Studi Komparatif Sistem Pengembangan Sapi Bali di Luar dan di Dalam Kawasan Peternakan Terpadu di Kecamatan Linge Kabupaten Aceh Tengah

PENDAHULUIAN
Latar Belakang
Semakin meningkatnya jumlah penduduk di Indonesia berdampak pada peningkatan
kebutuhan protein yang berasal dari ternak, semakin meningkatnya permintaan daging maka
akan semakin meningkatkan pengembangan disektor peternakan. Lebih lanjut dijelaskan
bahwa permintaan telur dan daging ayam dalam negeri saat ini telah dapat dipenuhi oleh
produksi lokal, akan tetapi daging sapi masih memerlukan pasokan dari luar negeri. Berbagai
usaha pembangunan peternakan telah diupayakan oleh pemerintah sampai kepelosok daerah
namun masih terdapat kekurangan produksi yang akan mensuplai kebutuhan protein hewani
(Rahmat , 2000).
Kabupaten Aceh Tengah merupakan salah satu Kabupaten yang terletak di Provinsi
Aceh yang memiliki jumlah penduduk yang lebih dari 300.000 jiwa, merupakan pasar yang
menjanjikan dibidang peternakan, peternakan merupakan sub sektor pertanian yang menjadi
salah satu preoritas pembangunan ekonomi di Kabupaten Aceh Tengah, terkait dengan
peranannya terhadap peningkatan ketahanan pangan hewani dan pemberdayaan ekonomi
masyarakat pedesaan serta mengacu perkembangan wilayah. Setiap tahunnya sektor
peternakan mengalami peningkatan yang sangat siknifikan, jumlah ternak sapi mencapai
4.561 ekor, sapi perah 2 ekor, dan kerbau sebanyak 15.654, menurut data tahun 2011 jumlah
ternak sapi sebanyak 6.203 ekor, sapi perah 3 ekor, dan kerbau sebanyak 23.423 ekor (Dinas
Peternakan, 2005)
Kawasan peternakan terpadu dibentuk pada tahun 2005 berada di Kecamatan Linge dan

seluruh pengelolaanya di jalankan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Tenggah sebagai
kawasan peternakan. Mendukung hal tersebut Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Tengah
memberikan anggaran secara bertahap disebabkan anggarannya begitu besar mencapai
puluhan milyar, sesuai pendataan awal pada kawasan peternakan penyaluran ternak mencapai
1.214 ekor sapi untuk 100 kepala keluarga. Adapun fasilitas yang diberikan Pemerintah
Daerah diantaranya, pengembangan fisik, pakan ternak, jatah hidup yang diberikan
Pemerintah Daerah terhadap peternak sejumlah Rp 750.000/bulan, serta fasilitas yang
mendukung dalam pengembangan peternakan diberikan diantaranya perumahan 1 unit/ KK,
lahan seluas 2 Ha dan pembekalan beternak. Fasilitas yang diberikan tidak berkolerasi positif
terhadap peningkatan jumlah ternak yang ada di dalam Kawasan Peternakan Terpadu.
Melalui Keputusan Bupati Aceh Tengah Nomor 119 tahun 2004 tentang penetapan
lokasi pengembangan Kawasan Peternakan Terpadu di Kecamatan Linge Kabupaten Aceh

Universitas Sumatera Utara

Tengah. Kecamatan Linge merupakan salah satu kawasan pengembangan peternakan di Aceh
Tengah dengan penetapan lokasi perencanaan di Kawasan Peternakan dengan Luas 650 Ha.
Sementara di luar Kawasan Peternakan Terpadu, lahan dalam pengembangan peternakan tidak
diberikan oleh pemerintah melainkan hanya mengandalkan lahan kosong dan hutan
perbukitan.

Pola pengembangan yang dilaksanakan adalah dengan sistem mini Ranch dan Kreman
(Penggemukan). Lahan yang dikembangkan seluas 200 Ha diperuntukkan pada 100 kepala
keluarga. Masing-masing kepala keluarga diberi 2 Ha lahan dimana dalam lahan tersebut
dibangun tempat tinggal, bak penampung air, pagar, kandang, lahan penanaman pakan ternak
dan lahan pengembalaan, sedangkan peternak di luar Kawasan Peternakan Terpadu hanya
mengandalkan alam dalam pengembangan ternaknya yaitu hutan sebagai lahan pengembalaan
dan pola pengembangannya dengan sistem tradisional yang merupakan pemahaman secara
turun temurun dalam pengembangan ternak.
Kawasan Peternaka Terpadu merupakan lokasi yang baik untuk pengembangan sapi
bali, memiliki ketinggian 500-700 m diatas permukaan laut dengan curah hujan rata-rata
1500-2000 mm3 pertahun. Topografi lahan di lokasi kawasan ini bergelombang dan berbukit
landai, sehingga secara teknis cocok untuk pengembangan sapi bali. Kawasan Peternakan
Terpadu telah berjalan selama 7 tahun. Pengadaan ternak sapi dimulai dari tahun 2005 hingga
tahun anggaran 2009 dari APBN, APBA dan APBD. Ternak yang diberikan kepada
masyarakat sebanyak 16 ekor dengan pertimbangan teknis dari Dinas Peternakan dan
Perikanan Kabupaten Aceh Tengah dan UPTD, ukuran sapi yang diberikan berkisar 18-24
bulan. Sama halnya dengan peternak yang diluar kawasan peternakan terpadu ukuran sapi
yang mulai dipelihara dengan rataan umur berkisar 18-24 bulan, sedangkan Penambahan
ternak ini tersebar di 30 Kepala Keluarga (KK). Secara matematis bahwa dapat dikatakan dari
100 KK peternak telah berhasil mengembangkan sapi yang diberikan yaitu sebesar 30 %,

akan tetapi sapi bali di kawasan peternakan terpadu di Kecamatan Linge memiliki laju
kematian yang termasuk tinggi.
Selain di kawasan peternakan terpadu Dinas Peternakan Kabupaten Aceh Tengah
membina peternak yang berada di luar kawasan, namun yang membedakan keduanya ialah
peternak yang diluar kawasan peternakan terpadu tidak diberikan fasilitas yang mendukung
dalam pengembangan usaha peternakan diantaranya tidak diberi lahan hijauan, rumah, gaji,
tenaga teknis, dan bibit hijauan disini peternak hanya mengandalkan fasilitas yang ada dan
pengalaman dalam menjalankan pengembangan usaha.

Universitas Sumatera Utara

Rumusan Masalah
Dalam upaya pengembangan sapi bali di kawasan peternakan terpadu yang telah di
programkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Tengah, yang dilihat masih kurang
baik maka perlu adanya perbandingan antara peternak sapi bali yang berada di luar kawasan
peternakan terpadu.
Sehubungan dengan hal tersebut maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
a.


Bagaimana perbedaan peningkatan populasi ternak sapi bali di luar dan di dalam
kawasanan Peternakan Terpadu di Kecamatan Linge Kabupaten Aceh Tengah.

b.

Variabel apa saja yang mempengaruhi penambahan populasi sapi bali di luar dan di
dalam Kawasan Peternakan Terpadu di Kecamatan Linge Kabupaten Aceh Tengah.

c.

Bagaimana strategi pengembangan sapi bali di luar dan di dalam Kawasan Peternakan
Terpadu di Kecamatan Linge Kabupaten Aceh Tengah.

Hipotesis
a.

Kawasan peternakan terpadu lebih tinggi penambahan populasinya dibandingkan
dengan di luar Kawasan Peternakan.

b.


Kawasan peternakan terpadu lebih banyak variabel yang mempengaruhi penambahan
populasinya dibandingkan dengan di luar kawasan peternakan terpadu.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui fakto-faktor apa saja yang
menyebabkan lambatnya penambahan populasi sapi di dalam kawasan peternakan terpadu
serta membandingkan dengan di luar kawasan peternakan dengan melihat perkembangan
ternak diantaranya :
a.

Mengetahui perbedaan penambahan populasi sapi bali di luar dan di dalam Kawasan
Peternakan Terpadu di Kecamatan Linge Kabupaten Aceh Tengah.

b.

Menganalisis Variabel apa saja yang mempengaruhi penambahan populasi di luar dan di
dalam Kawasan Peternakan Terpadu di Kecamatan Linge Kabupaten Aceh Tengah.

c.


Mengetahui strategi pengembangan usaha sapi bali di luar dan di dalam Kawasan
Peternakan Terpadu di Kecamatan Linge Kabupaten Aceh Tengah.

Universitas Sumatera Utara

Manfaat Penelitian
a.

Pemerintah : Agar pemerintah dapat menentukan kebijakan-kebijakan yang berpihak
terhadap peternak, sehingga kesejahteraan peternak akan dapat ditingkatkan.

b.

Peternak :Agar peternak mampumengevaluasi program yang dibuat Pemerintah Daerah
dalam usaha peternakan sehingga program tersebut dapat terlaksana sesuai harapan.

c.

Akademisi : Dengan adanya penelitian ini maka kalangan akademisi dapat berperan

aktif pada program pemerintah daerah ini dengan cara memberi masukan dan sebagai
referensi lebih lanjut bagi pengembangan usaha peternakan sapi bali.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kawasan peternakan terpadu dan di luar kawasan
peternakan terpadu di Kecamatan Linge Kebupaten Aceh Tengah Provinsi Aceh. Lokasi
penelitian ditingkat Kecamatan yang merupakan basis pengembangan dan usaha
penggemukan sapi bali yang melibatkan 30 kepala keluarga yang merupakan peternak di
dalam kawasan dan 30 kepala keluarga yang merupakan peternak yang berada di luar
kawasan.

Universitas Sumatera Utara