PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS)
UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA
PADA MATA PELAJARAN PEMASARAN BARANG DAN JASA
(Studi Pada Siswa Kelas XI Pemasaran 3 di SMKN 2 Blitar)
Endah Suprihatin
Suprihatin.endah@yamil.com
Agus Hermawan
Aher2@yahoo.com
Djoko Dwi Kusumajanto
Djokodwi_03@yahoo.com
Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang 5 Malang
ABSTRACT: This research used a qualitative approach with the Classroom
Action Research (CAR). It was performed in II cycles in which each cycle
consists of four stages: planning, implementation, observation, and reflection. The
research was conducted at SMKN 2 Blitar at Jalan Tanjung No. 111 Blitar. The
Subjects of the study were the students of grade XI of marketing 3 at SMKN 2
Blitar which consist of 33 students. The instruments used in this study were
observation, tests (pre test and post test), documentation, and field notes. The
result findings of the study shown that; (1) the implementation level of Think Pair
Share is increased. The evident can be seen through the students’ activity in cycle
I which increases from 64, 39 % in the first meeting, to 66, 96% in the second

meeting. Furthermore, the student’s activity in cycle II also increases from
83,03% in the first meeting to 86,59% in the second meeting. So the results
increases 65,98% in cycle one to 84,81% in cycle two. (2) for the cognitive
aspect, the result of mastery learning increased from 64,91% with classical
completeness 0% to 88,57% with classical completeness 84,95% after the action
given in cycle I. In cycle II, the average score increased from 68,33% with
classical completeness 39,39% to 92,39% with classical completeness 96,97%
after the action given.
ABSTRAK : Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis
penelitian Tindakan Kelas (PTK). Yang dilakukan dua siklus dimana setiap siklus
terdiri dari 4 tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.
Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 2 Blitar yang beralamatkan di Jl.
Tanjung no 111 Kota Blitar. Subjek penelitian adalah siswa kelas XI Pemasaran 3
SMK Negeri 2 Blitar semester genap tahun ajaran 2014/2015 yang berjumlah 33
siswa. Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, tes
berupa pre test dan post test, dokuentasi dan catatan lapangan. Hasil penelitian
menunjukan bahwa: (1) tingkat keterlaksanaan penerapan model Think Pair Share
dapat dibuktikan dari hasil aktifitas siswa yang meningkat setelah menerapkan
model Think Pair Share terlihat dari siklus I pertemuan pertama sebesar 64,39%,
pada siklus I pertemuan kedua sebesar 66,96%. Dan pada siklus II pada

pertemuan ketiga sebesar 83,03% dan pada pertemuan terakhir meningkat menjadi
86,59% sehingga hasil dari siklus I sebesar 65,98% dan meningkat pada siklus II

1

sebesar 84,81%; (2) hasil belajar ranah kognitif yang sebelum diberi tindakan
dengan rata-rata keberhasilan siswa 64,91% dengan ketuntasan klasikal 0%
setelah diberi tindakan meningkat menjadi 88,57% dengan ketuntasan klasikal
sebesar 84,95% pada siklus I. Pada siklus II rata-rata sebelum diberi tindakan
68,33% dengan ketuntasan klasikal 39,39% meningkat menjadi 92,39% dengan
ketuntasan klasikal 96,97%.
Latar Belakang: Keaktifan merupan kunci dalam kegiatan belajar, siswa dituntut
untuk selalu aktif memproses dan mengolah hasil belajarnya. Aktivitas siswa
lebih diperlukan dalam dalam proses belajar mengajar, sehingga murid harus
aktif, tidak cukup hanya mendengar dan mencatat akan tetapi siswa juga harus
berpartisipasi dengan memberikan respon pada saat pada saat pembelajaran.
Setiap proses pembelajaran pasti menampakan orang yang sedang belajar atau
siswa (Dimyati, 2009:114). Keaktifan siswa dalam peristiwa pembelajaran
mengambil dalam bentuk kegiatan, baik dari fisik yang mudah diamati maupun
dari kegiatan non fisik yang sulit diamati.

Dalam proses pembelajaran, siswalah yang menjadi subjek yaitu pelaku kegiatan
belajar. Agar siswa berperan sebagai pelaku kegiatan belajar, maka guru
hendaknya merencanakan pembelajaran yang menuntut siswa melakukan banyak
aktivitas belajar sendiri maupun kelompok. Ibrahim dan Nana (2003:27)
menyimpulkan “Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang mengaktifkan
siswa bukan berarti guru tidak banyak melakukan aktivitas, tetapi guru selalu
memberi petunjuk tentang apa yang harus dilakukan siswa, mengarahkan,
menguasai dan mengadakan evaluasi”.
Berdasarkan observasi awal peneliti dalam melaksanakan Program Pengalaman
Lapangan (PPL) bahwa SMKN 2 Blitar pada kelas XI Pemasaran 3 terdapat
permasalahan yang krusial mengenai hasil belajar dan aktivitas belajar siswa yang
sangat kurang, hal ini ditunjukkan dari nilai hasil Ujian Tengah Semester (UTS).
Terdapat 27 siswa dari 35 jumlah siswa yang belum bisa memperoleh nilai yang
memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=81). Sedangkan karakteristik dari
siswa kelas XI Pemasaran 3 SMKN 2 Blitar itu sendiri adalah mereka cenderung
pasif serta kurang aktif ketika terjadi diskusi. Hal itu dikarenakan kurangnya rasa
percaya diri dalam diri masing-masing siswa. Aktivitas belajar siswa yang kurang
pada saat proses pembelajaran dan juga kurang mengolah informasi yang ada juga
merupakan hambatan dalam proses pembelajaran. Hal ini ditunjukkan saat
pelaksanaan Lesson Study pada Selasa 21 Oktober 2014 pada mata pelajaran

Pemasaran Barang dan Jasa.
Permasalahan lain yang ditemukan dalam Program Pengalaman Lapangan (PPL)
bahwa SMKN 2 Blitar pada kelas XI Pemasaran 3 yaitu siswa lebih cenderung
merasa bosan ketika guru menggunakan model pembelajaran konvensional atau
ceramah, suara guru yang relative pelan dan kurangnya penggunaan model
kooperatif menjadikan siswa kurang maksimal dalam meyerap materi yang

2

diberikan oleh guru. Aktivitas yang kurang menjadikan prestasi belajar siswa
menjadi kurang maksimal.
Untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa, pembelajaran harus dialihkan yang
semula berpusat pada guru menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa. Hal
ini dapat dilakukan dengan cara menerapkan model pembelajaran yang dapat
meningkatkan aktivitas belajar siswa seperti penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe Think Pair Share (TPS). TPS merupakan metode yang
menempatkan guru sebagai motivator, fasilitator, mediator, evaluator dan
pembimbing, sedangkan siswa dalam kegiatan pembelajaran di dalam kelas
memiliki peran aktif.
Hal ini sejalan dengan teori yang dijelaskan oleh Kusuma, F.W dan Aisyah, M.N

(2012) yaitu Model pembelajaran kooperatif terbagi atas beberapa tipe, salah
satunya adalah Think Pair Share. Model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair
Share (TPS) adalah salah satu model pembelajaran yang cukup efektif untuk
meningkatkan aktivitas belajar Akuntansi siswa karena siswa dituntut untuk
melakukan aktivitas yang lebih banyak saat belajar. TPS memberikan kesempatan
kepada siswa untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain.
Penerapan Cooperative Learning tipe Think Pair Share sudah pernah diteliti di
beberapa tempat. Beberapa teori penelitian tersebut antara lain: 1) Febrian Widya
Kusuma dan Mimin Nur. A (2012), menyebutkan bahwa Implementasi Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share untuk meningkatkan Aktivitas
Belajar Akuntansi Siswa Kelas XI IPS 1 SMA Negeri 2 Wonosari berhasil, hal ini
dapat dilihat pada siklus I rata-rata skor aktivitas siswa 65,32% dan meningkat
pada siklus II sebesar 88,55%, dan Sumaiayah. A (2012) menyebutkan
Peningkatan Hasil Belajar Pelaku-Pelaku Kegiatan Perekonomian Di Indonesia
dengan model pembelajaran Think Pair And Share pada siswa kelas VIII SMP
PGRI Bergas meningkat dan berhasil, hal ini di tunjukakan pada peningkatan dari
siklus I maupun siklus II terlihat bahwa nilai rata-rata hasil belajar kognitif siswa
meningkat yaitu dari skor awal yaitu dari rata-rata awal sebesar 66,9 menjadi 73,2
pada siklus I dan 84,2 pada siklus II pada siklus dan ketuntasan klasikal dari
34,6% menjadi 65,3% pada siklus I dan 92,3% pada siklus II. Selain itu siswa

menunjukan sikap positif terhadap model pembelajaran TPS.
Setelah diterapkannya model pembelajaran Think Pair Share di kelas, guru akan
meneliti sejauh mana tingkat keberhasilan dan keaktifan siswa pada saat proses
pembelajaran berlangsung. Dalam kaitannya dengan hasil pembelajaran yang
berlangsung akan dituntut proses dan hasil belajar dari kegiatan tersebut. Dengan
mengukur aktivitas dan hasil belajar, maka seseorang akan dapat mengetahui
tingkat penguasaan kompetensi materi pembelajaran yang telah dicapai. Oleh
karena itu penggunaan model Think Pair Share sangat bagus diterapkan di kelas
untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
Melihat beberapa hal tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
melalui model yang lebih bervariasi yaitu Think Pair Share (TPS) dengan

3

pendekatan Kooperatif, yang akan diterapkan pada mata pelajaran Pemasaran
Barang dan Jasa. Pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS)
dikembangkan oleh Frank Lyman (dalam Lie, 2008: 57) sebagai struktur kegiatan
pembelajaran kooperatif. Teknik ini memberi siswa kesempatan untuk bekerja
sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. Sehingga dalam pembelajaran
kooperatif tipe TPS, siswa diberi kesempatan untuk berpikir sendiri dan

bekerjasama dengan kelompoknya.
Berdasarkan permasalahan di atas, maka dipandang perlu untuk melakukan
penelitian tindakan dengan penerapan pembelajaran kooperatif yang dapat
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pemasaran
Barang dan Jasa pada siswa kelas XI Pemasaran 3 di SMKN 2 Blitar. Hal tersebut
membuat peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian yang berjudul ”Penerapan
Model Think Pair Share (TPS) untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belaja
Siswa kelas XI Pemasaran 3 Pada Mata Pelajaran Pemasaran Barang dan Jasa di
SMKN 2 Blitar.”
METODE: Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, yakni
untuk menyelesaikan masalah yang terjadi dalam proses pembelajaran di dalam
kelas, maka penelitian ini termasuk jenis Penelitian Tindakan Kelas (Classroom
Action Research). Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research)
adalah suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang
sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama (Arikunto,
2014:2). Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian deskriptif kualitatif.
Deskriptif maksudnya menggambarkan keadaan status fenomena, sedangkan
kualitatif maksudnya menggambarkan data-data atau kalimat dipisah-pisahkan
menurut kategori untuk memperoleh kesimpulan” (Moleong 2014:6). Adapun
ciri-ciri kualitatif menurut Moleong adalah (1) Latar Ilmiah (2) manusia sebagai

alat atau instrument (3) analisis data secara induktif (4) bersifat deskriptif (5)
lebih mementingkan proses dari pada hasil. Dalam satu siklus terdiri atas empat
komponen, antar lain Planning (perencanaan) action (tindakan), observation
(observasi), dan reflection (refleksi). Penelitian ini dilaksanakan di SMKN 2
Blitar yang beralamatkan di Jl. Tanjung No.111 Blitar. Penelitian ini
dilaksanakan di kelas XI Program Pemasaran 3 di SMKN 2 Blitar yang
berjumlah 33. Objek penelitian ini adalah aktivitas belajar siswa XI PM 3 SMKN
2 Blitar pada semester genap 2014/2015 pada bulan Februari 2015.
Tes: Tes adalah seperangkat rancangan (stimuli) yang diberikan kepada seseorang
dengan maksud untuk mendapat jawaban yang dapat dijadikan dasar bagi
penetapan skor angka (Margono, 2005:170). Pada penelitian ini menggunakan
post test dan pre test. Pre test dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
pengetahuan awal sebelum diadakan tindakan penerapan model Think Pair Share.

4

Sedangkan post test dilakukan untuk melihat hasil belajar siswa setelah
pelaksanaan model pembelajaran Think Pair Share.
Observasi: Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara
sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian (Margono,

2005:158). Kegiatan yang diamati meliputi aktivitas guru dan siswa selama
kegiatan pembelajaran berlangsung menggunakan lembar observasi.
Dokumentasi: Dokumentasi, dari asal katanya dokumrn, yang artinya barangbarang tertulis. Di dalam melaksanakan dokumentasi, peneliti mengambil
dokumentasi berupa foto-foto, dan video peserta didik pada saat proses belajarmengajar.
Wawancara: Jenis wawancara yang digunakan adalah wawancara bebas.
Wawancara bebas merupakan wawancara yang dilakukan dengan memberikan
pertanyaan-pertanyaan terbuka, sehingga orang yang diwawancarai (responden)
mempunyai kebebasan mengutarakan gagasan tanpa dibatasi oleh patokan tertentu
Mulyono, 2006:24 (dalam Parlina, 2010:39). Wawancara dilakukan terhadap guru
dan siswa untuk menggali informasi untuk memperoleh data terkait dengan proses
pembelajaran. Dalam pelaksanaan wawancara peneliti membawa kerangka
pertanyaan untuk disajikan, tetapi cara bagaimana pertanyaan diajukan sesuai
dengan kebijakan peneliti. Hasil wawancara bukan merupakan data primer, tetapi
hanya data pendukung hasil observasi. Dalam penelitian ini wawancara dilakukan
secara terbuka dengan antara peneliti dengan guru mata pelajaran, teknik yang
digunakan dalam mengumpulkan data yaitu mengenai: tingkah laku siswa pada
saat kegiatan belajar mengajar pada mata pelajaran Pemasaran Barang dan Jasa,
metode pengajaran yang digunakan, hasil belajar siswa serta tanggapan guru
terhadap penerapan pembelajaran model Think Pair Share (TPS).
Lembar Observasi: Lembar observasi ini berisis daftar indikator-indikator yang

digunakan untuk mengetahui munculnya gejala-gejala yang menunjukan bahwa
siswa memiliki aktivitas belajat yang baik dengan penerapan pembelajatran
dengan model Think Pair Share (TPS) pada saat Mata Pelajaran Pemasara Barang
dan Jasa. Serta seberapa banyak peningkatan dalam setiap siklus dengan cara
memberikan tanda sheck () pada kolom indikator yang dinilai. Adapun aspek
yang diamati untuk lembar observasi Aktivitas Belajar siswa sebagai berikut: (1);
Membaca materi; (2) Mengajukan pertanyaan kepada guru atau teman; (3)
Mengemukakan pendapat dalam diskusi kelompok atau presentasi hasil diskusi;
(4) Menggapi pendapat orang lain; (5) Memperhatikan atau mendengarkan
penjelasan materi dari guru dan teman lainnya; (6) Membuat catatan; (7)
Melakukan diskusi dalam kelompok; (8) Mengerjakan tugas yang diberikan oleh
guru; (9) Kepedulian terhadap kesulitan sesama anggota; (10) Menghargai
pendapat teman.

Lembar Catatan Lapangan :Catatan tertulis tentang apa yang didengar, dilihat,
dialami, dan dipikirkan dalam rangka pengumpulan data dan refleksi terhadap
data. Catatan lapangan berisi semua peristiwa yang didengar dan dilihat dalam

5


proses pembelajaran serta dicatat secara lengkap dan obyektif. Catatan lapangan
yang dibuat pada penelitian ini dilakukan oleh peneliti dan observer.
Angket: Angket merupakan suatu alat pengumpul data dengan cara
menyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis untuk menjawab secara tertulis pula
oleh responden (Margono, 2005: 167). Pada penelitian ini angket digunakan untuk
memperkuatdata hasil observasi mengenai aktivitas belajar siswa dan espon siswa
kelas XI Pemasaran 3 di SMKN 2 Blitar.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN: Model Pembelajaran Think
Pair Share (TPS) Dapat Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa: Kelebihan
dari metode Think-Pairs-Share (TPS) adalah dapat meningkatkan keaktifan siswa
di dalam kelas. Karena siswa akan berdiskusi dengan pasanganya (pairs) untuk
memecahkan masalah yang diberikan oleh guru, kemudian siswa juga berbagi
(share) kepada teman-teman sekelasnya dengan mempresentasikan hasil
diskusinya dengan pasangannya. Selain itu dengan penerapan metode ini siswa
akan lebih menguasai materi, karena siswa harus berpikir (think) untuk
menyelasaikan masalah yang ditugaskan kepadanya (Parlina, 2010:24). Dari
paparan data yang telah diperoleh dari 4 (empat) observer, dapat dilihat bahwa
aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan. Hal tersebut karena terdapat
perbaikan-perbaikan dari peneliti yang dirangkum dari hasil refleksi siklus I,
sehingga pada siklus II terjadi peningkatan pada aktivitas belajar siswa dan
peningkatan kemampuan guru dalam mengajar. Menurut Sadirman (2011:96)
menyebutkan aktivitas merupakan prinsip dan asas penting didalam interaksi
belajar mengajar. Pada penelitian ini peningkatan keaktifan siswa sebesar 65,98%
pada siklus I meningkat pada sikus II sebesar 84,81% dengan demikian model
pembelajaran Think Pair Share dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada
kelas XI Pemasaran 3 di SMKN 2 Blitar pada mata pelajaran Pemasaran Barang
dan Jasa. Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian Febrian Widya
Kusuma (2012) peningkatan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran Akuntansi
yaitu 45,45% pada siklus I menjadi 92,42% pada siklus II. Aktivitas merupakan
prinsip yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Aktivitas harus dilakukan
oleh siswa sebagai usaha untuk meningkatkan hasil belajar. Sardiman (1994: 95)
mengemukakan bahwa: “Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, berbuat untuk
mengubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak
ada aktivitas”. Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu
melalui interaksi dengan lingkungan (Oemar Hamalik, 2003: 37).
Hal ini sejalan dengan teori Ririn Paralina (2010) yaitu Penerapan pembelajaran
kooperatif model Think-Pairs-Share (TPS) dapat meningkatkan aktivitas siswa
pada pembelajaran akuntansi kelas X jurusan Akuntansi SMK Muhammadiyah
Cawas Kabupaten Klaten. Rata-rata persentase aktivitas siswa dari sebelum
penelitian atau pemberian tindakan yaitu 33,33% meningkat menjadi 65,61% pada
siklus I dan terus meningkat menjadi 83,49% di siklus II. Aktivitas yang dihitung

6

mencakup delapan jenis aktivitas. Sehingga penelitian ini sejalan dan mendukung
penelitian sebelumnya. sehingga dapat disimpulkan pembelajaran model Think
Pair Share dinyatakan berhasil dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa.
Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS) dapat Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa: Berdasarkan peningkatan aktivitas belajar, maka aktivitas menjadi
dasar untuk meningkatkan hasil belajar karena dengan keaktifan kegiatan belajar
mengajar akan berjalan efektif dan mencapai tujuan yang diharapkan dan hal ini
akan berdampak pada hasil belajar siswa. Sudjana (2011:22) berpendapat bahwa
hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki setelah dia memiliki
pengalaman belajarnya, sedangkan menurut Gagne dalam Vania (2013:70), hasil
belajar adalah bentuk konsep yang menyediakan skema terorganisasi untuk
mengamilisasi stimulus-stimulus baru dan menentukan hubungan di dalam dan
diantaranya kategoro-kategori. Pada siklus I, terdapat dua penilaian kognitif yaitu
melalui pre-test dan post-test yang dilakukan pada pertemuan pertama dan kedua.
Adanya 2 (dua) penilaian kognitif ini yaitu untuk melihat seberapa besar
pengetahuan siswa dan menganalisis keefektifan dari penggunaan model
pembelajaran Think Pair Share. Berikut ini merupakan hasil analisis ketuntasan
belajar siswa pada siklus I dan II:
Tabel 1. Ketuntasan Belajar Siswa Siklus 1
No

Hasil Ketuntasan Belajar Siklus 1

1
2
3
4
5
6

∑ Siswa yang Mencapai Ketuntasan Belajar
∑ Siswa yang Belum Mencapai Ketuntasan Belajar
Rata-Rata Ketuntasan Belajar Siswa Secara Individu
KeteranganKetuntasan Belajar Siswa Secara Individu
Rata-Rata Ketuntasan Belajar Siswa Secara Klasikal
Kriteria Ketuntasan Belajar Siswa Secara Klasikal

Tabel 2. Ketuntasan Belajar Siswa Siklus II
No

Hasil Ketuntasan Belajar Siklus II

1
2
3
4
5
6

∑ Siswa yang Mencapai Ketuntasan Belajar
∑ Siswa yang Belum Mencapai Ketuntasan Belajar
Rata-Rata Ketuntasan Belajar Siswa Secara Individu
Kriteria Ketuntasan Belajar Siswa Secara Individu
Rata-Rata Ketuntasan Belajar Siswa Secara Klasikal
Kriteria Ketuntasan Belajar Siswa Secara Klasikal

Sebelum Diberi
Tindakan
0
33
64,91%
Belum Tuntas
0%
Belum Tuntas

Sebelum Diberi
Tindakan
13
20
68,33%
Belum Tuntas
39,39%
Belum Tuntas

Sesudah Diberi
Tindakan
28
5
88,57%
Tuntas
84,95%
Tuntas

Sesudah Diberi
Tindakan
32
1
92,39%
Tuntas
96,97%
Tuntas

Berdasarkan table diatas Penerapan model Think Pair Share dapat meningkatkan
hasil belajar siswa, hasil belajar siswa meningkat dibandingkan dengan proses
pembelajaran yang dilakukan guru mata pelajaran Pemasaran Barang dan Jasa
sebelumnya pada siswa kelas XI Pemasaran 3 di SMKN 2 Blitar dengan rata-rata
kelas sebelum diberi tindakan sebesar 64,91% dengan ketuntasan klasikal sebesar
0% , hal ini dapat dikatakan sangat rendah sedangkan sesudah diberi tindakan
rata-rata kelas meningkat menjadi 88,57% dengan ketuntasan klasikal sebesar

7

84,85% pada siklus I. Terjadi peningkatan pada siklus II terhadap hasil belajar
siswa yaitu rata-rata belajar siswa siswa sebelum diberi tindakan sebesar 68,33%
dengan ketuntasan klasikal 39,39%, meningkat menjadi 92,39% dengan
ketuntasan klasiklal 96,97%. Dapat disimpulkan bahwa penerapan model
pembelajaran Think Pair Share pada siswa kelas XI Pemasaran 3 di SMKN 2
Blitar pada diklat Pemasaran Barang dan Jasa. dinyatakan berhasil dalam
meningkatkan ketuntasan Hasil belajar siswa.
Temuan peneliti pada penelitian ini seperti pada tahap Think pada siklus I belum
berjalan maksimal, siswa masih cenderung pasif dan ketergantungan pada teman.
Pada tahap Think banyak siswa yang masih belum mandiri dalam mengerjakan
soal padahal pada tahap Think siswa harus mengerjakan sendiri. Begitu juga pada
tahap Pair banyak kelompok yang anggotanya masih ketergantungan dengan
teman artinya banyak siswa yang tidak mengerjakan diskusi bersama. Pada tahap
Share siswa masih malu-malu dalam mengemukakan pendapat dan diskusi
bersama. Namun pada siklus II siswa mengalami peningkatan dalam tahap Think
seperti siswa sudah mengerjakan sendiri, begitu juga tahap Pair dan Share siswa
sudah mulai aktif dalam diskusi bersama, namun masih ada siswa yang cenderung
pasif dan tidak mau berkontribusi dengan teman.
Hal-hal yang dikerjakan siswa pada tahap Think dan Pair mendukung teori yang
dijabarkan oleh Bloom (dalam Sudjanan (2011:22-23) bahwa dalam hasil belajar
kognitif meliputi 6 aspek yaitu pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi,
analisis, sintesis dan evaluasi. Penelitian ini menerapkan pembelajaran kooperatif
Think Pair Share dengan mengevaluasi kemampuan kognitif. Hasil belajar dari
ranah kognitif diukur dengan membandingkan jumlah yang tuntas, nilai rata-rata
kelas, dan daya serap klasikal antara nilai post test model pembelajaran Think Pair
Share pada siklus I dan II. Metode kooperatif akan lebih tepat digunakan untuk
pendalaman materi yang bersifat prinsip atau prosedural. Tentunya materi yang
sama akan menarik jika dalam pendalamannya mengunakan berbagai metode
yang bervariasi (Suyatno, 2009: 30).
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Ani Sumaiah
(2012) dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar Pelaku-Pelaku Kegiatan
Perekonomian Di Indonesia Dengan Model Pembelajaran Think Pair Share pada
siswa kelas VIII SMP Bergas”. Pada penelitian ini hasil belajar pada ranah
kognitif mengalami peningkatan setelah diterapkannya model meningkat yaitu
dari skor awal yaitu dari rata-rata awal sebesar 66,9 menjadi 73,2 pada siklus I
dan 84,2 pada siklus II dan ketuntasan klasikal dari 34,6% menjadi 65,3% pada
siklus I dan 92,3% pada siklus II. Selain itu juga didukung oleh penelitian yang
berjudul Penerapan pembelajaran kooperatif model Think-Pairs-Share (TPS)
dapat meningkatkan penguasaan materi akuntansi siswa kelas X jurusan
Akuntansi SMK Muhammadiyah Cawas Kabupaten Klaten oleh Ririn Parlina
(2010). Peningkatan dicapai dari setiap siklus. Pada kemampuan penguasaan
materi siswa sebelum pemberian tindakan hanya mencapai 28,21% dari 39 siswa

8

dalam kelas tersebut. Setelah diberikan tindakan pada siklus I, penguasaan materi
siswa meningkat menjadi 79,49% dan akhirnya pada siklus II dapat lebih
meningkat menjadi 92,31%. Sehingga dapat disimpulkan penelitian ini
mendukung adanya penelitian sebelumnya.
Hasil Analisis Angket Respon: Penyebaran angket oleh peneliti kepada siswa
kelas XI Pemasaran 3 di SMKN 2 Blitar sebagai bentuk upaya untuk mengetahui
seberapa besar respon siswa terhadap pelaksanaan model pembelajaran Think Pair
Share sebagai bentuk gambaran atau reaksi terhadap keberhasilan pelaksanaan
penelitian ini. Peneliti menyebarkan angket kepada 33 siswa.
Dari hasil angket respon siswa pada lampiran 9 dapat dilihat bahwa respon siswa
terhadap model pembelajaran Think Pair Share pada mata pelajaran Pemasaran
Barang dan Jasa diketahui bahwa sebagian besar siswa memberikan respon positif
dan senang dengan metode pembelajaran seperti yang dipaparkan dalam diagram
berikut:
Diagram persentase angket respon siswa
3
4%

4
0%
1
33%
2
63%

Keterangan:
32,64%
62,73%
4,38%
0,24%

: Sangat Setuju
: Setuju
: Tidak Setuju
:Sangat Tidak Setuju

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan: Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah
dipaparkan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: (1) Penerapan model
pembelajaran Think Pair Share pada siswa kelas XI Pemasaran 3 di SMKN 2
Blitar pada mata pelajaran Pemasaran Barang dan Jasa dilaksanakan dalam dua
siklus selama empat kali pertemuan, dimana masing-masing siklus terdiri dari 4
tahap yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, pengamatan/observasi
serta analisis dan refleksi. Pelaksanaannya berjalan dengan lancar dan siswa dapat
melaksanakan setiap tahapan dengan baik namun aktivitas siswa sangat sulit
ditingkatkan karena siswa yang tergolong pasif dan sulit mengemukakan
pendapat. Siswa masih malu-malu untuk menjelaskan pada teman pada saat tahap
Share. Keterbatasan media tidak menghalangi proses pembelajaran yang sedang
berjalan; (2) Aktivitas belajar siswa dalam penerapan model pembelajaran Think
Pair Share pada siswa kelas XI Pemasaran 3 di SMKN 2 Blitar pada mata
pelajaran Pemasaran Barang dan Jasa mengalami peningkatan, hal ini ditunjukkan
dengan hasil lembar observasi yang dilakukan oleh empat observer pada saat
pembelajaran; (3) Penerapan model pembelajaran Think Pair Share meningkatkan

9

hasil belajar siswa pada mata pemasaran Barng dan Jasa dapat meningkatkan hasil
belajar siswa kelas XI Pemasaran 3 di SMKN 2 Blitar ditunjukkan dengan
peningkatan prosentase daya serap klasikal dan jumlah siswa yang lulus dari
KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) dari sebelum tindakan dalam siklus I dan
Siklus II.
Saran: Berdasarkan hasil penelitian, maka saran yang diberikan peneliti adalah
sebagai berikut: (1) Bagi Kepala Sekolah SMKN 2 Blitar; (a) hendaknya lebih
menghimbau kepada guru SMKN 2 Blitar untuk menggunakan model
pembelajaran yang bervariasi disamping metode pembelajaran konvensional
seperti ceramah dan tanya jawab; (b) Disediakannya sarana dan prasarana berupa
penyediaan literatur mata pelajaran Pemasaran Barang dan Jasa lebih lengkap. .
(2) Bagi Guru Mata Pelajaran Pemasaran Barang dan Jasa di SMKN 2 Blitar: (a)
Guru dapat menjadikan pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS) pada
kompetensi dasar dan materi-materi lain yang memiliki karekter sama dengan
materi yang diterapkan oleh peneliti sebagai alternatif pilihan dalam praktik
pembelajaran; (b) Dalam pengelolaan pembelajaran di kelas guru harus selalu
memberi arahan dan motivasi kepada seluruh siswa, terutama kepada siswa yang
memiliki kemampuan lebih rendah. Siswa seperti ini memerlukan perhatian yang
lebih agar mereka termotivasi dan lebih aktif dalam mengemukakan gagasannya;
(c) Peran guru dalam pembelajaran sangatlah dibutuhkan dalam memberi
pengarahan, bimbingan, dan penjelasan. Peran guru juga sangat penting bagi
peningkatan aktivitas belajar siswa untuk berdampak pada hasil belajar siswa
menjadi lebih baik; (d) Guru melakukan penilaian portofolio terhadap tugas-tugas
siswa. (3) Bagi Siswa Kelas XI Pemasaran 3 di SMKN 2 Blitar: (a) Siswa
hendaknya melakukan persiapan sebelum pelaksanaan pembelajaran Pemasaran
Barang dan Jasa dengan membaca materi, mencari materi di internet, atau mencai
literatur pada buku atau sumber lainnya; (b) Siswa diharapkan dapat ikut berperan
aktif dalam proses pembelajaran sehingga pembelajaran Pemasaran Barang dan
Jasa yang dilakukan dapat lebih menyenangkan, interaktif, serta dapat
menciptakan suasanan pembelajaran yang kondusif; (c) Siswa diharapkan dapat
menumbuhkan kemampuan memecahkan masalah sehingga mampu menyikapi
berbagai situasi apapun dengan cara-cara yang tepat; (d) Siswa diharapkan
mempunyai kesadaran akan pentingnya membuat catatan kesimpulan belajar. (4)
Bagi Peneliti Lanjut: (a) Agar lebih kreatif dan inovatif pada standart kopetensi
yang sama atau yang lainnya dalam penerapan model pembelajatan Think Pair
Share harus disesuaikan dengan materi/pokok bahasan, tujuan pembelajaran yang
diinginkan, kondisi siswa, fasilitas media yang tersedia, dan kondisi guru; (b)
Dalam pelaksanaan tindakan hendaknya lebih memperhatikan penggunan waktu
agar penelitian berjalan sesuai rencana; (c) Disarankan untuk menggunakan model
pembelajaran lainnya yang dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa
contohnya Simultaneous Roundtable.

10

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S., Suhardjono, dan Supardi. 2014. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:
PT. Bumi Aksara.
_______. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Dimyati & Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
_________. 2013. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Bekerjasama
dengan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Febrianto, A. 2014. Pengaruh Ketrampilan Mengelola Kelas dan Gaya Mengajar
Guru Terhadap Keaktifan Belajar Siswa Kelas XI Materi Pembelajaran
Pembangunan Ekonomi SMA Negeri 2 slawi. Analisis Journal
Economic Education, (online), 2(3). (hptt://journal.unnes.ac.id) diakses
tanggal 14 Januari 2015.
Ibrahim, R & Nana S. 2003. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Isjoni. 2010. Cooperative Learning Efektivitas Pembelajaran Kelompok.
Bandung: Alfabeta.
Kagan, Spencer & Miguel Kagan. 2009. Kagan Cooperative Learning.
Calivornia. USA.
Kusuma, F. W & Mimin, A. 2012. Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Think Pair Share Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Akuntansi
Siswa Kelas XI IPS 1 SMAN Wonosari. Jurnal Ilmu Pendidikan,
(online), 1-(2),43-63, (hptt://journal.uny.ac.id), diakses 13 Januari 2015.
Lie, Anita. 2008. Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: Grasindo
Margono. 2005. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Moleong, L. J. 2014. Metodologi Penelitai Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Parlina, R. 2010. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Think Pair Share
untuk meningkatkan aktivitas dan Penguasaan Materi Akuntansi siswa
kelas X Jueusan Akuntansi SMK Muhammadiah Cawas Kab. Klaten.
Skripsi Tidak Diterbitkan: Universitas Negeri Sebelas Maret.
Sudjana, N. 2009. Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaj Rosdakarya.
Sumaiayah, A. 2012. Peningkatan Hasil Belajar Pelaku-Pelaku Kegiatan
Perekonomian Di Indonesia Dengan Model Pembelajaran Think Pair
And Share Pada Siswa Kelas VIII SMP PGRI Bergas. Economic
Education
Analysis
Journal,
(online),
1(1):1-6,
(hptt://journal.unnes.ac.id), diakses 13 Januari 2015.

11

Dokumen yang terkait

ANALISIS KEMAMPUAN SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN SOAL PISA KONTEN SHAPE AND SPACE BERDASARKAN MODEL RASCH

69 778 11

ANALISIS PENGARUH PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PEMERINTAH DAERAH (Studi Empiris pada Pemerintah Daerah Kabupaten Jember)

37 330 20

PENERAPAN METODE SIX SIGMA UNTUK PENINGKATAN KUALITAS PRODUK PAKAIAN JADI (Study Kasus di UD Hardi, Ternate)

24 208 2

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

PENGARUH METODE THINKING ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS) DAN GENDER TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIKA SISWA

34 139 204

PENGARUH KEMAMPUAN AWAL MATEMATIKADAN MOTIFBERPRESTASI TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

8 74 14

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM GERAK MANUSIA (Studi Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning Semester Ganjil T

47 275 59

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TPS UNTUK MENINGKATKAN SIKAP KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV B DI SDN 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

6 73 58

EVALUASI ATAS PENERAPAN APLIKASI e-REGISTRASION DALAM RANGKA PEMBUATAN NPWP DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA TANJUNG KARANG TAHUN 2012-2013

9 73 45

PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMA MAKANANKU SEHAT DAN BERGIZI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE PADA SISWA KELAS IV SDN 2 LABUHAN RATU BANDAR LAMPUNG

3 72 62