Meningkatkan Mutu Pendidikan melalui Keg

420

Meningkatkan Mutu Pendidikan melalui Kegiatan
Diagnosis Kesulitan Belajar

Asmidir IlYas
(Dosen BK FIP UNP)

Abstract
cli/fa'encis in the clnssroom: cxctmple
tndi/idLtctl
analvsis
This article
stuclent in the classroont dif/brential of dimentional: intcligcttcc clttotietrl,
creatit,itv, apptinde, ctttitudc,' ittlcrc'st and personalit.l'. bccrttse
clit'fbrentiat o.f'backgrotmd. Focrts unctl.t'sis this papcr is leat'ning di//iatlt
ctncl learning disorder. Stttclcnl tsk mecrning di/./iailt is lcat'rtittg
tmclerachiet,er, slow learner, boclerline. Ther are malladjustllctt (It homc,
scholl anr{ enttironmental. This condition causalitv .fhilut"e in leat'rtittg
tmcler masteri let,el (pctssing gt'ctdc) mosterv leamin. Follotr up tltis
problem is actit,iDt dtagnostic di.//ictilt lectrning and remedial teuhittg.fbr

teacher in the classroom or orrt class. The encl, this is actit'it), can cluolily
result lectrning ctnd qtmlittt edttccttiou.fiilure. Pleace good idea ! nic'e too
nteet ))ou to, see yott ctgctirtt nefi week in green genting high lutttl in
Malaltsia moon Desentber 201

1.

I.

Pendahuluan
A. Latar Belakang
Kesulitan belajar merupan suatu kondisi aktual yang dialami peserta didik rnulai
dari pendidikan dasar sarnpai ke perguruan tinggi. Kenyataan di lapangan terungkap
baik cliawal maupun di akhir tahun ajaran sebagian peserta didik dan orang tua merasa
cemas rnelihat perolehan hasil belajar yang tidak diharapkan/rer-rdah. I(onclisi ini dapat
clipalclang sebagai fakta yang sangat tepat bila ditinjau dari isu yang berkembang pada
dekade infonnasi dan globalisasi tentang tekerlibatan pihak di luar sekolah dalarn
penyelenggaraan penclidikan. Issu saat ini yang berketnbang adalah pihak di luar
sekolah seakan-akan melepaskan tanggung jawab dan "berlepas taugatt": semuanya
diserahkan pada pihak sekolali. Ironisnya, segala kesalahan dan kejelekan dilernparkan

dal clitumpukan pada pihak sekolah, terutama pada guru; guru tidak pandai rnengajar,
guru tidak profesional, kualitas dan kinerjanya dipertanyakan, dan berbagai tudingan
lainnya yar-rg miring. Sebaliknya jika seorang anak berhasil rnemperoleh prestasi/hasil
belajamya tinggi "rnendapat juara'' maka peftanyaan yaug sering dilontarkan adalah
anak siapa? Siapa orang tuanya'? Dia (orang tua) lali yang baik dan berhasil rnendidik
anaknya. Berkaitan dengan ini, Mohd Djawad Dahlan dkk (1983 : 110) rnenyatakan:
sekolah di rnana guru bekerja merupakiirr tempat pelernparan tanguttg jawab dari orang
tua yalg anak-anaknya bersekolah. Anaknya disekolahkan dengan tnaksud agar segala
beban, tugas dan tanggung jawab orang tua dapat berkurang. Segala sesuatu diserahkan
kepada guru dan menganggap guru sebagai pembantunya untuk turut mengasuh
anaknya.
Fenomena cli atas menunjukkan rnakin beratnya tantangan bagi pihak sekolah
terutama guru dan personil sekolalr lair-urya. Jika tidak banyak pesefia didik suatu
sekolah lulus Ujian Nasional (LJN), tidak diterima di sekolah lanjutan atau dalam suatu
seleksi penerimaan mahapesefta didik baru di perguruan tinggi negeri maka sekolah dan
gurulal-r yang clikatakan tidak berhasil. Jika banyak perolehan nilai UN peserta didik di
suatu sekolah rendah, misalnya mernperoleh angka 3 (tiga) dan 4 (ernpat) rnaka guru
dal sekolahlah yang salah; guru tidak pandai mengajar, pihak sekolah tidak pandai

427


mendidik, guru tidak menguasai materi pelajaran yang diajarkannya dan sebagainya,
sehingga anak-anaknya tidak menguasai materi pelajaran, malas belajar. berlingkah laku
menyirnpang, nakal, dan sebagainya. Di samping itu, yang menjadi patokan penilaian
keberfiasilan pendidikan (o1eh pihak di luar sekolah) antara lain adalah banyak-tidaknya
alumni suatu sekolah diterima cli sekolah lanjutan atau di perguruan tinggi negeri,
tinggi-rendahnya nilai UN dan nakal ticlaknya pesefia didik dari suatu lernbaga
pendidikan.
Sebagai pembelaan bagi pihak sekolah, guru yang berada pada tingkat atas akan
rnenyalahkan guru atau sekolali tingkat bawahnya, misalnya dengan rnenyatakan bahr.va
peserta didik-peserla didik yang kami a.jar ini tidak rnernbawa bekal yang rnemadai dari
sekolali sebelumnya; bagaimana akanlnengajar anak-anak yang tidak lrentpLlnyai bekal
dan pettgetahuan dasar untuk itLr. Begitu juga guru yang berbicara clernikian, akan
disalahkan pula oleh guru pacll sekolah/yang lebih tinggi tir-rgkatannya. Misalnya
guru/pihak sekolah pada SLTA akau menyalahkar-r guru/pihak sekolah SLTP, dan guru
SLTP akan menyalahkan guru SD, seclangkan guru SD di sarnping rnenyalahkan pula
LPTK asal yang mencetak/rnendidikrtya juga akan menyalahkan pihak lain seperli
orang tua, masyarakat danlatau anak itu sendiri. Hal ini yang disebut dengan penalaran
melingkar.
Masalahnya sekarang, kenapa tinclakan dan lingkaran salah rnenyalahkan itu

dapat terjadi? Sebagai salah satu jawabannya adalah karena rnasalah/kesulitan belajar
(yang cukup banyak dar-r kornpleks) dialami oleh para peserla didik "nrasih kurang"
mendapat perhatian bersama dan ketuntasan belajar untuk tiap-tiap rnateri (lebih-lebih
materi sebagai prasyarat untuk pela.iaran selanjutnya), tingkat kelas clan lembaga
pendidikan tertentu belur-r-r tercapai, sehingga hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan
yang diharapkan. Namun karena banyak perlimbangan, anak yang belum rnencapai
tingkat ketuntasan belajar sesuai clengan tuntutan standar kompetensi clan kompetensi
dasar sebagairnana diharapkan itu telah dan harus naik kelas, naik tingkat"darr lulus
mata pelajaran tertentu atau lembaga pendidikan teftentu.
Berkaitan dengan adanya pennasalahan belajar yang dialami oleh para pesefta
didik, secarat teoritis Abin Syamsr"rdin Makrnun (2006) mengemukakan: setelah guru
melakukan pembelajaratt, ntaka tatkala diadakan tes guru dan personil akan dihadapkan
kepada beberapa kenyataan antara lain: (l) Dari segi pencapaian tujuan clitemukan (a)
peserta didik-peserla didik yang benar-benar dapat mencapai tu juanfi.nendekati
mencapai tujuan yang diharapkan, (b) pesefta didik-peserta didik yang cr-rkup rnenguasai
pelajaran atau mendapatkan nilai sekeclar batas lulus, (c) peserla didik-peserla diclik
yang dinilai kurang merrguasai tnateri pelajaran atau peserta didik-peserla clidik yang
memperoleh nilai di bawah batas lulus. Pada hal mereka-mereka telali cliberikarr
bahan-bahan (rnateri) oleh guru pada waktu dan tempat yang sama, (2) Dari segi
kapasitas (tingkat kecerdastin, bakat, dan minat pesefia didik) akan clitemukap

kualifikasi pesefia didik sebagai berikut: (a) rr-rereka yang prestasinya lebih tinggi clari
yang diperkirakan, (b) mereka yang tr.rrestasirtya nrerrang sesuai dengan apa yallg
diperkirakan dan (c) rnereka yang prestasinya temyata lebih rendah dari apa yang
diperkirakan, (3) Dari segi waktu, akan ditemukan pesefta didik-peserta cliclik yang (a)
dapat urenyelesaikan tugas lebih ar.val clan lebih cepat dari waktu yang disediakan, (b)
dapat menyelesaikan tugasnya sesuzri dengan waktu yang disediakan clan (c) ditenrui
juga peserta didik-peserta didik yang lambat rnenyelesaikan tugas dali waktu yang
disediakan, (4) Dari segi perbandingan antara seorang pesefta didik dengan peserta
didik lainnya, ditemukan: (a) peserla didik-peserla didik yang selalu berada di atas nilai
rata-rata prestasi kelompoknya, (b) trereka yang nilainya berada di sekitar nilai rata-rata

P*;tu

t9*p la-*r"l

PQSD

tl?

UNP


P,/-"1,

10 DtN".&^

2C1'1

A'r1

nilai kelompoknya dan (c) mereka yang selalu (pada umumnya) memperoleh nilai di
bawah nilai rata-rata kelornpoknya.
Berbagai pennasalahan/kesulitan belajar yang dialarni oleh pesetla didik
tersebut jelas tidak boleh dibiarkan begitu saja. Semua pihak harus berpikir,
memahami/merasakan, bersikap, bertindak dan bertanggung jawab (BMB3) untuk
menanggulangi kesulitan belajar yang dialami oleh peserta didik itu. Pertanyaan yang
muncul sekarang sekarang adalah, bagairlana memahami pesefta didik yang rnengalami
kesulitan belajar? Siapa peserta didik yang dikatakan mengalatni kesulitan belajar'/ Apa
ciri-cirinya, gejala-gejala apa yang tampak pacla pesefia didik yang mengalami kesulitan
belajar tersebut ? Faktor-faktor apa sajakah yang lnerlyebabkan pesefta didik mengalami
kesulitan belajar? Untuk menja',vab peilanyaan- perlanyaan tersebut perlu kiranya

dipaliarni hakekat diagnosis kesulitan belajar.

B. Hakekat Diagnosis Kesulitan Belajar
l. Latar belakang dan Pengertian Diagnosis
Kata diagnosis merupakan istilah teknis yang diadopsi dari bidang rnedis.
Istilah ir-ri rnengandung afti suatu upaya atau proses untuk menemukar.r kelemahan
atau penyakit yang dialami seseorang melalui pengujian dan studi yang seksama
terhadap gejala-gejala, clan fakta ter-rtang sesuatu hal yang eseusial untuk meueurukan
karakteristik atau kekurangan-kckurangan dau sebagainya (Thomdike & Hager,
dalam Abin Syarnsuddin Makmun 2006). Dalarn kaitannya dengan bimbir-rgan dan
konseling, Bruce Shertzer & Slielley C. Stone (1980 : 310) dan Hansen et al. (1977 :
371) mengemukakan bahwa diagnosis merupakan upaya untuk mengenal dan
memahami peserta didik/klien schingga upaya-upaya yallg dilakukan selanjutnya
dalam pelaksanaan konseling dapat lebih terarah.
Secara lebih khusus, dan dalam kaitannya dengan kesulitan belajar, diagnosis
dapat berarti sebagai suatu kegiatan untuk meneliti, rnenyigi dan menemukan
berbagai hal yang berkaitan dengan kegagalan belajar pesetla didik. Berkaitan
dengan ini, Syahril (1991 45) mengemukakan bahwa diagnosis kesulitan belajar itu
merupakan usaha untuk meneliti kasus, menemukan gejala, per-ryebab, dan
menemukan sefia menetapkan kemungkinan bantuan yang akan diberikan terhadap

peserta didik yang mengalami kesulitan belajar'
Berdasarkan uraian di atas dapat disirnpulkan bahwa diagnosis kesuliatan
belajar merupakan suatu usaha yalig dilakukan guru untuk meneliti kasus
berdasarkan gejala perilaku yang ditarnpilkan, menemukan penyebab tirnbulnya
rnasalah serta usaha untuk menernukan bidang/letak dan jenis kesulitan belajar yallg
dialami peserta didik; selanjutnya trerdasarkan usaha itu juga diperkirakan dan
ditetapkan kemungkinan- kemungkinan bantuan yang akan diberikan sehingga
peserta didik yang bersangkutan terlepas dari kesulitan belajar yang dialaminya.
Salah satu faktor yang melatarbelakangi perlu kegiatan diagnosis keslitan
belajar dilakukan adalah karena banyaknya peserta didik belum dapat mencapai
tingkat ketuntasan sesuai dengan tujuan sebagaimana yang ditetapkanldiharapkan.
Lebih jauh, peserta didik yang tidak clapat nrencapai tujuan itu (peserta didik yang
melgalami kesulitan) tidak rnengetahuri bahwa dia mer-rgalami kesulitan apalagi
mengetahui letak dan jenis kesulitanr-rya. Di samping itu, adanya perbedaar.r individu
seperti perbedaan kemampuan, bakiit, minatt, cita-cita dan karakteristik lainnya juga
rnenjadi latar belakang perlunya usaha diagnosis kesulitan belajar ini dilaksanakan
(Rochrnan Natawidjaja l9B4: 3-5, Depdikbud 1984/1985 : J5-59, Koestoer
Pafiowisastro dan A. Hadisaputro 1986:9, Syaliril 1991 : 46-48, Abin Syarnsuddin
Makrnun 2006).


423

Merujuk pada pendapat para ahli, berikut ini dikernukakan beberapa l-ral yang
melatarbelakangi perl unya di agnosi s kesu I itan belaj ar, antara I ain :
a. Adanya peserla diclik yang ticlak rnencapai tujuan, harapan clan hasil belajar
sebagaimana diharapkan paclahal yang bersangkutan diperkirakan rnanrpu untuk
mencapainya,
b, Guru dan pihak lainnya bertanggung jawab atas pencapaian tujuar-r pendiclikan
yang telah ditetapkan,
c. Peserta didik yang mengalarri kesulitan tidak tahu letak kesurlitannya clan jenis
kesulitan yang dialami, apalagi untuk keluar dari kesulitan yang dihaclapinya,

d. Kadang-kadang pesefta clidik-peserla didik yang bemrasalah larut clalam
pennasalahan yaltg dihaclapinya clan seakan-akan tidak lt.li.lu keluar ciari
pennasalahan tersebut,

e. Pesefta didik-peserla didik adakalanya tidak tahu bahwa clia

f.


sebenamya

bermasalah/ mengalami kesul itan belajar,

Kadang-kadang pesetta didik menampilkan tindakan-tindakan yarlg clapat
merugikan dirinya sendiri,
g. Adanya perbedaan individu sehingga mernerlukan penanganan yang lebih khusus,
h. Membantu kelancaran proses pernbelajaran agar terlaksana dengan baik sehingga
pesefia didik dapat mencapai hasil belajar yang diharapkan (prestasi tinggi)
sekaligus dapat mer-ringkatkan rrutu pendidikan.
) Kedudukan Diagnosis Kesulitan Belajar dalam Pembelajaran
Kedudukan di sini dapat berarli perarl apa yang dapat dilakukan guru melalui
usaha diagnosis kesulitan belajar dalarn proses pernbelajaran. Sebagairnana
dipaprkan pada latar belakang, bahwa usaha ini dapat membantu proses
pembelajaran agffi clapat terlaksana lebih baik. Kegiatan ini akan selalu melihat dal
menemukan letak dan jenis kesulitan belajar yang dialarni peserla diclik seliingga
bantuan yang diberikan dapat mencapai sasaran dan terlaksana secara efektif dan
efisien. Apabila letak dan jenis kesulitan peserta didik telah clitemukan maka
kegiatan selanjutnya diarahkan pada penyebab timbuhiya kesulitan tersebut.
Akhirnya, dengan meugetaltui letak, jenis kesulitan belajar besefta penyebab kesulitan belajaer, maka kegiatan diagnosis akan mengarah kepada penernuan kemungkinan-kemungkinan bantuan yang akan cliberikan kepada peseda clidik yang

rnengalami kesulitan belajar. Deugan demikian kedudukan diagnosis kesulitan
belajar dalarn proses pernbelajaran sangat penting dan menunjang sekali yaitu untuk
menemukan letak dan jenis kesulitan belajar pesefia didik dan rnenentukap
kemungkinan cara dan strategi mengatasinya dengan mempefiimbangkal
faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar (Deparlerner"r pencliclikan
a

dan Kebudayaan, I 984/1 985).
Kesulitan Bela.iar
Agar pelaksana diagnosis kesr,rlitarr belajar (guru rnata pelajaran bekerjasarna
dengan guru pembimbing) dapat melakukan kegiatar-urya clengan baik. maka rlereka
perlu mernaharni arli kesulitarr bela.jal tersebut.
Kesulitarr merupakan sr-ratu keadaan atau kondisi yang clitandai oleh aclanya
hambatan-hambatan dalarn kegiatan mencapai suatu tujuan, sehingga rnenrerlukan
usaha yarrg lebih keras lagi untuk clapat mengatasinya (Deparlemen Pencliclikan dan
Kebudayaart 198411985 :15). Sedangkan kesulitan belajar clapat berarli suatu konclisi
dalam proses pernbelajaran yang ditanclai oleh adanya hambatan-hambatan untuk
mencapai hasil belajar yang cliharapkan. Hambatan ini clapat bersifat psikologis,
fisiologis ataupun sosiologis dalam keseluruliarl proses belajar seseorang peserta
didik. Hambatan itu adakalanya c|saclari oleh peserta diclik yo,lg ,r.,.,.,galarni

P*i*,"tg^.*

l*tu*'t"^IPQSD

FIP UNP Pak"$, 10 fux,"l,,^ ZA11

425

l.

Mengalami kesulitan membuat generalisasi pengatal-ruan secara terurai. bahkan
tidak mampu menarik kesimpularr,
m. Memiliki daya ingat yang lentah atau rnuclah lupa,
n. Mengalarni kesulitan dalam menuliskan pengatahuanrlya. sckalipr-rn dengan
menggunakan kata dan kalimat seclerhana, dan
o. Lambat rnengerjakan tugas-tugas atau latihan-latihan yang diberikan, baik di
sekolah maupun di rumah.
Dari beberapa pendapat cli atas dapat disirnpulkan beberapa ciri atau gejala
tingkah laku yang merupakan pemyataan gejala kesulitan belajar, antara lain:
a. Merrunjukkan hasil belajar rendalt, cii ba"vah rata-rata nilai yang dicapai oleh
kelornpoknya dar-r/atau di bawali clari potertsi/kernampuan yang dimiIikinya;
b. Tidak seimbangnya usaha yang dilakukan dengan hasil yang dicapai:
c. Larnbat dalam mengerjakan tugas-tugas kegiatan belajar dan/atau mengalauri
kesulitan dalarn mengikuti proses belajar;
d. Menunjukkan sikap-sikap, tingkah laku dan gejala emosional yang berlebihan dan
kurang wajar.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar

Banyak ahli mengemukakati pendapat tentang f-aktor-faktor yang
mempengamhi proses dan hasil belajar seseorong, seperti Depdikbud (198411985),
Rochman Natawidjaja (198a). Bufton (1962), Abin Syamsuddin (2006). Pendapat
para alili itu kelihatannya pada l-rakekatnya sama dan satu salrla lain saling
rnelengkapi. Berdasarkan beberapa perrdapat ahli tersebut, berikut ini diketengahkan
faktor-t'aktor tersebut dengan membaginya menjadi dua kelompok besar. yaitu faktor
yang berasal dari diri peserla diclik (intenral) dan fbktor yang berasal dari luar cliri
peserla didik (eksternal). Di antara taktor internal yang cukup besar pengaruhlya
terhadap proses dan hasil belajar peserta diclik adalah:
a. Kondisi psikologis, yang antara lain rneliputi: 1) kemarnpuan dasar umum/
inteligensi, 2) bakat, 3) minat, 4) motivasi, 5) penguasaan keterampilan/
pengetahuan dasar, 6) sikap dan kebiasaan, dan 7) aspirasi dan cita-cita
b. Kondisi fisiologis yang antara lain meliputi : 1) kondisi tubuh pada urnumnya,Z)
kondisi panca indra, 3) cacat tubuh/fisik
Sedangkan faktor eksternal yang cukup besar pengaruhnya terhaclap proses
dan hasil belajar peserla didik adalah:
1. Lingkurrgan keluarga, yang rneliputi antara lain (a) liubungan antar sesalna
anggota keluarga, (b) keadaan ekonorrri keluarga, (c) aspirasi keluarga tarutama
terhadap pendidikan, (d) perhatian, motivasi serta perlakuan orang tua/ anggota
keluarga terhadap kegiatan belajar pesefta didik,
2. Lingkungan sekolah, yang antara lain meliputi: (a) keadaan fisik sekolah, (b)
kurikulum, (c) sarana dan fasiitas, (d) guru dan personil sekolah lainnya, (e)
hubungan antar pesefta didik, clan (f) disiplin.
3. Lingkungan masyarakat, yang atrtara lain rneliputi : (a) pergaulan antar peserla
didik/rernaja atau teman sebaya, (b) rreciia fflasa, (c) dunia kerja. clan (cl)
ni I ailnonna masyarakat.
Di samping pengelompokkan seperti yang dikernukakan cli atas dan sesuai
dengan perkembangan "baru", firktor-faktor yang besar pengaruhnya terhaclap
penguasaan materi dan daya serap peserla didik dalarn belajar atau keticlakberliasilap
peserla didik dalarn belajar adalah apa yang dikenal dengan Prasyarat pengusaan
materi, Keterampilan belajar, Sarana belajar, Diri Pribadi dan Lingkungan belajar
clisingkat dengan PTSDL*).

P*;*^49*;w l'lheie+.t

|QSD FIP UNP P^la,g, 10 Dtro'-lo. 7011

426

Apabila kegiatan belajar para pesella didik ditunjang oleh semua unsLlr
PTSDL ini, maka pesefi.a didik tersebut akar-r rnemperoleh hasil belajar seperli yang
diharapkan, demikian pula sebaliknya. Berkaitan derrgan ini, Prayitno dalatn acara
seminar dan lokakarya pernbuatan silabus mata kuliah jurusan PPB FIP IKIP Padang
tanggal 26 Juli 1996, rnengemukakan perkiraan sumbangan minimal unsur PTSDL
ini terhadap keberhasilan belajar pesefta clidik adalah 50%.
Faktor yang memberikan pengaruh terhadap proses dan liasil belajar menurut
Elliot (1999) secara skematis dapat cligarnbarkar"r sebagai berikut:

-C:

C.

Hul:ungan Kausat
Hutrtrnltan l

Dokumen yang terkait

Analisis Konsep Peningkatan Standar Mutu Technovation Terhadap Kemampuan Bersaing UD. Kayfa Interior Funiture Jember.

2 215 9

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan IPA Pengembangan Profesi Guru Sains melalui Penelitian dan Karya Teknologi yang Sesuai dengan Tuntutan Kurikulum 2013

6 77 175

Peningkatan keterampilan menyimak melalui penerapan metode bercerita pada siswa kelas II SDN Pamulang Permai Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2013/2014

20 223 100

Perbedaan hasil belajar biologi antara siswa yang diajarkan melalui pendekatan kooperatif teknik: student team achievement divisions (STAD) dan teknik Group Investigation (GI)

0 36 221

Perilaku Kesehatan pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakrta Angkatan 2012 pada tahun2015

8 93 81

Strategi Meningkatkan Nasabah Pada Bmt Usaha Mulya Pondok Indah

10 95 68

Sistem Informasi Persediaan Barang Di UPTD Pengembangan Olahraga Sekolah Dinas Pendidikan Kota Cirebon

1 20 64

Sistem Informasi Direktorat jenderal Pajak (SIDJP) Wajib Pajak Terdaftar Dalam Meningkatkan Penerimaan Pajak Terdaftar Dalam Meningkatkan Penerimaan Pajak Penghasilan Atas Kegiataan Esktensifikasi Pada KPP Majalaya

1 14 1

Peranan Komunikasi Antar Pribadi Antara Pengajar Muda dan Peserta Didik Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar ( Studi pada Program Lampung Mengajar di SDN 01 Pulau Legundi Kabupaten Pesawaran )

3 53 80