Peran akhlakul karimah dalam perkembanga (1)

PERAN AKHLAKUL KARIMAH DALAM PERKEMBANGAN
SAINS DAN TEKNOLOGI

Ditulis Oleh :
Raden Muhammad Ridhwan Satria Kumara ( IPS )
Ichwan Ghozy ( IPA )

SEKOLAH MENENGAH ATAS ISLAM TERPADU IQRA’
KOTA BENGKULU OKTOBER

2014

1

KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena dengan
pertolongannya kami dapat menyelesaiakan karya tulis yang berjudul ‘Peran
Akhlakul Karimah dalam Perkembangan Sains dan Teknologi’. Meskipun banyak
rintangan dan hambatan yang kami alami dalam proses pengerjaannya, tapi kami
berhasil menyelesaikannya dengan baik.

Tak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada guru pembimbing yang
telah membantu kami dalam mengerjakan karya tulis ini. Kami juga mengucapkan
terimakasih kepada teman-teman yang juga sudah memberi informasi baik
langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan karya tulis ini.
Tentunya ada hal-hal yang ingin kami berikan kepada masyarakat dari hasil
karya tulis ini. Karena itu kami berharap semoga karya tulis ini dapat menjadi
sesuatu yang berguna bagi kita bersama.
Semoga karya tulis yang kami buat ini dapat membuat kita mencapai
kehidupan yang lebih baik lagi, aamiinn
Wassalamualaikum wr.wb
Bengkulu,

Oktober 2014

Penyusun

2

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................


ii

DAFTAR ISI.............................................................................

iii

BAB I

PENDAHULUAN
1.1......................................................................... Lat
ar Belakang......................................................

1

1.2.........................................................................Tuju
an dan Manfaat Penulisan...............................
BAB II

2


PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Imu dan Teknologi.........................

3

2.2 Pengertian Akhlakul Karimah..........................

4

2.3 Pandangan Islam Terhadap IPTEK...................

7

2.4 Penyikapan terhadap perkembangan IPTEK................
......................................................................11
2.5 Hubungan Iptek dan Agama....................................
......................................................................13
2.6 Analisis Kandungan Ayat Al-Quran..................
......................................................................18

BAB III

PENUTUP
3.1. Kesimpulan.....................................................
..........................................................................20
3.2. Saran..............................................................
..........................................................................20

DAFTAR PUSTAKA.................................................................
................................................................................................21

3

4

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan zaman, sains dan teknologi

mengalami perkembangan yang begitu pesat bagi kehidupan
manusia. Karena keduanya sudah menjadi simbol kemajuan
pada abad ini dan menjadi tolak ukur di era modern ini Oleh
karena itu apabila bangsa atau negara tidak mengikuti
perkembangan sains dan teknologi, maka bangsa atau
negara itu dapat dikatakan negara tidak maju.
Realitanya,

negara

islam

semakin

tertinggal

dengan

perkembangan teknologi. Negara islam barada jauh dari
negara-negara barat yang telah mampu mengembangkan

dengan pesat sains dan teknologi. Bahkan

perlahan telah

dunia. Jika yang terjadi demikian, maka negara islam akan
tergilas dengan negara barat. Padahal islam tidak pernah
mengekang umatnya untuk maju dan modern. Justru islam
sangat mendukung umatnya untuk melakukan research dan
beresperimen dalam hal apa pun, termasuk sains dan
teknologi.
Pandangan Al-Qur’an tentang ilmu dan teknologi dapat diketahui prinsipprinsipnya dari analisis wahyu pertama yang diterima oleh Nabi Muhammad
Saw.
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah
menciptakanmanusia dari segumpal darah, Bacalah, dan Tuhanmulah Yang
Maha Pemurah, Yangmengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia
mengajar kepada manusia apa yangtidak diketahuinya (Q.S. Al- A’laq;1-5).
1

Hendaknya perkembangan sains dan teknologi itu tidak
meninggalkan nilai agama. Bagaimana agama merupakan

pedoman atau pegangan dalam menjalankan sesuatu hal,
lebih khusus pada akhlakul karimah sebagai sikap dan
perilaku yang harus dimiliki seseorang dalam menyikapi
pesatnya perkembangan sains dan teknologi. Karena pada
masa

sekarang

masyarakat

mengalami

krisis

akhlakul

karimah dalam menyikapi arus perkembangan teknolog.
Berdasarkan hal tersebut, penulis menulis karya ilmiah
dengan


judul

"PERAN

AKHLAKUL

KARIMAH

DALAM

PERKEMBANGAN SAINS DAN TEKNOLOGI"
1.2 Tujuan dan Manfaat Penulisan
1.

Memahami

arti

akhlakul


karimah

dan

dapat

menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, terutama
dalam mengatasi perkembangan teknologi.
2. Dapat menyikapi perkembangan sains dan teknlogi dengan
baik dan tidak terlepas dari nilai-nilai agama.
3. Berusaha mengejar ketinggalan umat islam terhadap
perkembangan sains dan teknologi yang jauh tertinggal
dari bangsa barat, agar tidak terbelakang dan senantiasa
berhati-hati dalam pemanfaatannya.

2

3

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ilmu dan Teknologi
Kata ilmu berasal dari bahasa arab: 'alima (ia telah mengetahui). Kata jadian;
'ilmu berarti pengetahuan. Dan memang dalam bahasa indonesia
sehari-hari ilmu diidentikkan dengan pengetahuan (Sidi, 1997).
Menurut Paul Freedman dari buku the prinsiplesof scientific research
memberi batasan ilmu sebagai berikut: ilmu adalah suatu bentuk aktifitas
manusia yang dengan melakukannya umat manusia memperoleh sesuatu
pengetahuan dan pemahaman yang senantiasa lebih lengkap dan lebih cermat
tentang alam di masa lampau, sekarang dann kemudian hari, serta suatu
kemampuan yang meningkat untuk menyesuaikan dirinya dan mengubah
lingkungannya serta mengubah sifat-sifatnya sendiri (Miska, 2006).
‫تواببتتغغ غفي بتما آ تتتاتك اللهه ال د تداتر ا بل تغخترتة تول ت تتن بتس ن تغصي ببتتك غمتن ال دهدن بتيا توأ تبحغسبن ك تتما أ تبحتستن اللهه غإل تي بتك تول ت تتببغغ‬
‫ب ال بهمفبغسغدي بتن‬
‫بالتفتساتد غفي ا بل تبرغض غإ دتن اللته ل ت ي هغح ده‬
Artinya:

Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu


(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu
dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain)
sebagaimana Allah Telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu
berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS. Al Qashash: 77)
Jadi ilmu merupakan pengetahuan ilmiah yang mempunyai sifat yang
sistematik dalam cara memperolehnya.

4

Adapun teknologi yaitu, "Penerapan konsep ilmiah yang tidak hanya
bertujuan menjelaskan gejala-gejala alam untuk tujuan pengertian dan
pemahaman", namun lebih jauh lagi bertujuan memanipulasi faktor-faktor
yang terkait dalam gejala-gejala tersebut, untuk mengontrol dan mengarahkan
proses yang terjadi.
Jadi, teknologi di sini berfungsi sebagai sarana memberikan kemudahan bagi
kehidupan manusia. Dengan kata lain, teknologi adalah: "Penerapan sains
secara sistematis untuk memengaruhi dan mengendalikan alam di sekeliling
kita, dalam suatu proses produktif ekonomis untuk meng-hasilkan sesuatu
yang bermanfaat bagi umat manusia"(Baiquni, 1979)
Keutamaan orang-orang yang berilmu dan beriman sekaligus, diungkapkan
Allah dalam ayat-ayat berikut:
“Katakanlah: ‘Adakah sama orang-orang yang berilmu dengan orang yang
tidak berilmu?’ Sesungguhnya hanya orang-orang yang berakallah yang dapat
menerima pelajaran.” (QS. Az-Zumar [39] : 9).
“Allah berikan al-Hikmah (Ilmu pengetahuan, hukum, filsafat dan kearifan)
kepada siapa saja yang Dia kehendaki. Dan barangsiapa yang dianugrahi alHikmah itu, benar-benar ia telah dianugrahi karunia yang banyak. Dan hanya
orang-orang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (berdzikir) dari
firman-firman Allah.” (QS. Al-Baqoroh [2] : 269).
“Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.Dan Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS Mujaadilah [58] :11)
2.2 Pengertian Ahklakul Karimah
Akhlak terpuji adalah akhlak yang baik, diwujudkan dalam bentuk sikap,
ucapan dan perbuatan yang baik sesuai dengan ajaran islam. Akhlak terpuji
yang ditujukan kepada Allah SWT berupa ibadah, dan kepada Rasulullah

5

SAW dengan mengikuti ajaran-ajarannya, serta kepada sesama manusia
dengan selalu bersikap baik kepada sesama. Akhlak terpuji adalah akhlak
yang meningkatkan derajat seseorang di sisi Allah SWT dan juga dalam
pandangan manusia.
Memiliki akhlak yang baik atau akhlak mulia bagi setiap manusia adalah
suatu hal yang sangat penting. Karena dimanapun kita berada, apapun
pekerjaan kita, akan di senangi oleh siapa pun. Artinya, akhlak menentukan
baik buruknya seseorang di hadapan sesama.
Dari pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa yang dimaksud dengan
akhlak terpuji adalah sikap atau perbuatan seorang muslim baik dari segi
ucapannya ataupun perbuatannya yang tidak melanggar dari apa yang telah
dicontohkan Rasulullah SAW dan ajaran-ajaran islam.
Ada beberapa contoh sikap terpuji yang harus di miliki dan di amalkan oleh
setiap orang terutama bagi seorang muslim,
1. Amanah

diantaranya (Teguh, 2013):

(dapat dipercaya)

Amanah merupakan salah satu sifat terpuji yang di miliki oleh rasulullah
SAW yang harus di contoh oleh kita selaku umatnya. Sifat dapat dipercaya
artinya menyampaikan amanat kepada orang yang berhak menerimanya tanpa
di lebih-lebihkan atau di kurangi.
2. Shidiq (benar)
Shidiq juga merupakan salah satu sifat terpuji yang dimiliki Rasulullah SAW.
Dalam kehidupan sehari-hari shidiq dapat diartikan jujur. Seorang muslim
harus bersikap jujur dalam setiap ucapan atau perbuatan, karena kejujuran
merupakan salah satu kunci dari kesuksesan.
3. Adil
memberikan setiap hak kepada pemiliknya tanpa pilih sasih atau membedabedakan. Sebagai muslim yang bijak, apabila ia mempunyai posisi sebagai

6

pemimpin, maka hendaklah ia bersikap adil dan harus berupaya sekuat tenaga
untuk selalu menegakkan keadilan.
4. Memaafkan
Kita sebagai seorang muslim harus menyadari bahwa siapa pun sebagai
manusia pasti mengalami kesalahan dan kekhilafan. Untuk itu, dalam
menjalani kehidupan sehari-hari hendaknya kita selalu memiliki jiwa yang
lapang dan berhati besar sehingga mudah memaafkan kesalahan-kesalahan
yang di perbuat oleh orang lain.
5.Tolong-Menolong
Tiada ada manusia yang dapat hidup berdiri sendiri, tanpa memerlukan
bantuan orang lain walaupun setinggi apapun jabatan yang dimilikinya dan
sekaya apapun harta yang dipunyainya. Setiap manusia yang hidup di dunia
ini pasti membutuhkan pertolongan orang lain. Oleh karena itu islam sangat
menganjurkan kepada umatnya agar saling tolong-menolong dengan sesama,
baik berupa materi, tenaga atau pikiran.
6.Kerja Keras
Di dunia ini tidak ada kesuksesan tanpa adanya usaha, tidak ada yang bersifat
bim salabim, hanya dengan membalikan telapak tangan, melaikan semuanya
harus melalui proses sebab akibat dan itu merupakan sunnatullah. Kesuksesan
dapat diraih dengan cara berusaha dan bekerja keras. Karna sesungguhnya
Allah

menyukai

hambanya

yang

mau

bersungguh-sungguh

dalam

mengerjakan segala amal kebaikan.
7.Islakh
Yang dimaksud islakh di sini adalah usaha mendamaikan antara dua orang
atau lebih yang bertengkar atau bermusuhan, atau mendamaikan dari hal-hal
yang dapat menimbulkan peperangan dan permusuhan.
Islam diturunkan oleh Allah sebagai rahmat (kedamaian) bagi seluruh alam.
Untuk itu siapa pun insan yang mengaku sebagai muslim harus selalu
berusaha memancarkan rahmat, yang di antaranya dapat berupa mendamaikan

7

seorang manusia yang sedang bertikai atau bermusuhan. karena dengan
perdamaian itu akan lahir kesadaran. Dengan kesadaran ia akan mengakui
segala kekhilafan dan kealpaan.
8.Silaturrahim
Istilah silaturrahim tersusun dari kata sillah (menyambung) dan rahimi (tali
persaudaraan). Adapun maksudnya adalah usaha untuk menyambung,
mengikat, dan menjalin kasih sayang atau tali persaudaraan antara sesama
manusia, terutama dangan sanak keluarga (kerabat). Manusia pertama di alam
semeata ini adalah Nabi Adam As dan Siti Hawa. Untuk itu semua manusia di
muka bumi ini pada hakekatnya adalah saudara. Maka dari itu kita sebagai
umat islam, marilah kita jalin silaturrahim agar terciptanya tali persaudaraan
antar sesama muslim.
2.3 Pandangan Islam terhadap IPTEK
Bahwa kemajuan Ilmu pengetahuan dan teknologi dunia, yang kini dipimpin
oleh peradaban Barat satu abad terakhir ini, mencegangkan banyak orang di
berbagai penjuru dunia. Kesejahteraan dan kemakmuran material (fisikal)
yang dihasilkan oleh perkembangan Iptek modern tersebut membuat banyak
orang lalu mengagumi dan meniru-niru gaya hidup peradaban barat tanpa
dibarengi sikap kritis terhadap segala dampak negatif dan krisis
multidimensional yang diakibatkannya.
Peradaban Barat moderen dan postmodern saat ini memang memperlihatkan
kemajuan dan kebaikan kesejahteraan material yang seolah menjanjikan
kebahagian hidup bagi umat manusia. Namun karena kemajuan tersebut tidak
seimbang, pincang, lebih mementingkan kesejahteraan material bagi sebagian
individu dan sekelompok tertentu.
Negara-negara maju (kelompok G-8), bahkan menindas hak-hak dan
merampas kekayaan alam negara lain dan orang lain yang lebih lemah
kekuatan iptek, ekonomi dan militernya. Maka kemajuan di Barat melahirkan

8

penderitaan kolonialisme-imperialisme (penjajahan) di Dunia Timur &
Selatan.
Kemajuan Iptek di Barat, yang didominasi oleh pandangan dunia dan
paradigma sains (Iptek) yang positivistik-empirik sebagai anak kandung
filsafat-ideologi materialisme-sekuler, pada akhirnya juga telah melahirkan
penderitaan dan ketidakbahagiaan psikologis/ruhaniah pada banyak manusia
baik di Barat maupun di Timur.
Krisis multidimensional terjadi akibat perkembangan Iptek yang lepas dari
kendali nilai-nilai moral Ketuhanan dan agama. Krisis ekologis, misalnya:
berbagai bencana alam: tsunami, gempa dan kacaunya iklim dan cuaca dunia
akibat pemanasan global yang disebabkan tingginya polusi industri di negaranegara maju; Kehancuran ekosistem laut dan keracunan pada penduduk
pantai akibat polusi yang diihasilkan oleh pertambangan mineral emas, perak
dan tembaga, seperti yang terjadi di Buyat, Sulawesi Utara dan di Freeport
Papua, Minamata Jepang. Kebocoran reaktor Nuklir di Chernobil, Rusia, dan
di India, dan lainnya.
Krisis Ekonomi dan politik yang terjadi di banyak negara berkembang dan
negara miskin, terjadi akibat ketidakadilan dan ’penjajahan’ (neoimperialisme) oleh negara-negara maju yang menguasai perekonomian dunia
dan ilmu pengetahuan dan teknologi modern.
Negara-negara yang berpenduduk mayoritas Muslim, saat ini pada umumnya
adalah negara-negara berkembang atau negara terkebelakang, yang lemah
secara ekonomi dan juga lemah atau tidak menguasai perkembangan ilmu
pengetahuan dan sains-teknologi. Beberapa di antara mereka kemudian
menjadi hamba budaya dan pengikut buta kepentingan negara-negara Barat.
Mereka menyerap begitu saja nilai-nilai, ideologi dan budaya materialis
(’matre’) dan sekular (anti Tuhan) yang dicekokkan melalui kemajuan
teknologi informasi dan media komunikasi Barat. Akibatnya krisis-krisis

9

sosial-moral dan kejiwaan pun menular kepada sebagian besar bangsa-bangsa
Muslim.
Kenyataan memprihatikan ini sangat ironis. Umat Islam yang mewarisi ajaran
suci Ilahiah dan peradaban dan Iptek Islam yang jaya di masa lalu, justru kini
terpuruk di negerinya sendiri, yang sebenarnya kaya sumber daya alamnya,
namun miskin kualitas sumberdaya manusianya (pendidikan dan Ipteknya).
Ketidakadilan global ini terlihat dari fakta bahwa 80% kekayaan dunia hanya
dikuasai oleh 20 % penduduk kaya di negara-negara maju. Sementara 80%
penduduk dunia di negara-negara miskin hanya memperebutkan remah-remah
sisa makanan pesta pora bangsa-bangsa negara maju.
Ironis bahwa Indonesia yang sangat kaya dengan sumber daya alam minyak
dan gas bumi, justru mengalami krisis dan kelangkaan BBM. Ironis bahwa di
tengah keberlimpahan hasil produksi gunung emas-perak dan tembaga serta
kayu hasil hutan yang ada di Indonesia, justru mengalami kesulitan dan krisis
ekonomi, kelaparan, busung lapar, dan berbagai penyakit akibat kemiskinan
rakyat.
Kenyataan menyedihkan tersebut sudah selayaknya menjadi cambuk bagi kita
bangsa Indonesia yang mayoritas Muslim untuk gigih memperjuangkan
kemandirian politik, ekonomi dan moral bangsa dan umat. Kemandirian itu
tidak bisa lain kecuali dengan pembinaan mental-karakter dan moral (akhlak)
bangsa-bangsa Islam sekaligus menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi
yang dilandasi keimanan-taqwa kepada Allah swt. Serta melawan pengaruh
buruk budaya sampah dari Barat yang Sekular, Matre dan hedonis
(mempertuhankan kenikmatan hawa nafsu).
Akhlak yang baik muncul dari keimanan dan ketaqwaan kepada Allah swt
Sumber segala Kebaikan, Keindahan dan Kemuliaan. Keimanan dan
ketaqwaan kepada Allah swt hanya akan muncul bila diawali dengan
pemahaman ilmu pengetahuan dan pengenalan terhadap Tuhan Allah swt dan

10

terhadap

alam

semesta

sebagai

tajaliyat

(manifestasi)

sifat-sifat

KeMahaMuliaan, Kekuasaan dan Keagungan-Nya.
Islam, sebagai agama penyempurna dan paripurna bagi kemanusiaan, sangat
mendorong dan mementingkan umatnya untuk mempelajari, mengamati,
memahami dan merenungkan segala kejadian di alam semesta. Dengan kata
lain Islam sangat mementingkan pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Berbeda dengan pandangan dunia Barat yang melandasi pengembangan
Ipteknya hanya untuk kepentingan duniawi yang ’matre’ dan sekular, maka
Islam mementingkan pengembangan dan penguasaan Iptek untuk menjadi
sarana ibadah-pengabdian Muslim kepada Allah swt dan mengembang
amanat Khalifatullah (wakil Allah) di muka bumi untuk berkhidmat kepada
kemanusiaan dan menyebarkan rahmat bagi seluruh alam (Rahmatan lil
’Alamin). Ada lebih dari 800 ayat dalam Al-Quran yang mementingkan proses
perenungan, pemikiran dan pengamatan terhadap berbagai gejala alam, untuk
ditafakuri dan menjadi bahan dzikir (ingat) kepada Allah. Yang paling
terkenal adalah ayat:
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya
malam dan siang terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang
berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk
atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan
langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau ciptakan
ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa
neraka.” (QS Ali Imron [3] : 190-191)
“Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan berilmu
pengetahuan beberapa derajat.” (QS. Mujadillah [58]: 11 )

11

Bagi umat Islam, kedua-duanya adalah merupakan ayat-ayat (atau tandatanda) ke-Mahakuasa-an dan Keagungan Allah swt. Ayat tanziliyah/naqliyah
(yang diturunkan atau transmited knowledge), seperti kitab-kitab suci dan
ajaran para Rasul Allah (Taurat, Zabur, Injil dan Al Quran), maupun ayat-ayat
kauniyah (fenomena, prinsip-prinsip dan hukum alam), keduanya bila dibaca,
dipelajari, diamati dan direnungkan, melalui mata, telinga dan hati akan
semakin mempertebal pengetahuan, pengenalan, keyakinan dan keimanan
kita kepada Allah swt.
Jadi agama dan ilmu pengetahuan, dalam Islam tidak terlepas satu sama lain.
Agama dan ilmu pengetahuan adalah dua sisi koin dari satu mata uang koin
yang sama. Keduanya saling membutuhkan, saling menjelaskan dan saling
memperkuat secara sinergis, holistik dan integratif (Samantho, 2004).
2.4 Penyikapan terhadap Perkembangan IPTEK
Setiap manusia diberikan hidayah dari Allah swt berupa “alat” untuk
mencapai dan membuka kebenaran. Hidayah tersebut adalah (1) indera, untuk
menangkap kebenaran fisik, (2) naluri, untuk mempertahankan hidup dan
kelangsungan hidup manusia secara probadi maupun sosial, (3) pikiran dan
atau kemampuan rasional yang mampu mengembangkan kemampuan tiga
jenis pengetahuan akali (pengetahuan biasa, ilmiah dan filsafi). Akal juga
merupakan penghantar untuk menuju kebenaran tertinggi, (4) imajinasi, daya
khayal yang mampu menghasilkan kreativitas dan menyempurnakan
pengetahuannya, (5) hati nurani, suatu kemampuan manusia untuk dapat
menangkap kebenaran tingkah laku manusia sebagai makhluk yang

harus

bermoral.
‫عاغقبتهة ال بهمك تغدذغبي بتن‬
‫ت غمبن تقببلغك هبم هسن تنن تفغسي بهروا غفي ا بل تبرغض تفان بهظهروا ك تي بتف تكاتن ت‬
‫تقبد تخل ت ب‬
Artinya: “Sesungguhnya telah berlalu sebelum kamu sunnah-sunnah Allah;
Karena itu berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana
akibat orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul)”. (QS. Ali Imran: 137)

12

Dalam menghadapi perkembangan budaya manusia dengan perkembangan
IPTEK yang sangat pesat, dirasakan perlunya mencari keterkaitan antara
sistem nilai dan norma-norma Islam dengan perkembangan tersebut. Menurut
Mehdi Ghulsyani (1995) dalam Anonim, 2013, dalam menghadapi
perkembangan IPTEK ilmuwan muslim dapat dikelompokkan dalam tiga
kelompok; (1) Kelompok yang menganggap IPTEK moderen bersifat netral
dan berusaha melegitimasi hasil-hasil IPTEK moderen dengan mencari ayatayat Al-Quran yang sesuai; (2) Kelompok yang bekerja dengan IPTEK
moderen, tetapi berusaha juga mempelajari sejarah dan filsafat ilmu agar
dapat menyaring elemen-elemen yang tidak islami, (3) Kelompok yang
percaya adanya IPTEK Islam dan berusaha membangunnya.
Untuk

kelompok

ketiga

ini

memunculkan

nama

Al-Faruqi

yang

mengintrodusir istilah “islamisasi ilmu pengetahuan”. Dalam konsep Islam
pada dasarnya tidak ada pemisahan yang tegas antara ilmu agama dan ilmu
non-agama. Sebab pada dasarnya ilmu pengetahuan yang dikembangkan
manusia merupakan “jalan” untuk menemukan kebenaran Allah itu sendiri.
Sehingga IPTEK menurut Islam haruslah bermakna ibadah. Yang
dikembangkan dalam budaya Islam adalah bentuk-bentuk IPTEK yang
mampu mengantarkan manusia meningkatkan derajat spiritialitas, martabat
manusia secara alamiah. Bukan IPTEK yang merusak alam semesta, bahkan
membawa

manusia

ketingkat

yang

lebih

rendah

martabatnya.

Hakikat penyikapan IPTEK dalam kehidupan sehari-hari yang islami adalah
memanfaatkan perkembangan IPTEK untuk meningkatkan martabat manusia
dan meningkatkan kualitas ibadah kepada Allah swt. Kebenaran IPTEK
menurut Islam adalah sebanding dengan kemanfaatannya IPTEK itu sendiri.
IPTEK akan bermanfaat apabila (1) mendekatkan pada kebenaran Allah dan
bukan menjauhkannya, (2) dapat membantu umat merealisasikan tujuantujuannya (yang baik), (3) dapat memberikan pedoman bagi sesama, (4) dapat
menyelesaikan persoalan umat. Dalam konsep Islam sesuatu hal dapat

13

dikatakan mengandung kebenaran apabila ia mengandung manfaat dalam arti
luas (Anonim, 2013).
2.5 Hubungan Iptek dan Agama
Ada beberapa kemungkinan hubungan antara agama dan iptek: (a)
berseberangan atau bertentangan, (b) bertentangan tapi dapat hidup
berdampingan secara damai, (c) tidak bertentangan satu sama lain, (d) saling
mendukung satu sama lain, agama mendasari pengembangan iptek atau iptek
mendasari penghayatan agama.
Pola hubungan pertama adalah pola hubungan yang negatif, saling tolak. Apa
yang dianggap benar oleh agama dianggap tidak benar oleh ilmu pengetahuan
dan teknologi. Demikian pula sebaliknya. Dalam pola hubungan seperti ini,
pengembangan iptek akan menjauhkan orang dari keyakinan akan kebenaran
agama dan pendalaman agama dapat menjauhkan orang dari keyakinan akan
kebenaran ilmu pengetahuan. Orang yang ingin menekuni ajaran agama akan
cenderung

untuk

menjauhi

ilmu

pengetahuan

dan

teknologi

yang

dikembangkan oleh manusia. Pola hubungan pertama ini pernah terjadi di
zaman Galileio-Galilei. Ketika Galileo berpendapat bahwa bumi mengitari
matahari sedangkan gereja berpendapat bahwa matahari lah yang mengitari
bumi, maka Galileo dipersalahkan dan dikalahkan.

Ia dihukum karena

dianggap menyesatkan masyarakat.
Pola hubungan ke dua adalah perkembangan dari pola hubungan pertama.
Ketika kebenaran iptek yang bertentangan dengan kebenaran agama makin
tidak dapat disangkal sementara keyakinan akan kebenaran agama masih kuat
di hati, jalan satu-satunya adalah menerima kebenaran keduanya dengan
anggapan bahwa masing-masing mempunyai wilayah kebenaran yang
berbeda. Kebenaran agama dipisahkan sama sekali dari kebenaran ilmu
pengetahuan.

Konflik antara agama dan ilmu, apabila terjadi, akan

diselesaikan dengan menganggapnya berada pada wilayah yang berbeda.

14

Dalam pola hubungan seperti ini, pengembangan iptek tidak dikaitkan dengan
penghayatan dan pengamalan agama seseorang karena keduanya berada pada
wilayah yang berbeda. Baik secara individu maupun komunal, pengembangan
yang satu tidak mempengaruhi pengembangan yang lain. Pola hubungan
seperti ini dapat terjadi dalam masyarakat sekuler yang sudah terbiasa untuk
memisahkan urusan agama dari urusan negara/masyarakat.
Pola ke tiga adalah pola hubungan netral.

Dalam pola hubungan ini,

kebenaran ajaran agama tidak bertentangan dengan kebenaran ilmu
pengetahuan tetapi juga tidak saling mempengaruhi. Kendati ajaran agama
tidak bertentangan dengan iptek, ajaran agama tidak dikaitkan dengan iptek
sama sekali. Dalam masyarakat di mana pola hubungan seperti ini terjadi,
penghayatan agama tidak mendorong orang untuk mengembangkan iptek dan
pengembangan iptek tidak mendorong orang untuk mendalami dan
menghayati ajaran agama.
Keadaan seperti ini dapat terjadi dalam masyarakat sekuler.
masyarakatnya

sudah

terbiasa

dengan

pemisahan

Karena

agama

dan

negara/masyarakat. Maka. ketika agama bersinggungan dengan ilmu,
persinggungan itu tidak banyak mempunyai dampak karena tampak terasa
aneh kalau dikaitkan. Mungkin secara individu dampak itu ada, tetapi secara
komunal pola hubungan ini cenderung untuk tidak menimbulkan dampak
apa-apa.
Pola hubungan yang ke empat adalah pola hubungan yang positif. Terjadinya
pola hubungan seperti ini mensyaratkan tidak adanya pertentangan antara
ajaran agama dan ilmu pengetahuan serta kehidupan masyarakat yang tidak
sekuler. Secara teori, pola hubungan ini dapat terjadi dalam tiga wujud:
ajaran agama mendukung pengembangan iptek tapi pengembangan iptek
tidak mendukung ajaran agama, pengembangan iptek mendukung ajaran
agama tapi ajaran agama tidak mendukung pengembangan iptek, dan ajaran
agama mendukung pengembangan iptek dan demikian pula sebaliknya.

15

Kalau kita simak pernyataan eksplisit GBHN 1993-1998 tentang kaitan
pengembangan iptek dan agama, akan kita lihat bahwa pola hubungan yang
diharapkan adalah pola hubungan ke tiga, pola hubungan netral. Ajaran
agama dan iptek tidak bertentangan satu sama lain tetapi tidak saling
mempengaruhi. Pada Bab II, G. 3. GBHN 1993-1998, yang telah dikutip di
muka, dinyatakan bahwa pengembangan iptek hendaknya mengindahkan
nilai-nilai agama dan budaya bangsa. Artinya, pengembangan iptek tidak
boleh bertentangan dengan nilai-nilai agama dan budaya bangsa. Tidak boleh
bertentangan tidak berarti harus mendukung. Kesan hubungan netral antara
agama dan iptek ini juga muncul kalau kita membaca GBHN dalam bidang
pembangunan Agama dan Kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Tak
ada satu kalimat pun dalam pernyataan itu yang secara eksplisit menjelaskan
bagaimana kaitan agama dengan iptek.

Pengembangan agama tidak ada

hubungannya dengan pengembangan iptek.
Akan tetapi, kalau kita baca GBHN itu secara implisit dalam kaitan antara
pembangunan bidang agama dan bidang iptek, maka kita akan memperoleh
kesan yang berbeda. Salah satu asas pembangunan nasional adalah Asas
Keimanan dan Ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang berarti
"... bahwa segala usaha dan kegiatan pembangunan nasional dijiwai,
digerakkan, dan dikendalikan oleh keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa sebagai nilai luhur yang menjadi landasan spiritual,
moral,dan etik dalam rangka pembangunan nasional sebagai pengamalan
Pancasila".
Di bagian lain dinyatakan bahwa

pembangunan bidang agama dan

kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa diarahkan, antara lain, untuk
memperkuat landasan spiritual, moral, dan etik bagi pembangunan nasional.
Dari sini dapat disimpulkan bahwa, secara implisit, bangsa Indonesia
menghendaki agar agama dapat berperan sebagai jiwa, penggerak, dan
pengendali ataupun sebagai landasan spiritual, moral, dan etik bagi
pembangunan nasional, termasuk pembangunan bidang iptek tentunya.

16

Dalam kaitannya dengan pengembangan iptek nasional, agama diharapkan
dapat menjiwai, menggerakkan, dan mengendalikan pengembangan iptek
nasional tersebut.
Pola hubungan antara agama dan iptek di Indonesia saat ini baru pada taraf
tidak saling mengganggu.

Pengembangan iptek dan pengembangan

kehidupan beragama diusahakan agar tidak saling tabrak pagar masingmasing. Pengembangan agama diharapkan tidak menghambat pengembangan
iptek

sedang

pengembangan

iptek

diharapkan

tidak

mengganggu

pengembangan kehidupan beragama. Konflik yang timbul antara keduanya
diselesaikan dengan kebijaksanaan.
Sebagai contoh, beberapa waktu yang lalu ada polemik di surat kabar tentang
tayangan televisi swasta yang dianggap tidak sesuai dengan nilai-nilai agama
(misalnya, penonjolan aurat wanita, cerita perselingkuhan).

Pihak yang

berkeberatan mengatakan bahwa hal itu dapat merusak mental masyarakat.
Tetapi, pihak yang tidak berkeberaan dengan acara seperti itu mengatakan
bahwa 'kalau anda tidak senang dengan acara itu, matikan saja televisinya.'
Perusahaan

televisi swasta adalah perusahaan yang harus memikirkan

keuntungan dan ia akan berusaha menayangkan film yang digemari
masyarakat. Kalau masyarakatnya senang film erotis dan sadis, maka film itu
pulalah yang akan memperoleh rating tinggi dan diminati oleh pemasang
iklan. Ini adalah pemikiran yang sekuler, yang memisahkan urusan dagang
dari agama. Tugas pengusaha adalah mencari untung sebanyak-banyaknya,
sedang mendidik kehidupan beragama masyarakat adalah tugas guru agama
dan ulama.

Kasarnya, tugas setan memang menggoda manusia sedang

mengingatkan manusia adalah tugas nabi.
Polemik ini diselesaikan dengan penerapan sensor intern dari perusahaan
televisi swasta. Kini adegan ciuman bibir antara lelaki perempuan, yang
biasa kita lihat di bioskop, tidak akan kita temukan di televisi.
Ada pula konflik antara ajaran agama dan ajaran ilmu pengetahuan yang
diselesaikan dengan cara menganggapnya "tidak ada atau sudah selesai"

17

padahal ada dan belum diselesaikan. Sebagai contoh adalah teori tentang asal
usul manusia yang diajarkan di sekolah. Guru biologi mengajarkan bahwa
menurut sejarahnya, manusia itu berasa dari suatu jenis tertentu yang
kemudian pecah menjadi dua cabang: yang satu mengikuti garis pongid yang
akhirnya menjadi kera modern, yang lain mengikuti garis manusia yang
berkembang mulai dari manusia kera purba sampai ke manusia modern.
Guru agama Islam mengajarkan bahwa, berdasarkan dalil-dalil naqli, manusia
itu diciptakan oleh Allah s.w.t. dalam bentuknya seperti sekarang.
Ini adalah pertentangan teori yang klasik, antara teori evolusi dan teori
ciptaan, yang pernah melanda Amerika Serikat beberapa tahun yang lalu. Di
dunia ilmu pengetahuan, konflik itu tetap berlangsung sampai sekarang
walaupun kelompok pendukung teori ciptaan ini jumlahnya makin sedikit jika
dibandingkan dengan mereka yang mempercayai teori evolusi. Di bidang
ilmu, konflik antara teori yang satu dengan yang lain adalah wajar dan
merupakan rahmat. Konflik semacam inilah yang menimbulkan paradigma
baru dalam ilmu pengetahuan dan menghasilkan teori-teori baru. Akan tetapi,
jika konflik semacam ini diajarkan di sekolah tanpa diselesaikan, maka
kebingungan lah yang akan menjadi akibatnya.

Di Amerika, konflik ini

diselesaikan dengan melarang diajarkannya teori ciptaan di seluruh sekolah
negeri.
Di Indonesia, konflik di sekolah ini tidak diselesaikan dan dianggap tidak ada.
Pelajaran Biologi hanya mengajarkan teori evolusi dalam bidang biologi dan
pura-pura tidak tahu bahwa ajaran agama Islam, Kristen, dan Katolik
menganut faham creationism (manusia diciptakan). Sebaliknya, Pendidikan
Agama Islam mengajarkan teori ciptaan dan menyalahkan teori evolusi tanpa
menjelaskan dimana letak kesalahan teori evolusi itu (padahal, sampai saat
ini, teori evolusi ini masih menjadi tulang punggung ilmu hayat (biologi).
Secara teoritis, keadaan seperti ini akan menghasilkan lulusan SMA yang
bingung di bidang asal usul manusia.

18

2.6 Analisis Kandungan Ayat al-Quran
Sebagian orang yang rendah pengetahuan keislamannya beranggapan bahwa
al-Qur’an adalah sekedar kumpulan cerita kuno yang tidak mempunyai
manfaat bagi kehidupan modern, apalagi jika dihubungkan dengan kemajuan
IPTEK saat ini. Al-Qur’an menurut mereka cukuplah dibaca untuk sekedar
mendapatkan pahala bacaannya, tidak untuk digali kandungan ilmu
didalamnya.
Anggapan diatas merupakan indikasi bahwa orang tersebut tidak mau
berusaha untuk membuka al-Qur’an dan menganalisis kandungan ilmu
didalamnya. Anggapan tersebut amatlah keliru. Bukti-bukti di bawah ini
menunjukkan yang sebaliknya :
1. Wahyu yang pertama sekali diturunkan oleh Allah SWT kepada nabi
Muhammad saw adalah perintah untuk membaca/belajar (QS 96 : 1-5) dan
menggunakan akal, bukan perintah untuk shalat, puasa, atau dzikrullah.
Hal ini menunjukkan perhatian Islam yang besar terhadap ilmu
pengetahuan.
2. Allah SWT mengangkat manusia sebagai khalifah-Nya di muka bumi,
bukan para malaikat-Nya, karena manusia memiliki ilmu pengetahuan (QS
2 : 31-33). Dengan kelebihan ilmu pengetahuan itu juga, Allah SWT
memuliakan Adam as sehingga malaikat bersujud padanya.
3. Manusia yang memiliki derajat yang paling tinggi disisi Allah SWT adalah
manusia yang memiliki iman dan ilmu (QS 58 : 11). Iman membawa
manusia pada ketinggian di akhirat, dan ilmu membawa manusia pada
ketinggian di dunia.
4. Syarat untuk menjadi pemimpin dalam Islam ada 2 hal, yaitu ilmu yang
tinggi dan fisik yang sehat (QS 2 : 247). Ini menunjukkan betapa tingginya
penghargaan Islam kepada nilai-nilai ilmu dan kesehatan.
5. Allah SWT melarang manusia untuk melakukan suatu pekerjaan tanpa
memiliki ilmunya (QS 17 : 36). Islam sangat menghargai spesialisasi
19

dalam berbagai bidang ilmu dan menganjurkan umatnya untuk menjadi
seseorang yang profesional sesuai dengan bidangnya masing-masing.
Sejarah menunjukkan bahwa pada masa kaum muslimin mempelajari dan
melaksanakan ajaran agamanya dengan benar, maka mereka memimpin dunia
dengan pakar-pakar yang menguasai ilmunya masing-masing, sehingga Barat
pu belajar dari mereka. Dan, disaat kaum muslimin meninggalkan ajaran
agamanya, mulai tergiur dengan kenikmatan duniawi, lalu berpaling ke Barat,
Allah SWT merendahkan dan menghina mereka. Sesungguhnya Rasulullah
telah memperingatkan hal ini. Dalam hadisnya disebutkan: “Kelak akan
datang suatu masa dimana kalian akan menjadi makanan diatas piring yang
dihadapi oleh orang-orang yang kelaparan. Para sahabat bertanya : Apakah
karena jumlah kita sedikit ya Rasulullah? Jawab Nabi Muhammad saw :
Bahkan jumlah kalian sangat banyak. Tetapi kalian terkena penyakit “wahn”!
Tanya para sahabat : Apa itu “wahn” ya Rasulullah? Jawab Nabi Muhammad
saw : Kalian cinta dunia dan takut mati.” (HR Abu Daud dan Ibnu Majah)

20

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan, maka diambil suatu
kesimpulan:


Memahami teknologi tidak dapat dipisahkan dari ilmu pengetahuan.



Akhlak merupakan fondasi yang kokoh bagi terciptanya hubungan baik
antara hamba dengan Allah swt dan antara sesama mausia.



Iptek akan memberikan berkah dan manfaat yang sangat besar bagi
kesehjateraan hidup umat manuia bila iptek disertai asas iman dan taqwa
kepada Allah swt dan sebaliknya tanpa asas imtaq iptek bisa
disalahgunakan pada tujuan-tujuan yang bersifat destruktif. iptek dapat
mengancam nilai kemanusiaan.



Peran islam terhadap perkembangan sains dan teknologi yaitu, pertama,
menjadikan kaidah islam sebagai paradigma ilmu pengetahuan. kedua,
menjadikan syariat islam (yang lahir dari kaidah islam) sebagai standar
bagi pemanfaatan sains dan teknologi dalam kehidupan sehari-hari.

3.2 Saran
Perlunya modal akhlakul karimah dalam menyikapi perkembangan sains dan
teknologi agar terjadi keseimbangan dalam keduanya, tidak hanya bermanfaat
di dunia tetapi juga di akhirat.

21

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. http://www.alhassanain.com/indonesian/book/book
/history_library/various_books/iptek_dan_islam/006.html ( Diakses 1
Oktober 2014)
Baiquni. 1979. Pengertian ilmu pengetahuan dan teknologi. Jakarta
Miska, A. 2006. Epistemologi Islam Pengantar Filsafat Pengetahuan Islam.
Jakarta: UI-Press
Samantho, A. 2004.IPTEK dari Sudut Pandang Islam. ICAS. Jakarta
Sidi Gazalba. 1967. Islam Integrasi Ilmu dan Kebudayaan. Jakarta: Tintamas
Teguh. 2013. http://www.masjidjami-alittihad-citraindah.com/index.php/
teguh/187-sikap-terpuji-akhlakul-karimah (Diakses 1 Oktober 2014)

22

DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama

: R.Muhammad. Ridhwan Satria Kumara

Tanggal lahir : Bengkulu, 18 September 1999
Asal Sekolah : SMA IT IQRA BENGKULU

Nama

: Ichwan Ghozy

Tanggal lahir : Bengkulu, 4 Februari 2000
Asal Sekolah : SMA IT IQRA BENGKULU

23

24