arti atau menspesifikasikan kegiatan atau memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur variabel tersebut. ( Nazir, 1998 : 152 ).
Variabel beserta definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Tanggung Jawab Sosial adalah tanggung jawab moral suatu perusahaan terhadap para stakeholdersnya, terutama komunitas atau masyarakat disekitar wilayah kerja dan operasinya. Tanggung jawab sosial dibentuk oleh beberapa dimensi, antara lain :
a) Moral (X1 ) yang diindikatori (Siltaoja, 2006 : 98):
• Dasar seluruh kegiatan (X1.1) adalah dasar seluruh keseluruhan
tindakan untuk melakukan tanggung jawab sosial.
• Kebijakan Umum (X1.2) adalah kebijakan umum yang mendasari
untuk melakukan tanggung jawab sosial.
b) Tanggung Jawab dalam Bidang ideologi (X2) yang diindikatori
(Siltaoja, 2006 : 98) :
- Bidang Pendidikan (X2.1) adalah pengenalan dalam bidang - bidang pendidikan.
(45)
- Bidang Kebudayaan (X2.2) adalah pengenalan dalam bidang kebudayaan
- Bertindak Positive (X2.3) adalah unsur korelatifi orang untuk
bertindak dan berpikir positive.
c) Tanggung Jawab dalam Bidang Ekonomi (X3) yang diindikatori
(Siltaoja, 2006 : 98) :
- Menghasilkan Keuntungan (X3.1) adalah bisnis yang menguntungkan.
- Kestabilan Keuangan (X3.2) adalah kestabilan kondisi keuangan
perusahaan dan keuangan nasional.
d) Tanggung Jawab dalam Bidang Lingkungan (X4) yang diindikatori
(Siltaoja, 2006 : 98) :
- Perkembangan Lingkungan (X4.1) adalah menunjang
perkembangan lingkungan dengan membantu melestarikan lingkungan sekitar.
- Pelestarian Lingkungan (X4.2) adalah pelestarian lingkungan yang
dilakukan untuk menjaga keseimbangan ekosistem. 2. Citra Perusahaan (Y)
Citra perusahaan dibentuk oleh beberapa dimensi, antara lain : Etika, (Y1) yang diindikatori oleh : (Hardeep, 2006: 15)
- Kepercayaan (Y1.1) adalah kepercayaan terhadap perusahaan
baik dari dalam perusahaan maupun di luar perusahaan.
- Tanggung jawab (Y1.2) adalah tanggung jawab perusahaan
(46)
- Kejujuran (Y1.3) adalah kejujuran perusahaan kepada seluruh komponen perusahaan.
Produk yang diindikatori oleh : (Hardeep, 2006: 15)
- Kepercayaan (Y2.1) adalah kepercayaan dari konsumen atau
konsumen terhadap hasil produksi dari perusahaan
- Kualitas (Y2.2) adalah mutu dari produk yang dihasilkan
perusahaan.
Persepsi Masyarakat yang diindikatori oleh : (Hardeep, 2006: 15)
- Kebebasan Berpendapat (Y3.1) adalah kebebasan masyarakat
mengeluarkan pendapat tentang citra perusahaan tidak berdasarkan intimidasi oleh perusahaan.
- Kritik (Y3.2) adalah masukan terhadap perusahaan supaya lebih
baik lagi kedepannya. 3.1.1. Pengukuran Variabel
Skala pengukuran yang digunakan ialah Skala Likert, yaitu skala jarak antara data satu dengan data yang lain sama tetapi tidak merupakan nilai nol absolut (Indriantoro dan Supomo, 2002 : 105). Analisis dilakukan dengan meminta responden untuk menyatakan pendapatnya tentang serangkaian pertanyaan yang berkaitan obyek yang diteliti dalam bentuk nilai yang berada dalam 2 (dua) sisi.
Skala ini disusun dalam suatu garis kontinue jawaban sangat positifnya terletak disebelah kanan, jawaban sangat negatifnya disebelah kiri, atau
(47)
sebaliknya skala data yang digunakan adalah skala interval 1 sampai 7, digambarkan sebagai berikut :
1 7
Sangat Tidak Setuju Sangat Setuju
Tanggapan atau pendapat tersebut dinyatakan dengan memberi skor yang berada dalam tentang nilai 1 sampai dengan 7 pada masing-masing, dimana 1 menunjukkan nilai terendah, nilai 4 merupakan nilai tengah antara sangat tidak setuju dengan pernyataan sangat setuju dan 7 merupakan nilai tertinggi.
Kesimpulan jawaban dengan nilai antara 1 sampai 2 cenderung sangat tidak setuju, 2 sampai 3 cenderung tidak setuju, 3 sampai 4 cenderung kurang setuju, 4 sampai 5 cenderung cukup setuju, 5 sampai 6 cenderung setuju dengan pernyataan yang diberikan dan nilai 6 sampai 7 berarti cenderung sangat setuju, dengan pernyataan yang diberikan.
3.2. Teknik Penentuan Sampel a. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah pelanggan Sabun Mandi Lifebouy di Surabaya.
b. Sampel
Teknik penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan yaitu penentuan sampel tidak secara acak. Sedangkan Teknik penentuan sampel
dalam penelitin ini digunakan Purposive Sampling. Dimana pemilihan
(48)
secara terarah dan sengaja berdasarkan pertimbangan dan ciri-ciri tertentu yang diambil berdasarkan tujuan penelitian. Dengan kriteria antara lain :
- Pernah membeli dan menggunakan Sabun Mandi Lifebouy.
- Konsumen tinggal di Surabaya Selatan.
- Tingkat Pendidikan Minimal SLTP.
Sedangkan jumlah responden yang diperlukan tergantung pada jumlah indikator yang digunakan dalam sebuah variabel laten. Yaitu dengan pedoman 5 – 10 kali jumlah indikator yaitu 14 x 8 = 112, Jadi sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebesar 112 responden (Ferdinand 2002 : 48 )
3.3. Teknik Pengumpulan Data. 3.3.1. Jenis Data.
Data Primer
Data yang diperoleh dari jawaban kuesioner yang diisi oleh konsumen yang membeli dan memakai Sabun Mandi Lifebouy di Surabaya Selatan.
3.3.2. Sumber Data.
Sumber data diperoleh dari hasil penyebaran kuesioner atau jawaban dari konsumen yang memakai dan membeli Sabun Mandi Lifebouy lebih dari satu kali di Surabaya.
(49)
3.3.3. Pengumpulan Data. 1. Teknik wawancara.
Melakukan wawancara secara langsung dengan konsumen yang memakai dan membeli Sabun Mandi Lifebouy di Surabaya Selatan.
2. Kuesioner
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.
3.4. Uji Kualitas Data
3.4.1. Uji Outlier Univariat dan Multivariat
Outlier adalah observasi yang muncul dengan nilai-nilai ekstrim baik secara univariat maupun multivariat yaitu yang muncul karena kombinasi kharakteristik unik yang dimilikinya dan terlihat sangat jauh berbeda dari observasi-observasi lainnya (Ferdinand, 2002 : 52).
3.4.1.1. Uji Outlier Univariat
Deteksi terhadap adanya outlier univariat dapat dilakukan dengan menentukan ambang batas yang akan dikategorikan sebagai outlier dengan cara mengkonversi nilai data penelitian ke dalam standar score atau yang biasa disebut dengan z-score, yang mempunyai rata-rata nol dengan standar deviasi sebesar satu. Bila nilai-nilai itu telah dinyatakan dalam format yang standar (z-score), maka perbandingan antar besaran nilai dengan mudah dapat dilakukan. Untuk sampel besar (diatas 80 observasi), pedoman evaluasi adalah nilai ambang batas dari z-score itu berada pada rentang 3 sampai dengan 4 (Hair dkk, 1995 dalam
(50)
Ferdinand, 2002: 98). Oleh karena itu apabila ada observasi-observasi yang memiliki z-score ≥ 3,0 akan dikategorikan sebagai outlier.
3.4.1.2. Uji Outlier Multivariat
Evaluasi terhadap multivariat outliers perlu dilakukan sebab walaupun data yang dianalisis menunjukkan tidak ada outlier pada tingkat univariat, tetapi observasi itu dapat menjadi outliers bila sudah saling dikombinasikan. Jarak Mahalanobis (the Mahalanobis distance) untuk tiap observasi dapat dihitung dan menunjukkan jarak sebuah observasi dari rata-rata semua variabel dalam sebuah ruang multidimensional. Uji terhadap multivariat dilakukan dengan menggunakan kriteria Jarak Mahalanobis pada tingkat ρ < 0,001. Jarak Mahalanobis itu dapat dievaluasi dengan menggunakan nilai χ² pada derajat kebebasan sebesar jumlah item yang digunakan dalam penelitian. Dan apabila nilai Jarak Mahalanobisnya lebih besar dari nilai χ² Tabel adalah Outlier Multivariat.
3.4.2. Uji Validitas dan Reliabilitas
Variabel atau dimensi yang diukur melalui indikator-indikator dalam daftar pertanyaan perlu dilihat reliabilitasnya dan validitasnya, dimana hal ini dijelaskan sebagai berikut :
a. Uji Validitas
Validitas yang digunakan disini adalah validitas konstruk (construct validity) yang merujuk pada sejauh mana uji dapat mengukur apa yang sebenarnya yang kita ukur.
(51)
b. Uji Reliabilitas
Uji ini ditafsirkan dengan menggunakan koefisien Alpha Cronbach. Jika nilai alpha cukup tinggi (berkisar 0,50 – 0,60) dapat ditafsirkan suatu hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran diulangi dua kali atau lebih, dengan kata lain instrumen tersebut dapat diandalkan (Ferdinand, 2002 : 193).
3.4.3. Uji Normalitas Data
Adapun metode yang digunakan untuk mengetahui apakah data tersebut berdistribusi normal atau tidak adalah menggunakan uji critical ratio dari Skewness dan Kurtosis dengan ketentuan sebagai berikut :
a) Jika nilai critical yang diperoleh melebihi rentang ± 2,58 maka distribusi adalah tidak normal.
b) Jika nilai critical yang diperoleh berada pada rentang ± 2,58 maka distribusi adalah normal.
3.5. Teknik Analisis dan Pengujian Hipotesis 3.5.1. Teknik Analisis
Model yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah Structural Equation Modelling [SEM]. Model pengukuran variabel atribut
tanggung jawab sosial terhadap citra perusahaan menggunakan Confirmatory
Factor Analysis. Penaksiran pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikatnya menggunakan koefisien jalur.
(52)
Contoh ersamaan dimensi variabel etika : Y1.1 = λ1etika + er_1
Y1.2 = λ2 etika + er_2 Y1.3 = λ3 etika + er_3
Bila persamaaan di atas dinyatakan dalam sebuah pengukuran model untuk diuji unidimensionalitasnya melalui confirmatory factor analysis, maka model pengukuran dengan contoh faktor etikai akan nampak sebagai berikut:
Gambar 4.1 : Contoh Model Pengukuran Faktor Etika `
Y1.1 Y1.2
Er_3 Er_2 Er_1
Y1.3 Penetrasi
Teknologi Komunikasi
Keterangan :
Y1.1 = pertanyaan tentang kepercayaan Y1.2 = pertanyaan tentang tanggung jawab Y1.3 = pertanyaan tentang kejujuran er_j = error term X1j
3.6. Asumsi Model [Structural Equation Modelling] a. Uji Normalitas Sebaran dan Linieritas
1) Normalitas dapat diuji dengan melihat gambar histogram data atau dapat
diuji dengan metode-metode statistik.
2) Menggunakan Critical Ratio yang diperoleh dengan membagi koefisien
sampel dengan standard errornya dan Skewness value yang biasanya
(53)
normalitas itu disebut sebagai Z-value. Pada tingkat signifikansi 1%, jika nilai Z lebih besar dari nilai kristis, maka dapat diduga bahwa distribusi data adalah tidak normal.
3) Normal Probability Plot [SPSS 10.1].
4) Linieritas dengan mengamati scatterplots dari data yaitu dengan memilih pasangan data dan dilihat pola penyebarannya untuk menduga ada tidaknya linieritas.
b. Evaluasi atas Outlier
1) Mengamati nilai Z-score : ketentuanya diantara ± 3,0 non outlier.
2) Multivariate outlier diuji dengan kriteria jarak Mahalanobis pada tingkat p < 0,001. Jarak diuji dengan Chi-Square x2 pada df sebesar jumlah variabel bebasnya. Ketentuan : bila Mahalanobis > dari nilai x2 adalah multivariate outlier.
Outlier adalah observasi atau data yang memiliki karakteristik unik yang terlihat sangat berbeda jauh dari observasi-observasi lainnya dan muncul dalam bentuk nilai ekstrim untuk sebuah variabel tunggal atau variabel kombinasi [Hair,1998].
c. Deteksi Multicollinierity dan Singularity
Dengan mengamati Determinant matriks covarians. Dengan ketentuan apabila determinant sample matrix mendekati angka 0 [kecil], maka terjadi multikolinieritas dan singularitas.
(54)
d. Uji Validitas dan Reliabilitas
Validitas menyangkut tingkat akurasi yang dicapai oleh sebuah indikator dalam menilai sesuatu atau akuratnya pengukuran atas apa yang seharusnya diukur. Sedangkan reliabilitas adalah ukuran mengenai konsistensi internal dari indikator-indikator sebuah konstruk yang menunjukkan derajad sampai dimana masing-masing-masing indikator itu mengindikasikan sebuah konstruk yang umum.
Karena indikator multidimensi, maka uji validitas dari setiap latent variabel/ construct aka diuji dengan melihat loading faktor dari hubungan antara setiap obseverd variable dan latent variable. Sedangkan reliabilitas diuji dengan construct reliability dan Variance-extracted. Construct reliability dan Variance-extracted dihitung dengan rumus berikut :
Var iance Ext r act ed = [Σ Standardize Loading]
[Σ Standardize Loading] + Σ εj]
[ΣStandardize Loading]
Const r uct Reliabilit y =
[ΣStandardize Loading] + Σ εj]
Sementara Σj dapat dihitung dengan formula εΨ j = 1 - [Standardize Loading]Secara umum, nilai construct reliability yang dapat diterima adalah 0,7 dan variance extracted 0,5 [Hair et.al.,1998]. Standardize Loading dapat diperoleh dari output AMOS 4.01, dengan melihat nilai estimasi setiap construct standardize regression weigths terhadap setiap butir sebagai indikatornya.
(55)
3.6.1. Pengujian Hipotesis dan Hubungan Kausal
Pengaruh langsung [koefisien jalur] diamati dari bobot regresi terstandar,
dengan pengujian signifikansi pembanding nilai CR [Critical Ratio] atau p
[probability] yang sama dengan nilai t hitung. Apabila t hitung lebih besar daripada t table berarti signifikan.
3.6.2. Pengujian model dengan Two-Step Approach
Two-Step Approach to structural equation modelling [SEM] digunakan
untuk menguji model yang diajukan pada gambar 3.7. Two-Step Approach
digunakan untuk mengatasi masalah sampel data yang kecil jika dibandingkan dengan jumlah butir instrumentasi yang digunakan dan keakuratan reliabilitas indikator-indikator terbaik dapat dicapai dalam two-step approach ini. Two-Step Approach bertujuan untuk menghindari interaksi antara model pengukuran dan model struktural pada One Step Approach [Hair et.al., 1998]. Yang dilakukan dalam dalam two step approach to SEM adalah: estimasi terhadap measurement model dan Estimasi terhadap structural model [Anderson dan Gerbing, 1988].
Cara yang dilakukan dalam menganalisis SEM dengan Two step approach adalah
sebagai berikut:
a. Menjumlahkan skala butir-butir setiap konstrak menjadi sebuah indikator
summed-scale bagi setiap konstrak. Jika terdapat skala yang berbeda setiap indikator tersebut distandardisasi [Z-scores] dengan mean = 0, deviasi standar = 1, yang tujuannya adalah untuk mengeliminasi pengaruh-pengaruh skala yang berbeda-beda tersebut [Hair et.al.,1998].
(56)
b. Menetapkan error [ε] dan lambda [λ] terms, error terms dapat dihitung dengan rumus 0,1 kali dan lamda terms dengan rumus 0,95 kali [Anderson dan Gerbing,1988]. Perhitungan construct reliability [εΨ] telah dijelaskan
pada bagian sebelumnya dan deviasi standar [σ] dapat dihitung dengan
bantuan program aplikasi statistik SPSS. Setelah error [ε] dan lambda [λ] terms diketahui, skor-skor tersebut dimasukkan sebagai parameter fix pada analisis model pengukuran SEM.
Keterangan akan symbol-simbol di dalam S.E.M adalah sebagai berikut :
: faktor/construct/latent variable/unobserved variable yaitu sebuah variabel bentukan, yang dibentuk melalui indikator-indikator yang diamati dalam dunia nyata.
: variabel terukur/obseverd variable/indicators variables yaitu variabel yang datanya harus dicari melalui observasi, misalnya melalui instrumen-instrumen survei.
Garis dengan anak panah satu arah = garis yang menunjukkan hubungan yang dihipotesiskan antara dua variable dimana variable yang dituju anak panah merupakan variable dependen.
Garis dengan anak panah dua arah = garis yang menunjukkan hubungan yang tidak dihipotesiskan antara dua variable dimana kedua variabel berkorelasi.
3.6.3. Evaluasi Model
Hair et.al., 1998 menjelaskan bahwa pola “confirmatory” menunjukkan
prosedur yang dirancang untuk mengevaluasi utilitas hipotesis-hipotesis dengan pengujian fit antara model teoritis dan data empiris. Jika model teoritis
(57)
menggambarkan “good fit” dengan data, maka model dianggap sebagai yang diperkuat. Sebaliknya, suatu model teotitis tidak diperkuat jika teori tersebut
mempunyai suatu “poor fit” dengan data. Amos dapat menguji apakah model
“good fit” atau “poor fit”. Jadi, “good fit” model yang diuji sangat penting dalam penggunaan structural equation modelling.
Pengujian terhadap model yang dikembangkan dengan berbagai kriteria Goodness of Fit, yakni Chi-square, Probality, RMSEA, GFI, TLI, CFI, AGFI, CMIN/DF. Apabila model awal tidak good fit dengan data maka model dikembangkan dengan pendekatan two step approach to SEM.
Goodness of Fit Indices GOODNESS
OF FIT
INDEX KETERANGAN
CUT-OFF VALUE
X2 -
Chi-square
Menguji apakah covariance populasi yang destimasi sama dengan cova-riance sample [apakah model sesuai dengan data].
Diharapkan Kecil, 1 s.d 5. atau paling baik diantara 1 dan 2.
Probability
Uji signifikansi terhadap perbedaan matriks covariace data dan matriks covariance yang diestimasi.
Minimum 0,1 atau 0,2, atau ≥ 0,05
RMSEA Mengkompensasi kelemahan Chi-Square pada
sample besar. ≤ 0,08
GFI
Menghitung proporsi tertimbang varians dalam matrtiks sample yang dijelaskan oleh matriks covariance populasi yang diestimasi [analog dengan R2 dalam regresi berganda].
≥ 0,90
AGFI GFI yang disesuaikan terhadap DF. ≥ 0,90
CMIND/DF Kesesuaian antara data dan model ≤ 2,00
TLI Pembandingan antara model yang diuji
terhadap baseline model. ≥ 0,95
CFI
Uji kelayakan model yang tidak sensitive terhadap besarnya sample dan kerumitan model.
≥ 0,94 Sumber : Hair et.al., [1998]
(58)
1. X² CHI SQUARE STATISTIK
Alat uji paling fundamental untuk mengukur overall fit adalah likelihood ratio chi-square ini bersifat sangat sensitif terhadap besarnya sampel yang digunakan. Karenanya bila jumlah sampel cukup besar (lebih dari 200), statistik chi-square ini harus didampingi oleh alat uji lain. Model yang diuji akan dipandang baik atau memuaskan bila nilai chi-squarenya rendah. Semakin kecil nilai X² semakin baik model itu. Karena tujuan analisis adalah mengembangkan dan menguji sebuah model yang sesuai dengan data atau yang fit terhadap data, maka yang dibutuhkan justru sebuah nilai X² yang kecil dan signifikan.
X² bersifat sangat sensitif terhadap besarnya sampel yaitu terhadap sampel yang terlalu kecil maupun yang terlalu besar. Penggunaan Chi-Square hanya sesuai bila ukuran sampel antara 100-200. Bila ukuran luar tentang itu, uji signifikan akan menjadi kurang reliable. Oleh karena itu pengujian ini perlu dilengkapi dengan uji yang lain.
2. RMSEA-THE ROOT MEAN SQUARE ERROR Of APPROXIMATION RMSEA adalah sebuah indeks yang dapat digunakan mengkompensasi chi-square statistik dalam sampel yang besar. Nilai RMSEA menunjukkan goodness-of-fit yang dapat diharapkan bila model diestimasi alam populasi. Nilai RMSEA yang lebih kecil atau sama dengan 0, 08 merupakan indeks untuk dapat diterimanya degress of freedom.
3. GFI – GOODNES of FIT INDEKS
GFI adalah analog dari R dalam regresi berganda. Indeks kesesuaian ini akan menghitung proporsi tertimbang dari varians dalam matriks kiovarians
(59)
sampel yang dijelaskan oleh kovarians matriks populasi yang terestimasi. GFI adalah sebuah ukuran non- statistika yang mempunyai rentang nilai antara 0 (poor fit) sampai dengan 1,0 (perfect fit). Nilai yang tinggi dalam indeks ini menunjukkan sebuah “better fit”.
4. AGFI – ADJUST GOODNES of FIT INDEX
AGFI = GFI/df Tingkat penerimaan yang direkomendasikan adalah bila AGFI mempunyai niali yang sama dengan atau lebih besar dari 0.09. GFI maupun AGFI adalah kriteria yang memperhitungkan proporsi tertimbang dari varians alam sebuah matriks kovarians sampel. Nilai sebesar dapat diinterprestasikan sebagai tingkatan yang baik (good overall model fit) sedangkan besaran nilai antara 0,09-0,95 menunjukkan tingkatan cukup (adequate fit).
5. CMIN/DF
Sebagai salah satu indikator untuk mengukur tingkat fitnya sebuah model. Dalam hal ini CMNI/DF tidak lain adalah statistik chi-square, X² dibagi Dfnya sehingga disebut X² relatif. Nilai X² relatif kurang dari 2,0 atau bahkan kurang dari 3,0 adalah indikasi dari acceptable fit antara model dan data. Nilai X² relatif yang tinggi menandakan adanya perbedaan yang signifikan antara matriks kovarians yang diobservasikan dan diestimasi.
6. TLI – TUCKER LEWIS INDEKS
TLI adalah sebuah model yang diuji terhadap sebuah baseline model. Nilai yang direkomendasikan sebagai acuan untuk diterimanya sebuah model adalah penerimaan ≥ 0,95 dan nilai yang mendekati 1 menunjukkan a very good fit.
(60)
7. CFI – COMPERATIF FIT INDEX
Besaran indeks ini adalah pada rentang nilai sebesar 0-1, dimana semakin mendekati 1, mendidentifikasikan tingkat fit yang paling tinggi ( avery good fit). Nilai yang direkomendasikan adalah CFI > 0.95. Keunggulan dari indeks ini besarnya tidak dipengaruhi oleh ukuran sampel karena itu sangat baik untuk mengukur tingkat penerimaan sebuah model. Indeks CFI adalah identik dengan Relative Non centrality Indeks (RNI).
(61)
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Objek Penelitian 4.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan
4.1.2. Sejarah Perkembangan PT.Unilever
(62)
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian 4.2.1. Penyebaran Kuisioner
Kuisioner disebarkan untuk mendapatkan sampel dengan menggunakan teknik purposive sampling yaitu teknik penarikan sampel non probabilitas yang menyeleksi responden dengan pertimbangan tertentu dan data yang ada, diolah dengan menggunakan structural equation modelling.
4.2.2. Demografi Responden
Data mengenai keadaan responden dapat diketahui melalui jawaban responden dari pertanyaan–pertanyaan yang diajukan didalam pertanyaan umum kuesioner yang telah diberikan. Dari jawaban–jawaban tersebut diketahui hal–hal seperti dibawah ini.
a. Jenis Kelamin
Dari 112 responden yang menjawab kuisioner yang telah diberikan dapat diketahui jenis kelamin dari responden tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1 : Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
49 43.8 43.8 43.8
63 56.3 56.3 100.0
112 100.0 100.0
laki-laki perempuan Total Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Sumber: data diolah b. Usia
Dari 112 responden yang menjawab kuisioner yang telah diberikan dapat diketahui usia para responden yakni pada tabel dibawah ini.
(63)
Tabel 4.2: Karakteristik Responden Berdasarkan Usia usia
17 15.2 15.2 15.2
42 37.5 37.5 52.7
34 30.4 30.4 83.0
19 17.0 17.0 100.0
112 100.0 100.0
21-30 31-40 41-50 >=51 Total Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Sumber : data diolah
4.3. Analisis Dan Pengujian Hipotesis 4.3.1. Uji Outlier
Outlier adalah observasi atau data yang memiliki karakteristik unik yang terlihat sangat berbeda jauh dari observasi-observasi lainnya dan muncul dalam bentuk nilai ekstrim untuk sebuah variabel tunggal atau variabel kombinasi atau mutivariat (Hair, 1998). Evaluasi terhadap outlier multivariate (antar variabel) perlu dilakukan sebab walaupun data yang dianalisis menunjukkan tidak ada outliers pada tingkat univariate, tetapi observasi itu dapat menjadi outliers bila sudah saling dikombinasikan. Jarak Mahalanobis pada tingkat p < 1%. Jarak Mahalanobis itu dievaluasi dengan menggunakan χ² (chi kuadrat) pada derajat bebas sebesar jumlah indikator yang digunakan dalam penelitian ini. Hasil uji outlier tampak pada tabel berikut:
(64)
Tabel 4.3 Hasil Uji Outlier
Residuals Statistics(a)
Minimum Maximum Mean Std.
Deviation N Predicted Value 9.210 104.714 56.500 21.029 112 Std. Predicted Value -2.249 2.293 0.000 1.000 112 Standard Error of Predicted Value 6.772 13.668 10.350 1.223 112 Adjusted Predicted Value 0.543 104.967 56.665 21.348 112 Residual -51.912 95.404 0.000 24.747 112 Std. Residual -1.941 3.566 0.000 0.925 112 Stud. Residual -2.068 3.855 -0.003 1.001 112 Deleted Residual -58.967 111.457 -0.165 28.997 112 Stud. Deleted Residual -2.105 4.175 0.000 1.018 112 Mahal. Distance 6.123 27.988 15.857 3.862 112 Cook's Distance 0.000 0.147 0.010 0.017 112 Centered Leverage Value 0.055 0.252 0.143 0.035 112 (a) Dependent Variable : No. RESP
Sumber : data diolah
Deteksi terhadap multivariat outliers dilakukan dengan menggunakan
kriteria Jarak Mahalanobis pada tingkat p < 0,001. Jarak Mahalanobis itu
dievaluasi dengan menggunakan χ2 pada derajat bebas sebesar jumlah variabel yang digunakan dalam penelitian. Bila kasus yang mempunyai Jarak Mahalanobis lebih besar dari nilai chi-square pada tingkat signifikansi 0,001 maka terjadi multivariate outliers. Nilai χ20.001 dengan jumlah indikator 16 adalah sebesar 39.252. Hasil analisis Mahalanobis diperoleh nilai sebesar 27.988 yang kurang dari χ2 tabel 39.252 tersebut. Dengan demikian, tidak terjadi multivariate outliers.
4.3.2. Uji Reliabilitas
Seperti telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa Cronbach’s Alpha ini digunakan untuk mengestimasi reliabiltas setiap skala (variabel atau observasi indikator). Sementara itu item to total correlation digunakan untuk memperbaiki ukuran-ukuran dan mengeliminasi butir-butir yang kehadirannya akan
(65)
memperkecil koefisien Cronbach’s Alpha yang dihasilkan (Purwanto, 2002). Hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.4. Uji Reliabilitas
Pengujian Reliability Consistency Internal Konstrak Indikator Item to Total
Correlation
Koefisien Cronbach's Alpha X11 0.947
Moral
X12 0.945 0.882 X21 0.839
X22 0.888 Ideology
Responsibility
X23 0.902
0.850 X31 0.912
Economic
Responsibility X32 0.913 0.799 X41 0.920
Environmental
Responsibility X42 0.912 0.808 Y11 0.946
Y12 0.951 Ethic
Y13 0.936
0.939 Y21 0.905
Product
Y22 0.902 0.775 Y31 0.898
Society Perception
Y32 0.895 0.756
Sumber : data diolah
Proses eleminasi diperlakukan pada item to total correlation pada indikator yang nilainya < 0,5 [Purwanto,2003]. Tidak terjadi eliminasi karena nilai item to total correlation indikator seluruhnya ≥ 0,5. Indikator yang tereliminasi tidak disertakan dalam perhitungan cronbach's alpha. Perhitungan cronbach's dilakukan setelah proses eliminasi. Hasil pengujian reliabilitas konsistensi internal untuk setiap construct di atas menunjukkan hasil yang baik dimana koefisien Cronbach’s
Alpha yang diperoleh seluruhnya memenuhi rules of thumb yang disyaratkan
yaitu ≥ 0,7 (Hair et.al.,1998; Sekaran,2003).
(66)
4.3.3. Uji Validitas
Validitas menyangkut tingkat akurasi yang dicapai oleh sebuah indikator dalam menilai sesuatu atau akuratnya pengukuran atas apa yang seharusnya diukur, karena indikator multidimensi, maka uji validitas dari setiap latent variable / construct akan diuji dengan melihat loading factor dari hubungan antara setiap observed variable dan latent variable. Hasil analisis tampak pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.5. Uji Validitas
Standardize Faktor Loading dan Construct dengan Confirmatory Factor Analysis
Faktor Loading Konstrak Indikator
1 2 3 4 X11 0.909
Moral
X12 0.868
X21 0.694
X22 0.817
Ideology Responsibility
X23 0.861
X31 0.811
Economic
Responsibility X32 0.829
X41 0.974 Environmental
Responsibility X42 0.692 Y11 0.918 Y12 0.931 Ethic
Y13 0.897 Y21 0.917 Product
Y22 0.693 Y31 0.608 Society Perception
Y32 1.000
Sumber : Data diolah
Berdasarkan hasil confirmatory factor analysis terlihat bahwa factor loadings masing masing butir pertanyaan yang membentuk setiap construct sebagian besar ≥ 0,5, sehingga butir-butir instrumentasi setiap konstruk tersebut dapat dikatakan validitasnya cukup baik.
(67)
4.3.4. Uji Construct Reliability dan Variance Extracted
Selain melakukan pengujian konsistensi internal Cronbach’s Alpha, perlu juga dilakukan pengujian construct reliability dan variance extracted. Kedua pengujian tersebut masih dalam koridor uji konsistensi internal yang akan memberikan peneliti kepercayaan diri yang lebih besar bahwa indikator-indikator individual mengukur suatu pengukuran yang sama (Purwanto, 2002). Dan variance extracted direkomendasikan pada tingkat 0,50. Hasil perhitungan construct reliability dan variance extracted dapat dilihat dalam tabel 4.6.
Tabel 4.6. Construct Reliability dan Variance Extracted
Construct Reliability & Variance Extrated Konstrak Indikator
Standardize Factor Loading
SFL
Kuadrat Error [εj]
Construct Reliability
Variance Extrated X11 0.909 0.826 0.174
Moral
X12 0.868 0.753 0.247 0.883 0.790 X22 0.817 0.667 0.333
Ideology
Responsibility X23 0.861 0.741 0.259 0.826 0.704 X31 0.811 0.658 0.342
Economic
Responsibility X32 0.829 0.687 0.313 0.804 0.672 X41 0.974 0.949 0.051
Environmental
Responsibility X42 0.692 0.479 0.521 0.829 0.714 Y11 0.931 0.867 0.133
Ethic
Y13 0.897 0.805 0.195 0.910 0.836 Y21 0.917 0.841 0.159
Product
Y22 0.693 0.480 0.520 0.792 0.661 Y31 0.608 0.370 0.630
Society Perception
Y32 1.000 1.000 0.000 0.804 0.685
Batas Dapat
Diterima ≥ 0,7 ≥ 0,5
Sumber: data diolah
Hasil pengujian reliabilitas instrumen dengan construct reliability dan extracted variance menunjukkan tiap-tiap instrumen cukup reliabel, yang ditunjukkan dengan nilai construct reliability≥ 0,70 dan nilai variance extracted
≥ 0,5. Angka tersebut bukanlah sebuah ukuran “mati” artinya bila penelitian yang dilakukan bersifat exploratory, maka nilai di bawah 0,70 dan 0,5 pun masih dapat
(68)
diterima sepanjang disertai alasan–alasan empirik yang terlihat dalam proses eksplorasi.
4.3.5. Uji Normalitas
Uji normalitas sebaran dilakukan dengan Skewness Value dari data yang digunakan yang biasanya disajikan dalam statistik deskriptif. Nilai statistik untuk menguji normalitas itu disebut z-value. Bila nilai-z lebih besar dari nilai kritis maka dapat diduga bahwa distribusi data adalah tidak normal. Nilai kritis dapat
ditentukan berdasarkan tingkat signifikansi 0,01(1%) yaitu sebesar ± 2,58.
Hasilnya diperoleh nilai c.r. multivariat diantara ± 2,58 dan itu berarti asumsi normalitas terpenuhi dan data layak untuk digunakan dalam estimasi selanjutnya. Hasil analisis tampak pada tabel berikut:
Tabel 4.7. Uji Normalitas
Assessment of
normality
min max skew c.r. kurtosis c.r. Y12 3 7 -0.425 -1.837 -0.540 -1.167 Y31 3 7 -0.039 -0.167 -0.191 -0.413
Y21 4 7 0.026 0.111 -0.670 -1.448 X31 4 7 0.127 0.549 -0.656 -1.418 X32 4 7 0.251 1.086 -0.608 -1.313 X23 4 7 0.246 1.065 -0.643 -1.389 Y32 4 7 -0.039 -0.168 -0.775 -1.674
Y22 4 7 0.118 0.508 -0.663 -1.432 Y13 3 7 -0.303 -1.308 -0.735 -1.588
Y11 3 7 -0.593 -2.560 -0.513 -1.109
X41 3 7 0.068 0.294 -0.678 -1.465 X42 3 7 -0.005 -0.020 -0.789 -1.704
X21 4 7 0.113 0.489 -0.594 -1.283 X22 4 7 0.163 0.706 -0.596 -1.288 X11 4 7 0.178 0.767 -0.604 -1.304 X12 4 7 0.216 0.934 -0.549 -1.186 Multivariate -11.855 -2.614
Sumber: data diolah
(69)
Dari data di atas Hasil uji menunjukkan bahwa nilai c.r. mutivariate tidak berada di antara ± 2,58 itu berarti asumsi normalitas tidak terpenuhi. Fenomena ini tidak menjadi masalah serius seperti dikatakan oleh Bentler & Chou [1987] bahwa jika teknik estimasi dalam model SEM menggunakan maximum likelihood estimation [MLE] walau ditribusi datanya tidak normal masih dapat menghasilkan good estimate, sehingga data layak untuk digunakan dalam estimasi selanjutnya.
4.4. Structural Equation Modelling
4.4.1. Evaluasi Model One – Step Approach to SEM
Dalam model SEM, model pengukuran dan model struktural parameter-parameternya diestimasi secara bersama-sama. Cara ini agak mengalami kesulitan dalam memenuhi tuntutan fit model. Kemungkinan terbesar disebabkan oleh
terjadinya interaksi antara measurement model dan structural model yang
diestimasi secara bersama-sama (one-step approach to SEM). One-step approach to SEM digunakan apabila model diyakini bahwa dilandasi teori yang kuat serta validitas dan reliabilitas data sangat baik. (Hair.et.al, 1998). Hasil estimasi dan fit
model one-stepapproach to SEM dengan menggunakan program aplikasi AMOS
4.01 terlihat pada gambar dan tabel Goodness of Fit dibawah ini.
(1)
Internal terdapat indikator tereliminasi sehingga model berubah sebagaimana terdapat di bawah ini.
Gambar. 4.2.
1
Social Res pons ibility Moral
Ideology Res pons ibility
Econom ic Res pons ibility Environm ental Res pons ibility
Product Com pany Im age Ethic Society Pers eption X12
er_2 1 1 X11 er_11 X22 er_4 1 X21 er_3 1 X32 er_71 X31 er_6 1 X42 0.05 er_9 1 1 X41 er_8 1 Y11 er_10 1 1
Y12 1 er_11 Y13 1er_12
Y21 er_13
1 1
Y22 1er_14
Y31 er_15
1 1
Y32 1er_16
1
1
X23 er_5 1
MODEL PENGUKURAN DAN STRUKTURAL SOCIAL RESPONBILITY & COMPANY IMAGE
Model Specification : One Step Approach - Modification Model
d_m r 1 d_ir d_er 1 0.05 d_tr 1 d_s p 1 d_pr 1 d_et 1 0.05 d_ci 1 1
Tabel : 4.9. Evaluasi Kriteria goodness fit of Indices Modifikasi Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indices
Kriteria Hasil Nilai Kritis Evaluasi Model Cmin/DF 0.667 ≤ 2,00 baik Probability 0.993 ≥ 0,05 baik RMSEA 0.000 ≤ 0,08 baik GFI 0.940 ≥ 0,90 baik AGFI 0.908 ≥ 0,90 baik TLI 1.044 ≥ 0,95 baik CFI 1.000 ≥ 0,94 baik Sumber: data diolah
Dari hasil evaluasi terhadap model one step approach modifikasi ternyata dari semua kriteria goodness of fit yang digunakan, seluruhnya menunjukkan hasil evaluasi model yang baik, berarti model telah sesuai dengan data. Artinya, model konseptual yang dikembangkan dan dilandasi oleh teori telah sepenuhnya
(2)
didukung oleh fakta. Dengan demikian model ini adalah model yang terbaik untuk menjelaskan keterkaitan antar variabel
4.4.2. Uji Hipotesis Kausalitas
Dilihat dari angka determinant of sample covariance matrix : 8.1351e-006 > 0 mengindikasikan tidak terjadi multicolinierity atau singularity dalam data ini sehingga asumsi terpenuhi. Dengan demikian besaran koefisien regresi masing-masing faktor dapat dipercaya sebagaimana terlihat pada uji kausalitas di bawah ini.
Tabel 4.10. Pengujian Hipotesis
Uji Hipotesis
Kausalitas
Regression Weights
Ustd Std
Faktor Faktor Estimate Estimate Prob. Company_Image Social_Responsibility 0.045 0.024 0.058
Batas Signifikansi ≤ 0,10
Sumber : data diolah
Dilihat dari tingkat Prob. arah hubungan kausal, maka hipotesis yang menyatakan bahwa :
• Faktor Social Responsibility berpengaruh positif terhadap Faktor Company Image, dapat diterima [Prob. kausalnya 0,058 < 0,10 [signifikan [positif].
4.5. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : • Faktor Social Responsibility berpengaruh positif terhadap Faktor Company
Image, dapat diterima [Prob. kausalnya 0,058 < 0,10 [signifikan [positif].
(3)
Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Fitri, Ismiyanti,(2006) dengan judul “Corporate Reputation melalui pendekatan corporate Social responsibility Di lingkungan PT.PERKEBUNAN NUSANTARA X” di dalam hasil penelitiannya bahwa faktor corporate reputation berpengaruh signifikan terhadap corporate social responsibility.
Faktor Social Responsibility berpengaruh positif terhadap Faktor Company Image, dapat diterima [Prob. kausalnya 0,058 < 0,10 [signifikan [positif]. Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan sebagai pelaku bisnis tidak hanya sebagai pelaku ekonomi, tetapi sudah menjado alattransformasi yang berguna dalam membangun social responsibility perusahaan yang memberikan gambaran atau kesan (company image) kepada masyarakat atau konsumen. Ardana,(2008:39).
Dalam perspektif bisnis jangka panjang tanggung jawab sosial adalah kewajiban perushaan khususny PT.Unilever untuk melindungi lingkungan dan memajukan masyarakat dimana perusahaan beroperasi dan di mana para pelanggannya bertempat. Suka atau tidak suka, mau tidak mau tanggung jawab tersebut mesti mendapat atensi yang besar dan bukan merupakan atas dasar tekanan, ancaman atau paksaan melainkan tanggung jawab yang disasari kaidah moral, komitmen sosial dan etika bisni dalam menciptakan coorporate image.
(4)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Setelah melakukan penelitian, pengumpulan dan menganalisis terhadap data yang telah diperoleh dari para responden, maka dalam bab ini akan dicoba untuk menarik kesimpulan dan saran sebagai berikut :
• Faktor Social Responsibility berpengaruh positif terhadap Faktor Company Image, dapat diterima.
5.2. Saran
Adapun saran yang dapat disampaikan oleh peneliti adalah :
1. Perusahaan dalam menerapkan tanggung jawab sosial sebaiknya melihat dari bagaimana kebiasan konsumen dalam membeli produk unilever khususnya produk sabun mandi Lifebuoy esensi dri tanggung jawab sosial tersebut dapat mengena dalam menciptakan coorporate image yang bagus.
2. Melakukan kerjasama aktif dengan konsumen atau pelanngan, institusi pemerintah dalam mengatasi isu-isu dan realita promblem sosial merupakan harapan umum dan bagian dari tanggung jawab sosial di masa yang akan datang.
(5)
DAFTAR PUSTAKA
Alois A. Nugroho. 2001. Dari Etika Bisnis ke Etika Ekobisnis. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.
Ardana, I Komang. 2008. Bisnis dan Tanggung Jawab Sosial. Buletin Studi Ekonomi. Vol.13.No.1.
Burdge J. Rabel. 1994. Social Impact, Assessment and Management a
Participative Approach”. Longman- Chesire Publiser,Ltd Fremont E.
Kast, James E. Rosenzwig. 1995. Organisasi dan Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara.
Amstrong dan Kotler, 1994, Dasar – Dasar Pemasaran, alih bahasa : Wilhelmus W, Intermedia Jakarta.
Ferdinand, Augusty, 2002, Structural Equation Modeling Dalam Penelitian Manajemen, Penerbit BP Undip, Semarang.
Fitri Ismiyanti, 2006, “Corporate Citra melalui pendekatan corporate Social
responsibility di lingkungan PT.PERKEBUNAN NUSANTARA X”
Hair, J.F. et. Al, 1998, Multivariate Data Analysis, Fifth Edition, Prentice-Hall International, Inc., New Jersey.
Hartline, Michael D. and O.C. Ferrell, 1996, “The Management of
Customer-Contact Service Employees : An Empirical Investigation”, Journal of
Marketing.
Hardeep. Chalal and R.D. Sharma, 2006. Implicationof Coorporate Social Resonsibility On Marketing Performance A Concetual Framework. Journal of Resarch, Vol. 6 No.1
Heo, Kwangjun dan Nan xiaoli. 2007. Consumer Responses To Coorporate Social Rsonsibility (CSR) Initiative. Journal of Advertising Vol.36. No.2. American Academy of Advertising.
Indriantoro, Nur, dan Bambang Supomo, 1999, Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen. Edisi Pertama. BPFE, Yogyakarta. Kotler, Philip, 1997, Manajemen Pemasaran : Analisis, Perencanaan,
(6)
Kotler, P. Dan Nancy Lee. 2005. Corporate Social Responsibility: Doing the MostGood for Your Cause. John Wiley & Sons Inc.
____________, 2000, Marketing Management: Analysis, Planing, Implementation and control, The Millenium Edition, Prectice Hall International, Inc. New Jersey.
Nazir, Muhammad, 1999, Metode Penelitian,Cetakan Keempat, Penerbit : Ghalia Indonesia, Jakarta.
Majalah SWA Sembada. No.26. XXI, Edisi 19 Desember 2005-11 Januari 2006 Peggy Simcic Brønn, 2001, “Corporate Social Rsponsibility and Causes –
relate4d Marketing an Overview”. International Journal of Advertising, Vol. 20. Advertising Association.
Robbins, Stephen P. 2001, Organization Behavior: Concepts, Controversies Aplication, Sevent Edition, Pretice Hall, Inc., New Jersey.
Stanton dalam Swasta D.H, 1987, Manajemen Pemasaran, Analisa Perilaku Konsumen, Penerbit: Liberty, Yogyakarta.
Siltaoja, Marjo Eliza.2006. Value Priorities as Combining Core Factors Between CSR and Reputation-A Qualitative Study. Journal of Business Ethics.
Swastha, Basu dan Irawan, 1984, Manajemen Pemasaran Modern, Penerbit: Liberty, Yogyakarta.
Swastha, Basu dan Handoko, Tani, 1987, Manajemen Pemasaran, Analisa Perilaku Konsumen, Penerbit : Liberty, Yogyakarta.
Tabachnick B.G., 1996, Using Multivariate Statistics, Third Edition, Harper Collins College Publisher.
Widayastuti dan Mardiyah. 1998. Pengaruh Stakeholder Terhadap tanggung Jawab Sosial Dan Akuntansi Sosial Persahaan. Jurnal Riset Akuntansi Vol.4.