PERBANDINGAN HASIL BELAJAR SISWA YANG ME

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR SISWA YANG MENGGUNAKAN MODEL
SIMULASI ANIMASI GRAFIK DENGAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL
PADA MATERI ANALISIS VEKTOR DALAM KINEMATIKA GERAK
DI SMAN 3 BANDA ACEH
Oleh Diniya, S.Pd
Pendidikan Fisika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Syiah Kuala
Abstrak: Model pembelajaran adalah yang penting di dalam kegiatan PBM. Penelitian ini
mengangkat masalah apakah hasil belajar siswa yang menggunakan model simulasi
animasi grafik lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran konvensional pada materi
analisis vektor dalam kinematika gerak di SMAN 3 Banda Aceh. Tujuan penelitian ini
yakni untuk mengetahui manakah yang lebih baik model simulasi animasi grafik dengan
pembelajaran konvensional. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA di SMA
Negeri 3 Banda Aceh tahun pelajaran 2014/2015 terdiri dari 6 kelas dengan jumlah siswa
182 orang. Dari jumlah populasi tersebut ditetapkan sampel sebesar 60 siswa yang terdiri
dari kelas XI IPA 2 dan XI IPA 5. Penentuan sampel dilakukan dengan cara purposive
sampling melalui wawancara dengan wali kelas dan guru fisika di SMA Negri 3 Banda
Aceh. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen dengan metode
kuantitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik tes tertulis yang terdiri dari pre tes
dan post tes. Pengolahan data pada pre tes menggunakan uji statistik anova satu arah (one
way anova) sedangkan data post tes mengunakan uji statistik berupa uji-t yang telah

terlebih dahulu diuji normalitas dan homogenitasnya. Kelas XI IPA 2 ditetapkan sebagai
kelas kontrol dan kelas XI IPA 5 ditetapkan sebagai kelas eksperimen. Hasil analisis data
menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar kelas yang diajarkan dengan model simulasi
animasi grafik adalah 77,23. Sedangkan pada kelas yang diajarkan dengan pembelajaran
konvensional rata-rata hasil belajar adalah 44,57. Dengan demikian, hasil belajar siswa
yang diajarkan dengan model simulasi animasi grafik lebih baik dibandingkan dengan
yang diajarkan secara pembelajaran konvensional.
Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, mata
pelajaran fisika adalah salah satu mata
pelajaran dalam rumpun sains yang dapat
mengembangkan kemampuan berpikir
analisis induktif dan deduktif dalam
menyelesaikan masalah yang berkaitan
dengan peristiwa alam sekitar, baik
secara kualitatif maupun kuantitatif
dengan
menggunakan
matematika

sebagai alat, serta dapat mengembangkan
pengetahuan, keterampilan dan sikap
percaya diri (Departemen Pendidikan
Nasional, 2003:6). Akan tetapi, siswa

menganggap pelajaran fisika merupakan
pelajaran yang sulit untuk dipahami.
Pernyataan di atas sesuai dengan
kondisi
yang
sampai
saat
ini,
pembelajaran fisika di tingkat SMA pada
umumnya masih dipandang sebagai
pelajaran yang sulit dan tidak disenangi
oleh siswa karena kurang menariknya
kemasan pembelajaran fisika di kelas
(Mardana, 2004:33). Dengan demikian
tidaklah mengherankan kalau nilai ratarata mata pelajaran fisika di kelas atau

pada nilai Ujian Nasional masih rendah
dari mata pelajaran lainnya (Kurniasih,
2013:1). Padahal mata pelajaran fisika
merupakan salah satu mata pelajaran

yang tidak kalah pentingnya dengan mata
pelajaran lain. Hal tersebut dikarenakan
mata pelajaran fisika juga termasuk
pelajaran
dalam
Ujian
Nasional.
Tentunya siswa harus dapat memahami
materi pelajaran fisika dengan baik.
Seperti yang diketahui, mata
pelajaran fisika bukanlah sekedar hafalan
semata melainkan lebih menuntut
pemahaman konsep bahkan grafik yang
digunakan pada konsep tersebut.
Sehingga pada saat pembelajaran

berakhir siswa mampu menerima dan
menguasai
konsep
serta
mampu
menganalisa
grafik
yang
dapat
memecahkan
permasalahan
fisika.
Seperti pada materi kinematika, kalor,
listrik, termodinamika dan materi
lainnya.
Saat ini, kajian representasi dan
interpretasi
grafik
telah
menjadi

perhatian pendidik di bidang matematika
dan sains tak terkecuali bidang fisika
(Glazer, 2011 dalam Mustain, 2013:1).
Bahkan dalam Trends in International
Mathematics and Science Study (TIMSS)
sebanyak 20% soal menguji tentang
interpretasi grafik. Siswa Indonesia
mengalami kesulitan menjawab soal yang
mengandung interpretasi data dan grafik.
Sebagaimana hasil survei dari Balitbang
Kemdikbud bahwa pada tahun 2007 ratarata skor prestasi sains siswa Indonesia
menduduki peringkat 35 dari 49 negara
yang mengikuti TIMSS dan pada tahun
2011 posisinya menurun, Indonesia
menduduki peringkat 40 dari 42 negara
(Trisni, 2013:129, Mustain, 2013:1).
Berdasarkan hasil observasi di
SMAN 3 Banda Aceh menunjukkan
bahwa kebanyakan siswa mengalami
kesulitan dalam memahami materi

ataupun soal untuk mata pelajaran fisika.
Lebih khususnya pada materi-materi dan
soal yang berbentuk grafik. Kesulitan
tersebut menyangkut materi analisis

vektor
dalam
kinematika
gerak.
Kenyataan yang kurang memuaskan di
atas salah satunya disebabkan oleh
kurangnya ketertarikan guru dalam
menggunakan media atau menvariasikan
model pembelajaran di dalam kelas. Hal
ini
selaras
dengan
pernyataan
Koesnandar (2005: 1, dalam Sutijono,
2005:76) bahwa “Sampai saat ini masih

ada saja guru yang tidak tertarik
menggunakan media untuk membantu
dalam penerapan model pembelajaran di
kelas”.
Sehubungan dengan pernyataan di
atas, seharusnya pada zaman teknologi
yang sudah canggih seorang guru juga
dituntut
untuk
dapat
berupaya
mengembangkan model pembelajaran
dan bahkan menciptakan media baru
dalam proses mengajar di kelas.
Penggunaan media yang menarik dalam
suatu model pembelajaran lebih efektif
dan membantu membawa pesan-pesan
informasi yang mengandung maksudmaksud pengajaran. Model pembelajaran
merupakan istilah yang digunakan untuk
menggambarkan penyelenggaraan proses

belajar mengajar dari awal sampai akhir.
Pada
model
pembelajaran
sudah
mencerminkan
penerapan
suatu
pendekatan, metode, media, teknik atau
taktik
pembelajaran
sekaligus
(Mulyasetianingsih, 2010:1).
Pemakaian media pembelajaran
dalam suatu proses belajar mengajar
dapat membangkitkan minat dan
meningkatkan hasil belajar (Arsyad,
2006:15). Salah satu model pembelajaran
yang mampu merangsang minat dan hasil
dalam belajar mengenai grafik adalah

model simulasi animasi grafik.
Model simulasi animasi grafik
dalam
CBI
(Computer
Based
Instructional) merupakan salah satu
strategi pembelajaran yang bertujuan
memberikan pengalaman belajar yang

lebih konkrit. Model simulasi adalah
model yang menampilkan materi
pelajaran yang dikemas dalam bentuk
simulasi pembelajaran dalam bentuk
animasi yang menjelaskan konten secara
menarik, hidup, dan memadukan unsur
teks, gambar, audio, gerak, dan paduan
warna yang serasi dan harmonis
(Rusman, 2011:309). Sehingga model
simulasi ini patut dicoba oleh para guru

terutama pada mata pelajaran fisika
dalam topik analisis vektor dalam
kinematika gerak.
Landasan Teori
a. Belajar
Secara umum, belajar adalah
merupakan
suatu
aktivitas
yang
menimbulkan perubahan yang relatif
permanen akibat dari usaha yang
dilakukannya. Belajar merupakan hal
yang sangat mendasar bagi manusia dan
merupakan proses yang tidak hentihentinya.
Belajar
merupakan
proses
kegiatan
yang

dapat
membawa
perubahan individu. Pada
kenyataan
belajar adalah perubahan individu dalam
kebiasaan, pengetahuan, dan sikap.
Hamalik (1983: 28) mengatakan bahwa
“Belajar
adalah
suatu
bentuk
pertumbuhan atau perubahan dalam diri
seseorang yang dinyatakan dalam caracara bertingkah laku baru berkat
pengalaman dan latihan”.
Oleh karena itu, dapat dikatakan
pula bahwa belajar ialah perubahan
dalam diri seseorang yang bersifat
kemajuan
atau
penyempurnaan
kepribadian.
Kemajuan
dan
penyempurnaan tersebut dimaksudkan
untuk
menghasilkan
perubahanperubahan positif dalam diri anak didik
yang sedang menuju kedewasaan.

b. Ciri Belajar
Kegiatan belajar mengajar tidak terlepas
dari ciri-ciri tertentu yang menurut
Mualimin (dalam Djamarah dan Zain,
2012: 10) sebagai berikut; belajar
mengajar memiliki tujuan, ada suatu
proses yang direncanakan dan yang ingin
dicapai, adanya aktivitas anak didik
dalam batas waktu tertentu serta
melakukan
evaluasi
pada
akhir
pembelajaran.
Adapun ciri-ciri belajar yaitu: (a)
belajar harus memungkinkan terjadinya
perubahan tingkah laku yang tidak hanya
mengacu pada aspek pengetahuan
(kognitif) tapi juga pada aspek sikap
(afektif)
dan
aspek
keterampilan
(psikomotor), (b) perubahan yang dialami
merupakan buah dari pengalaman, dan
(c) perubahan bersifat cenderung
menetap (Penen, 2004: 13).
c. Hasil Belajar
Mulyani
(1998:
170)
mengidentifikasikan bahwa hasil belajar
sebagai hasil yang telah dicapai,
dikerjakan dan sebagainya dalam suatu
proses pembelajaran.
Proses belajar mengajar di kelas
melibatkan guru dan siswa, semua pihak
berharap memperoleh hasil yang
memuaskan. Tercapai tidaknya tujuan
pembelajaran yang dilakukan dapat
dilihat dari hasil belajar siswa. Hasil
belajar siswa pada hakikatnya adalah
perubahan tingkah laku. Hasil belajar
merupakan hasil dari suatu interaksi
tindak belajar dan tindak mengajar. Dari
sisi guru, tindak mengajar diakhiri
dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari
sisi siswa, hasil belajar merupakan
berakhirnya penggal dan puncak proses
belajar. Hasil belajar untuk sebagian
adalah berkat tindak guru, suatu

pencapaian tujuan pengajaran (Dimyati
dan Mudjiono, 2006: 3).
Metode Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian
eksperimen
(Arikunto,
2007:207).
Penelitian ini juga menggunakan
pendekatan secara kuantitatif yaitu suatu
proses menemukan pengetahuan dimana
datanya berupa angka sebagai alat untuk
menemukan keterangan terhadap masalah
yang ingin diketahui. Desain penelitian
yang digunakan adalah Nonequivalent
Control Group Design (Sugiyono,
2011:116).
Populasi penelitian yaitu seluruh
siswa kelas XI IPA di SMAN 3 Banda
Aceh. Sampelnya adalah XI IPA 2 dan XI
IPA 5 yang dipilih dengan teknik
purposive sampling.
Penelitian
dilaksanakan
pada
tanggal 05 Agustus 2014 sampai dengan
14
Agustus
2014.
Data
yang
dikumpulkan dengan metode tes. Adapun
jenis tes berupa tes prestasi (achievement
test) yang terdiri dari pre tes dan post tes
(Arikunto, 2002:194).
Selanjutnya data pre tes tersebut
dianalisis dengan uji anova satu arah
(one way anova) sedangkan data post tes
menggunakan uji t (t-test). Namun
sebelumnya data post tes terlebih dahulu
diuji dengan uji homogenitas dan uji
normalitas.
Hasil dan Pembahasan
a. Data Pre Tes
Berdasarkan data hasil pre tes yang
telah diolah maka didapat harga F hitung
lebih kecil dari harga F tabel untuk 5%
yaitu sebesar 2,23 < 4,00. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa hasil
uji kemampuan dasar siswa kelas XI IPA
2 dan XI IPA 5 tidak terdapat perbedaaan
yang signifikan.

b. Data Post Tes
Berdasarkan data hasil post tes
yang telah dianalisis, diperoleh nilai ratarata (x2) = 77,23, standar deviasi (S22) =
153,685 dan simpangan baku (S2) =
12,39. Selanjutnya, untuk mengetahui
kedua kelas tersebut mempunyai varians
yang sama atau tidak, maka terlebih
dahulu
harus
mempunyai
syarat
normalitas dan homogenitas varians.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk
mengetahui apakah data masing-masing
kelas dalam penelitian ini berasal dari
populasi yang berdistribusi normal atau
tidak. Dengan kriteria pengujian tolak Ho
jika χ2hitung > χ2tabel, dengan taraf signifikan
α = 0,05 untuk pengujian dan derajat
kebebasan dk = k-1.
Pada taraf signifikan α = 0,05 dan
derajat kebebasan (dk) = k -1 = 6 -1 = 5,
maka dari tabel distribusi chi kuadrat
χ 2( 0,95) (5) = 6,618. Dikarenakan
nilai
2
2
χ hitung < χ tabel yaitu 6,618 < 11,1 ,
maka H0 diterima yang menunjukkan
bahwa data tes akhir pada kelas XI IPA 2
berdistribusi normal.
Pada taraf signifikan α = 0,05 dan
derajat kebebasan (dk) = k -1 = 6 -1 = 5,
maka dari tabel distribusi chi kuadrat
χ 2( 0,95) (5) = 3,33. Dikarenakan
nilai
2
2
χ hitung < χ tabel yaitu 3,33 < 11,1 ,
maka Ho diterima dan menunjukkan
bahwa data tes akhir pada kelas XI IPA 5
juga berdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas varians dilakukan
untuk mengetahui apakah varians kedua
kelas yang telah mengikuti post tes
memiliki hasil yang homogen atau tidak.
Adapun hipotesis yang akan diuji pada
taraf signifikan α = 0,05 yaitu:
varians
kelas
H 0 : σ 12=σ 22 :
eksperimen sama dengan varians kelas
kontrol.

varians
kelas
H a :σ 12 ≠ σ 22 :
eksperimen tidak sama dengan varians
kelas kontrol.
Karena pengujian ini adalah uji pihak
kanan maka kriteria pengujian adalah
tolak Ho jika F ≥ Fα ( n - n ) (Sudjana,
2005: 251). Berdasarkan harga Fhitung =
1,27, dan Ftabel = 1,854 karena Fhit < Ftab
atau 1,27 < 1,854 maka H 0 diterima,
sehingga dapat disimpulkan bahwa data
untuk nilai tes akhir (post tes) memiliki
varians yang sama.
3. Uji Hipotesis
Setelah melakukan pengolahan data
berupa uji normalitas dan homogenitas
maka akan dilanjutkan dengan uji
hipotesis. Untuk menguji hipotesis satu
pihak yaitu pihak kanan, maka:
 H0 : 1 ¿ 2 :
hasil belajar siswa
yang diajarkan menggunakan model
simulasi animasi grafik dengan hasil
belajar
siswa
yang
diajarkan
menggunakan
pembelajaran
konvensional adalah sama.
1

2

 Ha : 1 ¿ 2 :
hasil belajar siswa
yang diajarkan menggunakan model
simulasi animasi grafik lebih baik
dibandingkan dengan hasil belajar
siswa yang diajarkan menggunakan
pembelajaran konvensional.
Karena uji yang digunakan adalah uji
satu pihak yaitu pihak kanan maka
kriteria pengujian yang berlaku adalah
terima Ha jika t hitung > t 1-α . Peluang
penggunaan daftar distribusi t ialah

( 1−α )

dengan dk = (n1 + n2 – 2)
(Sudjana, 2005:243).
Berdasarkan hasil penelitian di atas
diperoleh thitung = 9,57 dan ttabel pada taraf
signifikan  = 0,05, dk = (n1 + n2 - 2) =
(30 + 30-2) = 58 dan peluang 0,95
didapat t 0,95 (58) = 1,701. Jadi thitung > t tabel,
yaitu 9,57 > 1,67. Oleh karena itu, thitung
berada di daerah penolakan H0. Hal ini

menunjukkan bahwa hasil belajar fisika
siswa pada materi analisis vektor dalam
kinematika gerak yang diajarkan dengan
model simulasi animasi grafik lebih baik
dari pada hasil belajar yang diajarkan
menggunakan model konvensional.
Ada
banyak
hal
yang
mempengaruhi hasil belajar siswa ketika
belajar di dalam kelas. Meningkatkannya
hasil belajar siswa salah satunya adalah
terciptanya suasana yang menyenangkan
ketika proses belajar mengajar terjadi di
kelas.
Contoh
suasana
yang
menyenangkan adalah adanya variasi
model pembelajaran yang digunakan oleh
guru ketika mengajar. Kemudian guru
juga mampu membuat variasi model
belajar yang dikombinasikan dengan
media yang menarik. Hal ini selaras
dengan pernyataan Arsyad (2006:15)
bahwa “Pemakaian media pembelajaran
dalam suatu proses belajar mengajar
dapat membangkitkan minat dan
meningkatkan hasil belajar”.
Pada hasil penelitian ini, terlihat
bahwasanya ketika model pembelajaran
dipilih yang berbeda dari biasanya yaitu
dengan menggunakan model simulasi
animasi membuat siswa menjadi lebih
semangat, tertarik untuk belajar dan
memperhatikan materi yang sedang
dijelaskan oleh guru di depan kelas serta
aktif dalam menjawab soal-soal yang
diberikan ketika belajar. Hal itu tentulah
sangat bagus. Pernyataan ini selaras
dengan pendapat Sanjaya (2006: 160)
bahwasanya ”Dengan menggunakan
model simulasi maka gairah belajar siswa
akan meningkat”.
Pembelajaran yang dikemas dengan
menggunakan model simulasi secara
konkret yang dilengkapi dengan audio,
teks, gambar-gambar, dan grafik dapat
merangsang cara berpikir siswa (Rusman,
2011: 310). Maka dengan begitu siswa
dapat mengembangkan pengetahuannya

karena tidak semua materi pembelajaran
dapat diperlakukan langsung terhadap
obyek yang dimaksudkan.
Penutup
Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar siswa pada
materi analisis vektor dalam kinematika
gerak yang diajarkan dengan menggunakan
model simulasi animasi grafik lebih baik
dibandingkan
dengan
pembelajaran
konvensional.
Berdasarkan
penelitian
tersebut
disarankan agar pada penelitian
berikutnya
untuk
dapat
memvariasikan
model
pembelajaran
simulasi
animasi
dengan
model
pembelajaran
lainnya
atau
membandingkan
model simulasi animasi dengan
model pembelajaran lainnya supaya
dapat dibandingkan yang manakah
yang lebih baik dan lebih efektif.
Daftar Pustaka

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur
Penelitian
Suatu
Pendekatan
Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2005. Manajemen
Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Arsyad,
Azhar.
2006.
Media
Pembelajaran. Jakarta: PT Raja
Grafindo.
Bower dan Hilgard. 1981. Theories of
Learning. London: Prentice Hall.
Inc.
Crick, Tom, et al. 2012. Bringing
Computer Science Back Into
Schools: Lesson From UK. United
Kingdom: School of Computing.
Criswell. 1989. The Design of ComputerBased
Instruction.
Macmillan
Publishing Company: USA.

Departemen Pendidikan Nasional. 2003.
Standar
Kompetensi
Mata

Pelajaran Fisika SMP dan SMA.
Jakarta: Balitbang Depdiknas.
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar
dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka
Cipta.
Djamarah dan Zain. 2002. Strategi
Belajar dan Mengajar. Jakarta:
Rineka Cipta.
Hamalik. 1983. Strategi Belajar dan
Pembelajaran.
Jakarta:
Sinar
Utama.
Kurniasih, Hasibuan. 2013. Pengaruh
Model Pembelajaran Langsung
Menggunakan
Media
Flash
Terhadap Hasil Belajar Siswa
Pada Materi Pokok Pengukuran Di
Kelas VII Semester I SMP Swasta
Muhammadiyah-17 Desa Pon T.P
2012/2013. Jawa Timur.
Margono. 2010. Metode Penelitian
Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Mualimin, M. 2012. “Implementasi
Kurikulum Pemdidikan Islam di
SMP Negri 1 RSBI Kota
Magelang. Tesis. Semarang: Institut
Agama Islam Negri Walisongo.
Mulyani.
1998.
Dasar-Dasar
Pelaksanaan Kegiatan Belajar
Mengajar. Bandung: Ganeca Exact.
Mulyasetianingsih,
Endang.
2010.
Pembelajaran
Aktif,
Kreatif,
Inovatif,
Efektif
dan
Menyenangkan (Paikem). Depok:
Direktorat Jendral Peningkatan
Mutu Pendidik dan Tenaga
Kependidikan.
Penen, Paulina. 2004. Materi Pokok
Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Rusman.
2011.
Model-model
Pembelajaran.
Jakarta:
Raja
Grafindo Persada.

Sudijono, Anas. 2011. Pengantar
Evaluasi Pendidikan. Jakarta:
Rajawali Pers.
Sugiyono. 2007. Statistika Untuk
Penelitian. Bandung: Alfabeta.
________. 2011. Metode Penelitian
Pendidikan
Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Sudjana, Nana. 2005. Metoda Statistika.
Bandung: Tarsito.
Sudjana, Nana dan Ahmad Rivai.
2002.
Media
Pengajaran.
Bandung: Sinar Baru.

Sutijono. 2005. Pendayagunaan Media
Pembelajaran. Jurnal Pendidikan
Penabur, IV, (04): 76.
Trisni. 2013. “Analisis Pemahaman
Konsep
dan
Kemampuan
Pemecahan Masalah Fisika Dengan
Menggunakan Problem Based
Instruction (PBI) dan Direct
Instruction (DI)”. Skripsi. Medan:
Universitas Negeri Medan.