Aplikasi Bahan Organik dan Biochar untuk Meningkatkan C-Organik, P dan Zn Tersedia pada Tanah Sawah Berkadar P Tinggi
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Luas lahan sawah di Indonesia pada tahun 2013 seluas 8,11 juta
hektar, dengan sebaran di Pulau Jawa seluas 3,23 juta hektar (39,83 persen),
dan di luar Pulau Jawa seluas 4,88 juta hektar (60,17 persen). Pulau
Sumatera memiliki lahan sawah seluas 1,2 juta hektar (27,64 persen).
Khususnya di Provinsi Sumatera Utara, terdapat lahan sawah seluas 438.346
hektar, yang meliputi sawah irigasi dan sawah non irigasi (BPS, 2013).
Produktvitas lahan sawah yang dikelola dapat menurun akibat dari
pengelolaan lahan sawah yang intensif dengan pemupukan dosis tinggi. Hal
tersebut menyebabkan ketersediaan unsur mikro seperti Cu, Zn, dan Mn
dalam tanah semakin menurun pada lahan sawah (Agus dan Setyorini,
2007). Selain itu pengelolaan lahan sawah yang tidak bijaksana seperti tidak
mengembalikan sisa panen ke lahan sawah, pembakaran jerami, dan
sedikitnya penggunaan bahan organik ke dalam tanah, menurunkan kadar Corganik yang kadarnya memang rendah di dalam tanah.
Pengembalian bahan organik ke dalam tanah sebagian besar telah
dilakukan oleh petani. Bahan organik memegang peran kunci untuk
meningkatkan ketersediaan hara makro dan mikro. Peran tersebut
disebabkan oleh bahan organik mengandung sejumlah senyawa organik
yang berfungsi untuk mengkelat ion – ion logam (Wen, 1982 ; Heese,
1982).
Tanah sawah di Kecamatan Perbaungan Serdang Bedagai memiliki
kandungan P – tersedia yang cukup tinggi. Status hara P – tersedia dengan
Universitas Sumatera Utara
2
kriteria rendah, sedang , dan tinggi berturut – turut adalah 45.26%, 52.18%,
dan 2.56%. Sedangkan untuk P – potensial, berturut turut adalah 2,95%,
61.15% dan 35,90% (Surya, 2015). Kandungan P yang tinggi ini berasal
dari penggunaan pupuk P secara intensif di tanah tersebut yang telah
berlangsung selama bertahun – tahun.Sehingga unsur P terakumulasi di
dalam tanah.
Hasil penelitian Surya (2015) juga menunjukkan bahwa distribusi
rata – rata Zn tersedia di lahan sawah pada daerah Kabupaten Serdang
Bedagai adalah sebesar 27,75 ppm. Penyebaran spasial unsur Zn-tersedia
pada lahan seluas 4.770 ha dengan status 1 ppm. Sedangkan sebaran COrganik memiliki luasan wilayah 1238.844 Ha dengan penyebaran sangat
rendah 901,664 Ha (72,78%), rendah 196,342 Ha (15,85%), sedang 140,099
Ha (11,31%) dan tinggi 0,739 Ha (0,06%) (Ompusunggu, 2015).
Peranan unsur Zn sangat penting pada pertumbuhan tanaman padi.
Unsur Zn memegang peranan kunci dalam struktur utama yang menyusun
berbagai co – faktor dari enzim – enzim yang berbeda dan juga protein pada
banyak reaksi biokimia yang berkaitan dengan metabolisme karbohidrat,
metabolisme protein, metabolisme auxin, pembentukan polen dan lainnya,
sehingga keberadaannya dalam tanah mutlak dibutuhkan (Mandal and Das,
2013). Padi yang mengalami defisiensi unsur Zn di lahan sawah,
menunjukkan gejala klorosis pada daun bagian bawah, terutama pada bagian
pangkalnya. Pada daun terdapat bercak cokelat – karatan yang menyatu, dan
terbentuk terus menerus. Pada gejala akut, daun akan berubah warna
Universitas Sumatera Utara
3
menjadi cokelat dan tanaman akan mati. Kekurangan unsur Zn berdampak
pada produksi padi yang menurun (Alloway, 2008).
Batas kritis Zn tersedia dalam tanah adalah
Latar Belakang
Luas lahan sawah di Indonesia pada tahun 2013 seluas 8,11 juta
hektar, dengan sebaran di Pulau Jawa seluas 3,23 juta hektar (39,83 persen),
dan di luar Pulau Jawa seluas 4,88 juta hektar (60,17 persen). Pulau
Sumatera memiliki lahan sawah seluas 1,2 juta hektar (27,64 persen).
Khususnya di Provinsi Sumatera Utara, terdapat lahan sawah seluas 438.346
hektar, yang meliputi sawah irigasi dan sawah non irigasi (BPS, 2013).
Produktvitas lahan sawah yang dikelola dapat menurun akibat dari
pengelolaan lahan sawah yang intensif dengan pemupukan dosis tinggi. Hal
tersebut menyebabkan ketersediaan unsur mikro seperti Cu, Zn, dan Mn
dalam tanah semakin menurun pada lahan sawah (Agus dan Setyorini,
2007). Selain itu pengelolaan lahan sawah yang tidak bijaksana seperti tidak
mengembalikan sisa panen ke lahan sawah, pembakaran jerami, dan
sedikitnya penggunaan bahan organik ke dalam tanah, menurunkan kadar Corganik yang kadarnya memang rendah di dalam tanah.
Pengembalian bahan organik ke dalam tanah sebagian besar telah
dilakukan oleh petani. Bahan organik memegang peran kunci untuk
meningkatkan ketersediaan hara makro dan mikro. Peran tersebut
disebabkan oleh bahan organik mengandung sejumlah senyawa organik
yang berfungsi untuk mengkelat ion – ion logam (Wen, 1982 ; Heese,
1982).
Tanah sawah di Kecamatan Perbaungan Serdang Bedagai memiliki
kandungan P – tersedia yang cukup tinggi. Status hara P – tersedia dengan
Universitas Sumatera Utara
2
kriteria rendah, sedang , dan tinggi berturut – turut adalah 45.26%, 52.18%,
dan 2.56%. Sedangkan untuk P – potensial, berturut turut adalah 2,95%,
61.15% dan 35,90% (Surya, 2015). Kandungan P yang tinggi ini berasal
dari penggunaan pupuk P secara intensif di tanah tersebut yang telah
berlangsung selama bertahun – tahun.Sehingga unsur P terakumulasi di
dalam tanah.
Hasil penelitian Surya (2015) juga menunjukkan bahwa distribusi
rata – rata Zn tersedia di lahan sawah pada daerah Kabupaten Serdang
Bedagai adalah sebesar 27,75 ppm. Penyebaran spasial unsur Zn-tersedia
pada lahan seluas 4.770 ha dengan status 1 ppm. Sedangkan sebaran COrganik memiliki luasan wilayah 1238.844 Ha dengan penyebaran sangat
rendah 901,664 Ha (72,78%), rendah 196,342 Ha (15,85%), sedang 140,099
Ha (11,31%) dan tinggi 0,739 Ha (0,06%) (Ompusunggu, 2015).
Peranan unsur Zn sangat penting pada pertumbuhan tanaman padi.
Unsur Zn memegang peranan kunci dalam struktur utama yang menyusun
berbagai co – faktor dari enzim – enzim yang berbeda dan juga protein pada
banyak reaksi biokimia yang berkaitan dengan metabolisme karbohidrat,
metabolisme protein, metabolisme auxin, pembentukan polen dan lainnya,
sehingga keberadaannya dalam tanah mutlak dibutuhkan (Mandal and Das,
2013). Padi yang mengalami defisiensi unsur Zn di lahan sawah,
menunjukkan gejala klorosis pada daun bagian bawah, terutama pada bagian
pangkalnya. Pada daun terdapat bercak cokelat – karatan yang menyatu, dan
terbentuk terus menerus. Pada gejala akut, daun akan berubah warna
Universitas Sumatera Utara
3
menjadi cokelat dan tanaman akan mati. Kekurangan unsur Zn berdampak
pada produksi padi yang menurun (Alloway, 2008).
Batas kritis Zn tersedia dalam tanah adalah