PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF. docx

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DENGAN
LKS BERGAMBAR PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI MATERI
PERKEMBANGBIAKAN DI KELAS IX-A SMP NEGERI 2
GENENG – NGAWI TAHUN PELAJARAN 2013/2014
1

Ken Retnaningdyah Widiastuti
1

SMP Negeri 2 Geneng
Geneng – Ngawi 63271, Indonesia
kendyah2010@yahoo.co.id

ABSTRAK
Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan untuk mengetahui kualitas Pembelajaran Biologi Materi Perkembangbiakan melalui
penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan LKS Bergambar di Kelas IX-A SMP Negeri 2 Geneng –
Ngawi Tahun Pelajaran 2013/2014. Kualitas tersebut dianalisis berdasarkan aspek-aspek motivasi, aktivitas belajar, serta
kompetensi siswa. Penelitian dilakukan dalam 2 siklus. Masing-masing siklus terdiri atas tahapan: perencanaan, pelaksanaan,
observasi, dan refleksi. Peneliti mengambil data aktivitas dan motivasi siswa pada tiap siklus, sedangkan data hasil belajar
diperoleh dari tes tertulis di akhir siklus. Peneliti juga mengambil data tes awal (pre-test) untuk memetakan kemampuan awal
siswa. Kesimpulan dari Penelitian Tindakan Kelas ini adalah: 1) Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

dengan LKS Bergambar pada Pembelajaran Biologi Materi Perkembangbiakan Makhluk Hidup terbukti berpengaruh positif
terhadap peningkatan hasil belajar siswa di Kelas IX-A SMP Negeri 2 Geneng – Ngawi Tahun Pelajaran 2013/2014; 2) Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan LKS Bergambar terbukti dapat meningkatkan motivasi dan aktivitas belajar
siswa; 3) Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan LKS Bergambar terbukti dapat meningkatkan penguasaan
kompetensi siswa pada Pembelajaran Biologi Materi Perkembangbiakan di Kelas IX-A SMP Negeri 2 Geneng – Ngawi
Tahun Pelajaran 2013/2014. Saran dari Peneliti adalah: 1) Guru sebaiknya lebih memperhatikan karakteristik siswanya,
terutama sekali dalam sistem monitoring yang lebih efektif dan efisien, sehingga guru dapat mengontrol sikap dan perilaku
siswa pada saat mendalami materi; 2) Pihak guru, sekolah serta stakeholder lainnya sebaiknya memberikan dukungan dan
kontribusi yang nyata terhadap berbagai upaya pengembangan lebih lanjut; 3) Bagi guru mitra yang akan menggunakan
perangkat dan model pembelajaran ini, sebaiknya sebelum menggunakannya, terlebih dahulu melakukan simulasi dan selalu
berkonsultasi dengan peneliti, sehingga kekurangan yang terjadi pada ujicoba ini dapat teratasi sebelum mengajarkan di kelas.
Kata Kunci :

Pembelajaran Kooperatif, STAD, Kualitas Belajar Siswa

1

30
Pendahuluan
Biologi sebagai salah satu cabang ilmu

pengetahuan alam merupakan salah satu mata
pelajaran yang mempelajari makhluk hidup dan segala
seluk beluknya. Salah satu cara mengantisipasi agar
peserta didik tidak bosan dan jenuh dalam mempelajari
ilmu ini, maka harus ditunjang oleh muatan kurikulum
yang relevan sesuai dengan perkembangan ilmu dan
teknologi yang bergerak cepat dan semakin kompleks.
Selain itu, juga harus didukung oleh profesionalisme
dan kemampuan guru dalam pengelolaan dan
penerapan metode pembelajaran biologi di dalam
maupun di luar kelas.
Bertitik tolak dari uraian diatas, dalam rangka
meningkatkan kualitas pembelajaran dan pengajaran
biologi perlu pengubah paradigma lama mengenai
posisi dan peran guru dalam pembelajaran di kelas.
Kegiatan mengajar menggunakan hal yang tidak
berorientasi pada ”bagaimana saya belajar (teacher
centered) tetapi lebih kepada bagaimana saya
membelajarkan siswa” (Depdiknas, 2004:43-44), untuk
mengantisipasi perubahan. Paradigma tersebut sangat

didukung oleh kurikulum yang berlaku, dimana proses
belajar mengajar bukan untuk mengejar target
kurikulum semata, akan tetapi lebih kepada
melaksanakan kompetensi apa yang diperoleh peserta
didik.
Salah satu bentuk pendekatan dalam kurikulum
KTSP adalah Contextual Teaching and Learning
(CTL). Bleachard (dalam Depdiknas, 2004:38)
menjelaskan bahwa, “Pengajaran dan pembelajaran
kontekstual merupakan suatu konsepsi yang membantu
mengaitkan isi materi pelajaran dengan situasi dunia
nyata dan memotivasi siswa agar membuat hubungan
antara pengajaran dan penerapannya dalam kehidupan
mereka sebagai anggota keluarga, warga masyarakat,
tenaga kerja”. Perangkat pembelajaran kontekstual kini
telah diselaraskan dengan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) yang dapat memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan
kemampuan kognitifnya sesuai dengan keahlian anak
itu.

Sehubungan dengan implementasi KTSP pada
mata pelajaran Biologi di SMP Negeri 2 Geneng –
Ngawi, penulis menemukan berbagai macam
hambatan dalam kegiatan belajar mengajar.
Diantaranya adalah pemilihan dan penentuan model
pembelajaran yang tepat dan rendahnya atensi siswa.
Guru masih sering menjadi tokoh sentral di kelas,
sementara siswa cenderung pasif dan hanya menerima
apa saja yang diberikan guru. Berbagai hambatan
tersebut juga terlihat jelas pada saat penulis
menyampaikan materi pelajaran Biologi di Kelas IXA. Sebagai guru pengajar, penulis menemukan bahwa
motivasi belajar dan ketertarikan siswa masih kurang,

serta kemampuan siswa dalam menyerap materi
pelajaran cenderung rendah.
Salah
satu
pengalaman
dalam
proses

pembelajaran Biologi pada penyampaian materi caracara perkembangbiakan dengan metode ceramah dan
diskusi tanpa gambar-gambar makhluk hidup (media
pembelajaran) adalah siswa kurang termotivasi dan
suasana belajar kurang menggairahkan, serta tidak
cukup efektif dalam memanfaatkan buku referensi
yang ada.
Sehubungan dengan itu, solusi yang ditempuh
penulis adalah mencoba menerapkan model
pembelajaran yang dapat memotivasi dan menarik
minat siswa untuk mempelajari, memahami serta
menguasai
materi
perkembangbiakan.
Model
pembelajaran tersebut adalah model Student Teams
Achievement Division (STAD) dengan Lembar Kerja
Siswa (LKS) bergambar. STAD adalah salah satu
bentuk pembelajaran kooperatif (cooperative learning)
yang menerapkan dasar-dasar pemikiran dalam
pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL).

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka
permasalahan yang ada dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah pengaruh penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan LKS
Bergambar pada Pembelajaran Biologi Materi
Perkembangbiakan di Kelas IX-A SMP Negeri 2
Geneng – Ngawi Tahun Pelajaran 2013/2014?
2. Apakah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
STAD dengan LKS Bergambar dapat
meningkatkan motivasi dan aktivitas belajar siswa
pada
Pembelajaran
Biologi
Materi
Perkembangbiakan di Kelas IX-A SMP Negeri 2
Geneng – Ngawi Tahun Pelajaran 2013/2014?
3. Apakah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
STAD dengan LKS Bergambar dapat
meningkatkan penguasaan kompetensi siswa pada
Pembelajaran Biologi Materi Perkembangbiakan

di Kelas IX-A SMP Negeri 2 Geneng – Ngawi
Tahun Pelajaran 2013/2014?
Metode Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan, yaitu
pada bulan Oktober sampai dengan Nopember 2013.
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Geneng
Kabupaten Ngawi, khususnya di Kelas IX-A. Jumlah
siswa Kelas IX-A adalah 27 orang yang terdiri dari 16
siswa laki-laki dan 11 orang siswa perempuan, dengan
kemampuan siswa yang heterogen.
Rancangan Penelitian Tindakan Kelas ini
direncanakan dalam dua siklus. Setiap siklus disertai
dengan perubahan yang ingin dicapai. Dalam rangka
mengetahui tingkat kemampuan awal siswa dalam
mengenal cara-cara perkembangbiakan diberikan tes
awal (pre-test). Setiap siklus dilaksanakan sesuai

31
dengan apa yang digunakan untuk meningkatkan
kemampuan siswa dalam mengenal cara-cara

perkembangbiakan dan mengoptimalkan aktivitas dan
kreativitas belajar siswa dalam kegiatan belajar
mengajar, yaitu penerapan kooperatif tipe STAD yang
dilanjutkan dengan diskusi kelompok kemudian
diskusi kelas.
Dengan berpedoman pada rancangan diatas, maka
Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan dengan
langkah-langkah sebagai berikut: 1) Perencanaan
(planning); 2) Pelaksanaan tindakan (action); 3)
Observasi (observation); kemudian 4) Refleksi
(reflection).
Metode pengambilan data yang digunakan adalah
sebagai berikut: a) data aktivitas kelas diambil melalui
observasi pada saat pelaksanaan tindakan berlangsung
dengan menggunakan instrumen lembar observasi; b)
data hasil belajar siswa diambil saat pra-siklus dan
setelah masing-masing siklus berlangsung dengan
instrumen tes; c) data tentang motivasi siswa diambil
melalui instrumen angket setelah KBM berlangsung;
d) data tentang keterkaitan antara perencanaan dengan

pelaksanaan didapat dari rencana pembelajaran dan
observasi. Instrumen tes terdiri dari pre-test, post-test
Siklus I, serta post-test Siklus II, dimana masingmasing berisi 20 item soal pilihan ganda (multiple
choice). Setiap soal memiliki bobot nilai 5 untuk
jawaban benar dan 0 untuk jawaban salah.
Data yang sudah terkumpul kemudian diolah
dengan tahapan pengolahan data sebagai berikut: 1)
klasifikasi; 2) Sorting dan Editing; dan 3) Coding data.
Hasilnya berupa dua tipe data, yaitu: data kualitatif dan
kuantitatif. Data kuantitatif dianalisis dengan
menggunakan teknik analisis statistik sederhana, yaitu
ditabulasikan dan dihitung rata-ratanya. Rata-rata
tersebut dihitung dengan rumus:

X =  (fn x mn)
 (fn)
Keterangan:
X = Rata-rata nilai
ƒn = Jumlah siswa yang mendapat nilai
dalam interval tertentu

mn = Nilai tengah tiap interval kelas
Rumusan tersebut diterapkan setelah data
ditabulasikan ke dalam tabel distribusi berkelompok.
Hasil perhitungan ini berupa nilai-nilai tertentu yang
menggambarkan kemampuan siswa mengenal caracara perkembangbiakan makhluk hidup.
Yang menjadi indikator keberhasilan tindakan ini
adalah bilamana kemampuan siswa dalam mengenal

cara-cara pembiakan mencapai tingkat keberhasilan
80% secara klasikal dan 70% secara individual.
Hasil Penelitian
Agar guru mengetahui kemampuan dasar yang
dimiliki oleh siswa dalam mengenal cara-cara
perkembangbiakan makhluk hidup, maka perlu
diberikan pre-test (tes awal) yang berkaitan dengan
materi yang diajarkan. Tes tersebut disampaikan
sebagai alat untuk mendiagnosis siswa, serta berfungsi
untuk mengetahui presepsi mereka tentang materi yang
akan dibahas selanjutnya.
Berdasarkan hasil analisis terhadap pre-test, dapat

disimpulkan bahwa sebagian besar (55,56%) siswa
Kelas IX-A SMP Negeri 2 Geneng – Ngawi cenderung
mempunyai aktivitas belajar dan kompetensi yang
masih
rendah
tentang
mengenal
cara-cara
perkembangbiakan, serta hanya 44,44% siswa yang
nilainya telah memenuhi syarat KKM. Oleh karena itu,
perlu
dilakukan
peningkatan
dengan
cara
melaksanakan pembelajaran STAD dalam Siklus I.
Tabel 1. Tabulasi Hasil Belajar Dalam Siklus I
Dengan Format Interval

Diketahui:
 (fn x mn) = 1866
 (fn) = 27
Maka, nilai (X) adalah = 1866 / 27 = 69,11
Kesimpulannya, tingkat keberhasilan secara klasikal
pada Siklus I baru mencapai 69,11%.
Berdasarkan hasil analisis terhadap post-test pada
Siklus I, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar
(59,26%) siswa Kelas IX-A SMP Negeri 2 Geneng –
Ngawi sudah mempunyai aktivitas belajar dan
kompetensi yang relatif tinggi dalam mengenal caracara perkembangbiakan. Namun demikian, masih
terdapat 11 siswa (40,74%) yang nilainya dibawah
KKM.

32

Gambar 1. Histogram Tabulasi Hasil Belajar
Dalam Siklus I

Gambar 2. Histogram Tabulasi Hasil Belajar
Dalam Siklus II

Berdasarkan hasil analisis post-test pada Siklus II,
dapat disimpulkan bahwa sebagian besar (88,89%)
siswa Kelas IX-A SMP Negeri 2 Geneng – Ngawi
sudah mempunyai aktivitas belajar dan kompetensi
yang
tinggi
dalam
mengenal
cara-cara
perkembangbiakan. Meski demikian, masih terdapat 3
siswa (11,11%) yang nilainya dibawah KKM.
Pemberian tindakan berupa pembelajaran kooperatif
tipe STAD dengan LKS bergambar dalam dua siklus
terbukti efektif.

Melihat kenyataan diatas maka target yang
ditetapkan penulis yaitu 80% telah tercapai. Dengan
demikian, penggunaan metode diskusi melalui
pendekatan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
dapat meningkatkan motivasi siswa dalam mengenal
cara-cara perkembangbiakan makhluk hidup, demikian
pula aktivitas siswa dalam KBM meningkat. Indikator
peningkatan motivasi tersebut adalah peningkatan
aktivitas belajar kelompok dan peningkatan
kompetensi siswa.

Tabel 2. Tabulasi Hasil Belajar Dalam Siklus II
Dengan Format Interval

Dalam eksperimen ini telah dibentuk 6 kelompok.
Kelompok I, III dan IV memiliki 5 anggota, sementara
Kelompok II, V dan VI memiliki 4 anggota. Berdasarkan
pembagian kelompok tersebut selanjutnya akan dianalisis
mengenai tingkat motivasi dan aktivitas belajar siswa pada
melakukan KBM di kelompoknya.

Tabel 3. Kenaikan Aktivitas Belajar Kelompok
pada Siklus I dan Siklus II

Diketahui:
 (fn x mn) = 2188,5
 (fn) = 27
Maka, nilai (X) adalah = 2188,5 / 27 = 81,06
Kesimpulannya, tingkat keberhasilan secara klasikal
pada Siklus II telah mencapai 81,06%.
Secara umum, terjadi peningkatan jumlah
aktivitas belajar di semua kelompok belajar, dengan
variasi peningkatan antara 1 – 3 aktivitas belajar.
Peningkatan terbesar terdapat di Kelompok I, V dan
VI. Sementara di Kelompok III dan IV hanya
meningkat satu kali, meskipun dalam Siklus I
Kelompok IV justru melakukan aktivitas belajar paling
banyak, yaitu 7 kali. Kelompok I melakukan aktivitas
belajar paling sedikit dalam Siklus I, yaitu hanya 5
kali. Akan tetapi, dalam Siklus II kelompok tersebut

33
melakukan aktivitas belajar 8 kali, atau meningkat
sebanyak 3 kali dibandingkan dalam Siklus I.

Gambar 3. Histogram Frekuensi Aktivitas Belajar
Kelompok
Aktivitas belajar rata-rata tertinggi dicapai oleh
Kelompok IV, V dan VI, yaitu sebesar 7,5 kali.
Aktivitas belajar rata-rata terendah dicapai oleh
Kelompok I dan III, yaitu sebesar 6,5 kali. Meski
sama-sama rendah, penulis menetapkan bahwa
Kelompok III dan IV adalah kelompok yang memiliki
motivasi belajar paling rendah. Motivasi belajar
Kelompok III dianggap rendah karena aktivitas belajar
mereka hanya meningkat 1 kali, dari 6 kali di Siklus I
menjadi 7 kali di Siklus II. Sedangkan motivasi belajar
Kelompok IV dianggap rendah karena aktivitas belajar
mereka juga hanya meningkat 1 kali, dari 7 kali di
Siklus I menjadi 8 kali di Siklus II. Selain itu,
Kelompok IV adalah kelompok yang paling banyak
melakukan aktivitas belajar dalam Siklus I, tetapi
dalam Siklus II justru tidak dapat mengimbangi
peningkatan aktivitas belajar dari Kelompok V dan VI.
Analisis terhadap motivasi belajar tersebut juga
dapat dilakukan berdasarkan pencapaian nilai per
individu pada Siklus I dan II. Analisis berdasarkan
perolehan nilai individu pada Siklus I membuktikan
bahwa dalam Kelompok III terdapat 1 siswa yang
nilainya dibawah KKM, sementara dalam Kelompok
IV terdapat 3 siswa yang nilainya dibawah KKM.
Perolehan nilai individu pada Siklus II membuktikan
bahwa dalam Kelompok III tidak terdapat siswa yang
nilainya dibawah KKM, sementara dalam Kelompok
IV masih terdapat 2 siswa yang nilainya dibawah
KKM.
Hasil analisis juga membuktikan bahwa lebih
banyak anggota dalam kelompok belajar belum tentu
mendorong peningkatan motivasi belajar siswa,
peningkatan frekuensi aktivitas belajar kelompok, serta
peningkatan kompetensi siswa. Kelompok III dan IV
yang sudah ditetapkan sebagai kelompok dengan
motivasi belajar rendah masing-masing mempunyai
anggota sebanyak 5 siswa. Sedangkan Kelompok V

dan VI yang dianggap paling bagus motivasi, aktivitas
belajar, serta kompetensinya, justru masing-masing
mempunyai anggota sebanyak 4 siswa. Dengan
demikian, jumlah anggota ideal dalam satu kelompok
belajar adalah 4 siswa, bukan 5 siswa.
Pada pelaksanaan tindakan kelas di Siklus I,
materi pembelajaran disampaikan kepada siswa, yang
selanjutnya dibahas dalam kelompok masing-masing.
Pada saat siswa sedang berdiskusi kelompok, guru
berkeliling dari kelompok yang satu ke kelompok yang
lain sambil memberi motivasi dan meluruskan masalah
jika terdapat permasalahan yang menyimpang dari
konsep yang diinginkan. Setelah masing-masing
kelompok menemukan dan berhasil menyimpulkan
hasil pembahasannya, maka dimulailah diskusi antar
kelompok yang satu dengan yang lain. Kelompok yang
satu bertindak selaku penyaji sedangkan kelompok
yang lain sebagai peserta, demikian sebaliknya. Disini,
guru hanya berperan sebagai motivasi dan fasilitator
dalam pelajaran kelompok, dalam pelaksanaan
tindakan siklus ini terdapat beberapa siswa kurang aktif
dalam berdiskusi.
Siswa yang kurang aktif dalam berdiskusi ternyata
setelah dilakukan pendekatan siswa yang bersangkutan
belum siap dengan materi yang didiskusikan karena
keterbatasan buku khususnya. Setelah semua
kelompok telah memaparkan hasilnya. Selanjutnya
guru mengumumkan kelompok diskusi terbaik dan
memberikan arahan mengenai persiapan materi dan
sarana yang diperlukan dalam pembelajaran kelompok.
Setelah mengadakan analisis hasil belajar pada
pelaksanaan Siklus I seperti terlihat pada Tabel 2 dan
Tabel 3, terbukti pencapaian belum sesuai target yang
ditetapkan yakni 80%. Oleh karena itu, perlu dilakukan
ujicoba pada siklus berikutnya dengan mengadakan
pembenahan pada kekurangan diatas.
Pada pelaksanaan pembelajaran berikutnya atau
pada Siklus II ini dilakukan dengan pengecekan sarana
yang telah disiapkan siswa, kemudian memberikan
materi yang akan dibahas. Selanjutnya, setiap
kelompok diberikan permasalahan yang sama dan
setiap anggota kelompok masing-masing diberikan
tanggungjawab untuk membahas konsep cara-cara
pembiakan makhluk hidup sehingga ada anggota
kelompok yang pasif. Hasil diskusi masing-masing
kelompok anggota dirangkum dalam kelompok
sebagai bahan diskusi antar kelompok. Dengan pola
seperti aktivitas siswa dalam kelompok dan antar
kelompok lebih meningkat.
Berdasarkan kenyataan pada analisis hasil belajar
pada Tabel 4 dan Tabel 5, maka target yang ditetapkan
penulis 80% telah tercapai. Dengan demikian,
penggunaan metode diskusi melalui pendekatan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan LKS
bergambar dapat meningkatkan hasil belajar siswa saat

34
mendalami materi cara-cara pembiakan mahluk hidup.
Berdasarkan aktivitas belajar siswa dalam KBM juga
meningkat seperti terlihat pada Tabel 7.
Berdasarkan hasil analisis data, diketahui bahwa
pembelajaran melalui diskusi kelompok (STAD)
dengan mengenal model LKS bergambar terbukti
dapat menumbuhkan rasa percaya diri, meningkatkan
pemahaman terhadap diri sendiri dan orang lain
sehingga akan timbul minat, sikap dan motivasi belajar
siswa yang semakin positif. Demikian selanjutnya akan
disertai dengan peningkatan prestasi belajar yang
ditunjukkan dari hasil evaluasi (post-test).
Metode diskusi dengan model LKS bergambar
dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam
mengenal dan memahami cara-cara perkembangbiakan
mahluk hidup. Kenyataan ini diperoleh berkat adanya:
1. Siswa lebih mempersiapkan diri dengan materi
ajar yang akan dibahas berikutnya.
2. Rasa percaya diri siswa lebih tinggi.
3. Anggota kelompok sering dimotivasi oleh
kehadiran kelompok lain.
4. Masing-masing kelompok akan berusaha untuk
mempertahankan hasil kelompoknya.
Disamping hal-hal di atas yang mendukung
keberhasilan dalam pembelajaran melalui diskusi
diperlukan pula perencanaan tugas-tugas kelompok
yang lebih rinci, perhatiaan guru dalam pengawasan
dan motivasi maupun sebagai fasilitator mengingat
jumlah kelompok yang banyak dalam satu kelas.
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) tentang
penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
dengan LKS Bergambar pada Pembelajaran Biologi
Materi Perkembangbiakan di Kelas IX-A SMP Negeri 2
Geneng – Ngawi Tahun Pelajaran 2013/2014,
menghasilkan kesimpulan sebagai berikut:
1) Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
STAD dengan LKS Bergambar pada Pembelajaran
Biologi Materi Perkembangbiakan Makhluk Hidup
terbukti berpengaruh positif terhadap peningkatan
hasil belajar siswa di Kelas IX-A SMP Negeri 2
Geneng – Ngawi Tahun Pelajaran 2013/2014. Nilai
rata-rata pada hasil pre-test sebesar 61,85 telah
meningkat menjadi 82,22 pada hasil post-test
dalam Siklus II. Target ketuntasan belajar pada
hasil pre-test sama dengan 12 siswa dari 27 siswa
(44,44%), meningkat menjadi 24 siswa dari 27
siswa (88,89%) pada hasil post-test dalam Siklus II.
2) Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
dengan LKS Bergambar terbukti dapat
meningkatkan motivasi dan aktivitas belajar siswa
pada
Pembelajaran
Biologi
Materi
Perkembangbiakan di Kelas IX-A SMP Negeri 2

Geneng – Ngawi Tahun Pelajaran 2013/2014.
Motivasi belajar siswa meningkat karena siswa
terdorong untuk belajar dan berdiskusi lebih
sering melalui kelompok belajarnya masingmasing. Berdasarkan aktivitas belajar dari 6
kelompok belajar dalam Kelas IX-A, telah terjadi
peningkatan frekuensi aktivitas belajar pada
masing-masing kelompok belajar. Pada Siklus I
total frekuensi aktivitas belajar mencapai 36 kali,
telah meningkat 13 kali menjadi 49 kali (36,11%)
pada Siklus II.
3) Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
dengan LKS Bergambar terbukti dapat
meningkatkan penguasaan kompetensi siswa pada
Pembelajaran Biologi Materi Perkembangbiakan
di Kelas IX-A SMP Negeri 2 Geneng – Ngawi
Tahun Pelajaran 2013/2014. Peningkatan
kompetensi siswa ditinjau dari: a) peningkatan
nilai test pada post-test dalam Siklus I dan Siklus
II; b) peningkatan motivasi dan aktivitas belajar
dari Siklus I ke Siklus II. Peningkatan nilai test
tersebut membuktikan bahwa telah terjadi
peningkatan hasil belajar dari aspek kognitif.
Peningkatan motivasi dan aktivitas belajar
membuktikan bahwa telah terjadi peningkatan
hasil belajar dari aspek afektif dan psikomotor.
Saran
Berdasarkan kesimpulan tersebut, beberapa saran
yang direkomendasikan penulis adalah sebagai berikut:
1) Dalam rangka penerapan pembelajaran dengan
menggunakan model kooperatif tipe STAD
dengan LKS bergambar ini, guru sebaiknya lebih
memperhatikan karakteristik siswanya, terutama
sekali dalam sistem monitoring yang lebih efektif
dan efisien. Dengan demikian, guru dapat
mengontrol sikap dan perilaku siswa pada saat
mendalami materi.
2) Pembelajaran melalui metode diskusi yang
disertai dengan LKS bergambar dapat
menimbulkan dampak positif dalam upaya
peningkatan kualitas pembelajaran serta dapat
mendidik siswa lebih kreatif dan mandiri. Oleh
karena itu, pihak guru, sekolah serta stakeholder
lainnya sebaiknya memberikan dukungan dan
kontribusi yang nyata terhadap berbagai upaya
pengembangan lebih lanjut.
3) Bagi guru mitra yang akan menggunakan
perangkat dan model pembelajaran ini, sebaiknya
sebelum menggunakannya, terlebih dahulu
melakukan simulasi dan selalu berkonsultasi
dengan peneliti, sehingga kekurangan yang terjadi
pada ujicoba ini dapat teratasi sebelum
mengajarkan di kelas.

35
4) Bagi peneliti lain yang hendak mengembangkan
ataupun mereplikasi penelitian ini, sebaiknya
mempertimbangkan
berbagai
keterbatasan
penelitian yang telah diutarakan penulis pada bab
sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas, 2004, Kurikulum Berbasis Kompetensi.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Depdiknas, 2004, Materi Pelatihan Terintegrasi,
Jakarta.
Ibrahim, M., dkk. 2001. Pembelajaran Kooperatif.
Surabaya: Surabaya University Press.
Lie, A. 2010. Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo.
https://docs.google.com/document/d/1AWIo6YHKE5j
uSKxbg0bumd7DGqPYzHliCycxUiyN0/edit?
pli=1
http://herdy07.wordpress.com/2009/04/22/modelpembelajaran-stad-student-teams-achievementdivision
http://nadhirin.blogspot.com/2010/03/modelpembelajaran-contextual-teaching.html

Dokumen yang terkait

ANALISIS KEMAMPUAN SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN SOAL PISA KONTEN SHAPE AND SPACE BERDASARKAN MODEL RASCH

69 778 11

ANALISIS PENGARUH PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PEMERINTAH DAERAH (Studi Empiris pada Pemerintah Daerah Kabupaten Jember)

37 330 20

PENERAPAN METODE SIX SIGMA UNTUK PENINGKATAN KUALITAS PRODUK PAKAIAN JADI (Study Kasus di UD Hardi, Ternate)

24 208 2

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

PENGARUH KEMAMPUAN AWAL MATEMATIKADAN MOTIFBERPRESTASI TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

8 74 14

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM GERAK MANUSIA (Studi Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning Semester Ganjil T

47 275 59

PENERAPAN PUTUSAN REHABILITASI TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENGGUNA NARKOTIKA (STUDI KASUS PUTUSAN NO : 130/Pid.B/2011/PN.LW)

7 91 58

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TPS UNTUK MENINGKATKAN SIKAP KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV B DI SDN 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

6 73 58

EVALUASI ATAS PENERAPAN APLIKASI e-REGISTRASION DALAM RANGKA PEMBUATAN NPWP DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA TANJUNG KARANG TAHUN 2012-2013

9 73 45

PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMA MAKANANKU SEHAT DAN BERGIZI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE PADA SISWA KELAS IV SDN 2 LABUHAN RATU BANDAR LAMPUNG

3 72 62