T1__BAB I Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perkembangan Pengaturan tentang Lembaga Pegadaian di Indonesia T1 BAB I

BAB I
PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG MASALAH

A.

Setiap perbuatan hukum yang dilakukan oleh setiap manusia dengan manusia lainnya
senantiasa dikaitkan dengan terciptanya suatu bentuk hubungan hukum antara pihak-pihak
tersebut. Hubungan hukum tersebut dapat melahirkan kewajiban, prestasi atau utang pada
salah satu pihak atau lebih dalam suatu hubungan hukum tersebut dan dengan kata lain
prestasi, utang ataupun kewajiban harus dipenuhi tepat waktu. Hal ini selaras dengan konsep
Gadai dan Lembaga Pegadaian yang telah berkembang dari awal terbentuknya hingga
penerapan sampai saat ini di Indonesia. Kitab Undang-undang Hukum Perdata
mendefinisikan Gadai lebih spesifik, yang tertuang pada Pasal 1150 KUHPerdata “Gadai
adalah suatu hak yang diperoleh kreditor atas suatu barang bergerak yang diserahkan
kepadanya oleh debitor, atau oleh seorang lain atas namanya, dan yang mengambil
pelunasan dari barang tersebut secara didahulukan daripada kreditor-kreditor lainnya
dengan kekecualian biaya untuk melelang barang tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan
untuk


menyelamatkan

setelah

barang

itu

digadaikan,

biaya-biaya

mana

harus

didahulukan.”1
Peranan Negara dalam hal ini pemerintah memfasilitasi Usaha Gadai dengan
membentuk Badan Hukum yang disebut Pegadaian. Usaha Pegadaian di Indonesia sudah
hidup dan berkembang dari tahun 1961 hingga saat ini bahkan apabila ditelisik lebih dalam,

Gadai sudah diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata. Pada tahun 1961 Pasal 2

1Pasal 1150 Kitab Undang-undang Hukum Perdata

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 178 Tahun 1961 Tentang Pendirian
Perusahaan Negara Pegadaian adalah badan hukum yang berstatus sebagai Perusahaan
Negara Pegadaian, kemudian pada tahun 1969 berubah status Badan Hukum Pegadaian
dengan didasari Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1969 Tentang
Perubahan Bentuk Perusahaan Negara Pegadaian Menjadi Jawatan Pegadaian. Pegadaian
kembali berkembang status badan hukumnya dengan didasari Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 103 Tahun 2000 Tentang Perusahaan Umum (Perum).
Pada peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 103 Tahun 2000 usaha Gadai
harus berstatus Perusahaan Umum. Dinamika tentang Pegadaian kembali berlanjut, hal ini
didasari Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2011 Tentang perubahan Bentuk Badan
Hukum Perusahaan Umum (Perum) Pegadaian menjadi Perusahaan Perseroan (Persero),
hingga saat ini yang berlaku sebagai hukum Positif dan lebih kongrit pengaturan mengenai
usaha Pegadaian di Indonesia yaitu POJK Nomor 31 /POJK.05/2016 Tentang Usaha
Pegadaian dengan menyebut banyak aspek-aspek yang perlu dituangkan dalam regulasi
Perundangan mengenai Usaha Pegadaian termasuk didalamnya Status badan hukum
Pegadaian yaitu Perusahaan Pegadaian.

Perkembangan yang terjadi terkait kelembagaan dan status badan hukum Pegadaian
dari Perusahaan Negara Pegadaian, Jawatan Pegadaian hingga menjadi Perusahaan Perseroan
(Persero) tentu saja dilatarbelakangi dengan kewenangan, kedudukan serta fungsi tertentu
yang sesuai dengan regulasi yang mengatur Kelembagaan Pegadaian itu sendiri.
Perkembangan mengenai Kelembagaan terkait dengan status badan hukum inilah yang
kemudian mempengaruhi fungsi dan tujuan dari Pegadaian, seperti pada tahun 1961 saat
pegadaian berstatus Perusahaan Negara dimana tujuan Pegadaian pada saat itu untuk turut
membangun ekonomi nasional melalui dibidang kredit dengan hukum gadai yang sesuai
dengan ekonomi terpimpin yang tentu saja tujuan tersebut tidak sesuai karena

dilatarbelakangi oleh sistem pemerintahan yang lama. Hal ini berbeda apabila dibandingkan
dengan Pegadaian pada tahun 2011 saat berstatus sebagai Persuahaan perseroan dimana
bertujuan untuk melakukan usaha gadai dan fidusia yang tercantum pada Pasal 2 angka (1)
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2011 Tentang Perubahan Bentuk
Badan Hukum Perusahaan Umum (Perum) Pegadaian Menjadi Perusahaan Perseroan
(Persero) dikatakan bahwa “Untuk mencapai maksud dan tujuan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), Perusahaan Perseroan (Persero) melaksanakan kegiatan usaha utama
berupa: a. penyaluran pinjaman berdasarkan hukum gadai
termasuk gadai efek;
b. penyaluran pinjaman berdasarkan jaminan fidusia; dan

c. pelayanan jasa titipan, pelayanan jasa taksiran, sertifikasi
dan perdagangan logam mulia serta batu adi”.
Dengan sasaran yang lebih jelas yaitu masyarakat berpenghasilan menengah kebawah. Salah
satu perbandingan karakteristik inilah yang menarik penulis selain mengenai aspek lain yang
diatur didalamnya yang berkenaan dengan Pengertian, Bentuk Badan Hukum Pegadaian,
Kepemilikan, Modal, Pendaftaran dan Perizinan, Jenis Usaha yang dilakukan oleh Pegadaian,
dan aspek lain yang mengatur tentang Pegadaian serta menjadi karakteristik dari masingmasing perubahan status kelembagaan Pegadaian. Inilah yang menjadi latarbelakang
penelitian hukum (legal research),
“PERKEMBANGAN PENGATURAN TENTANG LEMBAGA PEGADAIAN DI
INDONESIA”
Pentingnya kajian ini yaitu mengetahui tentang Karakteristik dari Lembaga Pegadaian
seiring dengan perkembangan peraturan dari awal terbentuknya pada tahun 1961 hingga saat
ini yang mencakup Status badan hukum, Jenis kegiatan, dan Kepengurusan.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan pemaparan dari latarbelakang, maka rumusan masalahnya adalah : “Apakah ada
perubahan pengaturan yang menjadi karakteristik Lembaga Pegadaian di Indonesia?”

C. TUJUAN PENELITIAN


Berdasarkan rumusan masalah penelitian hukum diatas maka yang menjadi tujuan penelitian
adalah:
1. Untuk mengetahui perkembangan pengaturan lembaga pegadaian dari sisi Bentuk badan
hukum, Jenis kegiatan, dan Kepengurusan
2. Untuk mengungkap Perbedaan dari masing-masing Perkembangan pengaturan tentang
Pegadaian.

Kajian Tujuan penelitian dilihat dari Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 178
Tahun 1961 Tentang Pendirian Perusahaan Negara Pegadaian sampai dengan POJK Nomor
31 /POJK.05/2016 Tentang Usaha Pegadaian.

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran atau memberikan
solusi dalam bidang hokum perdata yang terkait dengan tinjauan terhadap
karakteristik status badan hukum yang diakibatkan perkembangan pengaturan
mengenai Pegadaian dengan berbagai dinamika terkait aspek-aspek kelembagaannya.
Dengan demikian diharapkan pembaca atau calon peneliti semakin mengetahui


tentang Hukum Lembaga keuangan bukan bank dalam bidang kelembagaan
Pegadaian.
b. Dapat dijadikan acuan maupun pedoman untuk para pihak atau peneliti lain yang
ingin mengkaji dan menganalisis secara mendalam mengenai tinjauan perkembangan
Pegadaian dengan berbagai dinamika terkait aspek-aspek kelembagaannya yang
penulis utarakan diatas
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan penelitian dalam rangka
meningkatkan kualitas pemahaman hukum perdata dalam bidang Lembaga Keuangan Bukan
Bank khususnya dalam mengkaji Perkembangan pengaturan tentang Kelembagaan Pegadaian
di Indonesia dalam pelaksanaan fungsi dan kewenangan dalam Pegadaian.

E. METODE PENELITIAN

1. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian Hukum (legal research) adalah bagaimana menemukan
kebenaran yaitu adakah aturan hukum yang berupa perintah atau larangan yang sesuai
dengan prinsip hukum, serta apakah tindakan (act) seseorang sesuai dengan norma hukum
(bukan hanya sesuai aturan hukum) atau prinsip hukum.2.

2. Pendekatan
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. pendekatan perundang-undangan. Jenis pendekatan perundang-undangan yang

menurut Marzuki3 “Pendekatan undang-undang (statue approach) dilakukan dengan
menelaah semua undang-undang dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu hukum

2 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum edisi Revisi, kencana, Jakarta, 2014, hlm. 47
3 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Jakarta: Kencana, 2010, hlm. 35.

yang sedang ditangani. Pendekatan perundang-undangan adalah pendekatan dengan
menggunakan legislasi dan regulasi.”
2. pendekatan historis. Pendekatan historis (Historical approach) adalah pendekatan

yang bertujuan untuk merekontruksi masa lampau secara sistematis dan objektif,
dengan cara mengumpulkan, mengevaluasi, memferivikasi, serta menghubungkan
bukti-bukti untuk mengungkap fakta dan memperoleh kesimpulan yang kuat. 4
Pendekatan Historis dianggap pendekatan yang paling relevan dengan Research yang
diangkat karena penulisan ini menelisik perkebangan dari awal terbentuknya hingga
saat ini. Langkah-langkah yang digunakan dalam pendekatan ini yaitu Pertama

dengan merumusan tujuan penelitian yang akan memberi arah dan fokus bagi
kegiatan penelitian, kedua mengumpulkan data dengan selalu mengingat perbedaan
antara sumber primer dan sumber sekunder. Suatu ketrampilan yang sangat penting
dalam penelitian historis adalah cara pencatatan data dengan sistem kartu atau dengan
sistem lembaran, kedua-duanya dapat dilakaukan. Langkah keempat dengan
mengevaluasi data yang diperoleh dengan melakukan kritik ekternal dan kritik
internal dan barulah dapat menulis laporan penelitian dengan pendekatan historis. Ciri
dari Pendekatan ini berlainan dengan anggapan yang populer, penelitian historis harus
tertib dan ketat, sistematis, dan tuntas, seringkali penelitian yang dikatakan sebagai
suatu penelitian historis hanyalah korelasi informasi-informasi yang tak layak, tidak
realibel, dan berat sebelah. Pendekatan ini juga bergantung kepada dua macam data,
yaitu bahan hukum Primer dan Bahan Hukum Sekunder,

4 www.bilvapedia.com/2014/05/ciri-dan-langkah-penelitian-historis.html diakses pada 29 Mei 2017 pukul 21.00

wib

3.

Bahan Hukum

Bahan Hukum yang dipakai oleh penulis dalam metode penelitian ini terdapat dua

macam bahan pustaka yaitu :
1. Bahan Hukum Primer
Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat autiratif, artinya
mempunyai otoritas yang disebut dengan teks autoratif. Bahan hukum primer terdiri dari
perundang-undangan, catatan-catatan resmi atau risalah dalam pembuatan undang-undang
yaitu:
a) Kitab Undang-undang Hukum Perdata
b) Undang-undang No.19 Prp. Tahun 1960 Tentang Perusahaan Negara
c) Undang-undang No. 9 Tahun 1969 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah

Pengganti Undang-Undang No. 1 Tahun 1969
d) Undang-undang No. 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara
e) Undang-undang No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas
f)

Undang-undang No. 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan

g) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 178 Tahun 1961 Tentang Pendirian


Perusahaan Negara Pegadaian
h) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1969 Tentang Perubahan

Bentuk Perusahaan Negara Pegadaian Menjadi Jawatan Pegadaian
i)

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1990 Tentang Peralihan
Bentuk Perusahaan Jawatan Pegadaian menjadi Perusahaan Umum Pegadaian

j)

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2000 Tentang Perjan

k) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 103 Tahun 2000 Tentang

Perusahaan Umum (Perum) Pegadaian
l)

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2011 Tentang Perubahan

Bentuk Badan Hukum Perusahaan Umum (Perum) Pegadaian Menjadi Perusahaan
Perseroan (Persero)

m) POJK Nomor 31/POJK.05/2016 Tentang Usaha Pegadaian

2. Bahan Hukum Sekunder
Bahan hukum sekunder yaitu bahan-bahan yang hubungannya erat dengan bahan
hukum primer dan dapat menganalisis dan dapat memahami bahan hukum primer dan yang
digunakan penulis meliputi buku-buku teks,dan kamus hukum serta pendapat para ahli.

4. Unit Analisa
Unit analisa di dalam suatu penelitian perlu dikemukakan untuk memudahkan pembaca
memahami isi suatu penelitian. Dalam penulisan ini, unit analisa adalah Pegadaian sebagai
suatu Lembaga dengan pertimbangan dalam bahan kajian tersebut sesuai dengan tujuan dari
penelitian yaitu untuk mengetahui perkembangan pengaturan lembaga pegadaian dari sisi
Status badan hukum, Jenis kegiatan, dan Kepengurusan serta mengungkap perbedaan dari
masing-masing Perkembangan pengaturan tentang Pegadaian di Indonesia.