Strategi Pemasaran Urutan SEbagai Oleh-Oleh Khas Bali.

Journal of Tropical Animal Science
email: peternakantropika_ejournal@yahoo.com
email: jurnaltropika@unud.ac.id

STRATEGI PEMASARAN “URUTAN” SEBAGAI OLEH-OLEH
KHAS BALI
(STUDI KASUS PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA “URUTAN” DI
KABUPATEN BADUNG BALI)
WULAN S., N. M. M., B. R. T. PUTRI, DAN I W. SUKANATA.
Program Studi Ilmu Peternakan, Fakultas Peternakan, Universitas Udayana, Denpasar
HP: 085739263254 E-mail : adhemir4h@gmail.com
ABSTRAK
abcdefPenelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor lingkungan internal dan
eksternal yang mempengaruhi pemasaran “urutan”, menentukan posisi industri rumah
tangga “urutan” di dalam industri oleh-oleh khas Bali, dan merekomendasikan strategi
pemasaran yang tepat bagi industri rumah tangga “urutan” di Kabupaten Badung.
Penelitian ini dilakukan pada empat desa di Kabupaten Badung yang ditentukan secara
purposive. Jumlah responden sebanyak 59 orang yang terdiri atas empat orang produsen,
50 orang konsumen, dan lima orang ahli. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan
data sekunder. Data dikumpulkan melalui observasi dan wawancara dengan bantuan
kuisioner. Analisis yang digunakan adalah 1) analisis internal dan eksternal perusahaan

untuk menentukan faktor-faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dihadapi
perusahaan dengan menggunakan matriks IFE dan matriks EFE. Posisi perusahaan
didalam industri ditentukan dengan menggunakan matriks IE, 2) analisis SWOT digunakan
untuk menyusun alternatif strategi pemasaran “urutan” dan 3) analisis QSPM digunakan
untuk menentukan prioritas strategi pemasaran. Penelitian ini menunjukkan bahwa usaha
“urutan” berada pada sel III (Pertahankan dan Pelihara) dalam matriks IE dengan nilai IFE
1,62 dan EFE 3,11 dengan strategi utama yaitu penetrasi pasar dan pengembangan produk.
Terdapat sembilan alternatif strategi pemasaran “urutan” yaitu: menjadikan “urutan”
sebagai oleh-oleh khas Bali, mengadakan kerjasama dengan toko oleh-oleh khas Bali dan
travel, meningkatkan kualitas produk yang diproduksi, mengemas produk dengan baik dan
menarik, menerapkan program penyuluhan bagi para produsen, membuat brosur dan iklan
tentang keunggulan produk, menambah varian daging yang digunakan, membuat
klasifikasi produk dengan tingkat lemak tertentu, dan meningkatkan jiwa wirausaha
pengusaha. Strategi yang menjadi prioritas utama adalah meningkatkan kualitas produk
dengan cara meningkatkan pengembangan produk serta penerapan teknologi tepat guna.
Kata Kunci: Urutan, Oleh-Oleh Khas Bali, Strategi Pemasaran, Industri Rumah Tangga,

THE MARKETING STRATEGY OF "URUTAN" AS SOUVENIRS
OF BALI
(CASE STUDY AT HOME INDUSTRY "URUTAN"

IN THE BADUNG REGENCY OF BALI)
ABSTRACT
This research aims to analyze external and internal factors that effects marketing of
“urutan”, to determine the position of home industry “urutan” in Bali souvenir industry,
621

and to recommend market strategis for home industry of “urutan” in Badung regency. The
research was conducted in four villages in Badung which was determined by purposive of
59 respondents. They are four producers, 50 consumers, and five experts. The types of data
were used primary and secondary data. Data was collected through observation and
interviews with questionnaires. The analysis were used such as: (1) internal and external
company analysis to determine factors of company strength, weakness, opportunity and
threat faced of the company which used matrix IFE and matrix EFE. To determine position
of the company in an industry which used matrix IE, 2) SWOT analysis was used to
arrange company alternative marketing strategies of “urutan” and 3) QSPM analysis was
used to determine a priority strategy. The research showed that the business of “urutan”
was in cell III of IE matrix where the mark of IFE 1,62 and EFE 3,11 (defense and
maintenance) which prime strategic was market penetration and product improvement.
There are nine alternatives of marketing strategic of “urutan”, they are: making “urutan” as
a special Bali souvenir, conduct relationships with Bali souvenir shops and travel agents,

improving the quality of products, to do products packing better and more interesting,
applying continuous counseling programs for producers, making
brochures and
advertisements about the products, adding more meat variants that would be used, making
classify products based on each fat contain, and improving entrepreneurs’ confidence. The
prime priority strategy is to improve the quality of products by products enhancement and
applying appropriate technology.
Key words: Urutan, Special Bali Souvenir, Distribution Strategy, Home Industry
PENDAHULUAN
abcdefPerkembangan sektor pariwisata di Bali yang semakin pesat memberikan peluang
bagi masyarakat Bali untuk mengembangkan berbagai bisnis dibidang pariwisata, salah
satunya adalah bisnis oleh-oleh khas Bali. Bali memiliki beraneka ragam kuliner khas dan
unik, yang dapat dimanfaatkan sebagai oleh-oleh khas daerah.
abcdefDari sekian banyak makanan khas Bali, terdapat beberapa makanan yang dapat
dijadikan oleh-oleh khas Bali. Salah satu masakan khas Bali yang dapat dikembangkan
sebagai oleh-oleh khas Bali yaitu “urutan”. “Urutan” memiliki umur simpan yang relatif
lama. Menurut Antara (2010), “urutan” tanpa fermentasi dapat disimpan selama 10 hari
terutama bila direndam pada minyak yang digunakan untuk menggoreng. Sedangkan
“urutan” terfermentasi dapat bertahan selama 2 minggu dengan proses pengeringan yang
baik.

abcdefWisatawan yang berkunjung ke Bali sebagian besar adalah wisatawan mancanegara
yang sangat menyukai makanan olahan daging babi. Data BPS Provinsi Bali (2014)
menunjukkan bahwa kedatangan wisatawan mancanegara ke Bali pada tahun 2014
mencapai 9,44 juta orang, dimana mengalami kenaikan sebesar 7,19 % dibandingkan pada
tahun 2013 yang berjumlah 8,80 juta orang. Wisatawan yang berkunjung ke Bali pada
Wulan et al. Peternakan Tropika Vol. 3 No. 3 Th. 2015: 621- 633

Page 622

tahun 2014 merupakan wisatawan yang berasal dari Australia 27,88%, Tiongkok 13,51%,
Malaysia 7,90%, Singapura 6,86%, dan Jepang 6,29%. Dari data tersebut, dapat dikatakan
bahwa wisatawan yang datang ke Bali sebagian besar adalah wisatawan dari Negara yang
mayoritasnya mengkonsumsi daging babi. Sehingga peluang “urutan” untuk dapat bersaing
dibisnis oleh-oleh khas Bali cukup besar.
abcdefIndustri rumah tangga “urutan” di Kabupaten Badung Bali belum mampu
menerapkan manajemen pemasaran yang tepat guna, hal ini disebabkan karena kurangnya
pengetahuan pengusaha dalam manajemen pemasaran. Pengalaman usaha yang diperoleh
selama menjalankan usaha menjadi tambahan ilmu dalam mengembangkan usahanya
sehingga industri rumah tangga “urutan” masih berkembang sampai saat ini. Usaha industri
rumah tangga “urutan” yang dijalankan selama ini hanya berpatokan pada penghasilan

yang cukup untuk membeli bahan baku produk serta kebutuhan pangan sehari-hari saja,
sehingga tidak adanya keinginan untuk mengembangkan kembali usaha tersebut. Dengan
peralatan yang sederhana, industri rumah tangga “urutan” memproduksi “urutan” sesuai
pesanan pelanggan.
abcdefBerdasarkan latar belakang diatas, maka perlu dilakukan penelitian mengenai
strategi pemasaran yang tepat diterapkan untuk memunculkan “urutan” sebagai oleh-oleh
khas Bali. Sehingga diharapkan mampu menumbuhkan keinginan masyarakat dalam
memanfaatkan makanan asli daerah sebagai oleh-oleh khas Bali.
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu penelitian
abcdefPenelitian ini dilakukan pada industri rumah tangga yang terletak di Kabupaten
Badung pada empat desa yaitu: Desa Abiansemal, Desa Mengwi, Desa Kapal, dan Desa
Darmasaba. Penelitian pendahuluan dilakukan pada bulan Januari 2015, sedangkan
pengumpulan data utama dilakukan pada bulan April 2015 sampai bulan Mei 2015.
Data dan Metode Pengumpulan Data
abcdefJenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data kuantitaif dan kualitatif .
sedangkan sumber data yang yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Data
dikumpulkan dengan menggunakan teknik observasi, wawancara dengan bantuan
kuisioner, serta penelusuran literatur.


Wulan et al. Peternakan Tropika Vol. 3 No. 3 Th. 2015: 621- 633

Page 623

Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis matriks
Internal Factor Evaluation (Kinnear and Taylor, 1996), analisis matriks Eksternal Factor
Evaluation (Kinnear and Taylor, 1996), analisis matriks IE (David, 2002), analisis SWOT
(Rangkuti, 1997), dan analisis QSPM (David, 2002).

HASIL DAN PEMBAHASAN
Faktor Lingkungan Internal Industri Rumah Tangga “Urutan”
abcdefBerdasarkan analisis lingkungan internal yang dilakukan, diperoleh delapan
kekuatan dan delapan kelemahan dari industri rumah tangga “urutan”. Dari delapan
kekuatan yang diperoleh, terdapat enam kekuatan mayor dan dua kekuatan minor dari
industri rumah tangga “urutan”. Dari delapan kelemahan yang diperoleh, terdapat dua
kelemahan mayor dan enam kelemahan minor seperti yang dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1 Matriks Internal Factor Evaluation (IFE)
Faktor Penentu
Faktor Kekuatan

Makanan khas Bali
Resep yang dimiliki merupakan resep turun-temurun
Pengalaman usaha yang cukup baik
Pemasaran yang cukup efisien
Sistem pembayaran secara langsung
Sistem produksi sesuai pesanan, sehingga dapat meminimalisir
kerugian akibat kerusakan produk
Pemanfaatan jeroan (usus) sebagai bahan baku
Modal usaha relatif kecil
Sub Total
Faktor Kelemahan
Usaha dilakukan dalam skala rakyat
Pengemasan yang kurang baik
Rendahnya penerapan manajemen dan teknologi
“Urutan” terbuat dari daging babi yang mengandung banyak
lemak dan kolesterol
Rendahnya tingkat penggunaan tenaga kerja
Proses produksi dan resep yang mudah ditiru
Rendahnya jiwa wirausaha
Daya simpan produk belum maksimal

Sub Total
TOTAL

Bobot

Rating

Skor

0,12
0,09
0,08
0,08
0,07

4
4
4
3
4


0,48
0,36
0,32
0,24
0,28

0,05

3

0,15

0,05
0,04

4
4

0,20

0,16
2,19

0,04
0,05
0,06

1
1
1

0,04
0,05
0,06

0,08

2

0,16


0,03
0,07
0,04
0,05

1
2
1
1

0,03
0,14
0,04
0,05
0,57
1,62

Nilai bobot diperoleh dari analisis lingkungan internal, nilai rating menunjukkan
kekuatan mayor, kekuatan minor, kelemahan mayor dan kelemahan minor, sedangkan nilai
Wulan et al. Peternakan Tropika Vol. 3 No. 3 Th. 2015: 621- 633

Page 624

skor merupakan hasil kali dari bobot dengan rating. Nilai sub total kekuatan dan
kelemahan diperoleh dari total skor masing-masing faktor internal, sedangkan sub total
diperoleh dari hasil pengurangan sub total kekuatan dengan sub total kelemahan.
Faktor Lingkungan Eksternal Industri Rumah Tangga “Urutan”
abcdefBerdasarkan analisis lingkungan eksternal yang dilakukan, diperoleh enam peluang
dan empat ancaman industri rumah tangga “urutan”. Dari enam peluang yang diperoleh,
terdapat empat peluang mayor dan dua peluang minor industri rumah tangga “urutan”. Dari
empat ancaman yang diperoleh, terdapat dua ancaman mayor dan dua ancaman minor
industri rumah tangga “urutan”. Dari analisis EFE diperoleh nilai sub total faktor peluang
adalah 2,50 dan sub total ancaman adalah 0,61 seperti yang dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2 Matriks External Factor Evaluation (EFE)
Faktor Penentu
Bobot Rating Skor
Faktor Peluang
Permintaan pasar tinggi
0,15
4
0,60
Banyaknya permintaan daging babi olahan khas daerah Bali,
0,10
4
0,40
terutama dari wisatawan mancanegara
Perubahan pola hidup masyarakat yang semakin individual serta
praktis yang dapat dilihat dari perilaku masyarakat yang
0,14
4
0,56
lebih memilih membeli “urutan” sebagai keperluan upacara
adat dibandingkan membuat sendiri
“Urutan” potensial dimanfaatkan sebagai oleh-oleh khas Bali
0,09
3
0,27
Tingginya tingkat pemotongan babi di Bali
0,13
4
0,52
Banyaknya hari raya umat hindu yang memerlukan “urutan”
0,05
3
0,15
sebagai persembahan upacara keagamaan
Sub total
2,50
Faktor Ancaman
Persaingan cukup tinggi dimana terdapat cukup banyak
produsen “urutan” dengan resep yang relatif sama
Sulitnya mengembangkan pasar makanan yang berbahan dasar
babi
Perubahan pola makan masyarakat yang lebih memilih makanan
sehat rendah lemak dan kolesterol
Kurang berkembangnya makanan khas bali barbahan dasar babi
dalam pasar oleh-oleh khas bali
Sub total
TOTAL

0,12

2

0,24

0,04

1

0,04

0,15

2

0,30

0,03

1

0,03
0,61
3,11

Total nilai EFE sebesar 3,11 menunjukkan bahwa secara umum usaha “urutan”
memiliki kemampuan yang baik dalam merespon peluang serta menghindari ancaman yang
ada. Perubahan pola makan masyarakat yang lebih memilih makanan sehat rendah lemak
dan kolesterol merupakan ancaman yang belum mampu dihindari oleh perusahaan “urutan”
Wulan et al. Peternakan Tropika Vol. 3 No. 3 Th. 2015: 621- 633

Page 625

dengan bobot 0,15 dan memiliki rating 2. Nilai bobot diperoleh dari analisis lingkungan
eksternal, nilai rating menunjukkan peluang mayor, peluang minor, ancaman mayor dan
ancaman minor, sedangkan nilai skor merupakan hasil kali dari bobot dengan rating. Nilai
sub total peluang dan ancaman diperoleh dari total skor masing-masing faktor eksternal,
sedangkan sub total diperoleh dari hasil penjumlahan sub total peluang dengan sub total
ancaman.
Posisi Industri Rumah Tangga “Urutan” pada Pasar Oleh-oleh Khas Bali
abcdefBerdasarkan analisis yang dilakukan terhadap faktor eksternal dan internal,
diperoleh total nilai IFE sebesar 1,62 dan total nilai EFE sebesar 3,11, yang jatuh pada sel
III yaitu sel pertahankan dan pelihara. Menurut David (2002), alternatif strategi utama
yang tepat untuk diterapkan pada perusahaan yang berada pada sel ketiga adalah strategi
penetrasi pasar dan pengembangan produk. Strategi penetrasi pasar merupakan strategi
pertumbuhan dimana industri rumah tangga “urutan” berfokus pada penjualan produk,
sedangkan strategi pengembangan produk merupakan strategi untuk memenuhi kebutuhan
konsumen yang selalu berubah-ubah.
Alternatif Strategi bagi Industri Rumah Tangga “Urutan”
abcdefBerdasarkan analisis SWOT, terdapat sembilan alternatif strategi yang dapat
disarankan yaitu:
1. Menjadikan “urutan” sebagai oleh-oleh khas Bali
abcdefKunjungan wisatawan ke Bali dari tahun ke tahun yang terus mengalami
peningkatan serta berkembangnya wisata kuliner di Bali memberikan peluang untuk
mengembangkan “urutan” sebagai oleh-oleh khas Bali. Untuk itu sangatlah diperlukan
strategi bisnis yang tepat agar makanan tradisional Bali bisa diterima oleh wisatawan.
Permasalahan mendasar dalam pengembangan usaha “urutan” ini adalah usaha ini
merupakan skala usaha kecil yang termasuk dalam industri rumah tangga, pengemasan
yang kurang baik, rendahnya manajemen dan teknologi, serta kurangnya kemampuan
pengusaha dalam mengakses pasar. Diperlukan pendekatan yang holistik, melibatkan tim
ahli dan pemerintah dalam upaya mewujudkan “urutan” sebagai oleh-oleh khas Bali.
2. Mengadakan kerjasama dengan pelaku usaha pariwisata
abcdefMengadakan kerjasama dengan pelaku usaha dibidang pariwisata seperti toko oleholeh khas Bali dan agen perjalanan wisata merupakan cara yang cukup efisien untuk
memasarkan “urutan”. Bekerjasama dengan toko oleh-oleh khas Bali dan agen perjalanan
Wulan et al. Peternakan Tropika Vol. 3 No. 3 Th. 2015: 621- 633

Page 626

wisata diharapkan dapat meningkatkan penjualan “urutan” sehingga dapat memacu industri
rumah tangga “urutan” untuk meningkatkan produksi. Keuntungan yang akan didapatkan
dengan melakukan penjualan melalui agen perjalanan wisata adalah lebih mudah untuk
berinteraksi dengan wisatawan dan mempromosikan “urutan” sebagai oleh-oleh khas Bali,
dapat memperluas jaringan pasar, dan mampu menembus pasar internasional.
3.

Meningkatkan kualitas “urutan”

abcdefPeningkatan kualitas “urutan” bertujuan untuk menghasilkan “urutan” yang mampu
bersaing di pasar oleh-oleh khas bali. Selain itu, peningkatan kualitas “urutan” juga
bertujuan untuk meningkatkan keuntungan bagi pengusaha. Peningkatan kualitas “urutan”
ini sangat memungkinkan untuk dapat dilakukan oleh pengusaha itu sendiri dengan
pengalaman usaha yang cukup lama menjadi keunggulan tersendiri bagi pengusaha. Selain
itu, tingkat pendidikan pengusaha yang cukup tinggi juga dapat memudahkan pengusaha
dalam menerima inovasi serta teknologi baru yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas
produk.
abcdefMeningkatkan kualitas “urutan” dapat dilakukan dari segi rasa, tampilan produk,
serta kemasan. Dari segi rasa, produsen dapat berkreativitas dengan memproduksi “urutan”
dengan varian rasa baru seperti memproduksi juga “urutan” dengan menggunakan daging
ayam, sapi, dan lain-lain, sehingga produk yang dipasarkan dapat masuk kedalam pasar
oleh-oleh khas bali. Dari segi tampilan produk, produsen sebaiknya lebih memperhatikan
kebersihan produk serta tampilan dari produk itu sendiri. Sedangkan dari segi kemasan,
produsen sebaiknya memberi kemasan yang baik serta dapat menarik konsumen untuk
membeli produk yang diproduksi.
4.

Mengemas “urutan” dengan baik dan menarik

abcdefKemasan merupakan hal yang sangat diperlukan dalam pemasaran “urutan”. Dengan
kemasan yang baik dan menarik, maka menimbulkan kesan bersih pada produk serta dapat
menarik minat konsumen dalam membeli produk yang dipasarkan. Kemasan yang menarik
dengan diterakan tanggal kadaluarsa serta komposisi produk dapat meyakinkan konsumen
akan kualitas produk.
abcdefAdapun manfaat dari kemasan pada produk adalah (Wiratningsih, 2008):
a. Cantik dan menarik (estetika)
abcdefDengan kemasan yang menarik dan design yang cantik, maka hal ini dapat
menimbulkan rasa ketertarikan bagi konsumen untuk membeli produk. Dalam hal ini yang
Wulan et al. Peternakan Tropika Vol. 3 No. 3 Th. 2015: 621- 633

Page 627

menjadi pertimbangan konsumen dalam membeli produk adalah keunikan dari kemasan
produk terutama produk oleh-oleh khas daerah.
b. Meningkatkan umur simpan produk
abcdefManfaat kemasan produk salah satunya adalah meningkatkan umur simpan dari
suatu produk. Apabila suatu produk dikemas dengan baik, maka pengaruh udara luar akan
berkurang sehingga produk dapat bertahan lebih lama.
c. Memudahkan konsumen dalam membawa produk sebagai oleh-oleh
abcdefKemasan merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam suatu produk, selain
mempercantik produk serta meningkatkan umur simpan, kemasan juga dapat
mempermudah konsumen dalam membawa produk. Memilih kemasan yang baik, menarik
serta mudah dibawa memberikan nilai tambah bagi produk.
5. Menerapkan program penyuluhan bagi produsen
abcdefUndang-undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2006 tentang sistem
penyuluhan pertanian, perikanan, dan kehutanan menyatakan bahwa penyuluhan adalah
proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mampu menolong
dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan,
dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha,
pendapatan, dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi
lingkungan hidup. Sistem penyuluhan adalah seluruh rangkaian pengembangan
kemampuan, pengetahuan, keterampilan, serta sikap pelaku utama dan pelaku usaha
melalui penyuluhan.
abcdefProgram penyuluhan dilakukan bertujuan untuk memperkenalkan inovasi-inovasi
baru kepada pengusaha. Penyuluh bertugas untuk memberikan informasi-informasi
teknologi baru yang tepat guna, dan pendampingan dalam menumbuhkan motivasi bagi
pengusaha agar bersedia menerapkan inovasi tersebut, sehingga usaha yang dijalankan
dapat berkembang dengan baik. Materi penyuluhan yang diberikan adalah materi mengenai
produk, kewirausahaan, manajemen pemasaran, serta pengelolaan dana perusahaan yang
diberikan oleh para penyuluh yang memahami mengenai materi-materi penyuluhan yang
akan diberikan.
6.

Membuat brosur dan iklan tentang keunggulan produk

abcdefBrosur dan iklan merupakan salah satu cara untuk memperkenalkan suatu produk.
Brosur dan iklan sebaiknya dibuat dengan simple dan menarik, karena konsumen pada
Wulan et al. Peternakan Tropika Vol. 3 No. 3 Th. 2015: 621- 633

Page 628

umumnya lebih suka pada hal-hal yang menarik dan tidak membosankan. Iklan melalui
media elektronik ataupun cetak juga memiliki pengaruh yang besar dalam menarik
konsumen, karena iklan yang diulang-ulang pada media mampu mempengaruhi keputusan
konsumen dalam membeli.
abcdefPromosi dapat dilakukan dengan cara menyebarkan brosur yang menampilakan
keunikan produk, komposisi, serta tanggal kadaluarsa produk. Promosi juga dapat
dilakukan dengan menggunakan gambar-gambar yang dapat mencerminkan bahwa produk
yang dipasarkan merupakan makanan khas dari Bali.
7.

Menambah varian daging yang digunakan
Dalam mengembangkan “urutan” sebagai oleh-oleh khas Bali, maka yang menjadi

salah satu strategi adalah dengan menambah varian daging yang digunakan dalam mengisi
“urutan”, misalnya daging ayam, bebek, maupun daging lainnya serta mengganti usus babi
dengan selongsong yang biasa digunakan pada sosis umumnya. Dengan adanya variasi
daging isian “urutan”, semakin membuka peluang bagi “urutan” untuk dikembangkan
menjadi oleh-oleh khas Bali.
abcdefPada umumnya, oleh-oleh khas daerah yang berkembang di Bali adalah kue-kue
yang bukan merupakan makanan khas daerah bali sendiri. Hal ini disebabkan karena
wisatawan yang datang ke Bali tidak semuanya mengkonsumsi daging babi sedangkan
makanan khas Bali lebih cenderung menggunakan daging babi. Dengan adanya varian rasa
daging pada “urutan”, diharapkan mampu masuk ke dalam pasar oleh-oleh khas Bali.
8.

Membuat klasifikasi produk dengan tingkat lemak tertentu

abcdefSaat ini masyarakat mulai selektif dalam memilih makanan yang akan dikonsumsi,
hal tersebut dapat dilihat dari mulai beralihnya masyarakat pada makanan yang rendah
lemak. Kondisi ini menyebabkan mulai berkurannya peminat masakan khas bali khususnya
“urutan” yang merupakan salah satu masakan yang menggunakan lemak babi sebagai
bahan dasarnya. Salah satu strategi yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah ini
adalah dengan mengurangi lemak babi yang digunakan pada “urutan”. Mengurangi jumlah
kandungan lemak pada “urutan” juga dapat meningkatkan nilai jual bagi produk tersebut.
“Urutan” dengan tingkat kandungan lemak yang tinggi akan mempengaruhi
kesehatan, namun dapat menambah rasa khas pada “urutan”. “Urutan” dengan tingkat
kandungan lemak yang sedikit dapat dikonsumsi oleh konsumen yang memiliki pola
makan rendah lemak dan kolesterol.
Wulan et al. Peternakan Tropika Vol. 3 No. 3 Th. 2015: 621- 633

Page 629

9. Meningkatkan jiwa wirausaha pengusaha
abcdefPada umumnya, produsen “urutan” hanya berorientasi produksi, dengan tolak ukur
besar kecilnya pendapatan saja, tanpa memperhatikan pasar seperti permintaan pasar,
strategi pemasaran dan perilaku konsumen, serta efisiensi usaha guna meningkatkan
pendapatannya. Rendahnya jiwa wirausaha yang dimiliki pengusaha menyebabkan
produsen tidak memiliki keinginan yang kuat dalam mengembangkan usahanya serta
menerapkan inovasi-inovasi baru dalam rangka meningkatkan pendapatannya. Sebagian
besar pengusaha hanya menjalankan usahanya dengan seadanya. Pengusaha pada
umumnya takut menghadapi resiko yang akan dihadapi jika pindah dari pola yang sudah
biasa dilakukan, sehingga seringkali pengusaha melewatkan peluang yang ada.
Salah satu strategi yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan ini adalah
dengan meningkatkan pemberdayaan produsen melalui pelatihan kewirausahaan.
Kewirausahaan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat dan
sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses. Inti dari kewirausahaan adalah
kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda melalui berfikir kreatif dan
bertindak inovatif untuk menciptakan peluang pasar, serta berani menghadapi tantangan
dan resiko yang mungkin dihadapi guna meraih peluang yang ada (Suryana,2008).
Dengan pelatihan kewirausahaan diharapkan agar dapat meningkatkan etos serta
semangat kewirausahaan dari pengusaha “urutan” itu sendiri dalam mengelola semua
potensi unggul yang dimiliki, serta dapat mengembangkan dan meningkatkan usahanya
baik secara individu maupun kelompok.
Prioritas Strategi bagi Industri Rumah Tangga “Urutan”
abcdefBerdasarkan perhitungan nilai daya tarik masing-masing alternatif strategi yang
dianalisis berdasarkan analisis QSPM, dihasilkan peringkat kemenarikan strategi mulai
dari yang paling menarik sampai dengan yang kurang menarik sebagai berikut:
1. Meningkatkan kualitas produk yang diproduksi
2. Menambah varian daging yang digunakan
3. Mengadakan kerjasama dengan toko oleh-oleh dan agen perjalanan wisata
4. Menjadikan “urutan” sebagai oleh-oleh khas Bali
5. Membuat brosur dan iklan tentang keunggulan produk
Wulan et al. Peternakan Tropika Vol. 3 No. 3 Th. 2015: 621- 633

Page 630

6. Mengemas produk dengan baik dan menarik
7. Meningkatkan jiwa wirausaha pengusaha
8. Membuat klasifikasi produk dengan tingkat kandungan lemak
9. Menerapkan program penyuluhan bagi produsen
abcdefBerdasarkan hasil analisis QSPM, strategi meningkatkan kualitas produk yang
diproduksi merupakan strategi prioritas yang harus dilakukan untuk meningkatkan
pendapatan industri rumah tangga “urutan” serta menjadikan “urutan” sebagai oleh-oleh
khas Bali. Adapun hal-hal yang dapat dilakukan dalam meningkatkan kualitas produk
adalah dengan memberikan pelatihan kewirausahaan bagi industri rumah tangga sehingga
pengusaha termotivasi untuk mengembangakan produknya dengan inovasi-inovasi baru
yang mampu meningkatkan kualitas “urutan”.
abcdefAdapun kegiatan yang perlu dilakukan oleh pemerintah dalam membantu upaya
meningkatkan kualitas “urutan” adalah:
1. Melakukan penyuluhan terkait peningkatan jiwa wirausaha pengusaha dibidang
“urutan”.
2. Memberi kemudahan dalam mengurus surat ijin usaha dan permodalan.
3. Sebagai fasilitator untuk kerjasama antara produsen dengan pelaku usaha pariwisata.
Simpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat
disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Berdasarkan analisis faktor lingkungan internal industri rumah tangga “urutan” terdapat
delapan faktor kekuatan internal dan delapan faktor kelemahan internal. Kekuatan
mayornya yaitu “urutan” sebagai makanan khas bali dengan skor 0,48 dan kelemahan
utamanya yaitu “urutan” terbuat dari daging babi yang mengandung banyak lemak dan
kolesterol, serta proses produksi dan resep yang mudah ditiru dengan skor masingmasing 0,16.
2. Berdasarkan analisis faktor lingkungan eksternal industri rumah tangga “urutan”
terdapat enam faktor peluang eksternal dan empat faktor ancaman eksternal. Peluang
utamanya yaitu permintaan pasar yang tinggi dengan skor 0,60 dan ancaman utamanya
yaitu perubahan pola makan masyarakat yang lebih memilih makanan sehat rendah
lemak dan kolesterol dengan skor 0,30.
3. Daya tarik industri rumah tangga “urutan” berada pada posisi tinggi dengan nilai IFE
1,62 dan EFE 3,11 yang jatuh pada sel III (Pertahankan dan Pelihara).
Wulan et al. Peternakan Tropika Vol. 3 No. 3 Th. 2015: 621- 633

Page 631

4. Terdapat sembilan alternatif strategi yang dihasilkan bagi industri rumah tangga
“urutan”, yaitu: 1) menjadikan “urutan” sebagai oleh-oleh khas bali; 2) mengadakan
kerjasama dengan pelaku usaha pariwisata; 3) meningkatkan kualitas produk yang
diproduksi; 4) mengemas produk dengan baik dan menarik; 5) menerapkan program
penyuluhan bagi para produsen; 6) membuat brosur dan iklan tentang keunggulan
produk; 7) menambah varian daging yang digunakan; 8) membuat klasifikasi produk
dengan tingkat lemak tertentu dan 9) meningkatkan jiwa wirausaha pengusaha. (5).
Berdasarkan analisis QSPM ditemukan bahwa strategi meningkatkan kualitas produk
yang diproduksi merupakan strategi prioritas utama yang harus dilakukan untuk
mengembangkan “urutan” sebagai oleh-oleh khas Bali serta meningkatkan pendapatan
pengusaha.

UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pengusaha industri rumah tangga
“urutan” di Kabupaten Badung serta kepada konsumen dan responden ahli yang telah
membantu dan mengijinkan penulis untuk melakukan penelitian dan kepada Badan Pusat
Statistik sebagai sumber informasi sekunder. Penulis juga mengucapkan terimakasih
kepada Bapak Dr. Ir. Ida Bagus Gaga Partama, MS selaku Dekan Fakultas Peternakan
Universitas Udayana serta Bapak/Ibu dosen dan Staf Fakultas Peternakan Universitas
Udayana yang telah mendukung selama penelitian berlangsung.
DAFTAR PUSTAKA
Antara,S. 2010. Peran Bakteri Asam Laktat Strain Lokal Untuk Memperbaiki Mutu dan
Keamanan Produk Pangan Lokal. Pusat Kajian Masakan Tradisional. Universitas
Uayana, Denpasar.
Afif. A.Z., 1993. Manajemen Pemasaran Analisis, Perencanaan, Implementasi, dan
Pengendalian Edisi Ketujuh Volume Satu. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Diterjemahkan dari: Marketing Manajement Analysis, Planning, Implementation, and
Control Seventh Edition. Kotler.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Badung. 2014. Badung Dalam Angka. Badan Pusat
Statistik Kabupaten Badung, Badung.
Kinnear,T.C and Tylor, J.R. 1996. Marketing Research: an applied Approach. 5th Eddition.
McGraw-Hill,Inc, New York.
Rangkuti, 1997. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis Reorientasi Konsep
Perencanaan Strategis Untuk Menghadapi Abad 21. Penerbit PT. Gramedia Pustaka
Utama.

Wulan et al. Peternakan Tropika Vol. 3 No. 3 Th. 2015: 621- 633

Page 632

Sindoro, A. 2002. Manajemen Strategis Konsep. PT Prenhallindo., Jakarta. Diterjemahkan
dari: Concepts of Strategic Manajement. Fred R. David (1998).
Suryana, 2008. Pedoman Praktis Kiat dan Proses Menuju Sukses. Cetak ketiga. Selemba
Empat. Jakarta.
Wiratningsih. 2008. Strategi Pengemasan Produk Berbasis Teknologi Informasi di UPT
Perpustakaan UNS Surakarta. Tesis. Surakarta: Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Wulan et al. Peternakan Tropika Vol. 3 No. 3 Th. 2015: 621- 633

Page 633