this PDF file MAKNA SIMBOLIK DALAM PROSESI POPENE’E SUKU LAUJE DI DESA TOMINI UTARA KEC. TOMINI KAB. PARIGI MOUTONG | Arifuddin | BAHASA DAN SASTRA 1 PB

MAKNA SIMBOLIK DALAM PROSESI POPENE’E

SUKU LAUJE DI DESA TOMINI UTARA KEC.

TOMINI KAB. PARIGI MOUTONG

Satriani Arifuddin Sugit Zulianto Efendi Pratama Bayu Santosa satrianiarifuddin1@gmail.com

Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP Universitas Tadulako Jl. Soekarno Hatta KM. 9 Kampus Bumi Tadulako, Sulawesi Tengah

Abstrak - Permasalahan dalam penelitian ini, yakni apa saja makna simbolik dalam prosesi popene ’e suku Lauje di Desa Tomini Utara?. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan makna simbolik dalam presesi popene ’e suku Lauje di desa Tomini Utara. Pendekatan penelitian ini, yaitu deskriptif kualitatif. Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan metode cakap dengan menggunakan teknik cakap semuka, studi Lapangan (field research) yaitu teknik pengamatan/observasi dan teknik rekam. Selanjutnya, untuk menganalisis data, penulis melalui proses reduksi data (data reduction), pemaparan data (data display) dan penarikan kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis dapat disimpulkan bahwa prosesi popene’e terdapat 8 tahapan dan 1 mantra 8 tahapan prosesi popene’e meliputi: 1) moyambute pangantinge, 2) monimbaluse, mombiase niu kangkai mongkologe, mombiase ayu, 3) monesege longu pensae, 4) mongunjae baki, 5) mongkoni alat tuwahu njopa

monja’ange pensae, 6) meepa’anange, 7) momongi do’a salamate dan 8) terakhir mopooto.

Kata kunci: makna simbolik, prosesi popene’e, suku Lauje.

I. PENDAHULUAN

(2015:157). Kebudayaan yang diwariskan

1.1 Latar Belakang

secara turun temurun tersebut tidak dapat Bhinneka

dipisahkan satu sama lain. Adanya kaitan yang pernyataan

kebudayaan dan mengenai keanekaragaman kebudayaannya.

masyarakat menjadikan kebudayaan sebagai Arti harfiah dari kalimat ini adalah berbeda,

suatu hal yang sangat penting bagi manusia tetapi satu. Namun, makna simbolis pada

sehingga masyarakat tidak dapat meninggalkan Burung Garuda sebagai lambang negara,

budaya yang sudah dimilikinya, Soerjono memberikan arti Indonesia dibangun oleh

Soekanto (2006:150). Kebudayaan nasional keanekaragaman

atau kebudayaan lokal merupakan sesuatu hal kebudayaan

sukubangsa

dengan

yang penting bagi Indonesia dan merupakan kebudayaan masyarakat juga tercermin dalam

masing-masing.

Keragaman

salah satu unsur dalam menjaga rasa berbagai bentuk kebudayaan, baik yang bersifat

nasionalisme dalam diri kita sebagai rakyat tak benda (intangible) dan yang sifat bendawi.

Indonesia. Oleh karena itu, sudah sewajarnya (https://www.scribd.com/doc/78323269/Makala

selalu berupaya h-Budaya-Indonesia-Lengkap)

mempertahankan dan melestarikan kebudayaan Menurut Soerjono Soekanto dan Budi

tersebut.

Sulistyowati (2015:148) k ata “kebudayan” Setiap kebudayan memiliki ciri masing- berasal dari kata Sanskerta buddhayah, yaitu

masing. Ada ciri bahasa, pakaian adat, bentuk jamak dari buddhi yang berarti “budi”

makanan khas, upacara adat serta simbol- atau “akal“. Kebudayan diartikan sebagai hal-

simbol yang terdapat dalam upacara adat hal yang bersangkutan dengan budi atau akal.

tersebut. Manusia dan kebudayaan tidak dapat Budaya sebagai salah satu karakter sebuah

dipisahkan, karena merupakan suatu jalinan negara menjadi potensi yang yang penting bagi

yang saling berkaikatan. Semua kelompok pengembangan keilmuan (penelitian), maupun

masyarakat pasti memiliki kebudayaan karena penegasan identitas bangsa.

manusia merupakan subjek kebudaya, yang Masyarakat dan kebudayaan merupakan

berbedahanyalah tingkat dan taraf kebudayan

Desa Tomini Utara merupakan salah satu sibuk meniru kebudayaan barat, Depdikbud desa dari 14 desa di Kecamatan Tomini

(1985:38) (dalam Nur Azizah 2016:3) Kabupaten Parigi Moutong Provinsi Sulawesi

Melihat realita yang ada pada kehidupan Tengah.

masyarakat, khususnya anak muda di masa pemekaran dari desa Tomini yang awalnya

Desa Tomini

Utara

merupakan

sekarang yang kurang peduli terhadap adat adalah Dusun Bainampal yang berarti dari nama

istiadat khususnya pada prosesi pernikahan, Boya Bainampal dengan bahasa Tomini Tialo

pengetahuan yang kurang tentang adat dan (kepala dipotong). Nama desa Tomini Utara

kebudayaan yang merubah perlahan-lahan dan diambil dari nama desa Induk yang berarti

menghilangkan adat-istiadat. Hal ini yang kampung di bagian Utara Desa Tomini dan

membuat peneliti merasa tertarik untuk didiami oleh suku Lauje.

mengangkat judul penelitian Makna Simbolik Lauje adalah suku bangsa yang mediami

Dalam Prosesi Popene ’e pada suku Lauje di di wilayah Kecamatan Tomini, Kabupaten

desa Tomini Utara Kec.Tomini Kab. Parigi Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah. Dalam

dilakukan untuk penelitian lapangan tentang sistem budaya

memperkenalkan adat budaya perkawinan suku masyarakat terasing di Sulawesi Tengah yang

Lauje, sebagai informasi kepada masyarakat dilakukan oleh Anrini Sofion dan Tri Choesianto

khususnya pada pembaca dan mahasiswa yang (1986), orang Lauje diperkirakan tidak hanya

kurang mengetahuan tentang adat-istiadat. berdiam di Kecamatan lain dalam Kabupaten

tersebut sudah Donggala, bahkan ada pula yang berdiam di

Berdasarkan

realita

saatnya kita mengadakan pelestarian dan wilayah Kabupaten Poso dan Banggai. Jumlah

pengembangan budaya popene ’e pada upacara orang Lauje di wilayah Kecamatan Tomini yang

adat pernikahan suku Lauje di desa Tomini seluruh penduduknya berjumlah 37.032 jiwa.

Utara melalui menganalisis makna simbol pada (https://googleweblight.com/?lite_url=https://p

upacara adat tersebut. Salah satu upaya yang rotomalayans.blgspot.com/2012/10suku-laujc-

ditempuh yaitu melalui tulisan sehingga dapat sulawcsi.html?m%3Dl&c81SsYD_f&Ic=id) dijadikan bahan ajar serta, sebagai sumber

Di dalam kehidupan masyarakat Lauje informasi bagi generasi muda agar lebih terdapat adat istiadat yang masih terus

mengenal kebudayaan tradisional Indonesia dipertahankan hingga saat ini. Salah satu

sehingga kebudayaan tersebut tidak punah. bentuk dari adat istiadat dalam kehidupan

Kepunahan suatu kebudayaan dapat disebabkan masyarakat Lauje di desa Tomini Utara adalah

oleh beberapa hal diantaranya: (1) semakin adat boti (adat pernikahan).

pengetahuan dan Upacara adat pernikahan suku Lauje

berkembangnya

ilmu

teknologi yang secara perlahan menggeser terdiri atas beberapa tahapan. Salah satu

penggunaan budaya daerah; (2) pemilik tahapan yang ada di dalamnya adalah

merasa malu untuk kunjungan pertama pengantin perempuan ke

kebudayaan

yang

menggunakan adat istiadatnya; serta (3) rumah pengantin laki-laki (popene ’e) yang

terjadinya perkawinan antar suku (Nur Azizah, dilakukan setelah upacara pernikahan selesai.

Hal tersebut tentunya dilakukan sesuai dengan Alasan lain penulis memilih judul ini adat perkawinan di daerah setempat dengan

karena relevan dengan bidang ilmu yang yang tidak mengabaikan ketentuan hukum adat

penulis pelajari pada jurusan Pendidikan Bahasa perkawinan yang diberlakukan oleh hukum

didalamnya terdapat agama terhadap pelaksanan adat perkawinan.

Indonesia

yang

pembelajaran analisis makna simbol yang Dalam hal ini berupa tata aturan, simbol-

terdapat pada matakuliah semiotik. simbol, ungkapan-ungkapan, bahkan alat serta

Beberapa alasan tersenbut merupakan hal bahasa yang digunakan pada tipa tahapan

yang mendasarkan penulis memilih judul upacara adat pernikahan tersebut. Semua

penelitian tersebut.

aspek tersebut merupakan media komunikasi antara manusia dengan Tuhannya, manusia

2.1 Penelitian yang Relevan

penelusuran kepustakan lingkungannya.

dengan manusia,

yang telah dilakukan penulis, bahwa penelitian Dengan melakukan penelitian mengenai

simbolik sudah pernah upacara tradisional, kiranya dapat terungkap

tentang

makna

dilakukan, diantaranya, penelitian yang relevan dan terlihat norma-norma dan nilai-nilai budaya

sebagai berikut:

masyarakat. Melalui penelitian semacam ini

1. Penelitian yang dilakukan oleh Gesti peneliti juga dapat lebih mendekatkan diri

Gustiana (2014) Universitas Tadulako kepada kebudayaan negeri sendiri yang disadari

dengan judul penelitian “Makna Simbol atau tidak disadari sering dilupakan dan lebih

Upacara Nolama Tai Etnik Kaili Rai di Desa

Tondo Kecamatan

semiotik yang khusus menelaah sistem tanda Donggala (Kajian Semiotik) ”. Upacara

Sirenja

Kabupaten

yang berlaku dalam kebudayaan masyarakat Nolama Tai erat kaitannya dengan upacara

tertentu. Menurut (Peteda, 2010:30) semantik keselamatan kandungan pada ibu hamil

kultural yakni semantik yang khusus menelaah yang sedang mengandung anak pertama

sistem tanda yang berlaku dalam kebudayaan apa bila kandungan berusia tujuh bulan.

masyarakat tertentu.

Tujuan upacara ini dimaksudkan agar

bahwa masyarakat kelahiran sang bayi dapat berlangsung

Telah

diketahui

sebagai makhluk sosiala memiliki sistem dengan selamat tampa cacat jasmani dan

yang turun-temurun rohani,

budaya

tertentu

dipertahankan dan dihormati. Budaya yang keselamatan ibu yang akan melahirkan dan

masyarakat yang juga ibu terhindar dari ganguan-ganguan rate.

terdapat

dalam

merupakan sistem itu, menggunakan tanda-

2. Penelitian yang dilakukan oleh Runi (2012) tanda tertentu yang membedakannya dengan Universitas

masyarakat lain, Bungin (2007:162). penelitian “Sambulugana pada Upacara

Tadulako dengan

judul

Menurut Peirce kata semiotika yang sudah Perkawinan Etnik Kaili Ledo di Desa Sibonu

digunanakan sejak abad XVIII oleh ahli filsafat ditinjau dari perspektif Semiotik ”. Tujuan

Jerman Lambert, Peirce mengusulkan kata penelitian mendeskripsikan makna simbol

semiotika merupakan sebagai sinonim kata yang terdapat dalam sambulugana. Hasil

logika harus penelitian ini, yaitu simbol yang terdapat

logika. Menurut

Peirce,

orang bernalar. dalam sambulugana adalah simbol verbal

mempelajari

bagaimana

Penalaran itu menurut hipotesisnya dilakukan dan sombol nonverbal. Dalam simbol verba

Tanda-tanda kata, kalimat, dan larik, syair sedangkan

melalui

tanda-tanda.

memungkinkan manusia berfikir, berhubungan dalam simbol nonverbal yakni gerak/tari

dengan manusia lain dan memberi makna pada dan benda. Makna yang terdapat dalam

apa yang ditampilkan oleh alam semesta, (Ali sambulugana, yaitu gambir simbol dari

karim Tidak Ada Tahun:68). Semiotik bagi ketulusan

Peirce adalah suatu tindakan (action), pengaruh meminang, kapur simbol dari kesucian,

(influence) atau kerja sama tiga subyek yaitu sirih simbol dari rendah hati, tembakau

tanda (sign), obyek (object), dan interpretan simbol dari hidup bersama, dan pakaian

(interpretant).

wanita, perhiasan emas, buah-buhan dan Peirce (Zoet, 1992) menegaskan bahwa lain-lain simbol dari kelengkapan dalam

manusia hanya dapat berpikir dengan sarana berkeluarga. Bahasa merupakan suatu

tanda, manusia hanya dapat berkomunikasi symbol sekaligus memiliki makna yang

dengan sarana tanda. Tanda yang dimaksud dapat digunakan pada saat melakukan

dapat tanda visual yang bersifat non-verbal, nangguli jarita teas (melamar).

maupun yang bersifat verbal, Dari pemelitian yang relelevan dengan

(http://lorongsastra.biogspot.com/2012/10/met penelitian yang akan peneliti lakukan yaitu

ode-semiotika-menurut-ferdinand-de-saussure- mengkaji tentang makna simbolik. Namun,

dan-charles-sanders-peirce.html). mamiliki

dipandang sebagai studi penelitian.

perbedaaan

pada

aspek/objek

Semiotika

sistemtis mengenai prosduksi dan interpretasi tanda. Intepretasi tanda berkaitan dengan cara

2.2 Kajian Pustaka

kerja tanda itu dan manfaatnya dalam Sebagai landasan dalam

kehidupan manusia. Kehidupan manusia baik penelitian, berikut ini penulis membahas

melakukan

secara individu maupun secara kelompok beberapa aspek teori yang berkaitan dengan

dipenuhi oleh tanda. Tanda merupakan hal yang penelitian ini.

tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Manusia dapat berkomunikasi melalui perantara

tanda-tanda sekaligus memahami dunia di Penelitian ini berfokus pada ritual/prosesi

2.2.1 Pengertian Semiotik

sekitarnya. Oleh karena itu, manusia biasa Popene ’e

juga disebut sebagai makhluk homosemiotcus, semiotika yang menggali simbol yang terdapat

yaitu manggunakan tanda, (Ali Karim Tidak Ada dalam

dikemukakan oleh Bungin (2007:162) semiotik sebagai suatu model memahami dunia sebagai

2.2.2 Pengertian Makna dan Simbol

sistem hubungan yang mamiliki unit dasar yang

1. Makna

disebut “tanda”. Dalam penelitian ini semiotik

hubungan antara yang digunakan adalah semiotik kultural, yakni

Makna merupakan

penada-penanda dan objeknya. Makna sangat penada-penanda dan objeknya. Makna sangat

Manusia adalah makhluk budaya dan budaya prosesi

popene ’e berbagai tanda yang manusia penuh dengan simbol, sehingga dapat digunakan dalam upacara tersebut mempunyai

dikatakan bahwa budaya manusia penuh makna yang berbeda-beda tetapi

diawarnai dengan simbolisme yaitu suatu tata berhubungan.

saling

pemikiran atau paham yang menekankan atau Menurut

mengikuti pola-pola yang mendasarkan diri Herdiana, 2013:253) mengemukakan bahwa

lambang (Suwardi makna adalah apa yang kita artikan atau apa

yang kita maksud.

Menurut Zaimar (2008:6) simbol adalah (1999121) mendefinisikan makna adalah tidak

Sedangkan

Pradopo

tanda yang paling canggih karena sudah semata-mata merujuk pada arti bahasanya

berdasarkan persetujuan dalam masyarakat tetapi arti bahasa dari sudut suasana dan

(konvensi), simbol sebagai tanda konvesional perasaan,

merupakan simbol yang telah disepakati oleh (Beseherdiana.blogspot.com/2013/03/makna-

masyarakat pada umumnya dan memiliki simbol-dalam-

makna yang telah dipahami bersama. tradisipernikahansukubugis.html).

(dalam Suwardi Untuk memahami apa yang disebut

Turner

Endraswara, 2017:172) menyatakan bahwa dengan makna atau arti, perlu mencermati teori

“The symbol is the smallest unit of ritual which yang dikemukakan oleh Ferdinand de Saussure

still retains the specific properties of ritual (dalam Abdul Chaer, 2002:2) dalam buku

behavior. It is the ultimate unit of specific (Pengantar Semantik Bahasa Indonesia) bapak

structure in a ritual context ”. Maksudnya, linguistik moderen yang namanya sudah

simbol adalah init (bagian) terkecil dalam ritual disebut-sebut

yang mengandung makna dari tingkah laku mengenai

ritual yang bersifat khusus. Simbol tersebut (Perancis: signe’ linguistique). Menurut De

yang

disebut

tanda linguistik

merupakan unit pokok dari struktur khusus Saussure setiap tanda lingustik terdiri dari dua

dalam konteks ritual.

(dalam Suwardi singnifie’, Inggris : singnified) dan (2) yang

unsur, yaitu (1) yang diartikan (Perancis :

Turner(1981:2)

Endraswara, 2017:172) juga menyatakan mengartikan (Perancis : singnifiant, Inggris :

bahwa “the ritual is an aggregation of symbols” singnifier).

senada dengan itu Radcliff-Brown (1979:155- singnifiend) sebenarnya tidak lain dari pada

177) (dalam Suwardi Endraswara, 2017:172) konsep atau makna dari suatu tanda- bunyi.

juga berpendapat jika tindakan ritual banyak Sedangakan yang mengartikan (siknifian dan

mengungkapkan simbol, berarti analisis ritual singnifier) itu adalah tidak lain dari pada bunyi-

juga harus diarahkan pada simbol-simbol ritual bunyi itu, yang terbentuk dari fonem-fonem

tersebut. Berdasarkan pernyataan tersebut bahasa yang bersangkutan. Jadi, dengan kata

dapat diketahui bahwa simbol merupakan lain setiap tanda-linguistik terdiri dari unsur

bagian terkecil dari ritual yang menyimpan bunyi dan unsur makna.

sesuatu makna dari tingkah laku atau kegiatan Berdasarkan beberapa pendapat tersebut,

dalam upacara ritual yang bersifat khas. dapat disimpulkan bahwa makna adalah

Dengan demikian, bagian-bagian terkecil pandangan,

ritual pun harus mendapat perhatian peneliti, ataupun penafsiran tentang sesuatu yang tidak

seperti sesaji-sesaji, mantra dan ubarampe lain. semata-mata merujuk pada arti bahasanya

Oleh karena, menurut Spradley (1997:121) tetapi arti bahasa dari sudut suasana ataupun

(dalam Suwardi Endraswara, 2017:172) simbol perasaan.

adalah objek atau peristiwa apapun yang menujuk pada sesuatu. Jadi simbol adalah

2. Simbol

sesuatu tanda yang memberitahukan sesuatu Kata Simbol berasal dari kata Yunani yaitu

kepada seseorang yang telah mendapatkan ‘symbolon’ yang berarti tanda atau ciri yang

persetujuan umum dalam tingkah laku ritual. memberitahukan sesuatu kepada seseorang.

Dalam kaitan itu, Turner (Winagun, Manusia adalam kehidupannya selalu berkaitan

Suwardi Endraswara, dengan

(dalam

2017:173) mengetengahkan ciri khas simbol, dengan kehidupan sehari-hari. Manusia adalah

yaitu: Multivokal, artinya simbol memiliki animal symbolicum, artinya bahwa pemikiran

banyak arti, menunjuk pada banyak hal, pribadi dan dan tingkah laku simbolis merupakan ciri

dan fenomena. Hal ini menunjukkna betapa yang betul-betul khas manusiawi dan bahwa

kaya makna simbol ritual. Polarisasi simbol, seluruh

atrinya simbol yang memiliki banyak arti, atrinya simbol yang memiliki banyak arti,

di desa Tomini Utara.

Endraswara 2017:173) mensugestikan bahwa Merujuk dari pendapat para ahli tersebu, melalui analisis simbol ritual akan membantu

maka simbol dapat diartikan sebagai lambang menjelaskan secara benar nilai yang ada dalam

yang di dalamnya terkandung makna tertentu masyarakat dan akan menghilangkan keraguan-

yang tersirat atau tersembunyi. keraguan

penjelasan. Menurut Turner (1967:50-51)

2.2.3 Pernikahan Dalam Konsep

(dalam Suwardi Endraswara, 2017: 173), dalam

Kebudayaan

menganalisis makna simbol dalam aktivitas Manusia dan kebudayaan tidak bisa ritual, menggunakan teori penafsiran, yaitu

dipisah-pisahkan, karena keduanya merupakan sebagai berikut:

suatu jalinan yang saling erat berkait. Di dalam

1. Exegetical meaning lingkungan masyarakat, masalah penikahan Makna yang diperoleh dari informan

merupakan ritual yang bersifat religious magis warga setempat tentang perilaku ritual yang

peralihan), yang diamati. Dalam hal ini, perlu dibedakan antara

(upacara-upacara

melambangkan peralihan status dari masing- informasi yang diberikan oleh informan awam

masing mempelai yang tadinya hidup sendir- dan pakar, antara interpretasi esoterik dan

sendiri/terpisah, setelah melalui upacara- eksoterik. Seorang peneliti juga harus tahu

upacara yang diisyaratkan menjadi hidup pasti apakah

bersatu sebagai suami istri yang merupakan informan itu benar-benar respresentatif atau

penjelasan yang

diberikan

keluarga sendiri. Pada saat-saat peralihan, hanya penjelasan dari pandangan pribadi yang

waktu para individu beralih dari satu tingkat unik.

hidup ketingkat lain.

2. Operational meaning Makna yang diperoleh tidak terbatas pada

2.2.4 Makna Simbol dalam Upacara Adat

perkataan informan, melainkan dari tindakan

Pernikahan

yang dilakukan dalam ritual. Dalam hal ini perlu Berbicara mengenai simbol maka erat diarahkan pada informasi tingkat masalah

kaitannya dengan makna karena tindakan- dinamika sosial. Pengamatan seharusnya tidak

bermaksud untuk hanya mempertimbangkan simbol tetapi sampai

tindakan

simbolik

menyerderhanakan sesuatu yang menpunyai pada interaprestasi struktur dan susunan

makna yaitu apa yang oleh yang simbol masyarakat yang menjelaskan ritual. Apakah

tersebut harus dicari melalui interpretasian penampilan dan kualitas afektif informan seperti

terhadapnya. Dengan demikian, kebudayaan sikap agresif, sedih, menyesal, mengejek,

manusia sarat dengan simbol-simbol, baik itu gembira, dan sebagainya langsung merujuk

perbuatan atau gagasan, pada simbol ritual.

dalam tingkat

manusia memakai ungkapan simbol. Ungkapan

3. Positional meaning yang simbolis ini merupakan ciri khas manusia Makna

yang jelas membedakannya dengan manusia. interprestasi

Salah satu bentuk kebuda lokal yang hubungannya dengan simbol lain secara

tumbuh ditengah-tengah masyarakat adalah totalitas.

adat perkawinan. Bentuk budaya lokal ini dihubungkan pada pemilik simbol ritual. Pendek

Tingkatan makna

ini langsung

keunikan pada kata, makna suatu simbol ritual harus

memiliki berbedaan dan

komunitas masyarakat tertentu. Hal ini bisa ditafsirkan ke dalam konteks simbol yang lain

terlihat pada tata cara pelaksanaannya, begitu dari pada pemiliknya.

pula pada simbol-simbol yang muncul dari Ketiga

budaya tersebut.

tersebut, saling melengkapi dalam proses pemakna simbol ritual. Maka, yang harus

2.2.5 Pengertian Prosesi Popene ’e

dilakukan adalah: (1) mendasarkan wawancara Prosesi popene ’e merupakan hal yang kepada

penting dilakukan pada pelaksanaan pernikahan menekankan pada tindakan ritual dalam

suku Lauje. Prosesi ini dilakukan setelah acara kaitannya dengan struktur dinamika sosial, (3)

inti (akat nikah) dilaksanakan. Pelaksanaan mengarah pada hubungan konteks antar simbol

prosesi ini dilakukan sehari setelah pernikahan. dan pemiliknya.

Popene ’e adalah kunjungan pertama Terkait dengan teori yang dikemukakan

pengantin perempuan ke rumah mertuannya Victor Turner maka teori inilah yang digunakan

(popene) bersama penganti laki-laki. Tujuannya oleh peneliti untuk mengkaji makna simbolik

adalah untuk memberi penghargaan dan penghormatan kepada mertuannya. Prosesi ini adalah untuk memberi penghargaan dan penghormatan kepada mertuannya. Prosesi ini

kedua pengantin disambut dengan taburan prosesi terakhir dalam rangkaian upacara adat

di depan rumah, perkawinan suku Lauje. Setiap prosesi atau

beras.

Kemudian

pengantin laki-laki meletakan kelapa, dan tahapan popene ’e memiliki simbol dan makna

pisang yang ditandu selanjutnya ibu atau sebagai

keluarga pengantin laki-laki memberikan masyarakat pemiliknya.

pisau dan sehelai daun pisang kepada pengantin perempuan.

2.2.6 Pelaksanaan Prosesi Popene ’e

4. Selanjutnya dilakukan prosesi prosesi Pelaksanaan prosesi

monimbaluse, mobiase niu iye mongkologe, tatacara

adat

memiliki

mobiase ayu, yaitu pengantin laki-laki bersama. Begitu pula pelaksanaan prosesi

mengupas dan membelah kelapa serta popene ’e. Waktu pelaksaannya sehari setelah

memotong dan membelah kayu. pernikahan/resepsi digelar. Prosesi tersebut

5. Setelah itu prosesi monesege longu pensae dilaksanakan di kediaman pihak pengantin laki-

yaitu pengantin perempuan mengiris daun laki dengan dihadiri oleh keluarga kedua belah

pisang. Setelah itu pengantin perempuan pihak

menyatuhkan pisang, kayu, kelapa dan prosesi tersebut. Pada pelaksanaan prosesi

untuk bersama-sama

menyaksikan

daun pisang untuk dibawah masuk ke popone ’e terdapat 3 unsur pokok, yaitu

dapur.

tahapan/rentetan

6. Sebelum memasuki rumah pengantin mantra yang diucapkan. Berikut adalah paparan

perempuan dipasangkan cincin oleh ibu dari

3 unsur yang merupakan pendukung prosesi

pengantin laki-laki.

popene ’e tersebut;

7. Selanjutnya dilakukan adat mongunjae baki ditandai dengan menginjak baki oleh kedua

1. Tahapan

pengantin sebelum memasuki rumah. Tahapan prosesi popene ’e meliputi 8

Ketika pengantin menginjak baki orangtua tahapan

perempuan yang dituakan dari pihak (monimbaluse

pengantin laki-laki membacakan doa. mongkologe, mobiase ayu), dan monesege

8. Setelah itu pengantin perempuna dituntun longu pensae, mongunjae baki, monkoni alat

menuju dapur dengan membawa pisang, tuwahu jopa mogahu, mepaanange, mombaca

kayu kemudian doa slamate, dan terakhir Salam(sungkeman)

menyentuh seluruh perlengkap dapur dan mopooto. Di dalamnya prosesi terdapa terdapat

memasak pisang sebagai simbol untuk pencapuran antara syariat islam dengan hukum

keengganan pengantin adat. Beberapa sajian berupa bahan-bahan

menghilangkan

perempuan dengan mertuanya sekaligus tumbuhan alam merupaan simbol bahwa

sebagai bentuk tanggunggjawab sebagai manusia tidak terlepas dari pergaulannya

seorang istri. Peralatan yang digunakan dengan alam sekitar.

antara lain: pisang, air, cerek, belanga, Berikut ini adalah prosesi atau tahapan

sendok, susupite, bambu kecil (alat pelaksanaan prosesi popene ’e pada upacara

tradisional peniup api), kayu api dan adat pernikahan suku Lauje yaitu:

tungku/kompor.

1. Kedua pengantin serta keluarga pengantin

9. Acara selanjutnya prosesi mepaanange perempuan berkunjung ke rumah pengantin

yaitu kedua pengantin makan bersama laki-laki.

dengan saling menyuapi. pengantin

dilanjutkan dengan disambut oleh orangtua dari pengantin laki-

pembacaaan doa selamat oleh salah laki.

seorang pemuka agama agar mendapat

2. Selanjutnya keluarga pengantin laki-laki berkah dari Allah SWT. Dalam acara ini memberikan parang serta kelapa dan

dihidangkan beras ketan putih, sebutir telur pisang kepada pengantin laki-laki untuk

rebus, setelah membacaan doa selamat, dipikul ke rumah.

kedua

pengantin

memakan hidangan

3. Setibanya di

11. Sebagai penutup dari acara popene’e, mengucapkan salam sebagai tanda bahwa

sembah sujud kedua mempelai telah datang. Salam

dilakukan

acara

(sungkeman) dari kedua pengantin kepada tersebut kemudian dibalas dengan salam

keluarga pengantin laki-laki. Dimulai dari pula sebagai tanda keluarga pihak laki-laki

kedua orangtua pengantin laki-laki, saudara telah

kandungnya, paman dan bibi dari pengantin kandungnya, paman dan bibi dari pengantin

merupakan suatu perantara antara hamba dan kemudian kedua pengantin foto bersama

seluruh

keluarganya

sang khalik. Begitu pula mantra dalam prosesi keluarga ataupun tamu yang datang; dan

popene’e. Mantra dalam prosesi popene’e ialah

12. Setelah seluruh acara dalam prosesi berupa doa-doa yang dibacakan oleh orangtua popene ’e selesai, salah seorang keluarga

dari pihak laki-laki, tetapi pengucapannya di pengantin perempuan mohon pamit kepada

dalam hati, doa tersebut ditujukan kepada orangtua pengantin laki-laki. Kumudian

pengantin. Kata-kata dalam doa tersebut berisi kedua pengantin beserta keluarga yang

harapan atau keinginan yang mengandung mengantar kembali ke rumah perempuan

makna yang dalam bagi kedua mempelai disaksikan keluarga pengantin laki-laki

pengantin. Mantra pada prosesi popene’e dengan

terdapat dalam prosesi mongunjae baki. kekeluargaan.

2.3 Kerangka Pemikiran

2. Perangkat

Untuk mengkaji makna simbolik dalam Perangkat yang digunakan dalam prosesi

prosesi popene’e penulis mengumpulkan data popene ’e terbilang tidak banyak sesuai dengan

dari berbagai sumber yaitu, sumber data ritual yang terdapat dalam Prosesi popene ’e

berupa bahan pustaka, internet dan informan tersebut. Perangkat tersebut dibedakan atau

kemudian dengan menggunkan pendekatan dibagi berdasarkan ritualnya. Berikut ini

deskriptif kualitatif, peneliti mendeskripsikan dipaparkan perangkat dalam prosesi popene ’e

dan menganalisis makna simbolis yang terdapat berdasarkan ritualnya;

pada prosesi tersebut.

1. Moyambute pangantin Poin-poin yang diamati adalah tahapan Perangkat yang digunakan adalah beras

prosesi popene’e, perangkat yang digunakan, biasa parang, kelapa, pisang, dan beras.

dan mencari tahu apakah dalam prosesi

2. Monimbaluse

terssebut terdapat mantra atau tidak.poin-poin mongkologe, mobiase ayu

tersebut kemudian dianalisis menggunakan Perangkat yang digunakan adalah parang,

metode deskriptif kualitatif. Setelah dianalisis, satu buah kelapa tua dan sebatang kayu.

diperoleh kesimpulan bahwa terdapat simbol-

3. Monesege longu pensae simbol unik dan juga mantra yang masih Perangkat yang digunakan adalah pisau

digunakan dalam prosesi popene’e sejak zaman dan sehelai dau pisang

dahulu. hal ini membuktikan bahwa masyarakat

4. Mongunja baki suku Lauje di desa Tomini Utara masih tetap Perangkat

melestarikan warisan nenek moyang mereka. parang/besi dan 3 macam tumbuh-

Alur kerangka pemikiran dapat digambarkan tumbuhan yaitu Sinaguri, Siranindi, dan

sebagai berikut:

Sulampaan.

5. Mepaanange Perangkat yang digunakan yaitu sepiring pisang rebus, kelapa parut, dua gelas air putih, air cuci tangan, serta piring dan sendok untuk makan.

6. Mombacae doa slamate Perangkat yang digunakan adalahsepiring pulut putih, telur rebus

7. Mopooto Tidak ada perangkat yang digunkan pada prosesi ini, sebab prosesi ini adalah prosesi sungkeman yang tidak membutuhkan perangkat untuk menjalankan ritualnya.

3. Mantra

Asrul (2010:13) mengemukakan bahwa pada masa sebelum masuknya agama islam dan kristen, upacara adat masih dilakukan dengan mantra-mantra yang mengandung animisme. Kini makna matra sesuai dengan zamannya

dijadikan pujian- pujian

dan

do’a

yang

III. METODE PENELITIAN

penelitian ini adalah data lisan yang diperoleh

3.1 Jenis Penelitian

dari informan, yaitu tokoh adat dan tokoh- Penelitian

tokoh masyarakat yang kompeten yang kualitatif dengan metode deskriptif kualitatif,

jelas tentang objek yaitu

mengetahui

secara

penelitian yang dilakukan peneliti. Jenis data penelitian, yaitu makna simbolik dalam prosesi

mengungkap/mendeskripsikan

objek

yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari popene ’e suku Lauje. Objek yang diteliti

data primer dan data sekunder yaitu: a.Data mengandung makna sehingga tidak mungkin

Primer adalah data pokok yang dalam penelitian data yang disajikan dalam bentuk angka atau

ini terdiri dari tata cara pelaksanaan popene ’e kuantitatif. Sebagaimana Sugiyono (2009: 180)

dan makna yang terkandung dalam simbol mengemukakan bahwa penelitian kualitatif

benda-benda dalam prosesi popene ’e yang pada hakekatnya ialah mengamati orang dalam

pengamatan langsung lingkup hidupnya, berintraksi dengan mereka,

diperoleh

dari

pelaksanaan prosesi tersebut serta dari hasil berusaha memahami bahasa dan tafsiran

wawancara dengan responden. mereka tentang dunia sekitarnya. Berdasarkan

Data Sekunder yaitu data yang diperoleh hal tersebut, untuk memperoleh data yang

berupa dokumen- diperlukan penulis melakukan pengamatan

dokumen, studi pustaka, hasil-hasil penelitian langsung terhadap pelaksanaan objek penelitian

dan sumber-sumber lain yang relevan dengan yaitu prosesi popene ’e dan interaksi dengan

permasalah yang diteliti.

pengguna kebudayan tersebut (responden) melalui wawancara.

3.4.2 Sumber Data

Sumber data dalam penelitian adalah

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

subjek dari sumber data yang diperoleh.

Sumber data yang dimaksud adalah para Lokasi

3.2.1 Lokasi Penelitian

yang dipilih adalah pengambilan data adalah desa Tomini Utara,

informan yang paham terhadap budaya yang kecamatan Tomini. Pemilihan lokasi ini adalah

dibutuhkan.

berdasarkan ketersedian data yang peneliti Informan/responden dalam penetian ini perlukan

adalah orang-orang yang berkompeten dalam penelitian di lokasi tersebut. Di lokasi tersebut

sesuai

dengan pokok masalah

penyelenggaraan kebudayaan yang dimaksud mayoritas penduduknya adalah masyarakat

serta memahami suku Lauje sehingga memudahkan penulis

kebudayaan tersebut. Oleh karena itu, penulis untuk memperoleh data yang diperlukan sesuai

memilih informan yang benar-benar mengerti judul penelitian.

dan paham mengenai prosesi popene ’e dengan berpedoman pada kriteria atau syarat-syarat

yang harus dimiliki seorang informan seperti Tahap

3.2.2 Waktu penelitian

diungkapkan lapangan

melalui situs (yosicihuuy.blogspot.com/2014/de diperlukan dalam skripsi ini didimulai dari bulan

finisi narasumber) (dalam Nur Azizah 2016: 31) September sampai bulan Oktober 2017.

yang menjelaskan bahwa untuk memilih seorang

informan

adalah dengan

3.3 Intrumen Penelitian

memperhatikan 4 aspek. Aspek-aspek tersebut Dalam penelitian ini yang bertindak

1) usia, 2) sebagai intrumen yaitu peneliti sendiri sekaligus

adalah

pendidikan, 3) asal usul, 4) kemampuan berbah sebagai pengumpul data. Nasution (1996:9)

asa.

(dalam Djam’an Satori & Aan Komariah, M.Pd 2012:72) menegaskan hanya manusia manusia

3.5 Teknik Pengumpulan Data

sebagai instrument yang dapat memahami Untuk memperoleh data dan informasi makna interaksi antar manusia, membaca gerak

yang sesuia dengan permasalah yang diteliti, muka, menyelami perasaan dan nilai yang

maka digunakan teknik-teknik pengumpulan terkandung dalam ucapan atau perbuatan

data sebagai berikut:

responden/ informan.

1. Peneltian kepustakaan (library reseach) yaitu Teknik yang digunakan dengan cara

3.4 Jenis data dan sumber data

menelaah dan mengkaji teori-teori, konsep-

konsep melalui sumber-sumber tertulis Data adalah segala keterangan mengenai

3.4.1 Jenis Data

berupa skripsi dan hasil penelitian yang segala

relevan dengan penelitian ini. Di dalam hal penelitian.

ini, penulis mencari dan mengumpulkan ini, penulis mencari dan mengumpulkan

pendukung. Analisis data dari buku, skripsi dan internet sebagai

mencari

data

dilakukan pengkodean berbuka bagi data yang materi rujukan untuk menyusun proposal

telah terkumpul. Maksudnya, semua kategori ini.

yang muncul dicatatan. Kemudian pada kira-

2. Studi lapangan (field research) yaitu kira pertengahan priode pengumpulan data, pengumpulan data secara langsung di

dilakukan pengkodean aksial atau berporos, lapangan dengan menggunakan beberapa

yaitu dipilih kategori-kategori nanti akan teknik yaitu:

menjadi kategori inti. Akhirnya menjelang akhir

a. Pengamatan pengumpulan data dan setelah data terkumpul Bungin

semuanya, dilakukan pengkodean selektif yaitu bahwa Pengamatan/observasi adalah

mengemukakan

dipusatkan pada kategori inti yang nanti akan metode

manjadi tema-tema penting yang akan ditulis digunakan untuk menghimpun data

dalam laporan penelitian.

penelitian melalui pengamatan dan penginderaan.

IV. HASIL PENELITIAN DAN

b. Wawancara

PEMBAHASAN

Menurut Esterberg (Sugiono, 2009:72)

4.1 Hasil Penelitian

wawancara/interwiew adalah a meeting Dalam penelitian ini, prosesi popene’e of two person of exchange informaion

suku Lauje terdapat makna simbol di setiap and

tahapan-tahapan dalam ritual tersebut. Adapun responses, resulting in communication

hasil data yang diperoleh dari penelitian ini, and joint construction of meaning about

langsung dari

a particular topic. Artinya; wawancara narasumber (terampil) yang berada di Desa adalah pertemuan dua orang untuk

Tomini Utara Kec.Tomini Kab.Parigi Moutong. bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, seshingga dapat dikonstruksikan

4.1.2 Deskripsi Lokasi Penelitian

makna dalam suatu topik tertenu. Desa Tomini Utara sebelumnya adalah Intinya wawancara dilakukan dengan

salah satu dusun dengan nama dusun cara

Boinampal yang berada di wliayah desa Tomini. dengan informan. Wawancara dilakukan

Sesuai dengan tuntutan masyarakat pada

tahun 2007 maka dibentuklah tim pedoman wawancara yang ada.

dengan 3 orang informan dengan

pemekaran desa, untuk tidak menghilangkan nama desa induk yaitu desa Tomini, maka

3.6 Teknik Analisis Data

bersama Masyasrakat, tim pemekaran saat Analisis data penelitian kualitatif dapat

itu menyepakati nama desa hasil pemekaran dilakukan secara deskriptif etnografik atau yang

dengan nama Tomini Utara. Desa Tomini Utara lain.

berada di Kecamatan Tomini Kabupaten Parigi mendeskripsikan subjek penelitian dan cara

Analisis semacam

ini

berusaha

Moutong Sulawesi Tengah, desa Tomini Utara bertindak serta berkata-kata. Model analisis

memiliki luas 25.97 Ha terdiri dari 5 dusun yaitu menggunakan

dusun I Boinampal, dusun II Benteng, dusun ditawarkan (Haberman dan Miles 1994:429)

III Asam, dusun IV Sarambu dan dusun V (dalam Suwardi

Tambalang dengan jumlah penduduk sebanyak Endraswara 2017:215) yaitu melalui 3

1003 jiwa dengan jumlah Kepala Keluarga proses: (1) reduksi data (data reduction) yaitu

adalah 335 KK. Mayoritas penduduk desa proses pemilihan data kasar dan masih mentah

Tomini Utara adalah etnis Lauje dan sebagian yang berlangsung secara terus menerus selama

bermata pencarian penelitian

besar

masyarakatnya

sebagai petani perkebunan, hasil produk pembuatan ringkasan dan menyusun ringkasan.

ekonomi yang menonjol adalah cengkeh, coklat (2) pemaparan data (data display) yaitu

dan kelapa.

penyampaian informaasi berdasarkan data yang Desa Tomini Utara berbatasan dengan dimiliki dan disusun secara baik dan runtut

sebelah timur desa Tomini, sebelah barat desa sehingga mudah dilihat, dibaca, dan dipahami

Tomini Bara, sebelah utara Kabupaten Toli-toli, tentang suatu kejadian dan tindakan atau

dan sebelah selatan desa Tomini. Jarak dari Ibu peristiwa dalam bentuk teks naratif. (3)

Kota Provinsi menuju desa Tomini Utara adalah simpulan/

260 Km. Jika menggunakan motor maka lama berdasarkan data-data yang diperoleh dari

perjalanan dari Ibu Kota Provinsi menuju desa berbagai sumber kemudian peneliti mengambil

Tomini Utara adalah 7-8 jam, dan apabila Tomini Utara adalah 7-8 jam, dan apabila

7) momongi do’a salamate merupakan prosesi

6 jam. pembacaan doa selamat, membaca doa ini merupakan simbol rasa syukur atas

4.2 Hasil dan Pembahasan

terselesaikannya

seluruh rangkaian

4.2.1 Simbol dalam Pelaksaaan Prosesi

pernikahan

sekaligus sebagai doa

keselamatan bagi kedua pengantin. Adapun Simbol merupakan tanda berdasarkan

Popene’e

alat atau perlengkanpan dalam prosesi ini konvensi, peraturan atau perjanjian yang

adalah pulut putih dan kuning serta sebutir disepakati bersama. Simbol memiliki makna

telur rebus.

tersendiri berdasarkan konteks, termaksuk

8) mopooto di dalam prosesi ini tidak ada alat konteks ritual. Simbol dalam prosesi popene’e

atau perlengkapan, sebab prosesi mopooto juga merupakan hasil kesepakatan dan masih

hanya berupa acara sungkem kedua terus dipertahankan hingga sekarang sebagai

pengantin terhadap orangtua. ritual yang sakral. Maka dari itu, dalam

Makna simbolik benda merupakan simbol penelitian ini akan dipaparkan simbol-simbol

kehidupan yang menjadi gambaran kepada yang khas dalam prosesi popene’e.

kedua mempelai selama menjalani rumah Simbol yang dimaksud dalam prosesi

tangga untuk mendapatkan rumah tangga yang tersebut adalah simbol yang berupa alat yang

bahagia.

digunakan dalam prosesi

popene’e. Simbol

yang berupa alat digunakan dalam pelaksanaan

4.2.1.1 Simbol Popene’e dalam Tahapan

ini terdapat pada beberapa tahapan prosesi

moyambute pangantinge

popene’e yang terdiri dari : Di dalam bahasa Lauje, Moyambute

1) moyambute

pangantinge berarti menyambut pengantin. prosesi menyambut pengantin, adapun

pangantinge

merupakan

Prosesi ini ditandai dengan penjemputan simbol-simbol dalam prosesi ini diantaranya

pengantin perempuan oleh pihak keluarga : 1) Parang, 2) Kelapa, 3) Pisang;

pengantin laki-laki sebagai tuan rumah. Prosesi

mertua menerima mongkologe, mombiase ayu merupakan

segenap hati dan prosesi mengupas, membelah kelapa dan

menantunya

dengan

mengganggapnya sebagai anak sendiri. Dalam memotong,

prosesi ini pihak laki-laki memberikan parang, cengkeh, adapun simbol dalam prosesi ini

pisang dan kelapa kepada pengantin laki-laki adalah : 1) kelapa dan 2) batang pohon

yang akan dipikul dan dibawa ke rumah. Hal ini cengkeh;

juga

merupakan

bentuk tanggungjawab

3) monesege longu pensae merupakan prosesi seorang suami terhadap istrinya yang terwujud mengiris daun pisang, adapun simbol-

yang digunakan. simbol dalam prosesi ini adalah : 1) pisau

dalam

perlengkapan

Perlengkap atau alat yang digunakan adalah dan 2) sehelai daun pisang;

parang, kelapa pisang dan batang pohon

4) mongunjae baki

cengkeh. Makna dari perlengkap atau alat menginjak baki, adapun simbol-simbol

merupakan prosesi

tersebut adalah sebagai berikut: dalam prosesi ini adalah : 1) parang/besi,

1. Parang

dan 2) 3 macam tumbuhan-tumbuhan; Parang adalah alat yang wajib dibawa oleh

5) mongkoni alat tuwahu njopa monja’ange masyarakat Lauje ketika berkebun. Dalam pensae merupakan prosesi menyentuh alat

pangantinge parang dapur dan merebus/memasak pisang,

prosesi

moyambute

merupakan simbol sebagai kewajiban dan adapun simbol dalam prosesi ini terdapat

tanggungjawab seorang suami yang berarti pada keseluruhan alat yaitu: 1) pisang, 2)

seorang suami memiliki tugas yaitu mecari air, 3) cerek, 4) panci/belanga, 5) sendok,

nafkah. (Hasil wawancara dengan bapak Tursin

6) susupit, 7) sulumba, 8) kayu bakar dan

tanggal 02 Oktober 2017)

9) tungku tanah liat;

2. Kelapa, pisang dan batang pohon cengkeh

6) meepa’anange merupakan prosesi makan Kelapa, pisang dan batang pohon cengkeh bersama antara penganti laki-laki dan

merupakan simbol nafkah dari suami kepada pengantin

istrinya. Kelapa yang digunakan adalah kelapa menyuapi. Prosesi ini merupakan simbol

tua dan pisang yang digunakan adalah pisang seiya sekata antara kedua pengantin.

sepatu yang sudah masak. (Hasil wawancara Adapun alat yang digunakan dalam prosesi

dengan bapak Tursin tanggal 02 Oktober 2017). ini diantaranya : 1) sepiring pisang rebus,

Di dalam prosesi moyambute pangantinge

2) kelapa parut, 3) 2 gelas air putih, 4) air terdapat beberapa tahapan yang harus dilalui. cuci tangan, 5) sendok dan 6) piring;

Didalam tahapan-tahapan tersebut terkandung Didalam tahapan-tahapan tersebut terkandung

atau alat yang digunakan dalam prosesi ini tatacara

adalah parang, kelapa dan batang pohon pangantinge. tahapan prosesi ini meliputi: 1)

pelaksanaan

prosesi moyambute

cengkeh..

ketika tiba di rumah pengantin laki-laki, kedua Tahapan-tahapan prosesi ini meliputi 2 pengantin dijemput oleh orangtua, saudara

tahapan yang masing-masing tahapannya kandung dan kerabat pihak laki-laki, 2) pihak

memiliki makna. Tahapan-tahapan tersebut laki-laki memberikan parang, pisang dan kelapa

adalah sebagai berikut:

kepada pengantin laki-laki dan dipikul untuk

1) Mengupas dan membelah kelapa dibawa ke rumah, 3) kedua pengantin ditaburi

Prosesi ini memiliki makna bahwa seorang beras oleh ibu pengantin laki-laki.

suami dapat memahami istrinya. Kelapa Berdasarkan

merupakan simbol saling memahami. Pada tahapan prosesi moyambute pangantinge,

saat pengantin laki-laki membelah kelapa, penulis mendeskripsikan makna dari 3 tahapan

belahan kelapa tersebut harus seimbang prosesi tersebut sebagai berikut:

karena hal itu memiliki makna bahwa

1) Penjemput kedua pengantin oleh orangtua seorang suami dapat mengimbangi serta atau saudara kandung dan kerabat pihak

kekurangan dan keadaan laki-laki mengandung makna kegembiraan

memahami

sebaliknya. (Hasil serta

istrinya

begitupun

wawancara dengan bapak Tursin tanggal kedatangan anak dan menantunya.

2) Pihak keluarga

2) Memotong dan membelah batang pohon parang, pisang dan kelapa yang telah

digantung pada batang pohon cengkeh Sebagian besar masyarakat Suku Lauje kepada pengantin laki-laki kemudian dipikul

sebagai petani merupakan simbol kerja keras. Pemberian

bermata

pencarian

perkebunan, hasil produk ekonomi yang parang,

menonjol adalah cengkeh, dan pohon pengantin laki-laki kemudian dipikul untuk

cengkeh tumbuh subur sehingga banyak dibawah ke rumah dapat diartikan sebagai

dimanfaatkan khususnya batang pohon kesiapan

telah kering sangat sebelumnya manja, bergantung kepada

bermanfaat. Dahulu masyarakat suku Lauje kedua orangtuanya, setelah menikah dan

menggunakan batang pohon cengkeh untuk menjadi seorang suami hal-hal tersebut

memasak karena batang pohon cengkeh sudah harus dihilangkang dan diharapkan

yang telah kering lebih baik dan tahan lama dapat

ketika dijadikan kayu bakar, sampai saat ini kewajiban dan tanggungjawabnya dalam

Suku Lauje masih kehidupan baru sebagai seoarang suami.

pun masyarakat

memanfaatkan batang pohon cengkeh

3) Taburan beras kuning oleh ibu pengantin untuk di jadikan kayu bakar dan yang laki-laki mengandung makna suka cita dan

bertugas untuk mencari kayu bakar adalah doa keselamatan untuk kedua pengantin

suami. Makna dalam prosesi ini merupakan yang akan memulai kehidupan baru.

salah satu tugas seorang suami apabila tidak ada kayu bakar untuk memasak

4.2.1.2 Simbol Popene’e dalam Tahapan

maka suami yang bertugas untuk mencari.

(Hasil wawancara dengan bapak Tursin

kangkai mongkologe, mombiase

tanggal 02 Oktober 2017).

ayu

Di dalam bahasa Lauje monimbaluse,

4.2.1.3 Simbol Popene’e dalam Tahapan

mombiase niu kangkai mongkologe, mombiase

monesege longu pensae

ayu berarti mengupas, membelah kelapa dan Monesege longu pensae yaitu pengantin memotong, membelah batang pohon cengkeh.

perempuan mengiris daun pisang. Prosesi ini Prosesi ini ditandai dengan pengantin laki-laki

merupakan simbol kewajiban atau tugas mengupas

sebagai seorang istri. Alat yang digunakan memotong dan membelah batang pohong

dalam prosesi ini adalah pisau dan sehelai daun cengkeh. Prosesi ini juga merupakan simbol

pisang. Makna dari beberapa alat atau kewajiban atau pekerjaan seorang suami untuk

perlengkapan tersebut adalah: mencari

nafkah dan

merupakan bentuk

1. Pisau

tanggungjawab seutuhnya suami. Prosesi ini Pisau merupan simbol dari kewajiban dan bertujuan untuk mengajarkan tugas sebagai

tanggungjawab seorang istri yang berarti seorang suami. (Hasil wawancara dengan bapak

seorang istri memiliki tugas yaitu memasak.

(Hasil wawancara dengan bapak Tursin tanggal kuat tidak mudah ditergoyahkan dan

02 Oktober 2017) terpisahkan, serta diharapkan kedua

2. Daun pisang

memayungi dan Perlengkapan ini merupakan simbol dari

pengantin

dapat

melingdungi antara satu sama lain dan hubungan dan kewajiban dalam menjalani

keluarga;

pernikahan. Pada saat pengantin perempuan

2. Sulampaan merupakn simbol kekuatan mengiris daun pisang, irisan tersebu tidak boleh

dan kelimpahan karena tanaman ini putus karena pada bagian sisi-sisi daun

mamiliki akar yang merambat dan kuat memiliki makna kerukunan antara keluarga dan

serta daun yang lebat. Diharapkan kedua suami. hal ini diartikan bahwa seorang istri

pengantin dilimpahkan rezeki yang dapat menjaga hubungan kerukunan keluarga

melimpah.

kedua belah pihak dan suami agar kehidupan

3. Siranindi merupakan simbol kesejukan, rumah tangganya sakinah, mawaddah dan

tamana ini banyak tumbuh di pinggir warahmah. (Hasil wawancara dengan bapak

sungai. Diharapkan agar kedatangan Tursin tanggal 02 Oktober 2017).

atau kehadiran sang menantu di rumah mertuanya membawa suasana sejuk dan

4.2.1.4 Simbol Popene’e dalam Tahapan

kedamaian. Serta diharapkan pula agar

tangga kedua Mongunjae

mongunjae baki

hubungan

rumah

pengantin sejuk dan rukun. menginjak baki oleh kedua pengantin, sebelum

(Hasil wawancara dengan Pak Saarun tanggal memasuki rumah kedua pengantin harus

05 Oktober 2017)

baki memiliki besi dan 3 macam tumbuh-tumbuhan yang

menginjak baki yang terdiri dari parang atau

Prosesi

mongunjae

kesamaan dengan prosesi haroan boru yaitu diletakkan tepat di depan pintu. Dalam prosesi

salah satu adat dalam pernikahan Mandailing. ini

Haroan boru adalah upacara adat penyambutan menginjak baki dan diikuti oleh pengantin laki-

pengantin perempuan

yang pertama

untuk menantu ketika pertama kali berkunjung laki. Prosesi tersebut bermakna agar dalam

ke rumah mertua, sebelum memasuki rumah kehidupan rumah tangga kedua mempelai