T ADPEN 989758 Chapter5
BAB V
PEMBAHASAN
Pembahasan hasil penelitian ini mempakan refleksi pemikiran dan tafsiran
peneliti terhadap hasil-hasil penelitian dibandingkan dengan kajian teoritis seperti
yang telah dibahas pada Bab 11.
A. Perencanaan
Sebagai prolog dalam proses penyusunan perencanaan digunakan teori
menumt Abin Syamsuddin Makmun (1997) bahwa perencanaan itu mencakup
penentuan visi, misi dan tujuan, yang selanjutnya diwujudkan dalam suatu
program. Fakri Gaffar (1995) menandaskan bahwa visi sebagai daya pandang
yang jauh, mendalam dan luas, mempakan daya pikir abstiak yang memiliki
kekuatan tertentu dan dapat menerobos sebaga batas-batas fisik, waktu dan
tempat, sedangkan misi mempakan tanggung jawab dan tugas yang diemban. Misi
bersumber dari visi. Dari sisi waktu Donnely, Jr., Gibson dan Ivancevich (1987),
Siagian (1996), Anderson (Oteng: 1993), dan Anen (1998) menyatakan bahwa
perencanaan berorientasi ke masa depan dan adanya hasil sertatujuan tertentu.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses perencanaan Prakerin di
SMKN 1 Bandung dimulai dengan penetapan visi, misi, tujuan, dan sasaran
Prakerin. Penetapan tujuan dan sasaran selalu dibuat pada awal tahun pelajaran.
Penetapan visi, misi, dan tujuan mengungkapkan keinginan sekolah untuk
meningkatkan mutu lulusan SMK sehingga mereka menjadi tenaga kerja tingkat
113
114
menengah yang profesional, sesuai dengan tuntutan lapangan kerja dan
berpartisipasi dalam pembangunan.
Penetapan visi, misi, dan tujuan ditafsirkan bahwa sekolah tersebut
mempunyai komitmen untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia pada
masa yang akan datang, khususnya pendidikan di sekolah menengah kejuruan.
Mereka menyadari tugas yang diemban dan bemsaha untuk mewujudkannya. Hal
ini berarti SMKN 1 Bandung telah membuat sasaran yang jelas. Hasil penelitian
di atas dibandingkan dengan teori yang ada maka prolog dalam proses
penyusunan perencanaan sudah mendekati kriteria. Pengelola sudah menetapkan
visinya, cita-citanya di masa yang akan datang dan tugas yang diemban sekolah
tersebut.
Pengukuran efektivitas proses penyusunan rencana digunakan modifikasi
teori Donnely, Jr., Gibson, dan Ivancevich (1987) serta Enoch (1995). Donnely,
Jr. dkk (1987) mengemukakan bahwa hasil fungsi perencanaan adalah suatu
rencana, mempakan dokumen tertulis yang menetapkan tindakan-tindakan yang
akan dilakukan. Bahkan Enoch (1995) menyebutkan langkah kesembilan dari
sebelas langkah proses perencanaan bahwa dalam rencanayang telah dibuat hams
dirinci terlebih dahulu sehingga setiap satuan kegiatan menjadi jelas, baik
mengenai sasaran, pelaksana, hasil yang diharapkan, waktu, sarana yang
diperlukan, tahap-tahap pelaksanaan, dan biayanya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pokja Prakerin SMKN 1 Bandung
dengan koordinatomyaWakasekHubin membuat rencanatertulis pada awal tahun
pelajaran. Rencana itu menetapkan tujuan, sasaran, uraian kegiatan, indikator
115
keberhasilan, penanggung jawab, pelaksana, sumber daya, dan waktu kegiatan
untuk satu tahun pelajaran.
Pembuatan rencana di atas mempertegas bahwa Pokja SMKN 1 telah
menentukan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan sekaligus dengan pelaksana
dan waktunya sehingga apabila hasil penelitian ini dibandingkan dengan teori di
atas maka penetapan rencana dinilai sudah efektif.
Perencanaan pendidikan dan pelatihan hams memperhatikan kebutuhan
lingkungan sekitarnya atau sesuai dengan tuntutan masyarakat sehingga orangorang yang telah mengikuti pendidikan dan pelatihan dapat siap bekerja dan hasil
pendidikan dan pelatihannya tidak sia-sia. Oleh karena itu pendidikan dan
pelatihan hams memperhatikan materi sebagai panduan untuk mengukur
efektivitas. Perencanaan pendidikan dan pelatihan yang sesuai dengan kemajuan
pembangunan digunakan teori dari Tilaar (1999) yaitu materi yang disampaikan
dalam proses perencanaan pendidikan dan pelatihan bukan hanya mempunyai
kualitas yang tinggi tetapi juga relevan dengan tuntutan pembangunan nasional.
Pada bagian lain teori Tilaar (1999) juga menyebutkan bahwa keterampilan yang
diprogramkan adalah keterampilan yang dibutuhkan di dalam pasar kerja oleh
dunia industri atau oleh kesempatan-kesempatan yang muncul karena kemajuan
ilmu dan teknologi. Selain itu juga Enoch (1995) menyatakan bahwa perencanaan
meliputi langkah-langkah: (1) pengumpulan dan pengolahan data dan informasi;
(2) analisis dan diagnosis; (3) perumusan kebijaksanaan; (4) perkiraan kebutuhan
yang akan datang; (5) penetapan sasaran; (6) altematif strategi yang layak; (7)
116
pemmusan rencana; (8) penganggaran; (9) rincian rencana; (10) pelaksanaan
rencana; (11) evaluasi rencana dan pelaksanaan.
Dalam proses perencanaan materi Prakerin di SMKN 1 Bandung, pihak
sekolah peka terhadap pembahan-pembahan kebijaksanaan yang dibuat oleh
pemerintah dan yang terjadi di
masyarakat. Oleh karena itu untuk
mengantisipasinya pihak sekolah bekerja sama dengan Majelis Sekolah
mengadakan lokakarya untuk menetapkan standarkompetensi (program pelatihan)
bagi masing-masing jurusan/program studi atau bidang/program keahlian.
Lokakarya yang melibatkan dunia usaha/industri dan sekolah ini diselenggarakan
seiring dengan pembahan kurikulum.
Perbandingan teori di atas dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa
penetapan materi pelatihanyang telah melibatkan dunia usaha/industri mempakan
langkah antisipasi sekolahdalam rangka memperkirakan kebutuhan pasar kerja di
masa yang datang seiring dengan tuntutan pembangunan nasional sehingga
penetapan materi pelatihan tersebut dinilai efektif.
B. Pengorganisasian
Pengorganisasian dilakukan untuk menghimpun dan mengatur semua
sumber-sumber yang diperlukan, termasuk manusia, sehingga rencana yang telah
dibuat
dapat
dilaksanakan
dengan
lancar.
Pengukuran
efektifitas
pengorganisasian Prakerin menggunakan teori Siagian (1996) yang menyebutkan
bahwa dalam penyelenggaraan fungsi pengorganisasian terdapat lima pertanyaan
yaitu: (1) siapa melakukan apa?; (2) siapa bertanggung jawab kepada siapa; (3)
117
siapa yang berhubungan dengan siapa dan dalam hal apa?; (4) saluran
komunikasi
apa
yang
terdapat
dalam
organisasi,
bagaimana cara
memanfaatkannya dan untuk kepentingan apa?; dan (5) jaringan informasi apa
yang terdapat dalam organisasi?.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa; (1) sebelum kegiatan Prakerin
Kepala SMKN 1 Bandung dibantu oleh Wakasek Hubin membuat struktur
organisasi yang dilengkapi dengan uraian tugas dan tanggung jawab; (2) adanya
forum rapat pada setiap tahapan kegiatan Prakerin yang dihadiri oleh Pokja PSG
untuk mengetahui kelancaran kegiatan dan hambatan-hambatan yang ditemui; (3)
sebelum kegiatan Prakerin dilaksanakan, sekolah selalu memberikan pengarahan
kepada siswa dan pemberian informasi kepada orang tua/wali siswa tentang
peranan Prakerin di SMK dan cara pelaksanaan Prakerin.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa telah teriihat dengan jelas proses
pengelompokkan orang-orang, alat-alat, tugas-tugas, wewenang dan tanggung
jawab yang sedemikian mpa sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat
digerakkan secara utuh dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan
sebelumnya. Apabila hasil penelitian dibandingkan dengan teori di atas
menunjukkan bahwa pengorganisasian dalam kegiatan Prakerin dinilai efektif.
Teori lain yang lebih spesifik dikemukakan oleh R. Crow (1991)
menyatakan bahwa langkah
pengorganisasian pelatihan meliputi:
(1)
mengklasifikasikan tahap-tahap kegiatan yang direncanakan; (2) menguraikan
latar belakang pengetahuan; (3) meningkatkan keterampilan yang rendah; (4)
mempersiapkan program tertulis; (5) menentukan metoda pelatihan dan lokasi;
118
(6) melatih instruktur; (7) menetapkan dasar seleksi bagi orang yang akan dilatih;
(8) mengembangkan evaluasi dan menindaklanjuti rencana.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa SMKN 1 Bandung telah
mengklasifikasikan tahap-tahap kegiatan yang direncanakan mulai dari
perencanaan program oleh Wakasek Hubin, pembentukan Pokja, rapat persiapan
Prakerin dengan gum dan orang tua siswa, pembuatan administrasi Prakerin,
penempatan siswa di dunia usaha/industri, pelaksanaan Prakerin, pelaksanaan
monitoring, pelaksanaan uji kompetensi, sertifikasi, pembuatan laporan dan
evaluasi program. Tahap-tahap kegiatan tersebut oleh Wakasek Hubin selaku
ketua koordinator Prakerin diwujudkan dalam program rencana secara tertulis,
yang selanjutnya diketahui dan disetujui oleh kepala sekolah selaku top manajer
di sekolah. SMKN 1 Bandung juga telah menguraikan latar belakang
pengetahuan siswa dengan mewujudkannya pada standar kompetensi yang
diharapkan selama siswa mengikuti Prakerin. Penetapan standar kompetensi
dapat mengembangkan dan meningkatkan keterampilan-keterampilan siswa yang
belum memadai, temtama kepada keterampilan-keterampilan yang alat-alatnya
tidak dijumpai di sekolah. Penentuan metoda pelatihan dan lokasi berhubungan
dengan latar belakang program studi/jurusan. Hal ini menjadi dasar seleksi bagi
orang yang akan dilatih. Pihak sekolah selalu bemsaha menempatkan siswanya di
instansi/perusahaan yang sesuai dengan program studi/jurusannya sehingga
mereka juga mendapatkan instruktur yang sesuai. Pihak SMKN 1 Bandung juga
selalu mengembangkan evaluasi program secara bertahap, selanjutnya bemsaha
menindaklanjuti rencana-rencana yang telah dibuat. Pelatihan untuk instruktur
119
tentang Prakerin dan gum pembimbing untuk melakukan on the job training
(OJT) sampai saat ini belum pemah dilakukan.
Perbandingan teori di atas dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa
fungsi pengorgansisasian dalam kegiatan Prakerin secara umum dinilai efektif.
C. Pelaksanaan
Efektivitas pelaksanaan Prakerin di SMKN 1 Bandung diukur dari
sejauhmana kegiatan Prakerin tersebut telah dilaksanakan dibandingkan dengan
tuntutan program yang telah ditetapkan. Penilaian efektivitas pelaksanaan
pelatihan menggunakan teori dari Siagian (1997) yaitu: (1)pelaksanaan pelatihan
yang efektif diselenggarakan sesuai dengan program kerja, (2) materi pelatihan
hams sesuai dengan kebutuhan peserta didik, (3) pelatihan dilaksanakan secara
bertahap dan sistematis, dan (4) pelaksanaan pelatihan yang baik memberikan
pembahan terhadap kualitas kinerja baik untuk diri sendiri dan bagi
lingkungannya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan Prakerin selalu
berpedoman pada program kerja, materi pelatihan sesuai dengan kebutuhan
peserta didik dalam hal ini sesuai dengan jurusannya, pelatihan dilaksanakan
secara bertahap dan sistematis sesuai dengan materi dan alokasi waktu yang telah
ditetapkan, dan setidaknya Prakerin dapat meningkatkan kualitas kinerja bagi
siswa peserta Prakerin dan lingkungannya.
120
Penilaian efektivitas pelaksanaan pelatihan menumt teori dibandingkan
dengan hasil penelitian terdapat kesesuaian dengan kriteria teori yang ada,
sehingga penilaian pelaksanaan pelatihan dapat dikatakan efektif.
Koordinasi dalam kegiatan pelaksanaan pelatihan dapat mengukur
efektivitas pelaksanaan pelatihan seperti yang dikemukakan oleh Oteng Sutisna
(1993) yang menyatakan tentang pentingnya koordinasi kegiatan personil
sekolah yang dapat diperlancar dengan: (1) suatu struktur administratif yang
layak; (2) bagian organisasi dan pemyataan tentang kewajiban-kewajiban dan
hubungan-hubungan; (3) pemyataan tertulis tentang kebijaksanaan-kebijaksanaan
dan peraturan-peraturan; (4) suatu sistem komunikasi formal yang memadai; (5)
komisi-komisi yang mewakili personil pada berbagai tingkat sistem sekolah; (6)
kelompok-kelompok kerja yang terdiri dari gum-gum dengan perhatian dan
masalah yang sama atau berhubungan; (7) pemyataan tertulis tentang rencanarencana dan prosedur; (8) garis besar kurikulum dan buletin; (9) buku pedoman
bagi gum dan petugas lain; (10) laporan yang memadai; (11) ikatan-ikatan
informal di kalangan para anggota; dan (12) kewenangan yang dipakai dengan
bijaksana.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua kriteria teori yang ada dapat
dilaksanakan dengan baik meliputi adanya: struktur administratif yang layak,
pembagian tugas dan wewenang yang dilengkapi dengan penjelasan tugas dan
analisa pekerjaan secara tertulis, panduan kebijaksanaan-kebijaksanaan dan
peraturan-peraturan dari pemerintah, rapat sebagai saluran komunikasi formal,
keterlibatan Wakasek yang lain dan dari ketua jumsan serta gum-gurunya,
121
program kerja dari koordinator Prakerin, Wakasek Hubin, yang ditandatangani
oleh kepala sekolah, garis besar kurikulum, buku pedoman bagi gum
pembimbing dan jumal kegiatan Prakerin bagi siswa, laporan yang dibuktikan
secara tertulis, ikatan-ikatan informal di kalangan Pokja dan siswa yang baik,
sertakewenangan Pokjayang digunakan secara bijaksana.
Hasil penelitian yang dibandingkan dengan kriteria teori yang ada
menunjukkan bahwa koordinasi dalam pelaksanaan Prakerin sudah mendekati
kriteria yang diharapkan. Oleh karena itu pelaksanaan Prakerin dinilai sudah
efektif.
D. Pengawasan dan Penilaian
Pengawasan berfungsi untuk menjamin bahwa semua kegiatan yang
sedang dilakukan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya
sehingga tujuan utama pengawasan untuk mengusahakan agar apa yang
direncanakan terwujud. Penilaian efektivitas pengawasan menggunakan teori dari
Hadari Nawawi (1984) dan Oteng Sutisna (1993) yang menyatakan bahwa
pengawasan dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung terhadap
berbagai aspek atau kegiatan dalam proses pencapaian tujuan.
Pengawasan yang dilakukan secara langsung dan tidak langsung secara
teoritis sudah dilakukan oleh SMKN 1 Bandung dalam penyelenggaraanPrakerin
sehingga dari perbandingan ini kegiatan pengawasan Prakerin dapat dikatakan
efektif.
122
Dari sisi jenis pengawasan, peneliti menggunakan teori Oteng Sutisna
(1993) yang menyebutkan pengawasan terdiri dari pengawasan organisasional dan
pengawasan operasional. Pengawasan organisasional menggunakan metoda yang
menilai perbuatan keseluruhan organisasi atau bagian-bagiannya, sedangkan
pengawasan operasional menggunakan metoda yangmengukur efisiensi perbuatan
dari hari ke hari dan menunjukkan bidang-bidang yang segera memerlukan
tindakan pembetulan.
Hasil penerlitian menunjukkan bahwa selama Prakerin siswa diwajibkan
mengisi jumal kegiatan yang berisi pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan setiap
hari sehigga ketika gum pembimbing melakukan monitoring akan segera
mengetahui tingkat relevansi pekerjaan yang telah dilakukan dengan standar
kompetensi yang telah ditetapkan. Pihak SMKN 1 Bandung tidak segan-segan
untuk memindahkan siswa ke tempat lain yang sesuai dengan bidang keahlian
yang diharapkan. Kepala sekolah selaku penanggung jawab Prakerin pada setiap
tahap kegiatan Prakerin selalu melakukan komunikasi formal dan informal dengan
Pokja Prakerin untuk mengetahui seberapa jauh kegiatan Prakerin telah
dilaksanakan dan hambatan-hambatan apa yang ditemui sehingga memerlukan
jalan keluar sesegera mungkin.
Tindakan kepala sekolah yang membuat saluran komunikasi secara formal
dan informal pada setiap tahap kegiatan Prakerin sebagai salah satu metoda untuk
menilai perbuatan keseluruhan organisasi atau bagian-bagiannya. Adanya buku
jurnal kegiatan siswa yang mengharuskan siswa untuk menuliskan kegiatankegiatan yang dilakukan sehari-hari mempakan salah satu cara untuk mengetahui
123
tingkat relevansi
kegiatan-kegiatan yang segera memerlukan tindakan
pembetulan. Jenis pengawasan, pengawasan organisasional dan pengawasan
operasional, secara teoritis telah dilakukan oleh SMKN 1 Bandung selama
penyelenggaraan Prakerin sehingga bila dibandingkan antara teori dengan hasil
penelitian, pengawasan Prakerin dapat dikatakanefektif.
Pengawasan secara efektif dapat dilihat dari sisi bahwa pengawasan
mempakan suatu proses, yang terdiri dari rangkaian kegiatan-kegiatan yang
mengandung unsur-unsur yang saling mempengaruhi, dan membentuk suatu
sistem Peneliti menggunakan modifikasi teori Oteng Sutisna (1993) dan Fattah
(1999) yang menyatakan bahwa dalam pengawasan terdapat: (1) penetapan
standar; (2) kegiatan pengukuran yang menilai kegiatan yang sedang atau sudah
dilakukan; dan (3) tindakan perbaikan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwaSMKN 1 Bandung telah menetapkan
standar kompetensi yang sesuai dengan program studi/jurusannya sebagai hasil
lokakarya antara Majelis Sekolah, yang mempakan wadah dunia usaha/industri
sebagai institusi pasangan. Selama kegiatan Prakerin SMKN 1 Bandung telah
melakukan pengukuran yang menilai kegiatan yang sedang dan sudah dilakukan.
Penilaian kegiatan yang sedang dilakukan dilaksanakan melalui kegiatan
monitoring yang dilakukan oleh pembimbing sebanyak 3 (tiga) kali dalam rentang
waktu 3 (tiga) bulan. Penilaian kegiatan yang sudah dilakukan dilaksanakan
melalui uji kompetensi terhadap setiap siswa peserta Prakerin pada akhir kegiatan
Prakerin. Materi penilaian berpedoman pada standar kompetensi yang telah
ditetapkan. Hasil penilaian akhir menunjukkan bahwa nilai rata-rata dari 3 (tiga)
124
program studi/jurusan sebesar 8,05 (delapan koma nol lima). Hal ini berarti
perolehan nilai Prakerin dalam kategori baik. Tahapan perbaikan selalu dilakukan
oleh SMKN 1 Bandung melalui forum formal, rapat, dan informal di bawah
koordinasi Wakasek Hubin yang akan melakukan tindakan perbaikan dengan
segera apabila terdapat hal-hal yangperlu segera diselesaikan.
Bila hasil penelitian dibandingkan dengan modifikasi teori yang ada maka
secara umum telah terdapat kegiatan yang mencakup pengawasan sebagai suatu
proses. Oleh karena itu pengawasan dilihat sebagai suatu proses pada kegiatan
Prakerin dapat dikatakan sudah efektif.
Rangkuman temuan penelitian dan penilaian pengelolaan Prakerin di SMK
Negeri 1 Bandungdapat dilihat pada tabel di halamanberikut.
125
Tabel 5. 1.
Rangkuman Temuan Penelitian dan Penilaian
Pengelolaan Prakerin di SMK Negeri 1 Bandung
No.
Penilaian
Aspek yang Diteliti
1.
2.
Baik
a. Visi, misi, dan tujuan
V
b. Penyusunan rencana (sasaran,
pelaksanaan, jangka waktu, tahaptahap pelaksanaan, dan sarana)
V
-
-
-
-
Pengorganisasian
a.
b.
c.
d.
Penyusunan struktur organisasi
Penunjukkan personal
Analisa pekerjaan
Deskripsi pekerjaan
e.
Saluran komunikasi
f.
Pelatihan instruktur
V
V
V
V
V
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
V
-
V
-
V
-
-
-
-
-
-
-
Pelaksanaan
a.
Koordinasi
V
b. Optimalisasi program
4.
Kurang
Perencanaan
g. Metoda pelatihan dan lokasi
h. Sistem monitoring dan evaluasi
3.
Cukup
V
Pengawasan dan Penilaian
a.
b.
c.
d.
Pelaksanaan pengawasan
Pelaksanaan penilaian
Hasil penilaian
Tingkat kepuasan
Untuk
melengkapi
rangkuman
-
V
V
V
temuan
penelitian
V
-
-
-
-
-
-
-
dan
penilaian
pengelolaan Prakerin di atas, peneliti menyusun rangkuman pembahasan
pengelolaan Prakerin pada tabel di halaman berikut.
Tabel 5. 2.
Rangkuman Pembahasan
Pengelolaan Prakerin di SMK Negeri 1 Bandung
Pemyataan Penelitian
No.
Temuan Penelitian
Kriteria Teoritis
Kesimpulan
Data/Informasi
1.
2.
Perencanaan
a. Visi, misi, dan tujuan
1. Menetapkan visi
2. Menetapkan misi
3. Menetapkan tujuan
1. Penetapan visi
2. Penetapan misi
3. Penetapan tujuan
Efektif
b. Rencana
1.
2.
3.
4.
Menetapkan sasaran
Rincian kegiatan
Jangka waktu
Tahap-tahap pelaksanaan
1.
2.
3.
4.
Penetapan sasaran
Rincian kegiatan
Jangka waktu
Tahap-tahap pelaksanaan
Efektif
5.
Sarana
5.
Sarana
Pengorganisasian
a. Struktur organisasi
1. Menetapkan struktur organisasi
c. Analisa pekerjaan
2. Menetapkan tim pelaksana
3. Menetapkan analisa pekerjaan
d. Deskripsi pekerjaan
4. Menetapkan deskripsi pekerjaan
b.
e.
Personal
Saluran Komunikasi
5. Adanya saluran komunikasi
1. Penetapan struktur
organisasi
2. Penunjukkan tim pelaksana
3. Penetapan analisa
pekerjaan
4. Penetapan deskkripsi
pekerjaan
5.
Saluran komunikasi formal
dan informal
Efektif
Efektif
Efektif
Efektif
to
On
f.
Pelatihan instruktur
6. Adanya pelatihan instmktur
instmktur
g. Metoda pelatihan dan lokasi
7. Adanya metoda pelatihan dan lokasi
h. Sistem monitoring dan evaluasi
8. Menetapkan sistem monitoring dan
evaluasi
Pelaksanaan
a.
Koordinasi
6. Tidak adanya pelatihan
7. Penetapan metoda
pelatihan dan lokasi
8. Penetapan sistem
monitoring dan evaluasi
Koordinasi antara sekolah,
1. Adanya koordinasi diantara pihak-
Belum
efektif
Cukup
efektif
Efektif
Efektif
Majelis Sekolah, dan
pihak yang terlibat
institusi pasangan
b. Optimalisasi program
4.
Pengawasan dan penilaian
a. Pelaksanaan pengawasan
1. Adanya pelaksanaan pengawasan
b. Pelaksanaan penilaian
2. Adanya pelaksanaan penilaian
Efektif
pelaksanaan.
1.
Pengawasan langsung dan
Efektif
tidak langsung
Hasil Penilaian
3. Adanya hasil penilaian
d. Tingkat kepuasan
4. Adanya reaksi peserta
c.
Kesesuaian rencana dan
2. Adanya kesesuaian antara rencana
dan pelaksanaan
3.
Soal penilaian dan Berita
acara penilaian
Efektif
Nilai dan Sertifikat
Efektif
Prakterin
Reaksi positif
Efektif
to
-J
5.3. Analisa SWOT
Pengelolaan Praktek Kerja Industri di SMK Negeri 1 Bandung
1. Perencanaan
kegiatan 1.
Prakerin disusun setiap
awal tahun pelajaran.
2. Sekolah sudah mempunyai
standar program pelatihan
dari setiap jumsan/ program 2.
studi
berdasarkan
Peluang
Kelemahan
Kekuatan
hasil
kesepakatan dengan Majelis
Sekolah.
3. Pokja
Prakerin
telah
membuat pengorganisasian
yang jelas sehingga tugas
dan
tanggung
jawab
masing-masing pihak yang
Pemahaman
instmktur
1. Kepercayaan
yang
Ancaman
tinggi
dari
stakeholder
bagi
siswa/lulusan SMK Negeri 1
Prakerin
dalam
Bandung.
penyelenggaraan Pendidikan
sekolah
Sistem Ganda masih kurang. 2. Menjadi
percontohan
bagi
Belum adanya pelatihan bagi
guru pembimbing melalui on
pengelolaan
Prakerin
thejob training (OJT).
terutama
bagi
sekolahsekolah swasta, khususnya di
kota Bandung.
terhadap
kedudukan
1. Mutasi/Rotasi
bagi
pihak-pihak
yang
berkompeten
dalam
pengelolaan Prakerin.
telibat
dalam
kegiatan
Prakerin jelas.
4. Koordinasi yang baik antar
sekolah dengan Majelis
Sekolah.
5. Pengawasan yang baik bagi
setiap tahapan kegiatan.
to
00
PEMBAHASAN
Pembahasan hasil penelitian ini mempakan refleksi pemikiran dan tafsiran
peneliti terhadap hasil-hasil penelitian dibandingkan dengan kajian teoritis seperti
yang telah dibahas pada Bab 11.
A. Perencanaan
Sebagai prolog dalam proses penyusunan perencanaan digunakan teori
menumt Abin Syamsuddin Makmun (1997) bahwa perencanaan itu mencakup
penentuan visi, misi dan tujuan, yang selanjutnya diwujudkan dalam suatu
program. Fakri Gaffar (1995) menandaskan bahwa visi sebagai daya pandang
yang jauh, mendalam dan luas, mempakan daya pikir abstiak yang memiliki
kekuatan tertentu dan dapat menerobos sebaga batas-batas fisik, waktu dan
tempat, sedangkan misi mempakan tanggung jawab dan tugas yang diemban. Misi
bersumber dari visi. Dari sisi waktu Donnely, Jr., Gibson dan Ivancevich (1987),
Siagian (1996), Anderson (Oteng: 1993), dan Anen (1998) menyatakan bahwa
perencanaan berorientasi ke masa depan dan adanya hasil sertatujuan tertentu.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses perencanaan Prakerin di
SMKN 1 Bandung dimulai dengan penetapan visi, misi, tujuan, dan sasaran
Prakerin. Penetapan tujuan dan sasaran selalu dibuat pada awal tahun pelajaran.
Penetapan visi, misi, dan tujuan mengungkapkan keinginan sekolah untuk
meningkatkan mutu lulusan SMK sehingga mereka menjadi tenaga kerja tingkat
113
114
menengah yang profesional, sesuai dengan tuntutan lapangan kerja dan
berpartisipasi dalam pembangunan.
Penetapan visi, misi, dan tujuan ditafsirkan bahwa sekolah tersebut
mempunyai komitmen untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia pada
masa yang akan datang, khususnya pendidikan di sekolah menengah kejuruan.
Mereka menyadari tugas yang diemban dan bemsaha untuk mewujudkannya. Hal
ini berarti SMKN 1 Bandung telah membuat sasaran yang jelas. Hasil penelitian
di atas dibandingkan dengan teori yang ada maka prolog dalam proses
penyusunan perencanaan sudah mendekati kriteria. Pengelola sudah menetapkan
visinya, cita-citanya di masa yang akan datang dan tugas yang diemban sekolah
tersebut.
Pengukuran efektivitas proses penyusunan rencana digunakan modifikasi
teori Donnely, Jr., Gibson, dan Ivancevich (1987) serta Enoch (1995). Donnely,
Jr. dkk (1987) mengemukakan bahwa hasil fungsi perencanaan adalah suatu
rencana, mempakan dokumen tertulis yang menetapkan tindakan-tindakan yang
akan dilakukan. Bahkan Enoch (1995) menyebutkan langkah kesembilan dari
sebelas langkah proses perencanaan bahwa dalam rencanayang telah dibuat hams
dirinci terlebih dahulu sehingga setiap satuan kegiatan menjadi jelas, baik
mengenai sasaran, pelaksana, hasil yang diharapkan, waktu, sarana yang
diperlukan, tahap-tahap pelaksanaan, dan biayanya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pokja Prakerin SMKN 1 Bandung
dengan koordinatomyaWakasekHubin membuat rencanatertulis pada awal tahun
pelajaran. Rencana itu menetapkan tujuan, sasaran, uraian kegiatan, indikator
115
keberhasilan, penanggung jawab, pelaksana, sumber daya, dan waktu kegiatan
untuk satu tahun pelajaran.
Pembuatan rencana di atas mempertegas bahwa Pokja SMKN 1 telah
menentukan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan sekaligus dengan pelaksana
dan waktunya sehingga apabila hasil penelitian ini dibandingkan dengan teori di
atas maka penetapan rencana dinilai sudah efektif.
Perencanaan pendidikan dan pelatihan hams memperhatikan kebutuhan
lingkungan sekitarnya atau sesuai dengan tuntutan masyarakat sehingga orangorang yang telah mengikuti pendidikan dan pelatihan dapat siap bekerja dan hasil
pendidikan dan pelatihannya tidak sia-sia. Oleh karena itu pendidikan dan
pelatihan hams memperhatikan materi sebagai panduan untuk mengukur
efektivitas. Perencanaan pendidikan dan pelatihan yang sesuai dengan kemajuan
pembangunan digunakan teori dari Tilaar (1999) yaitu materi yang disampaikan
dalam proses perencanaan pendidikan dan pelatihan bukan hanya mempunyai
kualitas yang tinggi tetapi juga relevan dengan tuntutan pembangunan nasional.
Pada bagian lain teori Tilaar (1999) juga menyebutkan bahwa keterampilan yang
diprogramkan adalah keterampilan yang dibutuhkan di dalam pasar kerja oleh
dunia industri atau oleh kesempatan-kesempatan yang muncul karena kemajuan
ilmu dan teknologi. Selain itu juga Enoch (1995) menyatakan bahwa perencanaan
meliputi langkah-langkah: (1) pengumpulan dan pengolahan data dan informasi;
(2) analisis dan diagnosis; (3) perumusan kebijaksanaan; (4) perkiraan kebutuhan
yang akan datang; (5) penetapan sasaran; (6) altematif strategi yang layak; (7)
116
pemmusan rencana; (8) penganggaran; (9) rincian rencana; (10) pelaksanaan
rencana; (11) evaluasi rencana dan pelaksanaan.
Dalam proses perencanaan materi Prakerin di SMKN 1 Bandung, pihak
sekolah peka terhadap pembahan-pembahan kebijaksanaan yang dibuat oleh
pemerintah dan yang terjadi di
masyarakat. Oleh karena itu untuk
mengantisipasinya pihak sekolah bekerja sama dengan Majelis Sekolah
mengadakan lokakarya untuk menetapkan standarkompetensi (program pelatihan)
bagi masing-masing jurusan/program studi atau bidang/program keahlian.
Lokakarya yang melibatkan dunia usaha/industri dan sekolah ini diselenggarakan
seiring dengan pembahan kurikulum.
Perbandingan teori di atas dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa
penetapan materi pelatihanyang telah melibatkan dunia usaha/industri mempakan
langkah antisipasi sekolahdalam rangka memperkirakan kebutuhan pasar kerja di
masa yang datang seiring dengan tuntutan pembangunan nasional sehingga
penetapan materi pelatihan tersebut dinilai efektif.
B. Pengorganisasian
Pengorganisasian dilakukan untuk menghimpun dan mengatur semua
sumber-sumber yang diperlukan, termasuk manusia, sehingga rencana yang telah
dibuat
dapat
dilaksanakan
dengan
lancar.
Pengukuran
efektifitas
pengorganisasian Prakerin menggunakan teori Siagian (1996) yang menyebutkan
bahwa dalam penyelenggaraan fungsi pengorganisasian terdapat lima pertanyaan
yaitu: (1) siapa melakukan apa?; (2) siapa bertanggung jawab kepada siapa; (3)
117
siapa yang berhubungan dengan siapa dan dalam hal apa?; (4) saluran
komunikasi
apa
yang
terdapat
dalam
organisasi,
bagaimana cara
memanfaatkannya dan untuk kepentingan apa?; dan (5) jaringan informasi apa
yang terdapat dalam organisasi?.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa; (1) sebelum kegiatan Prakerin
Kepala SMKN 1 Bandung dibantu oleh Wakasek Hubin membuat struktur
organisasi yang dilengkapi dengan uraian tugas dan tanggung jawab; (2) adanya
forum rapat pada setiap tahapan kegiatan Prakerin yang dihadiri oleh Pokja PSG
untuk mengetahui kelancaran kegiatan dan hambatan-hambatan yang ditemui; (3)
sebelum kegiatan Prakerin dilaksanakan, sekolah selalu memberikan pengarahan
kepada siswa dan pemberian informasi kepada orang tua/wali siswa tentang
peranan Prakerin di SMK dan cara pelaksanaan Prakerin.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa telah teriihat dengan jelas proses
pengelompokkan orang-orang, alat-alat, tugas-tugas, wewenang dan tanggung
jawab yang sedemikian mpa sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat
digerakkan secara utuh dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan
sebelumnya. Apabila hasil penelitian dibandingkan dengan teori di atas
menunjukkan bahwa pengorganisasian dalam kegiatan Prakerin dinilai efektif.
Teori lain yang lebih spesifik dikemukakan oleh R. Crow (1991)
menyatakan bahwa langkah
pengorganisasian pelatihan meliputi:
(1)
mengklasifikasikan tahap-tahap kegiatan yang direncanakan; (2) menguraikan
latar belakang pengetahuan; (3) meningkatkan keterampilan yang rendah; (4)
mempersiapkan program tertulis; (5) menentukan metoda pelatihan dan lokasi;
118
(6) melatih instruktur; (7) menetapkan dasar seleksi bagi orang yang akan dilatih;
(8) mengembangkan evaluasi dan menindaklanjuti rencana.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa SMKN 1 Bandung telah
mengklasifikasikan tahap-tahap kegiatan yang direncanakan mulai dari
perencanaan program oleh Wakasek Hubin, pembentukan Pokja, rapat persiapan
Prakerin dengan gum dan orang tua siswa, pembuatan administrasi Prakerin,
penempatan siswa di dunia usaha/industri, pelaksanaan Prakerin, pelaksanaan
monitoring, pelaksanaan uji kompetensi, sertifikasi, pembuatan laporan dan
evaluasi program. Tahap-tahap kegiatan tersebut oleh Wakasek Hubin selaku
ketua koordinator Prakerin diwujudkan dalam program rencana secara tertulis,
yang selanjutnya diketahui dan disetujui oleh kepala sekolah selaku top manajer
di sekolah. SMKN 1 Bandung juga telah menguraikan latar belakang
pengetahuan siswa dengan mewujudkannya pada standar kompetensi yang
diharapkan selama siswa mengikuti Prakerin. Penetapan standar kompetensi
dapat mengembangkan dan meningkatkan keterampilan-keterampilan siswa yang
belum memadai, temtama kepada keterampilan-keterampilan yang alat-alatnya
tidak dijumpai di sekolah. Penentuan metoda pelatihan dan lokasi berhubungan
dengan latar belakang program studi/jurusan. Hal ini menjadi dasar seleksi bagi
orang yang akan dilatih. Pihak sekolah selalu bemsaha menempatkan siswanya di
instansi/perusahaan yang sesuai dengan program studi/jurusannya sehingga
mereka juga mendapatkan instruktur yang sesuai. Pihak SMKN 1 Bandung juga
selalu mengembangkan evaluasi program secara bertahap, selanjutnya bemsaha
menindaklanjuti rencana-rencana yang telah dibuat. Pelatihan untuk instruktur
119
tentang Prakerin dan gum pembimbing untuk melakukan on the job training
(OJT) sampai saat ini belum pemah dilakukan.
Perbandingan teori di atas dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa
fungsi pengorgansisasian dalam kegiatan Prakerin secara umum dinilai efektif.
C. Pelaksanaan
Efektivitas pelaksanaan Prakerin di SMKN 1 Bandung diukur dari
sejauhmana kegiatan Prakerin tersebut telah dilaksanakan dibandingkan dengan
tuntutan program yang telah ditetapkan. Penilaian efektivitas pelaksanaan
pelatihan menggunakan teori dari Siagian (1997) yaitu: (1)pelaksanaan pelatihan
yang efektif diselenggarakan sesuai dengan program kerja, (2) materi pelatihan
hams sesuai dengan kebutuhan peserta didik, (3) pelatihan dilaksanakan secara
bertahap dan sistematis, dan (4) pelaksanaan pelatihan yang baik memberikan
pembahan terhadap kualitas kinerja baik untuk diri sendiri dan bagi
lingkungannya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan Prakerin selalu
berpedoman pada program kerja, materi pelatihan sesuai dengan kebutuhan
peserta didik dalam hal ini sesuai dengan jurusannya, pelatihan dilaksanakan
secara bertahap dan sistematis sesuai dengan materi dan alokasi waktu yang telah
ditetapkan, dan setidaknya Prakerin dapat meningkatkan kualitas kinerja bagi
siswa peserta Prakerin dan lingkungannya.
120
Penilaian efektivitas pelaksanaan pelatihan menumt teori dibandingkan
dengan hasil penelitian terdapat kesesuaian dengan kriteria teori yang ada,
sehingga penilaian pelaksanaan pelatihan dapat dikatakan efektif.
Koordinasi dalam kegiatan pelaksanaan pelatihan dapat mengukur
efektivitas pelaksanaan pelatihan seperti yang dikemukakan oleh Oteng Sutisna
(1993) yang menyatakan tentang pentingnya koordinasi kegiatan personil
sekolah yang dapat diperlancar dengan: (1) suatu struktur administratif yang
layak; (2) bagian organisasi dan pemyataan tentang kewajiban-kewajiban dan
hubungan-hubungan; (3) pemyataan tertulis tentang kebijaksanaan-kebijaksanaan
dan peraturan-peraturan; (4) suatu sistem komunikasi formal yang memadai; (5)
komisi-komisi yang mewakili personil pada berbagai tingkat sistem sekolah; (6)
kelompok-kelompok kerja yang terdiri dari gum-gum dengan perhatian dan
masalah yang sama atau berhubungan; (7) pemyataan tertulis tentang rencanarencana dan prosedur; (8) garis besar kurikulum dan buletin; (9) buku pedoman
bagi gum dan petugas lain; (10) laporan yang memadai; (11) ikatan-ikatan
informal di kalangan para anggota; dan (12) kewenangan yang dipakai dengan
bijaksana.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua kriteria teori yang ada dapat
dilaksanakan dengan baik meliputi adanya: struktur administratif yang layak,
pembagian tugas dan wewenang yang dilengkapi dengan penjelasan tugas dan
analisa pekerjaan secara tertulis, panduan kebijaksanaan-kebijaksanaan dan
peraturan-peraturan dari pemerintah, rapat sebagai saluran komunikasi formal,
keterlibatan Wakasek yang lain dan dari ketua jumsan serta gum-gurunya,
121
program kerja dari koordinator Prakerin, Wakasek Hubin, yang ditandatangani
oleh kepala sekolah, garis besar kurikulum, buku pedoman bagi gum
pembimbing dan jumal kegiatan Prakerin bagi siswa, laporan yang dibuktikan
secara tertulis, ikatan-ikatan informal di kalangan Pokja dan siswa yang baik,
sertakewenangan Pokjayang digunakan secara bijaksana.
Hasil penelitian yang dibandingkan dengan kriteria teori yang ada
menunjukkan bahwa koordinasi dalam pelaksanaan Prakerin sudah mendekati
kriteria yang diharapkan. Oleh karena itu pelaksanaan Prakerin dinilai sudah
efektif.
D. Pengawasan dan Penilaian
Pengawasan berfungsi untuk menjamin bahwa semua kegiatan yang
sedang dilakukan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya
sehingga tujuan utama pengawasan untuk mengusahakan agar apa yang
direncanakan terwujud. Penilaian efektivitas pengawasan menggunakan teori dari
Hadari Nawawi (1984) dan Oteng Sutisna (1993) yang menyatakan bahwa
pengawasan dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung terhadap
berbagai aspek atau kegiatan dalam proses pencapaian tujuan.
Pengawasan yang dilakukan secara langsung dan tidak langsung secara
teoritis sudah dilakukan oleh SMKN 1 Bandung dalam penyelenggaraanPrakerin
sehingga dari perbandingan ini kegiatan pengawasan Prakerin dapat dikatakan
efektif.
122
Dari sisi jenis pengawasan, peneliti menggunakan teori Oteng Sutisna
(1993) yang menyebutkan pengawasan terdiri dari pengawasan organisasional dan
pengawasan operasional. Pengawasan organisasional menggunakan metoda yang
menilai perbuatan keseluruhan organisasi atau bagian-bagiannya, sedangkan
pengawasan operasional menggunakan metoda yangmengukur efisiensi perbuatan
dari hari ke hari dan menunjukkan bidang-bidang yang segera memerlukan
tindakan pembetulan.
Hasil penerlitian menunjukkan bahwa selama Prakerin siswa diwajibkan
mengisi jumal kegiatan yang berisi pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan setiap
hari sehigga ketika gum pembimbing melakukan monitoring akan segera
mengetahui tingkat relevansi pekerjaan yang telah dilakukan dengan standar
kompetensi yang telah ditetapkan. Pihak SMKN 1 Bandung tidak segan-segan
untuk memindahkan siswa ke tempat lain yang sesuai dengan bidang keahlian
yang diharapkan. Kepala sekolah selaku penanggung jawab Prakerin pada setiap
tahap kegiatan Prakerin selalu melakukan komunikasi formal dan informal dengan
Pokja Prakerin untuk mengetahui seberapa jauh kegiatan Prakerin telah
dilaksanakan dan hambatan-hambatan apa yang ditemui sehingga memerlukan
jalan keluar sesegera mungkin.
Tindakan kepala sekolah yang membuat saluran komunikasi secara formal
dan informal pada setiap tahap kegiatan Prakerin sebagai salah satu metoda untuk
menilai perbuatan keseluruhan organisasi atau bagian-bagiannya. Adanya buku
jurnal kegiatan siswa yang mengharuskan siswa untuk menuliskan kegiatankegiatan yang dilakukan sehari-hari mempakan salah satu cara untuk mengetahui
123
tingkat relevansi
kegiatan-kegiatan yang segera memerlukan tindakan
pembetulan. Jenis pengawasan, pengawasan organisasional dan pengawasan
operasional, secara teoritis telah dilakukan oleh SMKN 1 Bandung selama
penyelenggaraan Prakerin sehingga bila dibandingkan antara teori dengan hasil
penelitian, pengawasan Prakerin dapat dikatakanefektif.
Pengawasan secara efektif dapat dilihat dari sisi bahwa pengawasan
mempakan suatu proses, yang terdiri dari rangkaian kegiatan-kegiatan yang
mengandung unsur-unsur yang saling mempengaruhi, dan membentuk suatu
sistem Peneliti menggunakan modifikasi teori Oteng Sutisna (1993) dan Fattah
(1999) yang menyatakan bahwa dalam pengawasan terdapat: (1) penetapan
standar; (2) kegiatan pengukuran yang menilai kegiatan yang sedang atau sudah
dilakukan; dan (3) tindakan perbaikan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwaSMKN 1 Bandung telah menetapkan
standar kompetensi yang sesuai dengan program studi/jurusannya sebagai hasil
lokakarya antara Majelis Sekolah, yang mempakan wadah dunia usaha/industri
sebagai institusi pasangan. Selama kegiatan Prakerin SMKN 1 Bandung telah
melakukan pengukuran yang menilai kegiatan yang sedang dan sudah dilakukan.
Penilaian kegiatan yang sedang dilakukan dilaksanakan melalui kegiatan
monitoring yang dilakukan oleh pembimbing sebanyak 3 (tiga) kali dalam rentang
waktu 3 (tiga) bulan. Penilaian kegiatan yang sudah dilakukan dilaksanakan
melalui uji kompetensi terhadap setiap siswa peserta Prakerin pada akhir kegiatan
Prakerin. Materi penilaian berpedoman pada standar kompetensi yang telah
ditetapkan. Hasil penilaian akhir menunjukkan bahwa nilai rata-rata dari 3 (tiga)
124
program studi/jurusan sebesar 8,05 (delapan koma nol lima). Hal ini berarti
perolehan nilai Prakerin dalam kategori baik. Tahapan perbaikan selalu dilakukan
oleh SMKN 1 Bandung melalui forum formal, rapat, dan informal di bawah
koordinasi Wakasek Hubin yang akan melakukan tindakan perbaikan dengan
segera apabila terdapat hal-hal yangperlu segera diselesaikan.
Bila hasil penelitian dibandingkan dengan modifikasi teori yang ada maka
secara umum telah terdapat kegiatan yang mencakup pengawasan sebagai suatu
proses. Oleh karena itu pengawasan dilihat sebagai suatu proses pada kegiatan
Prakerin dapat dikatakan sudah efektif.
Rangkuman temuan penelitian dan penilaian pengelolaan Prakerin di SMK
Negeri 1 Bandungdapat dilihat pada tabel di halamanberikut.
125
Tabel 5. 1.
Rangkuman Temuan Penelitian dan Penilaian
Pengelolaan Prakerin di SMK Negeri 1 Bandung
No.
Penilaian
Aspek yang Diteliti
1.
2.
Baik
a. Visi, misi, dan tujuan
V
b. Penyusunan rencana (sasaran,
pelaksanaan, jangka waktu, tahaptahap pelaksanaan, dan sarana)
V
-
-
-
-
Pengorganisasian
a.
b.
c.
d.
Penyusunan struktur organisasi
Penunjukkan personal
Analisa pekerjaan
Deskripsi pekerjaan
e.
Saluran komunikasi
f.
Pelatihan instruktur
V
V
V
V
V
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
V
-
V
-
V
-
-
-
-
-
-
-
Pelaksanaan
a.
Koordinasi
V
b. Optimalisasi program
4.
Kurang
Perencanaan
g. Metoda pelatihan dan lokasi
h. Sistem monitoring dan evaluasi
3.
Cukup
V
Pengawasan dan Penilaian
a.
b.
c.
d.
Pelaksanaan pengawasan
Pelaksanaan penilaian
Hasil penilaian
Tingkat kepuasan
Untuk
melengkapi
rangkuman
-
V
V
V
temuan
penelitian
V
-
-
-
-
-
-
-
dan
penilaian
pengelolaan Prakerin di atas, peneliti menyusun rangkuman pembahasan
pengelolaan Prakerin pada tabel di halaman berikut.
Tabel 5. 2.
Rangkuman Pembahasan
Pengelolaan Prakerin di SMK Negeri 1 Bandung
Pemyataan Penelitian
No.
Temuan Penelitian
Kriteria Teoritis
Kesimpulan
Data/Informasi
1.
2.
Perencanaan
a. Visi, misi, dan tujuan
1. Menetapkan visi
2. Menetapkan misi
3. Menetapkan tujuan
1. Penetapan visi
2. Penetapan misi
3. Penetapan tujuan
Efektif
b. Rencana
1.
2.
3.
4.
Menetapkan sasaran
Rincian kegiatan
Jangka waktu
Tahap-tahap pelaksanaan
1.
2.
3.
4.
Penetapan sasaran
Rincian kegiatan
Jangka waktu
Tahap-tahap pelaksanaan
Efektif
5.
Sarana
5.
Sarana
Pengorganisasian
a. Struktur organisasi
1. Menetapkan struktur organisasi
c. Analisa pekerjaan
2. Menetapkan tim pelaksana
3. Menetapkan analisa pekerjaan
d. Deskripsi pekerjaan
4. Menetapkan deskripsi pekerjaan
b.
e.
Personal
Saluran Komunikasi
5. Adanya saluran komunikasi
1. Penetapan struktur
organisasi
2. Penunjukkan tim pelaksana
3. Penetapan analisa
pekerjaan
4. Penetapan deskkripsi
pekerjaan
5.
Saluran komunikasi formal
dan informal
Efektif
Efektif
Efektif
Efektif
to
On
f.
Pelatihan instruktur
6. Adanya pelatihan instmktur
instmktur
g. Metoda pelatihan dan lokasi
7. Adanya metoda pelatihan dan lokasi
h. Sistem monitoring dan evaluasi
8. Menetapkan sistem monitoring dan
evaluasi
Pelaksanaan
a.
Koordinasi
6. Tidak adanya pelatihan
7. Penetapan metoda
pelatihan dan lokasi
8. Penetapan sistem
monitoring dan evaluasi
Koordinasi antara sekolah,
1. Adanya koordinasi diantara pihak-
Belum
efektif
Cukup
efektif
Efektif
Efektif
Majelis Sekolah, dan
pihak yang terlibat
institusi pasangan
b. Optimalisasi program
4.
Pengawasan dan penilaian
a. Pelaksanaan pengawasan
1. Adanya pelaksanaan pengawasan
b. Pelaksanaan penilaian
2. Adanya pelaksanaan penilaian
Efektif
pelaksanaan.
1.
Pengawasan langsung dan
Efektif
tidak langsung
Hasil Penilaian
3. Adanya hasil penilaian
d. Tingkat kepuasan
4. Adanya reaksi peserta
c.
Kesesuaian rencana dan
2. Adanya kesesuaian antara rencana
dan pelaksanaan
3.
Soal penilaian dan Berita
acara penilaian
Efektif
Nilai dan Sertifikat
Efektif
Prakterin
Reaksi positif
Efektif
to
-J
5.3. Analisa SWOT
Pengelolaan Praktek Kerja Industri di SMK Negeri 1 Bandung
1. Perencanaan
kegiatan 1.
Prakerin disusun setiap
awal tahun pelajaran.
2. Sekolah sudah mempunyai
standar program pelatihan
dari setiap jumsan/ program 2.
studi
berdasarkan
Peluang
Kelemahan
Kekuatan
hasil
kesepakatan dengan Majelis
Sekolah.
3. Pokja
Prakerin
telah
membuat pengorganisasian
yang jelas sehingga tugas
dan
tanggung
jawab
masing-masing pihak yang
Pemahaman
instmktur
1. Kepercayaan
yang
Ancaman
tinggi
dari
stakeholder
bagi
siswa/lulusan SMK Negeri 1
Prakerin
dalam
Bandung.
penyelenggaraan Pendidikan
sekolah
Sistem Ganda masih kurang. 2. Menjadi
percontohan
bagi
Belum adanya pelatihan bagi
guru pembimbing melalui on
pengelolaan
Prakerin
thejob training (OJT).
terutama
bagi
sekolahsekolah swasta, khususnya di
kota Bandung.
terhadap
kedudukan
1. Mutasi/Rotasi
bagi
pihak-pihak
yang
berkompeten
dalam
pengelolaan Prakerin.
telibat
dalam
kegiatan
Prakerin jelas.
4. Koordinasi yang baik antar
sekolah dengan Majelis
Sekolah.
5. Pengawasan yang baik bagi
setiap tahapan kegiatan.
to
00