Penyelesaian Pembagian Harta Warisan Menurut Hukum Adat Tapanuli Selatan (Studi Kasus Kecamatan Angkola Barat) Chapter III V

BAB III
TINJAUAN UMUM TENTANG PEMBAGIAN HARTA WARISAN DI
KECAMATAN ANGKOLA BARAT

E.

SEJARAH, LETAK GEOGRAFIS ATAU TOPOGRAFI KECAMATAN
ANGKOLA BARAT

A. 1

Sejarah Dan Letak Goegrafis Angkola Barat
Dalam membahas sejarah Angkola Selatan tidak bisa lepas dari Kabupaten

Tapanuli Selatan yang merupakan induk dari Angkola Selatan yang penduduk asli
wilayah Tapanuli Selatan memiliki dua jenis suku sesuai dengan daerahnya yaitu
Batak Mandailing yang mendiami daerah Mandailing yang berbatasan dengan
Sumatera barat dan suku Batak Angkola yang mendiami daerah Sipirok. Kedua suku
ini yaitu Batak Mandailing dan Batak Angkola mendiami sebagian besar dari
keseluruhan daerah Tapanuli Selatan sejak masa tradisional, masuknya pemerintah
kolonial Belanda sampai pada saat sekarang ini. Terjadi interaksi yang saling

berkesinambungan antara kedua suku ini yang membuat pernyataan bahwa daerah
Tapanuli Selatan kecamatan Angkola Barat itu identik dengan suku Batak AngkolaMandailing pada masa itu, tetapi pada kenyataannya keduanya memang berbeda.
Mandailing sendiri dibagi dua, walaupun sebenarnya adatnya sama.
Pembagian itu adalah mandailing Godang dan mandailing Julu. Daerah Mnadailing
Godang di dominasi dengan marga Nasution yang wilayahnya mulai dari Sihepeng di
sebelah utara Panyabungan sampai Maga di sebelah selatan, serta daerah Batang

Universitas Sumatera Utara

Natal sampai Muara Soma dan Amara Parlampungan di sebelah barat. Daerah
Mandailing Julu, di dominasi oleh marga Lubis. Wilayahnya, mulai dari Laru dan
Tambang si sebelah utara. Di sebelah selatan mulai dari Kotanopan, Pakantan dan
Huta godang, secara turun-temurun di manapun dia bertempat tinggi, etnis
mandailing menganut sistem garis keturunan ayah (Patrilineal) yang terdiri dari
marga-marga :
- Nasution

- Daulay

- Lubis


- Matondang

- Pulungan

-Parinduri

- Rangkuti

- Hasibuan

- Batubara

- dan lain-lain 60

Marga-marga ini tidak serentak mendiami wilayah mandailing, ada beberapa
marga yang datang dan kemudian mendiami wilayah tersebut dan dianggap sebagai
warga mandailing dan tidak mau disebut sebagai warga pendatang.Sebagai contoh
marga Hasibuan yang bertempat tinggal di Mandailing yang berasal dari Barumun
sudah mempunyai Bona Buludi Mandailing. Sebagian dari marga Hasibuan telah

turut membuka Huta bersama dengan raja, sehingga ia disebut anak boru bona bulu.
Demikian juga dengan marga lainnya, etnis Mandailing hampir 100% penganut
agama Islam yang taat.Oleh karena itulah agama Islam sangat besar pengaruhnya
dalam adat seperti dalam pelakasanaan upacara-upacara adat.

60

Pandapotan Nasution, Adat Budaya mandailing dalam tantangan zaman, Medan, Forkala
Provinsi Sumatera Utara, 2005, Hlm. 6

Universitas Sumatera Utara

Kecamatan Sipirok umumnya di diami oleh etnis Sipirok/Batak Angkola.
Pakar Antropologi menyatakan kedua etnis ini sama, terpisah dengan etnisMandailing
dan etnis batak Toba. Diperkirakan etnis Sipirok/Batak Angkola berimigrasi dari
daerah Batak, yaitu berasal dari Toba tepatnya daerah Muara dan bermarga
Siregar.Mereka datang dengan jumlah yang sangat besar untuk mencari penghidupan
yang lebih baik dari dua puluh generasi.Hal ini disebabkan lahan di tanah Batak
sudah tak sanggup lagi menampung masyarakat bermarga Siregar yang berkembang
dengan pesat.Salah satu daerah yang mereka tuju adalah Sipirok dan yang lainnya

menyebar ke daerah-daerah yang dapat menampung mereka.
Di Sipirok banyak ditemukan pohon pirdot.Tanaman ini banyak tumbuh di
pinggiran sungai dan berbatang sangat keras.Pohon ini ditemukan marga Siregar, dan
tempat itu mereka namakan dengan Sipirdot yang lama-kelamaan menjadi
Sipirok.Marga Siregar yang datang ke Sipirok ini merupakan Bangsa Proto Melayu
yang datang ke Pulau Sumatera karena desakan dari bangsa Palac Mongoloid 61.
Mereka menyebar ke tiga daerah, yaitu :
1.

Gelombang pertama mendarat di Pulau Nias, Mentawai, dan Siberut ;

2.

Gelombang kedua mendarat di Muara Sungai Simpang atau Singkil, yaitu
sub etnis batak Gayo atau batak Alas ;

61

Mangaraja Onggong Parlindungan, Tuanku Rao, jakarta, Tanjung pengharapan, 1964, hlm.


47-48

Universitas Sumatera Utara

3.

Gelombang ke tiga sampai di muara sungai Sorkam yaitu antara barus
dan Sibolga. Mereka masuk ke daerah pedalaman dan sampai di kaki
gunung Pusuk Buhit dekat Danau Toba 62.

Keturunan marga Siregar semakin berkembang, akhirnya Ompu Palti Siregar,
penguasa ketika daerah Sipirok baru di buka membagi kerajaan yang di pimpinnya
menjadi tiga kerajaan, yaitu :
1.

Kerajaan Parau Sorat yang dipimpin oleh Ompu sayur Matua ;

2.

Kerajaan Baringin dipimpin oleh Sutan Parlindungan, dan ;


3.

Kerajaaan Sipirok dipimpin oleh Ompu Sutan hatunggal.

Untuk mempersatukan ketiga kerajaan ini, maka di suatu tempat yang
bernama

Dolok

Pamelean

di

buatlah

tempat

pertemuan


(bukit

persembahan/pengorbanan).Pada tempat itu, sebagai tempat pertemuan di tanamlah
pohon Beringin. Tempat ini menjadi lokasi kantor camat kecamatan Sipirok yang
sekarang. Secara turun-temurun di manapun bertempat tinggal, etnis Sipirokatau
Angkola juga menganut sistem garis keturunan ayah (patrilineal) yang terdiri dari
marga-marga :
- Harahap

- Ritonga

- Siregar

- Pohan

-Hutasoit

- dan lain-lain

- Rambe


62

Ibid, Hlm. 19

Universitas Sumatera Utara

Sama halnya dengan di Mandailing, marga-marga tersebut pun sebagian
bukan merupakan masyarakat asli yang mendiami daerah tersebut, ada juga beberapa
marga yang merupakan pendatang dan mendiami daerah tersebut.Mata pencaharian
penduduk di Tapanuli Selatan pada umumnya bertani dan berkebun, pegawai negeri,
pedagang, nelayan dan karyawan swasta. Usaha perkebunan rakyat meliputi tanaman
karet, kopi, kulit manis, dan kelapa. Di samping itu pertanian pangan meliputi padi,
kentang, jahe, sayur-mayur dan lain-lain.Dari hasil perikanan di Tapanuli Selatan di
hasilkan ikan dari hasil usaha nelayan dan penambak berupa ikan tuna, ikan air tawar,
dan lubuk larangan, perairan umum, dan budaya kolam ikan.Masyarakat juga
mengusahakan peternakan, meliputi peternakan sapi, kerbau, kambing, dan
unggas.Hasil hutan meliputi hutan tanaman industri, rotan, dan kayu.
Disamping hasil-hasil tanaman dan peternakan di atas yang ada di Tapanuli
Selatan kecamatan Angkola Barat , daerah ini juga kaya dan memiliki potensi yang

besar, akan perkebunan dan persawahan, selain itu ada yang lebih menarik lagi di
Tapanuli Selatan kecamatan Angkola Barat yaitu : daerah ini kaya akan budaya, alam
dan adat-istiadat yang melengkapi kehidupan masyarakat yang hidup dalam
kerukunan dan ketentraman dalam hidup berdampingan walaupun berbeda adat
maupun kepercayaan. Seiring dengan perkembangan zaman, jumlah penduduk
Tapanuli Selatan kecamatan Angkola Barat terus mengalami peningkatan terutama
sejak zaman datangnya belanda, seperti yang kita ketahui pada zaman Belanda
kawasan Tapanuli Selatan masuk dalam keresidenan Tapanuli. Jumlah penduduk
Tapanuli Selatan telah meningkat sekitar 70% yakni dari 54.000 jiwa, Tahun 1914

Universitas Sumatera Utara

menjadi 843.000 jiwa tahun 1930. Jumlah tersebut merupakan jumlah kedua
terbanyak setelah jumlah penduduk Tapanuli Utara sebanyak 385.000 jiwa tahun
1914dan 523.000 jiwa tahun 1930.Dari hal tersebut dapat dilihat bahwa setiap
tahunnya baik di daerah Tapanuli secara keseluruhan maupun di daerah Tapanuli
Selatan

secara


khususnya.Jumlah

peningkatan 63.Peningkatan

tersebut

penduduk

berjalan

seiring

terus

mengalami

dengan

peningkatan


pembangunan infrastruktur-infrastruktur yang ada di Tapanuli Selatan khususnya di
kecamatan Angkola barat.
Secara goegrafis, daerah Tapanuli Selatan berada di belahan Barat Indonesia
dan sebelah Selatan Pulau Sumatera yang terletak pada 0,02’ s/d 2,3’ derajat Lintang
Utara dan 98,49’ s/d 100,22’ derajat Bujur Timur 64. Dan secara topografi Tapanuli
Selatan terdiri dari daratan rendah, bergelombang, berbukut dan daratan tinggi
bergunung dengan ketinggian antara 0 s/d 1500 meter di atas permukaan laut. Daerah
ini dikelilingi oleh gunung Gongonan di Kecamatan Batang Angkola, gunung Sorik
Marapi di Kecamatan Panyabungan, gunung Lubuk Raya di Kecamatan
Padangsidimpuan dan gunung Sibual-buali di Kecamatan Sipirok.
Selain memiliki gunung-gunung yang indah, Tapanuli Selatan juga memiliki
panorama yang indah akan danaunya seperti Danau Taodi Kecamatan Sosopan,
Danau Siais di Kecamatan Siais dan Danau Marsambut di Kecamatan Sipirok.

63

Pemerintahan Provinsi Daerah Tingkat I Sumatera Utara
Badan Pusat Statistik, Tapanuli Selatan Dalam Angka 1984, kerja sama Badan Pusat
Statistik Kabupaten Tapanuli Selatan dengan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten
Tapanuli Selatan, Hlm. III
64

Universitas Sumatera Utara

Wilayah Tapanuli Selatan juga di aliri banyak sungai, baik sungai besar maupun
sungai kecil.Bahkan aliran sungai tersebut dapat di manfaatkan sebagai sumber
pembangkit listrik tenaga air, Industri maupun Irigasi, di antaranya sungai Batang
Pane, sungai Barumun, dan lain-lain.
Luas wilayahTapanuli Selatan adalah 18.006 km² atau 1.800.600 H.A dari
luas Provinsi Sumatera Utara dan merupakan daerah bagian terluas di Sumatera
Utara65 dari daerah bagian lainnya. Secara administratif daerah Tapanuli sebelum
kemerdekaan di kenal dengan sebagai bagian dari wilayah kekuasaan Hindia-Belanda
yang masuk dalam wilayah keresidenan Tapanuli. Setelah kemerdekaan daerah
Tapanuli masuk dalam wilayah provinsi Sumatera Utara dan menjadi daerah tingkat
II Kabupaten Tapanuli Selatan yang berbatasan dengan di sebelah Utara dengan
Daerah Tingkat II Kabupaten Tapanuli Tengah dan Daerah tingkat II Kabupaten
Tapanuli Utara, sebelah selatan dengan Provinsi Sumatera barat, sebelah timur
dengan Provinsi Riau dan di sebelah Barat dengan Samudra Indonesia.
Kondisi geografi tapanuli Selatan dengan iklim yang selalu bergantian dan
curah hujan yang merata setiap bulan membuat daerah ini sesuai sebagai daerah
pertanian.Dengan adanya dukungan irigasi, pemakaian bibit unggul, pupuk, dan
pengolahan tanah yang tepat dapat meningkatkan hasil pertanian. Selain itu, dengan
komposisi penduduk yang sebagian masyarakatnya sangat mengandalkan hidupnya

65

Badan Pusat Statistik, Tapanuli Selatan Dalam Angka 1984, Kerjasama Badan Pusat
Statistik Kabupaten Tapanuli Selatan dengan Badan Perencanaan pembangunan Daerah Kabupaten
Tapanuli Selatan. Hlm. III

Universitas Sumatera Utara

pada pengelolaan tanah, antara lain sebagai petani sawah, berkebun di ladang dan
berternak.
Awalnya

Tapanuli Selatan

meliputi daerah

Sipirok

atau

Angkola,

Mandailing.Kedua daerah ini meskipun berada sama-sama di daerah Tapanuli
Selatan, tetapi ada perbedaan yang khas di antara keduanya. Daerah Sipirok
merupakan sebuah kecamatan berjarak

± 385 km dari kota Medan, sedangkan

sedangkan dari Padangsidimpuan ke Kecamatan Sipirok ± 38 km. Antara Kecamatan
Sipirok dengan Kecamatan Pahae Jae (Daerah yang berada di Kabupatan Tapanuli
Utara jaraknya 42 km). Mandailing adalah suatu wilayah yang terletak di Kabupaten
Mandailing Natal pada masa sekarang.Berada ± 40 km dari Padangsidimpuan ke
selatan dan ± 150 km dari Bukit Tinggi ke Utara. Dan Tapanuli Selatan untuk
sekarang adalah sebuah Kabupaten di Sumatera Utara dengan luas wilayah 12.275,80
km², dengan Ibu kotanya adalah Sipirok, menyusul dibentuknya Padangsidimpuan
menjadi kota otonom dan pembentukan Kabupaten Mandailing Natal66. Setelah
mekarnya beberapa derah di Tapanuli Selatan maka Tapanuli Setalan hanya meliputi :
a. Sipirok
b. Angkola Barat
c. Batang Toru
d. Muara Batang toru
e. Angkola Sangkunur
66

Badan Pusat Statistik, Tapanuli Selatan Dalam Angka 1999, Kerjasama Badan Pusat
Statistik Kabupaten Tapanuli Selatan dengan Badan Perencanaan pembangunan Daerah Kabupaten
Tapanuli Selatan.

Universitas Sumatera Utara

f. Aek Bilah
g. Saipar Dolok Hole
h. Arse
i.

Angkola Timur

j.

Marancar

k. Angkola selatan
l.

Batang angkola

m. Sayur Matinggi
Yang mana salah satunya adalah Angkola Barat, Angkola barat ini terletak di
Bagian Barat Tapanuli Selatan, yang terdiri dari beberapa desa/kelurahan, yaitu
sebagai berikut :
a. Siuhom
b. Sisundung
c. Parsalakan
d. Sialogo
e. Lembah lubuk raya
f. Sitaratoit
g. Lobu layan si gordang
h. Simatorkis Sisoma
i.

Aek nabara

j.

Sibangkua

k. Sigumuru

Universitas Sumatera Utara

l.

Sitinjak

m. Panobasan
n. Panobasan Lombang
Angkola Selatan di Pimpin oleh seorang Camat yang bernama : H. Ongku
Muda Atas, dimana luas daerah Angkola Selatan : 74. 10 km2, yang mana sensus
penduduk

pada

tahun

2012

jumlah

penduduk

24.414,

kepadatan

329,

jiwa/km2.Desa/kelurahan 12 Desa dan 2 kelurahan.
Adapun gambaran umum kecamatan angkola barat adalah
1. Luas wilayah

: 182,17 Km2

2. Ketinggian di atas permukaan laut : 550-1.700 mdpl
3. Batas wilayah :
Sebelah Utara

: Kecamatan Batang Toru

Sebelah Selatan

: Kecamatan Angkola Selatan

Sebelah Barat

: Kecamatan Angkola Snangkunur

Sebelah Timur

: Kota Padangsidimpuan

Tabel. 1. Topografi/Letak Geografis Desa/Kelurahan 67
No.

Desa/ Kelurahan

Topografi/ Letak Geografis

1.

Siuhom

Berbukit-bukit

2.

Sisundung

Berbukit-bukit

67

Kantor Camat Angkola Barat

Universitas Sumatera Utara

3.

Parsalakan

4.

Sialogo

5.

Lembah Lubuk Raya

Berbukit-bukit

6.

Sitaratoit

Berbukit-bukit

7.

Lobu Layan Sigordang

Berbukit-bukit

8.

Aek Nabara

Datar

9.

Sibangkua

Berbukit-bukit

10.

Sigumuru

Berbukit-bukit

11.

Sitinjak

Berbukit-bukit

12.

Simatorkis Sisoma

Berbukit-bukit

13.

Panobasan

Berbukit-bukit

14.

Panobasan Lombang

Berbukit-bukit

F.

Berbukit-bukit
Datar

JUMLAH PENDUDUK, MATA PENCAHARIAN, SERTA AGAMA
YANG DIANUT

B. 1

Jumlah Penduduk Kecamatan Angkola Barat
Jumlah penduduk kecamatan Angkola Barat dapat dilihat melalui tabel 2
berikut :
Tabel. 2 Luas/Jumlah penduduk dan kepadatan penduduk menurut
Desa/Kelurahan 68

68

Badan Pusat Statistik Kab. Tapanuli Selatan

Universitas Sumatera Utara

No.

Desa/Kelurahan

Luas (Km2)

Jumlah

Kepadatan

penduduk

Penduduk

(Jiwa)

(Jiwa/Km2)

1.

Siuhom

6,90

1687

244,49

2.

Sisundung

8,27

1755

212,21

3.

Parsalakan

28,60

2577

90,10

4.

Sialogo

6,10

688

112,79

5.

Lembah Lubuk Raya

18,00

508

28,22

6.

Sitaratoit

12,00

1117

93,08

7.

Lobu Layan Sigordang

11,00

1142

103,82

8.

Aek Nabara

5,90

829

140,51

9.

Sibangkua

7,10

1378

194,08

10.

Sigumuru

6,30

1028

163,17

11.

Sitinjak

18,70

4048

216,47

12.

Simatorkis Sisoma

26,70

3120

116,85

13.

Panobasan

14,60

2185

149,66

14.

Panobasan Lombang

12,00

2853

237,75

182,17

24915

136,77

Kec. Angkola Barat

Universitas Sumatera Utara

Tabel 3. Jumlah penduduk menurut jenis kelamin, sex rasio, dan
desa/kelurahan 69
Jumlah
No

Desa/Kelurahan

Laki-laki

Perempuan

.

penduduk

Sex

(Jiwa)

Rasio

1.

Siuhom

851

836

1687

101,79

2.

Sisundung

855

900

1755

95,00

3.

Parsalakan

1252

1325

2577

94,49

4.

Sialogo

322

366

688

87,98

5.

Lembah Lubuk

249

259

508

96,14

538

579

1117

92,92

555

587

1142

94,55

Raya
6.

Sitaratoit

7.

Lobu

Layan

Sigordang
8.

Aek Nabara

421

408

829

103,19

9.

Sibangkua

637

741

1378

85,96

10. Sigumuru

501

527

1028

95,07

11. Sitinjak

1992

2056

4048

96,89

12. Simatorkis

1523

1597

3120

95,37

Sisoma

69

Badan Statistik Kab. Tapanuli Selatan

Universitas Sumatera Utara

13. Panobasan

1080

1105

2185

97,74

14. Panobasan

1450

1403

2853

103,35

12226

12689

24915

96,35

Lombang
Kec. Angkola Barat

Tabel. 4 Jumlah penduduk menurut jenis kelamin dan kelompok umur 70

No.

Kelompok Umur

Laki-laki

Perempuan

Jumlah

1.

0-4

1531

1489

3020

2.

5-9

1506

1470

2976

3.

10-14

1488

1416

2904

4.

15-19

1301

1232

2533

5.

20-24

1014

935

1949

6.

25-29

843

826

1669

7.

30-34

761

808

1659

8.

35-39

714

786

1500

9.

40-44

679

769

1448

10.

45-49

661

752

1413

11.

50-54

581

675

1256

12.

55-59

453

524

977

70

Badan Pusat Statistik Kab. Tapanuli Selatan

Universitas Sumatera Utara

13.

60-64

305

372

677

14.

65-69

187

255

442

15.

70-74

110

187

297

16.

75+

92

193

285

12226

12689

24915

Kec. Angkola Barat

B. 2

Mata Pencaharian Masyarakat Angkola Barat
Banyaknya kelompok tani di berbagai desa atau kelurahan di Angkola Barat

dapat menggambarkan bahwa masyarakat banyak memilih mata percaharian sebagai
petani dengan berkebun dan bersawah mengingat daerah tersebut sangat subur dan
cocok untuk di tanami berbagai jenis tumbuhan khususnya untuk kebutuhan seharihari, tapi tidak menutuk kemungkinan masyarakat memiliki pekerjaan lain misalnya
berternak maupun berdagang ke berbagai daerah, dan sebagai PNS. Mata pencaharian
di Kecamatan Angkola Barat dapat dilihat melalui tabel berikut ini :

Tabel.5 Banyaknya kelompok tani dan anggota menurut Desa/Kelurahan 71
No.

Desa/Kelurahan

Jumlah kelompok

Jumlah anggota

tani
1.

Siuhom

71

1

29

Kepala Desa

Universitas Sumatera Utara

2.

Sisundung

2

34

3.

Parsalakan

2

50

4.

Sialogo

5

112

5.

Lembah Lubuk Raya

2

34

6.

Sitaratoit

4

95

7.

Lobu Layan Sigordang

4

136

8.

Aek Nabara

1

13

9.

Sibangkua

4

81

10.

Sigumuru

1

14

11.

Sitinjak

5

155

12.

Simatorkis Sisoma

5

188

13.

Panobasan

8

187

14.

Panobasan Lombang

4

107

Jumlah

48

1235

Tabel. 6 Banyaknya Industri dan Tenaga Kerja (TK) menurut Jenis Industri dan
Desa/Kelurahan 72
Makanan/minuman
No.
1.

Desa/Kelurahan
Siuhom

72

Kayu

Unit

TK

Unit

TK

11

12

0

0

Kepala Desa

Universitas Sumatera Utara

2.

Sisundung

0

0

0

0

3.

Parsalakan

6

51

0

0

4.

Sialogo

0

0

0

0

5.

Lembah Lubuk Raya

2

4

0

0

6.

Sitaratoit

13

18

0

0

7.

Lobu Layan Sigordang

2

4

0

0

8.

Aek Nabara

1

7

0

0

9.

Sibangkua

0

0

0

0

10.

Sigumuru

0

0

0

0

11.

Sitinjak

20

31

0

0

12.

Simatorkis Sisoma

50

100

1

3

13.

Panobasan

1

3

0

0

14.

Panobasan Lombang

0

0

0

0

Jumlah

106

230

1

3

Universitas Sumatera Utara

Tabel.7 Banyaknya unit Usaha atau Perusahaan Perdagangan menurut Jenis Usaha
dan Desa/Kelurahan 73

No.

Desa/Kelurahan

Toko Salon

Rumah

Kedai

Makan

Kopi

Hotel

1.

Siuhom

1

0

0

20

1

2.

Sisundung

0

0

0

6

0

3.

Parsalakan

2

0

8

40

0

4.

Sialogo

0

0

0

6

0

5.

Lembah Lubuk Raya

0

0

0

8

0

6.

Sitaratoit

0

0

1

5

0

7.

Lobu Layan Sigordang

0

0

0

9

0

8.

Aek Nabara

0

0

1

5

0

9.

Sibangkua

3

0

0

17

0

10.

Sigumuru

1

1

1

3

0

11.

Sitinjak

4

2

2

20

0

12.

Simatorkis Sisoma

2

0

1

7

0

13.

Panobasan

0

0

0

20

0

14.

Panobasan Lombang

0

0

1

15

0

Jumlah

13

3

15

181

1

73

Kepala Desa

Universitas Sumatera Utara

Tabel. 8 Banyaknya PNS menurut tingkat pendidikan dan jenis kelamin 74

Jenis kelamin
Tingkat Pendidikan

Total laki-laki +
perempuan

Lakilaki

Perempuan

Tamat SD/Sederajat

0

0

0

Tamat SMP/Sederajat

0

0

0

Tamat SMA/Sederajat

4

1

5

Tamat D1/D2/ D3

1

1

2

Tamat D4/S1/S2/S3

6

3

9

Jumlah

11

5

16

B. 3

Agama Yang Dianut Masyarakat Angkola Barat
Mengenai sistem kepercayaan yang ada dalam masyarakat Angkola Barat

pada mulanya di jumpai adanya kepercayaan tradisional yang padahakikatnya
kepercayaan ini mucul sesuai dengan kodrat manusia sebagai makhluk yang lemah
dan memiliki kekuatan dan kemampuan yang terbatas, maka manusia atau
masyarakat tersebut percaya bahwa ada kekuatan yang lebih besar di luar kekuasaan

74

Kantor Camat Angkola Barat

Universitas Sumatera Utara

dirinya. Setelah masuknya agama Islam maupun Kristen ke Tapanuli memberi suatu
kepercayaan baru yang menjadikan maayarakat Angkola Barat lebih modren.
Dengan cara berpikir yang lebih terbuka dan menjadikan masyarakat semakin
sadar dan berfikir secara terbuka akan munculnya perbuhan. Peerubahan yang terjadi
semakin kuat dengan di dukungnya oleh pembangunan rumah-rumah ibadah yang
pada dasarnya merupakan prakarsa dari masayarakat setempat, melalui gotong
royong masyarakat bekerja sama mengumpulkan dana guna terlaksananya
pembangunan. Selain itu, pemerintah juga turut serta mengambil bagian dalam
pembangunan tersebut.Dalam perkembangannya pembangunan dan pembaharuan
rumah ibadah di Angkola Barat berjalan normal sesuai dengan bertambahnya jumlah
penduduk yang menganut suatu kepercayan itu.
Agama Islam merupakan paling banyak di anut atau agama mayoritas yang
ada dalam masyarakat Angkola Barat, walaupun begitu kerukunan umat beragama
sangat kental terjaga antara agama Islam yang mayoritas dengan agama Kristen yang
mayoritas. Selain itu, pemerintah juga turut memberikan pedoman bagi masyarakat
untuk terus menjaga sikap dan prilaku masyarakat sehingga ketentraman dan
kerukunan akan tetap terjaga dengan baik 75.
Pada masyarakat Angkola Barat, sejauh ini banyak dalam keluarga yang tidak
mau mengerjakan nilai-nilai keislaman yang bersumberkan dari ajaran agama Islam,
baik di bidang akidah, ibadah, akhlak. Komunikasi antara orang tua dan anak dalam

75

Pemerintah Provinsi Daerah Tingkat I Sumatera Utara, Sumatera Utara dalam Lintasan
Sejarah, Medan, Pemda Tk. I Sumatera Utara, 1948, Hlm. 127

Universitas Sumatera Utara

keluarga dapat dikatakan baik, tetapi komunikasi tentang nilai-nilai keislaman dari
orang tua kepada anak, jarang hanya diwaktu-waktu tertentu dan orang tua
kebanyakan sibuk mencari nafkah bertani di sawah maupun di ladang, sehingga
dalam berkomunikasi dengan anak untuk menerapkan nilai-nilai keislaman jarang.
Pada akhirnya pengetahuan dan pengalaman keagamaan anak kurang dalam
kehidupan sehari-hari dan mereka lebih tertarik dengan masalah keduniaan, sehingga
mereka tidak tahu untuk mengerjakan nilai-nilai keislaman.Masyarakat kecamatan
Angkola Barat pada umumnya beragama Islam, tetapi banyak masyarakatnya yang
tidak tahu dan mau untuk melaksanakan ajaran agama.
Pengawasan orang tua kepada anaknya di luar keluarga tidak begitu
diperhatikan, sehingga si anak meniru perbuatan temannya atau terbawa
lingkungan.Dikeluarga yang tidak baik menurut ajaran Islam dan peraturan yang
berlaku. Hal ini tentu terlihat dari perilaku yang sehari-harinya banyak, yang tidak
mau mengerjakan shalat lima waktu, shalat jamaah, puasa, wirid yasin, tadarus AlQur’an dan banyak yang melakukan perjudian, mabuk-mabukan, anak sangat bebas
bermain dan lain sebagainya 76.

76

Https;//tapanuliselatankab.bps.go.id/backend/pdf_publikasi,Kecamatan-angkola-baratdalam-angka-2016.pdf diakses pada tanggal 02 Maret 2017 pada pukul 17.38 WIB

Universitas Sumatera Utara

B. 4

Pendidikan Masyarakat Kecamatan Angkola Barat

Tabel.9 Tingkat pendidikan yang ditamatkan kepala desa/lurah 77

No

Desa/Kelurahan

SMP

SMA

Diploma/Sarjana

.


1.

Siuhom

2.

Sisundung



3.

Parsalakan



4.

Sialogo



5.

Lembah Lubuk Raya



6.

Sitaratoit



7.

Lobu Layan Sigordang



8.

Aek Nabara

9.

Sibangkua




10. Sigumuru



11. Sitinjak




12. Simatorkis Sisoma
13. Panobasan



14. Panobasan Lombang



77

Kantor Kepala Desa

Universitas Sumatera Utara

G.

SUBJEK DAN OBJEK WARIS DI KECAMATAN ANGKOLA BARAT
1. Subjek Waris di Angkola Barat
Dalam sistem kekeluargaan ini, ahli warisnya terdiri dari :
a. Anak laki-laki
Yaitu semua anak laki-laki yang sah yang berhak mewarisi seluruh
harta kekayaan, baik harta pencarian maupun harta pusaka. Jumlah
harta kekayaan pewaris dibagi sama diantara para ahli waris. Misalnya
pewaris mempunyai tiga orang anak laki-laki, maka masing-masing
anak laki-laki akan mendapat sebagian dari seluruh harta kekayaan
termasuk harta pusaka. Apabila pewaris tidak mempunyai anak lakilaki yang ada hanya anak perempuan dan istri, maka harta pusaka tetap
dapat dipakai, baik oleh anak-anak perempuan maupun oleh istri
seumur hidupnya, setelah itu harta pusaka kembali kepada asalnya 78.
b. Anak Perempuan
Walaupun dalam kekerabatan patrilineal harta warisan tidak dibagikan
kepada anak perempuan, tetapi hal tersebut berbeda dengan kebiasaan
pada masyarakat Angkola Barat.Dimana kebiasaan tersebut dalam hal
pembagian warisan anak perempuan mendapatkan bagian dari harta
peninggalan orang tuanya, walaupun tidak sebanyak yang didapatkan
oleh anak laki-laki. Hal ini merupakan bentuk Holong ni ate atau
bentuk kasih sayang orang tua.
78

Eman Suparman, Hukum Waris Indonesia dalam Perspektif Islam, Adat, dan BW, PT
Refika Aditama, Bandung, 2013 Hlm. 47

Universitas Sumatera Utara

c. Anak angkat
Dalam masyarakat Tapanuli Selatan, anak angkat merupakan ahli
waris yang kedudukannya sama seperti halnya anak sah namun, anak
angkat ini hanya menjadi ahli waris terhadap harta pencarian atau
harta bersama orang tua angkatnya. Sedangkan untuk harta pusaka,
anak angkat tidak berhak.
d. Ayah dan ibu serta saudara-saudara sekandung si pewaris. Apabila
anak laki-laki yang sah maupun anak angkat tidak ada, maka yang
menjadi ahli waris adalah ayah dan ibu serta saudara-saudara kandung
si pewaris yang mewarisi bersama-sama.
e. Keluarga terdekat dalam derajat yang tidak tentu. Apabila anak lakilaki yang sah, anak angkat, maupun saudara-saudara sekandung
pewaris dan ayah-ibu pewaris tidak ada, maka yang tampil sebagai ahli
waris adalah keluarga terdekat dalam derajat yang tidak tertentu.
f. Persekutuan adat
Apabila para ahli waris yang disebutkan di atas sama sekali tidak ada,
maka harta warisan jatuh kepada persekutuan adat 79.
2. Objek Waris di Angkola Barat
Pada umumnya Objek dalam hukum waris adat Angkola Barat sama
halnya dengan Objek Hukum waris adat Batak yaitu harta warisan. Harta warisan
adalah harta benda yang dimiliki oleh si pewaris yang diteruskan semasa hidupnya
79

Ibid. Hlm. 48

Universitas Sumatera Utara

atau yang ditinggalkan oleh pewaris yang sudah meninggal dunia dan diteruskan
dalam keadaan tidak terbagi-bagi. Jenis-jenis harta warisan adalah :
a. Harta bawaan
b. Harta bersama
c. Kedudukan atau jabatan dalam adat
Harta peninggalan pada masyarakat Angkola Barat dapat berupa : tanah,
ternak, sawah, kebun, perhiasan, rumah (biasanya diberikan kepada anak bungsu),
kenderaan dan lain-lain 80.

H.

PEMBAGIAN HARTA WARISAN DI KECAMATAN ANGKOLA
BARAT
Dalam pembagian harta warisan di Tapanuli Selatan khususnya di Kecamatan

Angkola Barat, kebanyakan masyarakat tidak melakukan pembagian warisan dengan
gugatan ke pengadilan, selama masih bisa menggunakan musyawarah mufakat,
karena sistem kekerabatan di tapanuli selatan masih kental.Jadi masyarakat dalam hal
ini ahli waris tidak mau memperdebatkan atau memperebutkan harta warisan yang di
tinggalkan oleh pewaris.Ahli waris lebih memilih jalan kekeluargaan demi persatuan
dan keutuhan keluarga 81.
Di Indonesia khususnya di Kabupaten Tapanuli Selelatan Kecamatan Angkola
Barat, musyawarah berfungsi dan berperan dalam memelihara dan membina

80
81

Hasil Wawancara dengan Camat Angkola Barat, Bapak H. Ongku Muda Atas
Hasil wawancara dengan Bapak. Bayuddin Rambe, tanggal 27 Desember 2016

Universitas Sumatera Utara

kerukunan hudup keluarga.Apabila dalam musyawarah keluarga tidak ditemukan
kesepatan, maka selanjutnya adalah melalui musyawarah adat. Alasan masyarakat
Kecamatan Angkola Barat, Kabupaten Tapanuli Selatan yang menyelesaikan perkara
harta harta warisan di Luar Pengadilan
Masyarakat Angkola Barat, Kabupaten Tapanuli Selatan dalam melakukan
pembagian harta warisan berdasarkan Hukum Waris Adat yang telah belaku dan di
jalankan turun-temurun dari leluhur mereka terdahulu. Dalam melaksanakan atau
membagi harta warisan, merekan menggunakan cara bermusyawarah untuk mencapai
mufakat, para ahli waris berkumpul untuk membicarakan harta warisan dari si
pewaris untuk segera membagikan kepada mereka (ahli waris).
Dalam musyawarah tersebut, para ahli waris menunjuk anak laki-laki yang
paling tua dan apabila anak yang paling tua adalah perempuan, maka tetap anak lakilaki dari saudara-saudaranya yang perempuan sebagai juru pembagi harta warisan
tersebut. Memutuskan mengenai bagian-bagian warisan dari masing-masing
saudaranya.Pembagian harta warisan oleh juru bicara dari harta si pewaris
berdasarkan musyawarah mufakat para ahli waris dan tidak bisa atas kehendaknya
sendiri 82.
Kedua cara pembagian harta warisan di atas tersebut tetap menggunakan cara
musyawarah untuk mencapai mufakat. Pada masyarakat Kelurahan Simatorkis dan
Kelurahan Sitinjak, Kecamatan Angkola Barat, Kabupaten Tapanuli Selatan, tidak di

82

Hasil Wawancara dengan Bapak. H Abd Karim Hutasuhut, tanggal 18 Desember 2016

Universitas Sumatera Utara

temukan satu keluargapun dalam pembagian harta warisan yang menerima harta
warisan sebagai anak tiri atau anak maupun anak angkat.
Para pewaris yang ada pada masyarakat Kelurahan Simatorkis dan Kelurahan
Sitinjak, Kecamatan Angkola Barat, Kabupaten Tapanuli Selatan yang dalam
pembagian harta warisannya kepada ahli waris adalah dari harta asli.Harta asli adalah
harta kekayaan yang di kuasai dan dimiliki pewaris sejak mula pertama, baik berupa
harta peninggalan atau pun harta bawaan yang di bawa masuk ke dalam perkawinan
dan bertambah selama perkawinan sampai akhir hayatnya 83.
Hal ini dapat dilihat dari harta warisan yang diberikan kepada ahli warisnya
yang berupa tanah, sawah, kebun yang masih terus ditanami oleh si pewaris sampai
akhir hayatnya.Tanah, sawah atau kebut tersebut berasal dari orang tua si pewaris
yang di wariskan oleh orang tuanya, yang di kuasai dan dimiliki pewaris sejak mula
pertama.
Perincian pembagian warisan pada masyarakat Kelurahan Simatorkis dan
Kelurahan Sitinjak, Kecamatan Angkola Barat, Kabupaten Tapanuli Selatan, sebagian
ada yang bagian ahli waris perempuan lebih kecil dari pada anak laki-laki, namun ada
juga yang bagian anak perempuan sama dengan anak laki-laki, hal ini tergantung
pada musyawarah mufakat yang dilakukan para ahli waris.
Mengenai perincian pembagiannya dapat di ambil contoh dari beberapa
responden pada masyarakat yang tinggal di Kelurahan Simatorkis dan Kelurahan
Sitinjak, Kecamatan Angkola Barat, Tapanuli Selatan.
83

Hasil Wawancara dengan Bapak Bayuddin Rambe, tanggal 28 Desember 2016

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
PENYELESAIAN PEMBAGIAN HARTA WARISAN

D.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Hukum Waris Adat
Tapanuli Selatan

1.

Faktor Pendidikan
Dengan perkembangan zaman, khususnya di dunia pendidikan yang terus

berubah dengan signifikan sehingga banyak merubah pola pikir masyarakat, dari pola
pikir yang awam dan kaku menjadi lebih modern. Pada dasarnya pengertian
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang di perlukan dirinya, masyarakat,
bangsa, dan negara.
Dengan berkembangnya dunia pendidikan hal ini akan merubah pola pikir
masyarakat dalam hal ini pola pikir tetang pembagian harta warisan, dimana dengan
bertambah luasnya pola pikir masyarakat, masyarakat akan semakin terbuka dengan
perubahan-perubahan yang terjadi dalam hal pembagian warisan, yang mana
perubahan tersebut mengikuti perkembangan zaman.Tujuan pendidikan adalah
menciptakan seseorang yang berkualitas dan berkarakter sehingga memiliki
pandangan yang luas kedepan untuk menciptakan suatu cita-cita yang di harapkan
dan mampu beradaptasi secara cepat dan tepat dalam berbagai lingkingan kehidupan

Universitas Sumatera Utara

masyarakat.Karena pendidikan itu sendiri memotivasi diri untuk lebih baik dalam
segala aspek kehidupan bermasyarakat 84.
Dalam perkembangan zaman sekarang ini, banyak orang tua yang
menyekolahkan anaknya setinggi mungkin, dimana tidak hanya anak laki-laki yang
bersekolah tetapi juga anak perempuan, tapi dengan perkembangan zaman dan
perluasan pemikiran masyarakat.Dalam dunia pendidikan sekarang ini, Dimana
pemenerintah juga mewajibkan anak belajar selama Sembilan tahun.
Dengan pengetahuan dan pemikiran yang semakin luas tentu berdampak pada
perubahan kebudayaan dan kebiasaan pada masyarakat, yang mana khususnya dalam
pembagian harta warisan, terdapat ketidakdakadilan antara anak laki-laki dengan
anak perempuan, dimana anak laki-laki memperoleh harta warisan sedangkan anak
perempuan tidak, hanya mendapatkan hibah.
Terjadinya perubahan-perubahan dalam masyarakat pada dasarnya disebabkan
oleh faktor-faktor yang bersifat internal maupun eksternal. Perubahan yang
disebabkan oleh faktor internal antara lain dapat berasal dari adanya pertambahan
atau pengurangan jumlah penduduk, adanya penemuan atau inovasi baru, adanya
pertentangan maupun karena adanya revolusi. Sedangkan perubahan yang disebabkan
oleh faktor eksternal dapat berasal dari alam seperti gempa bumi, banjir bandang dan
kemarau, pengaruh kebudayaan masyarakat asing, peperangan dan lain sebagainya 85.

84

Fuad Ihsan, Dasar-Dasar Kependidikan, Rineka Cipta. Jakarta. Hlm. 107
Meilina Lisnawathy Lubis, Kedudukan Anak Perempuan dan Perkembanganya dalam
Hukum Waris Adat Batak (Studi Kasus pada Suku Batak Toba dan Batak Mandailing di DKI Jakarta),
Tesis, Program Studi Magister Kenotariatan, Fakultas Hukum Undip, Semarang, Hlm. 94
85

Universitas Sumatera Utara

Pada masyarakat Kecamatan Angkola Barat, faktor pendidikan membawa
perubahan yang sangat signifikan, dengan dunia pendidikan yang semakin
berkembang yang dapat merubah pola pikir masyarakat Kecamatan Angkola Barat,
yang dulunya masih kental dengan Adat dan Istiadatnya menjadi berpikiran lebih
modren dan terbuka dengan ilmu pengetahuan yang baru, dampak dari perkembangan
pendidikan terlihat jelas dalam pembagian harta warisan pada masyarakat Kecamtan
Angkola Barat, masyakarakat dulunya melakukan pembagian harta warisan hanya
dengan menggunakan hukum adat saja, tetapi dengan berkembangnya dunia
pendidikan.
Pada masa sekarang ini masyarakat Kecamatan angkola Barat tidak hanya
menggunakan hukum adat dalam masalah pembagian harta warisan tetapi juga
melihat pandangan dari agama Islam atau hukum waris Islam, yang mana agama
Islam adalah agama mayoritas masyarakat Kecamatan Angkola Barat, walaupun
dalam pembagian harta warisan tidak mengikuti ajaran Islam sepenuhnya, misalnya:
dalam ajaran agama Islam, anak laki-lakilah yang mendapatkan warisan sedangkan
anak perempuan tidak mendapatkan warisan dari orang tuanya, tetapi pada
masyarakat Kecamatan Angkola Barat hal itu sangat berbeda, karena tidak hanya
anak laki-laki yang mendapatkan warisan tetapi anak perempuan juga mendapatkan
warisan walaupun tidak sebanyak bagian dari anak laki-laki pada umumnya. Bagian
anak perempuan tersebut sering disebut dengan holong ate 86.

86

Hasil Wawancara dengan Bapak H. Madjain Harahap, pada tanggal 01 April 2017

Universitas Sumatera Utara

2.

Faktor Ekonomi
Faktor ekonomi merupakan hal yang tidak dapat di pisahkan dari kehidupan

manusia.Seiring perkembangan zaman, tentu kebutuhan terhadap manusia bertambah
oleh karena itu ekonomi secara terus menerus mengalami pertumbuhan dan
perubahan.Perubahan yang secara umum terjadi pada perekonomian yang di alami
suatu negara seperti inflasi, pengangguran, kesempatan kerja, hasil produksi, dan
sebagainya.Jika hal tersebut di tangani dengan baik maka suatu negara mengalami
keadaan ekonomi yang stabil, mempengaruhi kesejahteraan kehidupan penduduk
yang ada di negara tersebut 87.
Sudah 70 tahun lebih Indonesia merdeka, tetapi kondisi perekonomian
masayarakat tidak juga membaik, masih terdapat ketimpangan ekonomi, tingkat
kemiskinan dan pengangguran masih tinggi, serta penapatan perkapita yang masih
rendah.Untuk dapat memperbaiki sistem perekonomian di Inodnesia, maka perlu
mempelajari sejarah tentang perekonomian Indonesia dari masa penjajahan, orde
lama, orde baru, hingga masa reformasi. Dengan mempelajari sejarahnya,maka dapat
mengetahui kebijakan-kebijakan ekonomi apa saja yang sudah diambil pemerintah
dan bagaimana dampaknya terhadap perekonomian masyarakat Indonesia serta dapat
memberikan kontribusi untuk mengatasi permasalahan ekonomi yang ada 88.
Dengan semakin berkembangnya kebutuhan masyarakat Kecamatan Angkola
Barat,

tentu

87
88

kebutuhan

masyarakat

semakin

bertambah,

oleh

karenanya

Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta, Reneka Cipta, Hlm. 123
Dumairy, Perekonomian Indonesia, Erlangga, Jakarta, 1996. Hlm. 10

Universitas Sumatera Utara

perekonomian semakin meningkat, mengingat harga-harga kebutuhan pokok semakin
mahal, misalnya seperti harga cabai, beras, dll. Sedangkan masyarakat Kecamatan
Angkola barat banyak yang berkebun cabai maupun memiliki sawah, oleh karenanya
pertumbuhan ekonomi masyarakat Kecamatan Angola Barat semakin meningkat,
dengan meningkatnya pertumbuhanperekonomian tersebut, tentu itu membuat
dampak yang besar pada perkembangan pembagian harta warisan, karena masyarakat
semakin berkembang dan menjadi masyarakat yang modren hal itu karena
perekonomian semakin membaik, sekarang masyarakat banyak yang telah belajar
atau mendapat informasi tentang bagaimana bertani yang baikdan masaalah biaya,
masyarakat melakukan peminjaman modal ke bank untuk mengembangkan usahanya,
tentu hal ini berbeda dengan kehidupan masyarakat pada masa lalu yang mana sulit
untuk mengembangkan lahan pertanian miliknya baik itu karena ketidaktahuan
tentang bagaimana bertani yang baik maupun terkendala biaya.
Perkembangan perekonomian tersebut tidak lepas dari yang namanya sistem
informasi baik itu melalu televisi, radio, internet, hp, dll. Hukum waris adat telah di
anggap ketinggalan zaman dan tidak sesuai lagi dengan kehidupan masyarakat yang
semakin modren, mengingat sistem informasi zaman dulu tentu tidak secanggih
zaman sekarang.oleh karenanya banyak masyarakat yang melakukan pembagian harta
warisan dengan menggunakan hukum waris Islam dan ada pula menggunakan hukum
waris BW walaupun jumlahnya tidak banyak 89.

89

Hasil Wawanaca dengan Bapak H. Ali Ando nst, pada tanggal 01 April 2017

Universitas Sumatera Utara

3.

Faktor Sistem Informasi
Dengan semakin berkembangannya era globalisasi sekarang ini, dimana

berdampak pada sistem informasi yang semakin canggih, yang dapat mempermudah
manusia dalam berkomunikasi antar manusia yang satu dengan yang lainnya, hal ini
tidak lepas dari kemajuan pemikiran manusia yang semakin modern, komunikasi
dapat di lakukan melalui telepon seluler, internet, dan lain-lain.
Hal inilah yang menyebabkan informasi dapat menyebar dangan luas dan
cepat. Dengan penyebarluasan informasi kepada masyarakat luas, masyarakat bisa
dengan mudah memperoleh informasi tersebut, dimana segala informasi tersebut
memiliki dampak yaitu dapat merubah struktur kebudayaan dan pola pikir masyarkat
adat, yang pada awalnya monoton yang di anggap kaku sehingga masyarakat
mengetahui perubahan yang ada khususnya dalam pembagian harta warisan, yaitu
salah satunya pembagian harta warisan menurut hukum perdata BW, yang sering di
pakai oleh masyarkat modern di perkotaan90.
Dengan mudahnya memperoleh informasi pada masa sekarang ini tentu sangat
mempengaruhi kehidupan masyarakat Kecamatan Angkola Barat, khususnya dalam
hal pembagian harta warisan, yang pada awalnya di masyarakat angkola Barat hanya
menggunakan hukum adat dalam hal pembagian harta warisan, tetapi dengan adanya
informasi baru tentang perkembangan hukum khususnya yang mengatur tentang
pembagian harta warisan, dengan sangat mudah informasi tersebut sampai ke
masyarakat Kecamatan Angkola Barat, informasi tersebut bisa di peroleh masyarakat
90

Hasil Wawancara dengan Bapak Bayuddin Rambe, pada tanggal 31 Maret 2017

Universitas Sumatera Utara

dari televisi, radio, internet, hp, dll. Masyarakat Indonesia sekarang ini banyak
menggunakan hukum waris Islam dan Hukum waris BW khususnya di masyarakat
perkotaan, oleh karena tidak mau di anggap ketinggalan zaman dalam hal pembagian
warisan, jadi sebagian dari masyarakat kecamatan Angkola Barat menggunakan
hukum waris Islam dan ada juga yang menggunakan hukum waris BW, walaupun
masyakarat pada umumnya menggunakan hukum adat untuk menyelesaikan masalah
pembagian harta warisan tersebut. Dan tidak menutup kemungkinan beberapa tahun
yang akan datang banyak masyarakat akan menggunakan hukum waris Islam maupun
hukum waris BW dalam hal pembagian harta warisan, mengingat dengan semakin
berkembangnya zaman dan sistem informasi 91.

4.

Faktor Perantauan
Apabila diperhatikan arti kata merantau saat ini, pada zaman globalisasi,

tujuan perantauan bagi masyarakat di Indonesia sudah sangat beragam.Untuk tujuan
pendidikan maupun ekonomi, orang bisa pergi atau merantau kemana saja di bagian
dunia ini.Tidak sedikit masyarakat yang pergi merantau keluar negeri misalnya ke
Malaysia, Australia, Eropa, bahkan Amerika.Dengan berbagai macam tujuan dan
motivasi. Bila di perhatikan perantauan memiliki arti seseorang yang pergi
meninggalkan kampung halaman untuk mencari kehidupan yang lebih baik di
wilayah atau negeri orang lain dengan semangat dan cita-cita yang tinggi.

91

Hasil Wawancara dengan Bapak H. Zainuddin Ritonga, pada Tanggal 31 Maret 2017

Universitas Sumatera Utara

Sedangkan kata merantau mempunyai arti seperti berlayar, mencari
penghidupan di sepanjang rantau (dari sungai ke sungai) atau pergi ke negeri lain
untuk mencari penghidupan yang lebih baik. Pada saat sekarang pengertian merantau
sudah menjadi luas. Keluar dari kampung sendiri ke kota lain sudah dikatakan pergi
merantau, apalagi pergi keluar dari suatu provinsi. Pada permulaan merantau
bertujuan untuk mencari penghidupan, sedangkan sekarang untuk melanjutkan
pendidikan ke negeri lain juga dikatakan pergi merantau 92.
Tujuan merantau adalah untuk mencari ilmu dan memperbaiki ekonomi
dengan segala skill dan kemampuan, meyakinkan diri pasti bisa, jangan pernah
menyesal merantau sesulit apapun itu, dirantau orang harus pandai menyesuaikan
diri, ibu ditinggalkan di kampung, temukan juga ibu dirantau, saudara ditinggalkan di
kampung, dapatkan juga saudara dirantau. Banyak faktor yang mendorong orangorang untuk pergi merantau (pergi dari tempat asal atau kelahirannya menuju tempat
lain. Diantaranya faktor tradisi atau budaya dari suatu kelompok etnis, juga ada faktor
ekonomi, pendidikan, dan faktor peperangan.
Mengenai aspek perantauan dalam negeri, pembangunan yang tidak merata
dan lebih terpusat di kota-kota besar, membuat banyak masyarkat Indonesia di
berbagai etnis pergi merantau terutama ke pulau jawa untuk mencari pekerjaan atau
pendidikan yang lebih baik. Para perantau ini, terutama yang beragama islam
memiliki tradisi untuk mudik setiap tahunnya untuk merayakan lebaran Idul Fitri atau

92

Hasil Wawancara dengan Bapak H. Abd Karim Hutasuhut, pada tanggal 31 Maret 2017

Universitas Sumatera Utara

hari besar umat Islam. hal tersebut dapat di amati dengan kenaikan arus penumpang
sistem transportasi umum 93.
Untuk memperoleh kehidupan yang lebih baik dan meningkatkan status sosial
di masyarkat banyak, orang yang telah pergi merantau dari pedesaan menuju
perkotaan untuk mendaptkan pekerjaan dan kehidupan yang lebih baik, dimana di
perantauan tersebut mereka (orang yang pergi merantau) telah banyak melihat dan
belajar dari lingkupan atau sekelilingnya tentang bagaimana orang di perkotaan
melakukan pembagian harta warisan, hal itulah yang dapat mempengaruhi pola pikir
masyarakat perantauan, dimana dia juga nantinya akan melakukan sesuai dengan apa
yang di lihat dan pelajari dari masyarakat perkotaan tentang pambagian harta
warisan 94.
Pada umumnya tujuan masyarakat Kecamatan Angkola Barat merantau adalah
untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik dari pada sebelumnya,tetapi secara
tidak sadar mereka yang merantau melihat dan belajar tentang bagaimana masyarakat
di perkotaan melaksanakan pembagian harta warisan, dan menbandingan cara yang
dilakukan dikecamatan Angkola Barat dengan didaerah perkotaan tentu sangat jauh
berbeda dengan yang berlaku di masyarakat Kecamatan Angko la Barat itu sendiri, hal
inilah yang membuka pemikiran mereka bahwa masyarakat diperkotaan saja
memelakukan pembagian harta warisan dengan menggunakan hukum waris Islam dan
hukum waris BW, dan menganggap bahwa pembagian harta warisan menurut hukum
93

Gerry Dimas AC, Budaya Merantau pada Suku-Suku di Indonesia, Johor Baru, 2001, Hlm.

94

Hasil Wawancara dengan Bapak H. Abd Karim Hutasuhut, pada tanggal 31 Maret 2017

98

Universitas Sumatera Utara

adat sudah kuno dan tidak sesuai lagi dengan perkembangan di masyarakat itu
sendiri.
Oleh karenanya mereka yang merantau bertahun-tahun dan memutuskan
untuk kembali ke Kecamatan Angkola barat atau hanya sekedar pulang kampung
dalam perayaan hari besar, misalnya hari raya idul fitri.Setelah berinteraksi dengan
masyarakat luas mereka memberitahukan perbedaan pembagian warisan di
masyarakat perkotaan dengan masyarakat Kecamatan Angkola Barat, yang sedikit
banyaknya hal itu mempengaruhi masyarakat Angkola Barat.Sehingga banyak
masyarakat beranggapan bahwa masyarakat di perkotaan saja melakukan pewarisan
dengan menggunakan hukum waris Islam dan hukum waris BW, jadi kenapa kita
tidak mengikuti perkembangan zaman dengan menggunakan hukum waris Islam
maupun hukum waris BW, begitulah pendapat masyarakat 95.

5.

Faktor Perkembangan Sosial
Beberapa teori tentang perkembangan manusia telah mengungkapkan bahwa

manusia telah tumbuh dan berkembang dari masa bayi ke masa dewasa melalui
beberapa langkah dan jenjang. Kehidupan anak dalam menyelusuri perkembangannya
itu pada dasarnya merupakan kemampuan mereka berinteraksi dengan lingkupngan,
pada proses integrasi dan interaksi ini faktor intelktual dan emosional mengambil
peranan penting. Proses tersebut merupakan proses sosialisasi yang mendudukkan
anak-anak sebagai insan yang secara aktif melakukan proses sosialisasi.
95

Hasil Wawancara dengan Bapak H. Majid Batubara, pada tanggal 31 Maret 2017

Universitas Sumatera Utara

Perkembangan sosial merupakan kemajuan yang progresif melalui kegiatan
yang terarah dari individu dalam pemahaman atas yang terarah dari individu dalam
pemahaman atas warisan sosial dan formasi pola tingkah laku yang luwas.Hal ini
disebabkan oleh adanya kesesuaian yang layak antara dirinya dengan warisan sosial
tersebut. Beberapa pengertian perkembangan sosial menurut para ahli yaitu :
1) Menurut Elizabeth B. Hurlock, perkembangan sosial adalah kemampuan
seseorang dalam bersikap atau tata cara perilakunya dalam berinteraksi
dengan unsur sosialisasi di masyarkat 96.
2) Menurut Singgih D. Gunarsah, perkembangan sosial merupakan kegiatan
manusia sejak lahir, dewasa, sampai akhir hidupnya akan terus melakukan
penyesuaian diri dengan lingkungan sosialnya yang menyangkut normanorma dan sosial budaya masyarakatnya.
3) Menurut Abu Ahmad, berpendapat bahwa perkembangan sosial telah
dimulai sejak manusia itu lahir. Sebagai contoh : anak menangis saat
dilahirkan, atau anak tersenyum saat di sapa. Hal ini membuktikan adanya
interaksi sosial antara anak dengan lingkungannya.
Masyarakat Kecamatan Angkola Barat mayoritas adalah suku batak
mandailing, tetapi pada sekarang ini tidak hanya suku batak mandailing saja yang
mendiami daerah tersebut ada juga masyarakat dari suku batak toba, minangkabau,
nias, dan suku jawa. Oleh karenanya dengan adanya interaksi sosial antar orang
perorangan maupun antar suku sedikit banyaknya membawa perubahan pada
96

Elizabeth Hurlock B, Developmental Psikologi, Mc Grrow Hill, Inc, 1980.

Universitas Sumatera Utara

masyarakat asli daerah tersebut sehingga terpengaruh oleh kebudayaan dan kebiasaan
pada masyarakat pendatang tersebut, khususnya dibidang pembagian harta warisan,
dimana masyarakat asli Kecamatan Angkola Barat akan mengikuti kebiasan
masyarakat perkotaan seperti masyarakat dari suku jawa dalam hal melakukan
pembagian warisan.
Oleh karenanya sebagian masyarakat asli Kecamatan angkola tidak lagi
menggunak cara kuno atau menggunakan hukum adat dalam melakukan pembagian
harta warisan, serta menggantinya dengan cara modren yaitu dengan menggunakan
hukum Islam atau hukum perdata (BW) 97.

6.

Faktor melonggarnya ikatan klan dan Suku
Kesatuan terkecil dari kerabat unilateral disebut dengan klan atau suku dalam

klan, masyarakat yang bertalian darah dipengaruhi oleh faktor pertalian darah yang
sangat kuat, sedangkan masyarakat yang bertalian dengan faktor territorial atau
daerah hampir tidak tampak. Tiap-tiap orang merasa ada pertalian darah antara yang
satu dengan yang lainnya sebab mereka merasa satu keturunan.Begitu juga
kelangsungan hak dan kewajiban diurus dalam suatu kelompok, dimana anggota
kelompok itu ditentukan berdasarkan garis keturunan laki-laki atau perempuan.
Klan merupakan suatu satuan sosial yang para anggotanya memiliki hubungan
kekerabatan. Dengan demikian kesatuan klan didasarkan atas hubungan darah atau
keturunan. Biasanya klan atau kelompok kekerabatan ditarik berdasarkan garis
97

Hasil Wawancara dengan Bapak Mara Mombang Batubara, pada tanggal 31 Maret 2017

Universitas Sumatera Utara

keturunan. Klompok kekerabatan yang di dasarkan pada garis keturunan dari pihak
bapak dikenal dengan istilah patrilineal, sedangkan kelompok kekerabatan yang
didasarkan pada garis keturunan dari pihak ibu dikenal dengan istilah matrilineal.
Kelompok kekerabatan yang banyak dijumpai dalam kehidupan bangsa
Indonesia, klan-klan yang ada dalam kehidupan masyarakat batak disebut dengan
marga, seperti marga nasution, harahap, hutangalung, ginting dan lain sebagainya.
Masyarakat Minangkabau juga mengenal sistem klan yang disebut dengan kampuang.
Klan berhubungan dengan latar belakang keturunan yang tergabung dalam keluarga
luas baik berdasarkan garis keturunan wanita (matrilineal) maupun laki-laki
(patrilineal) atau keduanya. Klan merupakan suatu organisasi sosial yang khusus
menghimpun anggotanya yang berasal dari satu keturunan yang sama sehingga klan
akan memiliki struktur sosial tersendiri yang secara khusus untuk memperkokoh
ikatan kekerabatan diantara mereka.
Orang-orang yang terhimpun dalam suatu klan dapat diketahui dari nama
belakang atau nama lekuarga yang mereka pakai seperti yang dimiliki oleh
masyarakat batak, tetapi terdapat juga anggota sebuah klan yang dapat dikenali dari
lambang-lambang yang dipasang di rumah atau prilaku khusus yang hanya berlaku
bagi suatu klan. Klan ser