Dampak Program Pengembangan Sapi Bali Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Di Desa Ketapang Kecamatan Linge Kabupaten Aceh Tengah

(1)

1 skripsi

DAMPAK PROGRAM PENGEMBANGAN SAPI BALI

TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI

MASYARAKAT DI DESA KETAPANG KECAMATAN LINGE

KABUPATEN ACEH TENGAH

Oleh

I l h a m S a p t a

040902002

Departemen ilmu kesejahteraan sosial

Fakultas ilmu sosial dan ilmu politik

Universitas sumatera utara


(2)

2 ABSTRAK

Impact of Bali Cattle Development Program Against The Socio Economic Community in Village Ketapang District Linge District Central Aceh

(This thesis consists of 6 chapters, one chart and 46 tables and 89 pages) Nama : Ilham Sapta

Nim : 040902002

Ketapang integrated development is one where livestock development project, where the material is bali cattle breeding. The program handed out evenly to communities that have been captured in advance from all districts in the entire district Central Aceh. The existence of this program will certainly affect the economic social life for the community beneficiaries, either directly or indirectly. This program has been underway since 2006 in the district Linge Central aceh. 3 years has this program running but still inviting signs Question of changes social economic in life of the community. Does this program run with a good mechanism and consistent with the welfare method contained in Act No. 11 of 2009 which is the fulfillment of material needs, spiritual, economic and social citizens to live independently and be able life good, so walking of social function properly. The purpose of this research is to know how much these programs have an impact on improving the economic social life of rural communities in sub district ketapan district Linge Central Aceh.

This study uses statistical analysis methods with the t-test for two samples of the comparative test the average community in pairs between the before and after of development programs in rural districts ketapan aceh Linge district center. The sample in the study were all heads of households, amounting 100KK. While for the data collection technique used observation techniques, interviews, and questionnaires. For the analysis of data in this study presents data by processing the results of t test and research diskrif as it is with the tabulation of data obtained from respondents through the questionnaire.

Based on research results using statistical analysis of test-t is known that there are no significant changes in the community development program beneficiaries in the village of Bali cattle ketapan. Changes Visible only on the amount of income equal to the community. Therefore it needs more attention from governments and other related elements in the economic social improvement of society. Seningga program was not impressed and only half-hearted masyarakatpun social functions can work well.


(3)

3

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah. Swt. Karena berkat kehendaknyalah penulis dapat merampungkan skripsi ini.

Penulisan skripsi ini merupakan mata kuliah sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada fakultas ilmu social dan ilmu politik, Universitas sumatera utara.

Dalam kesempatan ini penulis ingin memberikan ucapan terima kasih pihak yang telah membantu baik dalam selama penelitian maupun dalam merampungkannya hingga berbentuk tulisan skripsi. Dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution. MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu sosial dan Ilmu Politik USU Medan.

2. Bapak Drs. Matias Siagian. MSi, selaku ketua Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial serta sekaligus sebagai dosen wali penulis, yang telah banyak memberikan konsultasi serta petunjuk selama melakukan perkuliahan maupun dalam penyelesaian karya ilmiah ini.

3. Bapak Agus Suriadi selaku dosen pembimbing, dengan sangat sabar mendidik penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.

4. Seluruh staf edukatif maupun administrative FISIP USU.

5. Selurh pegawai dan staf lapangan dinas peternakan Kabupaten Aceh Tengah yang telah banyak menbantu dalam pengumpulan data penelitian ini.

6. Seluruh responden yang telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan informasi tulisan maupun secara lisan kepada penulis sehingga skripsi dapat rampung.


(4)

4 7. Sembah sujut penulis yang tak hingga kepada kedua orang tuaku, Bapak(Aman Nusrawati) dan Ibu( Inen Nusrawati), karena perjuangan merekalah penulis bias sampai seperti saat sekarang ini hingga memperoleh gelar sarjana. Terima kasih Bapak dan Inengku. Sembah sujut dari anakamu.

8. Terima kasih kepada Dr. Sukiman MA,S.Ag. beserta keluarga dan Dr. Sukri MA, S.Ag beserta keluarga atas bimbingannya dan arahan dalam penyelesaian skripsi ini

9. Kepada Abang dan Kakakku. Atas dukungannya selama ini. Dan terima kasih juga kepada keluarga besar “Empun Hadis” serta keluarga besar “Empun Bayu” dukungannya sangat berarti bagiku.

10. Untuk rekan-rekan seperjuangan dan senior serta junior ku di Departemen Kesejahteraan Sosial. Terima kasih dorongannya.

11. Buat my Band KESSOS Anggi, Veno, n rubel, kapan lagi bisa tampil lagi.

12. Untuk temanku, ojan senye, Alfian HM, Wein sagi, ilham cik, adek Nazir, puan, bekar, serta pondok indah gg. Pisang keluarga, yang telah setia menemani penulis selama penulisan.

13. Buat semua kawan-kawan beserta alumni IMTA, atas sumbangsih saran maupun bantuannya selama ini.

14. Teruntuk teman-temanku, Lakun sidik, Hildan, Cik item, Bang nahwa, Niko, Bang Ay, sukur, pedet, Alfi, ijan, dan keluarga kost 31 D. Terima kasih banyak buat semuanya

15. Serta pihak yang telah banyak membantu yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Akhir kata penulis sangat menyadari masih banyak kekurangan baik secara penulisan maupun metode penelitian dalam tulisan ini, dengan segala kerendahan hati penulis


(5)

5 mengharapkan segala kritik dan saran guna menunjang pendidikan kearah lebih baik khususunya bagi penulis sendiri.

Akhirul kalam semoga tulisan ini dapat berguna untuk kita semua pada umumnya dan penulis khususnya

Medan, maret 2010 Penulis


(6)

6

DAFTAR ISI

1

ABSTRAK ... I KATA PENGANTAR ... II DAFTAR ISI ... V DAFTAR BAGAN ... VII DAFTAR TABEL ... V

BAB I ... 1

PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah... 7

1.3 Tujuan Dan Manfaat Penelitian... 8

1.3.1 Tujuan Penelitian ... 8

1.3.2 Manfaat Penelitian ... 8

1.4 Sistematika Penelitian ... 9

BAB II... 11

TINJAUAN PUSTAKA ... 11

2.1 Pengembangan Masyarakat ... 11

2.2 Metodelogi pengembangan masyarakat ... 12

2.3 Pemberdayaan ... 13

2.4 Kehidupan Sosial Ekonomi ... 14

2.4.1 Defenisi Ekonomi ... 14

2.4.2 Defenisi Sosial ... 15

2.4.3 Status Sosial Ekonomi ... 15

2.5 Mayarakat ... 16

2.6 Kesejahteraan ... 17

2.7 Peternakan ... 17

2.8 Definisi Konsep dan Definisi Operasional ... 19


(7)

7

2.8.2 Definisi oprasional ... 19

2.9 Kerangka pemikiran. ... 20

BAB III ... 23

METODE PENELITIAN... 23

3.1 Tipe Penelitian... 23

3.2 Lokasi Penelitian ... 25

3.3 Populasi dan Sampel ... 25

3.4 Teknik pengumpulan data ... 26

3.5 Teknik Analisa Data ... 27

BAB IV ... 28

PEMBAHASAN ... 28

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 28

BAB V... 34

ANALISIS DATA... 34

5.1 Dampak Pengembangan Sapi Bali Terhadap Aspek Sosial ...34

5.1.1 Partisipasi Sosial ... 34

5.1.2 Pembelajaran Agama ... 40

5.2 Dampak Program Pengembangan Sapi Bali Terhadap Aspek Ekonomi 46 5.2.1 Sandang... 46

5.2.2 Pangan... 51

5.2.3 Perumahan ... 62

5.2.4 Pendidikan ... 70

5.2.5 Pendapatan ... 74

5.2.6 Kesehatan... 80

BAB VI ... 85

KESIMPULAN dan SARAN ... 85

6.1 KESIMPULAN ... 85


(8)

2 ABSTRAK

Impact of Bali Cattle Development Program Against The Socio Economic Community in Village Ketapang District Linge District Central Aceh

(This thesis consists of 6 chapters, one chart and 46 tables and 89 pages) Nama : Ilham Sapta

Nim : 040902002

Ketapang integrated development is one where livestock development project, where the material is bali cattle breeding. The program handed out evenly to communities that have been captured in advance from all districts in the entire district Central Aceh. The existence of this program will certainly affect the economic social life for the community beneficiaries, either directly or indirectly. This program has been underway since 2006 in the district Linge Central aceh. 3 years has this program running but still inviting signs Question of changes social economic in life of the community. Does this program run with a good mechanism and consistent with the welfare method contained in Act No. 11 of 2009 which is the fulfillment of material needs, spiritual, economic and social citizens to live independently and be able life good, so walking of social function properly. The purpose of this research is to know how much these programs have an impact on improving the economic social life of rural communities in sub district ketapan district Linge Central Aceh.

This study uses statistical analysis methods with the t-test for two samples of the comparative test the average community in pairs between the before and after of development programs in rural districts ketapan aceh Linge district center. The sample in the study were all heads of households, amounting 100KK. While for the data collection technique used observation techniques, interviews, and questionnaires. For the analysis of data in this study presents data by processing the results of t test and research diskrif as it is with the tabulation of data obtained from respondents through the questionnaire.

Based on research results using statistical analysis of test-t is known that there are no significant changes in the community development program beneficiaries in the village of Bali cattle ketapan. Changes Visible only on the amount of income equal to the community. Therefore it needs more attention from governments and other related elements in the economic social improvement of society. Seningga program was not impressed and only half-hearted masyarakatpun social functions can work well.


(9)

8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Selama tahun 2004, Indonesia tetap saja mengimpor daging sapi dan susu.

masing-masing sebesar 35 persen dan 70 persen dari kebutuhannya. Hal ini di

sebabkan oleh pertambahan penduduk, namun tingkat produktifitas beberapa

komoditas penting seperti peternakan sangat rendah. Rendahnya pemahaman

masyarakat tentang teknologi peternakan juga menjadi salah satu faktor

rendahnya produksi peternakan.

Selama lebih dari setengah abad terakhir, usaha peternakan di tanah air

masih di dominasi oleh peternakan rakyat yang umumnya terintegrasi dengan

usaha tani lainya. Artinya usaha peternakan hanya dilakukan sebagai usaha

sambilan di samping bertani. Pada tingkatan yang sedikit lebih tinggi, peternakan

juga di jadikan sebagai cabang usaha (farm enterprises) yang merupakan ciri

umum dari usaha peternakan di asia tenggara, tetapi masih di usahakan dalam

skala kecil (mosher dan verendra dalam hadiannto, sodality 2008: 321).

Skala kecil yang di masudkan di sini adalah menurut lukfar &Presten

dalam hadianto(2007: 321) menuliskan :

1. Berkesinambungan karena di dukung sumber daya lokal yang dapat di

perbaharui

2. Terjadi pendaur ulangan limbah untuk sistem pertanian campuran yang

terintegrasi

3. Biaya pakan rendah


(10)

9

5. Biaya produksi rendah dan di manfaatkan sebagai tabungan

Pertumbuhan penduduk , urbanisasi, peningkatan pendapatan akan

berpengaruh pada peningkatan permintaan bahan pangan asal hewani, di

ramalakan laju pertumbuhan permintaan ternak dan hasil akan meningkat lebih

pesat. (Speedy 1999. delgudo et, al, 1999).

Indonesia impor sekitar 30 sampai 70% dari jumlah konsumsi nasional

(Dwiyanto. Dkk 2006) dalam sayed (208; 237). Peningkatan produksi yang

berorientasi ekonomi, kinerja usaha peternakan sangat di tentukan oleh peran

peternak yang optimal di tentukan oleh potensi internal peternak dan juga

pengaruh lingkkungan eksternal (Ditjennak , 2003).

Peran dan prospek peternakan ke depan tetap memiliki peranan sosial dan

ekonomi yang cukup signifikan walaupun dengan laju pertumbuhan kinerja yang

melambat pada tahun 2009. Hal ini terjadi karena pertumbuhan perekonomian

Indonesia pada tahun 2009 diperkirakan akan melambat yang diakibatkan oleh

adanya krisis finansial global dan tetap tingginya harga minyak dan pangan.

Masalah besar yang dihadapi terkait dengan krisis pangan, energi dan keuangan

global (global food, feed, fuel and financial crisis) atau yang sering disebut 4F.

Berbagai kebijakan pemerintahpun dikeluarkan guna menunjang ekonomi

masyarakat. Salah satunya dengan memberikan kebebesan bagi daerah tertentu

untuk mengembangkan komoditi dari daerah itu sendiri.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,

telah memberikan kesempatan yang lebih luas kepada pemerintah di tingkat lokal


(11)

10

demikian terbuka peluang bagi warga untuk turut serta berpartisipasi dalam proses

pembangunan yang dituangkan kedalam program-program pengembangan

masyarakat. Beranjak dari UU ini pemerintah daerah Tingkat I mengambil

peranan tersendiri dengan memperhatikan kemampuan daerah untuk berproduksi

guna peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.

Aceh Tengah yang merupakan salah satu kabupaten yang terletak di

Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, merupakan kabupaten yang menerapkan

peternakan dengan Pengembangan Sapi Bali. program ini merupakan suatu

pengembangan dan bentuk pemberdayaan terhadap masyarakat di bawah kendali

pemerintah daerah di bidang peternakan yang bertujan untuk memajukan

kehidupan sosial ekonomi masyarakat. Program ini di buat dengan membuat satu

lahan khusus dengan materi Pengembangan Sapi Bali.

Sapi Bali merupakan hewan ternak yang mempunyai prospek yang sangat

tinggi bila dapat di kembangkan dengan baik. Ini dapat dilihat dari perawatan

yang tidak begitu memberatkan serta jangka waktu produksi yang lebih singkat.

Hal ini sangat menguntungkan bagi masyarakat dan juga menjadi suatu motivasi

dalam rangka peningkatan kehidupan sosial ekonomi masyarakat.

Meskipun program ini untuk mensejahteraan masyarakat, tidak akan

menutup kemungkinan berbagai kendala yang dapat merugikan masyarakat serta

ketidak berfihakan pada masyarakat. Baik secara mekanisme maupun teknisnya di

lapangan.

Operasional pengembangan peternakan sapi Bali di kawasan Ketapang


(12)

11

kecamatan yang ada di Aceh Tengah sebelum ditempatkan di Ketapang terlebih

dahulu harus melalui seleksi. Calon peternak yang telah melalui seleksi

masing-masing memperoleh bantuan ternak sebanyak 15 ekor, bantuan jatah hidup

(Jadup), rumah dan lahan pengembangan ternak seluas 1 hektar.

Hingga kini masing-masing peternak telah memiliki berkisar antara 10

sampai 12 ekor anakan sapi. Sementara jumlah anakan sapi dari seluruh induk

sapi yang diberikan kepada peternak kini telah tercatat sebanyak 174 ekor. Bupati

mengakui pemberian sapi masing-masing peternak belum sepenuhnya 15 ekor.

Namun tahun 2009 Pemerintah akan kembali menambah jumlah kekurangan

ternak kepada peternak di kawasan itu. Melihat keberhasilan pengembangan

ternak di wilayah Ketapang, belum lama ini Ketapang telah dinobatkan oleh

Menakertrans, Dr. Ir. Erman Suparno, M. Si sebagai Kampung Terpadu Mandiri

(KTM) Nusantara. (www.arigayo.com di akses pada tanggal 20 juli 2009 pukul

20:00 Wib)

Desa ketapang sendiri awalnya hanyalah desa yang tidak produktif baik

sektor pertanian maupun sektor perkebunan dan kehutanan. Areal ini merupakan

lahan kosong akan kegiatan pertanian yang hanya ditumbuhi oleh tananman

rumput ilalang serta deretan pohon vinus yang belum layak produksi. Atas dasar

itulah maka kepala daerah Aceh Tengah menunjuk lokasi ini sebagai desa Projek

Pengembangan Sapi Bali. Dapat di katakan desa ini baru terbentuk setelah realisai

program ini.

Kawasan Peternakan Terpadu Ketapang merupakan ide visioner sebut DR.


(13)

12

Ketapang tahun lalu. Prof. Soemitro dari FKH UGM Yogyakarta menyebutnya

Gayo Great Farm (GGF) pada awal tahun 2007 lalu.

pada tanggal 7 juli 2009 pukul 21:23 Wib)..

Keinginan masyarakat untuk mengembangkan sapi bali ini ternyata

mendapat perhatian yang besar dari pemerintah daerah Aceh tengah. Hal ini dapat

dilihat dari peran pemerintah dengan pengadaaan lahan peternakan serta

memberikan bantuan hewan perternakan berupa sapi bali kepada masing-masing

kepala rumah tangga untuk dikembangkan dengan sebaik mungkin.

Kini 100 KK telah ditempatkan sebagai peternak dan telah diberi ternak 15

ekor per KK, sampai tahun 2007, 790-an ekor sapi Bali telah didistibusikan

kesana sejak tahun 2005 dari berbagai sumber baik pusat, provinsi maupun APBK

Aceh Tengah. Itu artinya peran pemerintahan dalam pengembangan program ini

sangat besar dengan memberikan beberapa bantuan disamping bantuan dari

program itu sendiri. Selain beternak, masyarakat yang telah mendapat bantuan

sapi dan rumah sederhana juga menggarap lahan untuk berbagai jenis tanaman,

seperti sayur-mayur dan buah-buahan. Ketapang akan berkembang menjadi

kawasan pertumbuhan ekonomi baru di dataran tinggi “Tanah Gayo” atau wilayah

yang berjarak sekitar 300 kilometer dari ibukota Provinsi NAD, Banda Aceh itu.

Masyarakat Aceh Tengah, suku Gayo pada khususnya sebenarnya telah

lama mengenal peternakan. Namun sistem peternakan yang dilakukan oleh

masyarakat gayo adalah dengan cara tradisional. Pada masyarakat gayo cara

beternak ini disebut dengan istilah peruweren(kandang yang khusus di gunakan


(14)

13

masyarkat gayo dengan menggembalakan hewan ternaknya ditenggah hutan dan

jauh dari pemukiman masyarakat. Ada beberapa titik Peruweren yang terdapat di

gayo yang rata-rata dapat ditempuh dengan 2-3 hari perjalanan kaki. Masyarakat

gayo sudah terbiasa dengan perjalan kaki yang sedemikian. Selain jumlah hewan

ternak yang bisa mencapai ratusan jumlahnya sangat tidak memunkinkan apabila

di angkut dengan alat transfortasi modern. Hal ini juga akan mempengaruhi biaya

produksi yang sangat besar. Oleh karena ini tentu akan tidak sepadan dengan

biaya produksi peternakan.

Sistem ini dilakukan masyarakat gayo pada saat masyarakat sedang dalam

bercocok tanam atau musim pertanian. Pertanian yang dimaksud di sini adalah

padi. Peternakan yang telah di gembalakan ke tengah hutan (peruweren) biasanya

dibiarkan saja lepas mencari makan sendiri dengan begitu saja dan akan di ambil

kembali setelah musim panen padi. Bagi pemilik ternak melepaskan ternak seperti

yang telah di terangkan di atas sudah menjadi hal yang biasa. Dengan jumlah

ternak yang mencapai ratusan ekor hewan ternak bukan menjadi suatu kesulitan

bagi peternak untuk mengenali ternaknya dengan baik.

Masyarakat Gayo melakukan peternakan semata-mata bukanlah sebagai

pemenuhan kebutuhan sehari-hari atau kebutuhan skunder, akan tetapi lebih

kepada keutuhan primer. Karena untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari

masyarakat lebih mengandalakan dari hasil pertanian dan perikanan (bagi

masyarakat di seputaran Danau Laut Tawar).

Sama halnya dengan kenyataan di atas, melihat itu semua


(15)

14

harta, dan karenanya menggambarkan kekayaan, status sosial dan pengaruh pada

masyarakat.

Perbedaan antara dua system ini tentu akan sangat berpengaruh terhadap

masyarakat penerima bantuan program yang diberikan oleh pemerintah daerah.

Perlu adanya suatu adaptasi bagi masyarakat dalam sistem program ini. Hal ini

tergantung dari bagaimana pihak terkait dalam hal ini pemerintah dan instansi

lainya mengenalkan bagaimana menjalankan mekanisme program ini. Pentingnya

memberikan pelatihan kepada masyarakat dirasakan juga sangat di perlukan guna

melatih kemampuan unuk mencapai hasil dengan maksimal.

Beranjak dari pemamparan di atas penulis merasa perlu melakukan kajian

secara akademis dalam hal kajian kesejahteraan sebagai mana kapasitas penulis

sebagai mahasisiwa kesejahteraan sosial. Untuk itu, penulis merasa tertarik untuk

meneliti seberapa besar pelaksanaan program ini berpengaruh terhadap kehidupan

sosial ekonomi masyarakat penerima bantuan yang di tuangkan dalam tulisan

yang berbentuk Skripsi dengan judul “Dampak Program Pengembangan Sapi

Bali terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat di Desa Ketapang Kecamatan Linge Kabupaten Aceh Tengah”.

1.2 Perumusan Masalah

Menurut M. Nazir (1983 : 111) perumusan masalah merupakan langkah

yang penting karena langkah ini akan menentukan kemana suatu penelitian

diarahkan. Perumusan masalah perlu jelas dan tegas sehingga proses penelitian

benar-benar tearah dan terfokus pada permasalahan yang jelas. Adapun


(16)

15

- Bagaimana dampak program pengembangan Sapi Bali baik secara sosial

mupun ekonomi terhadap masyarakat desa ketapang kecamatan linge

kabupaten aceh tengah. Dampak sosial yang di maksud meliputi partisipasi

masyarakat terhadap program pengembangan, kesehatan, dan keamanan

lingkungan. Sedangkan dampak ekonomi meliputi pekerjaan, penghasilan.

1.3 Tujuan Dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Adapun penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menggambarkan

Dampak Program Pengembangan Sapi Bali terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi

masyarakat di Desa Ketapang Kecamatan Linge Kabupaten Aceh Tengah.

1.3.2 Manfaat Penelitian

1. Hasil dari penelitian diharapkan dapat menjadi bahan perbandingan

terhadap perubahan kehidupan Sosial Ekonomi masyarakat kearah

peningkatan kesejahteraan masyarakat penerima bantuan peternakan.

2. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi instansi

terkait sehubungan peningkatan kesejahteraan masyarakat penerima

bantuan.

3. Penelitian ini di harapkan dapat menambah pengetahuhan bagi penulis

sendiri.

4. Penelitan ini juga sebagai salah satu mata kuliah wajib guna memenuhi


(17)

16

1.4 Sistematika Penelitian

Penelitian ini di sajikan dalam enam (6) bab dengan sistematikan sebagai

berikut :

BAB I : Pendahuluan

Bab ini berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah,

pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta

sistematika penulisan.

BAB II : Tinjauan Pustaka

Bab ini berisikan uraian dan konsep yang berkaitan dengan

masalah yang akan diteliti, kerangka penelitian, definisi konsep

dan definisi oprasional.

BAB III : Metodelogi Penelitian

Bab ini berisikan tipe penelitian, lokasi penelitian, Populasi dan

sampel, Teknik penelitian data, teknik analisis data.

BAB IV : Deskripsi Lokasi Penelitian

Bab ini berisikan tentang gamabaran umum mengenai dimana

lokasi penelitian dilakukan.

BAB V : Anasilis Data

Bab ini berisikan tentang uraian data dari hasil penelitian dan

analisinya


(18)

17

Bab ini merupakan bab yang berisikan kesimpulan dan saran yang


(19)

18

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengembangan Masyarakat

Definisi dari PBB. Community development adalah suatu proses dimana

usaha masyarakat bertemu dengan pemerintah untuk meningkatkan kondisi, baik

kondisi ekonomi, sosial dan budaya masyarakat.

Arthur Durkheim menyatakan, Community development adalah suatu

proses yang bertujuan untuk meningkatkan keadaan ekonomi dan sosial dengan

partisipasi aktif masyarakat.

Sementara itu Pierre, mengatakan menerangkan bahwa CD didasarkan atas

dua konsep yaitu:

a. CD sebagai teori dasar

b. CD sebagai pengalaman di lapangan

Irwin Sanders, mengatakan:

a. CD adalah merupakan program dan aktifitas atau kegiatan CO.

b. CD merupakan sebahagian dari pembangunan ekonomi masyarakat.

Jadi menurut sanders CD merupakan gabungan antara CO dan ED

(Ekonomic Development atau Pembangunan Ekonomi).

Unsur-unsur CD yang di ambil dari CO adalah masalah-masalah mengenai

kesejahteraan sosial dan pendidikan sosial bagi orang-orang dewasa

(adult-education) yang diberikan dalam bentuk Non-Formal. Sedangkan unsur-unsur


(20)

aspek-19

aspek kolektivitas untuk meningkatkan pengembangan tingkat pendapatan dimana

tujuan akhirnya adalah peningkatan kesejahteraan sosial.

Henri, mengatakan: Community Development adalah suatu proses untuk

menciptakan masyarakat yang sadar terhadap pembangunan dan menstimlir

aktivitas yang tujuannya untuk meningkatkan tanggung jawab pribadi terhadap

kesejahteraan masyarakat.

Ada pendapat yang mengatakan: Community development adalah suatu

proses dimana masyarakat mengadaptasi dirinya dengan perubahan dibantu

dengan lembaga pembangunan desa, dimana lembaga ini biasanya datang dari luar

yang tugasnya untuk mempercepat pembangunan.

Dipandang dari sudut politik pada umumnya CD merupakan pembangunan

di bidang politik misalnya kesadaran untuk berpartisipasi untuk mengambil

keputusan. Kesadaran untuk memimpin masyarakat maupun menjadi anggota

masyarakat yang baik, dan juga seperti misalnya partisipasi dalam pemerintahan.

2.2 Metodelogi pengembangan masyarakat

Pengembangan masyarakat (PM) memiliki sejaarah panjang dalam praktek

pekerjaan sosial (Payne, 1995; soeharto, 1997 dalam Suriadi, 2005). PM meliputi

berbagai pelayanan sosial yang berbasiskan pelayanan sosial yang bebasis

mayarakat mulai dari pelayanan preventative untuk anak-anak sampai pelayanan


(21)

20

PM terdiri dari 2 konsep, yaitu “pengembangan” dan “masyarakat”. Secara

singkat, pengembangan atau pembangunan merupakan usaha bersama dan

terencana untuk meningkatkan kualitas hidup manusia. Bidang-bidang

pembangunan biasanya meliputi beberapa sektor, yaitu ekonomi, pendidikan,

kesehatan dan sosial-budaya.

2.3 Pemberdayaan

Secara harfiah, pemberdayaan diartikan sebagai penguatan daya

(empowering), dari kondisi tidak berdaya (powerless) menjadi berdaya

(powerfull). Pemberdayaan dapat dipahami sebagai upaya untuk menolong yang

lemah atau tidak berdaya (powerless) agar menjadi mampu/berdaya (powerfull)

baik secara fisik, mental dan pikiran untuk mencapai kesejahteraan hidupnya

(optimalisasi potensi). Keberdayaan sosial keluarga dapat dilihat dari:

1. Penguasaan aset dan akses informasi untuk peningkatan pengetahuan,

wawasan dan gagasan.

2. Kemampuan Keluarga dalam berproduksi berkaitan dengan aset fisik,

manusiawi atau financial, seperti tanah, air, hutan, tubuh manusia dan

pekerjaan, uang dan akses kepada uang.

3. Kemampuan keluarga dalam posisi tawar-menawar (bargaining position)

yakni berarti kemampuan untuk mengembangkan, menyebarkan,

mempertahankan, dan mempranatakan perangkat tertentu dari

kepercayaan, nilai, sikap dan perilaku sehingga dapat menentukan

bagaimana persepsi manusia dan berfungsinya manusia dalam lingkungan


(22)

21

Menurut Merriam Webster dan Oxford English Dictionary, kata Empower

mengandung arti, yaitu:

1 To give power atau authority to atau memberi kekuasaan, mengalihkan

kekuasaan, mengalihkan kekuatan atau mendelegasikan ootoritas ke pihak

lain.

2 To give ability to enable atau usaha untuk member kemampuan atau

keberdayaan.

Pemberdayaan adalah hakikat dari merupakan sebuah konsep yang fokusnya

adalah kekuasaan.

Shardlow, Pemberdayaan adalah membahas bagaimana individu,

kelompok, atau komunitas berusaha memakmurkan kehidupan mereka sendiri dan

mengusahan untuk masa depan sesuai dengan keinginan mereka ( Adi, 2003 ; 54).

Pemberdayaan dalam hal ini adalah upaya untuk membangun diri sendiri

untuk meningkatkan kehidupan sosial ekonomi melalui program yang diberikan

oleh pemerintah.

2.4 Kehidupan Sosial Ekonomi

2.4.1 Defenisi Ekonomi

Istilah Ekonomi berasal dari bahasa yunani yang terdiri dari susunan dua

kata yaitu “ aikos dan nomos” yang masing-masing berarti ilmu dan rumah

tangga. Dapat di artikan ekonomi adalah ilmu yang mengurusi rumah tangga


(23)

22

2.4.2 Defenisi Sosial

Kata sosial berasal dari “sosious’ yang artinya kawan. Dapat di artikan

bahwa kawan yang di maksudkan di sini adalah orang-orang yang berada di

sekitar kita yang saling berkoordinasi atau saling berhubungan baik itu yang

berada dalam satu lingkungan yang berdekatan maupun suatu lingkungan lainya

yang mempunyai sifat saling mempengaruhi. Dalam konsep sosiologi di jelaskan

bahwa manusia merupakan makhluk sosial yang tidak bias hidup dengan sendiri

artinya manusia saling berdampingan satu sama lain dalam kehidupan sehari-hari.

2.4.3 Status Sosial Ekonomi

Status sosial ekonomi adalah suatu keadaan atau kedudukan yang diatur

secara sosial dan menempatkan seseorang pada posisi tertentu dalam struktur

sosial masyarakat (Koentjaraningrat, 1997 ; 35-36).

Menurut Melli G.Tan.(dalam Soerjono 1990; 35). Menjelaskan kedudukan

sosial ekonomi meliputi tiga faktor yaitu pekerjaan, pendidikan dan penghasilan.

Dalam hal ini dapat dikategorikan mengenai kedudukan sosial ekonomi adalah

tinggi, sedang dan rendah.

Mahbub Ulhaq dari Bank Dunia bersama dengan James Grant dari

overseas development Counsil (dalam Soesanto 1984 ; 120) menerangkan bahwa

kehidupan sosial ekonomi dititikberatkan kepada pendidikan, pelayanan

kesehatan, perumahan dan air sehat yang di dukung oleh pekerjaan yang layak.

Menurut istilah Kamus Besar Bahas Indonesia, ekonomi berarti segala

sesuatu tentang azas-azas produksi, distribusi dan pemakaian barang-barang serta


(24)

23

379). Seiring dengan perkembangan dan perubahan masyarakat, maka

perekonomian juga sudah lebih luas. Ekonomi juga diartikan sebagai cara manusia

untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Jadi, dapat dikatakan bahwa ekonomi

bertalian dengan proses pemenuhan kebutuhan keperluan hidup manusia

sehari-hari.

Kondisi sosial ekonomi adalah dimana suatu keadaan atau kedudukan

yang diatur secara sosial dan menepatkan seseorang pada psosisi tertentu dalam

struktur sosial masyarakat (Soekanto, 1987 :181). Untuk melihat suatu kondisi

masyarakat maka perlu diperhatikan beberapa faktor yakni pekerjaan, pendapatan,

dan pendidikan (Koetjaraningrat, 19987: 181). Selain faktor tersebut, ada juga

fakto-faktor lain yang sering diikut sertakan oleh beberapa ahli dalam melihat

kondisi sosial ekonomi seseorang, yakni antara lain perumahan, kesehatan, dan

sosialisasi dalam lingkungan masyarakat.

2.5 Mayarakat

Dalam Undang-Undang Nomor: 10 Tahun 1992, keluarga didefinisikan

sebagai unit sosial terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami isteri, atau

suami isteri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya.

Masyarakat dalam bahasa inggris dipakai istilah society yang bersal dari

bahasa latin socius, yang berati “kawan “. Istilah masyarakat sendiri berasal akar

bahasa Arab Syaraka yang berarti “ ikut serta, berpartisipasi”.

Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul, atau dengan

istilah ilmiah, saling “berinteraksi melalui warga-warga yang dapat saling


(25)

24

Sementara itu Roger M. Keesing (1989 ; 79 ), mendivinisikan masyarakat

adalah semua komunal yang secara politik dan ekonomi bertalian serta

mempunyai ciri-ciri mempunai suatu sistem sosial keseluruhan, di mana semua

anggotanya memiliki tradisi dan budaya yang sama.

2.6 Kesejahteraan

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2009. Tentang

Kesejahteraan Sosial Kesejahteraan Sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan

material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu

mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.

Midgley, et al (2000: xi) mendefinisikan kesejahteraan sosial sebagai “… a

condition or state of human well-being.” Kondisi sejahtera terjadi manakala

kehidupan manusia aman dan bahagia karena kebutuhan dasar akan gizi,

kesehatan, pendidikan, tempat tinggal, dan pendapatan dapat dipenuhi; serta

manakala manusia memperoleh perlindungan dari resiko-resiko utama yang

mengancam kehidupannya.

Di Indonesia, konsep kesejahteraan merujuk pada konsep pembangunan

kesejahteraan sosial, yakni serangkaian aktivitas yang terencana dan melembaga

yang ditujukan untuk meningkatkan standar dan kualitas kehidupan manusia.

Sebagai sebuah proses untuk meningkatkan kondisi sejahtera, istilah

‘kesejahteraan’ sejatinya tidak perlu pakai kata ‘sosial’ lagi, karena sudah jelas

menunjuk pada sektor atau bidang yang termasuk dalam wilayah pembangunan

sosial. Sektor ‘pendidikan’ dan ‘kesehatan’ juga termasuk dalam wilayah


(26)

25

negara lain, istilah yang banyak digunakan adalah ‘welfare’ (kesejahteraan) yang

secara konseptual mencakup segenap proses dan aktivitas mensejahterakan warga

negara dan menerangkan sistem pelayanan sosial dan skema perlindungan sosil

bagi kelompok yang kurang beruntung (Suharto, 2005b).

2.7 Peternakan

Ternak adalah hewan yang sengaja di pelihara baik seluruh maupun

sebahagian hidupnya kita yang tangani untuk memperoleh dan mensejahterakan

kehidupan manusia. Peternak adalah orang bergerak dalam usaha peternakan

baik perorangan, kelompok maupun secara lembaga atau hanya sebagai tenaga

kerja yang seluruh maupun sebahagian pendapatannya yang berasal dari

peternakan yang ia laksanakan.

Peternakan adalah praktek untuk membudidayaka

hal penting mempunyai keterampilan untuk peternak, di beberapa negara

berternak merupakan suatu seni tersendiri. Di negara-negara tertentu mempunyai

hukum yang tegas mengenai perlakuan terhadap binatang ternak.

Sistem peternakan diperkirakan telah ada sejak 9.000 SM yang dimulai

dengan

berkembang pada masa

menetap dalam sebuah perkampungan. Pada masa ini pula, domba dan kambing

yang semula hanya diambil dagingnya mulai dimanfaatkan susu dan

Setelah itu manusia juga memelihara sapi dan kerbau untuk diambil kulit dan

susunya serta memanfaatkan tenaganya untuk membajak tanah. Roger M. Keesing


(27)

26

2.8 Definisi Konsep dan Definisi Operasional

2.8.1 Definisi Konsep

Devinisi konsep merupakan abstraksi mengenai fenomena yang

dirumuskan atas dasar generalisasi dari sejumlah karakteristik, kejadian keadaan

kelompok, atau individu tertentu (Singarimbun, (1981:32). Dalam hal ini konsep

penelitian bertujuan untuk merumuskan dan mendivinisikan istilah-istilah yang

digunakan secara mendasar agar tidak terjadi kesalah pahaman pengertian dan

perbedaan persepsi yang dapat mengaurkan penelitian ini. Adapun divinisi konsep

dalam penelitian ini adalah :

1. Dampak adalah suatu akibat yang ditimbulkan oleh suatu subjek

terhadap objek keadaan serta kondisi.

2. Program Pengembangan Sapi Bali adalah bentuk kegiatan yang berada

langsung di bawah naungan pemerintah guna pengembangan

peternakan sapi.

3. Sosial Ekonomi adalah suatu keadaan atau kondisi dimana masyarakat

sendiri yang menjadi penentu status dan peran yang dmilikinya dalam

kehidpan bersama.

4. Masyarakat adalah sekumpulan individu yang salaing berhubungan

dalam suatu lingkungan ataupun lingkungan yang lainya. Dalam hal ini

adalah masyarakat Desa ketapang Kecamatan Linge Kabupaten Aceh

Tengah.

2.8.2 Definisi oprasional

Menurut Singarimbun, Definisi Oprasional adalah unsur penelitian yang


(28)

27

46). Oleh sebab itu tentu harus ditentukan terlebih dahulu variable-variabel yang

ada dalam penelitian ini. Dengan demikian dapat ditentukan bagaimana

perbandingan kehidupan sosial ekonomi masyarakat sebelum dan setelah

mendapatkan program ini.

a. Variable bebas (X)

Variable bebas adalah faktor yang mempengaruhi gejala-gejala timbulnya

variable kedua. Tanpa varibel ini tidak akan timbul variable kedua yaitu variable

terikat (Y). variable bebas dalam penelitian ini adalah program Pengembangan

Sapi Bali

b. Variable Terikat (Y)

Varibel terikat adalah variable yang di timbulkan oleh variable bebas

2.9 Kerangka pemikiran.

Pemberdayaan di rasakan sangat perlu guna menunjang kehidupan

masyarakat. Berbagai upaya dilakukan untuk menunjang peningkatan sosial

ekonomi manusia. Berbagai macam bentuk programpun dilakukan dalam rangka

peningkatan masalah ini, baik dilakukan secara pribadi, kelompok, instansi dan

lembaga.

Program pengembangan Sapi Bali, merupakan salah satu upaya

pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Di harapkan kegiatan

ini akan memiliki dampak baik secara sosial maupun secara ekonomi bagi


(29)

28

penduduk bias meningkatkan kesejahteraan masyarakat menjadi lebih baik dari

keadaan sebelumnya.

Dalam pelaksanaan program ini tentu terdapat berbagai kendala baik itu

dari masyarakat maupun dari pemerintah daerah sendiri. Oleh karena itu perlu

pengamatan terhadap program ini tentang bagaiman keseriusan pemerintah

terhadap menjalankan program serta pengaruhnya terhadap masyarakat. Sehingga

hasilnya dapat di rasakan oleh masyarakat maupun pemerintah daerah sendiri.

Yang terpenting dalam hal ini adalah bagaimana pelaksanaan di lapangan serta

apakah program ini dapat menunjang Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat

Desa Ketapang Kecamatan Linge Kabupaten Aceh Tengah untuk menuju


(30)

29

Untuk memudahkan dan mengarahkan penelitian ini maka di susun skema

kerangka pemikiran yang di sajikan pada Gambar 1.1.

Gambar 1.1. skema kerangka berfikir

Program pengembangan sapi bali

Aspek Ekonomi

- Pekerjaan - Penghasilan - Sandang - Pangan - Papan - Kesehatan Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat

Aspek Sosial

- Partisipasi sosial - Pembelajaran Agama


(31)

30 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tipe Penelitian

Untuk menjawab perumusan masalah dilakukan dengan menggunakan

uji-t (uji-t-uji-tesuji-t). Sugiono (2008) menyauji-takan bahwa unuji-tuk mengkaji komparauji-tif dua

sampel antara sebelum dan sesudah maka dapat di gunakan rumusan t-test dengan

persamaan yaitu:

= rata-rata sampel data sebelum adanya program

= rata-rata sampel data setelah adanya program

S1 simpangan baku sampel data sebelum adanya program

S2 = simpangan baku sampel data setelah adanya program

S12 = varian sammpel data sebelum adanya program

S22

Menurut tingkatannya, data secara berurut dari skala terendah ke tertinggi

adalah data nominal, ordinal, interval dan ratio. Dalam penggunaan alat analisis,

umumnya ditentukan skala minimal dari data yang dibutuhkan. Namun seringkali

data yang kita miliki tidak memenuhi persyaratan tersebut. Misalnya, kita punya = varian sampel data setelah adanya program


(32)

31

data ordinal, sementara persyaratan alat analisis membutuhkan data dengan skala

minimal adalah data interval. Dalam kondisi tersebut, kita perlu

mentransformasikan data dari skala ordinal ke interval.

Metode transformasi yang digunakan dalam peneltian ini yakni method of

successive interval, Hays (1976). Metode tersebut digunakan untuk melakukan

transformasi data ordinal menjadi data interval. Pada umumnya jawaban

responden yang diukur dengan menggunakan skala likert (Lykert scale) diadakan

scoring yakni pemberian nilai numerikal 1, 2, 3, 4 dan seterusnya, setiap skor

yang diperoleh akan memiliki tingkat pengukuran ordinal. Sedangkan data ordinal

adalah data kategorik yang bisa diurutkan.

Marginal Homogenity digunakan untuk menguji apakah dua grup sample

(bertipe kategorik : ordinal atau multinomial) yang berpasangan (dependent)

berasal dari populasi yang sama.

Sign Test Digunakan untuk menguji apakah dua grup sample (bertipe

ordinal, interval atau rasio) yang berpasangan (dependent) berasal dari populasi

yang sama. Statistik uji dari Sign Test menggunakan pendekatan tanda (+/-) dari


(33)

32

Masing-masing Indikatornya adalah dengan melakukan analisis sebagai

mana pada tabel berikut :

a. Sosial

Tabel 1 : Matrik Penelitian

no. Indikator Analisis

Partisipasi sosial Uji-t Pembelajaran agama Uji-t b. Ekonomi

Pendapatan Uji-t

Sandang Uji-t

Pangan Uji-t

Papan Uji-t

Kesehatan Uji-t

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini di laksanakan di Desa Ketapang Kecamatan Linge

Kabupaten Aceh Tengah. Alasan penulis memilih penelitian disini karena desa

Ketapang merupakan desa yang mendapat program projek peternakan sapi bali

yang langsung di tangani oleh pemerintah daerah Aceh tengah.

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian terdiri dari manusia,

benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala atau peristiwa sebagai sumber

data yang memiliki karakteristik tertentu dalam suatu penelitian (nawawi,

1998:141)

Sampel merupakan sebahagian atau keseluruhan dari populasi yang akan

diteliti dan yang dianggap dapat menggambarkan populasinya dengan


(34)

33

Untuk menentukan sampel, tentu terlebih dahulu harus diketahui berapa

jumlah populasi objek yang akan di teliti serta melakukan kegiatan pra-survei

untuk mendata masyarakat penerima bantuan pengembangan sapi bali di desa

ketapang kecamatan linge kabupaten aceh tengah. Dalam penelitian ini sampel

yang di ambil adalah kepala keluarga. Menurut Arikunto (Arikunto 2006:131)

apabila populasi kurang atau sama dengan 100 maka populasi sama dengan

sampel. Dengan demikian sampel dalam penelitian 100 kk.

3.4 Teknik pengumpulan data

Adapun teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan cara

sebagai berikut :

1. Observasi (pengamatan)

Yaitu mengumpulkan data dengan melakukan pengamatan langsung baik

dengan melihat atau mendengarkan dan mencatat kejadian yang menjadi

sasaran penelitian.

2. Wawancara

Yaitu mengumpulkan data dengan cara bertatap muka langsung dengan

objek penelitian serta berdialog menyangkut masalah penelitia ini.

3. Kuesioner

Yaitu mengumpulkan data serta informasi yang relevan melalui

penyebaran angket yang berisikan beberapa pertanyaan mengenai

penelitian ini kepada masing-masing sampel penelitian masyarakat


(35)

34

3.5 Teknik Analisa Data

Teknik analisa data adalah proses penyerdehanaan data kedalam bentuk

yang lebih sederhana agar dapat lebih mudah di baca dan dipresentasikan

(Singarimbun, 1987:263). Dalam penelitian ini digunakan pendekatan analis

statistic uji-t rata-rata berpasangan, yaitu mnguji komparatif dua sampel antara

sebelum dan sesudah adanya program.

Langkah-langkah yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagi berikut :

1. Editing yaitu mengoreksi data hasil pengamatan selama penelitian di

lapangan. Langkah berguna untuk

2. Koding adalah langkah dengan mengklasifikasikan jawaban-jawaban

menurut macamnya. Langkah ini di maksudkan untuk mempermudah

penklasifikasikan permaslahan

3. Membuat kategori untuk mengklasifikasikan jawaban.

4. Menghitung frekwensi yaitu dengan menghitung besar frekwensi data

pada masing-masing kategori

5. Tabulasi, di sini data dalam keadaan yang ringkas dan tersusun dalam

suatu table tunggal, sehingga data dapat dibaca dengan mudah untuk


(36)

35 BAB IV

PEMBAHASAN 4. Diskripsi Lokasi Penelitian

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

a. Letak Geografis dan Administrasi

Kecamatan Linge merupakan salah satu Kecamatan yang berada di

Kabupaten Aceh Tengah dengan Ibu kota Isaq dengan luas Kecamatan 2.075,28

Ha yang terdiri dari 30 Desa.

Batas-batas administrasi Kecamatan Linge adalah:

- Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Bintang

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Kabupaten Gayo Lues

- Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Aceh Timur

- Sebelah Barat Daya berbatasan dengan kabupaten Nagan Raya

- Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Jagong

b. Topografi Daerah

Topografi merupakan perbedaan tentang tinggi rendahnya permukaan

bumi yang di ukur secara tegak lurus dari permukaan laut atau sering di sebut

dengan relif. Kecamatan Linge berada pada ketinggian antara 1.151-1.534 meter

dari permukaan laut, dengan kemiringan Kecamatan Linge adalah: 0-2%, 2-15%,

15-40%, dan dengan kemiringan diatas 40%.

Berdasarkan letak astronomisnya maka Kecamatan Linge beriklim tropis

yang dipengaruhi oleh dua musim yaitu musim kemarau dan musim penghujan,


(37)

36

Curah hujan rata-rata setiap tahun berkisar 1982 mm/tahun. Dengan suhu rata-rata

230

c. Fasilitas Pendidikan

c.

Ketersedian Fasilitas pendidikan yang sangat merupakan kebutuhan untuk

meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas di masa yang akan

datang. Jumlah fasilitas pendidikan di Kecamatan Linge yang ada pada saat ini

berjumlah 25 unit engan pembagian 3 unit TK swasta dan 18unit SD negeri serta

4 unit SLTP yang tersebar ke seluruh penjuru kecamatan linge. Adapun utuk desa

ketapang sendiri hanya terdapat 1unit SD negeri yang terletak di wilayah

pengembangan. Jadi bagi masyarakat linge yang ingin melanjutkan pendidikan

untuk tingkat SLTA dan seterusnya biasanya lebih memilih ibukota kabupaten

sebagai pilihan belajar.

d. Fasilitas Peribadatan

Fasilitas peribadatan merupakan fasilitas yang dibutuhkan umat yang

beragama pada umumnya. Jumlah fasilitas peribadatan yang ada di Kecamatan

Linge terdapat 2 jenis fasilitas yaitu: Mesjid 17 unit, Surau/Meunasah 95 unit.

Untuk wilayah pengembangan sendiri hanya terdapat 1 unit surau.

e. Fasilitas Kesehatan

Salah satu tujuan pembangunan adalah memperbaiki kesehatan

masyarakat, untuk itu di perlukan fasilitas kesehatan yang memenuhi baik kualitas

maupun kuantitasnya. Fasilitas kesehatan yang terdapat di Kecamatan Pegasing


(38)

37

Peuskesmas 1 unit, dengan Dokter 1orang dan 19 perawat. Namun Puskemas ini

terdapat di ibu kota kecamatan yaitu Isaq dengan jangka waktu kurang lebih 2 jam

dengan mengunakan kendaraan bermotor dari lokasi pengembangan.

f. Fasilitas Perdagangan

Fasilitas perdagangan di Kecamatan Linge belum menyebar di setiap desa,

hanya berpusat di ibukota kecamatan.

g. Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama

Menurut kreteria agama, di daerah ini merupakan penganut agama Islam

secara menyeluruh. Hal ini juga merupakan karena masyarakat yang menghuni

desa ketapakan adalah transmigrasi lokal dari seluruh kecamatan yang terdapat di

kabupaten Aceh Tengah yang hampir seluruh masyarakatnya menganut agama

Islam.

h. Deskripsi lokasi menurut akses Transportasi dan Infrastruktur

Kondisi jalan di Desa Ketapang masih sangat memperihatinkan. Dimana

pada area lokasi pemukiman dan pengembangan program belum terdapat

sedikitpun jalan yang di aspal. Bahkan jembatan yang menghubungkkan setiap

ruas pemukiman terlihat rusak parah, di mana kayu yang menjadi bahan jembatan

sudah mulai lapuk dan rapuh. kondisi ini mengakibatkan area program hanya

dapat dilalui kendaraan roda dua. Sementara untuk hubungan antara desa ketapang

dan ibukota kabupaten dapat di tempuh dengan perjalanan 3-4 jam perjalan


(39)

38

di aspal hotmik serta merupakan jalur lintas yang menghubungkan antara

Kabupaten Aceh tengah dan Kabupaten Gayo Lues. Bagi masyarakat ketapang

sendiri dapat memanfaatkan kendaraan umum antar kabupaten untuk menuju

Ibukota Kabupaten atau sebaliknya. Karena angkutan yang khusus menuju

ketapang tidak ada. Dapat dikatakan untuk akses menuju Ibukota sangat sulit.

i. Dekrifsi responden menurut umur

Tabel 2; Dekrifsi responden menurut umur

No Umur Jumlah

1. 2. 3. 4. 5. 6. 8. 9. 10. 11. 12. 33 tahun 34 tahun 36 tahun 37 tahun 38 tahun 39 tahun 40 tahun 43 tahun 44 tahun 46 tahun

51 tahun – keatas

5 orang 6 orang 8 orang 6 orang 3 orang 10 orang 6 orang 23 orang 8 orang 5 orang 5 orang 100 responden Jumlah


(40)

39

Dari tabel di atas menunjukan bahwa secara keseluruhan responden adalah

usia yang berada pada usia yang produktif dan matang dalam melakukan kegiatan

ini yaitu antara usia 33-51 tahun.

j. Deskrifsi responden menurut jenis kelamin

Dalam melakukan penelitian ini penulis menggunakan populasi sebagai

sampel. Sampel yang di ambil ini dijadikan sebagai responden distribusi informasi

dengan memberikan pertanyaan berupa koesioner.sementara itu yang menjadi

responden adalah kepala keluarga secara keseluruhan adalah laki-laki. Dengan

demikian 100% dari responden ini adalah laki-laki.

Tabel 3: deskrifsi responden menurut jenis kelamin

No Jenis kelamin Jumlah

1

2

Laki-laki

Perempuan

100 responden

0 responden

Jumlah 100 responden

Sumber : data distribusi responden

Dari data tabel jenis kelamin diatas menunjukan bahwa seluruh responden

berupakan berjenis kelamin laki-laki. Hal ini terkait karena responden yang


(41)

40 Tabel 4: Deskrifsi responden menurut tingkat pendidikan

No. Tingkat Pendidikan Jumlah

1. Tidak tamat SD 0 responden

2. Tamat SD/ sederajat 7 responden

3. Tamat SLTP/ sederajat 17 responden

4. Tamat SLTA/ sederajat 76 responden

5. Perguruan Tinggi 0 reponden

Jumlah 100 responden

Sumber : data distribusi responden

Berdasarkan tabel di atas, mayoritas responden adalah berpendidikan

tamat SLTA/ sederajat yang berjumlah 76 responden, yang kemudian di ikuti oleh

tamatan SLTP/ sederajat sebanyak 17 responden. Sementara untuk responden

yang berpendidikan SD/ sederajat hanya sebanyak 7 responden. Namun tidak

terdapat responden yang tidak pernah mengenyam pendidikan serta tidak terdapat


(42)

41

BAB V

ANALISIS DATA

5.1 Dampak Pengembangan Sapi Bali Terhadap Aspek Sosial

Pelaksanaan pengembangan sapi bali selain dalam rangka peningkatan dan

pemerataan pembangunan, juga diupayakan untuk meningkatkan kualitas

kehidupan sosial masyarakat penerima bantuan pada umumnya serta masyarakat

Aceh tenngah pada umumnya. Sasaran ini meliputi peningkatan kualitas

partisipasi sosial, dan keagamaan. Dalam kontek penelitian di atas dilihat

berdasarkan derajat partisipasi sosial dan keagamaan.

5.1.1 Partisipasi Sosial

a. Aktif dalam kegiatan sosial

Munculnya dinamika pembangunan di suatu deaerah tidak terlepas pada

bagaimana kestabilan sosial yang ada. Kestabilan sosial merupakan kunci

bagaimana terciptanya hubungan antar anggota masyarakat yang harmonis.

Dengan adanya program pengembangan peternakan sapi bali, di harapkan terdapat

peningkatan partisipasi sosial masyarakat sehingga cita-cita pengembangan

pemberdayaan daerah dapat tercapai dengan maksimal.

Dari hasil analisi uji statistik dengan menggunakan uji-t rata-rata

berpasangan diperoleh hasil bahwa t-hitung (-9,380) lebih kecil dari t-tabel(1,66)

berarti Ho diterima. Terdapat perbedaan yang signifikan tingkat keaktifan antara

sebelum dan sesudah adanya program pengembangan sapi bali. Tingkat keaktifan

masyarakat meningkat pada setelah adanya program pengembangan sapi bali.

Selain itu juga peningkatan partisipasi setelah adanya program pengembangan


(43)

42

kecil dari α =0,05 berati Ho ditolak. Hal ini juga menunjukan ada perbedaan antara sebelum dan sesudah adanya program pengembangan sapi bali yaitu

peningkatan terjadi setelah adanya program pengembangan sapi bali. Hal ini juga

dapat dilihat pada tabel

Tabel 5:Daftar distribusi responden dalam kegiatan sosial

No Kegiatan sosial

Sebelum program Sesudah program

Jumlah

responden persentase

Jumlah

responden Persentase

1. Aktif 34 34% 89 89%

2. Kurang aktif 36 36% 11 11%

3. Tidak pernah 27 27% 0 0%

Jumlah 100 100% 100 100%

Sumber: kuesioner penelitian; 2010

Dari hasil tabel di atas dapat dilihat sebelum adanya program terdapat

sebanyak 34 responden yang aktif dalam kegiatan sosial, 36 responden atau

dengan persentase 36% memilih untuk kurang aktif serta selebihnya atau

sebanyak 27responden dengan persentase 27% tidak mengikuti kegiatan sosial

atau tidak aktif. Sementara itu peningkatan terjadi setelah adanya program

pengembangan sosial. Peningkatan akan keaktipan responden terhadap partisipasi

sosial dapat ditunjukan dari banyaknya responden yang aktif dengan jumlah 89

responden atau dengan persentase 89%, sementara sisanya atau sebanyak

11responden dengan persentasse 11% kurang aktif. Namun tidak terdapat


(44)

43 b. Jenis Kegiatan

Jenis kegiatan yang dalam bidang sosial dirasakan sangat perlu bagi

masyarakat. Hal ini tentu harus menunjang bagi masyarakat itu sendiri dan

bagaimana kemampuan masyarakat membentuk dengan sekreatifitas mungkin

bentuk kegiatan tersebut. Dari hasil uji-t berpasangan di dapatkan nilai bahwa

t-Hitung (-9.089) lebih kecil dari t-Tabel (1.66), berarti Ho diterima. Terdapat

berbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah adanya Program

Pengembangan Sapi Bali.

Tabel 6: Daftar distribusi menurut jenis kegiatan sosial

No Jenis kegiatan

Sebelum program Sesudah program

Jumlah responden

Perssentase %

Jumlah responden

Persentase %

1. Koperasi desa 49 49% 76 76%

2.

Musyawarah pembangunan

desa

25 25% 13 13%

3.

Ikut dalam perangkat desa atau pemilihan kepala desa

26 26% 11 11%

Jumlah 100 100% 100 100%

Sumber: kuesioner penelitian ;2010

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa sebelum adanya program


(45)

44

partisipasi sosial dengan jumlah responden 49 responden, kemudian di ikuti dalam

perangkat desa dengan jumlah 26 responden, sementara 25 responden lebih

memilih dalam kegiatan pembangunan desa. Namun setelah adanya program

pengembangan Sapi Bali, koprasi desa menjadi pilihan terbanyak dengan jumlah

76 responden ikut dalam kegiatan tersebut atau dengan persentase 76%, sementara

terjadi penurunan untuk kegiatan Musyawarah Pembangunan Desa terjadi

penurunan dengan hanya 13 responden yanga ikut di dalamnya, dan yang terakhir

adalah kegiatan yang terlibat dalam Perangkat Desa juga terjadi penurunan yang

hanya berjumlah 11reponden atau dengan persentase 11%. Dengan demikian

program pengembangan Sapi Bali sngant efektif dalam peningkatan Koperasi

Desa.

c. Pembentukan Kegiatan

Berdasrkan hasil analisis statistik dengan menggunakan uji-t rata-rata

sampel berpasangan di dapatkan keterangan bahwa t-Tabel(-0.743) lebih kecil

dari t-tabel(1.66), berarti terdapat perbedaan signifikan yang menunjukan

peningkatan. Peningkatan terjadi setelah adanya program. Dengan demikian

program ini berdampak positif terhadap peningkatan kegitan masyarakat penerima

bantuan program Pengembangan Peternakan dengan materi Sapi Bali. Untuk

dapat lebih jelasnya dapat melihat tebel dibawah.

Tabel. 7 Daftar distribusi menurut pembentukan kegiatan

No Pembuatan kegiatan

Sebelum program Sesudah program

Jumlah reponden

Persentase %

Jumlah responden

Persentase %


(46)

45

1. Kegiatan lama

yang di lanjutkan 55 55% 89 89%

2. Membuat kegiatan

baru 21 21% 11 11%

Jumlah 100 100% 100 100%

Sumber: kuesioner penelitian; 2010

Dari tabel di atas dapat dilihat untuk kegiatan lama yang diteruskan dipilih

oleh kuesioner dengan persentase 55% atau dengan jumlah 55 responden, dan 21

responden memilih dengan membentuk kegiatan baru, sementara 24 responden

lainya memilih untuk tidak ikut serta dalam pembentukan kegiatan apapun. Hal

ini terjadi sebelum adanya program pengembangan Sapi Bali. Namun setelah

adanya program pengembangan Sapi Bali terjadi peningkatan pada Kegiatan

Lama dengan jumlah 89 ersponden, serta 11 rersponden memilih untuk membuat

kegiatan baru dengan persentase 11%.

d. Hubungan dengan tetangga dan lingkungan masyarakat Program

Pengembangan Sapi Bali.

Kenyamanan dalam kehidupan bermasyarakat sangat menjadi idaman

setiap keluarga, namun hal tersebut tidak terlepas dari bagaimana pengelolaan

hubungan antar sesame sehingga terjadi kerukunan di maksudkan. Masuknya

berbagai program terhadap masyarakat juga dapat mempengaruhi sikap dan

prilaku antar sesama penerima bantuan itu sendiri. Dari hasil uji-t rata-rata

berpasangan dapat dilihat hubungan antar sesama warga dengan menunjukan nilai

t-Hitung (2.56) lebih besar dari t-tabel(1.66). Hal ini menunjukan bahwa Ho


(47)

46

0, 05

α = atau dengan derajat kepercayaan 15%. Berarti tidak terdapat perbedaan antara sebelum dan sesudah adanya program.Hal juga dapat dilihat dari

pengakuan responden menurut tabel.

Tabel 8: Daftar distribusi responden menurut hubungan dengan tetangga dan

lingkungan

No

Hubungan dengan tetangga dan

lingkungan

Sebelum program Sesudah program

Jumlah responden

Persentase %

Jumlah responden

Persentase %

1. Baik 99 99 89 89%

2. Kurang baik 1 1% 8 8%

3. Tidak baik 0 0 1 1%

Jumlah 100 100% 100 100%

Sumber: kuesioner penelitian; 2010

Dari hasil data tabel di atas bahwa sebelum adanya program

pengembangan sapi bali terdapat 99 responden yang beshubungan baik dengan

responden dan 1 responden kurang baik dengan lingkungan sementara setelah

adanya program pengembangan terjadi penurunan antara sesame masyarakat

penerima bantuan yaitu denga menunjukan 89 responden berhubungan baik dengn

tetangganya dan, 8 responden kurang baik serta 1 responden tidak baik dengan

lingkungannya. Hal ini disebabkan karena pertemuan antara kelompok sosial yang


(48)

47

5.1.2 Pembelajaran Agama

a. Keikutsertaan Dalam Kegiatan Keagamaan

Agama merupakan acuan spiritual dan landasan hidup bagi setiap

pemeluknya. Penting kiranya bagi setiap pemeluknya untuk mendapatkan

ketenangan dalam menjalankan kegiatan keagamaan. Namun disisi lain akibat dari

beberapa doraongan dari luar dapat dapat pula membuat ketenangan itu terusik.

Tidak hanya dari sisi ekonomi maupun sosial penting kiranya mengetahui apakah

pelaksanaan program ini mendorong masyarakat untuk meningkatkan kualitas dan

kuantitas keagamannya.

Dari hasil uji-t rata-rata berpasangan diperoleh nilai bahwa t-Hitung

(-3.87) lebih kecil dari t-Tabel(1.66). itu menunjukan bahwa terdapat perbedaan

yang signifikan antara sebelum dan sesudah adanya program pengembangan sapi

bali. Peningkatan terjadi setelah adanya Program Pengembangan Sapi Bali. Dari

hasil data ini menunjukan bahwa Ho di terima. Sementara itu melihat nilai


(49)

48 Tabel 9: Daftar distribusi responden menurut peran dalam kegiatan keagamaan

No

Peran dalam kegiatan keagamaan

Sebelum program Sesudah program

Jumlah responden

Persentase %

Jumlah responden

Persentase %

1. Ya 45 45% 65 65%

2. Kadang-kadang 44 44% 35 35%

3. Tidak peduli 11 11% 0 0%

Jumlah 100 100% 100 100%

Sumber: kuesioner penelitian; 2010

Dari daftar tabel di atas dapat dilihat untuk peran responden dalam bidang

keagamaan terdapat sebanyak 45responden yang aktif dalam bidang keagamaan

desa dengan persentase 45%, dan 44 responden hanya untuk menisi waktu luang

dengan responden 44% sementara terdapat 11responden tidak aktif dalam

kegiatan keagamaan atau dengan persentase 11%. Namun terjadi peningkatan

setelah adanya perrogram pengembangan sapi bali, dimana sebanyak 65

responden ikut aktif dalam peran kegiatan keagamaan desa, dan 35 responden

hanya sebatas. Dengan demikian dapat kita ambil kesimpulan dengan adanya

program pengembangan sapi bali terjadi peningkatan dalam kegiatan keagamaan

desa.

b. Melaksanakan ibadah rutin bersama anggota keluarga

Menanamkan kebiasaan beribadah dengan keluarga merupakan hal yang

dapat menjadi suatu pembelajaran agama bagi anggata keluarga. Dari hasil data


(50)

t-49

Hitung (3.67) leih esar dari t-Tabel(1.66) tidak terdapat perbedaan antara sebelum

dan sesudah adanya program pengembangan sapi bali.

Tabel 10: Daftar disteribusi responden melakukan ibadah dengan keluarga secara

rutin

No

Ibadah wajib dengan keluarga

secara rutin

Sebelum program Sesudah program

Jumlah responden

Persentase %

Jumlah responden

Persentasae %

1. Ya 100 100% 88 88%

2. Tidak 0 0% 12 12%

Jumlah 100 100% 100 100%

Sumber: kuesioner penelitian; 2010

c. Keikutsertaan responden atau keluarga dalam mengikuti kegiatan

keagamaan

Peran serta masyarakat dalam kegiatan keagamaan dapat menunjukan

bentuk sikap loyalitas individu tersebut terhadap bidang agama itu sendiri, namun

dapat disadari hal ini dapat menjadi kendala apabila berbagai dorongan luar

sehingga menyebabkan lunturnya loyalitas keagamaan itu sendiri. Tidak

terkecuali dengan masuknya segala bentuk kegitan yang di berikan dari hasil

analisis statistic dengan menggunakan uji-T, diketahui hasil bahwa

t-Tabel(0.15)lebih besar dari t-Hitung(1,66). Berarti Ho ditolak, hal ini menunjukan

bahwa tidak ada perbedaan antara sebelum dan sesudah program. Dari hasil

Probabilitas, p-Value 0,43 lebih besar dari α=0,005. Berarti kegiatan ini tidak efektif.


(51)

50 Tabel 11: Responden atau anggota keluarga yang ikut dalam kegiatan keagamaan

No

Responden atau anggota keluarga yang ikut kegiatan

keagamaan

Sebelum program Sesudah program

Jmlah responden

Persentase %

Jumlah reasponden

Peraentase %

1. Ya 50 50% 49 49%

2. Tidak 50 50% 51 51%

Jumlah 100 100% 100 100%

Sumber: kuesioner penelitian; 2010

d. Menghadirkan guru agama ke rumah

Mendatangkan guru agama ke rumah merupakan salah satu kiat untuk

memperdalam ilmu agama. Hal ini tidak terbatas pada responden saja akan tetapi

dapat dilakukan untuk memperdalam ilmu agama bagi anggota keluarga. Untuk

itu perlu di ketahui bagimana program inidapat berpengaruh terhadap respnden

dalam memperdalam ilmu keagamaan dengan menghadirkan guru agama

kerumah. Dari hasil uji statistik yang dilakukandengan menggunakan uji-t

rata-rata berpasangan di dapatkan nilai yang tidak berpengaruh dengan adanya

program pengembangan sapi bali ini dimana nilai t_hitung(2.60) lebih kecil dari

t-Hitung(1.66). Hal ini berarti Ho ditolak. Menunjukan tidak terjadi perubahan pada

nilai probabilitas, p-value 0.00525864 tidak terjadi perbedaan dengan derajat


(52)

51 Tabel 12: Mendatangkan guru agama kerumah responden

No Mendatangkan guru agama kerumah

Sebelum program Sesudah program

Jumlah responden

Persentase %

Jumlah responden

Persentase %

1. Ya 22 22% 0 0%

2. Tidak 78 78% 100 100%

Jumlah 100 100% 100 100%

Sumber: kuesioner penelitian; 2010

Dari hasil tabel di atas menunjukan bahwa minat masyarakat untuk

menghasirkan responden sangat kecil terbukti sebelum dan sesudah adanya

program dimana terdapat 22 responden yang menghadirkan guru agam dan 78

responden tidak menghdirkan. Bahkan setelah adanya program hal ini semakin

merosot daimana 100% responden sama sekali tidak menghadirkan guru agam ke

rumah. Hal ini dikarenakan karena tidak adanya guru pengajian yang dapat di

datangkan serta masyarakat lebih banyak melakukan pengajian dirumah

masing-masing bersama keluarga. Kendatipun ada guru pengajian biasanya lebih banyak

dilakukan di meunasah( mushola) di sekitar komlek antara setelah shalat magrib

dan sebelum waktu isya.

e. Jumlah uang yang dikeluarkan untuk kegiatan keagamaan

Dari penelitian yang dilakukan dengan melkukan analisis statistik

diketahui bahwa tidak ada peningkanyang terjadi setelah adanya prgaram terhadap

jumlah uang untuk kegiatan keagamaan. Berdasarkan uji-t di dapatkan hasil


(53)

52

tidak perbedaan signifikan antara sebelum dan sesudah adanya program. Dengan

demikian program ini tidak berdampak positif terhadap masyarakat di bidang

kegiatan keagamaan.

Tabel 13: Daftar distribusi responden menurut biaya yang dikeluarkan dalam

bidang keagamaan

No

Biaya yang dikeluarkan dalam bidang keagamaan

Sebelum program Sesudah program

Jumlah responden

Persentase %

Jumlah responden

Persentase %

1. < Rp. 100.000 1 1% 88 88%

2. > Rp. 100.000 89 89% 0 0%

3. Tidak ada 10 10% 12 12%

Jumlah 100 100% 100 100%

Sumber: kuesioner penelitian; 2010

Dari hasil table diatas diketahui bahwa terdapat sebanyak 89 responden

yang mengeluarkan uang lebih dari Rp. 100.000 dan 1 responden mengeluarkan

uang dibawah Rp. 100.000 untuk kegiatan keagamaan, kejadian ini terjadi pada

priode sebelum adanya program. Sementara setelah adanya program biaya yang

dikeluarkan untuk kegiatan keagamaan adalah sebanyak 88 responden dibawah

Rp.100.000 dan 0 responden untuk jumlah uang diatas Rp. 100.000. sementara

sisanya sebanyak 12 responden tidak mengeluarakan biaya apa-apa untuk

keperluan keagamaan. Terjadi penuruna setelah adanya program pengembangan


(54)

53 5.2 Dampak Program Pengembangan Sapi Bali Terhadap Aspek

Ekonomi 5.2.1 Sandang

Sadang merupakan salah satu keutuhan pokok bagi seluruh masyarakat.

Tidak haya sebagai pelindung tubuh dari berbagai cuaca dan gangguan luar lain,

pakaian kini bagi sebagian orang merupakan trend sertagaya hidupnya.jenis

pakaian dapat menggambarkan status ekonomi dan status seseorang. Tidak hanya

sampaidisitu, cara berpakaian bagi sebagian orang dapat menunjukan tingkah laku

dan ciri psikologi sesorang. Namun dalam penelitian ini penulis hanya membahas

tentang kemampuan sosial untuk membeli sandang tersebut guna mengetahui

tingkat kesejahteraan masyarakat baik sebelum maupun sesudah program.

Diharapkan dengan adanya kegiatan ini dapat meningkat tingkat dalamkmsumsi

sandang bagi masyarakat dengan syarat peningkatan keseahteraan bagi

masyarakat itu sendiri.

a. Ferkuwensi responden membeli pakaian dalam jangka waktu 1 tahun

Darihasil yang didapat melalui analisis statistikdengan menggunakan uji-t

rata-rata berpasangan diketahui bahwa Hitung (-11.30) lebih kecil dari

t-Tabel(1.66), Ho diterima. Terdapat perbedaan yang signifikan antara sebelum dan

sesudah adanya program. Peningkatan terjadi pada sesudah adanya program.

Untuk nilai Probabilitas, p-Value 8,06876E-20 lebih kecil dari 0,05. Ho ditolak.

Dengan masuknya program pengembangan sapi bali ini membuat terjadinya

peningkatan terhadap sandang masyarakkat penerima bantuan program. Jadi


(55)

54 Tabel 14: Frekuwensi responden membeli pakaian untuk keluarga dalam 1 tahun

No

Frekuwensi membeli pakaian

dalam 1 tahun

Sebelum program Sesudah program

Jumlah responden

Persentase %

Jumlah responden

Persentase %

1. Satu kali 31 33% 14 14%

2. Dua kali 66 66% 11 11%

3. Tiga kali atau lebih 3 3% 75 75%

Jumlah 100 100% 100 100%

Sumber: kuesioner penelitian; 2010

Berdasarkan keterangan tabel di atas sebelum adanya program terdapat 31

responden yang membeli pakayan sebanyak 1 kali, 66 responden sebanyak 2 kali,

dan 3 kali atau lebih terdapat sebanyak 3 responden dalam kkurun waktu 1 tahun.

Sementara terjadi peningkatan konsumsi pakaiyan setelah adanya program

pengembangan Sapi Bali. Terdapat 14 responden yang membeli 1 kalli, 11

responden membeli 2 kali, dan 75 responden membeli pakaiyan dengan frekwensi

3 kali atau lebih dalam 1 tahun. Hal menunjukkan program ini berdampak positif

terhadap peningkatan sandang.

b. Analisis data menurut tempat pembelian pakaian

Bagi sebagian masyarakat tempat dalam bertransaksi pakaian juga bias

menjadi suatu gengsi tersendiri untuk mendapat pengakuan sosial. Namun hal ini

juga harus juga didukung dari tingkat kesejahteraan masyarakat itu sendiri.


(56)

55

sendiri guna mendapatkan keinginan sandang yang sesuai dengan keinginan

masyarakat.

Dari hasil Analisi Statistik dengan mengunakan uji-t didapatkan hasil

bahwa nilai t-Hitung (-0.376) lebih besar dari t-Tabel(1,66), Ho diterma. Terjadi

perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah program. Peningkatan

terjadi pada sesudah adanya program dengan peningkatan responden yang lebih

memilih pasar tradisional untuk konsumsi sandang.

Tabel 15: Daftar responden menurut tempat membeli pakaian

No Tempat membeli pakaian

Sebelum program Sesudah program

Jumlah responden

Persentase %

Jumlah responden

Persentase %

1. Pasar tradisional 78 78% 80 80%

2. Pasar modern 22 22% 20 20%

3. Kredit 0 0% 0 0%

Jumlah 100 100% 100 100%

Sumber: kuesioner penelitian; 2010

Dengan adanya Program Pengembangan Sapi bali, kecendurungan

masyarakat dengan memilih pasar tradisional semakin meningkat, dengan

persentase peningkatan sebesar 2 % atau dengan jumlah 80 responden, dimana

pada sebelum adanya program kecendrungan untuk memeilih pasar tradisional

sebagai tempat membeli sandang hanya sebanyak 78 responden. Sementara itu


(57)

56

responden menjadi 20 responden atau terjadi penurunan sebesar 2% dari

keseluruhan responden.

c. Biaya yang dikeluarkan untuk memenuhi sandang

Berdasarkan hasil uji-t rata-rata berpasangan menunjukan bahwa t-Hitung

(–5.97) lebih kecil dari t-Tabel(1.66) Ho diterima. Dengan demikian terdapat

perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah adanya program. Dari hasil

Probabilitas p-Value1.809E-08 lebih kecil dari α= 0,05, peningkatan terjadi setelah adanya program dengan demikian program efektif terhadap pemenuhan

sandang.

Tabel 16: Biaya yang dikeluarkan responden untuk pemenuhan sandang

No. Biaya yang dikeluarkan unruk pemenuhan pakaian

Sebelum program Sesudah program

Jumlah responden

Persentase %

Jumlah responden

Persentase %

1. Kurang dari Rp. 200.000

18 18% 8 8%

2. Rp.200.000-Rp.500.000

75 75% 41 41%

3. Lebih dari Rp. 500.000

7 7% 51 51%

Jumlah 100 100% 100 100%

Sumber: kuesioner penelitian; 2010

Berdasarkan tabel diatas terjadi peningkatan biaya yang dikeluarkan untuk

kebutuhan sandang. Sebelum adanya program pengembangan sebanyak 18


(58)

57

mengeluarkan biaya untuk sandang sebesar Rp.200.000-Rp.500.000. dan

7responden lagi mengeluarkan lebih dari Rp. 500.000 untuk kebutuhan sandang.

Sementara terjadi penambahan biaya setelah adanya program dimana terdapat 8

responden yang mengeluarkan biaya kurang dari Rp.200.000 sementara

41responden mengeluarakan biaya untuk kebutuhan sandang dengan jumlah

Rp.200.000-Rp.500.000. dan peningkatan signifikan setelah adanya program

dimana terdapat 51 responden yang mengeluarakan biaya untuk kebutuhan

sandang. Terjadinya peningkatan pengeluaran untuk keperluan sandang tidak

terlepas dari semakai meningkatnya penghasilan dari setiap responden setelah

adanya program.

d. Distribusi responden menurut kriteria memilih sandang

Dari hasil analisis statistik dengan menggunakan uji-t rata-rata berpasangan

diketahui bahwa t-Hitung (2.07) lebih besar dari t-Tabel(1.66). Ho di tolak. Tidak

terdapat perbedaan antara sebelum dan sesudah program pengembangan. Dengan

demikian ini program ini tidak efektif terhadap criteria pemilihan sandang bagi

masyarakat penrima bantuan.

Tabel 17: Patokan responden dalam pemilihan sandang

No. Patokan dalam pemilihan sandang

Sebelum program Sesudah program

Jumlah responden

Persentase %

Jumlah responden

Persentase %

1. Merek 31 0% 0 0%

2. Harga 37 77% 77 77%


(59)

58

Jumlah 100 100% 100 100%

Sumber: kuesioner penelitian; 2010

5.2.2 Pangan

a. Distribusi responden menurut frekwensi makan dalam 1 hari

Dari hasil uji-t rata-rata berpasangan tidapatkan hasil korelsi dari kedua

variable program tersebut menunjukan angka nol (0). Itu berarti tidak terdapat

perbedaan antara kedua variable program, dimana dari kedua kegiatan baik

sebelum dan sesudah program mempunyai frekwensi yang sama. Dengan

demikkian program ini tidak berdampak besar terhadap perubahan tingkat

konsumsi masyarakat penerima bantuan program pengembangan, dengan tidak

terjadi peningkatan dan tidak pula terjadi penuruna frekwensi makan dalam satu

hari.

Tabel 18: Daftar distribusi responden menurut frekuwensi makan dalam sehari

No. Frekuwensi makan dalam sehari

Sebelum program Sesudah program

Jumlah responden

Persentase %

Jumlah responden

Persentase %

1. 1 kali 0 0% 0 0%

2. 2 kali 0 0% 0 0%

3. 3 kali atau lebih 100 100% 100 100%

Jumlah 100 100% 100 100%

Sumber: kuesioner penelitian; 2010

Dari tabel diatas tidak terdapat perbedaan antara sebelum dan sesudah


(60)

59

makan dalam sehari sebanyak 3 kali dalam sehari. Hal ini terjadi karean

merupakan sudah menjadi hal yang biaya bagi masyarakat Gayo pada umumnya

untuk untuk makan sebanyak 3 kali dalam sehari. Walau bagaimanapun tingkat

kesulitan Ekonomi masyarakat Gayo, untuk kebutuhan makan 3 kali sehari sudah

menjadi rutinitas yang lumrah.

b. Daftar distribusi responden menurut frekuwensi mengkonsumsi daging

dalam 1 minggu.

Untuk konsumsi daging analisis statistik menujukan bahwa

t-Hitung(-6.31) lebih kecil dari t-tabel(1,66) berarti Ho diterima. Terjadi perbedaan antara

sebelum dan sesudah adanya program. Dengan demikian program efektif terhadap

konsumsi daging dengan melihat nilai Probabilitas P-Value(3.78505E-09) lebih

kecil dari α=0.05. Peningkatan terjadi pada setelah adanya program pengembangan.

Tabel 19: Frekuwensi mengkonsumsi daging dalam seminggu

No.

Frekuwensi konsumsi daging

dalam seminggu

Sebelum program Sesudah program

Jumlah responden

Persentase %

Jumlah responden

Persentase %

1. 1 kali 47 47% 90 90%

2. 2 atau lebih 22 22% 7 7%

3. Tidak pernah 31 31% 3 3

Jumlah 100 100% 100 100%


(61)

60

Dari hasil tabel diatas dapat dilihat peningkatan dalam konsumsi daging

dalam seminggu setelah adanya program. Dimana terdapat 90 responden yang

mengkonsumsi daging dalam seminggu dan 47 responden sebelum adanya

program. Sementara responden yang mengkonsumsi daging 2 kali dalam

seminggu terdapat 22 responden sebelum adanya program dan 7 responden

setelah adanya program. Peningkatan setelah adanya program hanya terjadi pada

konsumsi daging dengan frekuwensi 1 kali dlaam seminggu. Hal ini terjadi

dikarenakan dengan adanya program pengembangan Sapi Bali menjadi

keuntungan tersendiri bagi masyarakat penerima bantuan karena tidak jauh dari

lokasi program masyarakat dapat dengan leluasa berburu binatang liar. Dari hasil

wawancara langsung dengan beberapa responden berburu ini dilakukan dengan

kelompok demngan kurun waktu seminggu sekali, dan sudah menjadi kebiasaan

bagi masyarakat untuk melakukan perburuan pada hari selasa.

c. Daftar distribusi responden menurut frekwensi mengkonsumsi ikan basah Berdasarkan olahan data uji-t rata-rata berpasangan di dapatkan hasil

bahwa t-Hitung (-3.96) lebih kecil dari t-Tabel(1.66). Ho diterima, terdapat

perbedaan antara sebelum dan sesudah adanya program pengembangan sapi bali.

Sementara melihat nilai Probabilitas P-Value 6.89562E-05 lebih kecil dari α=0.05. peningkatan terjadi setelah adanya program pengembangan sapi bali. Jadi

program ini efektif terhadap kesejhateraan masyarakat penerima peternakan


(1)

91 e. daftar distribusi responden menurut jenis kartu tunjangan kesehatan Bedasarakan hasil uji-t diketahui bahwa nilai t-Hitung (-2.768) lebih kecil dari nilai t-tabel (1.66), Ho. Di terima . berdasrakan hasil ini berarti program ini berdampak positif terhadap pengadaan jeis kartu tungjangan kesehatan. Kegiatan ini efektif pada setelah adanya program pengembangan sapi bali.

Tabel 46: Daftar tabel menurut jenis kartu tujangan kesehatan

No

Jenis kartu tunjangan kesehatan

Sebelum Sesudah

Responden Persentase Responden Persentase

1 Kartu Kesehatan

JPS 0 0% 0 0%

2 Askeskin 0 0% 75 100%

3 Lain-lain 100 100% 0 0

Jumlah 100 100% 73 100%

Sumber: kuesioner penelitian; 2010

Dari hasil yang diperoleh dari tabel diatas menunjukan bawa secara keseluruhan responden mempunyai kartu tunjangan kesehatan selain JPS maupun ASKESKIN yaitu sebanyak 100 responden atau dengan persentase 100%, ini terdapat pada masyarakat sebelum adanya program sementara setelah adanya program pengembangan sapi bali dari 73 responden memiliki kartu tunjangan kesehatan dengan jenis ASKESKIN atau dengan persentase 100% . hal ini disebabkan karean merupakan masyarakat peerima bantuan merupakmasyarakt dari golongan rendah sehingga tidak ada terdapat jaminan kesehatan sealain askeskin ynag diberikan oleh pemerintah.


(2)

92

BAB VI

KESIMPULAN dan SARAN

6.1

KESIMPULAN

Dari beberapa pengamatan penulis secara keseluruhan terdapat perbedaan antara sebelum maupun sesudah adanya program pengembangan Sapi Bali. Tepatnya peningkatan terjadi setelah adanya program pengembangan sapi bali. Namun dirasakan sangat perlu adanya evaluasi terhadap kegiatan ini. Dengan demikian dapat mewujudkan kesejahteraan secara merata.

Diamping itu perlu kiranya pembenahan di setiap indikator di antaranya sebagai berikut:

a. Partisipasi Sosial

Secara umum pada indikator partisipasi sosial berjalan efektif pada prograam pengembangan sapi bali, namun tidak efektif pada sub indikator hubungan dengan lingkungan dan tetangga. Terjadi sedikit penurunan tingkatan kepekaan sosial antara sesama masyarakat penerima bantuan program pengembangan sapi bali. Dengan demikian perlua dilakukan evaluasi oleh pemerintah daerah setempat terkait dengan hubungan antara sosial masyarakat penerima bantuan.

b. Pembelajaran Agama

Berdasarkan hasil uji-t, pada indikator Pembelajaran agama tidak terdapat perubahan signifikan, dengan ini program ini tidak berjalan efektif terhadap indikataor pembelajaran agama. Terbukti dari hanya terdapatnya kegiatan yang efektif pada keikutsertaan keagamaan. Namun selebihnya tidak terdapat perubahan dari sebelum adanya progaram.


(3)

93 c. Sandang

Berdasrakan hasil uji-t dengan menggunakan sampel rata-rata berpasangna pada indikator sandang atau pemenuhan kebutuhan pakaian diketahi bahawa terjadi perbedaan yang signifikan, program ini berdamapak besar terhadap penigkatan konsumsi pakayaian bagi masyarakat penerima bantuan program pengembangan sapi bali. Namun dari 4 sub indikator terdapat satu sub indikator yang tidak berpengaruh dengan adanya program pengembanngan ini yaitu pada kritiria pemillihan sandang. Akan tetapi secara keseluruhan program ini berhasil terhadap asfek pemenuhan sandang.

d. Pangan

Kebutuhan akan konsumsi pangan sudah menjadi suatu pemenuhan yang rutin semestinya bagi setiap manusia, sebagai tujuan mengisi daya tahan tubuh untuk melakukan aktifitas setiap hari. Sejauh ini terdapat perbedaan penigkatan konsumsi pada setelah adanya program prngembangan sapi bali yaitu pada sub indikator konsumsi daging, konsumsi ikan basah, konsumsi telur, konsumsi sayuran, konsumsi buah-buahan, konsumsi tahu tempe. Sementara tidak terdapat peningkatan pada konsusi susu dan biaya yang dikeluarkan responden dalam pemenuhan pangan, hala ini di rasakan karena kebanyakan konsi diperoleh dengan cara berburu maupun bercocok tanam sendiri. Untuk frekwensi dalam satu hari masyarakat melakukan aktifitas makan sebanyak 3 kali sehari. Hal ini terdapat baika sebelum maupun sesudah adanya program pengembangan sapi bali. Dengan demikian secara keseluruhan program ini berjalan efektif terhadap indikator pemenuhan pangan.


(4)

94 Perumahan yang nyaman merupakan idaman setiap orang, dengan berbagai macam cara manusia berusaha untuk dapat memperoleh rumah dengan berbagai bentuk sesuai dengan keinginan yang sesuai dengan selera masing. Dalam rencana program pengembangan sapi bali perumahan juga menjadi prioriatas pemerintah untuk diberikan kepada masyarakat serta menjadi milik sendiri. Dari beberapa peneltian penulis meperoleh perbedaan hanya terdapat pada status penuasaan rumah menjadi hak milik pribadi, sementara program ini tidak berdampak efektif terhadap jenis dinding yang semuanaya terbuat dari kayu. Hingga penulis melakukan penelitian, kondisi lantai perumahan masyarakat masih berbentuk lantai dari tanah. untuk luas rumah tersebut adalah dengan ukuran panjang 8 meter dan lebar 6 meter, yang terdiri dari satu ruang tamu satu kamar tidur dan satu ruangan dapur yang sekaligus tempat makan. Dengan ini program ini masih belum efektif terhadap pengadaan perumahan yang ideal bagi masyarakat.

f. Pendidikan

Berdasarkan indikator pendidikan diperoleh bahwa program ini berdampak efektif terhadap peningkatan pendidikan bagi anggota keluarga responden, terkecuali pada sub indikator perguruan tinggi, alasnya terdapat pada anggota keluarga yang masih dalam jenjang stingkat SLTA. Dengan demikian secara keseluruhan program ini berdampak positif terhadap peningkatan pendidikan masyarakat penerima bantuan program pengembangan sapi bali.

g. Pendapatan

Dari hasil pengamatan penulis dengan melakukan uji-t, program ini tidak berdampak besar terhadap peningkatan pendapatan masyarakat penerima bantuan. Dengan demikian program ini tidak efektif terhadap pendapatan.


(5)

95 h. Kesehatan

Dari indikator kesehatan dapat kita ambil kesimpulan dengan melihat olahan hasil uji-t terdapat kepedulian pemerintah terhadap peningkatan kesehatan masyarakat. Program berperan efektif terhadap peningkatan kesehatan masyarakat penerima bantuan. Dengan demikian program ini berdampak positif terhadap penjagaan kualitas kesahtan masyarakat.


(6)

96

6.2 SARAN

Dari hasil pengamatan penulis dan melihat hasil penelitian ini perlu kiranya sedikit saran yang penulis ingin sampaikan.

1. Hendakanya pemerintah lebih serius dalam pola pengembangan program ini yang tidak hanya berpatokan pada hasil yang akan didapat, akan tetapi mendahulukan kesejahteraan amsyarakat dengan memperhatikan sandang, pangan , dan papan akan memberikan dampak tersendiri terhadap produktifitas kerja masyarakat.

2. Bagi lembaga yang mengawasi kegiatan ini baik itu lembaga pemerintah maupun swasta agar dapat mengevaluasi kegiatan ini guna mencapai kemakmuraran bagi masyarakat.

3. Perlu kiranya adanya sesuatu pengutan sosial abgi setiap masyarakat untuk menjalin kerukan antar masyarakat.

4. Hendakanya ada suatu netralisasi dari pemerintah daerah terhadap pemerintah terhadap masyarakat sehingga dapat memperkecil konflik sosial antar masyarakat. Seperti transparansi berbagai jenis bantuan. Sehingga masyarakt jadi lebih tau bantuan apa saja yang dapat mereka peroleh. Sementara selama ini yang terjadi hanyalah bagi masyararkat yang dekat dengan petugas lapangan akan mendapatkan bagian lebih dari seharusnya.


Dokumen yang terkait

Evaluasi Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir Di Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang

6 80 92

Studi Komparatif Sistem Pengembangan Sapi Bali di Luar dan di Dalam Kawasan Peternakan Terpadu di Kecamatan Linge Kabupaten Aceh Tengah

0 27 80

DAMPAK KEBERADAAN PETERNAKAN UNGGAS TERHADAP PERUBAHAN KEHIDUPAN SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT (Studi Dampak Keberadaan CV. Bumi Ayu terhadap Perubahan Kehidupan Sosial dan Ekonomi Masyarakat di Desa Plosoarang, Kecamatan Sanankulon, Kabupaten Blitar)

1 7 2

Studi Komparatif Sistem Pengembangan Sapi Bali di Luar dan di Dalam Kawasan Peternakan Terpadu di Kecamatan Linge Kabupaten Aceh Tengah

0 0 14

Studi Komparatif Sistem Pengembangan Sapi Bali di Luar dan di Dalam Kawasan Peternakan Terpadu di Kecamatan Linge Kabupaten Aceh Tengah

0 0 2

Studi Komparatif Sistem Pengembangan Sapi Bali di Luar dan di Dalam Kawasan Peternakan Terpadu di Kecamatan Linge Kabupaten Aceh Tengah

0 0 4

Studi Komparatif Sistem Pengembangan Sapi Bali di Luar dan di Dalam Kawasan Peternakan Terpadu di Kecamatan Linge Kabupaten Aceh Tengah

0 0 8

Studi Komparatif Sistem Pengembangan Sapi Bali di Luar dan di Dalam Kawasan Peternakan Terpadu di Kecamatan Linge Kabupaten Aceh Tengah

0 0 3

Studi Komparatif Sistem Pengembangan Sapi Bali di Luar dan di Dalam Kawasan Peternakan Terpadu di Kecamatan Linge Kabupaten Aceh Tengah

0 0 10

DAMPAK PENETAPAN DESA-DESA DI KABUPATEN SLEMAN SEBAGAI DESA WISATA TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SETEMPAT

0 1 158