Pengaruh Asal Stek dan Zat Pengatur Tumbuh Atonik Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Ubi jalar (Ipomoea batatas L.) Lamb

 

TINJAUAN PUSTAKA
Perkembangan Tanaman Ubi jalar
Ubi jalar atau ketela rambat (sweet potato) diduga berasal dari benua
Amerika. Para ahli botani dan pertanian memperkirakan daerah asal tanaman ubi
jalar

adalah:

Selandia

Baru,

Polinesia,

dan

Amerika

bagian


tengah.

Nikolai Ivanovich Vavilov, seorang ahli botani Soviet, memastikan daerah
sentrum primer asal tanaman ubi jalar adalah Amerika Tengah. Ubi jalar mulai
menyebar ke seluruh dunia, terutama negara-negara beriklim tropis, pada abad
ke-16. Penyebaran ubi jalar ke kawasan Asia, terutama Filipina, Jepang dan
Indonesia dilakukan oleh masyarakat spanyol (Purwono dan Purnamawati, 2007).
Plasma nutfah (sumber genetik) tanaman ubi jalar yang tumbuh di dunia
diperkirakan berjumlah lebih dari 1000 jenis, namun baru 142 jenis yang
diidentifikasi oleh para peneliti. Lembaga penelitian yang menangani ubi jalar,
antara lain adalah International Potato Centre (IPC) dan Centro International de
La Papa (CIP). Di Indonesia, penelitian dan pengembangan ubi jalar ditangani
oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan atau Balai Penelitian
Kacang-kacangan dan Umbi-umbian (Balitkabi) (Rukmana, 2007).
Ciri Morfologi
Ubi jalar termasuk tanaman dikotiledon (biji berkeping dua). Selama
pertumbuhannya, tanaman semusim ini dapat berbunga, berbuah, dan berbiji.
Sosok pertumbuhannya terlihat seperti semak atau menjalar bagai liana. Ciri
tanaman ubi jalar yaitu sebagai berikut:

a. Batang tidak berkayu
b. Daun berbentuk jantung atau hati

Universitas Sumatera Utara

 

c. Bunga berbentuk terompet
d. Berbuah kapsul dan berbiji pipih
e. Berakar serabut dan berakar lumbung
f. Umbi bervariasi
Tekstur utama ubi jalar dapat dibedakan setelah umbinya dimasak, ada tiga
tipe tekstur umbi, yaitu:
a. Daging umbi padat, kesat, dan bertekstur baik;
b. Daging umbi lunak, lembap dan lengket; serta
c. Daging umbi kasar, dan berserat.
(Apriliyanti, 2010).

Gambar 1. Ubi jalar varietas Kidal
Sumber: Koleksi pribadi


Universitas Sumatera Utara

 

Juanda dan Cahyono (2000) menggolongkan ubi jalar berdasarkan warna
yakni:
a. Ubi jalar putih yakni ubi jalar yang memiliki daging umbi berwarna putih.
Misalnya, varietas tembakur putih, varietas tembakur ungu, varietas Taiwan dan
varietas MLG 12659-20P.
b. Ubi jalar kuning, yaitu jenis ubi jalar yang memiliki daging umbi berwarna
kuning, kuning muda atau putih kekuningan; misalnya: varietas Lapis 34, varietas
South Queen 27, varietas Kawagoya, varietas Cicah 16 dan varietas Tis 5125-27.
c. Ubi jalar orange yaitu jenis ubi jalar yang memiliki daging umbi berwarna
jingga hingga jingga muda; misalnya, varietas Ciceh 32, varietas mendut dan
varietas Tis 3290-3.
d. Ubi jalar ungu yakni ubi jalar yang memiliki daging umbi berwarna ungu
hingga ungu muda; misalnya: MSU 01022-12, MSU 01008-16, MSU 01016-19,
Ayamurasaki, dan Antin-1.
Botani Tanaman

Tanaman ubi jalar menurut Steenis (2006) diklasifikasikan sebagai
berikut: Kingdom

:

Plantae;

Divisio

:

Spermatophyta;

Subdivisio : Angiospermae; Kelas : Dicotyledoneae; Ordo : Solanales;
Family : Convolvulaceae; Genus : Ipomoea; Spesies: Ipomoea batatas (L.) Lamb.
Ada 2 tipe akar ubi jalar yaitu akar penyerap hara di dalam tanah dan akar
lumbung atau umbi. Akar penyerap hara berfungsi untuk menyerap unsur-unsur
hara yang ada dalam tanah, sedangkan akar lumbung berfungsi sebagai tempat
untuk menimbun sebagian makanan yang nantinya akan terbentuk umbi.
Kedalaman akar tidak lebih dari 45 cm. Biasanya sekitar 15 persen dari seluruh


Universitas Sumatera Utara

 

akarnya yang terbentuk akan menebal dan membentuk akar lumbung yang
tumbuh agak dangkal. Ukuran umbi meningkat selama daun masih tetap aktif
(Sonhaji, 2007).
Batang ubi jalar berbentuk silinder dan panjang, memiliki ruas, yang
pertumbuhannya tergantung pada kebiasaan pertumbuhan budidaya dan
ketersediaan air dalam tanah. Beberapa kultivar memiliki batang dengan
karakteristik melilit. Panjang ruas dapat bervariasi dari pendek hingga sangat
panjang, dan menurut diameter batang bisa tipis atau sangat tebal. Tergantung
pada kultivar ubi jalar, warna batang bervariasi dari hijau hingga benar-benar
berpigmen dengan anthocyanin (merah – ungu) (Huaman, 1992).
Ubi jalar merupakan spesies heksaploid dengan 90 kromosom somatik.
Semua klon yang berbunga dan tidak berbunga, memiliki durasi dan inisiasi
pembungaan yang bervariasi. Bunga berkumpul keluar dari ketiak dan tumbuh
terkurung. Bunga ubi jalar adalah jenis biseksual. Mahkota bunga terlihat
menarik, berwarna ungu keputih-putihan dan berbentuk corong dibentuk oleh

perpaduan dari lima kelopak. Bunga mekar dimulai sebelum fajar dan menutup
pada pukul 9-11 pagi. Bunga ubi jalar merupakan bunga dengan tipe penyerbukan
entomophilis (dibantu oleh serangga). Buah berbentuk kapsul dengan jaringan
septa yang palsu. Kulit biji memiliki struktur yang keras dan tahan terhadap air.
Oleh karena itu, skarifikasi diperlukan untuk mendorong perkecambahan
(Gopalakrishnan, 2007).
Daun-daun sederhana dan secara spiral diatur bergantian pada batang
dalam pola yang dikenal sebagai 2/5 phyllotaxis (ada 5 daun spiral diatur dalam 2

Universitas Sumatera Utara

 

lingkaran di sekitar batang untuk setiap dua daun berada di bidang vertikal yang
sama pada batang). Bentuk dari garis umum daun ubi jalar antara lain bulat,

Gambar 2. Daun, batang dan bunga tanaman ubi jalar varietas Antin-1
Sumber: Koleksi pribadi

reniform (berbentuk ginjal), berbentuk hati (berbentuk hati), segitiga, hastatus

(trilobular dan berbentuk tombak dengan dua hati basal divergen), lobed dan
hampir terbagi dua (Huaman, 1992).
Mahkota bunga menyatu membentuk terompet, berdiameter 3 – 4 cm,
berwarna merah jambu pucat dengan leher terompet kemerahan, ungu pucat atau
ungu, menyerupai warna bunga ‘mekar pagi’ (morning glory). Bunga mekar pada
pagi hari, dan menutup serta layu dalam beberapa jam. Penyerbukan dilakukan
oleh serangga. Biji terbentuk dalam kapsul, sebanyak 1 – 4 biji. Biji matang
berwarna hitam, bentuknya memipih, dan keras, dan biasanya memerlukan
pengausan

(skarifikasi)

untuk

membantu

perkecambahan

(Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).


Universitas Sumatera Utara

 

Gambar 3. Bunga tanaman ubi jalar varietas Kidal
Sumber: Koleksi pribadi

Bagian dasar putik berisi 2 ovarium, dan masing-masing ovarium
berpotensi menghasilkan 2 biji. Oleh karena itu setiap buah, yang disebut kapsul,
dapat mengandung maksimal 4 biji. Kapsul hasil penyerbukan buatan biasanya
hanya berisi 1 atau 2 biji, dan sebagian besar kapsul hasil penyerbukan alami
mengandung 2 sampai 3 biji (Wilson et al.,1989).
Biji terdapat dalam kapsul, sebanyak 1 – 4 biji. Biji matang berwarna
hitam, bentuknya memipih dan keras, dan biasanya memerlukan pengausan
(skarifikasi) untuk membantu perkecambahan (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Akar penyimpanan adalah bagian komersial dari ubi jalar yang tanaman
yang disebut sebagai "umbi". Banyak kultivar yang berkembang memiliki akar
penyimpanan pada tunas dari stek batang yang berada di bawah tanah. Namun,
kultivar yang banyak tersebar menghasilkan akar penyimpanan pada beberapa
tunas yang kontak langsung dengan tanah. Bagian-bagian dari akar penyimpanan


Universitas Sumatera Utara

 

adalah ujung proksimal yang bergabung ke batang, melalui tangkai akar, dimana
banyak tunas adventif ditemukan. Tunas adventif yang terletak di bagian tengah
dan distal biasanya tumbuh lambat daripada yang terletak di ujung proksimal
(Huaman, 1992).

Gambar 4. Umbi tanaman ubi jalar varietas Kidal umur 14 MST
Sumber: Koleksi pribadi

Syarat Tumbuh
Iklim
Ubi jalar adalah tanaman yang tumbuh baik di daerah beriklim panas dan
lembab, dengan suhu optimum 27°C berkelembaban udara 50% – 60% dan lama
penyinaran 11-12 jam per hari dengan curah hujan 750 mm – 1500 mm per tahun.
Produksi dan pertumbuhan yang optimal untuk usaha petani ubi jalar yang cocok
adalah pada saat musim kemarau (kering). Tanaman ini dapat tumbuh sampai

ketinggian 1.000 meter di atas permukaan laut. Ubi jalar masih dapat tumbuh

Universitas Sumatera Utara

 

dengan baik di dataran tinggi (pegunungan) tetapi umur panen menjadi panjang
dan hasil yang didapat rendah (Rukmana, 1997).
Tanaman ubi jalar cocok dibudidayakan di daerah yang memiliki suhu
yang tinggi pada siang maupun malam hari, umumnya intensitas cahaya tinggi
dan

hari

panjang

yang

mendukung


pertumbuhan

tajuk

(Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Tanah
Tanah yang cocok untuk tanaman ubi jalar ini adalah tanah yang
mengandung pasir, kadar lempungnya ringan dan longgar, kondisinya gembur,
sehingga udara dan air dalam tanah dapat saling berganti dengan lancar; dengan
demikian umbi berkembang tanpa mengalami hambatan. Pada tanah yang berat
sebenarnya dapat juga ditanami ubi jalar namun harus diolah dan diberi campuran
pasir kompos dan pupuk organik, supaya tanah jadi longgar (Suparman, 2007).
Tanah

dengan

kerapatan

tinggi

atau

aerasi

jelek

menghambat

pembentukan akar dan hasil rendah. Media yang gembur diperlukan untuk
pertumbuhan umbi, sehingga penanamannya harus dilakukan di atas guludan.
Apabila pertanaman tidak dilakukan di atas guludan maka umumnya akan
dihasilkan umbi yang kecil-kecil sebab biasanya batang menjalar ke segala arah
dan setiap perakaran pada buku yang berhubungan dengan tanah menghasilkan
umbi yang kecil-kecil. Keasaman tanah optimum untuk pertumbuhannya yaitu
antara 5,6 – 6,6. Ubi jalar juga peka terhadap garam. Pembungaan dan
pembentukan akar dipacu dengan hari pendek, 11 jam atau kurang. Pada panjang
hari lebih dari 13,5 jam bunga akan gagal terbentuk (Huaman, 1992).

Universitas Sumatera Utara

 

Varietas Ubi jalar
Berbagai varietas ubi jalar berkembang di Indonesia. Warna umbinya
beraneka ragam, seperti putih, ungu, merah, kuning, atau oranye. Umbi ubi jalar
yang berwarna kuning kaya akan beta karoten (provitamin A) dan vitamin C.
Umbi berwarna ungu juga merupakan sumber vitamin C dan beta karoten yang
sangat baik. Bahkan, kandungan beta karotennya lebih tinggi dibandingkan ubi
jalar berdaging kuning. Sementara itu, ubi jalar berdaging putih tidak
mengandung vitamin tersebut atau sangat sedikit. Namun, umbi yang berwarna
putih

dapat

dijadikan

tepung

karena

berkadar

bahan

kering

tinggi

(Purwono dan Purnamawati, 2007).

Gambar 5. Tanaman ubi jalar varietas Kidal
Sumber: Koleksi pribadi

Kidal merupakan varietas unggul ubi jalar dengan tipe tanaman semi
kompak. Produktivitas mencapai 25–30 t/ha. Bentuk umbi membulat, tangkai
umbi sangat pendek. Warna kulit umbi merah dan warna daging kuning tua. Rasa
enak, kandungan bahan kering 31%, kandungan pati 32,85%, kandungan beta

Universitas Sumatera Utara

 

karoten 345 mkg/100 g. Varietas Kidal agak tahan terhadap hama boleng, dan
penyakit kudis. Varietas ini cocok untuk konsumsi. Umur panen 4,0–4,5 bulan
(Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2012).
Varietas Ayamurasaki merupakan varietas ubi jalar ungu yang mulai
banyak ditanam petani di daerah Malang dan digunakan sebagai pembanding
dalam prog pemuliaan ubi jalar ungu. Kandungan antosianinnya cukup tinggi
(282 mg/100 g bb) dengan potensi hasil 15-20 t/ha. Balitkabi telah melepas
varietas Antin-1 ubi jalar ungu kombinasi putih, yang sesuai untuk bahan baku
keripik (Ginting et al., 2011).
Ubi jalar Antin-1 merupakan hasil persilangan antara varietas lokal
Samarinda dari Blitar dengan Kinta varietas lokal Papua. Varietas ini toleran
terhadap kekeringan, mengandung zat antosianin 33,89 mg/100 g dan memiliki
corak warna yang atraktif yakni berwarna ungu bercampur putih pada daging
umbi. Potensi hasil mencapai 33,2 ton /ha dengan umur panen 4 - 4,5 bulan, serta
pigmen ubi jalar yang berwarna ungu megandung antosianin yang berfungsi
sebagai antioksidan (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2012).

Gambar 6. Ubi jalar varietas Antin-1
Sumber: Koleksi pribadi

Universitas Sumatera Utara

 

Keunggulan varietas Antin-1 ialah memiliki potensi hasil tinggi dan
toleran terhadap kekeringan. Corak warna umbi ungu bercampur putih yang
atraktif cocok di buat menjadi keripik. Mengandung zat antosianin sebagai
antioksidan untuk menangkal radikal bebas yang menyebabkan penuaan, kanker
dan penyakit-penyakit degeneratif lainnya. Antosianin juga memiliki kemampuan
sebagai anti-mutagenik dan anti-karsinogenik terhadap mutagen dan karsinogen
yang terdapat pada bahan pangan dan olahannya, mencegah gangguan pada fungsi
hati, anti-hipertensi dan menurunkan kadar gula darah (anti-hiperglisemik).
Varietas ubi jalar ini berpotensi dikembangkan secara komersial oleh industri
pangan

dan

olahan

termasuk

untuk

penyediaan

bahan

baku

farmasi

(Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2012).
Perbanyakan Ubi jalar Secara Vegetatif
Salah satu teknik perbanyakan vegetatif yang secara teknis cukup mudah
dan sederhana serta tidak membutuhkan biaya produksi dan investasi yang besar
adalah stek. Teknik perbanyakan vegetatif dengan stek adalah metode
perbanyakan tanaman dengan menggunakan bagian tanaman yang dipisahkan dari
induknya di mana jika ditanam pada kondisi yang menguntungkan untuk
beregenerasi

akan

berkembang

menjadi

tanaman

yang

sempurna

(Juhardi, 1995).
Keberhasilan stek membentuk akar dipengaruhi oleh umur tanaman, fase
pertumbuhan dan perbedaan bagian tanaman yang digunakan sebagai bahan stek.
Hal tersebut berhubungan dengan kandungan berbagai zat yang berperan dalam
pembentukan akar dan tunas seperti auksin, karbohidrat, dan nitrogen
(Syakir et al., 1992).

Universitas Sumatera Utara

 

Tanaman ubi jalar diperbanyak dengan stek batang. Bagian yang terbaik
untuk distek adalah bagian pucuk yang berdaun muda. Bahan tanaman (stek)
dapat berasal dari tanaman produksi dan dari tunas-tunas ubi yang secara khusus
disemai atau melalui proses penunasan. Perbanyakan tanaman dengan stek batang
atau stek pucuk secara terus menerus mempunyai kecendrungan penurunan hasil
pada generasi-generasi berikutnya. Oleh karena itu, perbanyakan harus
diperbaharui setelah 3-5 generasi. Caranya dengan menanam atau menunaskan
umbi untuk bahan perbanyakan (Purwono dan Purnamawati, 2007).
Bagian apikal dan tengah sulur merupakan bagian perbanyakan terbaik
untuk memperoleh hasil asimilat yang lebih tinggi di bagian akar. Pada bagian
bawah biasanya memiliki struktur yang tebal dan berkayu, terkadang sulit untuk
berkembang dan bagian tersebut lebih mudah terserang kumbang penggerek
(Nedunchezhiyan et al., 2012).
Penelitian yang telah dilakukan oleh Ratnasari (2014) mengenai pengaruh
asal bahan stek menunjukkan hasil bahwa terjadi interaksi antara asal bahan stek
bagian tengah dengan kombinasi bentuk potongan pangkal stek meruncing (A2B2)
terhadap parameter tinggi tanaman, diameter batang, laju tumbuh tinggi tanaman
dan jumlah daun. Asal bahan stek bagian tengah (A) dan bentuk pangkal stek
bentuk meruncing (B2) menghasilkan pertumbuhan stek ubi kayu paling baik.
Nedunchezhiyan et al., (2012) melaporkan bahwa di berbagai belahan
India, sulur dengan panjang 20-40 cm dengan 3-5 mata tunas merupakan bagian
optimal untuk produksi. Di Cuba, stek batang dengan panjang 25-30 cm
merupakan panjang yang ideal. Studi pada produksi bahan tanam yang dilakukan
di Bangladesh menunjukkan bahwa peningkatan jumlah mata tunas pada sulur

Universitas Sumatera Utara

 

mampu meningkatkan jumlah sulur per tanaman, panjang sulur dan produksi di
bagian akar. Stek pucuk apikal menghasilkan hasil yang lebih tinggi dibandingkan
dengan

stek

pertengahan

batang.

Hasil

yang

sama

dilaporkan

oleh

Siddique (1988) di Bangladesh.
Zat Pengatur Tumbuh Atonik
Zat pengatur tumbuh merupakan senyawa organik lengkap, selain dari
nutrisi, yang memodifikasi proses fisiologi tanaman. ZPT disebut biostimulan
atau penghambat alami, yang bertindak di dalam sel-sel tanaman untuk
menstimulasi atau menghambat enzim tertentu atau enzim sistem dan membantu
mengatur metabolisme tanaman. Mereka biasanya aktif pada konsentrasi yang
sangat rendah pada tanaman (Harms dan Oplinger, 1988).
Selama
digunakan

untuk

beberapa
mengatur

dekade,

zat

pertumbuhan

pengatur
tanaman

tumbuh

kapas,

telah

mempercepat

kematangan, dan meningkatkan hasil. Salah satu jenis ZPT tersebut adalah
Atonik (Asahi Co, Ltd .; Nara Prefecture, Jepang), produk yang tersedia secara
komersial mengandung bahan aktif, natrium 5-nitroguaiacolate (NaC7H6NO4)
1,25 g/l, natrium orto-nitrophenolate (NaC6H4NO3) 2,5 g/l, dan natrium paranitrophenolate (NaC6H4NO3) 3,75 g/l. Bahan-bahan aktif yang dikenal dengan
istilah nitrophenolates, ditemukan secara alami pada tanaman dan merangsang
pertumbuhan tanaman dengan mengubah aktivitas enzim antioksidan tertentu,
seperti superoksida dismutase (SOD), katalase (CAT), dan peroksidase (POX)
(Djanaguiraman et al., 2004).
Atonik termasuk dalam kelompok auksin yang mengandung bahan aktif
natrium otrho-nitrofenol, natrium para-nitrofenol, natrium 2-4 dinitrofenol, dan

Universitas Sumatera Utara

 

natrium 5 nitroguaiakol. Senyawa tersebut sangat efektif dalam mengatur
pertumbuhan akar, meningkatkan keberhasilan perakaran stek, mempercepat
perakaran, dan meningkatkan kualitas akar adventif. Proses munculnya akar
adventif terdiri dari tiga tahap yaitu: 1. Terjadi diferensiasi sel yang diikuti dengan
terbentuknya sel-sel meristematis (inisiasi akar), 2. Diferensiasi sel-sel
meristematis hingga terbentuknya primordia akar, dan 3. mulai munculnya
akar-akar baru (Ashari, 1995 dalam Dharma et al., 2011).
Zat pengatur tumbuh dapat mendorong pertumbuhan akar sehingga
penyerapan hara menjadi lebih efektif. ZPT Atonik di dalam tanaman dapat
berfungsi

mendorong

pertumbuhan

tanaman,

memperbaiki

mutu

dan

meningkatkan hasil tanaman. Dalam cara kerjanya, Atonik cepat terserap oleh
tanaman dan merangsang aliran protoplasmatik sel serta mempercepat
perkecambahan dan perakaran, tetapi bila konsentrasinya berlebihan maka dapat
menghambat pertumbuhan. Bila taraf konsentrasi Atonik optimum disemprotkan
melalui daun, proses sintesis protein meningkat (Lestari, 2011).
Menurut Anada et al., (2013) penggunaan zat pengatur tumbuh seperti
Atonik, pada dasarnya mengandung auksin sintetik yang akan mendorong
terjadinya pembelahan, pembesaran dan perpanjangan sel melalui pengaktifan
pompa ion pada membran plasma dinding sel menjadi longgar yang
mengakibatkan tekanan pada dinding sel berkurang, sehingga dengan mudah air
masuk ke dalam sel dan terjadi pembesaran dan perpanjangan sel.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rayan (2009) pada tanaman
Koompassia excelsa (Becc.) Taub. perlakuan pemberian zat perangsang akar
dengan cara perendaman bagian stek yang akan tumbuh akar ke dalam larutan

Universitas Sumatera Utara

 

Atonik dengan konsentrasi 10 ml/1 liter air selama 1 jam menghasilkan persentase
stek menjadi anakan atau bibit sebesar 84%. Hal ini menunjukkan bahwa
pemberian zat perangsang akar dengan menggunakan Atonik dapat meningkatkan
persentase bahan stek menjadi bibit.
Hasil penelitian Wahyuni (2002) pada bibit pisang yang berumur 10
minggu setelah tanam menunjukkan bahwa konsentrasi Atonik berpengaruh nyata
terhadap parameter tinggi bibit, jumlah daun, luas daun, panjang akar, jumlah
akar, diameter batang, berat basah bibit dan berat kering bibit dan lama
perendaman Atonik berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi bibit, jumlah
daun, luas daun, panjang akar, jumlah akar, diameter batang, berat basah bibit dan
berat kering bibit. Kombinasi konsentrasi 1,5 ml/l air dan lama perendaman dalam
atonik 90 menit menghasilkan pertumbuhan bibit pisang raja yang optimal.
Heritabilitas
Variasi genetik akan membantu dalam mengefisienkan kegiatan seleksi.
Apabila variasi genetik dalam suatu populasi besar, ini menunjukkan individu
dalam populasi beragam sehingga peluang untuk memperoleh genotip yang baru
diharapkan akan besar. Sedangkan pendugaan nilai heritabilitas tinggi
menunjukkan bahwa faktor pengaruh genetik lebih besar terhadap penampilan
fenotip bila dibandingkan dengan lingkungan. Untuk itu informasi sifat tersebut
lebih diperankan oleh faktor genetik atau faktor lingkungan, sehingga dapat
diketahui sejauh mana sifat tersebut dapat diturunkan pada generasi berikutnya
(Bahar dan Zein, 1993).
Seleksi terhadap populasi yang memiliki heritabilitas tinggi akan lebih
efektif dibandingkan dengan populasi dengan heritabilitas rendah. Hal ini

Universitas Sumatera Utara

 

disebabkan pengaruh genetiknya lebih besar daripada pengaruh lingkungan yang
berperan dalam ekspresi karakter tersebut. Ada dua macam heritabilitas, yaitu
heritabilitas arti luas dan heritabilitas arti sempit. Heritabilitas arti luas
mempertimbangkan keragaman total genetik dalam kaitannya dengan keragaman
fenotipiknya, sedangkan heritabilitas arti sempit melihat lebih spesifik pada
pengaruh ragam aditif terhadap keragaman fenotipiknya (Nasir, 1999).
Variasi keseluruhan dalam suatu populasi merupakan hasil kombinasi
genotipe dan pengaruh lingkungan. Proporsi variasi merupakan sumber yang
penting dalam prog pemuliaan karena dari jumlah variasi genetik ini di harapkan
terjadi kombinasi genetik yang baru. Proporsi dari seluruh variasi yang
disebabkan oleh perubahan genetik disebut heritabilitas. Heritabilitas dalam arti
yang luas adalah semua aksi gen termasuk sifat dominan, aditif dan epistasis.
Nilai heritabilitas secara teoritis berkisar dari 0 sampai 1. Nilai 0 ialah bila seluruh
variasi yang terjadi disebabkan oleh faktor lingkungan, sedangkan nilai 1 bila
seluruh variasi disebabkan oleh faktor genetik. Dengan demikian nilai heritabilitas
akan terletak antara kedua nilai ekstrim tersebut (Welsh, 2005).
Keragaman dalam spesies tanaman dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
keragaman yang disebabkan faktor lingkungan dan keragaman yang disebabkan
oleh faktor genetik. Ragam lingkungan dapat diketahui, dengan menumbuhkan
tanaman yang memiliki genetik sama, pada lingkungan berbeda. Ragam genetik
disebabkan karena diantara tanaman memiliki sifat genetik yang berbeda. Ragam
genetik dapat diamati dengan menanam galur atau vaerietas berbeda pada
lingkungan yang sama (Sudarka et al., 2009).

Universitas Sumatera Utara

 

Keragaman yang sering ditunjukkan oleh tanaman sering dikaitkan dengan
aspek negatif. Hal ini sering tidak diperhatikan oleh peneliti yang menganggap
bahwa susunan genetik dari bahan tanaman digunakan adalah sama karena
berasaldari varietas yang sama. Keragaman penampilan tanaman akibat perbedaan
susunan genetik mungkin selalu terjadi sekalipun bahan tanaman yang digunakan
berasal dari jenis tanaman yang sama. Jika ada dua jenis tanaman yang sama
ditanam pada lingkungan yang berbeda, dan timbul variasi yang sama dari kedua
tanaman tersebut maka hal ini dapat disebabkan oleh genetik dari tanaman yang
bersangkutan (Sitompul dan Guritno, 1995).

Universitas Sumatera Utara