Sosialisasi Sistem Pelayanan Informasi Dan Perizinan Investasi Secara Elektronik (SPIPISE) Pada Kantor Penanaman Modak Di Kota Cimahi

(1)

Diajukan di K pad F PRO FAKU UN n sebagai Kantor Pen da Progra akultas Ilm Universit ADEK OGRAM S ULTAS ILM NIVERSITA LAPORAN Laporan nanaman M am Studi Il

mu Sosial tas Komp Disusun O K AGUSTU 417080 TUDI ILMU MU SOSIAL AS KOMPU BANDU 2011 N KKL Kuliah Ke Modal Kot lmu Peme l dan Ilmu

uter Indon

Oleh: US SILAEN 017

U PEMERI L DAN ILM UTER IND UNG 1 erja Lapan ta Cimahi erintahan Politik nesia N INTAHAN MU POLITI DONESIA ngan IK


(2)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Laporan KKL

Pusat Pengolahan data dan Infomasi Badan Koordinasi Penanaman Modal (Pusdatin BKPM) memikul tanggung jawab atas terlaksananya sistem pelayanan investasi secara nasional. Untuk melaksanakannya, Pusdatin BKPM sesuai kewenangan yang diberikan telah membangun Sistem Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi Secara Elektronik yang selanjutnya disingkat SPIPISE. Sistem ini dibuat menurut bisnis proses dan dinamika pelayan perijinanan di BKPM Pusat dan Badan Penanaman Modal Daerah. Sistem ini dikembangkan sesuai Perka BKPM No.14 Tahun 2009 Tentang Sistem Pelayanan Informasi Dan Perizinan Investasi Secara Elektronik.

Perbaikan iklim usaha yang kondusif sehingga dapat meningkatkan iklim investasi di dalam negeri, penataan dan harmonisasi peraturan dalam bidang penanaman modal, pembentukan pelayanan terpadu satu pintu (PTSP) di bidang penanaman modal di provinsi dan di kabupaten/kota, dapat dilihat dengan adanya pengembangan Sistem Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi Secara Elektronik (SPIPISE). Berikut adalah kebijakan-kebijakan terkait mengenai penanaman modal dan SPIPISE yaitu, dilihat dari Undang-Undang Republik Indonesia No.25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Perpres 27 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Terpadu Satu Pintu dibidang Penanaman Modal, INPRES No.3 Tahun 2004, INPRES No. 6


(3)

tahun 2007 , dan INPRES No.5 Tahun 2008, INPRES No I Tahun 2010 yang pengembangan dan penerapan SPIPISE di PTSP Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota.

Pembangunan Sistem Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi Secara Elektronik (SPIPISE) yang diamanatkan kepada BKPM bertujuan untuk mendukung pelaksanaan PTSP. Ini diharapkan terjadi melalui kemudahan mendapatkan informasi dan percepatan proses perizinan penanaman modal. Pelayanan SPIPISE ini memudahkan investor untuk melakukan pengurusan perijinan secara simpel, murah, efisien, dan

predictable. SPIPISE juga merupakan sistem informasi yang dibangun untuk memberikan kemudahan, menciptakan transparansi dan kepastian hukum bagi investor.Pemohon (investor) dapat mengurus perijinan mereka dengan perangkat tehnologi tanpa perlu bersentuhan langsung dengan petugas pelayanan.Selain itu, SPIPISE juga memberikan kemudahan bagi petugas Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) untuk melakukan validasi dan mendapatkan data dalam memproses permohonan penanaman modal yang menjadi kewenangan PTSP.

SPIPISE merupakan pelayanan perizinan dan non-perizinan yang terintegrasi secara nasional antara BKPM (sebagai pusat database dan sistem) dengan berbagai Kementerian/LPND yang memiliki kewenangan perizinan dan non-perizinan terkait penanaman modal. Selain itu, sistem ini juga integrasi jaringan antara BKPM dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang menangani penanaman modal yang melaksanakan fungsi PTSP di bidang penanaman modal baik di provinsi dan di kabupaten/kota.


(4)

3   

SPIPISE bertujuan untuk mewujudkan layanan perizinan dan non-perizinan yang mudah, cepat, tepat, transparan dan akuntabel. Begitu efektifnya tujuan yang ingin dicapai, sehingga sistem elektronik ini akan menciptakan integrasi data dan layanan (perizinan dan non-perizinan) sehingga mampu meningkatkan keselarasan kebijakan dalam layanan antar-instansi pemerintah pusat dan daerah.

Penerapan National Single Window for Investment (NSWi) atau lebih dikenal dengan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) merupakan mekanisme pola pelayanan yang tidak bisa dipisahkan dari dua bidang utama, perijinan dan investasi. Birokrasi panjang dan berbelit yang biasa ditemui masyarakat yang ingin mencari ijin, kini terpangkas karena eksistensi PTSP. Kejelasan dan kemudahan berinvestasi menjadi salah satu fokus kebijakan perbaikan iklim investasi di Indonesia. Pengembangan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) telah menjadi agenda pemerintah bagi pendaftaran dan pendirian bidang usaha. Akan tetapi, besarnya variasi perijinan antar Daerah, keterlibatan berbagai instansi teknis, dan ketiadaan informasi yang terintegrasi, serta valid masih tetap menjadi kendala.

Penciptaan iklim usaha yang kondusif merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan daya saing Indonesia.Upaya penciptaan iklim usaha ini dapat ditunjukkan dengan penerapan e-government (perkembangan terakhir teknologi informasi di bidang pemerintahan) dalam setiap aspek pelayanan oleh pemerintah, diantaranya pelayanan kepada sektor usaha. Dalam rangka mewujudkan peningkatan investasi di kota Cimahi, Badan Pelayanan Perizinan Terpadu dan Penanaman Modal segera menerapkan sistem


(5)

pelayanan informasi dan perizinan investasi secara elektronik sebagai bagian dari pelayanan terpadu satu pintu.

Agar dapat tercapai target investasi secara nasional, maka kegiatan sosialisasi dan implementasi SPIPISE perlu dilakukan. Sosialisasi dimaksudkan untuk meningkatkan pelayanan perijinan investasi kepada investor di kota Cimahi secara otomatis, serta memberikan pelatihan kepada aparatur daerah dalam penggunaan sistem. Sementara kegiatan implementasi ditujukan kepada Perangkat Daerah Propinsi di bidang Penanaman Modal (PDPPM) dan Perangkat Daerah Kabupaten/Kota di bidang Penanaman Modal (PDPPM) dan PDKPM yang dinyatakan telah siap menerapkan sistem dilingkungan kerja mereka sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Dalam praktiknya kegiatan sosialisasi dan implementasi SPIPISE ini berjalan sesuai program kerja yang ada di tingkat BKPM pusat, Propinsi dan Kabupaten/Kota. Dari BKPM telah disusun program sosialisasi dan implementasi pada setiap tahun anggaran. Sementara dari tingkat propinsi dan kabupaten/kota juga menyusun program sosialisasi dan implementasi yang pelaksanaannya selalu berokoordinasi dengan BKPM pusat selaku penyedia sistem. Namun dalam kenyataannya dilapangan terdapat beberapa permasalahan sebagai tantangan yang harus di hadapi untuk memperbaiki kualitas pelayanan yang akan datang, itu semua terlihat pada penjelasan berikut ini:

Pertama, permasalahan yang berkaitan dengan sosialisasi SPIPISE kepada investor khususnya yang ada di kota Cimahi. Adanya SPIPISE belum


(6)

5   

sepenuhnya disosialisasikan kepada investor, SPIPISE baru disosialisasikan kepada aparatur daerah yang bersangkutan (aparat yang mengurusi kegiatan penanaman modal dan aparat yang ada di kppt kota Cimahi). Terlihat jelas bahwa tidak semua investor mengetahui adanya penerapan SPIPISE di kota Cimahi, dalam hal ini kegiatan sosialisasi penerapan SPIPISE di kota Cimahi belum berjalan dengan baik.

Kedua, permasalahan yang berhubungan dengan hambatan

berinvestasi. Tidak semua daerah mau di daerahnya dibuat industri, masalah kepemilikan lahan ataupun persetujuan pemanfaatan ruang dapat menghambat investasi di suatu daerah. Penyiapan dokumen-dokumen penting sebagai syarat dalam berinvestasi dapat menghambat kegiatan investasi ataupun penanaman modal di suatu daerah khususnya dikota Cimahi.

Ketiga, permasalahan yang berkaitan dengan tujuan dari penerapan SPIPISE. Tujuan dari penerapan SPIPISE adalah pelayanan kepada masyarakat atau para investor yang ingin berinvestasi di kota Cimahi, SPIPISE juga bertujuan untuk mewujudkan layanan perizinan dan non-perizinan yang mudah, cepat, tepat, transparan dan akuntabel. Tetapi pada pelaksanaannya tujuan ini belum terlaksana dengan efektif karena para investor belum menggunakan SPIPISE untuk melakukan proses perizinan dan nonperizinan penanaman modal.

Berdasarkan latar belakang tersebut pemerintah yang bersangkutan diharapkan peka melihat kondisi yang terjadi dilingkungan kegiatan investasi, permasalahan-permasalahan yang ditemukan dalam penerapan SPIPISE di


(7)

kota Cimahi diharapkan dapat diatasi dengan baik, dengan latar belakang yang telah saya paparkan, maka peneliti tertarik dan berinisiatif guna melakukan penelitian mengenai “SOSIALISASI SISTEM PELAYANAN INFORMASI DAN PERIZINAN INVESTASI SECARA ELEKTRONIK (SPIPISE) PADA KANTOR PENANAMAN MODAL DI KOTA CIMAHI”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakandi atas, maka dapat dirumuskan identifikasi masalah dalam penelitian ini, yaitu:

1. Bagaimana tahap persiapan (Preparatory Stage) aparatur dalam penerapan SPIPISE pada Kantor Penanaman Modal di Kota Cimahi ?

2. Bagaimana tahap meniru (Play Stage) oleh aparatur yang bersangkutan di bidang penanaman modal dalam penerapan SPIPISE pada Kantor Penanaman Modal di Kota Cimahi ?

3. Bagaimana tahap siap bertindak (Game Stage) aparatur dalam penerapan SPIPISE pada Kantor Penanaman Modal di Kota Cimahi ?

4. Bagaimana tahap penerimaan norma kolektif (Generalized Stage/Generalized other) para investor dengan diterapkannya SPIPISE pada Kantor Penanaman Modal di Kota Cimahi ?

1.3 Maksud dan Tujuan Laporan KKL

Maksud dari diadakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui Efektivitas Penerapan Sistem Pelayanan Informasi Dan Perizinan Investasi Secara Elektronik (SPIPISE) di Kota Cimahi.


(8)

7   

Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui tahap persiapan (Preparatory Stage) aparatur dalam penerapan SPIPISE pada Kantor Penanaman Modal di Kota Cimahi.

2. Untuk mengetahui tahap meniru (Play Stage) oleh aparatur yang bersangkutan di bidang penanaman modal dalam penerapan SPIPISE pada Kantor Penanaman Modal di Kota Cimahi.

3. Untuk mengetahuitahap siap bertindak (Game Stage) aparatur dalam penerapan SPIPISE pada Kantor Penanaman Modal di Kota Cimahi.

4. Untuk mengetahui tahap penerimaan norma kolektif (Generalized Stage/Generalized other) para investor dengan diterapkannya SPIPISE pada Kantor Penanaman Modal di Kota Cimahi.

1.4 Kegunaan Laporan KKL

Hasil penelitian memiliki kegunaan yang bersifat teoritis dan praktis. Adapun kegunaan dari penelitian ini sebagai berikut:

1. Kegunaan bagi peneliti, dari hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi peneliti untuk menambah pengalaman dan ilmu pengetahuan mengenai perizinan investasi atau penanaman modal terutama mengenai Sosialisasi Sistem Pelayanan Informasi Dan Perizinan Investasi Secara Elektronik (SPIPISE) pada Kantor Penanaman Modal di Kota Cimahi. 2. Kegunaan teoritis, dari hasil peneliatian ini diharapkan dapat memberikan

sumbangan pemikiran bagi ilmu sosial serta dapat dijadikan bahan acuan untuk masa yang akan datang bagi yang melaksanakan penelitian mengenai pembahasan Sosialisasi Sistem Pelayanan Informasi Dan


(9)

Perizinan Investasi Secara Elektronik (SPIPISE) pada Kantor Penanaman Modal di Kota Cimahi.

3. Kegunaan praktis, dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan masukan bagi pemerintah, khususnya aparatur di Kantor Penanaman Modal Kota Cimahi untuk mengetahui bagaimana proses Sosialisasi Sistem Pelayanan Informasi Dan Perizinan Investasi Secara Elektronik (SPIPISE) pada Kantor Penanaman Modal di Kota Cimahi.

1.5 Kerangka Pemikiran

Sosialisasi adalah sebuah proses penanaman atau transfer kebiasaan atau nilai dan aturan dari satu generasi ke generasi lainnya dalam sebuah kelompok atau masyarakat. Beberapa sosiolog menyebut sosialisasi sebagai teori mengenai peranan (role theory). Karena dalam proses sosialisasi diajarkan peran-peran yang harus dijalankan oleh individu. Setiap kelompok masyarakat mempunyai standar dan nilai yang berbeda. Contohnya, seseorang itu baik atau tidak di sekolah dengan di kelompok sepermainan tentu berbeda. Di sekolah misalnya, seseorang disebut baik apabila nilai ulangannya diatas tujuh atau tidak pernah terlambat masuk sekolah. Sementara di kelompok sepermainan, seseorang disebut baik apabila solider dengan teman atau saling membantu.

Sebagai contoh dalam proses sosialisasi adalah ketika bayi dilahirkan, dia tidak tahu apa-apa tentang diri dan lingkungannya. Walau begitu, bayi tersebut memiliki potensi untuk mempelajari diri dan lingkungannya. Apa dan bagaimana dia belajar, banyak sekali dipengaruhi oleh lingkungan sosial di


(10)

9   

mana dia dilahirkan. Kita bisa berbahasa Indonesia karena lingkungan kita berbahasa Indonesia; kita makan menggunakan sendok dan garpu, juga karena lingkungan kita melakukan hal yang sama; demikian pula apa yang kita makan, sangat ditentukan oleh lingkungan kita masing-masing.

Sosialisasi adalah satu konsep umum yang bisa dimaknakan sebagai sebuah proses di mana kita belajar melalui interaksi dengan orang lain, tentang cara berpikir, merasakan, dan bertindak, di mana kesemuanya itu merupakan hal-hal yang sangat penting dalam menghasilkan partisipasi sosial yang efektif. Sosialisasi merupakan proses yang terus terjadi selama hidup kita.

Sosialisasi adalah proses di mana seorang anak belajar menjadi seorang anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat. Dari pengertian yang dikemukakan para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa sosialisasi merupakan suatu proses belajar seorang anggota masyarakat untuk mengenal dan menghayati norma-norma serta nilai-nilai masyarakat tempat ia menjadi anggota, sehingga terjadi pembentukan sikap untuk berperilaku sesuai dengan tuntutan atau perilaku masyarakatnya. Jadi, proses sosialisasi membuat seseorang menjadi tahu dan memahami bagaimana harus bersikap dan bertingkah laku di lingkungan masyarakatnya. Melalui proses ini juga, seseorang akan mengetahui dan dapat menjalankan hak-hak serta kewajibannya berdasarkan peranan-peranan yang dimilikinya.

Secara sederhana, sosialisasi dapat disamakan dengan bergaul. Dalam pergaulan tersebut dipelajari berbagai nilai, norma, dan pola-pola perilaku individu ataupun kelompok. Lambat laun nilai dan norma yang ada


(11)

dapat diserap menjadi bagian dari kepribadian individu serta kelompok. Seperti yang kita ketahui manusia tercipta sebagai makhluk pribadi sekaligus juga sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk pribadi, manusia berjuang untuk memenuhi kebutuhannya untuk bertahan hidup. Dalam memenuhi kebutuhannya tersebut manusia tidak dapat hidup sendiri. Manusia memerlukan orang lain untuk mencapai tujuannya. Itulah sebabnya, manusia berinteraksi dengan manusia lainnya sebagai makhluk sosial. Dalam hal ini, kita akan mengetahui bahwa sosialisasi juga berfungsi sebagai sarana pembentukan kepribadian.

Peter L. Berger mencatat adanya perbedaan penting antara manusia dengan makhluk lain. Berbeda dengan makhluk lain yang seluruh perilakunya dikendalikan oleh naluri yang diperoleh sejak awal hidupnya. Sementara hewan tidak perlu menentukan misalnya apa yang harus dimakannya karena hal itu sudah diatur naluri; manusia harus memutuskan apa yang harus dimakannya dan kebiasannya yang harus selalu ditegakkannya. (Sunarto, 1993:27). Karena keputusan yang diambil suatu kelompok dapat berbeda dengan kelompok lain, maka kemudian dijumpai keanekaragaman kebiasaan dalam soal makanan.

Kebiasaan yang berkembang dalam tiap kelompok tersebut kemudian menghasilkan berbagai macam sistem pernikahan yang berbeda satu sama lain. Kemudian keseluruhan kebiasaan yang dipunyai manusia tersebut, baik dalam bidang ekonomi, kekeluargaan, pendidikan, agama, politik dan sebagainya haris dipelajari oleh setiap anggota baru suatu masyarakat melalui suatu proses yang dinamakan sosialisasi. Berger mendefinisikan


(12)

11   

sosialisasi sebagai “a process by which a child learns to be a participant member of society yaitu proses melalui mana seorang anak belajar menjadi seorang anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat” (Sunarto, 1993:27). Sosialisasi tidak bersifat sekaligus/total, dalam arti merupakan proses yang terus berlangsung, bergerak dari masa kanak-kanak sampai usia tua.

Tanggung jawab sosialisasi biasanya di tangan lembaga atau orang-orang tertentu, tergantung pada aspek-aspek yang harus terlibat. Misalnya, pendidikan agama diarahkan oleh orang tua sejak kanak-kanak dan oleh ustad setempat atau sekolah taman kanak-kanak berbasis agama; pendidikan profesi diberikan oleh para spesialis atau lembaga pendidikan kejuruan yang berkompeten dalam hal itu, dan lain-lain. Sosialisasi bisa dilakukan dengan sengaja, maupun terjadi secara tidak disadari ketika individu mengambil petunjuk mengenai norma-norma sosial tanpa pengajaran khusus mengenai hal itu. Kemudian apa yang dipelajari seseorang dalam sosialisasi? Menurut sejumlah tokoh sosiologi, yang diajarkan melalui sosialisasi ialah peranan-peranan. Oleh karena di dalam menjelaskan sosialisasi, sejumlah tokoh sosiologi menjelaskannya dengan teori peranan (role theory).

George Herbert Mead mengemukakan teori sosialisasi yang diuraikan dalam bukunya Mind, Self, Society. Mead mengemukakan tahap-tahap pengembangan diri (self) manusia. Manusia yang baru lahir belum mempunyai diri. Diri manusia berkembang secara bertahap melalui interaksi dengan anggota masyarakat lain. Mead berpendapat bahwa sosialisasi yang


(13)

dilalui seseorang atau kelompok dapat dibedakan melalui tahap-tahap (proses) sebagai berikut:

1. Tahap persiapan (Preparatory Stage) 2. Tahap meniru (Play Stage)

3. Tahap siap bertindak (Game Stage)

4. Tahap penerimaan norma kolektif (Generalized Stage/Generalized other

(George Herbert Mead)

Menurut Mead setiap anggota baru masyarakat harus mempelajari peranan peranan yang ada dalam masyarakat-suatu proses yang dinamakannya pengambilan peranan (role taking). Dalam proses ini seseorang belajar untuk mengetahui peranan yang harus dijalankannya serta peranan yang harus dijalankan orang lain. Melalui penguasaan peranan yang ada dalam masyarakat ini seseorang dapat berinteraksi dengan orang lain. Demikian juga halnya dengan aparatur yang mensosialisasikan SPIPISE pada Kantor Penanaman Modal di Kota Cimahi dapat mengetahui fungsi peranannya dalam proses mensosialisasikan SPIPISE di kalangan investor.

Pengertian Sistem Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi secara Elektronik, yang selanjutnya disingkat SPIPISE sesuai Perka BKPM Nomor 14 Tahun 2009 Tentang Sistem Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi Secara Elektronik adalah :

“Sistem elektronik pelayanan perizinan dan nonperizinan yang terintegrasi antara BKPM dan kementerian/Lembaga Pemerintah Non Departemen yang memiliki kewenangan perizinan dan nonperizinan, PDPPM, dan PDKPM” (Perka BKPM Nomor 14 Tahun 2009).

Berdasarkan uraian di atas, peneliti membuat model kerangka pemikiran sebagai berikut :


(14)

13   

Gambar 1.1

Model Kerangka Pemikiran

1.6 Metode dalam Laporan KKL 1.6.1 Metode Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif karena dalam penelitian ini peneliti hanya akan memaparkan

Perka BKPM No.14 Tahun 2009 Tentang Sistem Pelayanan Informasi Dan Perizinan Investasi

Secara Elektronik 

Sosialisasi Sistem Pelayanan Informasi Dan Perizinan Investasi Secara Elektronik

Tahap-tahap atau proses dalam sosialisasi adalah :

1. Tahap persiapan (Preparatory Stage) 2. Tahap meniru (Play Stage)

3. Tahap siap bertindak (Game Stage) 4. Tahap penerimaan norma kolektif

(Generalized Stage/Generalized other

Sosialisasi Sistem Pelayanan Informasi Dan Perizinan Investasi Secara Elektronik (SPIPISE) pada Kantor

Penanaman Modal di Kota Cimahi

Para Investor yang melakukan kegiatan penanaman modal (berinvestasi) di Kota Cimahi


(15)

situasi-situasi dalam Penerapan Sistem Pelayanan Informasi Dan Perizinan Investasi Secara Elektronik (SPIPISE) pada Kantor Penanaman Modal di Kota Cimahi. Menurut Abdurrahmat Fathoni dalam bukunya yang berjudul Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi, metode penelitian deskriptif dapat diartikan sebagai berikut :

“Penelitian deskriptif yaitu suatu penelitian yang bermaksud mengadakan pemeriksaan dan pengukuran-pengukuran terhadap gejala tertentu. Dalam penelitian macam ini landasan teori mulai diperlukan tetapi bukan digunakan sebagai landasan untuk menentukan kriteria pengukuran terhadap gejala yang diamati dan akan diukur” (Abdurrahmat Fathoni, 2006:97).

Menurut Sugiyono dalam bukunya yang berjudul Memahami Penelitian Kualitatif, bahwa metode penelitian kualitatif adalah:

“Metode Kualitatif adalah metode yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi” (Sugiyono, 2007:1).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif merupakan metode penelitian yang memberikan gambaran dan uraian yang jelas, sistematis, faktual dan akurat dalam sebuah penelitian serta peneliti merupakan instrumen kunci dalam sebuah penelitian yang mengutamakan kualitas data, artinya data yang disajikan dalam bentuk kata atau kalimat (tidak menggunakan analisis statistika).


(16)

15   

1.6.2 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui :

1. Observasi Partisipan

Suatu observasi disebut observasi partisipan jika orang yang rnengadakan observasi (observer) turut ambil bagian dalam perikehidupan observer. Jenis teknik observasi partisipan umumnya digunakan orang untuk penelitian yang bersifat eksploratif. Untuk menyelidiki satuan-satuan sosial yang besar seperti masyarakat suku bangsa karena pengamatan partisipatif memungkinkankan peneliti dapat berkomunikasi secara akrab dan leluasa dengan observer, sehingga memungkinkan untuk bertanya secara lebih rinci dan detail terhadap hal-hal yang akan diteliti.

2. Studi Pustaka

Yaitu teknik pengumpulan data dengan mempelajari catatan-catatan mengenai data-data responden atau membaca dan mencari buku-buku yang berhubungan langsung dengan Sistem Pelayanan Informasi Dan Perizinan Investasi Secara Elektronik (SPIPISE).

1.6.3 Teknik Penentuan Informan

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik penentuan informan Purposive Sampling.Sesuai dengan namanya, sampel diambil dengan maksud atau tujuan tertentu. Seseorang atau sesuatu diambil


(17)

sebagai sampel karena peneliti menganggap bahwa seseorang atau sesuatu tersebut memiliki informasi yang diperlukan bagi penelitiannya.

Kantor Penanaman Modal Kota Cimahi dipilih sebagai tempat untuk penelitian, yang mana para pejabat yang terkait langsung dengan pelaksanaan Sistem Pelayanan Informasi Dan Perizinan Investasi Secara Elektronik (SPIPISE) pada Kantor Penanaman Modal di Kota Cimahi dijadikan sebagai sampel yang memiliki informasi-informasi yang dibutuhkan oleh peneliti.

1.6.4 Teknik Analisis Data

Analisa data merupakan suatu kegiatan yang mengacu pada penelaahan atau pengujian yang sistematik mengenai suatu hal dalam rangka menentukan bagian-bagian atau hubungan diantara bagian dalam keseluruhan. Penulis dalam menganalisis data, yaitu dengan cara mengumpulkan data-data terlebih dahulu sebelum diinterprestasikan artinya data diproses terlebih dahulu.

Hal ini sejalan dengan pendapat Sugiyono dalam bukunya

Memahami Penelitian Kualitatif menyebutkan ada tiga unsur dalam kegiatan proses analisa data, sebagai berikut:

1. Data Reduction (reduksi data), yaitu bagian dari proses analisis dengan bentuk analisis untuk mempertegas, memperpendek, membuat fokus, membuang hal yang tidak penting dan mengatur data sehingga dapat disimpulkan.

2. Data Display (penyajian data), yaitu susunan informasi yang memungkinkan dapat ditariknya suatu kesimpulan, sehingga memudahkan untuk memahami apa yang terjadi.

3. Conclusion Verification (penarikan kesimpulan), yaitu suatu kesimpulan yang diverifikasi dengan cara melihat dan mempertanyakan kembali, dengan meninjau kembali secara


(18)

17   

sepintas pada catatan lapangan untuk memperoleh pemahaman yang lebih cepat.

(Sugiyono, 2007:92-99).

Penulis menggunakan analisis ini supaya dapat mengklasifikasikan secara efektif dan efisien mengenai data-data yang terkumpul, sehingga siap untuk diinterpretasikan. Disamping itu data yang didapat lebih lengkap, lebih mendalam dan kredibel serta bermakna sehingga tujuan penelitian dapat dicapai.

1.7 Lokasi dan Waktu KKL

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Jl. Rd. Demang Hardjakusumah Blok Jati Cihanjuang Cimahi, Jawa Barat, Telp (022) 6642036. Adapun jadwal kegiatan penulisan sdilaksanakan pada tanggal 4 Juli 2011 dan berakhir 30 Juli 2011.


(19)

Tabel 1.1

Jadwal Kegiatan KKL

No. Kegiatan Tahun 2011

Juni Juli Agust Sept Okt Nov 1. Tahap Persiapan

Observasi lokasi penelitian Pengajuan judul

Penyusunan usulan penelitian 2. Tahap Pelaksanaan Pelaksanaan penelitian

Wawancara Observasi

Studi Kepustakaan 3. Tahap Akhir

Penyusunan Laporan KKL Pengumpulan Laporan KKL


(20)

19 

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Sosialisasi 2.1.1 Pengertian Sosialisasi

Pada dasarnya, sosialisasi memberikan dua kontribusi fundamental bagi kehidupan kita. Pertama, memberikan dasar atau fondasi kepada individu bagi terciptanya partisipasi yang efektif dalam masyarakat, dan

kedua memungkinkan lestarinya suatu masyarakat, karena tanpa

sosialisasi akan hanya ada satu generasi saja sehingga kelestarian masyarakat akan sangat terganggu. Contohnya, masyarakat Sunda, Jawa, Batak, dsb, akan lenyap manakala satu generasi tertentu tidak mensosialisasikan nilai-nilai kesundaan, kejawaan, kebatakan kepada generasi berikutnya. Agar dua hal tersebut dapat berlangsung maka ada beberapa kondisi yang harus ada agar proses sosialisasi terjadi. Pertama,

adanya warisan biologikal, dan kedua, adalah adanya warisan sosial.

Sosialisasi adalah satu konsep umum yang bisa dimaknakan sebagai sebuah proses di mana kita belajar melalui interaksi dengan orang lain, tentang cara berpikir, merasakan, dan bertindak, di mana kesemuanya itu merupakan hal-hal yang sangat penting dalam menghasilkan partisipasi sosial yang efektif. Sosialisasi merupakan proses yang terus terjadi selama hidup kita. Salah satu teori peran yang dikaitkan dengan sosialisasi ialah teori George Herbert Mead. Dalam teorinya yang diuraikan dalam buku Mind, Self, and Society (1972), Mead menguraikan


(21)

tahap pengembangan diri manusia. Manusia yang baru lahir belum mempunyai diri. Diri manusia berkembang secara bertahap melalui interaksi dengan anggota masyarakat lain. Menurut Mead pengembangan diri manusia berlangsung melalui tahap-tahap sebagai berikut :

1. Tahap persiapan (Preparatory Stage)

Tahap ini dialami sejak manusia dilahirkan, saat seorang anak mempersiapkan diri untuk mengenal dunia sosialnya. Pada tahap ini juga anak mulai melakukan kegiatan meniru meski tidak sempurna. Dalam tahap ini, individu sebagai calon anggota masyarakat dipersiapkan dengan dibekali nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pedoman bergaul dalam masyarakat oleh lingkungan yang terdekat, yaitu keluarga. Lingkungan yang memengaruhi termasuk individu yang berperan dalam tahapan ini relatif sangat terbatas, sehingga proses penerimaan nilai dan norma juga masih dalam tataran yang paling sederhana.

2. Tahap Meniru (Play Stage)

Tahap ini ditandai dengan semakin sempurnanya seorang anak menirukan peran-peran yang dilakukan oleh orang dewasa. Pada tahap ini mulai terbentuk kesadaran tentang nama diri dan siapa nama orang tuanya, kakaknya, dan sebagainya. Anak mulai menyadari tentang apa yang dilakukan oleh seorang ibu dan apa yang diharapkan seorang ibu dari dirinya. Dengan kata lain, kemampuan untuk menempatkan diri pada posisi orang lain juga mulai terbentuk pada tahap ini. Kesadaran bahwa dunia sosial manusia berisikan orang-orang yang jumlahnya banyak telah juga mulai terbentuk.

3. Tahap Siap Bertindak (Game Stage)

Peniruan yang dilakukan sudah mulai berkurang dan digantikan peran yang secara langsung dimainkan sendiri dengan penuh kesadaran. Kemampuannya menempatkan diri pada posisi orang lain pun meningkat, sehingga memungkinkan adanya kemampuan bermain secara bersama-sama. Pada tahap ini individu mulai berhubungan dengan teman teman sebaya di luar rumah. Peraturan-peraturan yang berlaku di luar keluarganya secara bertahap mulai dipahami. Bersamaan dengan itu, anak mulai menyadari bahwa ada norma tertentu yang berlaku di luar keluarganya.

4. Tahap Penerimaan Norma Kolektif (Generalizing Stage)

Pada tahap ini seseorang telah dianggap dewasa. Dia sudah dapat menempatkan dirinya pada posisi masyarakat secara luas. Dengan kata lain, dia dapat bertenggang rasa tidak hanya dengan orang-orang yang berinteraksi dengannya, tetapi juga dengan masyarakat secara luas. Manusia dewasa menyadari


(22)

21 

 

pentingnya peraturan, kemampuan bekerja sama, bahkan dengan orang lain yang tidak dikenalnya. Manusia dengan perkembangan diri pada tahap ini telah menjadi warga masyarakat dalam arti sepenuhnya. Dalam tahap ini, individu dinilai sudah mencapai tahap kematangan untuk siap terjun dalam kehidupan masyarakat.

(George Herbert Mead, 1972).

Pandangan lain yang juga menekankan pada peranan interaksi dalam proses sosialisasi adalah Charles H. Cooley. Menurut Cooley konsep diri (self concept) seseorang berkembang melalui interaksinya dengan orang lain. Diri yang berkembang melalui interaksi dengan orang lain oleh Cooley diberi nama looking-glass self. Cooley menamakannya demikian karena melihat analogi antara pembentukan diri seseorang dengan perilaku orang yang sedang bercermin; kalau cermin memantulkan apa yang terdapat di depannya, maka menurut Cooley diri seseorang pun memantulkan apa yang dirasakannya sebagai tanggapan masyarakat terhadapnya.

Cooley berpendapat bahwa looking-glass self terbentuk melalui tiga tahap. Pada tahap pertama, seseorang mempunyai persepsi mengenai pandangan orang lain terhadapnya. Pada tahap kedua, seseorang mempunyai persepsi mengenai penilain orang lain terhadap penampilannya. Pada tahap ketiga, seseorang mempunyai perasaan terhadap apa yang dirasakannya sebagai penilaian orang lain terhadapnya itu.


(23)

2.1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sosialisasi

Ada dua faktor yang secara garis besar dapat memengaruhi proses sosialisasi, yaitu faktor intrinsik dan ekstrinsik.

1. Faktor Intrinsik

Sejak lahir manusia sesungguhnya telah memiliki pembawaan-pembawaan yang berupa bakat, ciri-ciri fisik, dan kemampuan-kemampuan khusus warisan orang tuanya. Hal itu disebut sebagai faktor intrinsik, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri seseorang yang melakukan sosialisasi. Faktor ini akan menjadi bekal seseorang untuk melaksanakan beragam aktivitas dalam sosialisasi. Hasilnya akan sangat berpengaruh terutama dalam perolehan keterampilan, pengetahuan, dan nilai-nilai dalam sosialisasi itu sendiri.

2. Faktor Ekstrinsik

Sejak manusia dilahirkan dia telah mendapat pengaruh dari lingkungan di sekitarnya yang disebut sebagai faktor ekstrinsik. Faktor ini dapat berupa nilai-nilai, kebiasaan kebiasaan, adat istiadat, norma-norma, sistem sosial, sistem budaya, dan sistem mata pencaharian hidup yang ada dalam masyarakat. Nilai-nilai dan norma-norma yang ada dalam masyarakat menjadi pedoman bagi seseorang untuk melakukan berbagai aktivitas agar sikap dan perilakunya sesuai dengan harapan masyarakat. Perpaduan antara faktor intrinsik dan ekstrinsik akan berakumulasi pada diri seseorang dalam melaksanakan sosialisasi.


(24)

23 

 

2.1.3 Jenis Sosialisasi

Berdasarkan jenisnya, sosialisasi dibagi menjadi dua: sosialisasi primer (dalam keluarga) dan sosialisasi sekunder (dalam masyarakat). Menurut Goffman kedua proses tersebut berlangsung dalam institusi total, yaitu tempat tinggal dan tempat bekerja. Dalam kedua institusi tersebut, terdapat sejumlah individu dalam situasi yang sama, terpisah dari masyarakat luas dalam jangka waktu kurun tertentu, bersama-sama menjalani hidup yang terkukung, dan diatur secara formal.

1. Sosialisasi primer

Peter L. Berger dan Luckmann mendefinisikan sosialisasi primer sebagai sosialisasi pertama yang dijalani individu semasa kecil dengan belajar menjadi anggota masyarakat (keluarga). Sosialisasi primer berlangsung saat anak berusia 1-5 tahun atau saat anak belum masuk ke sekolah. Anak mulai mengenal anggota keluarga dan lingkungan keluarga. Secara bertahap dia mulai mampu membedakan dirinya dengan orang lain di sekitar keluarganya. Dalam tahap ini, peran orang-orang yang terdekat dengan anak menjadi sangat penting sebab seorang anak melakukan pola interaksi secara terbatas di dalamnya. Warna kepribadian anak akan sangat ditentukan oleh warna kepribadian dan interaksi yang terjadi antara anak dengan anggota keluarga terdekatnya.

2. Sosialisasi sekunder

Sosialisasi sekunder adalah suatu proses sosialisasi lanjutan setelah sosialisasi primer yang memperkenalkan individu ke dalam kelompok tertentu dalam masyarakat. Salah satu bentuknya adalah resosialisasi dan desosialisasi. Dalam proses resosialisasi, seseorang diberi suatu identitas diri yang baru. Sedangkan dalam proses desosialisasi, seseorang mengalami 'pencabutan' identitas diri yang lama.

( Peter L. Berger dan Luckmann)

2.1.4 Tipe Sosialisasi

Setiap kelompok masyarakat mempunyai standar dan nilai yang berbeda. Contoh, standar 'apakah seseorang itu baik atau tidak' di sekolah dengan di kelompok sepermainan tentu berbeda. Di sekolah, misalnya,


(25)

seseorang disebut baik apabila nilai ulangannya di atas tujuh atau tidak pernah terlambat masuk sekolah. Sementara di kelompok sepermainan, seseorang disebut baik apabila solider dengan teman atau saling membantu. Perbedaan standar dan nilai pun tidak terlepas dari tipe sosialisasi yang ada. Ada dua tipe sosialisasi. Kedua tipe sosialisasi tersebut adalah sebagai berikut.

1. Formal

Sosialisasi tipe ini terjadi melalui lembaga-lembaga yang berwenang menurut ketentuan yang berlaku dalam negara, seperti pendidikan di sekolah dan pendidikan militer.

2. Informal

Sosialisasi tipe ini terdapat di masyarakat atau dalam pergaulan yang bersifat kekeluargaan, seperti antara teman, sahabat, sesama anggota klub, dan kelompok-kelompok sosial yang ada di dalam masyarakat.

Baik sosialisasi formal maupun sosialisasi informal tetap mengarah kepada pertumbuhan pribadi anak agar sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku di lingkungannya. Dalam lingkungan formal seperti di sekolah, seorang siswa bergaul dengan teman sekolahnya dan berinteraksi dengan guru dan karyawan sekolahnya. Dalam interaksi tersebut, ia mengalami proses sosialisasi. dengan adanya proses soialisasi tersebut, siswa akan disadarkan tentang peranan apa yang harus ia lakukan. Siswa juga diharapkan mempunyai kesadaran dalam dirinya untuk menilai dirinya sendiri. Misalnya, apakah saya ini termasuk


(26)

25 

 

anak yang baik dan disukai teman atau tidak? Apakah perliaku saya sudah pantas atau tidak?. Meskipun proses sosialisasi dipisahkan secara formal dan informal, namun hasilnya sangat suluit untuk dipisah-pisahkan karena individu biasanya mendapat sosialisasi formal dan informal sekaligus.

2.2 Konsep Dasar Sistem

Istilah sistem merupakan istilah dari bahasa yunani “system” yang artinya adalah himpunan bagian atau unsur yang saling berhubungan secara teratur untuk mencapai tujuan bersama. Sistem adalah seperangkat komponen yang saling berhubungan dan saling bekerjasama untuk mencapai beberapa tujuan. Murdick dan Ross mendefinisikan sistem sebagai seperangkat elemen yang digabungkan satu dengan yang lainnya untuk suatu tujuan bersama (Murdick dan Ross, 1993:6). Pandangan para ahli terhadap sistem berbeda – beda, mengatakan sistem terdiri dari unsur – unsur seperti masukan (input), pengolahan

(processing) serta keluaran (output) (Scott, 1996:69).

Sistem merupakan kegiatan yang saling berhubungan satu sama lain dan saling keterkaitan tersusun secara sistematis. Berikut adalah pengertian sistem menurut Jogiyanto yaitu :

“Sistem adalah adalah kumpulan dari elemen-elemen yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan” (Jogiyanto, 1999:4).


(27)

Dari pengertian sistem menurut pendapat di atas, bahwa system merupakan kumpulan dari bagian-bagian atau komponen-komponen subsistem atau bagian dari sistem yang saling berinteraksi dan bekerja sama untuk membentuk satu kesatuan dalam menjalankan fungsi tertentu yang mempengaruhi proses dari setiap subsistem atau bagian sistem secara keseluruhan untuk mencapai satu tujuan tertentu. Menurut Subandi suatu sistem pada dasarnya adalah merupakan “organisasi besar” yang menjalin berbagai subjek (atau objek) serta perangkat kelembagaan dalam suatu tatanan tertentu. Subjek atau objek pembentuk sebuah sistem dapat berupa orang-orang atau masyarakat, untuk suatu sistem sosial atau sistem kemasyarakatan dapat berupa makhluk-makhluk hidup dan benda alam, untuk suatu sistem kehidupan atau sistem lingkungan dapat berupa barang atau alat, untuk suatu sistem peralatan dapat berupa data, catatan, atau kumpulan fakta, dan untuk suatu sistem informasi atau bahkan kombinasi dari subjek-subjek tersebut (Subandi, 2005:2).

Berikut adalah syarat -syarat sistem :

1. Sistem harus dibentuk untuk menyelesaikan tujuan.

2. Elemen sistem harus mempunyai rencana yang ditetapkan. 3. Adanya hubungan diantara elemen sistem.

4. Unsur dasar dari proses (arus informasi, energi dan material) lebih penting dari pada elemen sistem.

5. Tujuan organisasi lebih penting dari pada tujuan elemen (Subandi, 2005:2)


(28)

27 

 

2.2.1 Karakteristik Sistem

Untuk memahami atau mengembangkan suatu sistem, maka kita perlu membedakan unsur–unsur dari sistem yang membentuknya. Berikut ini karakteristik sistem yang dapat membedakan suatu sistem dengan sistem yang lain. Jogiyanto mengemukakan, bahwa karakteristik sistem yaitu sebagai berikut :

1. komponen-komponen (component)

komponen-komponen atau elemen-elemen sistem dapat berupa suatu subsistem atau bagian-bagian dari sistem.

2. batas sistem (boundary)

batasan sistem merupakan daerah yang membatasi antara suatu sistem dengan sistem yang lainnya atau dengan lingkungan luarnya.

3. lingkungan luar (environment)

lingkungan luar dari suatu sistem atau apapun diluar batas dari sistem yang mempengaruhi operasi sistem.

4. penghubung sistem (system interface)

penghubung sistem mempunyai media penghubung antara suatu subsistem dengan subsistem yang lainnya.

5. masukan sistem (system input)

masukan (input) istem adalah energi yang dimasukan kedalam sistem

6. keluaran sistem (system output)

keluaran sistem adalah hasil dari energi yang diolah dan diklasifikasikan menjadi keluaran yang berguna.

7. pengolahan system (system processing)

suatu sistem dapat mempunyai suatu bagian pengolah yang akan mengubah masukan menjadi keluaran.

8. sasaran sistem

suatu sistem mempunyai tujuan (goal) atau sasaran (objektive) lingkungan luar.

(Jogiyanto, 1999:13).

Berdasarkan pendapat di atas, karakter sistem merupakan kegiatan yang mempengaruhi untuk mendapatkan informasi. Karakter sistem merupakan unsur-unsur yang terdapat dalam sebuah komponen


(29)

sistem, yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain karena bersifat saling keterkaitan satu sama lain, serta saling berhubungan.

2.3 Pengertian Pelayanan

Pelayanan adalah sebagai usaha melayani kebutuhan orang lain. Pelayanan berasal dari kata service yang berarti melayani. Pengertian pelayanan adalah aktivitas/manfaat yang ditawarkan oleh organisasi atau perseorangan kepada konsumen (yang dilayani), yang bersifat tidak berwujud dan tidak dapat dimiliki. (Endang dalam Jurnal Ilmu Administrasi No. 1 Volume 1 2004). Ivancevich, Lorenzi, Skinner dan Crosby (1997: 448) “Pelayanan adalah produk-produk yang tidak kasat mata (tidak dapat diraba) yang melibatkan usaha-usaha manusia dan menggunakan peralatan”.

Gronroos dalam Ratminto dkk (2006: 2) menjelaskan bahwa pelayanan adalah usaha aktivitas atau serangkaian aktivitas yang bersifat tidak kasat mata (tidak dapat diraba) yang terjadi sebagai akibat adanya interaksi antara konsumen dengan karyawan atau hal-hal lain yang disediakan oleh perusahaan pemberi pelayanan yang dimaksudkan untuk memecahkan permasalahan konsumen/pelanggan.

Dari pengertian pelayanan tersebut terkandung di dalamnya yakni “whatever enchances customer satisfaction”. (Davidow Uttal) bahwa pelayanan merupakan suatu usaha untuk mempertinggi kepuasaan pelanggan. Dalam pelayanan yang disebut customer (konsumen) adalah


(30)

29 

 

masyarakat yang mendapat manfaat dari aktivitas yang dilakukan oleh organisasi atau petugas dari organisasi pemberi layanan tersebut.

Dengan demikian, pelayanan berarti serangkaian aktivitas untuk melakukan sesuatu yang baik bagi orang lain, baik yang dapat diraba maupun tidak dapat diraba yang diberikan oleh pemberi pelayanan kepada penerima layanan. Atau pelayanan adalah aktivitas/manfaat yang ditawarkan oleh organisasi atau perorangan kepada konsumen (yang dilayani), yang bersifat tidak berwujud.

Menurut Kotler pelayanan adalah setiap kegiatan atas unjuk kerja yang ditawarkan oleh salah satu pihak kepada pihak lain yang secara prinsip intangileble dan tidak menyebabkan pemindahan kepemilikan apapun, produksinya bisa juga tidak terikat pada suatu produk fisik. Menurut Stanton yang dikutip oleh Alma, pelayanan adalah suatu yang diidentifikasikan secara terpisah, tidak berwujut dan ditawarkanuntuk memenuhi kebutuhan, sehingga dapat diambil pengertian bahwa pelayanan merupakan suatu manfaat yang diberikan oleh satu pihak kepada pihak lain dan biasanya tidak berwujud.

Dengan demikian, dalam pemahaman pelayanan tersebut, berarti ada dua sisi atau pihak dalam hal ini, yaitu sisi/pihak pemberi pelayanan dan sisi/pihak penerima pelayanan. Dari sisi pemberi pelayanan memberikan tekanan bahwa pelayanan adalah aktivitas yang dilakukan untuk membuat si penerima layanan merasakan puas terhadap layanan yang diberikan. Dan dari sisi penerima layanan adalah aktivitas merasakan tentang layanan yang diberikan oleh pemberi layanan.


(31)

Dalam pelayanan yang disebut konsumen (customer), adalah masyarakat yang mendapat manfaat dari aktivitas yang dilakukan oleh organisasi atau petugas dari organisasi pemberi layanan tersebut. Pelayanan yang dikatakan tidak berwujud tersebut berarti bahwa pelayanan itu hanya dapat dirasakan. Seperti dijelaskan di atas, bahwa pelayanan tidak dapat berwujud berarti mengandung arti pelayanan itu hanya dapat dirasakan. Karenanya menurut Norman dalam Endang (Jurnal Ilmu Administrasi, Nomor 1, 2004) memberikan karakteristik tentang pelayanan :

1. Pelayanan sifatnya tidak dapat diraba, pelayanan sangat berlawanan sifatnya dengan barang jadi.

2. pelayanan itu kenyataannya terdiri dari tindakan nyata dan merupakan pengaruh yang sifatnya adalah tindak sosial.

3. produksi dan konsumsi dari pelayanan tidak dapat dipisahkan secara nyata, karena pada umumnya kejadian bersamaan dan terjadi di tempat-tempat yang sama.

(Jurnal Ilmu Administrasi, Nomor 1, 2004).

2.3.1 Sistem Pelayanan

Secara definisi sistem adalah suatu jaringan yang berhubungan satu sama lain menurut skema atau pola yang bulat untuk menggerakkan suatu fungsi yang utama dalam suatu usaha atau urusan (Prajudi, 1992), bisa juga diartikan sebagai suatu kebulatan dari keseluruhan yang kompleks terorganisir, berupa suatu himpunan perpaduan hal-hal atau bagian-bagian yang membentuk suatu kebulatan dari keseluruhan yang utuh (Pamudji, 1981).

Untuk sistem pelayanan perlu diperhatikan apakah ada pedoman pelayanan, syarat pelayanan yang jelas, batas waktu, biaya atau tarif,


(32)

31 

 

prosedur, buku panduan, media informasi terpadu saling menghargai dari masing-masing unit terkait atau unit terkait dengan masyarakat yang membutuhkan pelayanan itu sendiri.

Dengan demikian sistem pelayanan adalah kesatuan yang utuh dari suatu rangkaian pelayanan yang saling terkait, bagian atau anak cabang dari suatu sistem pelayanan terganggu maka akan mengganggu pula keseluruhan pelayanan itu sendiri. Dalam hal ini apabila salah satu unsur pelayanan seperti mahalnya biaya, kualitasnya rendah atau lamanya waktu pengurusan maka akan merusak citra pelayanan di suatu tempat.

Berikut adalah indikator-indikator sistem pelayanan yaitu :

1. Kenyamanan dalam memperoleh pelayanan berkait dengan lokasi tempat pelayanan.

2. Kejelasan informasi tentang pelayanan yang diberikan. 3. Perlindungan terhadap dampak hasil pelayanan.

4. Keterkaitan antara struktur organisasi, kemampuan aparat dan sistem pelayanan.

Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa, sistem pelayanan adalah suatu kesatuan usaha yang dinamis yang terdiri dari berbagai bagian yang berkaitan secara teratur, diikuti dengan unjuk kerja yang ditawarkan oleh satu pihak terhadap pihak lain dengan memberikan manfaat, guna mencapai suatu tujuan.


(33)

2.4 Pengertian Informasi

Informasi adalah data yang telah diolah menjadi suatu bentuk yang mempunyai arti dan bermanfaat bagi manusia. Data adalah aliran fakta-fakta mentah yang menunjukkan peristiwa yang terjadi dalam organisasi dan lingkungan fisik sebelum diorganisir dan ditata menjadi suatu bentuk yang bisa dipahami dan digunakan. Informasi mempunyai manfaat dan peranan yang sangat dominan dalam suatu organisasi/perusahaan. Tanpa adanya suatu informasi dalam suatu organisasi, para manajer tidak dapat bekerja dengan efisien dan efektif. Tanpa tersedianya informasi pun para manajer tidak dapat mengambil keputusan dengan cepat dan mencapai tujuan dengan efektif dan efisien. Sehingga bisa dibilang bahwa informasi merupakan sebuah keterangan yang bermanfaat untuk para pengambil keputusan dalam rangka mencapai tujuan organisasi yang sudah ditetapkan sebelumnya.

Menurut Gordon B. Davis, informasi adalah data yang telah diolah menjadi suatu bentuk yang penting bagi si penerima dan mempunyai nilai yang nyata yang dapat dirasakan dalam keputusan-keputusan yang sekarang atau keputusan-keputusan yang akan datang. Sedangkan menurut Joner Hasugian, informasi adalah sebuah konsep yang universal dalam jumlah muatan yang besar, meliputi banyak hal dalam ruang lingkupnya masing-masing dan terekam pada sejumlah media. Jadi, secara umum informasi adalah data yang sudah diolah menjadi suatu bentuk lain yang lebih berguna yaitu pengetahuan atau keterangan yang


(34)

33 

 

ditujukan bagi penerima dalam pengambilan keputusan, baik masa sekarang atau yang akan datang.

Untuk memperoleh informasi yang berguna, tindakan yang pertama adalah mengumpulkan data, kemudian mengolahnya sehingga menjadi informasi. Dari data-data tersebut informasi yang didapatkan lebih terarah dan penting karena telah dilalui berbagai tahap dalam pengolahannya diantaranya yaitu pengumpulan data, data apa yang terkumpul dan menemukan informasi yang diperlukan. George R. Terry, Ph. D. menjelaskan, berguna atau tidaknya informasi tergantung pada beberapa aspek, yaitu:

1. Tujuan si penerima

Apabila informasi itu tujuannya untuk memberikan bantuan maka informasi itu harus membantu si penerima dalam usahanya untuk mendapatkannya.

2. Ketelitian penyampaian dan pengolahan data

Penyampaian dan mengolah data, inti dan pentingnya info harus dipertahankan.

3. Waktu

Informasi yang disajikan harus sesuai dengan perkembangan informasi itu sendiri.

4. Ruang dan tempat

Informasi yang didapat harus tersedia dalam ruangan atau tempat yang tepat agar penggunaannya lebih terarah bagi si pemakai.

5. Bentuk

Dalam hubungannya bentuk informasi harus disadari oleh penggunaannya secara efektif, hubungan-hubungan yang diperlukan, kecenderungan-kecenderungan dan bidang-bidang yang memerlukan perhatian manajemen serta menekankan informasi tersebut ke situasi-situasi yang ada hubungannya.

6. Semantik

Agar informasi efektif informasi harus ada hubungannya antara kata-kata dan arti yang cukup jelas dan menghindari kemungkinan salah tafsir.


(35)

Jelaslah bahwa agar informasi itu menjadi berguna harus disampaikan kepada orang yang tepat, pada waktu yang tepat, dan dalam bentuk yang tepat pula. Tidak semua data merupakan informasi. Ada kantor-kantor yang menyimpan data-data atau catatan yang sebenarnya tidak ada gunanya. Sebaliknya informasi yang diperlukan dilengkapi dengan data.

2.4.1 Sistem Informasi

Sistem informasi adalah seperangkat komponen yang saling berhubungan yang berfungsi mengumpulkan, memproses, menyimpan dan mendistribusikan informasi untuk mendukung pembuatan keputusan dan pengawasan dalam organisasi. Selain mendukung pembuatan keputusan, koordinasi dan pengawasan, sistem informasi dapat membantu manajer dalam menganalisa masalah, membuat masalah-masalah kompleks dan menciptakan produk-produk baru. Sistem informasi ini terdiri dari informasi tentang orang, tempat dan sesuatu dalam organisasi atau lingkungan yang melingkupinya.

Menurut M. Fakhri Husein dan Amin Wibowo ada tiga aktivitas yang terjadi pada sistem informasi yaitu :

1. Input

Adalah sekumpulan data mentah dalam organisasi maupun luar organisasi untuk diproses dalam suatu sistem informasi.

2. Processing

Adalah konversi/pemindahan, manipulasi dan analisis input

mentah menjadi bentuk yang lebih berarti bagi manusia.

3. Output

Adalah distribusi informasi yang sudah diproses ke anggota organisasi di mana output tersebut akan digunakan.


(36)

35 

 

2.4.2 Sistem Pelayanan Informasi

Pengertian Sistem Pelayanan Informasi adalah sistem dalam arti luas dan abstrak adalah suatu satuan (entity) yang terdiri dari dua komponen atau lebih maupun subsistem yang terjalin satu sama lain untuk mencapai tujuan, Custing (1989) dalam Lasa, 2005Pelayanan : adalah kegiatan melayani pengguna sesuai keperluan informasi masing-masing. Pengertian informasi adalah data yang diolah yang bermanfaat untuk pengambilan keputusan.

Pelayanan informasi adalah penyampaian berbagai informasi kepada sasaran agar individu dapat mengolah dan memanfaatkan informasi tersebut demi kepentingan hidup dan perkembangannya. Jadi pengertian sistem pelayanan informasi di sini adalah suatu satuan (entity) yang terdiri dari dua komponen atau lebih maupun subsistem yang terjalin satu sama lain untuk mencapai tujuan yaitu kepuasan pengguna dengan jalan memberikan pelayanan informasi sesuai keprluan pengguna: baik melalui indeks, fulltexs, maupun hypertext.

2.5 Pengertian SPIPISE

Sistem Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi secara Elektronik, yang selanjutnya disingkat SPIPISE, adalah Sistem elektronik pelayanan perizinan dan nonperizinan yang terintegrasi antara BKPM dan kementerian/Lembaga Pemerintah Non Departemen yang memiliki kewenangan perizinan dan nonperizinan, PDPPM, dan PDKPM


(37)

36 

3.1 Gambaran Umum Kantor Penanaman Modal Kota Cimahi

Kantor Penanaman Modal merupakan unsur pendukung tugas Walikota bidang Penanaman Modal, Kantor Penanaman Modal dipimpin oleh Kepala Kantor.Kepala Kantor berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah. Kantor penanaman modal melaksanakan kegiatan penanaman modal sebagai berikut ini:

1. Penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing, untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia.

2. Penanaman modal asing adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yangdilakukan oleh penanam modal asing, baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam modal dalam negeri.

3. Penanaman modal dalam negeri adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal dalam negeri dengan menggunakan modal dalam negeri.


(38)

37   

4. Penanam modal adalah perseorangan atau badan usaha yang melakukan penanaman modal yang dapat berupa penanam modaldalam negeri dan penanam modal asing.

3.1.1 Tugas dan Fungsi Pokok KPM Kota Cimahi

Berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) Nomor 2 Tahun 2003 tentang Susunan Organisasi Perangkat Pemerintah Kota Cimahi bahwa tugas pokok dan fungsi Kantor Penanaman Modal Kota Cimahi adalah:

1. Kantor Penanaman Modal mempunyai tugas pokok melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah yang bersifat spesifik di bidang Penanaman Modal serta melaksanakan Ketatausahaan.

2. Kantor Penanaman Modal menyelenggarakan fungsi : 1. Perumusan kebijakan teknis bidang Penanaman Modal; 2. Pembinaan dan pelaksanaan Penanaman Modal;

3. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugasnya.

(Perda Nomor 2 Tahun 2003)

Visi memainkan peran yang menentukan dalam dinamika perubahan lingkungan sehingga pemerintah pada umumnya dan instansi pemerintah pada khususnya dapat bergerak maju menuju masa depan yang lebih baik. Adapun visi Kantor Penanaman Modal Kota Cimahi dirumuskan sebagai berikut “terwujudnya iklim investasi yang kondusif menuju perekonomian daerah yang maju dan mandiri”. Untuk mewujudkan visi yang telah ditetapkan, setiap instansi pemerintah harus mempunyai misi yang jelas. Misi merupakan pernyataan yang menetapkan tujuan instansi pemerintah, serta sasaran yang ingin dicapai. Pernyataan misi membawa organisasi ke suatu fokus yang telah dicita-citakan didalam visi.


(39)

Adapun misi Dinas Penanaman Modal Kota Cimahi merupakan penjabaran dari visinya, yang dirumuskan sebagai berikut:

1. Mewujudkan pelayanan yang profesional, pada tataran implementasinya diharapkan seluruh aparatur Dinas Penanaman Modal Kota Cimahi dapat memberikan pelayanan yang prima sesuai dengan SPM baik secara internal maupun eksternal (kepada masyarakat);

2. Mewujudkan peluang investasi, guna meningkatkan jumlah nilai dan mutu penanaman modal asing dan penanaman modal dalam negeri;

3. Meningkatkan pemanfaatan potensi daerah sebagai bangkitan ekonomi, melalui berbagai kegiatan sosialisasi, promosi investasi serta kerjasama kelembagaan;

(http://www.cimahikota.dispenmo.go.id).

3.1.2 Struktur Organisasi KPM Kota Cimahi

Organisasi Kantor Penanaman Modal Kota Cimahi terdiri atas: 1. Kepala Dinas

2. Bagian Tata Usaha, membawahi: a. Sub Bagian Program dan Pelaporan b. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian c. Sub Bagian Keuangan dan Perlengkapan 3. Bidang Promosi, membawahi:

a. Seksi Analisa Potensi

b. Seksi Promosi dan Pemasaran

4. Bidang Investasi dan Kerjasama, membawahi: a. Seksi Kerjasama antar Lembaga

b. Seksi Pengendalian dan Pengawasan Investasi 5. Bidang Perizinan, membawahi:

a. Seksi Pendaftaran

b. Seksi Pengolahan dan Pelaporan 6. Kelompok Jabatan fungsional.

(Perda Kota Cimahi Nomor 2 Tahun 2003).

Bagan struktur organisasi Kantor Penanaman Modal Kota Cimahi dalam Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2003, sebagai berikut:


(40)

39   

Bagan 3.1

Bagan Struktur Organisasai KPM Kota Cimahi

(Sumber :Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2003)

3.2 Ruang Lingkup SPIPISE 3.2.1 Layanan Online NSWi

Layanan Online NSWi adalah layanan pengurusan perizinan dan nonperizinan penanaman modal di Indonesia secara online atau melalui jaringan internet.Tujuan dari layanan ini adalah memberikan kemudahan dan efisiensi dalam pengurusan perizinan dan nonperizinan penanaman modal. Dengan menggunakan layanan online NSWi maka sebagai investor atau calon investor dapat melakukan hal-hal berikut :

1. Pengelolaan data perusahaan yang melakukan penanaman modal. Kelompok Jafung

                                   

Kepala

Sub.bag Tata Usaha

Seksi Promosi dan Investasi

Seksi Pengawasan dan Pengendalian Seksi Kerja


(41)

2. Pengajuan permohonan izin atau nonizin penanaman modal yang dibutuhkan.

3. Pemantauan status proses terhadap permohonan yang telah dikirimkan.

4. Menerima informasi terkait proses perizinan dan nonperizinan penanaman modal.

3.2.2 Sekilas NSWi

Penciptaan iklim usaha yang kondusif merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan daya saing Indonesia.Upaya penciptaan iklim usaha ini dapat ditunjukkan dengan penerapan e-government dalam setiap aspek pelayanan oleh pemerintah, diantaranya pelayanan kepada sektor usaha.SPIPISE menjadi penting untuk dikembangkan karena melalui SPIPISE dapat diupayakan:

1. Stimulasi penciptaan iklim usaha yang kondusif di Indonesia; 2. Peningkatan Promosi dan kerjasama dalam penanaman modal; 3. Peningkatan Pelayanan di bidang penanaman modal;


(42)

41   

Gambar 3.2

Pentingnya Pengembangan SPIPISE Melalui NSWi

(Sumber :http://www.nswi.bkpm.go.id)

Landasan hukum pengembangan NSWi ini adalah: 1. UU No.25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.

2. Inpres RI No.3 tahun 2006 tentang Paket Kebijakan Perbaikan Iklim Investasi.

3. Inpres RI No.6 tahun 2007 tentang Kebijakan Percepatan Pengembangan Sektor Riil dan Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.

4. Inpres RI No.5 tahun 2008 tentang Fokus Program Ekonomi Tahun 2008–2009.

Sedangkan peraturan operasionalisasi NSWi adalah:

1. Perka BKPM No.11 Tahun 2009 Tentang Tata Cara Pelaksanaan, Pembinaan, dan Pelaporan Pelayanan Terpadu Satu Pintu di Bidang Penanaman Modal.


(43)

2. Perka BKPM No.12 Tahun 2009 Tentang Pedoman dan Tata Cara Permohonan Penanaman Modal.

3. Perka BKPM No.13 Tahun 2009 Tentang Pedoman dan Tatacara Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal.

4. Perka BKPM No.14 Tahun 2009 Tentang Sistem Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi Secara Elektronik.

Fungsi NSWi

NSWi berfungsi sebagai penghubung dan fasilitator untuk pemangku kepentingan terkait dengan penanaman modal di Indonesia. Saat ini, pihak-pihak yang telah terhubung dan dapat memanfaatkan NSWi antara lain:

1. Penanam modal.Perseorangan atau badan usaha yang melakukan penanaman modal yang dapat berupa penanam modal dalam negeri dan penanam modal asing.

2. Publik. Masyarakat umum yang membutuhkan informasi terkait dengan penanaman modal dalam negeri maupun penanaman modal luar negeri di Indonesia.

3. Instansi Pemerintah Pusat. Khususnya departemen teknis pemerintah Republik Indonesia yang memiliki wewenang untuk memberikan izin yang terkait dengan penanaman modal.

4. PTSP (Pelayanan Terpadu Satu Pintu). Perangkat pemerintah (baik pusat dan daerah) yang berkewajiban untuk memberikan pelayanan perizinan penanaman modal secara terintegrasi.


(44)

43   

5. Bagian Promosi Dan Kerjasama Penanaman Modal. Perangkat pemerintah (baik pusat dan daerah) yang berkewajiban untuk melakukan promosi baik di dalam maupun di luar negeri dan melakukan kerjasama penanaman modal.

6. Bagian Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal. Perangkat pemerintah (baik pusat dan daerah) yang berkewajiban untuk melakukan pengendalian pelaksanaan penanaman modal di Indonesia.

Gambar 3.3 Fungsi NSWi

(Sumber :http://www.nswi.bkpm.go.id)

3.2.3 Mengenal NSWi

Sistem Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi secara Elektronik, yang selanjutnya disingkat SPIPISE, adalah Sistem elektronik pelayanan perizinan dan nonperizinan yang terintegrasi antara BKPM dan


(45)

kementerian/Lembaga Pemerintah Non Departemen yang memiliki kewenangan perizinan dan nonperizinan, PDPPM, dan PDKPM.

Tujuan SPIPISE

Misi utama dan tujuan pengembangan SPIPISE adalah sebagai berikut:

1. Stimulasi penciptaan iklim usaha yang kondusif bagi penanaman modal di Indonesia. Tujuan yang ingin dicapai dari misi ini adalah:

1. Menstimulasi terciptanya kebijakan dan peraturan yang mendukung penanaman modal di Indonesia termasuk memberikan insentif usaha yang menarik bagi penanam modal dalam negeri maupun asing. 2. Menyediakan informasi penanaman modal yang

terpercaya sehingga dapat dijadikan dasar analisis dalam formulasi kebijakan dan peraturan yang terkait dengan penanaman modal (decision support system).

3. Menyediakan informasi yang terkini mengenai potensi investasi serta peluang usaha yang ada di Indonesia.

4. Menstimulasi pemberdayaan pengusaha lokal melalui peningkatan pelayanan informasi serta fasilitas yang dibutuhkan dalam kerjasama bisnis.


(46)

45   

2. Peningkatan kerjasama promosi dan pelayanan penanaman dengan negara-negara mitra utama. Tujuan yang ingin dicapai dari misi ini adalah:

1. Meningkatkan minat penanaman modal baik penanaman modal dalam negeri maupun penanaman modal luar negeri.

2. Memfasilitasi kerjasama pelayanan penanaman modal yang mengakomodasi kepentingan nasional. 3. Peningkatan pelayanan, fasilitas, dan advokasi yang

terkait dengan penanaman modal di Indonesia. Tujuan yang ingin dicapai dari misi ini adalah:

1. Merealisasikan perbaikan kualitas pelayanan penanaman modal menjadi lebih cepat, murah, transparan, dan terpercaya.

2. Meningkatkan kemampuan pemerintah dalam melakukan pengendalian (mediasi) terhadap performansi penanaman modal untuk meningkatkan realisasi investasi di Indonesia.

4. Peningkatan peran dari institusi penanaman modal dan sistem informasi investasi (SPIPISE). Tujuan yang ingin dicapai dari misi ini adalah:

1. Meningkatkan kolaborasi antar pemangku kepentingan SPIPISE (lembaga pelayanan investasi-departemen


(47)

teknis-pemda/dinas-publik-investor) khususnya yang terkait dengan kegiatan penanaman modal.

2. Meningkatkan kualitas informasi dan perencanaan program penanaman modal di Indonesia.

3. Meningkatkan kualitas pelayanan oleh personel yang bertanggungjawab untuk memberikan pelayanan informasi dan perizinan investasi.

Manfaat SPIPISE

Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari pengembangan SPIPISE, yaitu:

1. Single submission of data & information, artinya bahwa pengiriman data yang sama yang terkait dengan persyaratan yang dibutuhkan dalam pemprosesan perizinan cukup dilakukan sekali oleh investor.

2. Single and synchronous processing of data and information, artinya bahwa data dapat dengan mudah dipertukarkan antar pemangku kepentingan SPIPISE.

3. Single Decision-making for investment information & licensing process, artinya bahwa setiap pemohon baik itu penanam modal asing maupun penanam modal dalam negeri akan mendapatkan perlakuan yang sama terkait dengan pelayanan informasi dan perizinan investasi.


(48)

47   

4. Ease of licensing process tracking, artinya bahwa setiap pemangku kepentingan dapat dengan mudah melakukan tracking

terhadap status pemrosesan perizinan.

3.2.4 Alur Proses Pelayanan SPIPISE

Alur proses pelayanan informasi dan pelayanan investasi secara umum digambarkan pada diagram berikut:


(49)

Gambar 3.4 Halaman depan NSWi

 

  (Sumber :http://www.nswi.bkpm.go.id)


(50)

49   

Gambar 3.5 Login ID SPIPISE

(Sumber :http://www.nswi.bkpm.go.id)

Gambar 3.6

Alur Proses Pelayanan SPIPISE

(Sumber :http://www.nswi.bkpm.go.id)

Secara lebih detail, alur diagram di atas dapat dijabarkan sebagai berikut:


(51)

1. Investor dapat meminta dan melihat informasi (a) pada Subsistem Informasi Investasi dalam Portal Investasi dan Portal akan memberikan dan menyajikan informasi investasi yang diperlukan (c) oleh Investor.

2. Investor dapat melakukan permohonan perizinan dan non-perizinan secara online dengan terlebih dahulu melakukan registrasi (1) melalui lembaga pelayanan penanaman modal yang telah menggunakan SPIPISE. SPIPISE akan menghasilkan user account (2) yang akan diberikan kepada investor melalui lembaga pelayanan penanaman modal yang memberikan pelayanan registrasi kepada Investor.

3. Setelah memiliki user account, Investor dapat mengajukan data permohonan perizinan dan non-perizinan (3) secara online

maupun offline dan selanjutnya akan diproses oleh Instansi pelayanan penanaman modal melalui NSWi. Jika investor dinyatakan telah memenuhi seluruh ketentuan yang diisyaratkan, maka akan dikeluarkan surat persetujuan/surat izin/rekomendasi yang selanjutnya akan diberikan (5) kepada Investor.

4. Selain investor, Departemen Teknis dan Dinas Daerah juga dapat meminta dan melihat informasi (b1,b2) yang menjadi kewenangannya dan berkewajiban untuk memperbaharui atau memasukkan informasi (d1,d2) yang ada di dalam NSWi secara terus menerus sesuai dengan tugasnya.


(52)

51   

5. Instansi pelayanan perizinan penanaman modal tingkat pusat dapat berkoordinasi (4a) dengan Departemen Teknis jika terdapat perizinan dan non-perizinan yang masih dilayani oleh Departemen Teknis terkait atau jika terdapat rekomendasi teknis yang dibutuhkan dalam proses verifikasi permohonan, melalui sistem interface pada NSWi yang akan dikembangkan bersama-sama dengan Departemen Teknis terkait.

6. Instansi pelayanan perizinan penanaman modal tingkat propinsi, kabupaten atau kotamadya dapat berkoordinasi dengan Dinas (4b, 4c) jika terdapat perizinan dan non-perizinan yang masih dilayani oleh Dinas terkait atau jika terdapat rekomendasi teknis yang dibutuhkan dalam proses verifikasi permohonan melalui sistem interface pada NSWi yang akan dikembangkan bersama-sama dengan Dinas terkait.


(53)

52 

4.1 Tahap persiapan (Preparatory Stage) aparatur dalam penerapan SPIPISE pada Kantor Penanaman Modal di Kota Cimahi.

Dalam rangka mendukung operasionalisasi Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) sebagai tindak lanjut pelaksanaan Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2009 tentang Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) di Bidang Penanaman Modal dan Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Nomor 11, 12, 13,dan 14 Tahun 2010 sebagai norma, standar, prosedur dan kriteria dari pelaksanaan PTSP serta perubahannya, BKPM melalui Pusdiklatnya seharusnya menyelenggarakan Diklat SPIPISE. Dari hasil presentasi dan diskusi yang berkembang dalam diklat terkait penataan kelembagaan, PTSP agar siap menerapkan SPIPISE melalui langkah-langkah yang dapat ditempuh sebagai berikut :

1. Mendorong untuk meningkatkan kesiapan PTSP untuk dapat menerapkan SPIPISE.

2. Peningkatan kopetensi aparatur PTSP melalui diklat dan kursus yang terkait dengan pelayanan perijinan dan non perijinan termasuk aplikasi SPIPISE lewat Website BKPM tentang tata cara pendaftaran penanaman modal, ijin prinsip dan ijin usaha melalui tahapan di Front Office, Staf, Kepala dan Tata Usaha.


(54)

53 

 

3. Mengembangkan penyelenggaraan pelayanan perijinan dan non perijinan melalui PTSP yang berbasis teknologi informasi. Pusat Pengolahan Data dan Informasi BKPM kota Cimahi juga melakukan kegiatan lain untuk SPIPISE. Kegiatan tersebut adalah Pelatihan Pemantapan SPIPISE Kabupaten/Kota. Maksud diadakannya kegiatan ini adalah untuk meningkatkan pemahaman dan kemantapan bagi aparatur di daerah khususnya kota Cimahi dalam kegiatan pengoperasian SPIPISE. Dengan mengikuti pelatihan pemantapan ini, diharapkan para pengguna SPIPISE pada PTSP-PTSP di daerah akan semakin cakap dan terampil dalam penggunaan sistem pelayanan perijinan ini. Sehingga dapat memberikan pelayanan prima kepada investor di daerahnya masing-masing.

Dalam rangka mengoptimalkan pelaksanaan pelayanan di bidang penanaman modal terutama dalam penerapan SPIPISE, BKPM di Kota Cimahi sangat penting untuk melakukan kegiatan berikut ini:

1. Memberikan sosialisasi dalam hal penerapan SPIPISE di Kota Cimahi dan asistensi kepada aparatur yang terkait dengan penyelenggaraan fungsi PTSP di bidang penanaman modal, termasuk anggota DPRD dan dunia usaha di seluruh provinsi dan kabupaten/kota.

2. Melakukan pelatihan penyelenggaraan pelayanan perizinan dan non-perizinan secara online melalui SPIPISE di bidang penanaman modal kepada para aparatur yang terkait dengan penyelenggara


(55)

fungsi PTSP di bidang penanaman modal seluruh provinsi dan kabupaten/kota.

3. Melakukan penilaian dan evaluasi penyelenggaraan fungsi PTSP di bidang penanaman modal di Kota Cimahi.

4.2 Tahap meniru (Play Stage) oleh aparatur yang bersangkutan di bidang penanaman modal dalam penerapan SPIPISE pada Kantor Penanaman Modal di Kota Cimahi

Dengan di tetapkan Batam sebagai daerah percontohan Sistem Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi Secara Elektronik (SPIPISE), kota Cimahi sebagai salah satu kota yang tiap tahunnya minat investasinya terus mengalami kenaikan tidak mau kalah bersaing dengan kota lain dalam penerapan SPIPISE. Untuk menarik minat para investor dari dalam negeri ( PMDN ) dan juga pemodal asing (PMA), BKPM kota Cimahi mulai mensosialisasikan tentang SPIPISE kepada aparatur daerahnya. Dengan adanya layanan secara online ini dapat menjawab permasalahan perizinan yang selama ini terkesan birokratis dan berbelit-belit.

Pelayanan Spipise memang bertujuan untuk memangkas birokrasi perizinan yang biasa berbelit, lambat dan tidak bisa diprediksi, menuju ke perizinan yang murah, lebih efisien dan bisa diprediksi. Pelayanan ini juga bebas pungutan liar sebab untuk melakukan pengurusan suatu perizinan dapat dilakukan dari rumah yang bersangkutan melalui perangkat teknologi yang ada. Sehingga yang bersangkutan tidak perlu lagi


(56)

55 

 

bersentuhan langsung dengan petugas yang menangani perizinan itu. Untuk peningkatan investasi di kota Cimahi, aparat daerah yang berkaitan dengan bidang penanaman modal harus menyediakan fasilitas pelayanan yang lebih menguntungkan penggunanya, meningkatkan infrastruktur yang mendukung perkembangan ekonomi di kota Cimahi, juga dalam proses perizinan dan nonperizinan penanaman modal di kota Cimahi.

Dengan tahap pertama mensosialisasikan SPIPISE di kota Cimahi terutama kepada aparatur daerah, diharapkan mereka siap untuk mensosialisasikannya juga kepada masyarakat khususnya para investor. Aparatur daerah harus bekerja keras agar para investor berminat menggunakan SPIPISE untuk melakukan kegiatan penanaman modal di kota Cimahi. Adanya SPIPISE dalam bidang penanaman modal diharapkan dapat lebih cepat dan realtime (tepat waktu) dalam memberikan pelayanan informasi dan perizinan di bidang penanaman modal sehingga iklim investasipun menjadi lebih meningkat dan berkembang pesat.

4.3 Tahap siap bertindak (Game Stage) aparatur dalam penerapan SPIPISE pada Kantor Penanaman Modal di Kota Cimahi

Jika SPIPISE sudah di sosialisasikan kepada aparatur daerah yang berkaitan dengan pelaksanaan bidang penanaman modal, serta persiapan-persiapan kelengkapan dalam penerapan SPIPISE sudah tersedia, maka aparatur daerah kota Cimahi harus sudah siap untuk mensosialisasikannya kepada para investor yang ingin melakukan


(57)

kegiatan penanaman modal di kota Cimahi. Aparat daerah diharapkan sudah memahami bagaimana penggunaan SPIPISE melalui pelatihan-pelatihan yang sudah diberikan oleh BKPM.

Untuk menarik perhatian para investor dalam menggunakan SPIPISE, aparat yang bersangkutan harus memiliki keterampilan dan kreatif dalam proses pelaksanaan sosialisasi SPIPISE tersebut, apakah tampilan-tampilan yang menarik dari website SPIPISE itu sendiri atau pun dari cara mempersentasikan penerapan SPIPISE kepada para investor. Menampilkan kemudahan-kemudahan dalam proses perizinan dan nonperizinan yang lebih cepat, simpel, murah, efisien, dan

predictablediharapkan mempengaruhi minat para investor untuk

menggunakan SPIPISE dalam kegiatan penanaman modal.

4.4 Tahap penerimaan norma kolektif (Generalized Stage/Generalized other) para investor dengan diterapkannya SPIPISE pada Kantor Penanaman Modal di Kota Cimahi

Melalui proses persiapan, tahap meniru dan siap bertindak, para investor diharapkan berminat menggunakan SPIPISE dalam proses perizinan dan nonperizinan kegiatan penanaman modal. Dalam tahap ini para investor sudah bisa menentukan pilihan-pilihan sistem apa yang akan digunakan dalam kegiatan penanaman modal, apakah memilih secara manual atau secara online dengan menggunakan SPIPISE. Sebagai contoh kasus dalam hal mengapa para investor diharapkan memilih melakukan kegiatan penanaman modal secara online yaitu,


(58)

57 

 

terkadang informasi yang diberikan dari berbagai sumber dan ke-sahhannya bisa berbeda dari satu instansi ke yang lainnya. Dengan adanya sistem terpusat, diharapkan para investor yang mau menanam modalnya dapat mengetahui informasi mengenai jenis usaha, lokasi, luas areal, status (apakah PMDN atau PMA), dan biaya perizinan (transparan dan akuntabilitas) yang harus dikeluarkan untuk mengurus perizinan.


(59)

58  5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan penulis pada bab sebelumnya mengenai Sosialisasi Sistem Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi Secara Elektronik (SPIPISE) Pada Kantor Penanaman Modal Di Kota Cimahi, maka penulis mengemukan beberapa kesimpulan sebagai berikut:

Dengan adanya kegiatan dari Pusat Pengolahan Data dan Informasi BKPM kota Cimahi untuk melakukan kegiatan Pelatihan Pemantapan SPIPISE Kabupaten/Kota, diharapkan dapat meningkatkan pemahaman dan kemantapan bagi aparatur di daerah khususnya kota Cimahi dalam kegiatan pengoperasian SPIPISE. Dengan mengikuti pelatihan pemantapan ini, diharapkan para pengguna SPIPISE pada PTSP di daerah akan semakin cakap dan terampil dalam penggunaan sistem pelayanan perijinan ini. Sehingga dapat memberikan pelayanan prima kepada investor di daerahnya masing-masing.

Kota Cimahi sebagai salah satu kota yang tiap tahunnya minat investasinya terus mengalami kenaikan tidak mau kalah bersaing dengan kota lain dalam penerapan SPIPISE. Untuk menarik minat para investor dari dalam negeri ( PMDN ) dan juga pemodal asing (PMA), BKPM kota Cimahi mulai mensosialisasikan tentang SPIPISE kepada aparatur daerahnya. Dengan adanya layanan secara online ini dapat menjawab permasalahan perizinan yang selama ini terkesan birokratis dan


(60)

berbelit-59   

belit. Melalui keberhasilan daerah lainnya dalam penerapan SPIPISE, aparat kota Cimahi yang berkaitan langsung dengan kegiatan penanaman modal harus lebih bergiat lagi dalam meningkatkan pelayanan perizinan dan nonperizinan kegiatan penanaman modal melalui penerapan SPIPISE.

Melalui proses persiapan, tahap meniru dan siap bertindak, para investor diharapkan berminat menggunakan SPIPISE dalam proses perizinan dan nonperizinan kegiatan penanaman modal. Dalam tahap ini para investor sudah bisa menentukan pilihan-pilihan sistem apa yang akan digunakan dalam kegiatan penanaman modal, apakah memilih secara manual atau secara online dengan menggunakan SPIPISE.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang sudah penulis kemukakan, maka penulis mengemukakan beberapa saran yang dapat dijadikan bahan masukan dan pertimbangan oleh aparatur daerah yang berkaitan dengan pengurusan perizinan dan nonperizinan dalam kegiatan penanaman modal kota Cimahi. Saran-saran tersebut antara lain :

1. Pemerintah yang berkaitan dengan kegiatan penanaman modal sebaiknya menambah fasilitas kecepatan dalam akses internetnya, yang tersedia sekarang adalah 512 kb, sedangkan yang dibutuhkan adalah 1 MB. Hal ini mempengaruhi minat para investor untuk menggunakan SPIPISE dalam proses perizinan dan nonperizinan kegiatan penanaman modal,


(61)

karena fasilitas yg di sediakan pemerintah tidak mencukupi kebutuhan pelanggan, dalam hal ini para investor akan tetap melaksanakan kegiatan penanaman modal secara manual walaupun memakan waktu yang lama dalam proses perizinannya.

2. Pemerintah yang berkaitan dengan kegiatan penanaman modal sebaiknya tidak berlama-lama lagi untuk mensosialisasikan penerapan SPIPISE bagi para investor yang ingin berinvestasi di Kota Cimahi. Sehingga para investor dapat dengan mudah mengakses informasi-informasi mengenai kegiatan penanaman modal dalam proses perizinan dan nonperizinan berinvestasi. Sehingga keefektifan penerapan SPIPISE di kota Cimahi dapat terlihat, jika para investor beralih menggunakan SPIPISE untuk kegiatan investasinya.

3. Pemerintah yang berkaitan dengan kegiatan penanaman modal di Kota Cimahi sebaiknya belajar dari keberhasilan daerah-daerah lain yang penerapan SPIPISE nya berjalan dengan baik. Sehingga sosialisasi penerapan SPIPISE kepada para Investor dapat mencapai tujuan yang akan dicapai, dimana para investor tertarik untuk menggunakan SPIPISE dalam kegiatan perizinan dan nonperizinan penanaman modal.

4. Aparatur Kota Cimahi yang berkaitan dengan kegiatan penanaman modal perlu dibenahi dari segi persiapannya untuk mensosialisasikan penerapan SPIPISE kepada para investor,


(62)

61   

melihat atau meniru daerah-daerah lain dalam keberhasilannya menerapkan SPIPISE, siap bertindak artinya para aparatur sudah menjalani proses pelatihan-pelatihan, sehingga saat kegiatan sosialisasi SPIPISE kepada investor dapat berjalan dengan baik, dan dalam hal ini juga, aparatur harus mengetahui apa kebutuhan para investor dan kemudahan-kemudahan apa saja yang perlu ditingkatkan dalam kegiatan proses perizinan dan nonperizinan penanaman modal.


(63)

62 

Bungin, M. Burhan.2008. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Fathoni, Abdurrahmat.2006. Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi. Jakarta: Rineke Cipta

Faisal, Sanapiah.2005. Format-Format Penelitian Sosial. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Husein, Fakhri M dan Wibowo, Amin.2006. Sistem Informasi Manajemen. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

Idianto, M.2004. Sosiologi. Jakarta: Erlangga.

Kantaprawira, Rusadi.1985. Sistem Politik Indonesia, Suatu Model Pengantar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Soejono, Soekanto.1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo.

Subandi.2009. Sistem Ekonomi Indonesia. Jakarta: Alfabeta. Syamsuddin, Ali.2009. Sistem Sosial Budaya Indonesia. Bandung. http://www.nswi.bkpm.go.id

Dokumen Lainnya:

Inpres RI No.3 tahun 2006 tentang Paket Kebijakan Perbaikan Iklim Investasi.

Inpres RI No.6 tahun 2007 tentang Kebijakan Percepatan Pengembangan Sektor Riil dan Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Inpres RI No.5 tahun 2008 tentang Fokus Program Ekonomi Tahun 2008–

2009.

Perka BKPM No.14 Tahun 2009 Tentang Sistem Pelayanan Informasi Dan Perizinan Investasi Secara Elektronik.

Perka BKPM No.11 Tahun 2009 Tentang Tata Cara Pelaksanaan, Pembinaan, dan Pelaporan Pelayanan Terpadu Satu Pintu di Bidang Penanaman Modal.


(64)

63 

 

Perka BKPM No.12 Tahun 2009 Tentang Pedoman dan Tata Cara Permohonan Penanaman Modal.

Perka BKPM No.13 Tahun 2009 Tentang Pedoman dan Tatacara Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal.

Perpres 27 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Terpadu Satu Pintu dibidang Penanaman Modal.

Undang-Undang Republik Indonesia No.25 tahun 2007 Tentang

Penanaman Modal.


(65)

I. IDENTITAS DIRI

1. Nama Lengkap : Adek Agustus Silaen 2. Tempat/ TanggalLahir : Bengkulu, 14 Agustus

1989

3. Status Perkawinan : Belum Kawin

4. Alamat : Jl. Sekeloa Utara No.59A 5. Nama Ayah : Henry Silaen 6. Pekerjaan : Wiraswasta 7. NamaIbu : Marta Siagian 8. PekerjaanIbu : Ibu RumahTangga 9. Alamat Orang Tua : Jl. Sisingamangaraja

Gg.Sumatera

No.4 Medan

II. PENDIDIKAN FORMAL

1. SD. NO. 035937 Tanjung Beringin : 1996 s/d 2002 2. SMP PARULIAN I Medan : 2002 s/d 2005 3. SMA Swasta Harapan Mandiri Medan : 2005 s/d 2008 4. Universitas Komputer Indonesia : 2008 s/d Sekarang

III. PENDIDIKAN NON FORMAL

Seminar

1. Panitia kegiatan Latihan Dasar Kepemimpinan yang diselenggarakan Mahasiswa Prodi Ilmu Pemerintahan Unikom 2011.

2. Peserta Table Manner yang diselenggrakan Prodi Ilmu Pemerintahan Unikom Tahu 2009.

3. Peserta kegiatan Ceramah Umum dengan Tema


(66)

ICT yang diselenggarakan Prodi Ilmu Pemerintahan Unikom 2010.

4. Peserta TOEFL yang diselenggarakan Prodi Ilmu Pemerintahan bekerjasama dengan Prodi Sastra Inggris Unikom 2011.

5. Peserta Ujian Nasional Kursus yang diselenggarakan Departemen Pendidikan Nasional 2008.

6. Peserta Training Dasar Rohani Kristen yang diselenggarakan Gereja Kemenangan Iman Indonesia Medan 2003.

7. Peserta Training Pelayanan yang diselenggarakan Gereja Kemenangan Iman Indonesia Medan 2006.

8. Anggota Les Music Biola di Elfa Music School Dago dari tahun 2010 s/d 2011.

9. Anggota Bimbingan Belajar Medika Medan.

IV. PENGALAMAN ORGANISASI

1. Anggota HIMA Ilmu Pemerintahan Unikom Periode 2009 s/d 2010.

2. Sekretaris HIMA Ilmu Pemerintahan Unikom Periode 2010 s/d 2011.


(1)

61   

melihat atau meniru daerah-daerah lain dalam keberhasilannya

menerapkan SPIPISE, siap bertindak artinya para aparatur

sudah menjalani proses pelatihan-pelatihan, sehingga saat

kegiatan sosialisasi SPIPISE kepada investor dapat berjalan

dengan baik, dan dalam hal ini juga, aparatur harus

mengetahui apa kebutuhan para investor dan

kemudahan-kemudahan apa saja yang perlu ditingkatkan dalam kegiatan

proses perizinan dan nonperizinan penanaman modal.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Bungin, M. Burhan.2008. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Fathoni, Abdurrahmat.2006. Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi. Jakarta: Rineke Cipta

Faisal, Sanapiah.2005. Format-Format Penelitian Sosial. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Husein, Fakhri M dan Wibowo, Amin.2006. Sistem Informasi Manajemen. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

Idianto, M.2004. Sosiologi. Jakarta: Erlangga.

Kantaprawira, Rusadi.1985. Sistem Politik Indonesia, Suatu Model Pengantar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Soejono, Soekanto.1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo.

Subandi.2009. Sistem Ekonomi Indonesia. Jakarta: Alfabeta. Syamsuddin, Ali.2009. Sistem Sosial Budaya Indonesia. Bandung. http://www.nswi.bkpm.go.id

Dokumen Lainnya:

Inpres RI No.3 tahun 2006 tentang Paket Kebijakan Perbaikan Iklim Investasi.

Inpres RI No.6 tahun 2007 tentang Kebijakan Percepatan Pengembangan Sektor Riil dan Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Inpres RI No.5 tahun 2008 tentang Fokus Program Ekonomi Tahun 2008–

2009.

Perka BKPM No.14 Tahun 2009 Tentang Sistem Pelayanan Informasi Dan Perizinan Investasi Secara Elektronik.

Perka BKPM No.11 Tahun 2009 Tentang Tata Cara Pelaksanaan, Pembinaan, dan Pelaporan Pelayanan Terpadu Satu Pintu di Bidang Penanaman Modal.


(3)

63   

Perka BKPM No.12 Tahun 2009 Tentang Pedoman dan Tata Cara Permohonan Penanaman Modal.

Perka BKPM No.13 Tahun 2009 Tentang Pedoman dan Tatacara Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal.

Perpres 27 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Terpadu Satu Pintu dibidang Penanaman Modal.

Undang-Undang Republik Indonesia No.25 tahun 2007 Tentang Penanaman Modal.


(4)

RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS DIRI

1. Nama Lengkap : Adek Agustus Silaen 2. Tempat/ TanggalLahir : Bengkulu, 14 Agustus

1989

3. Status Perkawinan : Belum Kawin

4. Alamat : Jl. Sekeloa Utara No.59A 5. Nama Ayah : Henry Silaen 6. Pekerjaan : Wiraswasta 7. NamaIbu : Marta Siagian 8. PekerjaanIbu : Ibu RumahTangga 9. Alamat Orang Tua : Jl. Sisingamangaraja

Gg.Sumatera

No.4 Medan

II. PENDIDIKAN FORMAL

1. SD. NO. 035937 Tanjung Beringin : 1996 s/d 2002 2. SMP PARULIAN I Medan : 2002 s/d 2005 3. SMA Swasta Harapan Mandiri Medan : 2005 s/d 2008 4. Universitas Komputer Indonesia : 2008 s/d Sekarang

III. PENDIDIKAN NON FORMAL

Seminar

1. Panitia kegiatan Latihan Dasar Kepemimpinan yang diselenggarakan Mahasiswa Prodi Ilmu Pemerintahan Unikom 2011.

2. Peserta Table Manner yang diselenggrakan Prodi Ilmu Pemerintahan Unikom Tahu 2009.


(5)

ICT yang diselenggarakan Prodi Ilmu Pemerintahan Unikom 2010.

4. Peserta TOEFL yang diselenggarakan Prodi Ilmu Pemerintahan bekerjasama dengan Prodi Sastra Inggris Unikom 2011.

5. Peserta Ujian Nasional Kursus yang diselenggarakan Departemen Pendidikan Nasional 2008.

6. Peserta Training Dasar Rohani Kristen yang diselenggarakan Gereja Kemenangan Iman Indonesia Medan 2003.

7. Peserta Training Pelayanan yang diselenggarakan Gereja Kemenangan Iman Indonesia Medan 2006.

8. Anggota Les Music Biola di Elfa Music School Dago dari tahun 2010 s/d 2011.

9. Anggota Bimbingan Belajar Medika Medan.

IV. PENGALAMAN ORGANISASI

1. Anggota HIMA Ilmu Pemerintahan Unikom Periode 2009 s/d 2010.

2. Sekretaris HIMA Ilmu Pemerintahan Unikom Periode 2010 s/d 2011.


(6)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas kasih dan karuniaNya saya dapat menyusun dan menyelesaikan Laporan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) yang berjudul “Sosialisasi Sistem Pelayanan Informasi Dan Perizinan Investasi Secara Elektronik (SPIPISE) Pada Kantor Penanaman Modal Di Kota Cimahi” dengan tepat waktu.

Penulis sadar bahwa Laporan KKL ini masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan pengetahuan dan wawasan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan sumbangan kritik dan saran dari para pembaca demi kesempurnaan laporan KKL ini.

Atas segala bantuan serta bimbingan yang penulis terima, tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo, Drs.,M.A selaku Dekan FISIP Unikom.

2. Ibu Nia Karniawati, S.IP.,M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu Pemerintahan FISIP Unikom dan dosen wali, terimakasih banyak atas segala waktunya serta arahannya.

3. Bapak Rino Adibowo, S.IP selaku dosen pembimbing pendamping terimakasih banyak atas segala waktunya, arahan dan motivasinya.

4. Teman-teman Prodi Ilmu Pemerintahan angkatan 2008.

5. Pihak-pihak yang sudah membantu dalam penyelesaian penyusunan Laporan KKL ini.

Semoga laporan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua dan khususnya penulis sendiri.

Bandung, 18 November 2011


Dokumen yang terkait

Peranan Dan Kedudukan Sekretaris Pada Badan Pelayanan Perijinanan Terpadu Kota Medan

1 55 78

Guna meningkatkan pelayanan informasi dan perizinan investasi, Badan Koordinasi Penanaman Modal SPIPISE pada hakikatnya adalah sistem elektronik pelayanan perizinan investasi yang terintegrasi antara BKPM dengan daerah, sehingga proses pelayanan perizinan

0 4 15

Implementasi Kebijakan Sistem Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi Secara Elektronik (SPIPISE) di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kota Pematangsiantar

0 2 10

Implementasi Kebijakan Sistem Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi Secara Elektronik (SPIPISE) di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kota Pematangsiantar

0 0 1

Implementasi Kebijakan Sistem Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi Secara Elektronik (SPIPISE) di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kota Pematangsiantar

0 0 9

Implementasi Kebijakan Sistem Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi Secara Elektronik (SPIPISE) di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kota Pematangsiantar

0 0 24

Implementasi Kebijakan Sistem Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi Secara Elektronik (SPIPISE) di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kota Pematangsiantar Chapter III V

1 7 77

Implementasi Kebijakan Sistem Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi Secara Elektronik (SPIPISE) di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kota Pematangsiantar

3 17 3

Sistem Pelayanan Perizinan SIUP dan TDP Secara Elektronik Melalui Aplikasi Sistem Informasi Manajemen Perizinan di Kantor Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Sragen - UNS Institutional Repository

0 0 16

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SISTEM PELAYANAN INFORMASI DAN PERIZINAN INVESTASI SECARA ELEKTRONIK (SPIPISE) DI KABUPATEN LEBAK

0 0 423