Strategi Adaptasi Petani Jeruk dalam Pememenuhan Kebutuhan Hidup Pasca Serangan Hama Lalat Buah (Studi di Desa Gurubenua, Kecamatan. Munthe, Kabupaten. Karo)

BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Latar Belakang Masalah
Dewasa ini permasalahan ekonomi menjadi wacana dan perhatian kusus dari seluruh
lapisan masyarakat, baik di tingkat global, nasional, dan daerah. Kabupaten Karo yang
dihadapkan dengan berbagai permasalahan baik itu ekonomi, sosial, budaya, politik dan agama.
Masalah ekonomi merupakan permasalah yang sangat sulit bagi setiap manusia, karena ekonomi
menyangkut hajat hidup orang banyak, apabila ekonomi mengalami penurunan maka dapat
berdampak terhadap kehidupan sosial dan budaya masyarakat tersebut.
Penelitian membahas tentang strategi adaptasi petani jeruk dalam pemenurunan
kebutuhan hidup akibat serangan hama lalat buah. Di Desa Gurubenua mayoritas petani memiliki
kebun jeruk, dan masing-masing petani memiliki strategi-strategi dalam beradaptasi akibat
serangan hama lalat buah dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya.
Ada beberapa alasan peneliti mengapa memilih dan tertarik dengan topik ini, yaitu; (1)
Indonesia dikenal sebagai negara agraris karena mayoritas penduduknya menggantungkan
hidupnya dari sektor pertanian. Begitu juga dengan Kabupaten Karo yang dari nenek moyang
sudah dikenal sebagai daerah pertanian yang subur.
Jeruk adalah salah satu tanaman yang sudah dikenal sebagai maskot dari Kabupaten
Karo, dengan luas Kabupaten 2.127,25 km2 dan berpenduduk kurang lebih 500.000 jiwa.
Kabupaten Karo berada di ketinggian antara 600 meter sampai 1.400 meter di atas permukaan
laut sehingga memiliki iklim sejuk dengan suhu berkisar antara 16C sampai 17C. Produk


Universitas Sumatera Utara

Domestik Regional Bruto (PDRB) di kabupaten tersebut adalah 58,64% dari pertanian dan ratarata tanaman yang ditanam adalah jeruk siam madu (Citrus sinensis), dengan area produktif
24.415 Ha, dan produksi 268.980,86 Ton pada tahun 2009 (2) 1.
Jenis jeruk yang mayoritas ditanam dikabupaten Karo adalah Jeruk Siam Madu (Citrus
sinensis) begitu juga Desa Gurubenua. Alasan mengapa jeruk siam madu kebanyakan ditanam
oleh petani dikarenakan permintaan pasar yang sangat tinggi dan harga relatif lebih tinggi
dibanding dengan jenis jeruk lainnya. Adapun jenis jeruk yang di tanam oleh para petani jeruk
selain jeruk siam madu yaitu: Jeruk nipis, Jeruk purut, Jeruk lemon, Jeruk boci, jeruk sankis.
Jenis jeruk yang di sebutkan di atas bukanlah jenis jeruk produksi, melainkan jeruk yang bersifat
konsumsi peribadi semata, dan apabila tidak habis di konsumsi maka sisa dari itu di jual ke
pasar.
Dilihat dari data yang ada di atas wajarlah Kabupaten Karo dikenal sebagai daerah sentra
penghasil jeruk yang sangat subur dan juga yang mengangkat nama Kabupaten Karo menjadi
dikenal. Perekonomian Karo meningkat dilihat pada era tahun 80an kendaraan yang dipakai
untuk pergi ke kebun membawa pupuk kimia dan juga pupuk kompos yakni terbilang kendaraan
mewah pada jaman itu. Namun akhir-akhir ini terjani fenomena alam yang melanda Tanah Karo
yaitu wabah hama lalat buah yang berdampak pada menurunnya hasil pertanian jeruk Kabupaten
Karo.

Sebelum wabah hama lalat buah menyerang peteni juga banyak mendapat permasalahan
dalam perawatan jeruk, seperti adanya penyakit jamur merah, jamur upas, kutu sisik dan lain-lain
sebagainya, namun petani dengan cepat mengatasinya yang mengakibatkan petani tidak banyak

1

Sumber(http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uact=8&ved=0CCcQ
FjAA&url=http%3A%2F%2Fis.its.ac.id%2Fpubs%2Foajis%2Findex.php%2Ffile%2Fdownload%2F5%2F506&ei=
6pSUU4jGHYSGuASYp4G4BQ&usg=AFQjCNHDp1l4ADc4U7KM6r9ywL8quUG0dA&bvm=bv.68445247,d.c2
E)

Universitas Sumatera Utara

merugi. Dimulai pada tahun 2005 wabah hama lalat buah melanda Kabupaten Karo terkhusus
Desa Gurubenua mengubah secara derastis perekonomian masyarakat akibat kegagalan panen
yang terjadi di hamper seluruh wilayah Kabupaten Karo yang ditanami jeruk.
Lalat buah (Dacus sp) adalah hama yang menyerang buah pada tumbuhan inangnya.
Lalat buah yang menyerang tumbuhan adalah lalat buah betina yang dimana lalat betina dengan
ovipositornya 2 menusuk buah dan meletakkan telurnya dalam lapisan epidermis 3. Pada waktu
menetas, larvanya akan memakan daging buah hingga mengakibatkan warna buah menjadi jelek,

busuk dan tidak dapat di makan. Biasanya serangga lalat ini juga diikuti hama lain. Kadangkadang bukan hanya dalam buah saja telur diletakkan, tetapi juga pada bunga dan batang. Batang
yang terserang akan terjadi bisul. Sementara buahnya akan menjadi kecil dan kuning warnanya. 4
Lalat buah yang dewasa ukurannya sedang, warna kuning. Sayapnya datar. Pada tepi
ujung sayap ada bercak-bercak coklat kekuningan.pada apdomennya ada pita pita hitam. Pada
toraxnya ada bercak bercak kekuningan. Ovipositornya terdiri dari tiga ruas denga bahan seperti
tanduk yang keras.
Menyikapi serangan hama lalat buah tersebut, petani di Desa Gurubenua tidak hanya
berdiam diri. Studi pendahuluan menunjukkan beberapa hal sudah dilakukan petani untuk
mengendalikan hama lalat buah, antara lain intensitas menyemprotan pestisida ditingkatkan
begitu juga dengan dosisnya, penggunaan perangkap lalat buah secara masal dan lain sebagainya.
Petani Desa Gurubenua menyatakan bahwa dari berbagai hal yang dilakukan untuk membasmi
hama lalat buah ada yang berhasil tapi mayoritas gagal.
2
3

4

Ovipositor adalah seperti tanduk yang keras yang di gunakan untuk nenusuk buah jeruk.
Epidermis adalah lapisan kulit luar jeruk.


Sumber : Hama dan Penyakit Tanaman Tjahjadi 1989

Universitas Sumatera Utara

Kegagalan panen yang dialami petani jeruk tersebut akan berdampak secara langsung
terhadab kestabilan ekonomi petani jeruk karena mayoritas para petani jeruk di Desa Gurubenua
hanya menggantungkan hidupnya dari hasil kebun jeruk saja.
Malinowski menyatakan ada 3 (tiga) jenis kebutuhan utama yaitu:
a. Kebutuhan alamiah-biologi (manusia harus makan dan minum untuk menjaga kestabilan
temperatur tubuhnya agar tetap berfungsi dalam hubungan harmonis secara menyeluruh
dengan organ-organ tubuh lainnya).
b. Kebutuhan kejiwaaan (manusia membutuhkan perasaan tenang yang jauh dari perasaan
takut, keterpencilan, gelisah, dan lain-lain).
c. Kebutuhan sosial (manusia membutuhkan hubungan antar sesame manusia untuk dapat
melangsungkan keturunan, untuk tidak merasa dikucilkan, dapat belajar mengenai
kebudayaannya, untuk dapat mempertahankan diri dari serangan musuh dan lain-lain) 5.
Berangkat dari ketiga hal tersebut banyak petani jeruk di Desa Gurubenua sudah
mengubah kebun jeruknya beralih ke tanaman yang lain seperti kopi, coklat,dan tanaman muda
seperti cabai, padi, sayur-mayur, namun banyak juga petani jeruk yang hanya membiarkan lahan
jeruknya terbengkalai. Ada juga petani menanam tanaman lain di lahan jeruk tersebut system

tumpang sari, banyak juga petani yang masih bertahan merawat jeruknya.seperti menanam
kembali jeruk yang sering di sebut peremajaan. Peremajaan ini ada 2 (dua) jenis yaitu
penanaman kembali bibit jeruk yang baru dan pemotongan dakan jeruk yang tidak layak urus dan
meninggalkan dahan yang masih layak agar dapat berproduksi lagi dengan baik.

5

Sumber: Malinowski (dalam S Sairin,2002:1-2)

Universitas Sumatera Utara

Berangkat dari strategi bertahan hidup dalam mengatasi goncangan dan tekanan ekonomi
yang sudah di sebutkan di atas dapat dilakukan dengan berbgai cara. Cara-cara tersebut dapat
dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu :
a. Strategi aktif, yaitu strategi yang mengoptimalkan segala potensi keluarga untuk
(misalnya melakukan aktivitasnya sendiri, memperpanjang jam kerja, memanfaatkan
sumber atau tanaman liar di lingkungan sekitar dan sebagainya.
b. Strategi pasif, yaitu mengurangi pengeluaran keluarga (misalnya pengeluaran sandang,
pangan, pendidikan, dan sebagainya)
c. Strategi jaringan, misalanya menjalin relasi, baik formal maupun informal dengan

lingkungan sosialnya, dan lingkungan kelembagaan (misalnya : meminjam uang
tetangga, mengutang di warung, memanfaatkan program kemiskinan, meminjam uang ke
rentenir atau bank, dan sebagainya 6.
Untuk itu, perlulah kiranya untuk mengkaji lebih dalam lagi bagaimana sebenarnya
bentuk strategi yang mereka lakukan dalam mencukupi kebutuhan-kebutuhan dan menjaga
kelangsungan hidupnya mereka sehari-hari baik itu kebutuhan alamiah-biologi, kebutuhan
kejiwaaan, kebutuhan sosial dan bagaimana para petani menanggapi hal ini secara social dan
budaya didalam kehidupan sehari-hari mereka.
1.4

Tinjauan Pustaka
Witrianto (2011:1-2) menjelaskan bahwa secara garis besar terdapat tiga jenis

petani Indonesia, yaitu petani pemilik lahan, petani yang pemilik sekaligus juga menggaraplahan,
dan buruh tani. Secara umum, betempat tinggal di pedesaan dan sebagain besar di antaranya,

6

Sumber: Edi Suharno (artikel Strategies dan Keberfungsian Sosial 2003)


Universitas Sumatera Utara

terutama yang tinggal di daerah-daerah yang padat penduduk di Asia tenggara hidup di bawah
garis kemiskinan.
Marzali (1998: 85-98) juga memiliki konsep sendiri tentang apa itu petani. Petani
menurut Marzali adalah petani yang identik dengan kehidupan pedesaan. Marzali membedakan
menjadi peisan dan petani pengusaha atau farmer. Sebagian besar petani di Indonesia merupakan
petani peasant atau petani pemilik yang sekaligus juga menggarap lahan pertanian yang mereka
miliki. Sedangkan konsep farmer atau petani pengusaha adalah petani kaya yang memiliki tanah
luas dan memiliki banyak buruh dan tenaga kerja yang bekerja untuk mendapatkan upah darinya.
Hasil lahan pertaniannya terutama untuk di jaual, dan juga pengolahan lahan pertanian sudah
menggunakan teknologimoderen, seperti mesin bajak, teraktor, sprayer, dan lain-lain.
Dalam kehidupan petani hama adalah masalah yang tidak pernah lepas dari kehidupan
petani. Petani jeruk Gurubenua telah mengenal hama dan penyakit sejak membudidayakan jeruk
(1980-an), sehingga hama dan penyakit pada tanaman jeruk bukanlah masalah yang baru bagi
petani jeruk Gurubenua.
Jika dilihat dari sudut pandang ilmu pertanian hama adalah organisme yang dianggap
merusak dan merugikan dalam kegiatan sehari-hari petani. Lalat buah (Dacus sp) adalah hama
yang menyerang buah pada tumbuhan inangnya. Lalat buah yang menyerang tumbuhan adalah
lalat buah betina yang dimana lalat betina dengan ovipositornya menusuk buah dan meletakkan

telurnya dalam lapisan epidermis. Pada waktu menetas, larvanya akan memakan daging buah
hingga mengakibatkan warna buah menjadi jelek, busuk dan tidak dapat di makan. Biasanya
serangga lalat ini juga diikuti hama lain. Kadang kadang bukan hanya dalam buah saja telur di

Universitas Sumatera Utara

letakkan, tetapi juga pada bunga dan batang. Batang yang terserang akan terjadi bisul. Sementara
buahnya akan menjadi kecil dan kuning warnanya. 7
Winarto (1999:69) mengatakan bahwa petani sebenarnya memiliki pengetahuan local
yang sangat kaya. Pilihan-pilihan atas jenis tanaman mereka melibatkan pengetahuan ekologi
yang cukup beragam. Winarto memberi contoh satu jenis padi yang dipilih petani memiliki
karakteristik genetic tertentu yang perlu dikenal oleh petani, apakah itu menyangkut perlakuan
air, pupuk, pengolahan tanah, pengendalian hama, kemajuan peroduksi adalah hal hal yang
sangat penting bagi petani. Begitu juga bagaimana cara petani jeruk beradaptasi terhadap
serangan hama lalat buah yang terjadi di daerahnya, yang dimana petani beradaptasi baik itu
dengan cara mengganti tanaman yang di tanamnya dengan tanaman baru sepetri coklat ataupun
kopi, dan tanaman muda seperti cabai, padi, sayur-mayur, ada juga bahkan ada juga para petani
yang menanam kembali jeruk atau dikenal denagn peremajaan kembali.
Di samping sebagai seorang pekerja perlu diketahui bahwa petani juga merupakan pelaku
ekonomi (economic agent) dan kepala rumah tangga; dimana tanahnya merupakan satu unit

ekonomi dan rumah tangga. Mereka juga harus memenuhi berbagai kebutuhan keluarga seperti
sandang, pangan, pendidikan, pakaian, perlengkapan rumah tangga, dan sebagainya. Sementara
itu, untuk dapat menjadi anggota yang berfungsi penuh dalam masyarakat desa, suatu rumah
tangga memerlukan sumber penghasilan pada tingkat tertentu agar dapat memenuhi kewajibankewajiban seremonial dan sosialnya disamping menyediakan makanan yang memadai untuk
dirinya sendiri dan meneruskan pekerjaannya bercocok tanam. Jatuh kebawah tingkat itu berarti
bukan hanya menghadapi resiko kelaparan, akan tetapi juga kehilangan kedudukan sama sekali
7

Sumber: Hama dan Penyakit Tanaman. Tjahjadi 1989

Universitas Sumatera Utara

dalam komunitas dan mungkin jatuh ke satu situasi ketergantungan untuk selama-lamanya
(Scoot, 1981:14).
Secara sederhana Malinowski (dalam S Sairin,2002:1-2) menyatakan bahwa kebutuhan
hidup manusia itu dapat di bagi pada tiga kategori besar yaitu:
a) Kebutuhan alamiah-biologi (manusia harus makan dan minum untuk menjaga kestabilan
temperatur tubuhnya agar tetap berfungsi dalam hubungan harmonis secara menyeluruh
dengan organ-organ tubuh lainnya).
b) Kebutuhan kejiwaaan (manusia membutuhkan perasaan tenang yang jauh dari perasaan

takut, keterpencilan, gelisah, dan lain-lain).
c) Kebutuhan sosial (manusia membutuhkan hubungan untuk dapat melangsungkan
keturunan, untuk tidak merasa dikucilkan, dapat belajar mengenai kebudayaannya, untuk
dapat mempertahankan diri dari serangan musuh dan lain-lain).
Untuk mencapai kebutuhan manusia tersebut, maka manusia membutuhkan kegiatankegiatan yang menyangkut atas pemenuhan kebutuhan hidup. Kegiatan ini dinamakan juga
sebagai sebuah kegiatan ekonomi, sehingga dalam hidup manusia tidak pernah terlepas dari apa
yang namanya kegiatan ekonomi. Sebagaimana yang didefinisikan oleh ahli antropologi
ekonomi Karl Polanyi bahwa ekonomi sebagai upaya manusia untuk memenuhi kebutuhan
hidup di tengah lingkungan alam dan lingkungan sosialnya (Polanyi dalam Sairin, 2002: 16-17).
Hubungan manusia dengan lingkungannya selalu dijembatani oleh pola-pola kehidupan.
Manusia didalam kelompok ataupun masyarakat selalu mempunyai kebudayaan. Dengan
kebudayaan yang dimilikinya, mereka tidak hanya mampu beradaptasi dengan lingkungannya,
tetapi juga mampu mengubahalam lingkungan menjadi sesuatu yang berarti dengan kehidupan

Universitas Sumatera Utara

sehari-hari.Kebudayaan itu sendiri dapat berupa keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil
karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan
belajar (Koentjraningrat,1980:193-194).
Sementara itu Tylor (dalam Fedyani, 2005:82) mengartikan kebudayaan sebagai

penjumlahan total apa yang dicapai oleh individu dari masyarakatnya berupa keyakinankeyakinan, adat-istiadat, norma-norma artistik sebagai warisan dari masa lampau. Artinya,
kebudayaan itu mencakup totalitas dari pengalaman manusia. Namun,

landasan operasional

yang digunakan dalam mengintrepetasikan penelitian ini adalah mengacu pada defenisi
kebudayaan secara dinamis atau sebagai proses yang dikemukakan oleh ahli antropologi seperti
Marvin Harris, Julian Steward, dan Vayda. Menurut Marvin Harris yang mengatakan bahwa
kebudayaan merupakan suatu kebiasaan yang dilakukan oleh kelompok masyarakat tertentu,
seperti adat atau cara hidup masyarakat. Kebudayaan merujuk pada pengetahuan yang diperoleh
dan digunakan untuk menginterpretasikan pengalaman dan pola tingkah laku social 8.
Sedangkan Steward menjelaskan kajiannya mengenai hubungan timbale balik atau
hubungan resiprokal antara kebudayaan dan lingkungan. Steward percaya bahwa beberapa unsur
dari kebudayaan lebih berkaitan erat dengan lingkungan dibandingkan dengan unsur kebudayaan
yang lain. Analisis ekologi bisa digunakan untuk menjelaskan hubungan lintas budaya yang
sama.

8

Harris melihat kebudayaan itu sebagai repleksi dari sistem sosial budaya yang dibaginya atas

tiga kategori yaitu infrasruktur yang meliputi gagasan, agama, subsistensi,tabu,dll. Struktur yang
meliputi kekerabatan, ideologi politik ,agama, nasional, dan lain-lain. Dan suprastruktur yang
meliputi simbol, mite, estetika, standar,dan lain-lain, dimana infrastruktur yang menjadi basis.
Fedyani dalam bukunya Antropologi kontemporer.

Universitas Sumatera Utara

Disebut kebudayaan inti (core culture). Kebudayaan inti ini terdiri dari sektor ekonomi
masyarakat yang mempengaruhi segala aktivitas masyarakat sebagai hasil dari:
1. Hubungan timbal balik antara lingkungan dan eksploitasi produksi ekonomi
2. Hubungan antara pola prilaku dan eksploitasi teknologi
3. Pola prilaku yang mempengaruhi sektor kebudayaan lain
Maksud dari analisis Steward tersebut adalah bahwa ketika lingkungan mengalami
perubahan, maka unsur kebudayan yang paling mudah berubah adalah sektor ekonomi dan
teknologi karena berkaitan erat dengan lingkungan
Selanjutnya Hardestry menambahkan, ada 2 macam perilaku yang adaptif, yaitu perilaku
yang bersifat idiosyncratic (cara-cara unik individu dalam mengatasi permasalahan lingkungan)
dan adaptasi budaya yang bersifat dipolakan, dibagi rata sesama anggota kelompok, dan tradisi.
Adaptasi dilihat sebagai suatu proses pengambilan ruang perubahan, dimana perubahan tersebut
ada di dalam perila ku kultural yang bersifat teknologikal, organisasional, dan ideological. Sifatsifat cultural mempunyai koefisiensi seleksi seperti layaknya seleksi alam, sejak tedapat unsur
variasi, perbedaan tingkat
Sementara itu, Hardestry melihat bahwa manusia selalu berupaya untuk menyesuaikan
diri dengan lingkungan alam sekitarnya yang bersifat dinamik tersebut, baik secara
biologis/genetik maupun secara budaya. Proses penyesuaian yang disebut dengan sistem adaptasi
melibatkan seleksi genetik dan varian budaya yang dianggap sebagai jalan terbaik untuk
menyelesaikan permasalahan lingkungan. Adaptasi juga merupakan suatu proses yang dinamik
karena baik organisme maupun lingkungan sendiri tidak ada yang bersifat konstan/tetap. Daya

Universitas Sumatera Utara

tahan hidup populasi tidak bekerja secara pasif dalam menghadapi kondisi lingkungan tertentu,
melainkan memberikan ruang bagi individu dan populasi untuk bekerja secara aktif
memodifikasi perilaku mereka dalam rangka memelihara kondisi tertentu, menanggulangi resiko
tertentu pada suatu kondisi yang baru, atau mengimprovisiasi kondisi yang ada.
Proses adaptif yang aktual sedapat mungkin merupakan kombinasi dari beberapa
mekanisme biologis dan modifikasi budaya tersebut. Sehingga adaptasi dapatlah disebut sebagai
sebuah strategi aktif manusia. Adaptasi dapat dilihat sebagai usaha untuk memelihara kondisi
kehidupan dalam menghadapi perubahan. Definisi adaptasi tersebut kemudian berkaitan erat
dengan tingkat pengukuran yang dihubungkan dengan tingkat keberhasilannya agar dapat
bertahan hidup. Adaptasi seharusnya dilihat sebagai respon kultural atau proses yang terbuka
pada proses modifikasi dimana penanggulangan dengan kondisi untuk kehidupan oleh reproduksi
selektif dan memperluasnya.
Dinamika adaptif mengacu pada perilaku yang didesain pada pencapaian tujuan,
kepuasan kebutuhan, keinginan dan konsekuensi dari perilaku untuk individu, masyarakat, dan
lingkungan. Ada 2 mode analitik utama pada perilaku ini: yaitu tindakan individu yang didesain
untuk meningkatkan produkstifitasnya, dan mode yang diperbuat oleh perilaku interaktif
individu dengan individu lain dalam group, yang biasanya dibangun oleh aturan yang bersifat
resiprositas. Perilaku interakstif tersebut didesain juga untuk mengatur dan memanfaatkan
sumber daya yang ada di lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya
Kemampuan dalam melakukan identifikasi sumber daya yang tersedia adalah salah satu
bentuk dari strategi untuk dapat bertahan dari goncangan ekonomi yang terjadi. Tindakan
semacam ini merupakan suatu proses untuk bertahan hidup. Strategi bertahan hidup adalah

Universitas Sumatera Utara

salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan. Maka cara-cara pemenuhan kebutuhan tersebut akan
diatur oleh sistem sosial budaya yang ada dan sekaligus sebagai suatu proses strategi adaptasi.
Sebagai suatu proses adaptasi, sebagai aspek sosial budaya, sistem ekonomi dan teknologi juga
merupakan aspek yang penting dalam usaha mempertahankan hidup. Pengetahuan, aturan-aturan,
rencana, cara-cara memperoleh sumber daya, sarana serta membuat dan menggunakan peralatan
dalam usaha mengolah sumber tersebut akan menentukan sikap bertahan hidup manusia.
Edi Suharno seorang pengamat masalah kemiskinan dari Institut Pertanian Bogor (Edi
Suharno, 2003 : 1), menyatakan bahwa defenisi dari strategi bertahan hidup (coping strategies)
adalah kemampuan seseorang dalam menerapkan seperangkat cara untuk mengatasi berbagai
permasalahan yang melingkupi kehidupannya. Dalam konteks keluarga miskin, strategi
penangan masalah ini pada dasarnya merupakan kemampuan segenap anggota keluarga dalam.
dilihat dari Amri Marzali dalam petani peisan cikalong, dan lihat juga Komaruddin dalam
strategi pembangunan sumber daya berbasis pendidikan kebudayaan dalam Mengelola segenap
aset yang dimilikinya. Bisa juga disamakan dengan kapabilitas keluarga miskin dalam
menanggapi goncangan dan tekanan (Shock and Stress).
Berdasarkan konsep ini, Moser (dalam Suharno, 2002:13) membuat kerangka analisis
yang disebut The Aset Vulnerability Framework. Kerangka ini meliputi berbagai penggelolaan
aset yang dapat digunakan untuk melakukan penyesuaian atau pengembagan strategi tertentu
dalam mempertahankan kelangsungan hidup seperti:
a. Aset tenaga kerja (labour aset), misalnya meningkatkan keterlibatan wanita dan anak
dalam keluarga untuk bekerja membantu ekonomi rumah tangga.

Universitas Sumatera Utara

b. Aset modal manusia (human capital aset), misalnya memanfaatkan status kesehatan yang
dapat menentukan kapasitas orang atau bekerja atau keterampilan dan pendidikan yang
menentukan umpan balik atau hasil kerja (return) terhadap tenaga yang dikeluarkannya.
c. Aset produktif (productive aset), misalnya menggunakan rumah, sawah, ternak, tanman
untuk keperluan hidupnya.
d. Aset relasi rumah tangga atau keluarga (Household relation asets), misalnya
memanfaatkan jaringan dan dukungan dari sistem keluarga besar, kelompok etnis,
migrasi tenaga kerja dan mekanisme.
e. Aset modal sosial (sosial capital aset), misalnya memanfaatkan lembaga-lembaga sosial
lokal, arisan dan pemberi kredit dalam proses dan sistem perekonomian keluarga
Selanjutnya Edi Suharno (2003) menyatakan strategi bertahan hidup (coping strategies)
dalam mengatasi goncangan dan tekanan ekonomi dapat dilakukan dengan berbgai cara. Caracara tersebut dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu:
a. Strategi aktif, yaitu strategi yang mengoptimalkan segala potensi keluarga untuk
(misalnya melakukan aktivitasnya sendiri, memperpanjang jam kerja, memanfaatkan
sumber atau tanaman liar dilingkungan sekitar dan sebagainya.
b. Strategi pasif, yaitu mengurangi pengeluaran keluarga (misalnya pengeluaran sandang,
pangan, pendidikan, dan sebagainya)
c. Strategi jaringan, misalanya menjalin relasi, baik formal maupun informal dengan
lingkungan sosialnya, dan lingkungan kelembagaan (misalnya: meminjam uang tetangga,
mengutang di warung, memanfaatkan program kemiskinan, meminjam uang kerentenir
atau bank, dan sebagainya.

Universitas Sumatera Utara

Hal tersebut telah terjadi pada masyarakat Petani Rakyat yang terdapat di Desa
Gurubenua, yang melakukan berbagai cara maupun strategi untuk mengatasi serangan wabah
hama lalat buah yang mempengaruhi kegiatan-kegiatan ekonomis keluarga, sosial dan budaya
mereka.
Untuk itu, perlulah kiranya untuk mengkaji lebih dalam lagi bagaimana sebenarnya
bentuk strategi yang mereka lakukan dalam memenuhi kebutuhan dan menjaga kelangsungan
hidupnya.
1.3

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas maka yang menjadi pokok

permasalahan yang peneliti ingin teliti adalah memberi gambaran mendalam tentang berbagai
strategi yang dilakukan petani jeruk di Desa Gurubenua untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
dengan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:

1.4



Apa saja strategi yang dilakukan petani untuk memenuhi kebutuhan hidup,



Bagaimana strategi adaptasi tersebut dilakukan, dan



Kenapa strategi-strategi tersebut dipilih.
Tujuan dan Manfaat penelitian

Tujuan dan manfaat penelitian yang dilakukan ini adalah:
Peneliti ingin mengetahui bagaimana strategi petani jeruk yang berada di Desa
Gurubenua dalam beradaptasi dalam memenuhi kebutuhan mereka. Hasil penelitian ini juga
diharapkan dapat memberi manfat baik secara peraktis maupun akademis. Secara peraktis,
penelitian ini diharapkan dapat membantu para petani dalam mentukan strategi yang tepat dalam
pemenuhan kebutuhan hidupnya baik itu secara biologis, kejiwaan, juga kehidupan sosialnya

Universitas Sumatera Utara

akibat seranagn hama lalat buah, dan dapat meningkatkan kembali pendapatan mereka. Secara
akademis, bermanfaat untuk menambah wawasan dan kepustakaan dibidang Antropologi
ataupun ilmu-ilmu pendidikan yang berkaitan dengan penelitian ini.
1.5 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
kualitatif 9 yang bersifat deskriktif. Penelitian ini berusaha untuk mendapatkan sebanyak
banyaknya data yang berkaitan dengan strategi adaptasi petani paska serangan hama lalat buah
dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup baik itu kebutuhan ekonomi, social, dan budaya.
Data dikelompokkan kedalam dua bagian yaitu data perimer dan data sekunder. Data
perimer merupakan data yang diperoleh dari lapangan melalui opservasi dan wawancara.
Sedangkan data sekunder seperti data pemerintah Kabupaten Karo dari lembaga dinas pertanian
merupakan data tambahan untuk mendukung data-data perimer yang di peroleh dari internet,
buku, jurnal, artikel dan sumber kepustakaan lainnya. Data perimer merupakan data utama yang
diperoleh melalui teknik opservasi dan wawancara.
Adapun metode yang dilakukan untuk mendapatkan data unttuk menjawab masalah
penelitian adalah :
1.5.1

Observasi
Obsrvasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pengamatan terlibat (opservasi

partisipasi) 10 yaitu selain mengamati, mendengarkan, mencatat apa saja yang berkaitan dengan
pengumpulan data yang dibutuhkan di dalam penelitian, peneliti juga langsung ikut terjun ke
lapangan baik itu ke kebun dan juga di tempat tinggal penduduk Desa Gurubenua agar dapat
9

Metode kualitatif adalah peroduk penelitian yang menghasilkan data deskriktif: ucapan atau tulisan dan perilaku
yang dapat diamati dari orang orang (subyek) itu sendiri.
10
Opserfasi partisipasi yaitu pengamatan yang berinteraksi dengan informan, dan dahulu menjalin hubungan
baik(rapor) dengan informan yang hendak diteliti (Danndjaja, 1994:104-105)

Universitas Sumatera Utara

secara langsung melihat dan langsung mengenal bagaimana (1) tindakan petani terhadap lahan
yang terserang hama lalt buah, (2) aktifitas petani jeruk dilahan yang terserang hama lalat buah,
dan (3) tindakan pengalihan lahan yang dilakukan petani dalam memenuhi kebutuhan hidup
akibat serangan hama lalat buah.
1.6.2

Wawancara
Penelitian menggunakan teknik wawancara mendalam untuk mendapatkan data yang

lebih banyak. Wawancara ditujukan pada setiap masiarakat khususnya petani jeruk yang sudah
mengganti tanamanya maupun petani yang masih menanam jeruk, hal ini dilakukan untuk
mendapatkan data-data yang lebih akurat dan mendalam karena para petani memiliki banyak
informasi dan memiliki banyak pengalaman.
Peniliti juga menggunakan alat bantu seperti perekam suara. Karena peneliti menyadari
keterbatasan dalam menghimpun semua data, sehingga alat perekam diperlukan untuk membantu
peneliti untuk merekam semua informasi yang didapat di lapangan selama wawancara
berlangsung. Adapun informan penelitian ini meliputi: informan kunci yaitu petani jeruk yang
ada di Desa Gurubenua, dan informan pangkal yaitu kepala desa.
Dalam penelitian ini nantinya akan menggunakan analisis data secara kualitatif. Analisis
data akan disususn berdasarkan pemahaman atau berdasarkan kategori-kategori yang sesuai
dengan tujuan penelitian. Keseluruhan data yang diperoleh dari lapangan kemudian akan diolah
secara sistematis, kemudian akan diuraikan kedalam bagian–bagian sub judul pada bab sesuai
dengan temanya masing-masing. Dengan ini diharapkan dapat ditemukan sebuah kesimpulan
yang dapat menjawab permasalahan yang diteliti

Universitas Sumatera Utara