KejahatanPerang di SuriahdenganMenggunakanSenjata KimiaTerhadapWarga Sipil Ditinjau dari Hukum Internasional

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Peperangan yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir yang menimpa
beberapa negara di Dunia, banyak menimbulkan beberapa kerugian, antara lain
kerugian fisik dan mental. Perang merupakan tingkat tertinggi dari konflik antara
dua pihak atau lebih. Tipe interaksi ini telah berlangsung sejak munculnya
peradaban manusia hingga sekarang. Sejak zaman kuno telah ditemukan buktibukti mengenai interaksi ini. Bab ke empat dari kitab injil menyebutkan tentang
pembunuhan manusia pertama. Bahkan, dalam epik Hindu Klasik, The Bhagavad
Gita dengan luas menggambarkan tentang kepahlawanan, penguasa-penguasa
tangguh dan hebohnya perang antara dua pasukan yang bermusuhan.
Jika perang sudah menjadi takdir manusia, maka beberapa ilmuan
mencoba mencari penjelasan logis atas situasi ini yang dihubungkan dengan sifatsifat bawaan manusia sejak lahir. Salah satu studi yang dilakukan oleh pakar
psikilogikal, Sigmund Freud, menyebutkan, sifat menyerang atau sifat agresif
manusia merupakan suatu insting, yaitu dorongan yang muncul dari dalam diri
manusia. Freud menyebutkan agresi, dalam konteks Thanatos, sebagai dorongan
untuk mati. Thanatos ini digunakan Freud untuk menjelaskan mengapa ribuan
orang berbondong-bondong untuk pergi ke medan perang untuk mendatangi
kematiannya antara tahun 1914-1918. Selanjutnya menurut Freud, semua insting
ditujukan untuk mengurangi atau meredakan ketegangan, perangsangan, dan


1
Universitas Sumatera Utara

gairah. Dorongan untuk mati ini dihubungkan dengan motivasi untuk
mencapaikeadaan damai dan tenang, semacam Oriental Heaven atau kehampaan
dan hilangnya semua keinnginan. 7
Oleh karena perang lahir bersamaan dengan adanya manusia, maka
tidaklah mengherankan apabila hingga saat ini banyak peperangan yang telah
terjadi. Beberapa diantaranya ialah peperangan besar yang hingga saat ini masih
diingat oleh manusia, contohnya Perang Dunia I (World War I atau First World
War) yang terjadi pada tahun 1914 hingga tahun 1918, yang terjadi di Eropa, 8
serta perang dunia ke II (World War II atau Second World War) yang terjadi pada
tahun 1939 hingga tahun 1945, 9eyang melibatkan sebagian besar negara yang ada
di dunia, baik secara langsung maupun tidak langsung, serta perang-perang
lainnya.
Selain itu, sejarah mencatat

perang merupakan fenomena yang


mempengaruhi nilai-nilai kemanusiaan, karena selama berlangsungnya perang
sering terjadi pelanggaran hak-hak individu dan masyarakat. Sehingga manusia
yang mulia menjadi sosok yang tidak bernilai. Perang seperti apapun bentuknya
selalu mandatangkan kerugian dan penderitaan bagi kedua belah pihak yang
berperang. Baik yang menang maupun yang kalah selalu dirugikan oleh
kekejaman dan kebengisan senjata dan kekerasan selama perang berlangsung. 10
Setidaknya ada beberapa akibat yang disebabkan oleh perang. Selain
kerugian materi seperti mengakibatkan kelaparan, kekurangan pangan dan
7

Ambarawati, dkk, Hukum Humaniter Internasional dalam Studi Hubungan
Internasional, Cetakan Keempat, Rajawali Pers, Jakarta, 2013, hal. 5-6
8
“World War I, dimuat dalam http://en.wikipedia.org/wiki/World_War_I ,diakses pada 1
Desember 2016 pukul 09.30 WIB”
9
“World War II, dimuat dalam http://en.wikipedia.org/wiki/World_War_II ,diakses pada
1 Desember 2016 pukul 09.33 WIB”
10
Radjab Suryadi,Dasar-Dasar Hak Asasi Manusia, Lembaga Penerbitan PBHI, Jakarta,

2002, Cetakan Pertama,chal. 20

2
Universitas Sumatera Utara

3

mewabahnya

penyakit,

perang

juga

senantiasa

melahirkan

dendam.


Eksessosiologinya mengakibatkan kemiskinan masal, kebodohan dan mewariskan
permusuhan. Lebih jauh peperangan juga melahirkan resesi dunia dan krisis
ekonomi dunia. 11
Oleh karena perang adalah suatu hal yang sering terjadi, maka dibuatlah
suatu peraturan hukum yang mencoba mengatur agar suatu perang dapat
dilakukan dengan memperhatikan prinsip-prinsip kemanusiaan yakni peraturan
hukum yang saat ini dikenal dengan Hukum Humaniter Internasional
(International Humanitarian Law). Penting untuk diketahui bahwa Hukum
Humaniter tidak melarang perang, walaupun ada ketentuan lain dalam Hukum
Internasional yang mengatur pelarangan perang. 12
Hukum Humaniter dahulunya dikenal dengan istilah Hukum perang (Laws
of War) ataupun Hukum Konflik Bersenjata (Laws of Armed Conflict).13 Prubahan
yang terjadi ini tidak hanya terbatas pada perubahan nama semata, melainkan juga
memperluas cakupan yang diatur.hukum Humaniter tidak saja mencakup Ius ad
bellum, tetapi juga Ius in bello.
Ius ad bellum ialah hukum tentang perang, yang membahas mengenai
kapan atau dalam keadaan bagaimana suatu negara dibenarkan untuk
berperang. 14Sedangkan Ius in bello ialah hukum yang berlaku dalam perang, yang
tidak saja mengatur mengenai cara dan alat berperang melalui hukum Den Haag,

tetapi juga mengatur mengenai perlindunga terhadap korban perang melalui

11

Ratno Lukito, Saddam dalam Hukum Internasional, Kompas (jakarta), Rabu, 17
Desember 2013, hal. 4
12
Haryomataram, Pengantar Hukum Humaniter, Cetakan Pertama, PT Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 2005, hal 3
13
Ibid., hal. 1.
14
Ibid., hal. 2.

Universitas Sumatera Utara

4

Hukum Jenewa. Pengaturan lebih lanjut terdapat dalam Protokol-Protokol
tambahan 1977. Adapun Hukum Den Haag, Hukum Jenewa, serta Protokolprotokol Tambahan 1977 tersebut dipndang sebagai sumber Hukum Humaniter

yang utama. 15
Lahirnya suatu peraturan tentu memiliki tujuan yang hendak dicapai.
Begitu pula dengan lahirnya Hukum Humaniter. Adapun beberapa tujuan hukum
humaniter yang dapat dijumpai dalam beberapa kepustakaan anatara lain sebagai
berikut:
1. Memberikan perlindungan terhadap kombatan maupun penduduk sipil
dari penderitaan yang tidak perlu (unnecessary suffering).
2. Menjamin hak asasi manusia yang sangat fundmental bagi mereka
yang jatuh ke tangan musuh. Kombatan yang jatuh ke tangan musuh
harus dilindungi dan dirawat serta berhak diperlakukan sebagai
tawanan perang.
3. Mencegah dilakukannya perang secara kejam tanpa mengenal batas. Di
sini, yng terpenting adalah asas perikemanusiaan. 16
Berdasarkan tujuan hukum humaniter diatas, dapatlah terlihat tiga asas
utama di dalam hukum humaniter, yaitu:
1. Asas Kepentingan Militer (military necessity)
Pihak yang bersengjeta dibenarkan menggunakan kekerasan untuk
menundukkan lawan demi tercapainya tujuan dan keberhasilan perang.
2. Asas Perikemanusiaan (humanitary)
15


Ibid., hal. 3.
Arlina Permatasari, dkk, Pengantar Hukum Humaniter, cetakan pertama, International
Committee Of The Red Cross, jakarta, 1999, hal. 12.
16

Universitas Sumatera Utara

5

Pihak

yang

bersengketa

diharuskan

untuk


memperhatikan

perikemanusiaan, dimana mereka dilarang untuk menggunakan
kekerasan yang dapat menimbulkan luka yang berlebihan atau
penderitaan yang tidak perlu.
3. Asas Kesatriaan
Di dalam perang, kejujuran harus diutamakan. Penggunaan alatalat yang tidak terhormat, berbagai macam tipu muslihat dan cara-cara
yang bersifat khianat dilarang. 17
Dari ketiga asas diatas, asas perikemanusiaanlah yang paling tercermin di
dalam pengaturan, baik di dalam Hukum Den Haag maupun Hukum Jenewa.
Dalam hukum Den Haag, asas perikemanusiaan tercermin dari dilarangnya
membunuh warga sipil yang tidak bersalah dengan menggunakan senjata yang
tidak diperbolehkan misalnya senjata kimia karena menimbulkan penderitaan
yang idak perlu. 18
Bentuk pelanggaran inilah yang disebut dengan kejahatan perang, dalam
cakupan hukum internasional, ialah pelanggaran terhadap hukum oleh satu atau
beberapa orang, baik militer maupun sipil. Setiap pelanggaran hukum perang pada
konflik antar bangsa merupakan kejahatan perang. Pelanggaran yang terjadi pada
konflik internal suatu negara, belum tentu bisa dianggap kejahatan perang.


17
18

Ibid., hal. 11.
Knut D. Asplund, dkk, Hukum Hak Asasi Manusia, Pusham UII, Yogyakarta, 2008,

Hal, 377.

Universitas Sumatera Utara

6

Perlakuan semena-mena terhadap tawanan perang atau penduduk sipil,
pembunuhan massal dan genosida dianggap sebagai suatu kejahatan perang.

19

Dalam konvensi dinyatakan bahwa kejahatann perang dan kejahatan
kemanusiaan merupakan salah satu kejahatan yang paling tinggi dalam Hukum
Internasional. Dan pelaku kejahatan perang dimungkinkan untuk dituntut dan

dipidana di forum Mahkamah Militer Nasional maupun Mahkamah Kejahatan
Internasional.

20

. Salah satu bentuk kejahatan perang adalah dilarangnya

penggunaan senjata-senjata tertentu yang diatur dalam hukum Den Haag, salah
satunnya adalah senjata kimia, karena dianggap mampu menyebabkan luka yang
tidak perlu serta penderitaan yang berlebihan. Sedangkan di dalam Hukum
Jenewa ikut mengatur masalah perlindungan terhadap warga sipil dan tawanan
perang, dimana tawanan perang ialah suatu status yang diberikan kepada seorang
kombatan yang jatuh ke tangan musuh. 21
Senjata kimia dilarang penggunaannya dalam suatu peperangan karena
dampaknya yang sangat tidak manusiawi. Bahkan seseorang yang tidak terkena
serangannya secara langsung pun dapat merasakan dampaknya. Selain tidak
mengenal lawan, alasan lainnya kenapa senjata kimia dilarang penggunaannya
ialah karena dampak senjata kimia yang dapat membuat luka permanen bahkan
menimbulkan suatu penyakit yang dirasakan korbannya bahkan setelah perang
berakhir. Keseriusan dalam pelarangan penggunaan senjata kimia inilah yang

akhirnya melahirkan The 1993 Chemical Weapons Convention (untuk selanjutnya
19

“Kejahatan Perang, dimuat dalam http://en.wikipedia.org/wiki/Kejahatan_Perang ,
diakses pada 1 Desember 2016 pukul 09.35 WIB”
20
Konvensi tentang Tidak Dapt Ditetapkannya Pembatasan Statuta pada Kejahatan Perang
dan Kejahatan Kemanusiaan, hal, 1.
21
Arlina Permatasari, dkk, Op.cit., hal, 2.

Universitas Sumatera Utara

7

akan disingkat “CWC”), walaupun penggunaan senjata yang demikian telah
dilarang sebelumnya. 22 Contohnya dapat kita lihat dalam kasus penggunaan
senjata kimia oleh Ameika serikat terhadap Vietnam pada Perang Vietnam dalam
kasus Agent Orange 23 , yang mengakibatkan terjadinya kelaparan di daerah
tersebut. Bahkan pada tanah air di beberapa daerah memiliki konsentrasi zat kimia
yang jauh dari level aman ileh Agen Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat
(U.S Environmental Protection Agency. Akibat lain daripada penggunaan senjata
kimia oleh Amerika Serikat tersebut ialah terdapat 400.000 (empat ratus ribu)
orang yang terbunuh atau menjadi cacat, dan 500.000 (lima ratus ribu) anak lahir
dengan cacat lahir. 24
Penggunaan senjata kimia di dalam konflik bersenjata tidaklah
berperikemanusiaan karena dampak yang dihasilkannya tidak sesuai dengan Asas
Perikemanusiaan. Oleh karenanya penggunaan senjata kimia dalam hukum
konflik bersenjata merupakan suatu pelanggaran terhadap Hukum Humaniter
Internasional yang menyita perhatian berbagai negara, bahkan yangtidak terlibat
dalam konflik bersenjata tersebut.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka pokok permasalahan yang akan dibahas
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
22

Pelarangan hukum Internasional terhadap penggunaan senjata yang demikian pertama
kali dapat ditemukan pada 1925 Geneva Protocol for the Prohiibition of the use in war of
Asphyxiating, Poisonous of the Gasses, and Bacteriological Methods of Warfare, yang merupakan
salah satu sumber Hukum Humaniter, yang dikutip dari buku Haryomataram, Op. Cit., hal. 51.
23
Kasus Agent Orange ialah salah satu kasus dimana Amerika Serikat menggunakan
senjata
kimia
terhadap
tanaman-tanaman
yang
ada
di
Vietnam,
en.wikipedia.org?wiki?Agent_Orange, diakses 1 Desember 2016 pukul 11.05. WIB.
24
Agent Orange, en.wikipedia.org?wiki?Agent_Orange, diakses pada 1 Desember 2016
pukul 11.05. WIB.

Universitas Sumatera Utara

8

1. Bagaimana Hukum Internasional menanggapi kejahatan perang serta
apa peranan Perserikatan Bangsa-Bangsa dalam menanggapi masalah
kejahatan perang?
2. Bagaimana pengaturan hukum Internasioanl mengenai pelarangan
senjata kimia serta apa peranan perserikatan Bangsa-Bangsa dalam
menanggapi kasus penggunaan senjata kimia?
3. Bagaimana pengaturan Hukum Internasional terkait masalah kejahatan
perang yang dilakukan di Suriah terkait penggunaan senjata kimia?
C. Tujuan Pembahasan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui pengaturan hukum Internasional tentang kejahatan
perang serta peranan Perserikatan Bangsa-Bangsa dalam menanggapi
masalah ini.
2. Untuk mengetahui pengaturan Internasional terkait

pelarangan

penggunaan senjata kimia.
3. Untuk mengetahui kejahatan perang yang dilakukan di Suriah terkait
penggunaan senjata kimia terhadap warga sipil.

D. Keaslian Penulisan
Adapun judul tulisan ini adalah “Kejahatan Perang di Suriah dengan
Menggunakan Senjata Kimia Terhadap Warga Sipil Ditinjau Dari
Hukum Internasional” merupakan tulisan yang masih baru dan belum ada
tulisan lain dalam bentuk skripsi yang membahas tentang masalah ini.

Universitas Sumatera Utara

9

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari pepustakaan Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara, judul skripsi ini belum pernah ditulis dan diteliti
dalam bentuk yang sama dengan judul skripsi Mahasiswa Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara. Maka dengan ini penulis menyatakan bahwa
penelitian skripsi ini masih orisinil dan dapat dipertanggungjawabkan secara
ilmiah.
E. Metode Penelitian
Untuk menyelesaikan sebuah permasalahann yang akan diteliti maka
tentunya penulis harus mengumpulkan data-data yang berkaitan dengn
permasalahan yang akan diteliti serta untuk melengkapi penelitian ini agar tujuan
dapat terarah serta dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, maka metode
penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Jenis Penelitian
Secara

tipologis,

penelitian

penuliasan

ini

menggunakan

studi

kepustakaan yaitu memperoleh dan mengumpulkan data untuk mendapatkan data
sesuai harpan penulis dan seperti yang digambarkan dalam data kepustakaan atau
dalam kata lain penelitin ini menggunakan metode Yuridis Normatif, yaitu
penelitian hukum yang dilakukan dengan cara menelliti bahan pustaka dan data
sekunder. 25
Penelitian jenis ini digunakan untuk meneliti norma hukum internasional
yang berlaku yang mengatur tentang masalah kejahatan perang terkait penggunaan
senjata kimia sebagaimana yang diatur dalam hukum internasional yang berlaku

25

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan
Singkat, P.T. Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2001, hal. 13.

Universitas Sumatera Utara

10

bagi masyarakat dunia, contohnya : Konvensi Den Haag, Konvensi Jenewa, dan
konvensi senjata kimia (Chemical Weapons Convention).
Selain itu, penelitian ini juga menggunakan motode analisis, yaitu
menganalisis tentang upaya untuk menegakkan hukum Humaniter Internasional
ketika terdapat kejahatan perang dengan menggunakan senjata kimia di dalam
konflik bersenjata dalam perspektif hukum Internasional.
2. Data Penelitian
Penelitian ini memusatkan pada berbagai norma hukum internasional
yang menjadi dasar standar internasional yang diterapkan di negara-negara di
dunia dan norma-norma hukum internasional yang mengatur tentang hukum
humaniter internasional.
Data dalam penelitian ini mempergunakan data sekunder yang terdiri
dari:
a. Bahan hukum Primer 26, yaitu bahan hukum yang mengikat secara
umum, termasuk di dalamnya Konvensi-Konvensi Internasional dan Perjanjian
Internasional yang berkaitan dengan penggunaan senjata di dalam konflik
bersenjata, yaitu:
1. The Law of The Hague
2. Convention on the Ptohibition of The Development, Production,
Stockpiling, and Use of Chemical Weapons and on Their
Destrruction,

yang

dikenal

dengan

Chemical

Weapons

Conventions.
26

Bahan hukum primer yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat, dan terdiri dari (untuk
Indonesia): a. Norma atu kaedah dasar; b. Peraturan dasar; c. Peraturan perundang-undangan; d.
Bahan hukum yang tidak dikodifikasi; e. Yurisprudensi; f. Traktat; g. Bahan hukum dari zaman
penjajahan yang hingga kini masih beraku. Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian hukum, UIPress, Jakarta, 2005, hal 52.

Universitas Sumatera Utara

11

b. Bahan hukum sekunder 27 , yaitu tulisan-tulisan atau karya-karya
para ahli hukum dalam buku-buku teks, makalah, jurnal-jurnal, surat kabar,
internet, dan lain-lain yang relevan dengan masalah penelitian.
c. Bahan hukum tersier

28

, yaitu bahan-bahan hukum yang

memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dn
sekunder, diantaranya kamus-kamus bahasa.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumoulan data dengan cra penelitian kepustakaan
(Library Research), yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan
pustaka atau yang disebut dengan data sekunder. Adapun data sekunder yang
digunakan dalam penulisan skripsi ini antara lain berasal dari buku-buku koleksi
pribadi maupun pinjaman dari perpustakaan dan dosen pembimbing, artikelartikel yang berasal dari elektronik, dokumen-dokumen internasional yang resmi
dikeluarkan oleh instansi yang berwenang.
4.

Analisin Data
Data sekunder yang telah disusun secara sistematis kemudian

dianalisa secara kualitatif.

29

analisis secara kualitatif berarti analisis yang

memfokuskan perhatiannya pada makna-makna yang terkandung di dalam suatu
pernyataan, bukan analisis yang memfokuskan perhatiannya pada figur-figur
kuantitatif

semata.

Analisa

data

dilakukan

sedemikian

rupa

dengan

27

Bahan hukum sekunder ialah bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan
hukum primer. Ibid.
28
Bambang Sunggono, Metodologi Pnelitian Hukum (Suatu Pengantar), P.T.Rajagrafindo
Persada, Jakarta, 2001, hal. 117.
29
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan prosedur analisis yang tidak
menggunakan prosedur analisis statistic atau cara kuantifikasi lainnya, pengertian ini
mempertentangkan penelitian kualitatif dengan penelitian yang bernuansa kuantitatif yaitu dengan
menonjilkan bahwa usaha kuantifikasi apapunn tidak perlu digunakan pada penelitian kualitatif.
Lexy j. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, cetakan keduapuluh dua, PT.
Remaja Rosdakarya Offset, Bandung, 2006. Hal. 5.

Universitas Sumatera Utara

12

memperhatikan aspek kualitatif lebih daripada aspek kuantitatif dengan maksud
agar diperoleh kesimpulan yang sesuai dengan tujuan penelitian yang telah
dirumuskan.
F. Tinjauan Kepustakaan.
Penelitian ini memperoleh bahan tulisannya dari buku-buku, laporan-laporan
dan informasi dari internet. Untuk itu, diberikan penegasan dan pengertian
terhadap judul penelitian ini, ditinjau dari sudut etimologi (arti kata) dan
pengertian =-pengertian lainnya dari sudut ilmu huku maupun pendapat para
sarjana sehingga mempunyai arti yang lebih tegas.
Kejahatan perang adalah segala pelanggaran terhadap hukum-hukum perang
atau hukum humaniter internasional yang mendatangkan tanggung jawab kriminal
individu. Pengadilan Militer Internasional di Nuremberg mendefinisikan
kejahatan perang sebagai “pelanggaran terhadap hukum atau kebiasaan hukum”,
termasuk pembunuhan, perlakuan buruk, atau deportasi pendudup sipil dalam
wilayah yang telah diduduki, pembunuhan atau perlakuan buruk terhadap tahanan
perang, pembunuhan sandera; perampasanbarang-barang publik atau harta milik
pribadi; perusakan tanpa alasan atas kota-kota; dan penghancuran tanpa
kepentingan militer. 30
Tindakan ilegal yang paling serius adalah pelanggran-pelanggaran berat atas
Konvensi-Konvensi Jenewa tahun 1949. Tindakan ilegal mencakup: penggunaan
caradan metode peperangan yang dilarang, termasuk racun atau senjata lain
terhitung menyebabkan penderitaan yang tidak seharusnya salah satunya ialah

30

Soedjono D. Soekamto, Kriminologi Suatu Pengantar, GhaliaIndonesia, Bandung,
19876, hal. 21.

Universitas Sumatera Utara

13

penggunaan senjata kimia yang sekarang sedang terjadi di Suriah. Lalu, apa itu
senjata kimia?
Pengertian senjata kimia terdapat dalam Chemical Weapons Convention yaitu
suatu konvensi yang mengatur masalah pelarangan penggunaan senjata kimia,
dalam pasal 2 ayat 1 tertulis:

31

“Chemical Weapons” means yhe following, together or separately:
(a) Toxic chemicals and their precursors, except where intended for purposes
not prohibited under this convention, as long as the types and quantities
are consistent with such purpose;
(b) Munitions and devices, specifically designed to cause or other harm
through the toxic properties of those toxic chemicals specified in
subaparagraph (a), which would be released as a result of the
employment of such munitions and devices;
(c) Any equipment specifically designed for use directly in connection with
the employment of munitions and devices specified in subparagraph (b)
Berdasarkan pengertian yang diberikan diatas, dapatlah disimpulkan
bahwa senjata kimia yang dimaksud dalam penlitian ini adalah: a) zat kimia
yang beracun beserta turunannya, kecuali zat kimia beracun yang ditujukan
untuk hal-hal yang disizinka oleh konvensi ini, sepanjang jenis dan
jumlahnya sejalan dengan tujuan dijinkannya penggunaan zat kimia beracun
tersebut.

31

Organisation for the Probihition Of Chemical Weapons, Conventioon on the
Probihition of Develpment, Production, Stockpiling and Use of Chemical Weapons and on Their
Destruction, pasal 2 ayat 1.

Universitas Sumatera Utara

14

b) Mesiu dan senjatanya yang khusus dibuat untuk membunuh ataupun
melukai orang lain dengan menggunakan zat kimia beracun yang terdapat
pada sub-bagian (a); serta,
c) Alat-alat lainnya yang dibuat khusus untuk digunakan secara langsung
dengan penggunaan mesiu dan senjata yang dijelaskan pada sub-bagian (b).
Pada bagian diatas, khususnya dalam sub-bagian (a), terdapat hal-hal yang
membuat penggunaan zat kimia diperbolehkan, hal ini lebih lanjut di jabarkan
dalam pasal 2 ayat 9 dalam Chemical Weapons Conventionmengenai pembenaran
penggunaan bahan kimia beracun, antara lain: 32
a) Industrial, agricultural, research, medical, pharmaceutical or peaceful
purposes;
b) Protective purposes, namely those purose direcly related to protection
against toxic chemicals and to protection against chemical weapons;
c) Military purposes not connected with the use chemical weapons and not
dependent on the use of the topic properties of chemicals as a method of
warfare;
d) Law enforcement including domestic riot control purposes.
Berdasarkan kutipan diatas, kita dapat melihat ada beberapa tujuan
penggunaan zat kima beracun yang tidak dilarang dalam Chemical Weapons
Convention, diantaranya untuk tujuan:
a) Industri, pertanian, penelitian, medis, farmasi;
b) Perlindungan

32

Ibid., Pasal 2 ayat 9.

Universitas Sumatera Utara

15

c) Militer yang tidak berhubungan dengan penggunaan senjata kimia dan
tidak bergantung dengan penggunaan zat kimia sebagai salah satu
metode berperang;
d) Serta penegakan hukum.

G. Sistematika Penulisan
Sebagaimana layaknya laporan hasil ilmiah yang standar dalam bentuk
skripsi, maka laporan ini menjelaskan secara teknis prosedural. Untuk
mendapatkan gambaran jelas mengenai materi yang menjadi pokok penulisan
skripsi ini dan agar memudahkan para pembaca dalam mempelajari tata urutan
penulisan skripsi ini, maka penulis menyusun sitematika penulisan sebagai
berikut:
Bab pertama yaitu pendahulian. Dalam bab ini dikemukakan latar
belakang, perumusan masalah, tujuan pembahasan, metode penelitian, tinjauan
kepustakaan, dan sistematika penulisan.
Bab kedua yaitu tinjauan umum tentang kejahatan perang. Dalam bab ini
penulis membagikan pengertian kejahatan perang, bentuk-bentuk kejahatan
perang, serta peranan organisasi perserikatan Bangsa-Bangsa dalam menangani
masalah kejahatan perang.
Bab ketiga yaitu mengenai aturan hukum internasional dalam penggunaan
senjata kimia, kewenangan Perserikatan Bangsa-Bangsa dalam menangani kasus
penggunaan senjata kimia, serta apa saja alasan-alasan pelarangan penggunaan
senjata kimia.

Universitas Sumatera Utara

16

Bab keempat yaitu membahas mengenai kejahatan perang yang terjadi di
Suriah, dimulai dengan pembahasan mengenai latar belakang terjadinya perang di
suriah, bentuk-bentuk kejahatan perang yang terjadi di suriah, serta inti dari
permasalahan dalam skripsi ini yaitu kejahatan perang di Suriah dengan
menggunakan senjata kimia terhadap warga sipil.
Bab kelima merupakan akhir dari keseluruhan rangkaian dalam penelitian
skripsi ini yang berupa kesimpulan dari keseluruhan uraian materi pembahsan dan
disertai dengan beberapa saran yang mungkin akan bermanfaat.

Universitas Sumatera Utara