PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBING PRO

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBING-PROMPTING BERBANTU
PERMAINAN TIK TAK TOE UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL
BELAJAR SISWA KELAS IV PADA MATA PELAJARAN IPA
Astri Nur Wulandari

Program Studi PGSD FKIP Universitas Kristen Satya Wacana
Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50711, Indonesia
292014025@student.uksw.edu
Abstrak
Pembelajaran di kelas IV SD Ngimbrang Kabupaten Temanggung Siswa

kurang antusias dalam pembelajaran, malas untuk mengingat istilah-istilah asing,
dan kurangnya rasa ingin tahu yang muncul dalam diri siswa sehingga
menyebabkan hasil belajar IPA tidak dapat mencapai KKM yang telah ditentukan yaitu
70. Salah satu model pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dalam proses
pembelajaran adalah model Probing Prompting. Penerapan metode Probing Prompting
berbantuan permainan yik tak toe pada mata pelajaran IPA secara berkelompok akan
melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran sehingga proses pembelajaran akan
lebih menyenangkan dan menarik perhatian siswa untuk belajar karena siswa akan
belajar dengan bermain tik tak toe hal ini tentunya akan berpengaruh pada minat dan
hasil belajar siswa. Melalui penerapan metode Probing Prompting berbantuan

permainan tik tak toe akan meningkatkan hasil belajar IPA siswa Kelas IV SD N 1
Ngimbrang .
Kata Kunci: IPA,minat, hasil belajar, Probing Prompting permainan tik tak toe.

PENDAHULUAN
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar (UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 20 tentang
SISDIKNAS). Peserta didik merupakan salah satu peran penting terjadinya proses belajar.
Proses belajar terjadi berkat peserta didik memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan
sekitar. Lingkungan yang dipelajari oleh siswa berupa keadaan alam, benda-benda dan
mahluk hidup atau hal-hal yang dijadikan bahan pelajaran. Melalui proses pembelajaran,
guru sebagai pembimbing memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara aktif.
Pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar
secara aktif, ketika peserta didik belajar dengan aktif, berarti mereka yang mendominasi
aktifitas pembelajaran ( Zaini, 2007)

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas IV SD Ngimbrang Kabupaten
Temanggung menyatakan bahwa siswa sulit memahami pelajaran IPA. Siswa kurang antusias
dalam pembelajaran, malas untuk mengingat istilah-istilah asing, dan kurangnya rasa ingin
tahu yang muncul dalam diri siswa, sehingga siswa terkesan pasif dalam pembelajaran. Hasil

observasi dari 27 siswa ada 16 siswa yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM) yaitu 63. Hal tersebut menunjukkan bahwa dalam pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar belum mencapai tujuan yang diharapkan. Melihat kenyataan yang terjadi di
sekolah tersebut, pelaksanaan pembelajaran IPA belum dikatakan berhasil. Ada beberapa
faktor yang mempengaruhi aktivitas belajar siswa, baik yang menunjang maupun
menghambat yaitu (1) faktor internal, misalnya kondisi fisik, kecerdasan, ingatan, sikap,
minat, bakat, motivasi, konsentrasi, dan sebagainya. (2) faktor eksternal, mencakup
lingkungan fisik dan sosial serta pendekatan belajar (Slameto, 1995). Faktor-faktor tersebut
sangat mempengaruhi pada hasil belajar siswa. Hasil belajar adalah bila seseorang telah
belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu
menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti (Hamalik, 2006:30). Hal tersebut
merupakan tantangan bagi guru untuk menggunakan model pembelajaran yang dirasa dapat
memenuhi kebutuhan siswa dalam meningkatkan minat dan hasil belajar siswa.
Permbelajaran dapat di kombinasikan dengan permainan, belajar sambil bermain dapat
melibatkan partisipasi siswa langsung sehingga siswa mengalami sendiri proses
pembelajaran. Belajar dengan bermain memberikan kesempatan kepada anak untuk
memanipulasi, mempraktekkan, dan mendapatkan bermacam-macam konsep serta pengertian
yang tak terhitung banyaknya (Tedjasaputro, 2000).
Model Probing Prompting berbantu permainan tik tak toe dianggap mampu
meningkatkan minat dan hasil belajar dalam proses pembelajaran IPA. Probing Prompting

merupakan salah satu model pembelajaran dengan cara guru menyajikan serangkaian
pertanyaan yang sifatnya menuntun dan menggali sehingga terjadi proses berpikir yang
mengaitkan pengetahuan setiap siswa dan pengalamannya dengan pengetahuan baru yang
sedang dipelajari (Suyatno, 2009). Probing Prompting merupakan suatu model pembelajaran
yang berorientasi pada masalah dunia nyata untuk membantu siswa mengembangkan
kemampuan berpikir dan memecahkan masalah yang dikombinasikan dengan pemberian
pertanyaan yang bersifat menggali, mengarahkan, serta menuntun sehingga siswa dapat
memperoleh informasi serta pengetahuan. Pembelajaran berbasis masalah dengan
menggunakan model Probing-Prompting juga dapat memotivasi siswa untuk memahami

suatu permasalahan dengan lebih mendalam, sehingga siswa mampu mencapai jawaban yang
dituju. Dengan bantuan permainan tik tak toe dapat meningkatkan minat belajar siswa.
Permainan tik tak toe merupakan permainan yang menggembirakan, dimana dua orang atau
dua kelompok yang melakukan permainan ini berusaha untuk membuat garis lurus dari 3
kotak, baik lurus horizontal, vertical, ataupun diagonal (Juanda, 2012). Dalam proses
pembelajaran permainan tik tak toe di sertai oleh pertanyaan yang harus di jawab dengan
benar. Berdasarkan latar belakang tersebut penulis berharap penggunaan model Probing
Prompting berbantu permainan tik tak toe dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan
minat dan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Ngimbrang.
PEMBAHASAN

Hasil belajar adalah sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri seseorang
yang dapat di amati dan di ukur bentuk pengetahuan, sikap dan keterampilan (Hamalik,
2006). Sedangkan Dimyati dan Mudjiono (2006) berpendapat hasil belajar adalah hasil yang
dicapai dalam bentuk angka-angka atau skor setelah diberikan tes hasil belajar pada setiap
akhir pembelajaran. Nilai yang diperoleh siswa menjadi acuan untuk melihat penguasaan
siswa dalam menerima materi pelajaran. Perubahan tersebut dapat di artikan sebagai
terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik sebelumnya yang tidak tahu
menjadi tahu. Mulyasa (2008) mengatakan hasil belajar merupakan prestasi belajar siswa
secara keseluruhan yang menjadi indikator kompetensi dan derajat perubahan prilaku yang
bersangkutan. Kompetensi yang harus dikuasai siswa perlu dinyatakan sedemikian rupa agar
dapat dinilai sebagai wujud hasil belajar siswa yang mengacu pada pengalaman langsung.
Hasil belajar adalah hasil yang di capai selama proses pembelajaran sehingga adanya
perubahan prilaku dalam bentuk pengetahuan, sikap dan keterampilan. Perubahan prilaku
sebagai terjadinya peningkatan menjadi lebih baik dari yang tidak tahu menjadi tahu. Hasil
belajar dapat diukur dengan bentuk angka-angka atau skor yang di peroleh siswa dari
keseluruhan proses pembelajaran. Dengan adanya hasil belajar dapat memberikan sebuah
informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan
belajarnya melalui proses kegiatan belajar mengajar yang selanjutnya setelah mendapat
informasi tersebut guru dapat menyusun dan membina kegiatan-kegiatan peserta didik lebih
lanjut baik untuk individu maupun kelompok belajar.

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar Menurut Munadi (Rusman, 2012:124)
antara lain meliputi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu faktor
fisiologis, secara umum kondisi fisiologis, seperti kesehatan yang prima, tidak dalam keadaan

lelah dan capek, tidak dalam keadaan cacat jasmani dan sebagainya, dan faktor psikologis
meliputi intelegensi (IQ), perhatian, minat, bakat, motif, motivasi, kognitif dan daya nalar
peserta didik. Sedangkan faktor eksternal yaitu faktor lingkungan meliputi lingkungan fisik
dan lingkungan social, dan faktor instrumental berupa kurikulum, sarana dan guru.
Minat adalah kecenderungan jiwa yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang
beberapa aktivitas atau kegiatan (Slameto, 1995). Lain halnya menurut Gie (1998),
minat berarti sibuk, tertarik, atau terlihat sepenuhnya dengan sesuatu kegiatan karena
menyadari pentingnya kegiatan itu. Belly (2006) berpendapat minat adalah keinginan yang
didorong oleh suatu keinginan setelah melihat, mengamati dan membandingkan serta
mempertimbangkan dengan kebutuhan yang diinginkannya. Dari pengertian beberapa ahli
tersebut dapat di simpulkan minat belajar adalah keterlibatan sepenuhnya seorang siswa
dengan segenap kegiatan pikiran secara penuh perhatian untuk memperoleh pengetahuan dan
mencapai pemahaman tentang pengetahuan ilmiah yang dituntutnya di sekolah. Tumbuhnya
minat pada siswa menimbulkan sikap aktif pada siswa tersebut. Dengan adanya minat yang
tinggi, siswa dapat memaksimalkan proses belajar mengajar, karena siswa dengan mudah
menangkap informasi yang di terima.

Pembelajaran probing prompting adalah pembelajaran dengan cara guru menyajikan
serangkaian pertanyaan yang sifatnya menuntun dan menggali sehingga terjadi proses
berpikir yang mengaitkan pengetahuan tiap siswa dan pengalamannya dengan pengetahuan
baru yang sedang dipelajari (Suherman, 2008:6). Berdasarkan penelitian yang dilakukan
Priatna (Sudarti, 2008) menyimpulkan bahwa proses probing dapat mengaktifkan siswa
dalam belajar yang penuh tantangan, membutuhkan konsentrasi dan keaktifan sehingga
aktivitas komunikasi cukup tinggi. Selanjutnya, perhatian siswa terhadap pembelajaran yang
sedang dipelajari cenderung lebih terjaga karena siswa selalu mempersiapkan jawaban sebab
mereka harus siap jika tiba-tiba ditunjuk oleh guru.
Setiap model memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihan dari model pelajaran
probing promting yaitu: 1) Mendorog siswa aktif berpikir. 2) Memberikan kesempatan
kepada siswa untuk menyakan hal-hal yang kurang jelas. 3) Pertanyaa dapat menarik dan
memusatkan perhatian siswa (Kurniasih & Berlin Sani, 2016). Sedangkan kekurangan dari
model pelajaran probing promting yaitu : 1) Siswa merasa takut dan tegang. 2) Dalam jumlah
siswa yang banyak, tidak mungkin cukup waktu untuk memberikan pertanyaan kepada tiap
siswa (Kurniasih & Berlin Sani, 2016).

Adapun sintak Probing Prompting adalah sebagai berikut: 1) Guru mengajukan
serangkaian pertanyaan untuk siswa yang bersifat investigasi (penyalidikan), konjektur
(menduga), inkuri (menemukan), brainstorming (urun pendapat), dan kontruktivis

(membangun konsep). 2) Guru menunjuk siswa secara acak sehingga setiap siswa mau tidak
mau harus berpartisipasi aktif. 3) Guru memberikan serangkaian pertanyaan kepada siswa
yang telah ditunjuk. 4) Siswa secara langsung dituntut untuk aktif dengan menjawab
pertanyaan yang diberikan guru. Model pembelajaran Probing prompting adalah salah satu
cara untuk meningkatkan berpikir kritis siswa dengan menggunakan pertanyaan – pertanyaan
yang dapat mengarahkan dan menggali pengetahuan siswa sehingga mampu mengaitkan
pengetahuan yang sudah didapat dengan pengetahuan yang akan dipelajari.
Model pembelajaran Probing prompting dapat digunakan sebagai alat bantu dalam
pembelajaran IPA karena hakikatnya pembelajar IPA tidak hanya menghafal konsep namun
siswa diharapkan mampu untuk menemukan konsep, sehingga pada pembelajaran guru tidak
hanya mentransfer pengetahuan secara informatif akan tetapi guru juga meminta siswa agar
terlibat secara langsung dalam praktek.
Pembelajaran dengan model Probing Prompting dapat di kombinasikan dengan
permainan tik tak toe. Permainan tik tak toe merupakan permainan yang menggembirakan,
dimana dua orang atau dua kelompok yang melakukan permainan ini berusaha untuk
membuat garis lurus dari 3 kotak, baik lurus horizontal, vertical, ataupun diagonal (Juanda,
2012). Dalam proses pembelajaran permainan tik tak toe di sertai oleh pertanyaan yang harus
di jawab dengan benar.
Di bantu dengan permaian tik tak toe siswa mampu mengaitkan pengetahuan yang
sudah didapat dengan pengetahuan yang akan dipelajari maka dapat meningkatkan minat

belajar yang ada pada diri siswa dan dapat berpengaruh pada hasil belajar siswa. Maka tugas
seorang guru dalam model ini adalah memberikan pertanyaan yang dapat merangsang dan
menuntun siswa agar menjadi aktif bertanya dan berpikir kritis dalam menjawab.
Penelitian yang di lakukan oleh Swarjawa (2013) hasil belajar IPA siswa kelas V di
SD Negeri 1 Sebatu tahun pelajaran 2012/2013. Berdasarkan hasil analisis data, Rata-rata
(M) hasil belajar IPA siswa kelompok eksperimen adalah 23,13 tergolong kriteria sangat
tinggi, Rata-rata (M) hasil belajar IPA siswa kelompok kontrol dengan adalah 17,38 tergolong
kriteria sedang, dan thitung = 4,46, ttabel = 2,02 pada taraf signifikansi 5%, ini berarti
bahawa thitung > ttabel. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan
yang signifikan hasil belajar IPA siswa kelas V di SD Negeri 1 Sebatu tahun pelajaran
2012/2013 antara siswa yang belajar dengan model probing-prompting dan siswa yang

belajar dengan model konvensional. Perbedaan yang signifikan ini membuktikan bahwa
penerapan model pembelajaran probing-prompting lebih berpengaruh baik terhadap hasil
belajar IPA siswa dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional
Berdasarkan hasil penelitian yang relevan tentang penerapan model ProbingPromting, proses belajar mengajar dengan model Probing-Promting dapat meningkatkan
minat dan hasil belajar siswa. Di karenakan model Probing-Promting merupakan model yang
berpusat kepada siswa, guru hanya sebagai fasilitator dalam kegiatan belajar mengajar. Pada
penelitian yang akan dilakukan Siswa di tuntut untuk berpikir kritis, penuh tantangan,
membutuhkan konsentrasi dan keaktifan dalam kegiatan pembelajaran agar dapat

meningkatkan minat belajar pada siswa dan meningkatkan hasil belajar pada siswa.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penjelasan pada pembahasan, dapat di simpulkan Siswa kurang
antusias dalam pembelajaran, malas untuk mengingat istilah-istilah asing, dan kurangnya rasa
ingin tahu yang muncul dalam diri siswa, membuat siswa terkesan pasif dalam pembelajaran
sehingga hasil pembelajaran tidak mencapai tujuan embelajaran. Peningkatan minat dan hasil
belajar siswa pada mata pelajaran IPA dapat dilakukan dengan memilih model pembelajaran
yang berpusat pada siswa, sehingga siswa dapat berperan aktif dalam pembelajaran. Model
Probing Prompting berbantu permainan tik tak toe mampu meningkatkan minat dan hasil
belajar dalam proses pembelajaran IPA.
Daftar Pustaka
Zaini,Hisyam. (2007). Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: CTSD( Center for Teaching
Staff Develeopment).
Hamalik,Oemar. (2006). Proses Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Bumi Aksara.
Tedjasaputro, Mayke. 2003. Bermain, Mainan, Dan Permainan. Jakarta: PT.Grasindo.
Badan Standar Nasional Pendidikan. (2013). Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 Tentang
Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta. Depdikbud.
Belly, Ellya dkk. (2006). Pengaruh Motivasi terhadap Minat Mahasiswa Akuntasi. Padang:
Simposium Nasional Akuntasi 9.
Slameto. (1995). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Cet. II; Jakarta: Rineka

Cipta.

Gie. (1995). Cara Belajar yang Efisien. Yogyakarta: Liberti.
Dimyati dan Mudjiono. (2006). Belajar dan Pemebelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Mulyasa, E. (2008). Menjadi Guru Profesional, Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Kurniasih, Imas, dan Sani, Berlin. (2014). Sukses Mengimplementasikan Kurikulum 2013.
Jakarta: kata Pena.
Rusman. (2012). Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer Mengembangkan
Profesionalisme Guru Abad 21. Bandung: ALFABETA
Swarjawa, I. W. E., Suarjana, M., & Garminah, N. N. (2013). Pengaruh Model Pembelajaran
Probing-Prompting Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V di SD Negeri 1
Sebatu. MIMBAR PGSD, 1.
Juanda, E. A., Gunawan T, & Mujiburrohman D. (2012). Penerapan Model Pembelajaran
Berbasis Games (Tic Tac Toe) Dalam Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep Pada Mata
Diktat Elektronika Dasar. Jurnal Pendidikan Teknologi Dan Kejuruan, 21(2).
Sudarti, T. (2008). Perbandingan Kemampuan Penalaran Adatif Siswa SMP Antara yang
Memperoleh Pembelajaran Matematika Melalui Teknik Probing dengan Metode Ekspositori.
Skripsi pada Jurusan Pendidikan Matematika UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Suherman, E. (2008). Belajar dan Pembelajaran Matematika. Hand Out. Bandung:tidak

diterbitkan.
Huda, M. (2013). MODEL-MODEL PENGAJARAN DAN PEMBELAJARAN. Yogyakarta:
PUSTAKA PELAJAR.
Kurniasih, I., & Sani, B. (2016). Ragam Pengembangan Model Pembelajaran
Untuk Peningkatan Profesionalitas Guru. Jakarta: Kata Pena.

Dokumen yang terkait

ANALISIS KEMAMPUAN SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN SOAL PISA KONTEN SHAPE AND SPACE BERDASARKAN MODEL RASCH

69 778 11

ANALISIS PENGARUH PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PEMERINTAH DAERAH (Studi Empiris pada Pemerintah Daerah Kabupaten Jember)

37 330 20

PENERAPAN METODE SIX SIGMA UNTUK PENINGKATAN KUALITAS PRODUK PAKAIAN JADI (Study Kasus di UD Hardi, Ternate)

24 208 2

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

PENGARUH KEMAMPUAN AWAL MATEMATIKADAN MOTIFBERPRESTASI TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

8 74 14

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM GERAK MANUSIA (Studi Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning Semester Ganjil T

47 275 59

PENERAPAN PUTUSAN REHABILITASI TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENGGUNA NARKOTIKA (STUDI KASUS PUTUSAN NO : 130/Pid.B/2011/PN.LW)

7 91 58

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TPS UNTUK MENINGKATKAN SIKAP KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV B DI SDN 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

6 73 58

EVALUASI ATAS PENERAPAN APLIKASI e-REGISTRASION DALAM RANGKA PEMBUATAN NPWP DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA TANJUNG KARANG TAHUN 2012-2013

9 73 45

PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMA MAKANANKU SEHAT DAN BERGIZI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE PADA SISWA KELAS IV SDN 2 LABUHAN RATU BANDAR LAMPUNG

3 72 62