Kegagalan Indonesia di Tahun 2011 Akanka

Kegagalan Indonesia di Tahun 2011 Akankah berlanjut di Tahun 2012?
Tidak terasa kita sudah tiba di tahun 2012. Tentu kita masih ingat dengan berbagai
peristiwa politik yang terjadi di Indonesia. Mulai dari reshuffle pertama di bulan Februari dan
yang ke dua di bulan Oktober yang dengan jelas mencerminkan kegagalan pemerintahan
SBY. Juga DPR yang mencanangkan ingin membuat gedung DPR baru yang mewah yang
padahal tidak sejalan dengan kinerjanya. DPR, yang katanya perwakilan rakyat ini terus
bersenang-senang dengan kemewahannya. Milyaran rupiah sanggup dikeluarkan untuk
pelantikan DPR yang hanya beberapa jam saja. Kocek negara terkuras habis hanya untuk
membiayai pelesiran para pejabat yang tak tahu diri.
Dari segi kebijakan, di tahun ini pemerintah mengeluarkan UU yang pro terhadap
pemilik modal atau kepentingan suatu kelompok saja, bukan masyarakat. Misalnya saja
keikutsertaan Indonesia dalam perjanjian perdagangan bebas China-ASEAN (CAPTA) yang
justru malah menjadi tindakan bunuh diri ekonomi Indonesia, penghapusan subsidi BBM
yang semakin menyengsarakan rakyat, Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang
merugikan rakyat, RUU Perguruan Tinggi (PT) yang semakin mempertegas slogan “Orang
miskin tidak berhak sekolah”, serta UU Intelejen yang semakin mencerminkan arah
perubahan pemerintahan yang semakin jelas menuju pemerintahan yang refresif dan liberal.
Dari segi keamanan Nasional, semakin banyak isu-isu politis yang meyudutkan
ummat muslim dengan propaganda terorisnya. Bom Cirebon, bom Solo, serta mencuatnya
islamophobia dengan maraknya NII, semakin memperkuat penyudutan terhadap para
pejuang-pejuang islam, para pengemban dakwah yang berorientasi pada metode Rasulullah

dan membawa ide syari’at islam yang kaffah.Kerusuhan massa yang terus terjadi, gejolak
Papua yang selalu panas bagaikan daun kering yang mudah terbakar hanya dengan sulutan
api kecil saja. Freeport yang tinggal selangkah lagi 100% penghasilannya dimakan asing,
menyusul raibnya blok Natuna. Sedangkan TKI terus dibanggakan dan dijadikan komoditi
utama yang menjadi devisa negara, padahal faktanya semakin besar angka kekerasan dan
penganiayaan yang dialami para TKI khususnya TKW Indonesia.Maraknya kasus korupsi
yang semakin terkuak layaknya kemunculan cacing-cacing tanah di musim hujan. Kasus Sri
Mulyani dan Budiyono dengan Bank Centurynya, Nazaruddin, Gayus, Nurpati, Antasari dan
Nunun yang seakan-akan menjadi benang kusut yang tak kan pernah diketahui dimana
ujungnya.

Itulah segelintir catatan akhir tahun yang jika dipreteli satu persatu kegagalan
pemerintahan SBY mungkin tidak cukup hanya dengan satu atau dua lembar kertas saja.
Kegagalan pemerintahan saat ini semakin diperjelas dengan adanya aksi bakar diri
mahasiswa yang kecewa terhadap kinerja pemerintah.
Menilik dari catatan di atas, sampailah pada kesimpulan bahwa: pertama, system
yang tidak bersumber dari Allah SWT, pasti akan menimbulkan kerusakan dan akhirnya
tumbang. Kedua, sekuat apa pun sezim yang otoriter, korup, menindas rakyat dan durhaka
kepada Allah SWT, meski telah dijaga dengan kekuatan senjata dan dukungan oleh Negara
adidaya, cepat atau lambat pasti akan tumbang dan tersungkur secara tidak hormat. Misalnya

saja seperti jatuhnya Ben Ali, Mubarak, Qaddafi, Ali Abdullah Saleh, dan lain-lain. Ketiga,
oleh karena itu, bila kita ingin sungguh-sungguh lepas dari berbagai persoalan yang tengah
membelit negeri ini, maka kita harus memilih system yang baik dan pemimpin yang amanah.
Sistem yang baik hanya mungkin datang dari Dzat yang Maha Baik, itulah Syari’ah
Allah dan pemimpin yang amanah adalah yang mau tunduk pada system yang baik itu.
“Hai orang-orang byang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan Ulil
Amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka
kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (Sunnahnya),jika kamu benarbenar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih baik
akibatnya.” (TQS. an-Nisa [4]: 59)
Maka jelas, jika Indonesia tidak ingin mengulangi kegagalannya di tahun 2011 lalu,
jalan yang harus ditempuh bukanlah hanya sekedar pergantian rezim belaka, tapi juga harus
dibarengi dengan pergantian system. Dari demokrasi, system yang premature ke Khilafah
yang berasal dari Islam, system yang jelas diridhai oleh Allah SWT. Maka ketika Indonesia
tetap terbuai oleh kata manis para liberalis dan kapitalis untuk mempertahankan demokrasi,
kesengsaraan dan kegagalan akan tetap dirasakan oleh rakyat Indonesia di tahun 2012 ini.
Wallahua’lam bi ash-shawab.
Tresna Mustikasari, Fisika UNPAD