PENGARUH PENERAPAN TOTAL QUALITY MANAGEMENT TERHADAP KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA PADA BAGIAN PERSONALIA DI PT MULTI BINTANG INDONESIA.
i
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi dengan judul “Pengaruh Penerapan Total Quality Management
Terhadap Kualitas Sumber Daya Manusia Pada Bagian Personalia di PT
Multi Buntang Indonesia Tbk.”
Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu persyaratan
dalam rangka menyelesaikan studi dan untuk memperoleh gelar Sarjana Strata-1
di Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Menyadari sepenuhnya bahwa penelitian ini tidak akan terselesaikan tanpa
dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis
menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
:1.
Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP., Rektor Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2.
Bapak Dr. Dhani Ichsanudin N, MM., Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3.
Bapak Drs. Ec. Gendut Sukarno, MS., Ketua Program Studi Manajemen
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
4.
Ibu. Dra. Ec. Suhartuti, MM., yang telah mengarahkan dan meluangkan
waktu guna membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini
(2)
ii
5.
Seluruh staf Dosen Fakultas Ekonomi UPN “Veteran” Jawa Timur yang telah
memberikan ilmunya.
6.
Bapak, Ibu dan keluargaku dan semua teman-teman yang selalu memberikan
doa dan restunya kepada penulis.
7.
Semua pihak yang telah membantu dan tidak bisa penulis sebutkan satu
persatu, terimakasih.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh
karena itu kritik dan saran yang menbangun akan penulis terima dengan senang
hati demi sempurnanya skripsi ini.
Surabaya, Juni 2010
(3)
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
ABSTRAKSI
... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1.
Latar Belakang Masalah ... 1
1.2.
Rumusan Masalah ... 5
1.3.
Tujuan Penelitian ... 5
1.4.
Manfaat Penelitian ... 6
BAB II LANDASAN TEORI ... 7
2.1.
Penelitian Terdahulu ... 7
2.2.
Landasan Teori ... 11
2.2.1.
Definisi dan Unsur Total Quality Management (TQM) 11
2.2.2.
Mengimplementasikan Total Quality ... 13
2.2.3.
Tujuan TQM ... 15
2.3.
Pelatihan (Training) ... 16
2.3.1.
Training ... 16
(4)
iv
2.4.
Program Pelatihan ... 18
2.4.1.
Tenaga Kerja ... 21
2.4.2.
Produktivitas Tenaga Kerja ... 22
2.5.
Variabel SDM (Y) dan TQM (X) ... 24
2.6.
Pengaruh Penerapan TQM Terhadap Kualitas Sumber Daya
Manusia ... 26
2.7.
Kerangka Konsep ... 28
2.8.
Hipotesis ... 28
BAB III METODE PENELITIAN ... 29
3.1.
Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran Variabel ... 29
3.2.
Teknik Analisis Data ... 31
3.2.1.
Pengukuran Variabel ... 31
3.3.
Teknik Penentuan Sampel ... 32
3.2.1. Populasi ... 32
3.2.2. Sampel ... 32
3.4.
Teknik Pengumpulan Data ... 33
3.3.1. Jenis Data ... 33
3.3.2. Sumber Data ... 34
3.3.3 Pengumpulan Data ... 34
3.5.
Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 34
3.5.1.
Teknik Analisis Data ... 34
3.5.2.
Asumsi Model (Structural Equation Model) ... 38
(5)
v
3.5.4.
Pengujian Model dengan Two-Step Approach ... 41
3.5.5.
Evaluasi Model ... 42
3.5.6.
Pengujian Hipotesis ... 43
3.5.6.1.Evaluasi Kriteria Goodnes of Fit ... 43
3.5.6.2.Evaluasi Normalitas ... 46
3.5.6.3.Evaluasi Outliers ... 47
3.5.6.4.Evaluasi Multicollincary dan Singularity ... 49
3.5.6.5.Uji Reliabilitas ... 49
3.5.6.6.Uji Validitas ... 50
3.5.6.7.Uji Variance Extracted ... 51
3.5.6.8.Interpretasi Hasil ... 51
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 52
4.1.
Deskripsi Obyek Penelitian ... 52
4.1.1.
Gambaran Umum PT Multi Bintang Indonesia Tbk .... 52
4.1.2.
Visi dan Misi ... 53
4.1.2.1.Visi ... 53
4.1.2.2.Misi ... 53
4.1.3.
Struktur Organisasi ... 53
4.2.
Deskripsi Hasil Penelitian ... 54
4.2.1.
Gambaran Umum Keadaan Responden ... 54
4.2.2.
Deskripsi Variabel TQM (X) ... 55
4.2.3.
Deskripsi Variabel Kualitas SDM (Y) ... 57
(6)
vi
4.3.1.
Uji Normalitas Sebaran dan Linieritas ... 58
4.3.2.
Evaluasi atas Outlier ... 59
4.3.3.
Deteksi Multicollinierity dan Singularity ... 61
4.3.4.
Uji Validitas dan Reliabilitas ... 61
4.3.5.
Pengujian Model Dengan One-Step Approach ... 65
4.3.6.
Pengujian Hipotesis dan Hubungan Kausal ... 66
4.4.
Pembahasan ... 67
4.4.1.
Pengaruh TQM Terhadap Kualitas SDM ... 67
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 69
5.1.
Kesimpulan ... 69
5.2.
Saran ... 69
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
(7)
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 54
Tabel 4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ... 55
Tabel 4.3. Hasil Jawaban Responden untuk Pertanyaan Variabel TQM (X) .. 55
Tabel 4.4. Hasil Jawaban Responden untuk Pertanyaan
Variabel Kualitas SDM (Y) ... 57
Tabel 4.5. Hasil Pengujian Normalitas ... 57
Tabel 4.6. Hasil Pengujian Outlier Multivariate ... 60
Tabel 4.7. Faktor Loading dan Konstruk dengan Confirmatory Factor
Analysis ... 62
Tabel 4.8. Pengujian Reliability Consistency Internal ... 63
Tabel 4.9. Construct Reliability & Variance Extrated ... 64
Tabel 4.10. Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indices ... 66
(8)
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1
Contoh Model Pengukuran Faktor penerapan TQM. ... 35
Gambar 3.2
Contoh Model Pengukuran Faktor Kualitas SDM ... 37
Gambar 4.1
Struktur Organisasi PT Multi Bintang Indonesia Tbk ... 54
(9)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Kuesioner
Lampiran 2
Rekapitulasi Jawaban Responden Variabel TQM (X) dan Kualitas
SDM (Y)
Lampiran 3.
Hasil Pengujian Normalitas
Lampiran 4
Hasil Pengujian Outlier
Lampiran 5
Hasil Pengujian Validitas Standardize faktor loading dan
construct dengan co
nfirmatory factor analysis
Lampiran 6
Hasil Pengujian Reliability
Consistency Internal
Lampiran 7
Hasil Pengujan
Construct Reliability
dan
Variance Extraced
(10)
x
PENGARUH
PENERAPAN
TOTAL QUALITY MANAGEMENT
TERHADAP KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA
PADA BAGIAN PERSONALIA DI PT MULTI
BINTANG INDONESIA
Firmansyah Wibowo
ABSTRAKSI
Keberhasilan di negara-negara maju banyak didorong oleh ketersediaan
sumber daya manusia yang berkualitas daripada ketersediaan sumber daya alam
yang melimpah. Seperti di Jepang yang sumber daya alamnya terbatas tetapi
sumber daya manusianya potensinya tinggi, maka mampu mendongkrak kemajuan
negara untuk dapat bersaing dengan negara-negara lain. Agar organisasi memiliki
daya saing yang tinggi dalam skala global, maka organisasi tersebut harus mampu
melakukan pekerjaan secara lebih baik, efektif dan efisien dalam menghasilkan
barang dan jasa yang berkualitas tinggi dengan harga yang bersaing. Untuk
menghasilkan barang dan jasa yang bersaing, pada masa mendatang bukan lagi
mengandalkan keunggulan komparatif saja tetapi harus meningkatkan keunggulan
kompetitif. Pengelolaan sumber daya alam akan memiliki keunggulan kompetitif
jika sumber daya manusia memiliki potensi yang tinggi untuk mengelolanya.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui mengetahui penerapan
Total Quality
Management
berpengaruh terhadap peningkatan kualitas SDM.
Populasi dalam penelitian ini adalah karyawan PT Multi Bintang
Indonesia Tbk Mojokerto. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah
Stratified Random Sampling
yaitu sebuah sampel probabilitas
yang menyesuaikan diri dengan criteria atau cirri-ciri karakteristik dari populasi,
sehingga sampel yang digunakan adalah 100 responden. Teknik analisis
digunakan dalam penelitian ini adalah
Structural Equation Modeling
(
SEM
)
.
Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan
Structural Equation
Modeling
(
SEM
) diperoleh kesimpulan bahwa
Total Quality Management
berpengaruh terhadap peningkatan kualitas SDM
.
(11)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Dewasa ini globalisasi telah menjangkau berbagai aspek kehidupan.
Sebagai akibatnya persainganpun semakin tajam. Dunia bisnis sebagai salah
satu bagiannya juga mengalami hal yang sama. Organisasi atau perusahaan
yang dulu bersaing pada tingkat lokal, regional atau nasional kini harus pula
bersaing dengan perusahaan-perusahaan dari seluruh penjuru dunia. Hanya
organisasi atau perusahaan yang mampu menhasilkan barang berkualitas yang
dapat bersaing dalam pasar global.
Agar suatu organisasi dapat memiliki keunggulan dalam skala global,
maka organisasi tersebut harus mampu melakukan pekerjaan secara lebih baik
dalam rangka menghasilkan barang atau jasa berkualitas tinggi dengan harga
yang wajar dan bersaing. Dalam pasar global yang modern, kunci untuk
meningkatkan daya saing adalah kualitas.
Kondisi tersebut diatas perlu diantisipasi lebih dini oleh organisasi,
baik bisnis maupun publik. Masyarakat akan semakin kritis memilih barang
dan jasa yang diperlukan. Hal semacam ini menjadi acuan suatu organisasi
untuk lebih meningkatkan produktivitas dan mutu usahanya agar tujuan
organisasi yang lebih dicanangkan dapat tercapai.
Keberhasilan di negara-negara maju banyak didorong oleh
ketersediaan sumber daya manusia yang berkualitas daripada ketersediaan
(12)
sumber daya alam yang melimpah. Seperti di Jepang yang sumber daya
alamnya terbatas tetapi sumber daya manusianya potensinya tinggi, maka
mampu mendongkrak kemajuan negara untuk dapat bersaing dengan
negara-negara lain.
Atas dasar hal tersebut diatas, maka tidak dapat dipungkiri
pengembangan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan
prioritas dan tantangan yang harus dihadapi dalam peningkatan sumber daya
manusia (SDM) adalah penerapan
Total Quality Manajemen
(TQM) atau di
Indonesia dikenal istilah Pengendalian Mutu Terpadu (PMT). TQM
merupakan suatu pendekatan dalam mejalankan usaha untuk memaksimumkan
daya saing organisasi melalui perbaikan terus menerus atas produk, jasa,
manusia, proses, dan lingkungannya.
Agar organisasi memiliki daya saing yang tinggi dalam skala global,
maka organisasi tersebut harus mampu melakukan pekerjaan secara lebih baik,
efektif dan efisien dalam menghasilkan barang dan jasa yang berkualitas
tinggi dengan harga yang bersaing. Untuk menghasilkan barang dan jasa yang
bersaing, pada masa mendatang bukan lagi mengandalkan keunggulan
komparatif saja tetapi harus meningkatkan keunggulan kompetitif.
Pengelolaan sumber daya alam akan memiliki keunggulan kompetitif jika
sumber daya manusia memiliki potensi yang tinggi untuk mengelolanya.
PT Multi Bintang Indonesia Tbk merupakan penghasil bir terkemuka
di Indonesia, yang memproduksi dan/atau memasarkan serangkaian produk
terkenal, seperti Bir Bintang, Bintang Zero, Heineken, Guinness Stout dan
(13)
Green Sands. PT Multi Bintang Indonesia Tbk (Perseroan) didirikan pada
tanggal 3 Juni 1929. Pemilik saham PT Multi Bintang Indonesia Heineken
International Beheer B.V. Perseroan memiliki pabrik di Sampang Agung
(Mojokerto) dan Tangerang, sementara itu anak perusahaan Perseroan, yaitu
PT Multi Bintang Indonesia Niaga memiliki kantor penjualan dan pemasaran
di seluruh kota besar, dari Medan di Sumatera Utara sampai ke Jayapura di
Papua.
Dalam penelitian, peneliti menemukan adanya suasana kerja yang tidak
harmonis, antara lain komunikasi antar individu dan kelompok tidak bagus,
rasa ketidakpercayaan kepada orang lain, negative thinking, dan tidak mau
saling terbuka terhadap permasalahan, dan tidak adanya keseimbangan antara
reward dan punishment. Yang pada akhirnya mengakibatkan karyawan mudah
marah, stress, dan tidak terciptanya suasana kerja yang kompetitif. Pada
tanggal 4-8 September 2008 C&G Training Network menyelenggarakan
special program, 5 Days Intensive Class selama 35 jam efektif (program
normal adalah 72 jam efektif selama 3 bulan) yang diikuti oleh karyawan PT
Multi Bintang Indonesia Tbk.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan suasana kerja yang tidak sehat
dan harmonis diantaranya komunikasi antar individu dan antar kelompok
kurang bagus, rasa ketidakpercayaan kepada orang lain, sering negative
thingking antar para karyawan dan tidak mau saling terbuka terhadap
permasalahan yang dialami oleh setiap karyawan, kemudian tidak ada willing
yang kuat dan
effort
maksimal terhadap pekerjaan dan tidak adanya
keseimbangan antara
reward
dan
punishement
dan tidak adanya komunikasi
(14)
antara atasan dengan bawahan. Dengan suasana kerja yang tidak sehat dan
harmonis bisa menimbulkan tidak terciptanya suasana kerja yang kompetitif.
Dengan suasana kerja yang seperti itu bisa menimbulkan rasa stress dan
mudah marah. Dengan suasana seperti itu bisa membahayakan bagi
perusahaan yaitu mengakibatkan perusahaan bisa tutup.
Diharapkan setelah mengikuti training program ini para karyawan
memperoleh kemampuan dan kompetensi, misal membuat berbagai
employment transaction form
, memahami
performance appraisal management
dan
performance planning
&
review
, merancang sistem penggajian yang
efektif, struktur dan skala upah,
job grading
, analisa jabatan, dan evaluasi
jabatan, membuat
manpower training
& program
management traine
,
memahami administrasi personalia, termasuk masalah
security
,
safety
&
health
, serta
facilitating
TQM. Diharapkan pula kualitas SDM karyawan pada
PT Multi Bintang Indonesia ikut meningkat.
Persaingan untuk memberikan pelayanan dengan kualitas terbaik kepada
para pelanggan adalah kunci sukses untuk dapat keluar sebagai pemenang.
Dengan kualitas SDM yang berkualitas (seorang karyawan memiliki
kemampuan dan ketrampilan baik secara teori dan teknis yang mendukung
kemampuan konseptual untuk memprediksi sasaran dengan tepat, dan
kemampuan moral yang baik untuk dapat bekerjasama), maka perusahaan
didalam menjalankan pekerjaan akan lebih efektif dan efisien yang berarti
perusahaan akan mampu menciptakan strategi bersaing yang lebih kompeten
sehingga perusahaan tetap dapat menjadi yang terbaik daripada pesaingnya
melalui kerjasama dan kualitas SDM yang dimiliki oleh perusahaan tersebut.
(15)
Bidang SDM (
Human Resources
) sangat dibutuhkan dan memegang
peran strategis di setiap perusahaan, namun sekolah praktis yang mendidik
peserta menjadi praktisi HR (
Human Resources
) belumlah banyak. Untuk
itulah C&G Training Network mengadakan training yang diikuti para praktisi
HR, Management Trainee perusahaan dan para lulusan Sarjana (S1 & S2) dari
semua jurusan serta karyawan perusahaan yang berminat yang nantinya
meningkatkan profesinya di bidang
Human Resource.
(C&G Pratama)
Diharapkan dengan ikut sertanya para karyawan PT Multi Bintang
Indonesia Tbk akan dapat mengembangkan dan meningkatkan kualitas SDM
salah satunya dengan manajemen kualitas. Oleh karena itu penulis tertarik
menerapkan kosep TQM atau PMT, di dalam menerapkan TQM memiliki
pengaruh terhadap peran karyawan, peran pimpinan, hubungan dengan
pimpinan dengan karyawan, aspek organisasi dan aspek lingkungan (Marbun
dan Heranyanto 1993 : 227) pada PT Multi Bintang Indonesia Tbk untuk
melihat apakah faktor-faktor pembentuk dari
total quality management
mampu meningkatkan kualitas SDM.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik mengadakan penelitian
dengan judul “Pengaruh Penerapan TQM Terhadap Kualitas SDM Pada PT
Multi Bintang Indonesia Tbk.”
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut :
Apakah penerapan TQM (
Total Quality Management
) berpengaruh terhadap
peningkatan kualitas SDM ?
(16)
1.3
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui penerapan
Total Quality Management
berpengaruh
terhadap peningkatan kualitas SDM.
1.4
Manfaat Penelitian
Penelitian tentang
Total Quality Management (
TQM) dalam
menjalankan usaha untuk memaksimumkan daya saing organisasi memiliki
manfaat sebagai berikut :
a.
Bagi Perusahaan
Penelitian ini diharapkan bias dijadikan masukan bagi perusahaan
dalam usaha memaksimumkan kualitas SDM.
b.
Bagi Investor
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan
dalam mengambil keputusan investasi dimana TQM dijadikan sebagai
kerangka dasar untuk menilai kelakayakan perencanaan investasi terhadap
suatu perusahaan.
c.
Bagi Penulis
Sebagai penerapan ilmu yang diperoleh sekaligus sebagai karya ilmiah
yang merupakan syarat untuk mencapai gelar sarjana di Fakultas Ekonomi
UPN Surabaya
(17)
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Penelitian Terdahulu
Sularso dan Murdjanto (Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan
Vol.6. No.1.2004) telah banyak cara dilakukan untuk meningkatkan
kualitas sumber daya manusia tersebut, salah satunya adalah penerapan
TQM. Berkaitan dengan hal-hal tersebut diatas perlu dilakukan penelitian
tentang “pengaruh penerapan peran TQM terhadap kualitas sumber daya
manusia pada Laboratorium Penguji Mutu” dengan objek Balai Pengujian
Mutu Barang dan Lembaga Tembakau Jember
Balai Pengujian Sertifikat Mutu Barang dan Lembaga Tembakau
Jember telah diakreditasi sebagai laboratorium penguji oleh Komite
Akreditasi nasional sejak tahun 1998 dengan ruang lingkup semula untuk
komoditi kopi, kakao, karet konvensional, dan vanili. Kemudian pada
Masa perpanjangan akreditasi yaitu tahun 2001 ruang lingkupnya
di tambah dengan komoditi tembakau, cengkeh, mete dan lada. Jadi ruang
lingkup akreditasi seluruhnya adalah kopi, kakao, karet konvensional,
panili, lada, cengkeh, mete dan tembakau. Untuk memperoleh akreditasi
tersebut Balai Pengujian Sertifikat Mutu Barang dan Lembaga Tembakau
Jember menerapkan sistem manajemen mutu TQM yang mengacu pada
ISO 17025 (Hadi, 2000).
(18)
Hasilnya berdasarkan pada analisis data dan pembahasan yang
dilakukan adalah :
1.
Bahwa kemampuan teoritis karyawan,secara nyata dipengaruhi oleh
peran karyawan, peran pimpinan, hubungan pimpinan dan karyawan,
aspek organisasi dan aspek lingkungan. Pengaruh tersebut bersifat
signifikan, baik secara parsial maupun secara simultan, maka hipotesis
pertama terbukti diterima. Dari hasil analisis koefisien determinasi
dengan nilai Adjusted R.Square sebesar 0.963 ini menunjukkan
perubahan variable terikat sebesar 96,3 % dapat dijelaskan oleh
variable bebas secara simultan. Hasil ini mengindikasikan bahwa
penerapan TQM secara nyata akan memberikan dampak positif bagi
peningkatan kemampuan teoritis karyawan.
2.
Bahwa kemampuan teknis karyawan, secara nyata dipengaruhi oleh
peran karyawan, peran pimpinan dan karyawan, aspek organisasi dan
aspek lingkungan. Pengaruh tersebut bersifat signifikan, baik secara
parsial maupun secara simultan, maka hipotesis kedua terbukti
diterima. Dari hasil analisis koefisien determinasi dengan nilai
Adjusted R. Square sebesar 0,982 ini menunjukkan perubahan variabel
terikat sebesar 98,2 % dapat dijelaskan oleh variabel bebas secara
simultan. Hasil ini mengindikasikan bahwa penerapan TQM secara
nyata akan memberikan dampak positif bagi peningkatan kemampuan
teknis karyawan.
(19)
3.
Bahwa kemampuan konseptual karyawan, secara nyata dipengaruhi
oleh peran karyawan, peran pemimpin, hubungan pimpinan dan
karyawan, aspek organisasi dan aspek lingkungan. Pengaruh tersebut
bersifat signifikan, baik secara parsial maupun simultan, maka
hipotesis ketiga diterima. Dari hasil koefisien determinasi dengan nilai
Adjusted R. Square sebesar 0,942 ini menunjukkan perubahan variabel
terikat sebesar 94,2 % dapat dijelaskan oleh variabel bebas secara
simultan. Hasil ini mengindikasikan bahwa penerapan TQM secara
nyata akan memberikan dampak positif bagi peningkatan kemampuan
konseptual karyawan.
4.
Bahwa kemampuan moral karyawan, secara nyata dipengaruhi oleh
peran karyawan, peran pemimpin dan karyawan, aspek organisasi dan
aspek lingkungan. Pengaruh tersebut bersifat signifikan, baik secara
parsial maupun simultan, maka hipotesis keempat terbukti diterima.
Dari hasil koefisien determinasi dengan nilai Adjuster R. Square
sebesar 0,890 ini menunjukkan perubahan variabel terikat sebesar 89,0
% dapat dijelaskan oleh variabel bebas secara simultan. Hasil ini
mengindikasikan bahwa penerapan TQM secara nyata akan
memberikan dampak positif bagi peningkatan kemampuan moral
karyawan.
5.
Bahwa ketrampilan teknis karyawan, secara nyata dipengaruhi oleh
peran karyawan, peran pemimpin, hubungan pemimpin dan
karyawan,aspek organisasi dan aspek lingkungan. Pengaruh tersebut
(20)
bersifat signifikan, baik secara parsial maupun simultan, maka
hipotesis kelima terbukti diterima. Dari hasil koefisien determinasi
dengan nilai Adjusted R. Square sebesar 0,971 ini menunjukkan
perubahan variabel terikat sebesar 97,1 % dapat dijelaskan oleh
variabel bebas secara bersama-sama. Hasil ini mengindikasikan bahwa
penerapan TQM secara nyata akan memberikan dampak positif bagi
peningkatan ketrampilan teknis karyawan.
6.
Bahwa kualitas SDM, secara nyata dipengaruhi oleh peran karyawan,
peran pemimpin, hubungan pemimpin dan karyawan, aspek organisasi
dan aspek lingkungan. Pengaruh tersebut brsifat signifikan, baik secara
parsial maupun simultan, maka hipotesis keenam terbukti diterima.
Dari hasil koefisien determinasi dengan nilai Adjusted R. Square 0,994
ini menunjukkan perubahan variabel terikat sebesar 94,4 % dapat
dijelaskan oleh variabel bebas secara bersama-sama. Hasil ini
mengindikasikan bahwa penerapan TQM secara nyata akan
memberikan dampak positif bagi peningkatan kualitas SDM.
Dengan demikian penerapan TQM berpengaruh baik terhadap
peningkatan kualitas SDM di Balai Pengujian Sertifikat Mutu Barang
Jember.
(21)
2.2. Landasan Teori
2.2.1 Definisi dan Unsur
Total Quality Management
(TQM)
Terdapat bermacam-macam definisi mengenai Total Quality
Management (TQM). TQM diartikan sebagai perpaduan semua fungsi dari
perusahaan ke dalam falsafah holistic yang dibangun berdasarkan konsep
kualitas,
teamwork, produktivitas, dan pengertian serta kepuasan
pelanggan (Ishikawa dan Pawitra, 1993 : 135)
Definisi lainnya menyatakan TQM merupakan suatu pendekatan
dalam menjalankan usaha yang mencoba untuk memaksimumkan daya
saing organisasi melalui perbaikan terus-menerus atas produk, jasa,
manusia, proses dan lingkungannya (Tjiptono dan Diana, 2001 : 4)
TQM mempunyai definisi lain menurut Hardjosoedarmo (1996 :
01) adalah untuk :
1.
Memperbaiki material dan jasa yang menjadi masukan
organisasi
2.
Memperbaiki semua proses penting dalam organisasi
3.
Memperbaiki upaya memenuhi kebutuhan para pemakai
produk dan jasa pada masa kini dan di waktu yang akan datang.
Definisi yang telah diberikan mengenai TQM mencakup penerapan
peran manajemen mutu terpadu terhadap kualitas sumber daya manusia
menurut Marbun dan Heryanto (1993 : 227) adalah :
(22)
1.
Peran Karyawan
yaitu keuletan membina kreativitas, keikhlasan
dalam menjalankan program, kemampuan untuk mengembangkan diri,
keyakinan dan kepercayaan akan manfaat manajemen mutu terpadu.
2.
Peran Pimpinan
yaitu keikutsertaan aktif, keterbukaan dalam
komunikasi, ketidakacuhan dekat dengan anggota organisasi dan
mempunyai kualitas kepemimpinan.
Contoh : Seorang pimpinan memberikan dorongan moral, maka
karyawannya akan bangkit lagi.
3.
Hubungan pimpinan dengan karyawan
yaitu kesebahan dalam
tindakan, kebersamaan dalam analisis, keserasian langkah dan tindakan,
kesukarelaan dalam kerjasama.
Contoh : Atasan bukan menetapkan penekanan biaya saja, tetapi mari
bersama meningkatkan kesadaran akan biaya.
4.
Aspek organisasi
yaitu keterpaduan individu dalam system, rasa
sama-sama memiliki, kelengkapan sarana dan program kerja, keterlibatan
dalam tindakan dan kelugasan dalam menjalankan system penghargaan.
Contoh : Kemandirian dalam usaha dan kemantapan organisasi sangat
menunjang keberhasilan program yang sudah ada.
5.
Aspek lingkungan
yaitu kedisiplinan kerja,kesesuaian situasi dan
kondisi, kerapian lingkungan dan proses kerja serta kenyamanan tempat
kerja.
(23)
Contoh : Lingkungan kerja yang bersih, rapi dan nyaman maka akan
bergairah serta berprestasi dalam melaksanakan pekerjaan.
Penerapan TQM merupakan salah satu instrument dalam
peningkatan kualitas SDM tersebut salah satunya adalah penerapan TQM,
menurut Rahayu (2000) TQM mengacu pada perubahan organisasi mulai
dari perubahan struktur, tujuan, peran pimpinan dan peran karyawan.
Penerapan TQM dalam organisasi perusahaan ternyata berdampak positif
terhadap kualitas SDM dan karakteristik kerja. Menurut Hardjosoedarmo
(1995 : 68) untuk mencapai daya saing dalam era globalisasi, era industri,
era teknologi mendorong organisasi untuk lebih mengusahakan perbaikan
kualitas dan produktifitas outputnya dalam hal ini SDM, SDA, teknologi
beberapa guru kualitas seperti Edwards Deming, Juran,Philip Crossby dan
Kaoru Ishikawa mengemukakan upaya untuk peningkatan kualitas
penerapan TQM.
Dari teori-teori yang ada dapat disimpulkan bahwa penerapan
TQM berpengaruh positif terhadap peningkatan kualitas SDM.
2.2.2 Mengimplementasikan
Total Quality
Untuk menjamin keberhasilan dalam mengemplementasikan Total
Quality, sebenarnya terdapat langkah-langkah yang harus dilakukan secara
berurutan dan secara disiplin. Langkah-langkah tersebut adalah
(Hardjosoedarmo, 1996, 1999, 2004, : 39) sebagai berikut :
(24)
1.
Tanamkan satu falsafah kualitas
Dalam hal ini manajemen dan karyawan harus mengerti sepenuhnya
dan yakin mengapa organisasi akan mencapai total quality, yaitu untuk
menjamin kelangsungan hidup organisasi dalam iklim kompetitif.
2.
Manajemen harus membimbing dan menunjukkan kepemimpinan
yang bermutu
Berdasarkan falsafah mutu yang diterima pada langkah pertama,
manajemen puncak, terutama CEO (Chief Executive Officer) harus
mengambil inisiatif dalam menunjukkan kepemimpinan yang teguh
dalam gerakan mutu. Manajemen puncak harus memberikan contoh
dalam hal pola sikap, pola piker, dan pola tidak yang mencerminkan
falsafah mutu yang ditanamkan.
3.
Kalau perlu, adakan perubahan atau modifikasi terhadap sistem
yang ada, agar kondusif dengan tujuan
total quality
Sesudah menunjukkan kepemimpinan mutu secara konsisten dan
kontinu kepada seluruh anggota organisasi, manajemen perlu mulai
meninjau kebijaksanaan, system, dan prosedur yang ada di dalam
organisasi dan menilai apakah software tersebut konsisten dan
kondusif terhadap total quality. Hal-hal yang dinilai meliputi struktur
organisasi, proses kegiatan, prosedur kendala mutu, kebijaksanaan
pengembangan sumber daya manusia, metode insentif dan lain-lain.
(25)
4.
Didik, latih, dan berdayakan (
empower
) seluruh karyawan
Dengan telah diciptakannya lingkungan kerja yang kondusif sebagai
hasil langkah ketiga, seluruh anggota organisasi, termasuk para
manajer harus siap mengikuti program pendidikan dan pelatiahn
mengenai total quality.
Dengan melaksanakan keempat langkah tersebut secara berurutan
maka akan diciptakan iklim kondusif bagi perwujudan total quality
sebagai berikut (Hardjosoedarmo, 1996 : 42) :
a.
Tata laku anggota organisasi akan berubah
b.
Dikalangan para karyawan akan terbentuk sikap total quality
c.
Dikalangan organisasi dapat diciptakan budaya total organisasi
2.2.3 Tujuan TQM
Sebagai bagian dari kegiatan pengendalian mutu terpadu
perusahaan, maka TQM bertujuan untuk (Marbun dan Heranyanto, 1993 :
23):
1.
Menggali dan mengembangkan kemampuan individu agar lebih
berperan aktif dalam organisasi
2.
Menciptakan suasana kerja secar kekeluargaan dan harmonis
karena mereka selalu memikirkan masalah mereka bersama.
(26)
3.
Menciptakan hubungan kerja yang harmonis antara atasan dan
bawahan
4.
Memaksimumkan daya saing organisasi
5.
Meningkatkan produktivitas
2.3 Pelatihan (
Training
)
2.3.1
Training
Training
atau pelatihan kerja menurut Sastrohadiwiryo (2002)
adalah penyelenggaraan dan pengarahan untuk membekali, meningkatkan,
dan mengembangkan keterampilan atau keahlian kerja guna meningkatkan
kemampuan, produktivitas, dan kesejahteraan tenaga kerja (p.16).
Umar (1998) berpendapat bahwa training bertujuan untuk
memperbaiki penguasaan berbagai keterampilan dan teknik pelaksanaan
kerja tertentu untuk kebutuhan sekarang dan bertujuan menyiapkan
pegawai untuk bersiap memengku jabatan tertentu di masa yang akan
datang.
2.3.2 Program Pelatihan
Empat prosedur untuk menentukan kebutuhan pelatihan individual
dalam organisasi atau submit menurut Stoner.et.al. (1996 : 83) adalah sebagai
berikut :
(27)
1.
Penilaian prestasi kerja
Hasil kerja setiap orang dibandingkan terhadap standar prestasi kerja atau
tujuan yang ditentukan baginya.
2.
Analisis persyaratan pekerjaan
Keterampilan atau pengetahuan yang ditentukan dalam uraian pekerjaan
secara memadai diperiksa, dan karyawan tanpa keterampilan atau
pengetahuan
3.
Analisis organisasi
Keefektifan organisasi dan keberhasilan mencapai sasarannya dianalisis
untuk menentukan dimana ada perbedaan. Misalnya, anggota suatu
departemen dengan tingkat pergantian karyawan tinggi atau catatan
prestasi kerja rendah munkin memerlukan pelatihan tambahan.
4.
Survei karyawan
Manajer maupun bukan manajer diminta untuk menguraikan masalah yang
mereka alami dalam pekerjaan dan tindakan apa yang mereka percaya
diperlukan untuk mengatasinya.
Setelah kebutuhan pelatihan organisasi diketahui maka pelatihan
akan segera dilaksanakan sehingga kualitas sumber daya manusia akan
terpenuhi karena sumber daya manusia mempunyai andil besar dalam
berlansungnya kegiatan di perusahaan. Hal ini dibuktikan pada perusahaan
(28)
yang menggunakan mesin (peralatan) serba modern dan otomatis, masih
membutuhkan tenaga kerja yang cukup besar, terutama untuk tenaga
operasional. Sastrohadiwiryo (2002 : 198).
2.4 Kualitas SDM
Menurut Deming yang dikutip oleh Nasution (2004 : 41) arti
kualitas adalah kesesuaian dengan kebutuhan pasar. Perusahaan harus
benar-benar dapat memahami apa yang dibutuhkan konsumen atas suatu
produk yang akan dihasilkan. Namun di dalam TQM sebagai suatu konsep
yang sangat luas, tidak hanya menekankan pada aspek hasil tetapi juga
kualitas manusia (Sumber Daya Manusia) dan kualitas prosesnya.
Definisi yang lebih luas dan sesuai dengan definisi kualitas yang
dimaksud di dalam TQM, diungkapkan oleh Garvin dan Davis (1994 : 4)
menyatakan bahwa kualitas adalah suatu kondisi dinamis yang
berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan serta lingkungan
yang memenuhi atau melebihi harapan pelanggan atau konsumen.
Salah satu cara yang dapat digunakan dalam menilai kualitas
sumber daya manusia dikaitkan baik atau buruk dapat diukur melalui
program pengembangan kualitas sumber daya manusia dalam organisasi
itu sendiri. Di dalam program pengembangan kualitas sumber daya
manusia terdapat beberapa faktor yang dapat dijadikan tolak ukur
penilaian.
(29)
Pengembangan kualitas sumber daya manusia menurut
Mangkuprawiro (2002 : 135) dan Martoyo (2000 : 62) adalah suatu usaha
untuk meningkatkan kemampuan teknis, kemampuan teoritis, kemampuan
konseptual, peningkatan moral, dan peningkatan keterampilan teknik
manusia melalui pendidikan dan pelatihan. Tujuan pengembangan sumber
daya manusia adalah untuk memperbaiki efektivitas dan efisiensi krja
dalam melaksanakan dan mencapai sasaran program kerja organisasi yang
telah ditetapkan.
Pendidikan bermanfaat untuk meningkatkan keahlian teoritis,
konseptual dan sikap atau moral manusia, sedangkan latihan bertujuan
untuk meningkatkan keterampilan teknis pelaksanaan pekerjaan tertentu
serta sikap sikap agar karyawan semakin termapil dan mampu
melaksanakan tanggung jawab sesuai standar.
Dengan demikian dapat diartikan bahwa pendidikan dan pelatihan
merupakan faktor penentu kualitas Sumber Daya Manusia. Peningkatan
kualitas Sumber Daya Manusia menurut Robbins (2001 : 46) dapat diukur
dari keberhasilan :
1.
Peningkatan kemampuan teoritis
Suatu kapasitas individu untuk mengerjakan berbagai tugas dalam suatu
pekerjaan dengan mendasari teori-teori yang ada.
Contohnya : Seorang manajer melaksanakan pekerjaannya sendiri dan
pekerjaannya itu didasari oleh teori yang ada di dalam perusahaan atau
diluar perusahaan.
(30)
2.
Peningkatan Kemampuan Teknis
Metode atau sistem mengerjakan sesuatu pekejaan.
Contoh : Seorang karyawan pandai merakit komputer
3.
Peningkatan kemampuan konseptual
Mampu memprediksi segala sesuatu yang ada kaitannya dengan sasaran
yang akan dituju.
Contoh : Seseorang bertindak selaras dengan tujuan organisasi secara
menyeluruh daripada hanya atas dasar tujuan dan kebutuhan
kelompoknya sendiri.
4.
Peningkatan moral
Mampu melaksanakan koordinasi, mampu bekerja sama, selalu
berusaha menghindari perbuatan tercela dan mampu bersedia
mengembangkan diri.
Contoh : Seorang karyawan menghindari perbuatan tidak baik yang
nantinya merugikan dirinya sendiri.
5.
Peningkatan Ketrampilan Teknis
Contohnya : Seorang manajer mengerjakan penilaian kepada
karyawannya, dengan mencari berbagai macam informasi yang ia
butuhkan.
(31)
Menurut
Hasibuan (1996 : 123) manusia dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu manusia menganut teori X dan manusia menganut teori Y.
Peningkatan keterampilan teknis ini akan nampak pada pribadi
masing-masing dengan cirri-ciri: berani menanggung resiko, bertanggung jawab,
menyukai yang berpeluang baik merupakan batu loncatan mencapai
sukses.
Dari ciri-ciri diatas dapat diartikan bahwa sumber daya manusia
yang memiliki keterampilan teknis yang lebih baik, tidak akan
canggung-canggung melakukan semua pekerjaan terlebih pada pekerjaan yang
menantang, berani mengambil resiko tanpa menghindar dari tanggung
jawab serta tidak ragu-ragu untuk menghadapi kegagalan demi tercapainya
tujuan bersama.
Dengan demikian factor-faktor apa saja yang dapat digunakan
untuk mengukur atau menilai kualitas sumber daya manusia dpat
diketahui. Faktor-faktor diatas perlu digali lebih dalam dan diterapkan
untuk dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam suatu
organisasi, dalam rangka mencapai tujuan organisasi dan keberhasilan
proses TQM.
2.4.1 Tenaga Kerja
Pada umumnya yang dimaksud dengan tenaga kerja adalah setiap
orang yang mengerjakan suatu pekerjaan baik didalam maupun diluar
(32)
hubungan kerja guna menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat.
Tenaga kerja merupakan salah satu factor produksi yang utama dan
selalu ada dalam perusahaan karena dengan adanya produktivitas yang
tinggi dari tenaga kerja memungkinkan perusahaan untuk memperoleh
keuntungan yang lebih baik. Menurut Ahyari (1994 : 122) berhasil
tidaknya suatu proses produksi tergantung pada kemampuan kerja dan
kesungguhan kerja dari para karyawan perusahaan.
2.4.2 Produktivitas Tenaga Kerja
Sumber daya manusia, modal, dan teknologi merupakan sumber
ekonomi yang menempati posisi strategis dalam mewujudkan tersedianya
barang dan jasa. Sumber-sumber ekonomi yang digerakkan secara efektif
memerlukan keterampilan organisatoris dan teknis sehingga mempunyai
tingkat hasil guna yang tinggi, artinya hasil yang diperoleh seimbang
dengan masukan yang diolah.
Produktivitas diartikan sebagai perbandingan ukuran harga bagi
masukan dan hasil dan perbandingan antara kumpulan jumlah pengeluaran
dan masukan yang dinyatakan dalam satu satuan (unit) umum. (Sinungan,
1997 : 16).
Dalam berbagai referensi terdapat banyak sekali pengertian
produktivitas yang dapat dikelompokkan menjadi tiga rumusan (Sinungan
1997 : 16), yaitu :
1.
Rumusan tradisional bagi keseluruhan produktivitas tidak lain
adalah rasio daripada yang dihasilkan output terhadap yang
dipergunakan
(33)
2.
Produktivitas pada dasarnya suatu sikap mental yang
mempunyai pandangan bahwa untuk hidup hari ini adalah lebih
baik daripada hari kemarin dan hari esok lebih baik dari hari
ini.
3.
Produktivitas merupakan interaksi terpadu secara serasi dari
tiga factor esensial, yakni investasi termasuk penggunaan
pengetahuan dan teknulogi riset, manajemen dan tenaga kerja.
Menurut Kusriyanto (1991 : 1-2), Gemes (1995 : 162) sebagai
berikut, didalam ilmu ekonomi, produktivitas merupakan nisbah atau rasio
antara hasil kegiatan dengan segala pengorbanan untuk mewujudkan hasil
tersebut. Sedangkan secara spesifik produktivitas adalah perbandingan
antara hasil yang dicapai dengan peran serta tenaga kerja per satuan waktu
dan peran tenaga kerja disini ialah penggunaan sumber daya secara efektif
dan efisien. Selanjutnya dijelaskan bahwa perbandingan tersebut
berubah-ubah dari waktu ke waktu karena peran serta tenaga kerja selalu berberubah-ubah.
Kuliatas SDM dilihat dari PT. Multi Bintang Indonesia Tbk. antara
lain, tidak ada waktu yang cukup untuk komunikasi, terlalu banyak job,
technical skill kurang, tidak ada training yang cukup (teknik/management)
2.5 Variabel SDM (Y) dan TQM (X)
a.
Variabel terikat (Y) adalah Kualitas Sumber Daya Manusia
Merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan manusia
yang memenuhi atau melebihi harapan terutama kemampuan dan
keterampilan melalui pendidikan dan pelatihan, antara lain (Robbins, 2001
:46) :
(34)
Suatu kapasitas individu untuk mengerjakan berbagai tugas dalam
suatu pekerjaan dengan mendasari teori-teori yang ada.
2.
Peningkatan Kemampuan Teknis (Y
2Metode atau sistem mengerjakan suatu pekerjaan dengan didasari oleh
keahlian.
)
3.
Peningkatan Kemampuan Konseptual (Y
3Mampu memprediksi segala sesuatu yang ada kaitannya dengan
sasaran yang akan dituju.
)
4.
Peningkatan Kemampuan Moral (Y
4Mampu melaksanakan koordinasi, mampu bekerjasama, selalu
berusaha menghindari perbuatan tercela dan mampu bersedia
mengembangkan diri.
)
5.
Peningkatan Keterampilan Teknis (Y
5b.
Variabel bebas (X) adalah Penerapan
Total Quality Management
(TQM)
)
Merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba
untuk memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan
terus-menerus atas produk, jasa, manusia, proses dan lingkungannya antara lain
(Hermanyanto, 1993 : 227) :
1.
Peran Karyawan (X
1Yaitu keuletan membina terhadap kreativitas, keikhlasan dalam
menjalankan program, kemampuan untuk mengembangkan diri,
keyakinan dan kepercayaan akan manfaat Manajemen Mutu Terpadu.
)
(35)
Yaitu keikutsertaan aktif, keterbukaan dalam konsumsi,
ketidakacuhan dekat dengan anggota organisasai dan mempunyai
kualitas kepemimpinan.
3.
Hubungan Pimpinan dengan Karyawan (X
3Yaitu kesebahasaan dalam tindakan, kebersamaan dalam analisis,
keserasian langkah dan tindakan, kesukarelaan dalam kerjasama.
)
4.
Aspek Organisasi (X
4Yaitu keterpaduan individu dalam sistem, rasa sama-sama memiliki,
kelengkapan sarana dan kejelasan program kerja, keterlibatan dalam
tindakan dan kelugasan menjalankan sistem penghargaan.
)
5.
Aspek lingkungan (X
5Yaitu kedisiplinan kerja, kesesuaian situasi dan kondisi, kerapian
lingkungan dan proses kerja serta kenyamanan tempat kerja.
)
2.6 Pengaruh Penerapan TQM Terhadap Kualitas Sumber Daya Manusia
Dalam era globalisasi dan liberalisasi perdagangan, kunci untuk
meningkatkan daya saing perusahaan adalah dengan kualitas. Hanya
perusahaan yang mampu menghasilkan barang dan jasa yang berkualitas
kelas dunia yang dapat memenangkan persaingan global. Tetapi Total
Quality Management (TQM) merupakan paradigma baru dalam
menjalankan bisnis, yang berupaya untuk memaksimumkan daya saing
organisasi melalui perbaikan secara berkesinambungan atas kualitas
produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan organisasi. TQM sebagai
suatu konsep yang sangat luas dalam mendefinisikkan kualitas, tidak
hanya menganggap kualitas sebagai aspek hasil kerja, namun juga
menekankan pada kualitas prosesnya (Nasution, 2001 : 2-3).
(36)
Keberhasilan di negara-negara maju banyak didorong oleh
ketersediaan sumber daya manusia yang berkualitas dari pada ketersediaan
sumber daya alam yang melimpahh. Sperti di Jepang yang sumber daya
alamnya terbataas tetapi sumber daya manusianya potensinya tinggi, maka
mampu mendongkrak kemajuan negara untuk dapat bersaing dengan
negara-negara lain. Atas dasar hal tersebut, maka tidak dapat dipungkiri
pengembangan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM)
adalah penerapan peran Total Quality Management (TQM) atau di
Indonesia dikenal istilah Pengendalian Mutu Terpadu (PMT). TQM
merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan usaha untuk
memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus menerus
atas produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungannya (Suroso, 2004:73).
Didalam sepuluh unsur utama TQM yang dijelaskan oleh Goetsch
dan Davis (1994 : 14-18), dimana salah satu unsur yang berperan adalah
pendidikan dan pelatihan. Banyak perusahaan sedang mengalami
metamorfosis organisasional. Salah satu pemicu penting terjadinya
metamorfosis organisasional adalah aplikasi berbagai prinsip total quality
management (TQM). Para pemimpin korporat meyakini bahwa TQM
dapat meningkatkan kemampuan perusahaan untuk bersaing dalam pasar
global yang menekankan kualitas produk dan pelayanan (Tjiptono dan
Diana, 2003 : 356). Oleh karena itu dampak dari peningkatan total quality
management (TQM) maka akan meningkatkan kualitas sumber daya
manusia di dalam perusahaan tersebut.
Oleh karena itu apabila suatu perusahaan ingin menerapkan total
quality management (TQM) dengan baik hendaknya pertama-tama yang
dilakukan oleh para manajer adalah mengimplemtasikan total quality
(37)
management (TQM). Kegagalan dalam melaksanakan hal tersebut
kemungkinan besar akan mengakibatkan program menjadi sukar untuk di
mulai lagi. Keadaan ini akan mengakibatkan turunnya moril para
karyawan dengan kata lain akan menurunkan kualitas sumber daya
manusia para karyawan (Hardjosoedarmo, 2004 : 39).
Pendapat lain mengatakan, terdapat lima factor penyebab
diperlukannya pelatihan (Tjiptono dan Diana, 2003 : 213), salah satunya
(yang berhubungan dengan kualitas SDM) adalah :
• Kualitas angkatan kerja yang ada
Angkatan kerja terdiri dari orang-orang yang berharap untuk
memiliki pekerjaan. Pekerjaan-pekerjaan baru dipenuhi dari angkatan
kerja tersebut. Oleh karena itu kualitas angkatan kerja merupakan hal yang
penting. Kualitas disini berarti kesiap sediaan dan potensi angkatan kerja
yang ada. Angkatan kerja yang berkualitas tinggi adalah kelompok yang
mengenyam pendidikan dengan baik dan memiliki keterampilan
intelektual dasar seperti membaca, menulis, berpikir, mendengarkan,
berbicara, dan memecahkan masalah. Orang-orang seperti itu potensial
untuk belajar dan beradaptasi dengan cepat terhadap pekerjaannya.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, di dalam penerapan
TQM tidak hanya menganggap kualitas sebagai aspek hasil saja, namun
juga menekankan pada kualitas manusia (kualitas sumber daya manusia)
dan kualitas prosesnya. Didalam TQM dilakukan pendidikan dan
pelatihan, dimana tujuan daripada pendidikan dan pelatihan tersebut
adalah untuk meningkatkan kalitas sumber daya manusia atu karyawan
yang ada dalam suatu organisasi atau perusahaan, dalam usaha untuk
mencapai tujuan (goals) yang diinginkan. Tujuan dibentuknya system
(38)
TQM yang lebih ditekankan pada usaha-usaha untuk menjamin
pengembangan kendala mutu dan pengendalian pada setiap aspek kegiatan
organisasi serta memelihara dan menghargai sumber daya sebagai modal
terpenting organisasi, terbukti secara efektif mampu meningkatkan
kualitas SDM.
2.7 Kerangka Konsep
2.8 Hipotesis
2.8. Hipotesis
Diduga penerapan TQM (Total Quality Management) berpegaruh positif tehadap
peningkatan kualitas SDM
Kemampuan Teoritis (Y1) Peran Karyawan (X1) Peran Pimpinan ( X2) Kemampuan Teknis (Y2)
Kualitas
SDM (Y)
TQM
(X)
Kemampuan Konseptual (Y3) Hub. Pimpinan & Karyawan( X3 )
Kemampuan Moral (Y4) Aspek Organisasi ( X4) Ketrampilan Teknis (Y5) Aspek Lingkungan (X5)
(39)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1.
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Berdasarkan permasalahan dan hipotesis yang telah dikemukakan,
maka variable-variabel yang akan dianalisis dapat dikelompokkan sebagai
berikut :
a.Variabel terikat (Y) adalah Kualitas Sumber Daya Manusia
Merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan manusia
yang memenuhi atau melebihi harapan terutama kemampuan dan
keterampilan melalui pendidikan dan pelatihan, antara lain (Robbins, 2001
:46) :
1.
Peningkatan Kemampuan Teoritis (Y
1Suatu kapasitas individu untuk mengerjakan berbagai tugas dalam
suatu pekerjaan dengan mendasari teori-teori yang ada.
)
2.
Peningkatan Kemampuan Teknis (Y
2Metode atau sistem mengerjakan suatu pekerjaan dengan didasari oleh
keahlian.
)
3.
Peningkatan Kemampuan Konseptual (Y
3Mampu memprediksi segala sesuatu yang ada kaitannya dengan
sasaran yang akan dituju.
(40)
4.
Peningkatan Kemampuan Moral (Y
4Mampu melaksanakan koordinasi, mampu bekerjasama, selalu
berusaha menghindari perbuatan tercela dan mampu bersedia
mengembangkan diri.
)
5.
Peningkatan Keterampilan Teknis (Y
5)
b.
Variabel bebas (X) adalah Penerapan
Total Quality Management
(TQM)
Merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba
untuk memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan
terus-menerus atas produk, jasa, manusia, proses dan lingkungannya antara lain
(Hermanyanto, 1993 : 227) :
1.
Peran Karyawan (X
1Yaitu keuletan membina terhadap kreativitas, keikhlasan dalam
menjalankan program, kemampuan untuk mengembangkan diri,
keyakinan dan kepercayaan akan manfaat Manajemen Mutu Terpadu.
)
2.
Peran Pimpinan (X
2Yaitu keikutsertaan aktif, keterbukaan dalam konsumsi,
ketidakacuhan dekat dengan anggota organisasai dan mempunyai
kualitas kepemimpinan.
)
3.
Hubungan Pimpinan dengan Karyawan (X
3Yaitu kesebahasaan dalam tindakan, kebersamaan dalam analisis,
keserasian langkah dan tindakan, kesukarelaan dalam kerjasama.
(41)
4.
Aspek Organisasi (X
4Yaitu keterpaduan individu dalam sistem, rasa sama-sama memiliki,
kelengkapan sarana dan kejelasan program kerja, keterlibatan dalam
tindakan dan kelugasan menjalankan sistem penghargaan.
)
5.
Aspek lingkungan (X
5Yaitu kedisiplinan kerja, kesesuaian situasi dan kondisi, kerapian
lingkungan dan proses kerja serta kenyamanan tempat kerja.
)
3.2.Teknik Analisis Data
1.2.1
Pengukuran Variabel
Skala pengukuran yang digunakan adalah skala interval yaitu
jenjang selisih semantik
(semantic differential scale).
Analisis ini
dilakukan dengan meminta responden untuk menyatakan pendapatnya
tentang serangkaian pernyataan yang berkaitan dengan obyek yang
diteliti dalam bentuk nilai yang berbeda dalam rentang dua sisi.
Dalam penelitian setiap pernyataan masing-masing diukur dalam 7
skala dan ujung-ujungnya ditutup dengan kata sifat yang tidak secara
kontras berlawanan. Ketujuh skala yang dipakai dalam penelitian ini
mengikuti pola sebagai berikut :
1
7
(42)
•
Jawaban dengan nilai 1 berarti sangat tidak membenarkan pernyataan
yang diberikan.
•
Jawaban nilai akhir 7 berarti sangat membenarkan pernyataan yang
diberikan.
3.3
Teknik Penentuan Sampel
3.3.1
.
Populasi
Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang
cirri-cirinya akan diduga (Singarimbun, 1989 : 152). Populasi yang digunakan
dalam penelitian ini adalah karyawan PT Multi Bintang Indonesia Tbk
Mojokerto yang berjumlah 188 orang, yang terdiri dari siswa SMA
sebanyak 85, D1 sebanyak 47 orang, D3 sebanyak 37 orang, dan S1
sebanyak 19 orang.
3.3.2. Sampel
Sampel adalah bagian dari keseluruhan populasi yang menjadi
obyek sesungguhnya dari suatu penelitian. Dalam penelitian ini teknik
pengambilan sampel menggunakan
Stratified Random Sampling
yaitu
sebuah sampel probabilitas yang menyesuaikan diri dengan criteria atau
cirri-ciri karakteristik dari populasi. Jumlah sampel yang diambil dalam
penelitian ini sebanyak 100 responden, yang merupakan karyawan PT
Multi Bintang Indonesia Tbk.ata pendidikan yaitu Diploma (D3), sarjana
(S1 dan S2)
Pedoman ukuran sampel menurut Ferdinand ( 2002 : 48 ) :
a.
100-200 sample untuk teknik maximum likehood estimasi
b.
Tergantung jumlah parameter yang diestimasi. Pedomannya adalah
5-10 kali jumlah parameter yang diestimasi.
(43)
c.
Tergantung pada jumlah indikator yang digunakan dalam seluruh
variabel laten. Jumlah sample adalah jumlah indikator dikali 5 – 10.
bila terdapat 20 indikator, besarnya sample adalah antara 100-200.
d.
Bila samplenya sangat besar, maka peneliti dapat memilih teknik
estimasi. Misalnya bila jumlah sample diatas 2500, teknik estimasi
ADF ( Asymptotically Distribution Free Estimation ) dapat
digunakan. Jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah
sebanyak 100 responden yang dianggap mewakili seluruh karyawan PT
Multi Bintang Indonesia Tbk di Mojokerto. Perhitungan ini diperoleh dari
jumlah indicator dari variable laten yaitu 10 dikali 10.
Adapun sampel berdasarkan karakteristik responden menurut
tingkat pendidikan adalah sebagai berikut :
SMA
=
188 85
x 100 = 45
D1
=
188
47
x 100 = 25
D3
=
188 37
x 100 = 20
S1
=
188 19
x 100 = 10
Berdasarkan perhitungan di atas bisa di simpulkan bahwa
karakteristik responden menurut tingkat pendidikan SMA sebanyak
45 orang, D1 sebanyak 25 orang, D3 sebanyak 20 orang, S1
sebanyak 10 orang.
(44)
3.4
Teknik Pengumpulan Sampel
3.4.1
Jenis Data
a.
Data Primer
Data ini diperoleh dari jawaban responden terhadap kuesioner yang
telah disebarkan pada lokasi penelitian.
b.
Data Sekunder
Data ini diperoleh dari pihak kedua maupun lembaga lain yang
dapat berupa jurnal, dokumen, literature ilmiah maupun arsip-arsip
yang memiliki kaitan dengan objek penelitian.
3.4.2
Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini dapat diperoleh dari bagian
manajemen personalia PT Multi Bintang Indonesia Tbk.
3.4.3
Pengumpulan Data
Studi lapangan yaitu memperoleh data dan melakukan penelitian
di lapangan untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penulisan
skripsi, dilakukan dengan cara :
•
Wawancara yaitu mengadakan tanya jawab secara langsung terhadap
masalah-masalah yang dibahas.
•
Dokumentasi yaitu meminta dan mengambil data berupa
laporan-laporan, catatan-catatan yang berhubungan dengan masalah yang
dibahas.
3.5
Teknik Analisis dan Uji Hipotesis
3.5.1
Teknik Analisis Data
Model yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini
adalah
Structural Equation Modelling
( SEM ). Model pengukuran faktor
(45)
kepuasan dan loyalitas menggunakan
Confirmation Factor Analysis
.
Penaksiran pengaruh masing – masing variabel bebas terhadap variabel
terikatnya menggunakan koefisien jalur langkah – langkah dalam analisis
SEM model pengukuran dengan contoh faktor kepuasan dilakukan sebagai
berikut :
a.
Persamaan Dimensi Faktor Penerapan TQM ( X ) :
X1 =
λ
1 faktor penerapan TQM + er_1
X2 =
λ
2 faktor penerapan TQM + er_2
X3 =
λ
3 faktor penerapan TQM + er_3
X4 =
λ
4 faktor penerapan TQM + er_4
X5 =
λ
5 faktor penerapan TQM + er_5
Bila persamaan di atas dinyatakan dalam sebuah pengukuran
model untuk diuji unidimensionalitasnya melalui Confirmatory Factor
Analysis, maka model pengukuran dengan daftar penerapan TQM akan
tampak sebagai berikut :
Gambar 3.1 : contoh model pengukuran faktor penerapan TQM.
Penerapan
TQM
(X)
X
1X
2X
3X
5X
4er_1
er_2
er_3
er_4
(46)
Keterangan :
X1
= Pertanyaan tentang peran karyawan.
X2
= Pertanyaan tentang peran pimpinan.
X3
= Pertanyaan tentang hubungan pimpinan dengan karyawan.
X4
= Pertanyaan tentang aspek organisasi.
X5
= Pertanyaan tentang aspek lingkungan.
er_j
= error term Xj
b.
Persamaan Dimensi Faktor Kualitas SDM ( Y ) :
Y1 =
λ
1 faktor kualitas SDM + er_1
Y2 =
λ
2 faktor kualitas SDM + er_2
Y3 =
λ
3 faktor kualitas SDM + er_3
Y4 =
λ
4 faktor kualitas SDM + er_4
Y5 =
λ
5 faktor kualitas SDM + er_5
Bila persamaan diatas dinyatakan dalam sebuah pengukuran model
untuk diuju unidimensionalitasnya melalui
Confirmatory Factor Analysis
,
maka model pengukuran dengan contoh faktor kualitas SDM akan nampak
sebagai berikut :
(47)
Gambar 3.2 contoh model pengukuran faktor Kualitas SDM
Keterangan :
Y1 = Pertanyaan tentang kemampuan teoritis
Y2 = Pernyataan tentang kemampuan teknis
Y3 = Pertanyaan tentang kemampuan konseptual
Y4 = Pertanyaan tentang kemampuan moral
Y5 = Pertanyaan tentang keterampilan teknis
Dari persamaan – persamaan pengukuran akan dihasilkan koefisien yang
disebut nilai lamda
(lamda valie).
Nilai lamda ini digunakan untuk menilai
kecocokan, kesesuaian atau unidimensional dari indikator – indikator yang
membentuk faktor. Pedoman umum untuk analisis ini adalah dibutuhkan nilai
lamda
≥ 0,04. Jika terdapat variabel atau faktor loadingnya ≤ 0,04 disarankan agar
Kualitas
SDM (Y)
Y1
Y2
Y3
Y4
Y5
er_1
er_2
er_3
er_4
(48)
model direvisi lagi dengan mengeluarkan variabel yang tidak menjelaskan faktor
yang dianalisis.
3.5.2.
Asumsi Model
(Structural Equation Modelling)
a.
Uji Normalitas Sebaran dan Linieritas
1) Normalitas dapat diuji dengan melihat gambar histogram data
atau dapat diuji dengan metode-metode statistik
2) Menggunakan
Critical Ratio
yang diperoleh dengan membagi
koefisien sampel dengan standard errornya dan Skewness value
yang biasanya disajikan dalam statistik deskriptif dimana nilai
statistik untuk menguji normalitas itu disebut sebagai Z-value.
Pada tingkat signifikasi 1%, jika nilai Z lebih besar dari nilai
kristis, maka dapat diduga bahwa distribusi data adalah tidak
normal.
3) Normal Probability (SPSS 10.1)
4) Linieritas dengan mengamati scatterplots dari data yaitu dengan
memilih pasangan data dan dilihat pola penyebarannya untuk
menduga ada tidaknya linieritas.
b.
Evaluasi atas Outlier
1. Mengamati nilai Z-score : ketentuannya diantars ± 3,0 non
outlier.
2. Multivariate outlier diuji dengan kriteria jarak Mahalanobis
pada tingkat p < 0,01. Jarak diuji dengan Chi-Square (
χ) pada
(49)
df sebesar jumlah variabel bebasnya. Ketentuan : bila
Mahalanobis > dari nilai χ adalah multivatiate outlier.
Outlier adalah observasi yang muncul dengan nilai-nilai
ekstrim baik secara univarial maupun multivariat yaitu yang
muncul karena kombinasi karakteristik unik yang dimilikinya
dan terlihat sangat jauh berbeda dari observasi-observasi
lainnya. (Ferdinand,2005:81)
c.
Deteksi Multicollinierity dan Singularity
Multikolinearitas dapat dideteksi dari determinan matriks
kovarians. Nilai determinan matriks kovarians yang sangat kecil
(extremely small)
memberi indikasi adanya problem
multikolinearitas atau singularitas.(Ferdinand,2005:83)
d. Uji Validitas dan Reliabilitas
Validitas menyangkut tingkat akurasi yang dicapai oleh
sebuah indikator dalam menilai sesuatu atau akuratnya pengukuran
atas apa yang seharusnya diukur. Sedangkan reliabilitas adalah
kuran mengenai konsistensi internal dari indikator-indikator sebuah
konstruk yang menunjukkan derajad sampai dimana
masing-masing indikator itu mengindikasikan sebuah konstruk yang
umum.
Karena indikator multidimensi, maka uji validitas dari
setiap latent variabel/ construct akan diuji dengan melihat loading
faktor dari hubungan antara setiap
obseverd
dan
latent variable
.
(50)
Sedangkan reliabilitas diuji dengan
construct reliability
dan
variance-extracted
.
Construct reliability
dan
variance-extracted
dihitung dengan rumus berikut :
Sementara εj dapat dihitung dengan formula εj = 1
– [Standardize
Loading]. Secara umum, nilai
construct reliability
yang dapat
diterima adalah
≥ 0,7 dan variance extracted ≥ 0,5.
(Ferdinand,2005:94).
Standardize Loading
dapat diperoleh dari
output AMOS 4.01, dengan melihat nilai estimasi setiap
construct
standardize regression weigths
terhadap setiap butir sebagai
indikatornya.
3.5.3 Pengujian Hipotesis dan Hubungan Kausal
Pengaruh langsung (koefisien jalur) diamati dari bobot regresi
terstandar, dengan pengujian signifikasi pembanding nilai CR
(Critical
Construct Reliability
=
[
∑
Standardize Loading
]
2[
∑
Standardize Loading
]
2+
∑ε
j]
Variance Extracted
=
[
∑
Standardize Loading
]
2(51)
Ratio)
atau p
(probability)
yang sama dengan nilai t hitung. Apabila t
hitung lebih besar daripada t
tableberarti signifikan.
3.5.4. Pengujian Model Dengan
Two-Step Approach
Two-Step Approach to structural equation modeling (SEM)
digunakan untuk menguji model yang diajukan. Two-Step Approach
digunakan untuk mengatasi masalah sampel data yang kecil dibandingkan
dengan jumlah butir instrumentasi yang digunakan dan keakuratan
reliabilitas indikator-indikator terbaik dapat dicapai dalam two-Step
Approach ini.Cara yang dilakukan dalam menganalisis SEM dengan
Two-Step Approach adalah sebagai berikut :
a.
Menjumlahkan skala butir-butir setiap konstrak menjadi sebuah
indikator summed-scale bagi setiap konstrak. Jika terdapat skala
yang berbeda setiap indikator tersebut distandardisasi (Z-scores)
dengan mean = 0, deviasi standar = 1, yang tujuannya untuk
mengeliminasi pengaruh-pengaruh skala yang berbeda-beda
tersebut.
b.
Menetapkan error (
ε
) dan lambda (
λ
) term, error term dapat
dihitung dengan rumus 0,1 kali
σ
2dan lambda term dengan rumus
0,95 kali
σ
. Perhitungan construct reliability (
α
) telah dijelaskan
pada bagian sebelumnya dan deviasi SPSS. Setelah error (
ε
)dan
lambda (
λ
) term diketahui,-skor tersebut dimasukkan sebagai
parameter fix pada analisis mode pengukuran SEM.
(52)
3.5.5. Evaluasi model
Hair et,al., 1998 menjelaskan bahwa pola
”confirmatory”
menunjukkan prosedur yang dirancang untuk mengevaluasi utilitas
hipotesis-hipotesis dengan pengujian fit antara model teoritis dan data
empiris. Jika model teoritis menggunakan
”good fit”
dengan data, maka
model dianggap sebagai yang diperkuat. Sebaliknya, suatu model teoritis
tidak diperkuat jika teori tersebut mempunyai ”poor fit” dengan data. Aos
dapat mennguji apakah model
”good fit”
atau
”poor fit”.
Jadi
“good fit”
model yang diuji sangat penting dalam penggunaan structural equation
modeling.
Pengujian terhadap model yang dikembangkan dengan
berbagai criteria Goodness of fit, yakni Chi-square, Probability, RMSEA,
GFI, TLI, CFI, AGFI, CMIN/DF. Apabila model awal tidak good fit
dengan data maka model dikembangkan dengan pendekatan two step
approach to SEM.
(53)
Goodness of Fit Indices
GOODNES OF
FIT INDEX
KETERANGAN
CUT-OFF VALUE
X
2Menguji apakah covariance populasi yang
diestimasi sama dengan cova-riance
sample (apakah model sesuai dengan data)
–Chi-square
Diharapkan kecil, 1 s.d
5. atau paling baik
diantara 1 dan 2
Probability
Uji signifikasi terhadap perbedaan matriks
covariace data dan matriks covariace yang
diestimasi
Minimum 0,1 atau 0,2,
atau
≥ 0,05
RMSEA
Mengkompensasi kelemahan Chi-Square
pada sample besar
≤ 0,08
GFI
Menghitung proporsi tertimbang varians
dalam matriks sample yang dijelaskan
oleh matriks covariance populasi yang
diestimasi (analog dengan R
2≥ 0,90
dalam
regresi berganda)
AGFI
GFI yang disesuaian terhadap DF
≥ 0,9
0
CMIND/DF
Kesesuaian antara data dan model
TLI
Pembandingan antara model yang diuji
terhadap baseline model
≥ 0,95
CFI
Uji kelayakan model yang tidak sensitive
terhadap besarnya sample dan kerumitan
model
≥ 0,94
3.5.6. Pengujian Hipotesis
3.5.6.1. Evaluasi Kriteria Goodnes of Fit
1. X
2Alat uji paling fundamental untuk mengukur
overall fit
adalah
likelihood ratio chi-square
ini bersifat sangat sensitif terhadap
CHI SQUARE STATISTIK
(54)
besarnya sampel yang digunakan. Karenanya bila jumlah sampel
cukup besar (lebih dari 200), statistik chi-square ini harus
didampingi oleh alat uji lain. Model yang diuji akan dipandang
baik atau memuaskan bilai nilai chi-squarenya rendah. Semakin
kecil nilai X
2semakin baik model itu. Karena tujuan analisis
adalah mengembangkan dan menguji sebuah model yang sesuai
dengan data atau yang fit terhadap data, maka yang dibutuhkan
justru sebuah nilai X
22. RMSEA-THE ROOT MEAN SQUARE ERROR OF
APPROXIMATION
yang kecil dan signifikan.
RMSEA adalah sebuah indeks yang dapat digunakan
mengkompensasi chi-square statistic dalam sampel yang besar.
Nilai RSMEA menunjukkan
goodness-of-fit
yang dapat diharapkan
bila model diestimasi alam populasi. Nilai RSMEA yang lebih
kecil atau sama dengan 0,08 merupakan indeks untuk dapat
diterimanya degrees of freedom
3.
GFI – GOODNES of FIT INDEKS
GFI adalah analog dari R dalam regresi berganda. Indeks
kesesuaian ini akan menghitung proporsi tertimbang dari varians
dalam matriks kiovarians sampel yang dijelaskan oleh kovarians
matriks populasi yang terestimasi. GFI adalah sebuah ukuran
non-statistika yang mempunyai rentang nilai antara 0
(poor fit)
sampai
(55)
dengan 1,0
(perfect fit).
Nilai yang tinggi dalam indeks ini
menunjukkan sebuah
“better fit”.
4.
AGFI – ADJUST GOODNES of FIT INDEX
AGFI = GFI/df tingkat penerimaan yang direkomendasikan
adalah bila AGFI mempunyai nilai yang sama dengan atau lebih
besar dari 0,09. GFI maupun AGFI adalah criteria yang
memperhitungkan proporsi tertimbang dari varians alam sebuah
matriks kovarians sampel. Nilai terbesar dapat diinterprestasikan
sebagai tingkatan yang baik
(good overall model fit)
sedangkan
besaran nilai antara 0,09-0,95 menunjukkan tingkatan cukup
(adequate fit)
5.
CMIN/DF
Sebagai salah satu indicator untuk mengukur tingkat fitnya
sebuah model. Dal hal ini CMIN/DF tidak lain adalah statistik
chi-square, X2 dibagi Dfnya sehingga disebut X2 frelatif. Nilai X2
relatif kurang dari 2,0 atau bahkan kurang dari 3,0 adalah indikasi
dari acceptable fit antara model dan data. Nilai X2 relatif yang
tinggi menandakan adanya perbedaan yang signifikan antara
matriks kovarians yang diobservasikan dan diestimasi.
6.
TLI TUCKER LEWIS INDEKS
TLI adalah sebuah model yang diuji terhadap sebuah
baseline model. Nilai yang direkomendasikan sebagai acuan untuk
(56)
diterimanya sebuah model adalah penerimaan
≥ 0,95dan nilai yang
sangat mendekati 1 menunjukkan
a very good fit
7.
CFI – COMPERATIF FIT INDEX
Besaran indeks ini adalah pada rentang nilai sebesar 0-1,
dimana semakin mendekati 1, mengindikasikan tingkat fit yang
paling tinggi
(a very good fit).
Nilai yang direkomendasikan adalah
CFI
≥ 0,95. Keunggulan dari indeks ini besarnya tidak dipengaruhi
oleh ukuran sampel karena itu sangat baik untuk m engukur tingkat
penerimaan sebuah model. Indeks CFI adalah identik dengan
Relatif Non Certrality Indeks
(RNI)
3.5.6.2. Evaluasi Normalitas
Sebaran data harus dianalisis untuk mengetahui apakah asumsi
normalitas dipenuhi, sehingga data dapat diperoleh lebih lanjut pada
path diagram. Untuk menguji normalitas distribusi data yang digunakan
dalam analisis, peneliti dapat menggunakan uji-uji statistic. Uji yang
paling mudah adalah dengan mengamati skewness value dari data yang
digunakan, yang biasanya disajikan dalam statistic.
(Ferdinand,2005:139) Nilai statistic untuk normalitas itu disebut
sebagai z-value yang dihasilkan melali rumus berikut ini :
(57)
Bila nilai z lebih besar dari nilai kritis atau ctitical ratio,
maka dapat diduga bahwa distribusi data adalah tidak normal. Nilai
kritis dapat ditentukan berdasarkan tingkat signifikasi yang
dikehendaki. Misalnya bila nilai yang dihitung lebih besar dari ±
2,58 berarti kita dapat menolak asumsi mengenai normalitas dari
distribusi tingkat 0,01
3.5.6.3. Evaluasi Outliers
Outliers merupakan observasi atau data yang memiliki karakteristik
unik yang terlihat sangat berbeda jauh dari observasi-observasi yang
lain dan muncul dalam bentuk nilai ekstrim, baik untuk sebuah
variabel maupun variable-variabel kombinasi.(hair dkk,1995)).
Adapun outliers dapat dievaluasi dengan dua cara, yaitu analisis
terhadap univariate outliers dan analisis multivariate outliers
(hair,et.al:1995)
a.
Univariate Outliers
Deteksi terhadap adanya univariate outliers dapat dilakukan
dengan menentukan nilai imbang yang akan dikategorikan sebagai
Nilai - z
=
Skewness
6
―
N
Dimana N adalah ukuran
sampel
(58)
outliers dengan cara mengkonversikan nilai data penelitian
kedalam standar score atau yang biasa disebut z-score, yang
mempunyai rata-rata nol dengan standar deviasi sebesar 1,00 (hair
dkk,1995)
Pengujian univariate outliers dilakukan per konstruk
variabel dengan program SPSS 9,00, Pada menu Descriptive
Statistic Summarise. Observasi data yang memiliki nilai z-score
≥
3,0 akan dikategorikan sebagai outliers.
b.
Multivariate Outliers
Evaluasi terhadap multivariate outliers perlu dilakukan
sebab walaupun data yang dianalisis menunjukkan tidak ada
outliers pada tingkat univariate, tetapi observasi itu dapat
menjadi outliers bila sudah saling kombinasikan.
Jarak Mahalanobis
(The Mahalanobis Distance)
untuk tiap
observasi dapat dihitung dan menunjukkan jara sebuah observasi
dari rata-rata semua variabel dalam sebuah ruang
multidimensional. Uji terhadap multivariate dilakukan dengan
menggunakan criteria Mahalanobis pada tingkat p
≤ 0,001. Jarak
Mahalanobis itu dapat dievaluasi dengan menggunakan nilai χ
2pada derajat kebebasan sebesar jumlah item yang digunakan
dalam penelitian. Dan apabila nilai jarak Mahalanobisnya lebih
dari nilai χ
2(1)
4.3.5. Pengujian Model Dengan One-Step Approach
Dalam model SEM, model pengukuran dan model struktural parameter-parameternya diestimasi secara bersama-sama. Cara ini agak mengalami kesulitan dalam memenuhi tuntutan fit model. Kemungkinan terbesar disebabkan oleh terjadinya interaksi antara measurement model dan structural model yang diestimasi secara bersama-sama (One Step Approach to SEM). One step aprroach to SEM digunakan apabila model diyakini bahwa dilrespondensi teori yang kuat serta validitas & reliabilitas data sangat baik (Hair et.al.,1998).
Hasil estimasi dan fit model one step approach to SEM dengan menggunakan program aplikasi Amos 4.01 terlihat pada Gambar dibawah ini : ,25 x x5 ,33 er_5 1,00 1 x4 ,16 er_4 1,13 1 x3 ,22 er_3 1,10 1 x2 ,15 er_2 1,07 1 x1 ,34 er_1 ,66 1 y y1 ,30 er_6 y2 ,20 er_7 y3 ,22 er_8 y4 ,18 er_9 y5 ,15 er_10 1,00 1 1,19 1 1,40 1 1,35 1 1,50 1 ,52 ,07 d_y 1 Gambar 4.2.
(2)
66
Tabel 4.10.
Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indices
Kriteria Hasil Nilai Kritis Evaluasi Model
Cmin/DF 0,904 ≤ 2,00 Baik
Probability 0,628 ≥ 0,05 Baik
RMSEA 0,000 ≤ 0,08 Baik
GFI 0,939 ≥ 0,90 Baik
AGFI 0,902 ≥ 0,90 Baik
TLI 1,011 ≥ 0,95 Baik
CFI 1,000 ≥ 0,94 Baik
Sumber : Hasil Pengolahan data
Dari hasil evaluasi terhadap model one step base model ternyata dari semua kriteria goodness of fit yang digunakan, seluruhnya menunjukkan hasil evaluasi model yang baik, berarti model telah sesuai dengan data. Artinya, model konseptual yang dikembangkan dan dilrespondensi oleh teori telah sepenuhnya didukung oleh fakta. Dengan demikian model ini adalah model yang terbaik untuk menjelaskan keterkaitan antar variabel dalam model sebagaimana terdapat di bawah ini
Dilihat dari angka determinant of sample covariance matrix : 19,536 > 0 mengindikasikan tidak terjadi multicolinierity atau singularity
dalam data ini sehingga asumsi terpenuhi. Dengan demikian besaran koefisien regresi masing-masing faktor dapat dipercaya sebagaimana terlihat pada uji kausalitas dibawah ini.
4.3.6. Pengujian Hipotesis dan Hubungan Kausal
Pengaruh langsung [koefisien jalur] diamati dari bobot regresi terstrespondenr, dengan pengujian signifikansi pembanding nilai CR
(3)
Tabel 4.11.
Hasil Pengujian Kausalitas
Regression Weights Ustd
Estimate
Std
Estimate Prob.
Faktor ⇐ Faktor
Kualitas SDM ⇐ TQM 0,524 0,699 0,000
Batas Signifikansi ≤ 0,10
Sumber : lampiran 8
Dilihat dari tingkat probabilitas arah hubungan kausal, hipotesis yang menyatakan bahwa :
1. TQM berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kualitas SDM. Hal tersebut dibuktikan dengan besarnya nilai probabilitas kausal yaitu 0,000 ≤ 0,10.
4.4. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa penelitian yang menganalisis pengaruh penerapan total quality management terhadap kualitas sumber daya manusia pada PT Multi Buntang Indonesia, diperoleh hasil bahwa variabel total quality management berpengaruh positif terhadap kualitas sumber daya manusia pada PT Multi Buntang Indonesia. 4.4.1. Pengaruh TQM Terhadap Kualitas SDM
Variabel total quality management berpengaruh positif terhadap kualitas SDM. hal tersebut dibuktikan dengan besarnya nilai probabilitas kausal yaitu sebesar 0,000 ≤ 0,10, Hal ini dikarenakan apabila TQM dapat diterapkan dengan baik maka akan meningkatkan kualitas sumber daya manusia di sekitarnya dalam hal ini PT Multi Bintang Indnesia Tbk dapat menerapkan TQM dengan baik maka maka akan meningkatkan kualitas
(4)
68
sumber daya manusia yang ada di dalam PT Multi Bintang Indonesia dalam hal ini para pekerja yang bekerja kualitasnya dapat meningkat.
Di dalam penerapan TQM tidak hanya menganggap kualitas sebagai aspek hasil saja, namun juga menekankan pada kualitas manusia (kualitas sumber daya manusia) dan kualitas prosesnya. Didalam TQM dilakukan pendidikan dan pelatihan, dimana tujuan daripada pendidikan dan pelatihan tersebut adalah untuk meningkatkan kalitas sumber daya manusia atu karyawan yang ada dalam suatu organisasi atau perusahaan, dalam usaha untuk mencapai tujuan (goals) yang diinginkan. Tujuan dibentuknya system TQM yang lebih ditekankan pada usaha-usaha untuk menjamin pengembangan kendala mutu dan pengendalian pada setiap aspek kegiatan organisasi serta memelihara dan menghargai sumber daya sebagai modal terpenting organisasi, terbukti secara efektif mampu meningkatkan kualitas SDM.
(5)
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan analisis SEM untuk menguji penerapan total quality management terhadap kualitas sumber daya manusia pada PT Multi Buntang Indonesia, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Total Quality Management berpengaruh secara positif terhadap kualitas sumber daya manusia sehingga hipotesis yang diajukan dapat terbukti kebenarannya.
5.2. Saran
Sebagai implikasi dari hasil penelitian ini dapat dikemukakan beberapa saran yang dapat dipertimbangkan atau dimanfaatkan sebagai bahan dalam pengambilan keputusan, antara lain sebagai berikut :
1. Bagi Perusahaan
Hendaknya kepada perusahaan bisa menerapkan TQM kepada para manajer dengan baik, karena apabila penerapan TQM dapat dilakukan dengan baik maka akan meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam hal ini para manajer sehingga para manajer dapat bekerja dengan baik dan dapat mengawasi para pekerja dengan baik dan akan berdampak pada kemajuan perusahaan.
(6)
2. Bagi para karyawan
Diharapkan dengan diterapkannya penerapan Total Quality Management
(TQM) denga baik maka akan meningkan kualitas sumber daya manusia para karyawaan sehingga karyawan dapat bekerja dengan baik sehingga dapat meningkatkan pendapatan perusahaan.
3. Bagi Penleitian Selanjutnya
Penelitian yang dilakukan pada kesempatan kali ini hanya menganalisis pengaruh penerapan total quality management terhadap kualitas sumber daya manusia pada PT Multi Buntang Indonesia. Untuk itu penelitian yang akan datang, membahas variabel–variabel yang ada hubungannya dengan
total quality management dan kualitas sumebr daya manusia agar hasil yang diperoleh dapat lebih akurat, dan mungkin bisa menambah jumlah sampel yang diteliti.