Pengaruh Terapi Relaksasi Otot Progresif Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Pasien Kanker Payudara di RSUP Haji Adam Malik Medan

10

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kanker Payudara
1. Pengertian
Kanker adalah penyakit bat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan
tubuh yang berubah menjadi sel dari sel-sel jaringan tubuh yang berubah
menjadi sel kanker.
Kanker payudara merupakan suatu kondisi dimana sel telah kehilangan
pengendalian dan mekanisme normalnya, sehingga terjadi pertumbuhan yang
tidak normal, cepat dan tidak terkendali yang terjadi pada jaringan payudara
(Mulyani, 2013)
Kanker payudara adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan
payudara. Kanker ini mulai tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran susu,
jaringan lemak, maupun jaringan ikat pada payudara. Definisi lain dari kanker
payudara yaitu suatu penyakit dimana terjadi pertumbuhan berlebihan atau
perkembangan tidak terkontrol dari sel-sel jaringan payudara (Nugroho, 2011).

2. Faktor Resiko

Penyebab kanker payudara tidak diketahui secara pasti. Namun, ada
beberapa faktor resiko yang menyebabkan seorang wanita menjadi lebih
mungki menderita kanker payudara.

10
Universitas Sumatera Utara

11

Berbagai faktor resiko tersebut menurut Pamungkas (2011) adalah sebagai
berikut:
2.1. Faktor resiko yang tidak dapat dihindari
a. Gender
Wanita adalah resiko utama kanker payudara. Pria juga bisa
mengidap namun perbandingannya adalah seratus banding satu.
b. Usia
Sekitar dua dari tiga wanita menderita kanker payudara yang berusia
diatas 55 tahun sedangkan 1 dari 8 wanita menderita kanker payudara
yang berumur di bawah 45 tahun.


c. Pernah Menderita Kanker Payudara
Wanita

yang pernah menderita kanker in situ atau kanker invasif

beresiko tinggi menderita kanker payudara. Setelah payudara yang
terkena kanker diangkat, maka resiko terjadinya kanker pada payudara
yang sehat meningkat sebsesar 0,5-1% per tahun.
d. Riwayat Keluarga
Wanita yang mempunyai ibu, saudara perempuan, dan anak yang
menderita kanker, ternyata memiliki resiko 3 kali lebih besa untuk
menderita kanker payudara.
e. Faktor Genetik dan Hormonal
Diketahui bahwa dua varian gen yang tampaknya berperan dalam
terjadinya kanker payudara, yaitu BRCA1 dan BRCA2. Jika seseorang

Universitas Sumatera Utara

12


wanita memiliki salah satu dari gen tersebut, maka ia berkemungkinan
besar menderita kanker payudara.
Gen lainnya yang juga diduga berperan dalam terjadinya kanker
paydara, yakni p53, BARD1, BRCA3, dan Noey2, ATM, CHEK2,
PTEN,. Kenyataan ini menimbulkan dugaan bahwa kanker payudara
disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel yang secara genetik mengalami
kerusakan.
Faktor hormonal pun berperan penting, karena hormon memicu
pertumbuhan sel. Kadar hormon yang tinggi selama masa reproduktif
wanita, terutama jika tidak diselingi oleh perubahan hormonal karena
kehamilan, tampaknya meningkatkan peluang tumbuhnya se-sel yang
secara genetik sudah mengalami kerusakan dan menyebabkan kenker.
f. Pernah Menderita Penyakit Payudara Nonkanker
Resiko menderita kanker payudara agak lebih tinggi pada wanita
yang

pernah

menderita


penyakit

payudara

nonkanker

yang

menyebabkan bertambahnya jumlah saluran air susu dan terjadinya
kelainan struktur jaringan payudara (hiperflasia atifik).
g. Menarche
Semakin dini menarche, semakin besar resiko wanita menderita
kanker payudara. Resiko menderita kanker payudara adalah 2-4 kali
lebih besar pada wanita yang mengalami menarche sebelum usia 12
tahun. Demikian halnya dengan menopause ataupun kehamilan

Universitas Sumatera Utara

13


pertama. Semakin lambat menopause dan kehamilan pertama, semakin
besar resiko menderita kanker payudara.
h. Ras
Wanita berkulit putih akan lebih rendah terkena resiko kanker
payudara dibandingkan wanita Afrika-Amerika. Dan, wanita AfrikaAmerika kemungkinan besar mati karean kanker ini. Alasan yang
tampaknya paling mungkin adalah bahwa wanita Afrika-Amerika
mempunyai tumor yang berkembang lebih cepat.
i. Tingkat ketebalan jaringan payudara
Jaringan payudara yang tebal menandakan terdapatnya jaringan
kelenjar yang lebih banyak dan jaringan lemak yang lebih sedikit.
2.2. Faktor resiko yang bisa dihindari
a. Pemakaian Pil KB Atau Terapi Sulih Esterogen
Pil KB bisa sedikit meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara,
yang tergantung pada usia, lamanya pemakaian, dan faktor lainnya.
Sebenarnya, sebelum diketahui seberapa lama efek pil setelah
pemakaian pil dihentikan. Sepertinya, terapi sulih esterogen yang
dijalani selama lebih dari 5 tahun sedikit meningkatkan resiko kanker
payudara. Dan, resikonya meningkat jika pemakaiannya berlangsung
lebih lama.
b. Obesitas Pasca Menopause

Obesitas sebagai faktor resiko kanker payudara masih diperdebatkan.
Beberapa hasil penelitian menyebutkan bahwa obesitas sebagai faktor

Universitas Sumatera Utara

14

resiko kanker payudara dikarenakan tigginya kadar esterogen pada
wanita yang mengalami obesitas.
c. Pemakaian Alkohol
Pemakaian alkohol lebih dari 1-2 gelas/hari bisa meningkatkan resiko
terjadinya kanker payudara.
d. Bahan Kimia
Beberapa penelitian telah menyebutkan bahwa pemaparan bahan
kimia yang menyerupai esterogen (yang terdapat pada pestisida dan
produk industri lainnya) berkemungkinan meningkatkan resiko terjadinya
kanker payudara.
e. DES (Dietilstilbestrol)
Wanita yang menkonsumsi DES guna mencegah keguguran beresiko
tinggi menderita kanker payudara.

f. Penyinaran
Pemaparan terhadap penyinaran, terutama penyinaran pada dada,
semasa kanak-kanak bisa meningkatkan resiko terjadinya kanker
payudara.
g. Tidak memberikan ASI
h. Kurang beolahraga
i. Tidak mempunyai anak atau mempunyai anak pada usia tua
j. Terapi hormon post-menopause (PHT)

Universitas Sumatera Utara

15

3. Tanda dan Gejala Kanker Payudara
Menurut (Mulyani,2013), beberapa gejala kanker payudara yaitu :
3.1. Ditemukannya benjolan pada payudara
Gejala awal yang signifikan dan sering dialami wanita ialah
benjolan tidak biasa yang ditemukan pada payudara. Benjolan itu
biasanya ditandai dengan rasa sakit bila dipegang atau ditekan.
3.2. Perubahan pada payudara

Biasanya gejala yang terjadi ialah berubah ukuran, bentuk
payudara dan putting. Di mana gejala itu awalnya ditandai dengan
permukaan payudara akan berwarna merah, kemudian perlahan kulit
mengerut seperti kulit jeruk.
3.3. Puting mengeluarkan cairan
Pada putting sering kali mengeluarkan cairan (nipple discharge)
seperti darah, tetapi juga terkadang berwarna kuning, kehijau-hijauan
berupa nanah.
3.4. Pembengkakan pada payudara
Gejala kanker payudara juga ditandai dengan pembengkakan
payudara tanpa ada benjolan merupakan gejala umumnya. Bahkan,
kadang-kadang salah satu payudara pembuluh darahnya lebih terlihat.
4. Stadium Kanker Payudara
Stadium penyakit kanker adalah suatu keadaan dari hasil penilaian dokter
saat mendiagnosis suatu penyakit kanker yang diderita pasiennya, sudah sejauh
manakah tingkat penyebaran kanker tersebut baik ke organ atau jaringan

Universitas Sumatera Utara

16


sekitar maupun penyebaran ketempat lain. Stadium hanya dikenal pada tumor
ganas atau kanker dan tidak ada pada tumor jinak. Untuk menentukan suatu
stadium,

harus

dilakukan

pemeriksaan

klinis

dan

ditunjang dengan

pemeriksaan penunjang lainnya yaitu histopatologi atau PA, rontgen, USG, dan
bila memungkinkan dengan CT scan, scintigrafi, dll. Banyak sekali cara untuk
menentukan stadium, namun yang paling banyak dianut saat ini adalah stadium

kanker berdasarkan klasifikasi sistem TNM yang direkomendasikan oleh UICC
(International Union Against Cancer dari World Health Organization)/ AJCC
(American Joint Committee On cancer yang disponsori oleh American Cancer
Society dan American College of Surgeons) (Rukiyah & Yulianti, 2012).
4.1. Stadium I : Pada stadium ini, benjolan kanker tak lebih dari 2 cm dan
tidak dapat terdeteksi dari luar. Perawatan yang sangat sistematis akan
diberikan pada kanker stadium ini, tujuannya adalah agar sel kanker
tidak dapat menyebar dan tidak berlanjut pada stadium selanjutnya.
Pada stadium ini, kemungkinan sembuh total pada pasien adalah 70 %.
4.2. Stadium II : Pada stadium ini, kemungkinan sembuh penderita adalah
30 - 40 % tergantung dari luasnya penyebaran sel kanker. Biasanya
besarnya benjolan kanker sudah lebih dari 2 bahkan bisa sampai 5 cm
dan tingkat penyebarannya pun sudah sampai daerah ketiak. Atau bisa
juga ukuran kanker sudah mencapai 5 cm tapi belum menyebar
kemana-mana. Biasanya dilakukan operasi untuk mengangkat sel-sel
kanker yang ada pada seluruh bagian penyebaran, dan setelah operasi

Universitas Sumatera Utara

17


dilakukan penyinaran untuk memastikan tidak ada lagi sel-sel kanker
yang tertinggal.
4.3. Stadium IIIA : Menurut data dari Depkes, 87 % kanker payudara
ditemukan di stadium ini. Benjolan kanker sudah berukuran lebih dari 5
cm dan sudah menyebar ke kelenjar limfa.
4.2. Stadium III B : Kanker sudah menyebar ke seluruh bagian payudara,
bahkan mencapai kulit, dinding dada, tulang rusuk dan otot dada. Selain
itu juga penyebarannya juga sudah menyerang secara tuntas kelenjar
limfa. Jika sudah demikian tidak ada alternatif lain selain pengangkatan
payudara.
4.3. Stadium IV : Sel-sel kanker sudah merembet menyerang bagian tubuh
lainnya, biasanya tulang, paru-paru, hati atau otak. Atau bisa juga
menyerang kulit, kelenjar limfa yang ada di dalam batang leher. Sama
seperti stadium 3, tindakan yang harus dilakukan adalah pengangkatan
payudara.
5. Pengobatan
Ada beberapa pengobatan kanker payudara yang penerapannya banyak
tergantung pada stadium klinik penyakit (Nugroho, 2011) yaitu:
5.1. Mastektomi adalah operasi pengangkatan payudara. Ada 3 jenis
mastektomi:

Universitas Sumatera Utara

18

a. Modified Radical Mastectomy: operasi pengangkatan seluruh
payudara, jaringan payudara di tulang dada, tulang selangka dan
tulang iga, serta benjolan di sekitar ketiak.
b. Total (Simple) Mastectomy: operasi pengangkatan seluruh
payudara saja, tetapi bukan kelenjar di ketiak.
c. Radical Mastectomy: operasi pengangkatan sebagian dari
payudara. Biasanya disebut lumpectomy, yaitu pengangkatan
hanya pada jaringan yang mengandung sel kanker, bukan seluruh
payudara. Operasi ini selalu diikuti dengan pemberian radioterapi.
Biasanya lumpectomy direkomendasikan pada pasien yang besar
tumornya kurang dari 2 cm dan letaknya di pinggir payudara.
5.2. Radiasi
a. Penyinaran / radiasi
Proses penyinaran pada daerah yang terkena kanker
menggunakan sinar x dan sinar gamma yang bertujuan membunuh
sel kanker yang masih tersisa di payudara setelah operasi.
b. Efek pengobatan ini tubuh menjadi lemah, nafsu makan berkurang,
warna kulit di sekitar payudara menjadi hitam, serta Hb dan
leukosit cenderung menurun sebagai akibat dari radiasi.
5.3. Kemoterapi
a. Kemoterapi adalah proses pemberian obat-obatan anti kanker dalam
bentuk pil cair atau kapsul atau melalui infus yang bertujuan

Universitas Sumatera Utara

19

membunuh sel kanker. Tidak hanya sel kanker pada payudara, tapi
juga di seluruh tubuh.
b. Efek dari kemoterapi adalah pasien mengalami mual dan muntah
serta rambut rontok karena pengaruh obat-obatan yang diberikan
pada saat kemoterapi.
5.4. Terapy Hormon
Hal ini dikenal sebagai ‘Therapy anti-estrogen’ yang system
kerjanya memblock kemampuan hormon estrogen yang ada dalam
menstimulus perkembangan kanker pada payudara.
5.5. Pengobatan Herceptin adalah terapi biological yang dikenal aktif
melawan HER2-positive pada wanita yang mengalami kanker
payudara stadium II, III, dan IV
6. Efek Samping Pengobatan
Efek samping dari pengobatan pasien kanker payudara yaitu pada
kemoterapi. Efek samping yang paling umum pada fisik adalah kelelahan atau
merasa letih. Sebagian pengobatan bisa membuat tubuh dehidrasi atau
menyebabkan sulit buang air besar. Beberapa efek samping lainnya seperti
anemia, diare, kelelahan, masalah kesuburan, perubahan rambut,infeksi,
kehilangan daya ingat, luka pada mulut dan keongkongan, perubahan pada
kuku, mual, perubahan dalam merasa dan membau, muntah, perubahan berat
badan. Lalu pada terapi radiasi yang menyebabkan reaksi kulit penderita
seperti terbakar matahari, dengan warna kemerah-merahan dari yang ringan
hingga moderat, dengan rasa gatal, terbakar, sakit, dan mungkin bisa

Universitas Sumatera Utara

20

mengelupas. Tidak seperti yang terjadi pada kulit yang terbakar matahari, kulit
akan secara perlahan-lahan dan mungkin hanya dalam potongan kecil saja.
Selain pada kulit, efek samping terjadi pada ketiak dengan timbulnya rasa tidak
nyaman, nyeri pada dada, kelelahan, masalah jantung, menurunnya sel darah
putih, juga masalah pada paru-paru. Menurut Oetami dkk (2014) gangguan
emosi ialah menangis, kecemasan berupa khawatir memikirkan dampak
pengobatan, tidak merasa malu menderita kanker payudara, tidak merasa harga
diri menurun berupa pesimis dalam menjalani kehidupan, tidak mengalami
stress, dan tidak mengalami reaksi amarah berupa tidak suka melaksanakan
pengobatan. dengan penyebaran sel cancernya.
B. Kecemasan
1. Pengertian
Menurut Stuart (2006) Ansietas (Kecemasan) adalah kekhawatiran yang
tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan
tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik.
Kecemasan adalah respon emosional terhadap penilaian individu yang
subjektif, yang dipengaruhi alam bawah sadar dan tidak diketahui secara
khusus penyebabnya (Dalami dkk, 2009).
Kecemasan adalah gangguan alam perasaan (afektif) yang ditandai
dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan
berkelanjutan (Hawari, 2004).
Menurut (Suliswati, 2012) kecemasan merupakan respon individu
terhadap suatu keadaan yang tidk menyenangkan dan dialami oleh senua

Universitas Sumatera Utara

21

makhluk hidup dalam kehidupan sehari-hari. Kecemasan juga merupakan
pengalaman subjektif dari individu dan tidak dapat diobservasi secara
langsung serta merupakan suatu keadaan emosi tanpa objek yang spesifik.
2. Kepribadian Pencemas
Seseorang
bersangkutan

akan
tidak

menderita
mampu

gangguan

mengatasi

cemas
stresor

manakala

yang

psikososial

yang

dihadapinya. Tetapi pada orang-orang tertentu meskipun tidak ada stresor
psikososial, yang bersangkutan menunjukkan kecemasan juga, yang
ditandai dengan otak atau tipe kepribadian pencemas, yaitu cemas,
khawatir, tidak tenang, ragu, bimbang, memandang masa depan dengan
rasa was-was (khawatir), kurang percaya diri, gugup apabila tampil
dimuka umum,sering merasa tidak bersalah, menyalahkan orang lain, tidak
mudah mengalah, gerakan sering serba salah, sering mengeluh, khawatir
berlebihan terhadap penyakit,mudah tersinggung, suka membesarbesarkan masalah yang kecil, dalam mengambil keputusan sering diliputi
rasa bimbang dan ragu
Bila mengemukakan sesuatu atau bertanya seringkali diulangulang, jika sedang emosi seringkali bertindak histeris.orang dengan tipe
kepribadian pencemas tidak selamanya mengeluh hal-hal yang sifatnya
psikis tetapi sering juga disertai dengan keluhan-keluhan fisik (somatik)
(Hawari, 2001).

Universitas Sumatera Utara

22

3. Faktor – Faktor Mempengaruhi Kecemasan
Menurut Stuart (2006) Faktor Predisposisi kecemasan ditinjau dari
berbagai teori yang telah dikembangkan:
3.1. Teori psikoanaltik
Dalam pandangan Psikoanalitis, ansietas adalah konfilik emosional
yang terjadi antara dua elemen kepribadian id dan superego. Id
melambangkan dorongan insting dan impuls primitif, sedangkan super ego
mencerminkan hati nurani seseorang yang dikendalikan oleh norma –
norma budaya seseorang. ego atau aku berfungsi menengahi tuntutan dari
dua elemen yang bertentangan tersebut, dan fungsi ansietas adalah
mengingatkan ego bahwa ada bahaya.
3.2. Teori interpersonal
Menurut pandangan interpesonal Kecemasan timbul dari ketakutan
terhadap ketidaksetujuan dan penolakan interpersonal. Hal ini juga
dihubungkan dengan trauma pada masa pertumbuhan seperti kehilangan,
perpisahan yang menyebabkan seseorang menjadi tidak berdaya. Individu
yang mempunyai harga diri rendah biasanya sangat mudah untuk terjadi
kecemasan yang berat.
3.3. Teori perilaku
Menurit pandangan perilaku Kecemasan merupakan hasil frustasi dari
segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai
tujuan yang diinginkan. Para ahli perilaku menganggap kecemasan
merupakan suatu dorongan yang dipelajari berdasarkan keinginan untuk

Universitas Sumatera Utara

23

menghindari rasa sakit. Teori ini meyakini bahwa manusia pada awal
kehidupannya dihadapkan rasa takut yang berlebihan akan menunjukkan
kemungkinan yang terjadi kecemasan yang berat pada kehidupan masa
dewasanya. ahli teori konflik memandang ansietas sebagai pertentangan
antara dua kepentingan yang berlawanan. Mereka meyakini adanya
hubungan timbal balik antara konflik dan ansietas, konflik yang
menimbulkan ansietas dan ansietas menimbulkan perasaan tidak berdaya
yang pada gilirannya meningkatkan konflik yang dirasakan.
3.4. Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan ansietas biasanya terjadi
dalam keluarga. Gangguan ansietas juga tumpang tindih antara gangguan
ansietas dengan depresi.
3.5. Kajian biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus
untuk benzodiazepin, obat – obatan yang meningkatkan neuroregulator
inhibisi asam gama – aminobutirat (GABA), yang berperan penting
dalam mekanisme biologis yang berhubungan dengan ansietas. Selain itu
kesehatan uum individu dan riwayat ansietas pada keluarga memiliki
efek nyata sebagai predisposisi ansietas. Kecemasan mungkin disertai
dengan gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kemampuan individu
untuk mengatasi stresor.
4. Tanda dan Gejala Kecemasan
Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah
tersinggung, merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut, takut
sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang. Gangguan pola tidur,

Universitas Sumatera Utara

24

mimpi-mimpi yang menegangkan. Gangguan konsentrasi dan daya ingat.
Keluhan – keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang,
pendengaran berdenging (tinnitus), berdebar-debar, sesak nafas, gangguan
pencernaan, gangguan perkemihan, sakit kepala dan lain sebagainya
(Hawari,2001).
5. Tingkat Kecemasan
Menurut Peplau dalam Suliswati (2005) menidentifikasi ada empat tingkat
kecemasan yang dialami oleh individu yaitu ringan, sedang, berat, dan panik.
5.1. Tingkat kecemasan ringan
Dihubungkan dengan ketegangan yang dialami sehari-hari. Individu
masih waspada serta lapang persepsinya meluas, menajamkan indra. Dapat
memotivasi individu untuk belajar dan mampu memecahkan masalah
secara efektif dan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas. Pada tingkat
ini, biasanya menimbulkan beberapa respon seperti:
a. Respon fisiologi: sesekali nafas pendek, nadi dan tekanan darah naik,
gejala ringan pada lambung, muka berkerut dan bibir bergetar.
b. Respon kognitif: lapang persepsi melebar, mampu menerima
rangsangan yang kompleks, konsentrasi pada masalah, menjelaskan
masalah secara efektif.
c. Respon prilaku dan emosi: tidak dapat duduk tenang, tremor halus
pada tangan, suara kadang-kadang meninggi.

Universitas Sumatera Utara

25

5.2. Tingkat kecemasan sedang
Individu terfokus hanya pada pikiran yang menjadi perhatiannya,
terjadi penyempitan lapangan persepsi, masih dapat melakukan sesuatu
dengan arahan orang lain. Pada tingkat ini, biasanya menimbulkan
beberapa respon seperti:
a. Respon fisiologi: sering nafas pendek, nadi (ekstra systole) dan
tekanan darah naik, mulut kering, anorexia, diare/konstipasi,
gelisah.
b. Respon kognitif: lapang persepsi menyempit, rangsan luar tidak
mampu diterima, berfokus pada apa yang menjadi perhatian.
c. Respon prilaku dan emosi: gerakan tersentak-sentak (meremas
tangan), bicara banyak dan lebih cepat, susah tidur, perasaan tidak
aman.
5.3. Tingkat kecemasan berat
Pada kecemasan tingkat berat lapangan persepsi individu sangat
sempit. Pusat perhatiannya pada detil yang kecil (spesifik) dan tidak dapat
berfikir tentang hal-hal lain. Seluruh prilaku dimaksudkan untuk
mengurangi kecemasan dan perlu banyak perintah/ arahan untuk terfokus
pada area lain. Pada tingkat ini, menunjukkan respon seperti:
a. Respon fisiologi: nafas pendek, nadi dan tekanan darah naik,
berkeringat dan sakit kepala, penglihatan kabur, ketegangan.
b. Respon kognitif: lapang persepsi sangat sempit, tidak mampu
menyelesaikan masalah.

Universitas Sumatera Utara

26

c. Respon perilaku dan emosi: perasaan ancaman meningkat,
verbalisasi cepat, blocking.
5.4. Panik
Individu kehilangan kendali diri dan detil perhatian hilang. Karena
hilangnya kontrol, maka tidak mampu melakukan apapun meskipun
dengan perintah. Terjadi peningkatan aktivitas motorik, berkurangnya
kemampuan berhubungan dengan orang lain, penyimpangan persepsi dan
hilangnya pikiran rasional, tidak mampu berfungsi secara efektif. Biasanya
disertai dengan disorganisasi kepribadian. Pada tahap ini, akan
menunjukkan beberapa respon seperti:
a. Respon fisiologi: nafas pendek, rasa tercekik dan palpitasi, sakit
dada, pucat, hipotensi, koordinasi motorik rendah.
b. Respon kognitif: lapang persepsi sangat sempit, tidak dapat berfikir
logis.
c. Respon perilaku dan emosi: agitasi, mengamuk dan marah,
ketakutan, berteriak-teriak, blocking, kehilangan kendali atau
kontrol diri, persepsi kacau.
6. Respon Kecemasan
Kecemasan dapat mempengaruhi kondisi tubuh seseorang, respon
kecemasan menurut Suliswati (2005) antara lain:
6.1. Respon fisiologis terhadap kecemasan
Secara fisiologis respon tubuh terhadap kecemasan adalah dengan
mengaktifkan sistem saraf otonom (simpatis maupun parasimpatis).

Universitas Sumatera Utara

27

Sistem saraf simpatis akan mengaktivasi proses tubuh, sedangkan
sistem saraf parasimpatis akan meminimalkan respon tubuh. Reaksi
tubuh terhadap kecemasan adalah “fight” atau “flight”. Flight
merupakan reaksi isotonik tubuh untuk melarikan diri, dimana terjadi
peningkatan sekresi adrenalin ke dalam sirkulasi darah yang akan
menyebabkan meningkatnya denyut jantung dan tekanan darah
sistolik, sedangkan fight merupakan reaksi agresif untuk menyerang
yang akan menyebabkan sekresi noradrenalin, rennin angiotensin
sehingga tekanan darah meningkat baik sistolik maupun diastolik. Bila
korteks otak menerima rangsang akan dikirim melalui saraf simpatis
ke kelenjar adrenal yang akan melepaskan adrenalin atau epinefrin
sehingga efeknya antara lain napas menjadi lebih dalam, nadi
meningkat. Darah akan tercurah terutama ke jantung, susunan saraf
pusat dan otot. Dengan peningkatan glikogenolisis maka gula darah
akan meningkat.
6.2. Respon Psikologis terhadap Kecemasan
Kecemasan dapat mempengaruhi aspek interpersonal maupun
personal. Kecemasan tinggi akan mempengaruhi koordinasi dan gerak
refleks. Kesulitan mendengarkan akan mengganggu hubungan dengan
orang lain. Kecemasan dapat membuat individu menarik diri dan
menurunkan keterlibatan dengan orang lain.

Universitas Sumatera Utara

28

6.3. Respon kognitif
Kecemasan dapat mempengaruhi kemampuan berpikir baik
proses pikir maupun isi pikir, diantaranya adalah tidak mampu
memperhatikan, konsentrasi menurun, mudah lupa, menurunnya
lapang persepsi, dan bingung.
6.4. Respon afektif
Secara afektif klien akan mengekspresikan dalam bentuk
kebingungan dan curiga berlebihan sebagai reaksi emosi terhadap
kecemasan.
7. Alat Ukur Kecemasan
Menurut Hawari (2013) Untuk mengetahuit sejauh mana derajat
kecemasan seseorang apakah ringan, sedang, berat atau berat sekali yaitu
menggunakan alat ukur (instrumen) yang dikenal dengan nama Hamilton
Rating Scale For Anxiety (HRS-A). Alat ukur ini terdiri dari 14 kelompok
gejala yang masing – masing kelompok dirinci lagi dengan gejala –gejala yang
lebih spesifik. Masing-masing kelompok gejala yang diberi penilaian (score)
antara 0-4 yang artinya adalah : Nilai 0 : Tidak Ada gejala (keluhan), 1 : Gejala
Ringan, 2 : Gejala Sedang, 3 : Gejala Berat , 4 : Gejala Berat sekali .
Penilaian atau pemakaian alat ukur ini menggunakannya melalui teknik
wawancara langsung. Masing-masing nilai angka (score) dari 14 kelompok
gejala tersebut dijumlahkan dan dari hasil penjumlahan tersebut dapat
diketahui derajat kecemasan seseorang yaitu : kurang dari 14 tidak ada

Universitas Sumatera Utara

29

kecemasan, 14-20 kecemasan ringan, 21-27 kecemasan sedang, 28-41
kecemasan berat, 42-56 berat sekali.
8. Kecemasan pada penderita kanker payudara
Menurut Puckett, (2007) bagi banyak wanita yang diagnosa kanker
payudara bukan saja berdampak pada fisiknya tetapi juga pada emosi, dan pada
mentalnya, yang kemudian dpat berpengaruh terhadap hubungan dengan orang
lain yakni hubungan dengan teman, suami, anak, keluarga. Selanjutnya puckett
menambahkan bahwa ketidakpastian dari penyakit itu sendiri memperparah
dampak tersebut. Ketidaktahuan tentang kanker payudara akan semakin
meningkatkan emosionallitas penderita yang berkaitan dengan hubungannya
dengan orang lain. Hal itu akan meningkatkan kecemasan dan mengubah
segalanya dalam kehidupannya.
Keluhan lain seperti rasa sepi, rasa kesendirian putus asa, rasa takut,
cemas, waswas, rasa ingin dicintai, rasa ingin disayangi, rasa aman, kebutuhan
spiritual, support sosial, serta sangat memerlukan dukungan dari keluarga dan
lingkungan yang dengan tulus hati mau mendengar, memberikan uluran kasih
sayang, dan perhatian sangat diperlukan oleh penderita kanker payudara
khususnya penderita yang mendekati saat – saat terakhirnya ( Heriady, 2008).
Unsur psikologis terkait dengan persepsi penderita tentang ancaman dan
stres yang disebabkan oleh penyakit kanker itu sendiri, persepsi ini akan
berbeda pada setiap individu. Ada tiga kategori stresor yang disebabkan oleh
kanker, yakni: (a) Ancaman dari penyakit kanker itu sendiri; (b) Hilangnya
bagian tubuh atau ancaman akan hilangnya bagian dari tubuhnya; dan (c)

Universitas Sumatera Utara

30

Frustasi dalam

memenuhi dorongan biologis karena ketikmampuan yang

diakibatkan penyakit kanker, atau efek – efek samping dari pengobatan kanker
( Baradero, 2007).
Respon pasien terhadap ketiga hal tersebut meliputi cemas, depresi,
menurunya harga diri, permusuhan, dan mudah marah. Termasuk dalam efek
sosiologinya, yaitu berkurangnya interaksi dengan keluarga dan teman- teman ,
serta dapat mengurangi partisipasi dalam kegiatan sehari – hari.
Menurut Tarwoto (2003), ada beberapa faktor yang dapat menimbulkan
stres dan cemas pada diri seseorang yakni: lingkungan yang asing, kehilangan
kemandirian sehingga mengalami ketergantungan dan memerlukan bantuan
orang lain, berpisah dengan pasangan dan keluarga, masalah biaya, kurang
informasi, ancaman akan penyakit yang lebih parah dan masalah pengobatan.
C. Relaksasi Otot Progresif
1. Pengertian Relaksasi Otot Progresif
Relaksasi merupakan kebebasan mental dan fisik dari ketegangan dan
stress yang memberikan individu kontrol diri ketika tidak merasa nyaman,
stress fisik, dan emosi (Edelman dan Mandle, 1994 dalam Potter dan
Perry, 2005).
Relaksasi merupakan suatu kondisi istirahat pada aspek fisik dan mental
individu, sementara aspek bawah sadar tetap bekerja. Dalam keadaan
relaksasi seluruh tubuh dalam keadaan seimbang, keadaan tenang tapi
tidak tertidur dan seluruh otot dalam keadaan rileks dan posisi tubuh yang
nyaman.

Universitas Sumatera Utara

31

Mengurangi ketegangan otot merupakan komponen dari terapi
komplementer yang digunakan untuk menurunkan angka kecemasan dan
memberikan kenyamanan (Snyder, Pestka & Bly, 2006). Sebagai contoh,
relaksasi otot sering menjadi bagian dari guided imagery. Banyak teknik
yang ditawarkan untuk memberikan relaksasi otot. Salah satu yang sering
digunakan adalah Progressive Muscle Relaxation yang diperkenalkan oleh
Edmund Jacobson pada tahun 1938.
Relaksasi otot memberikan sensasi kesadaran terhadap otot dan
ketegangan yang ada pada diri individu dan menurunkan ketegangan
tersebut. Kesadaran tersebut dapat dicapai dengan menegangkan otot-otot
dan

merelakskannya

dengan

fokus

terhadap

otot

tersebut

dan

membayangkan otot tersebut bebas dari ketegangan yang dirasakan
(Snyder, Pestka & Bly, 2006).
Relaksasi otot progresif merupakan salah satu teknik untuk
mengurangi ketegangan otot dengan proses yang simpel dan sistematis
dalam menegangkan sekelompok otot kemudian merilekskannya kembali
(Snyder, Pestka & Bly, 2006). Ketika otot tubuh terasa tegang, kita akan
merasakan ketidaknyamanan, seperti sakit pada leher, punggung belakang,
serta ketegangan pada otot wajahpun akan berdampak pada sakit kepala.
Jika ketegangan otot ini dibiarkan akan menganggu aktivitas dan
keseimbangan tubuh seseorang (Marks, 2011).
Relaksasi otot progresifmerupakan kombinasi latihan pernafasan yang
terkontrol dengan rangkaian kontraksi serta relaksasi kelompok otot.

Universitas Sumatera Utara

32

Kegiatan ini menciptakan sensasi dalam melepaskan ketidaknyamanan dan
stress (Potter dan Perry, 2005). Dengan melakukan tindakan relaksasi otot
progresifsecara berkelanjutan, seorang individu dapat merasakan relaksasi
otot pada berbagai kelompok otot yang diinginkan.
Menurut Herodes (2010), teknik relaksasi otot progresif adalah teknik
relaksasi otot dalam yang tidak memerlukan imajinasi, ketekunan, atau
sugesti. Berdasrkan keyakinan bahwa tubuh manusia berespon pada
kecemasan dan kejadian yang merangsang pikiran dengan ketegangan otot
(Davis,1995).
Teknik relaksasi otot progresif memusatkan perhatian pada suatu
aktivitas otot dengan mengidentifikasi otot yang tegang kemudian
menurunkan ketegangan dengan melakukan teknik relaksasi untuk
mendapatkan perasaan relaks (Herodes,2010). Teknik relaksasi otot
progresif merupakan suatu terapi yang diberikan kepada klien dengan
menegangkan otot-otot tertentu daan kemudian relaksasi.
2. Manfaat Relaksasi Otot Progresif
Relaksasi otot progresif memberikan hasil yang memuaskan dalam program
terapi terhadap ketegangan otot, menurunkan kecemasan, memfasilitasi tidur,
depresi, mengurangi kelelahan, kram otot, nyeri pada leher dan pungung,
menurunkan tekanan darah tinggi, fobia ringan, serta meningkatkan konsentrasi
(Davis, 1995). Target yang tepat dan jelas dalam memberikan terapi relaksasi
otot progresif ada keadaan yang memiliki respon ketegangan otot yang cukup
tinggi dan membuat tidak nyaman sehingga dapat menggangu kegiatan sehari-

Universitas Sumatera Utara

33

hari. Jacobson (1938) dalam Snyder, Pestka & Bly, (2006)mengatakan bahwa
relaksasi otot progresif menurunkan konsumsi oksigen tubuh, metabolisme
tubuh, frekuensi nafas, ketegangan otot, kontraksi ventrikel yang tidak
sempurna, tekanan darah sistolik dan diastolik, dan meningkatkan gelombang
alpha otak.
3.Prinsip Kerja Relaksasi Otot progresif
Dalam melakukan relaksasi otot progresif hal yang penting dikenali
adalah tegangan otot ketika otot berkontraksi (tegang) maka rangsangan akan
disampaikan ke otot melalui jalur saraf aferent. Tension merupakan kontraksi
dari serat otot rangka yang menghasilkan sensasi tegangan. Relaksasi adalah
pemanjangan dari serat serat otot tersebut yang dapat menghilangkan sensasi
ketegangan setelah memahami dalam mengidentifikasi sensasi tegang,
kemudian dilanjutkan dengan merasakan relaks. Ini merupakan sebuah
prosedur umum untuk mengidentifikasi lokalisasi ketegangan, relaksasi dan
merasakan perbedaan antara keadaan tegang (tension) dan relaksasi yang akan
diterapkan pada semua kelompok otot utama. Dengan demikian, dalam
relaksasi otot progresif diajarkan untuk mengendalikan otot-otot rangka
sehingga memungkinkan setiap bagian merasakan sensasi tegang dan relaks
secara sistematis (Mc Guigan dan Lehrer, 2005).
4. Mekanisme Fisiologi Relaksasi Otot Progresif dalam Mengatasi Kecemasan
Kontraksi dari serat otot rangka mengarah kepada sensasi dari tegangan
otot yang merupakan hasil dari interaksi yang kompleks dari sistem saraf
pusat dan sistem saraf tetapi dengan otot dan sistem otot rangka. Dalam hal

Universitas Sumatera Utara

34

ini, saraf pusat melibatkan sistem saraf simpatis dan sistem saraf
parasimpatis. Beberapa organ dipengaruhi oleh kedua sistem saraf ini.
Walaupun demikian, terdapat perbedaan antara efek sistem saraf simpatis dan
para simpatis yang berasal dari otak dan saraf tulang belakang (Andreassi,
2000 dalam Conrad dan Roth, 2007). Antara simpatik dan para simpatik
bekerja saling timbal balik. Aktifasi dari sistem saraf simpatik disebut juga
erotropic atau respon figh or flightdimana organ diaktifitas untuk keadaan
stress. Responini memerlukan energi yang cepat, sehingga hati lebih banyak
melepaskan glukosa untuk menjadi bahan bakar otot sehingga metabolisme
juga meningkatkan. Cannon (1929 dalam Damanik, 2012) mengobservasi
efek dari saraf simpatis, yaitu meningkatkan denyut nadi, tekanan darah,
hiperglikemia, dan dilatasi pupil, pernafasan meningkatkan, serta otot
menjadi tegang.
Aktivitas dari sistem saraf parasimpatis disebut juga trophotropic yang
dapat menyebabkan perasaan ingin istirahat, dan perbaikan fisik tubuh.
aktivas ini merupakan dasar yang disebut Benson (1972 dalam Condrad dan
Roth, 2007) yaitu respon relaksasi. Respon parasimpatik meliputi penurunan
denyut nadi dan tekanan darah serta meningkatkan aliran darah. Oleh sebab
itu melalui latihan relaksasi dapat memunculkan respon relaksasi sehingga
dapat mencapai keadaan tenang.
5. Syarat dilakukan Terapi Relaksasi Otot Progresif
Melakukan latihan di tempat yang tenang, sendirian, tanpa atau
menggunnakan audio untuk membantu konsentrasi pada kelompok otot,

Universitas Sumatera Utara

35

melepaskan sepatu dan pakaian yang tebal, hindari makan dan minum yang
terbbaik dalam melakukan latihan sebelum makan,

jangan terlalu

menegangkan otot berlebihan karena dapat melukai diri sendiri, dibutuhkan
waktu sekitar 20-50 detik untuk membuat otot-otot relaks, perhatikan posisi
tubuh, lebih nyaman dengan mata tertutup. Hindari dengan posisi berdiri,
menegakkan kelompok otot dua kali tegangan, melakukan pada bagian kanan
tubuh dua kali, kemudian bagian kiri dua kali, memeriksan apakah klien benarbenar relaks, terus-menerus memberikan instruksi, memberikan instruksi tidak
terlalu cepat dan tidak terlalu lambat, latihan membutuhkan waktu selama 15
sampai 20 menit dan dilakukan latihan 5 – 20 kali latiahan.
6. Pelaksanaan Teknik Relaksasi Otot Progresif
Berdasarkan (Davis, 1995) Relaksasi otot progresif memberikan cara
dalam mengidentifikasi otot dan kumpulan otot tertentu serta membedakan
antara perasaan tegang dan relaks. Terdapat 10 kelompok utama dalam
relaksasi otot progresif yang meliputi (1) kelompok otot pergelangan tangan,
(2) kelompok otot lengan bawah, (3) kelompok otot siku dan lengan atas, (4)
kelompok otot bahu, (5) kelompok otot kepala dan leher, (6) kelompok otot
wajah(bibir, dahi, rahang) (7) kelompok otot punggung, (8) kelompok otot
dada, (9), kelompok otot perut, (10) kelompok otot kaki dan paha.
Relaksasi dilakukan secara bertahap dan dipraktekkan dengan berbaring
atau duduk di kursi dengan kepala ditopang dengan bantal. Setiap kelompok
otot ditegangangkan selama 5-7 detik dan direlaksasikan selama 10 -20 detik.
Prosedur ini diulang paling tidak satu kali. Petunjuk relaksasi progresif dibagi

Universitas Sumatera Utara

36

dalam dua bagian, yaitu bagian pertama dengan mengulang kembali pada saat
praktek sehingga lebih mengenali bagian otot tubuh yang paling sering tegang,
dan bagian kedua dengan prosedur singkat untuk menegangkan merilekskan
beberapa otot secara simultan sehingga relaksasi otot dapat dicapai dalam
waktu singkat. Waktu yang diperlukan untuk melakukan relaksasi otot
progresif sehingga dapat menimbulkan efek yang maksimal adalah selama satu
sampai dua minggu dan dilaksanakan selama satu sampai dua kali 15 menit per
hari (Davis, 1995).
Adapun urutan pelaksanaannya adalah sebagai berikut:
1. Kelompok otot pergelangan tangan
a. Rentangkan lengan dan kepalkan kedua telapak tangan anda dengan
kencang, sekuat dan semampu yang anda bisa. Rasakan ketegangan pada
kedua pergelangan tangan anda selama 5-7 detik.
b. Lepaskan kepalan tangan anda dan rasakan tangan anda menjadi lemas
dan semua ketegangan pada tangan anda menjadi hilang. Rasakan hal
tersebut selama 10-20 detik.
c. Ulangi lagi gerakan menegangkan dan melemaskan otot tangan anda.
Rasakan pergelangan tangan anda menjadi semakin lemas.
2. Kelompok otot lengan bawah
a. Tekuklah kedua lengan ke belakang pada pergelangan tangan sekuat dan
semampu yang anda bisa. Sehingga otot-otot di tangan bagian belakang dan
lengan bawah menegang, jari-jari terbuka menghadap ke langit-langit.
Rasakan ketegangan pada bagian lengan bawah selama 5-7 detik.

Universitas Sumatera Utara

37

b. Lemaskan dan luruskan kembali tangan bagian bawah anda pada posisi yang
nyaman. Rasakan lengan bawah dan telapak tangan anda menjadi lemas dan
seya ketegangan hilang. Rasakan hal tersebut selama 10-20 detik.
c. Ulangi lagi gerakan menegangkan dan melemaskan otot lengan bawah anda,
rasakan perbedaan pada saat tegang dan lemas serta rasakan lengan bawah
anda menjadi semakin lemas.
3. Kelompok otot siku dan lengan atas
a. Genggamlah kedua tangan sehingga menjadi kepalan kemudian bawa kedua
kepalan ke pundak sehingga otot-otot lengan atas terasa kencang dan
tegang. Lakukanlah sebisa dan semampu anda. Lakukan selama 5-7 detik.
b. Luruskan siku dan jari-jari anda, rasakan lengan atas anda menjadi lemas
dan ketegangan pada lengan atas sudah hilang. Rasakan hal tersebut 10-20
detik.
c. Ulangi lagi gerakan menegangkan otot siku dan lengan atas anda, rasakan
perbedaan antara saat tegang dan lemas serta rasakan otot siku dan lengan
atas semakin lemas.
4. Kelompok otot bahu
a. Angkat kedua bahu setinggi-tingginya seakan-akan bahu akan dibawa
menyentuh kedua telinga. Rasakan ketegangan pada bahu selama 5-7 detik.
b. Lemaskan bahu anda hingga semua ketegangan pada bahu anda tadi hilang.
Rasakan hal tersebut selama 10-20 detik.
c. Ulangi gerakan tersebut dan rasakan otot bahu anda semakin lemas.
5. Kelompok otot kepala dan leher

Universitas Sumatera Utara

38

a. Tekuk leher dan kepala anda ke belakang hingga menekan bantal, rasakan
ketegangan

pada

leher

dan

kepala

bagian

belakang.

Rasakan

ketegangannya selama 5-7 detik
b. Lemaskan dan luruskan kepada dan leher anda hingga semua ketegangan
pada kepala dan leher anda hilang. Lakukan dalam 10-20 detik.
c. Ulangi gerakan dan rasakan otot tersebut menjadi sangat lemas
d. Tekuk leher dan kepala anda ke depan hingga menyentuh dada, rasakan
ketegangan pada leher dan kepala bagian depan selama 5-7 detik.
e. Lemaskan dan luruskan kepala dan leher anda hingga semua ketegangan
pada kepala dan leher anda hilang, rasakan dalam 10-20 detik.
f. Ulangi gerakan dan rasakan otot semakin lemas
6. Kelompok otot wajah
a. Kerutkan dahi anda ke atas dan rasakan ketegangan pada dahi anda selama
5-7 detik
b. Lemaskan dahi anda sehingga ketegangan pada dahi anda akan hilang,
rasakan hal ini selama 10-20 detik.
c. Ulangi gerakan tersebut dan rasakan dahi anda semakin lemas.
d. Tutup mata anda sekuat dan semampu yang anda bisa, rasakan ketegangan
pada mata selama 5-7 detik.
e. Lemaskan mata perlahan-lahan dan hilangkan ketegangannya selama 10-20
detik.
f. Ualngi gerakan menegangkan mata dan melemaskannya dan rasakan mata
semakin lemas.

Universitas Sumatera Utara

39

g. Katupkan rahang dan gigi anda secara bersamaan sekuat dan semampu yang
anda bisa, rasakan ketegangannya selama 5-7 detik.
h. Lemaskan rahang anda dan hilangkan ketegangannya perlahan-lahan dan
rasakan dalam 10-20 detik.
i. Ulangi gerakan tersebut hingga anda merasakan rahang anda semakin lemas.
j. Monyongkan bibir anda ke depan sekuat dan semampu yang anda bisa,
rasakan ketegangan selama 5-7 detik.
k. Lemaskan bibir dan hilangkan ketegangan pada bibir selama 10-20 detik.
l. Ulangi gerakan dan rasakan bibir semakin lemas.
7. Kelompok otot punggung
a. Jika anda dalam posisi tidur, maka bangunlah dan jadikan posisi anda duduk
di tempat tidur. Lengkungkan punggung dan busungkan dada sekuat dan
semampu yang anda bisa, rasakan ketegangan pada punggung selama 5-7
detik.
b. Lemaskan punggung anda sehingga ketegangannya hilang dan rasakan
melemasnya punggung 10-20 detik.
c. Ulangi gerakan dan rasakan lemasnya punggung anda.
8. Kelompok otot dada
a. Tarik nafas dalam dan tahan semampu anda. Rasakan ketegangan pada dada
selama 5-7 detik.
b. Lemaskan otot dada sambil mengeluarkan nafas secara perlahan-lahan
rasakan hilangnya ketegangan pada dada dalam 10-20 detik.
c. Ualngi gerakan kembali dan rasakan dada semakin lemas.

Universitas Sumatera Utara

40

9. Kelompok otot perut
a. Tarik perut ke bagian dalam dan bernafaslah secara perlahan-lahan, rasakan
ketegangan pada perut selama 5-7 detik.
b. Lemaskan otot perut, dan hilang kan ketegangan serta rasakan melemasnya
otot perut dalam 10-20 detik.
c. Ulangi gerakan dan rasakan otot perut yang semakin lemas
10. Kelompok otot kaki dan paha
a. Tekuk telapak kaki ke arah atas, tekuk sebisa mungkin, dan rasakan
ketegangannya selama 5-7 detik.
b. Lemaskan otot-otot kaki dan paha, hilangkan ketegangannya dan rasakan
selama 10-20 detik.
c. Ulangi gerakan dan rasakan kaki dan paha semakin lemas.
d. Tekuk telapak kaki ke arah bawah, sehingga otot betis menjadi tegang,
rasakan ketegangannya selama 5-7 detik.
e. Hilangkan ketegangan perlahan-lahan dan rasakan otot tersebut lemas
selama 10-20 detik.

Universitas Sumatera Utara