Pengaruh Karakteristik Penduduk dan Kadar Kadmium dalam Beras terhadap Kadar Kadmium Urine Penduduk di Kabupaten Musi Rawas Tahun 2014

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhan kadang menghasilkan dampak
terhadap lingkungan. Dampak tersebut tersebut dapat berupa positif maupun negatif.
Salah satu dampak negatif akibat aktivitas manusia adalah turunnya kualitas
lingkungan hidup.
Rusaknya lingkungan perairan antara lain disebabkan oleh adanya
pencemaran.Pencemaran di perairan dapat terjadi karena limbah industri maupun
limbah domestik dibuang ke perairan tanpa diolah terlebih dahulu, atau diolah tetapi
kadar polutannya masih di atas baku mutu yang ditetapkan. Undang-Undang
Republik Indonesia

No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup, pada pasal 1 ayat 14 disebutkan bahwa pencemaran lingkungan
adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan/atau komponen
lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia, sehingga melampaui Baku
Mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan.
Pencemaran lingkungan perairan dapat disebabkan oleh polutan organik

maupun anorganik. Polutan organik yang sering mencemari antara lain DDT, PAH,
Pestisida, insektisida, detergen dan limbah rumah tangga lainnya. Sedangkan Polutan
anorganik yang sering dijumpai di perairan misalnya logam berat Cd (Kadmium), Pb
(Timbal), Hg (Merkuri), As (Arsen), Zn (Seng), Cu (Tembaga), Ni (Nikel), dan Cr

Universitas Sumatera Utara

(Krom). Polutan logam berat tersebut sangat berbahaya apabila mencemari perairan,
karena bersifat toksik,karsinogenik, bioakmulatif, dan biomagnifikasi ( Kosnett 2007,
Plaa 2007, Wardhana 2004). Kadmium, Timbal, Merkuri merupakan logam berat
yang sangat toksik di bandingkan logam berat lainnya.
Salah satu logam yang bersifat toksik adalah kadmium (Cd). Logam ini
merupakan salah satu limbah industri yang beracun dan berbahaya bagi kehidupan
organisme perairan. Limbah Cd ini berasal dari beberapa sumber antara lain
pertambangan dan industri, Cd dipakai sebagai komponen pelapis atau pencampur
logam, patri aluminium, pembuatan klise, amalgama dalam kedokteran gigi,
pemrosesan foto berwarna, pewarna porselin, industri gelas, industri keramik, sebagai
foto konduktor, sebagai foto elektrik, sebagai bahan pencampur pigmen, sebagai
bahan campuran pupuk fospat, sabun,tekstil, kertas, karet, tinta cetak, kembang api
dan lainnya (Berman dalam Dewi 2004).

Pencemaran logam berat Cd pernah terjadi di Toyama Jepang. Peristiwa ini
mengakibatkan penduduk menderita penyakit Itai-itai (Ouch-ouch), yakni tulang
mengalami pelunakan, kemudian tulang menjadi rapuh dan otot mengalami kontraksi
karena kehilangan sejumlah kalsium, serta menderita kelainan ginjal (Withghot and
Brennan 2007, Argawala 2006, Soemirat 2005). Peristiwa tersebut terjadi karena air
irigasi yang digunakan untuk mengairi tanaman padi di sawah tercemar Cd. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa air irigasi tersebut mengandung Cd yang berasal dari
penambangan Timah Hitam dan Biji seng yang ada di daerah hulu sungai Jint.
Akibatnya padi yang dipanen mengakumulasikan Cd. Penduduk mengkonsumsi padi

Universitas Sumatera Utara

tersebut selama bertahun-tahun, sehingga terjadi biomagnifikasi Cd pada tubuh
manusia. Padi mengakumulasi Cd sebanyak 1,6 mg/kg, namun melalui rantai
makanan kandungan Cd pada tubuh manusia menjadi 11,472 mg/kg (Miller
2007,Wardhana 2004,Kalassen 2001, Donatus 2001).
Beras merupakan makanan pokok bangsa Indonesia. Penelitian Suzuki,dkk
(1980) dan Roechan, dkk (1993) menemukan kandungan kadmium dalam beras di
Indonesia cukup tinggi yaitu 0.07-0.09 mg/hari/orang dan apabila di konsumsi secara
terus menerus dapat melebihi ambang batas yang ditetapkan oleh FAO-WHO (0.06

mg/hr/orang).
Pencemaran Cd di sawah juga dialami di Kabupaten Karanganyar Jawa
Tengah pada tahun 2004. Kadar Cd di sawah mencapai 0,21-0,40 mg/kg, sementara
ambang batas Cd di tanah 0,50 mg/kg (Supriharyono 2009). Kasus ini diduga karena
pabrik-pabrik yang ada di sekitar sawah membuang limbah Cd ke aliran irigasi yang
digunakan untuk mengairi sawah. Ada sekitar lima belas industri yang dicurigai
sebagai penyebab terjadinya pencemaran.
Kerugian akibat cemaran kadmium tidak hanya terjadi pada tanaman padi di
sawah yang tercemar, tetapi juga terhadap manusia dan hewan yang mengkonsumsi
tanaman atau padi tersebut, karena itu kadmium perlu diwaspadai (Soemarwoto,
2001). Apabila kadmium masuk ke dalam tubuh maka sebagian besar akan terkumpul
di dalam ginjal, hati, dan ada sebagian yang dikeluarkan lewat saluran pencernaan
(Slamet, 1996; USA Search, 1999). Hasil autopsi di USA menunjukkan bahwa
absorpsi kadmium dalam tubuh masyarakat umum secara rata-rata 30 mg, yang

Universitas Sumatera Utara

didistribusikan dalam ginjal 33 %, hati 14 %, paru-paru 2 %, dan pankreas 0,3 %,
sisanya diekskresikan melalui saluran urine (Clarke, dkk,1981). Tingkat akumulasi
kadmium tergantung pada jumlah dosis yang diberikan dan lama mengkonsumsi.

Kabupaten Musi Rawas merupakan salah satu lumbung padi di Provinsi
Sumatera Selatan. Luas sawah irigasi di Kabupaten Musi Rawas 13.777 Ha. Daerah
Irigasi Tugumulyo dengan total luas areal irigasi 10.163 Ha, dimana daerah
layanannya mencakup dan meliputi beberapa kecamatan di Kabupaten Musi Rawas
yaitu Kecamatan STL Ulu, Kecamatan Muara Beliti, Kecamatan Tugumulyo,
Kecamatan Megang Sakti dan Kecamatan Purwodadi. Air irigasi di daerah ini banyak
dipergunakan untuk kepentingan pertanian dan perikanan.
Irigasi Tugumulyo memiliki debit rata-rata 1,55 m/det, dan pada tahun 2011
Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Musi Rawas melakukan pemantauan kualitas
air irigasi Tugumulyo dengan pengambilan sampel air pada dua titik lokasi yaitu
Kecamatan Tugumulyo (Desa D Tegal rejo dan Desa Mataram) dan Kecamatan
Purwodadi (Perbatasan U1 Pager Sari). Hasil penentuan status mutu air irigasi
Tugumulyo adalah daerah hulu parameter air yang perlu mendapat perhatian salah
satunya adalah kandungan kadmium sebesar 0,012 mg/l , untuk daerah daerah tengah
kandungan kadmium sebesar 0,016 mg/l dan daerah Hulu kandungan kadmium
sebesar 0,034 mg/l. Hasil ini melebihi kriteria Mutu Air Kelas III sesuai dengan
Peraturan Gubernur Sumatera Selatan No. 16 tahun 2005 tentang Baku mutu
lingkungan kualitas air sungai.

Universitas Sumatera Utara


Faktor yang diduga merupakan penyebab pencemaran Cd pada air irigasi
Tugumulyo Kabupaten Musi Rawas adalah banyaknya penggunaan garam tembaga
dalam persawahan, misalnya sebagai fungisida yang mengandung kadmium klorid
untuk membasmi jamur pada padi dan penggunaan pupuk fospat, yaitu pupuk Tripel
Super Phospat (TSP) dan Pupuk Super Phospat-36 ( SP-36) untuk tananam padi di
persawahan yang terbawa ke air irigasi. Pupuk TSP terbuat dari bahan tambang
batuan fosfat yang mengandung fosfor dan unsur-unsur lain, seperti logam kadmium
(Cd). Kadar logam kadmium (Cd) dalam pupuk TSP yaitu antara 1-170 mg/kg
(Roechan, 1982). Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin lama
pemakaian pupuk fospat akan menaikkan konsentrasi kadmium di atas permukaan
tanah (Darmono,2001).
Pencemaran akibat pupuk yang diaplikasikan di sawah beririgasi sebahagian
besar menyebar di dalam air pengairan, terus ke sungai, dan akhirnya ke laut.
Memang di dalam air terjadi pengenceran, sebahagian ada yang terurai dan
sebahagian lagi tetap persisten meskipun konsentrasinya mengecil, tetapi masih tetap
mengandung resiko mencemarkan lingkungan. Sebagian besar pupuk yang jatuh ke
tanah yang dituju akan terbawa oleh air irigasi (Nailatus, 2012).
Kadmium terdapat dalam bahan baku pupuk P


(anorganik) dengan

kandungan sekitar 2-200 mg Cd per Kg (Vlamis et al.,1985 dalam Srivastava dan
Gupta 1996). Kisaran Cd dalam superfosfat tripel (TSP) yang dibuat di pabrik dari
bijih yang berasal dari sebelah Barat sebesar 50-200µg Cd/g (Mulla et al, 1980).

Universitas Sumatera Utara

Adanya logam timbal (Pb), tembaga (Cu), dan kadmium (Cd) didalam tanah
dapat diserap oleh tanaman sehingga jumlah logam-logam berat tersebut akan
terakumulasi dalam tanaman selama pertumbuhan ( Sunarto, 1992).

1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas penulis ingin mengetahui Pengaruh
karakteristik penduduk ( lama konsumsi beras, lama tinggal, dan jenis kelamin ) dan
kadar kadmium dalam beras terhadap kadar kadmium urine penduduk di Kabupaten
Musi Rawas.

1.3. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui Pengaruh karakteristik penduduk (lama konsumsi beras,

lama tinggal, dan jenis kelamin ) dan kadar kadmium dalam beras terhadap kadar
kadmium urine penduduk di Kabupaten Musi Rawas.

1.4. Hipotesis
1.

Ada Pengaruh lama konsumsi beras terhadap kadar kadmium urine penduduk di
Kabupaten Musi Rawas.

2.

Ada Pengaruh lama tinggal terhadap kadar kadmium urine penduduk di
Kabupaten Musi Rawas.

3.

Ada Pengaruh jenis kelamin

terhadap kadar kadmium urine penduduk di


Kabupaten Musi Rawas.

Universitas Sumatera Utara

4.

Ada Pengaruh kadar kadmium dalam beras terhadap kadar kadmium urine
penduduk di Kabupaten Musi Rawas

1.5. Manfaat Penelitian
1.

Sebagai informasi pencemaran kadmium (Cd) pada air Irigasi di sekitar
persawahan di Kabupaten Musi Rawas.

2.

Sebagai informasi pencemaran kadmium (Cd) dalam beras yang berasal dari air
Irigasi di sekitar persawahan di Kabupaten Musi Rawas.


3.

Sebagai informasi kepada masyarakat di Kabupaten Musi Rawas yang
mengkonsumsi beras hasil sawah irigasi Tugumulyo untuk kebutuhan pangan
sehari -hari.

Universitas Sumatera Utara