Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kajian Konseling Makna Hidup terhadap Pemberdayaan Warga Binaan Perempuan di LP Wanita Klas III Kupang T2 752015004 BAB II

BAB II
Tinjauan Pustaka
2.1 Makna Hidup
2.1.1 Pemahaman tentang Makna Hidup
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) makna merupakan arti
penting atau arti mendalam, sedangkan hidup berarti bergerak dan bekerja
sebagaimana mestinya, jadi makna hidup secara harafiah adalah arti yang mendalam
dari keberadaan manusia sebagaimana mestinya. Frankl menjelaskan bahwa perhatian
utama manusia bukanlah untuk mendapatkan kesenangan atau menghindari dosa,
namun lebih dari itu untuk mendapatkan suatu makna dari hidupnya.1
Bastaman mengungkapkan bahwa makna hidup dianggap sangat penting dan
berharga serta memberikan nilai khusus bagi seseorang, sehingga layak dijadikan
tujuan dalam kehidupan. Bila hal itu berhasil dipenuhi akan menyebabkan seseorang
merasakan kehidupan berarti dan pada akhirnya akan menimbulkan perasaan bahagia.
Dan makna hidup ternyata ada dalam kehidupan itu sendiri, dan dapat ditemukan
dalam setiap keadaan yang menyenangkan dan tak menyenangkan, keadaan bahagia
dan penderitaan.2 Menurut Gede Prama ketika manusia menyadari dirinya bukan apaapa, ia terhubung dengan jejaring makna, dan kemudian lebih dari sekedar terhubung,
gerakan-gerakan hidup berjalan sangat seirama dengan semesta.3
Hal yang sama juga dijelaskan Keith bahwa makna kehidupan adalah hal-hal
yang signifikan dan berarti bagi manusia secara pribadi, menemukan makna


1

Victor E. Frankl, Logoterapi..., 129.
H.D.Bastaman, Logoterapi..., 45-46.
3
Gede Prama, Jejak-Jejak Makna: Memasuki Kembali Rumah Kebahagiaan, (Jakarta: Gramedia, 2004), 99.

2

10

kehidupan adalah kunci untuk memperoleh kebahagiaan yang dalam.4 Selanjutnya
menurut Morris, kehidupan siapa saja bisa bermakna sejauh dia memaknainya,
sepanjang kita menata aktivitas dalam hidup kita seputar hal-hal yang kita inginkan,
hargai, dan nikmati di dalam bentuk sasaran yang kita ambil untuk diri sendiri, kita
menamainya bermakna dan dengan demikian memaknai hidup yang digubahnya.5
Sproul menjelaskan bahwa kita sebagai manusia menginginkan hidup kita mempunyai
arti. Kita ingin merasa yakin bahwa diri kita penting dalam suatu hal. Dorongan batin
ini sama kuatnya dengan kebutuhan kita akan air dan oksigen. 6 Creath Davis juga
menambahkan bahwa hilangnya makna dalam kehidupan merupakan krisis yang

paling menghancurkan.7
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa makna hidup merupakan
kebutuhan yang sangat penting untuk dimiliki oleh seseorang agar kehidupannya
dapat dirasakan berarti, memiliki tujuan dan dapat merasakan kebahagiaan meskipun
ditengah penderitaan.
2.1.2 Sumber-sumber Makna Hidup
Menurut Frankl dalam kehidupan ini terdapat tiga bidang kegiatan yang secara
potensial mengandung nilai-nilai yang memungkinkan seseorang menemukan makna
hidup di dalamnya apabila nilai-nilai itu diterapkan dan dipenuhi, ketiga nilai itu
adalah:8
a. Creatives Values (nilai-nilai Kreatif): kegiatan berkarya, bekerja, mencipta serta
melaksanakan tugas dan kewajiban sebaik-baiknya dengan penuh tanggung jawab.
4

Kent M. Keith, Do It Anyway Panduan untuk Menemukan Makna Kehidupan dan Kebahagiaan Sejati, (Jakarta:
PT Bhuana Ilmu Populer, 2009),5.
5
Thomas V. Morris, Making Sense Of It All Pascal and the Meaning of Life Menjadikan Segalanya Bermakna:
Pascal dan Makna Kehidupan, (Surabaya: Penerbit Momentum, 2008), 71.
6

R.C. Sproul, Mendambakan Makna Diri The Hunger for Significance, (Surabaya: Penerbit Momentum, 2005),
7
Creath Davis, Mengatasi Krisis Kehidupan, (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 1995).149.
8
V.E. Frankl, Man’s Search for Ultimate Meaning. (New York: Perseus Publishing, 2000.), 123-124.

11

Melalui karya dan kerja kita dapat menemukan arti hidup dan menghayati
kehidupan secara bermakna.
b. Experiental values ( nilai-nilai penghayatan): keyakinan dan penghayatan akan
nilai-nilai kebenaran, kebajikan, keindahan, keimanan, dan keagamaan, serta cinta
kasih. Menghayati dan meyakini suatu nilai dapat menjadikan seseorang berarti
hidupnya.
c. Attitudinal values (nilai-nilai bersikap): menerima dengan penuh ketabahan,
kesabaran dan keberanian segala bentuk penderitaan yang tidak mungkin
dielakkan lagi seperti sakit yang tak dapat disembuhkan, kematian, dan menjelang
kematian, setelah segala upaya dan ikhtiar dilakukan secara maksimal.
Bastaman kemudian menambahkan nilai lain yang menjadi sumber makna
hidup yaitu nilai pengharapan (hopeful values), pengharapan mengandung makna

hidup karena

adanya keyakinan

akan terjadinya perubahan yang lebih baik,

ketabahan menghadapi keadaan buruk saat ini dan sikap optimis menyongsong masa
depan.9
Dengan demikian bahwa ketika seseorang melakukan melakukan suatu
pekerjaan (berkarya), sambil menghayati setiap hal yang terjadi dalam hidupnya, dan
menerima setiap proses kehidupannya dengan sabar sambil terus memiliki harapan
dalam hidupnya maka orang tersebut dapat memaknai hidup.
Menurut Creath Davis kita dapat mengisi hidup kita dengan kegiatan-kegiatan
tidak terkendali seperti orang gila sehingga kita kehilangan kontak dengan diri sendiri
dan menjadi manusia yang miskin. Pada saat semua kegiatan terhenti dan kita melihat
diri kita sendiri pada suatu sore-tanpa ada yang dapat dikerjakan, tidak ada orang yang

9

H.D.Bastaman, Logoterapi...,50.


12

dapat kita buat tertarik atau senang- kehampaan itu menjadi jelas secara
menyakitkan.10 Salah satu petunjuk dari kehampaan dalam batin seseorang ialah
kebosanan, seorang psikiater mencatat bahwa kebosanan sekarang menyebabkan, dan
tentu saja memberikan kepada para psikiater, lebih banyak masalah untuk dipecahkan
daripada tekanan batin. Sangatlah tragis apabila kehidupan seseorang tidak memiliki
cukup arti untuk membuatnya menarik, kalau bukan menggembirakan.11
Hal ini berarti bahwa jika hidup dijalani hanya sebagai sebuah rutinitas tanpa
bisa memaknai setiap hal yang dijalani tersebut maka seseorang akan merasa
hidupnya tidak memiliki ati dan seseorang cenderung akan merasa bosan dimana
kebosanan merupakan salah satu sumber masalah bagi psikis seseorang.
Creath Davis juga menambahkan bahwa manusia adalah makhluk yang unik di
antara makhluk-makhluk lain yang mendiami bumi, dan sebagian dari keunikannya
ialah kebutuhan untuk memahami arti dari keberadaannya. Hanya manusia yang dapat
bertanya tentang suatu peristiwa, “apa artinya ini?” Ia kemudian dapat
menggabungkan masa lalu, sekarang, dan masa depannya untuk memperoleh
jawabannya. Praktisnya, setiap orang telah menjawab sampai pada tahapan tertentu
pertanyaan tentang makna hidupnya.12

Manusia juga memiliki kebebasan dan tanggung jawab untuk memilih sudut
pandangnya; ini bukanlah suatu arah/tujuan yang tidak dapat dihindarkan. Kita
memperoleh filsafafat hidup kita sedikit demi sedikit dari orang tua, guru, dan teman
kita, dari pengalaman, impian, dan harapan kita. Kita mungkin pernah disakiti atau
merasa kecewa dan memperoleh sudut pandang yang negatif, atau kita mungkin

10

Creath Davis, Mengatasi Krisis..., 150.
Creath Davis, Mengatasi Krisis..., 150.
12
Creath Davis, Mengatasi Krisis..., 153.
11

13

pernah didorong dan dikasihani dan memperoleh cara pandang yang positif. Kita
mungkin tidak pernah mengenali seluruh sumber sudut pandang kita yang tertentu
terhadap kehidupan, tetapi kita dapat dan harus mengevaluasi sudut pandang itu pada
saat kita telah dewasa.13

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa seseorang memaknai hidupnya
sesuai kemampuannya melihat pengalaman hidupnya berdasarkan sudut pandangnya,
dia dapat memilih untuk melihat suatu pengalaman dari sisi yang positif atau negatif,
yang mana sudut pandang seseorang sangat dipengaruhi oleh orang-orang dalam
lingkungan sosialnya atau juga dari pengalaman sebelumnya, harapan dan impiannya.
Menurut Abraham Maslow di dalam Kebung kodrat manusia dibentuk oleh
suatu kerangka kebutuhan yang khas manusia. Ia menggunakan istilah kebutuhankebutuhan dasar umtuk membedakannya dari kebutuhan-kebutuhan lain yang kurang
penting dan kurang universal. 5 kebutuhan dasar tersebut yaitu: 1) kebutuhan
fisiologis, 2) kebutuhan akan rasa aman, 3) kebutuhan akan cinta dan rasa memiliki,
4) kebutuhan akan harga diri, dan 5) kebutuhan akan aktualisasi diri. 14
Maslow mengatakan bahwa semua anggota masyarakat (kecuali tidak
normal/menderita psikologi psikis) memiliki suatu kebutuhan atau kerinduan akan
suatu evaluasi diri yang stabil dan kuat, akan rasa harga diri atau kebutuhan dihargai
orang lain. Kebutuhan ini dapat digolongkan dalam dua bagian. Pertama , keinginan
akan kekuatan , pencapaian tujuan, kompetensi, kepercayaan diri, ketaktergantungan,
serta kebebasan; kedua , kita juga memiliki keinginan akan reputasi dan prestise
(dilihat sebagai penghargaan dari orang lain), status, nama baik dan menjadi terkenal,

13


Creath Davis, Mengatasi Krisis..., 153.
Konrad Kebung,Esai Tentang Manusia: Manusia dan Diri yang Utuh, (Flores: Penerbit NUSA INDAH,2006),
85.
14

14

dominasi, menjadi penting, penghargaan, dan martabat serta harkat. Kebutuhan akan
harga diri ini mengungkapkan keinginan akan suatu evaluasi yang stabil dan positif
tentang diri. Ungkapan-ungkapan seperti rasa harga diri, bangga dan percaya diri,
justru memperlihatkan motif-motif ini. Kebutuhan akan rasa harga diri selalu
diasosiasikan dengan perkembangan tingkah laku dan keterampilan, kompetensi, rasa
diterima dan didukung orang lain, dan adanya suatu evaluasi diri yang realistis dan
positif.15
Selanjutnya kebutuhan akan aktualisasi diri, menurut Maslow ini merupakan
kebutuhan untuk menjadi apa yang dirasa paling pas dan yang sangat diinginkan oleh
setiap orang. Apa yang mungkin haruslah dibuat. Ia harus benar dan jujur terhadap
dirinya. Inilah aktualisasi diri. Istilah ini merujuk pada keinginan manusia akan
perwujudan diri. Menurut maslow kebutuhan ini merupakan bentuk motivasi
tertinggi. Setiap orang membutuhkan suatu tujuan dalam hidup, juga suatu perasaan

bahwa ia melakukan hal-hal yang menunjang tujuan ini.16
Hal ini berarti bahwa setiap orang ingin di hargai, dicintai, dilindungi dan
ingin melakukan sesuatu yang menjadi keinginannya, semua hal tersebut merupakan
kebutuhan manusia yang pada akhirnya merupakan tujuan dari setiap orang. ketika
seseorang dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut maka kehidupannya akan
dirasakan lebih bermakna.
2.2 Konseling Makna Hidup
Menurut Arbuckle seperti yang dikutip oleh Padmomartono bahwa Konseling
adalah relasi antar pribadi yang mana konselor menemukan sedang melibatkan diri
pada klien yang dihargainya sebagai sesama manusia yang sejajar, dengan siapa
15
16

Konrad Kebung,Esai Tentang Manusia..., 88.
Konrad Kebung,Esai Tentang Manusia..., 88.

15

konselor bekerja sama sehingga klien makin cakap memahami dan menerima diri.
Konseling berfungsi menurunkan kerentanan psikologik sehingga masalah dan

tekanan emosi yang melingkupi klien cukup mendesakkan dan memberanikan klien
menempuh reorganisasi pribadi dan bukan berupaya memaksakan lingkungan
hidupnya.17
Adapun tujuan dari konseling menurut George & Cristiani yang dikutip oleh
Padmomartono yaitu:18
1. memperlancar perubahan perilaku. Perubahan perilaku agar klien hidup lebih
memuaskan

dan

produktif

dalam

lingkup

kehidupan

pribadi


dan

kemasyarakatannya.
2. Meningkatkan kemampuan adaptasi. Menolong individu belajar menangani situasi
dan tuntutan baru
3. Meningkatkan kecakapan mengambil keputusan. Proses ini membantu klien
memperoleh pemahaman atas kecakapan, minat dan peluang yang terbuka bagi
klien sekaligus segi emosi dan sikap pribadi yang dapat mempengaruhi
pilihan/keputusan yang diambil.
4. Meningkatkan relasi antar pribadi. Konselor bekerjasama dengan klien
meningkatkan kualitas relasi antar pribadi dengan orang lain. Masalah relasi antar
pribadi berupa masalah keluarga, perkawinan atau rekan sebaya. Dalam hal ini
konselor berupaya membantu klien meningkatkan kualitas hidup menjadi lebih
efektif dalam relasi antar pribadi.
5. Memperlancar perwujudan potensi klien. Blocher menyatakan konseling berupaya
memaksimalkan sebesar-besarnya kebebasan individu dalam batasan yang lekat

17
18

Sumardjono Padmomartono, Pengantar ke dalam Psikologi Konseling, (Salatiga: Widya Sari Press, 2004), 7.
Sumardjono Padmomartono, Pengantar ke dalam...., 10-12.

16

dengan pribadi dan lingkungan dan mengelola tanggapan pribadi yang serba
dibatasi oleh tuntutan lingkungan
Dapat disimpulkan bahwa konseling dapat memberdayakan seseorang
(konseli) untuk memahami pengalaman hidupnya dan memahami dirinya sendiri,
selanjutnya seseorang diberdayakan untuk mengambil keputusan-keputusan penting
dalam hidup, meningkatkan potensi diri, mengubah perilaku menjadi baik serta
membangun relasi dengan orang lain dan lingkungan sekitarnya.
Teori Makna Hidup diperkenalkan pertama kali oleh Frankl yang dikenal
dengan nama Logoterapi. Dari tahun 1942-1945, Frankl menjadi tawanan di kamp
konsentrasi Jerman, dimana orang tuanya, saudara laki-lakinya, istri dan anak-anak
anaknya mati. Pengalaman mengerikan di kamp konsentrasi tidak pernah hilang dari
ingatannya, tetapi dia bisa menggunakan kenangan mengerikan itu secara konstruktif
dan tidak mau kenangan itu memudarkan rasa cintanya dan kegairahannya untuk
hidup. Selama tiga tahun menjadi tahanan tentara NAZI , Frankl telah mengalami
sebagai penghuni kamp-kamp Auschwitz, Dachau, Treblinka, dan Maidanek, kampkamp tersebut terkenal sebgai “kamp konsentrasi maut.” Dimana ribuan orang Yahudi
yang tidak bersalah menjadi sasaran utama program pemusnahan yang intensif oleh
Adolf Hitler. Didalam kamp konsentrasi itu Frankl menyaksikan para tahanan disiksa,
diteror, dan dibunuh secara kejam. Dia sendiri mengalami penderitaan yang luar
biasa, didalam keterbatasannya sebagai manusia, frankl turut berusaha meringankan
penderitaan sesama tahanan, baik secara medis maupun psikologis. Dia membesarkan
hati mereka yang putus asa dan membantu menunjukkan hikmah dan makna hidup,
meskipun dalam penderitaan. Frankl juga melakukan pengamatan seksama sebagai
reaksi mental, dan pola perilaku para tahanan serta menghayati pengalaman dan
perasaannya sendiri secara mendalam. Didalam pengamatannya, Frankl melihat

17

bahwa dalam keadaan yang mencekam dan sarat dengan penderitaan, ada sebagian
tahanan yang menunjukkan sikap tabah, bertahan, bahkan berusaha membantu sesama
tahanan. Namun dilain pihak, sebagian besar tahanan mengalami putus asa, apatis dan
kehilangan semangat hidup. Tidak jarang dari mereka melakukan bunuh diri guna
membebaskan diri dari penderitaannya.19
Dari kedua sikap tersebut, frankl melihat bahwa tahanan yang tetap
menunjukkan sikap tabah dan mampu bertahan itu adalah mereka yang berhasil
mengembangkan dalam diri mereka tentang harapan-harapan di mana akan tiba saat
pembebasan dan dapat bertmu kembali dengan anggota keluarganya, serta meyakini
datangnya pertolongan Tuhan dengan berbuat kebajikan, berhasil menemukan dan
mengembangkan makna dari penderitaan mereka. Logos dalam bahasa Yunani
diartikan sebagai “makna”, Logoterapi memfokuskan pada pencarian makna
eksistensi manusia sebagaimana pencarian seseorang untuk makna serupa. Bagi
Logoterapi, perjuangan untuk mendapatkan makna dalam kehidupan merupakan
motivasi utama kekuatan seseorang.20 Logoterapi berusaha membuat seseorang
menyadari secara penuh tanggung jawabnya; dan karenanya harus memberikan
pilihan padanya tentang apa, untuk apa atau untuk siapa dia memahami dirinya untuk
menjadi bertanggung jawab.21 Ada tiga asas utama logoterapi, yakni: pertama , hidup
itu tetap memiliki makna

dalam setiap situasi, bahkan dalam penderitaan dan

kepedihan sekalipun. Kedua , setiap manusia memiliki kebebasan-yang hampir tak
terbatas-untuk menemukan sendiri makna hidupnya, ketiga , setiap manusia memiliki
kemampuan untuk mengambil sikap terhadap penderitaan dan peristiwa tragis yang

19

Victor E. Frankl, Logoterapi..., 1-10.
Victor E. Frankl, Logoterapi..., 109.
21
Victor E. Frankl, Logoterapi..., 124
20

18

tidak dapat dielakkan lagi yang menimpa diri sendiri dan lingkungan sekitar, setelah
upaya mengatasinya telah dilakukan secara optimal tetap tak berhasil.22
Hal ini berarti bahwa dengan logoterapi seseorang diberdayakan untuk
memilih tujuan hidupnya dan selanjutnya dia bertanggung jawab terhadap pilihannya
tersebut dalam segala situasi.
Logoterapi ini kemudian dikembangkan oleh Bastaman, menurut Bastaman
logoterapi menunjukkan bahwa makna hidup dan sumber-sumbernya terdapat dalam
kehidupan itu sendiri, walaupun kenyataannya tidak selalu jelas kelihatan dan lebih
sering tersirat dan tersembunyi di dalamnya. Dan karena makna hidup itu tidak selalu
jelas terlihat, logoterapi menunjukkan cara-cara menemukannya. Selain itu logoterapi
mengungkapkan bahwa manusia mampu untuk menemukan dan mengembangkan
makna hidupnya, sehingga dambaan untuk hidup secara bermakna dan bahagia benarbenar dapat diraih. Bahkan logoterapi mengajukan pendekatan dan berbagai ragam
terapi untuk mengatasi dampak negatif akibat makna hidup tak berhasil ditemukan
dan dikembangkan.23
Logoterapi sebagai teori kepribadian dan terapi praktikal memiliki tujuan agar
setiap pribadi: memahami adanya potensi dan sumber daya rohaniah yang secara
universal ada pada setiap orang terlepas dari ras, agama, dan keyakinan yang dianut;
menyadari bahwa sumber-sumber dan potensi itu sering ditekan, terhambat, dan
diabaikan, bahkan terlupakan; memanfaatkan daya-daya tersebut untuk bangkit
kembali dari penderitaan untuk mampu tegak kokoh menghadapi berbagai kendala,

22
23

H.D. Bastaman, Logoterapi, 37-39.
H.D.Bastaman, Logoterapi..., 44

19

dan secara sadar mengembangkan diri untuk meraih kualitas hidup yang lebih
bermakna.24
Dengan demikian logoterapi memberdayakan seseorang untuk menemukan
sendiri makna hidupnya dengan menyadari potensi yang dimiliki dan kemudian
bangkit dari penderitaan yang sedang dialami dan meningkatkan kualituas hidup yang
lebih bermakna.
Engel memperkenalkan suatu model konseling makna hidup dengan istilah
Logo konseling, yang mana logo konseling didasarkan pada keseimbangan dan akurat
terhadap dirinya, mempunyai nilai diri atau spiritual, menghormati kemampuan diri
tetapi mengakui kelemahannya serta rasa hormat dari dan terhadap orang lain,
sehingga

nilai-nilai

kemanusiaan

seperti

keadilan

dan

kesederajatan

bisa

diwujudkan.25 Model logo konseling adalah program intervensi konseling untuk
memperbaiki permasalahan perkembangan dan dimensi harga diri spiritual yang
rendah, dengan tujuan pribadi setiap individu yang mengalami harga diri spiritual
yang rendah dapat mengidentifikasi kekuatan dan kelemahannya, mengembangkan
keyakinan inti seimbang, mengembangkan asumsi berpikir positif, mengembangkan
harapan yang realistik, mengembangkan evaluasi diri seimbang, mengembangkan
kepercayaan diri, serta memperoleh harga diri spiritual yang rendah dan menemukan
makna hidupnya.26

24

H.D. Bastaman, Logoterapi..., 40.
Jacoob Daan Engel, Nilai Dasar Logo Konseling..., 17.
26
Jacoob Daan Engel, Nilai Dasar..., 82.

25

20

Adapun nilai-nilai diri dalam logo konseling secara filosofis yang dipakai
sebagai ukuran (kadar spiritual) yang mempengaruhi kebutuhan dasar manusia, antara
lain:27
a. kesadaran diri
kesadaran diri adalah pemberdayaan untuk suatu perubahan sikap dan perilaku
sehat.

Pemberdayaan

itu

berhubungan

dengan

pendidikan

yang

dapat

meningkatkan kemampuan menciptakan ide, karya, membuat keputusan, dan
kemampuan untuk mengatasi masalah. Kemampuan untuk mengatasi masalah
membutuhkan kesadaran diri sebagai proses pendidikan dalam rangka melakukan
suatu

perbaikan

dengan

tujuan

meningkatkan

prestasi

(akademik

dan

nonakademik) yang berhubungan dengan pilihan untuk belajar mengendalikan
diri, percaya diri, regulasi dan manajemen diri untuk sukses, dan masa depan serta
mengembangkan kepercayaan diri untuk mempertahankan eksistensi diri,
meningkatkan komunikasi yang produktif, eksplorasi diri, penerimaan sosial
(reputasi diri) dan pola hidup yang yang positif dan konstruktif.
b. Penerimaan diri
Penerimaan diri adalah pengenalan dan pengembangan diri menjadi pribadi yang
utuh, berprestasi, mempunyai kemampuan. Penerimaan diri sebagai kekuatan
spiritual dalam logo konseling meyakinkan setiap orang mengenali diri sendiri
terhadap perilaku, kebiasaan, dan kepribadian, serta kekurangan dirinya sebagai
kekuatan untuk mengatasi masalah hidupnya. penerimaan diri berhubungan
dengan komitmen diri terhadap kemampuan dan prestasi yang dicapai, serta
berani megambil tanggung jawab baik terhadap suatu kegagalan, kesalahan,
maupun kekurangan yang dimiliki.
27

Jacoob Daan Engel, Nilai Dasar..., 18-25

21

c. Ketegasan diri
Ketegasan diri adalah standar pribadi yang mencakup standar bersikap, standar
berbicara, standar dalam mengatur, standar penampilan yang berhubungan dengan
karakter seseorang yang diinginkannya, juga berhubungan dengan tujuan, nilai,
dan prestasi yang ingin dicapai. Ketegasan diri berhubungan dengan kemampuan
memberdayakan spiritual yang ada dalam diri, terkait sejumlah aspirasi, cita-cita,
harapan dan nilai-nilai yang ingin dicapai, dan itulah kekuatan spiritual yang
dimiliki seseorang.
d. Tujuan hidup
Tujuan hidup adalah seperangkat nilai keikatan diri (self commitment), melakukan
berbagai kegiatan nyata yang lebih terarah guna mencapai makna dan tujuan
hidupnya. Tujuan hidup mencerminkan pribadi setiap individu yang mempunyai
harkat dan martabat untuk mencapai makna hidup dan penghargaan atas dirinya
sendiri. Pemaknaan hidup yang berhasil dihayati pribadi setiap individu dengan
memaknai pnderitaan tersebut, merupakan suatu proses pencapaian tujuan hidup
dan penghargaan atas dirinya.
e. Tanggung jawab diri
Tanggung jawab diri adalah nilai-nilai sikap untuk mengembangkan evaluasi diri
seimbang. Nilai-nilai sikap berhubungan dengan kemampuan pribadi setiap
individu melakukan instropeksi diri dalam rangka penyesuaian terhadap
perubahan-perubahan yang inovatif, sehingga terjadi modifikasi sikap dalam diri
pribadi setiap individu.

22

f. Integritas diri
Integritas diri adalah penghargaan dan nilai diri yang berhubungan dengan
kepribadian, cara pribadi setiap individu memandang dirinya memiliki dampak
terhadap perkembangan psikologisnya.
Dimensi spiritual merupakan indikator nilai-nilai dari pribadi setiap individu
mengeksplorasi tiga hal mengenai: pertama , apa yang dapat pribadi setiap individu
berikan kepada dunia, melalui potensi dirinya tentang kemampuannya melakukan
pemisahan diri dan membuat jarak dengan fenomena masalah yang dialaminya;
kedua, apa yang dapat pribadi setiap individu terima dari dunia, melalui aktivitas

dirinya untuk membantu dirinya memahami pengalaman psikologis, sosiologis, dan
spiritualnya dari perspektif dan pengalaman orang lain dalam rangka transendensi
diri; ketiga, kesadaran untuk mengubah sikap pribadi setiap individu terhadap
keadaan yang akan berubah, melalui evaluasi diri untuk penysuaian, instropeksi diri,
dan penerimaan nilai-nilai baru yang inovatif dalam rangka pnemuan makna.28
Dapat disimpulkan bahwa logo konseling merupakan suatu model konseling
bagi orang yang memiliki dimensi harga diri spiritual yang rendah seperti yang
dialami warga binaan perempuan untuk diberdayakan menemukan makna hidupnya
yang diukur dari kesadaran diri, penerimaan diri, ketegasan diri, tujuan hidup,
tanggung jawab diri dan integritas orang tersebut.

28

Jacoob Daan Engel, Nilai Dasar..., 27

23

2.2.1. Langkah-langkah konseling makna hidup
Menurut Bastaman ada empat tahapan dalam melakukan konseling makna
hidup, yaitu:29
a. Tahap perkenalan dan pembinaan rapport. Diawali dengan menciptakan
suasan nyaman untuk konsultasi dengan membina rapport yang makin lama
makin membuka peluang untuk sebuah encounter . Inti sebuah encounter
adalah pengharapan pada sesama manusia, ketulusan hati, dan pelayanan.
Percakapan dalam tahap ini tak jarang memberikan efek terapi bagi klien.
b. Tahap pengungkapan dan penjajakan masalah, konselor mulai membuka
dialog mengenai masalah yang dihadapi klien. Berbeda dengan konseling lain
yang cenderung membiarkan klien “sepuasnya” mengungkapkan masalahnya,
dalam logoterapi klien sejak awal diarahkan untuk menghadapi masalah itu
sebagai kenyataan.
c. Tahap pembahasan bersama, konselor dan klien bersama-sama membahas dan
menyamakan persepsi atas masalah yang dihadapi. Tujuannya untuk
menemukan arti hidup sekalipun dalam penderitaan.
d. Tahap evaluasi dan penyimpulan, mencoba memberi interpretasi atas
informasi yang diperoleh sebagai bahan untuk tahap selanjutnya, yaitu
perubahan sikap dan perilaku klien. Pada tahap ini tercakup modifikasi sikap,
orientasi terhadap makna hidup, penemuan dan pemenuhan makna, dan
pengurangan simptom.
Dalam pelaksanaan intervensi logo konseling menurut Engel Konselor memiliki
peran sebagai berikut:30

29

H.D. Bastaman, Logoterapi..., 137-140.

24

a. Konselor membantu konseli menyingkapkan masalah low spiritual self-esteem
yang mereka alami. Teknik dan pendekatan yang dipakai adalah eksplorasi diri
(self-exploration). Media yang dipakai adalah kertas kerja (work sheet) dan diari
(diary). Tujuannya adalah mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan konseli.
Sasarannya adalah mengembangkan kesadaran diri konseli.
b. Konselor membantu konseli mengembangkan kekuatan untuk mengelola
kelemahan. Teknik dan pendekatan yang dipakai adalah penerimaan diri (selfacceptemce). Media yang dipakai adalah daftar kekuatan dan kelemahan.

Sasarannya adalah penerimaan diri klien. Tujuannya adalah klien dapat
mengembangkan keyakinan inti seimbang.
c. Konselor membantu konseli mengembangkan asumsi berpikir positif untuk
ketegasan dirinya. Teknik yang dipakai adalah intensi paradoksial, sedangkan
pendekatannya adalah pemisahan diri (self-detachment). Media yang dipakai
adalah eksperimen dengan bias harapan. Sasarannya adalah ketegasan diri konseli.
tujuannya adalah konseli dapat mengembangkan asumsi berpikir positif.
d. Konselor membantu konseli memanfaatkan dan memberdayakan sumber daya
batinnya. Teknik yang dipakai adalah de-refleksi, sedangkan pendekatannya
adalah transendensi diri ( self trancendence). Media yang dipakai adalah jurnal
kegiatan. Sasarannya adalah pencapaian tujuan hidup. Tujuannya adalah konseli
dapat mengembangkan harapan yang realistis.
e. Konselor membantu klien mengubah penderitaan dan rasa berslah. Teknik dan
pendekatan yang dipakai adalah modifikasi sikap. Media yang dipakai adalah diari
pikiran untuk evaluasi diri negatif. Sasarannya adalah tanggung jawab diri konseli.
tujuannya adalah konseli dapat mengembangkan evaluasi diri seimbang.
30

Jacoob D. Engel, Model Logo Konseling untuk Memperbaiki Low Spiritual Self-Esteem, (Yogyakarta: PT
Kanisius,2014), 30-31.

25

f. Konselor membantu konseli mengakses kemampuan dan kepercayaan dirinya.
Teknik yang dipakai adalah dialog sokrates, sedangkan pendekatannya adalah
kesadaran diri (self awareness). Media yang dipakai adalah daftar kepercayaan
diri. Sasarannya adalah pencapaian integritas diri. Tujuannya adalah konseli dapat
mengembangkan kepercayaan dirinya.
g. Konselor membantu konseli memperoleh healthy spiritual self-esteem dan
menemukan makna hidup. Teknik yang dipakai adalah realisasi makna, sedangkan
pendekatannya adalah penemuan makna. Sasarannya adalah potensi diri, aktivitas
diri, dan evaluasi diri positif. Tujuannya adalah konseli memperoleh healthy
spiritual esteem dan menemukan makna hidup.

2.3 Pelayanan Konseling Pastoral di Lembaga Pemasyarakatan
Berdasarkan Undang-Undang Pemasyarakatan tahun 1917 Pasal 1 ayat 3,
dijelaskan bahwa Lembaga Pemasyarakatan yang selanjutnya disebut Lapas adalah
tempat untuk melaksanakan pembinaan napi dan anak didik pemasyarakatan, ayat 5
dijelaskan Warga Binaan Pemasyarakatan adalah napi dan anak didik pemasyarakatan
dan klien pemasyarakan, ayat 7 dijelaskan Narapidana adalah terpidana yang
menjalankan pidana hilang kemerdekaan di Lapas.31
Menurut Sproul nasib Narapidana atau Warga Binaan sebagai tahanan adalah
suatu perkara yang tidak menarik minat kita, sebab kita lebih suka menutup diri
dengan ketidaktahuan. Sudah cukup banyak masalah kita dalam menghadapi
penderitaan dan kemalangan orang-orang yang bukan penjahat yang berseru minta
belas kasihan kita, tak perlu kita tambah dengan memikirkan orang-orang yang telah
melakukan tindak kejahatan keji terhadap masyarakat. Namun, penjahat tetaplah
31

Kelompok Kerja Pelayanan Lembaga Permasyarakatan, Memperkuat Pelayanan..., 37.

26

manusia dan hak mereka atas martabat manusiawi tidak terhapus karena
kejahatannya.32
Jadi, warga binaan merupakan orang-orang yang kebebasannya dicabut karena
melakukan suatu tindakan yang melanggar hukum, dimana oleh masyarakat seringkali
warga binaan dipandang sebagai orang-orang berdosa yang tidak perlu untuk
dipedulikan, tetapi sebenarnya sebagai manusia arga binaan tetap memiliki nilai.
Adapun realitas di dalam penjara yang coba digambarkan Sproul, yaitu suasana
yang suram dan dingin, bahasa yang keras, pintu berlapis baja, orang-orang yang
keras, suasana yang kumuh, anggaran yang terbatas, rutinitas yang membosankan dan
juga audiens yang bersikap bermusuhan.33 Fakta lain yang ada di dalam penjara pada
umumnya adalah : perbedaan besar dalam hukuman, ada perbedaan besar dalam
hukuman yang dijatuhkan pada orang orang yang dihukum untuk kejahatan yang
sama, di samping itu juga adanya hukuman tersembunyi yang bukan merupakan
bagian resmi dari hukuman yang dijatuhkan oleh sidang pengadilan; pemerkosaan
homoseksual, pemerkosaan bukan masalah yang kadang-kadang muncul, tetapi terjadi
begitu marak sehingga orang yang ditempatkan di penjara dengan sekuritas maksimal
hampir

dapat

dipastikan

akan

mengalaminya;

pemeriksaan

bugil,

proses

penghancuran martabat seorang tahanan dimulai sejak saat ia tiba di Lembaga
Pemasyarakatan (LP). Setelah dikawal melalui beberapa pintu baja dan urusan
menyelesaikan pendaftaran, ia kemudian harus melepaskan pakaiannya saat
pemeriksaan untuk mencegah kemungkinan ia menyelundupkan barang-barang ke
dalam penjara.34

32

R.C. Sproul, Mendambakan Makna..., 174.
R.C. Sproul, Mendambakan Makna...,175-177.
34
R.C. Sproul, Mendambakan Makna..., 180-182.
33

27

Penghancuran martabat yang dialami warga binaan di dalam penjara ditambah
dengan citra buruk oleh masyarakat terhadap dirinya menunjukkan beratnya situasi
yang harus dihadapi oleh warga binaan dalam proses penemuan makna hidup yang
positif.
Pelayanan di lembaga pemasyarakatan (LP) adalah satu bagian khusus dari
pelayanan gereja terhadap manusia, yang kepadanya kasih Allah disampaikan.35
Harapan Warga Binaan yang pertama dan seterusnya berdasarkan situasi mereka
sekarang menghendaki pendeta penjara untuk mengurangi tekanan akibat dari
hukuman, menolong untuk memelihara hubungan-hubungan, membuat kontak dengan
dunia luar, memprakarsai aktivitas kelompok dalam penjara, berjuang melawan
ketidakadilan sehari-hari dan ketidakberuntungan, membuka kesempatan-kesempatan
untuk memulai hidup baru. Tentu saja, para warga binaan juga mencoba untuk
memperoleh kesenangan khusus dari pendeta penjara dengan maksud untuk
meringankan beban mereka sebagai tahanan. Di balik keinginan mereka,
bagaimanapun selalu ada harapan yang tersembunyi bahwa mereka akan menemukan
arti dan tujuan hidup, sementara itu juga belajar untuk merenungkan masa lalunya.36
Pada umumnya pendeta penjara diharapkan terutama menciptakan suasana yang lebih
santai dalam penjara (misalnya: memberikan perhatian khusus pada kesulitan para
tahanan di mana para pegawai tidak dapat menolong). Di lain pihak ternyata sebagai
pelayan pastoral, para pendeta penjara tidak diizinkan untuk memberikan informasi,
khususnya mencoba menolong masalah para napi dan terlibat dalam kasus-kasus

35

N. Manihuruk & J.R. Hutauruk, Ketika Aku dalam Penjara Pelayanan Perdamaian di Lembaga
Pemasyarakatan, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1997), 65.
36
N, Manihuruk & J.R. Hutauruk, Ketika Aku..., 60.

28

perselisihan yang sering mengakibatkan kesalahpahaman dan kesulitan-kesulitan yang
dapat menghancurkan keyakinan dari sebagian pegawai penjara.37
Pegawai penjara mengharapkan para pendeta penjara menjadi bagian dari pekerja
dan memperlakukan mereka secara layak. Mereka berharap memperoleh simpati atas
posisi mereka dan bersedia untuk berbicara dengan mereka tentang problema dan
kesulitan-kesulitan mereka dalam pekerjaan.
Beberapa hal penting berkaitan dengan tugas pendeta penjara:38
a. Pendeta penjara merupakan agen-agen yang bebas, karena dapat mendekati keduaduanya, para tahanan dan pegawai penjara, untuk tingkatan yang luas
sebagaimana manusia biasa. Dengan memberikan kesempatan kepada orang-orang
menjadi dirinya sendiri: untuk tertawa dan menangis, bersumpah dan berdoa,
berpikir, berbicara, bermimpi, bereaksi, semuanya tnpa dicatat dan mmpunyai
konsekuensi-konsekuensi, sebagaimana kasus ini dalam “keseluruhan lembaga ini.
b. Hampir tidak ada orang lain dalam penjara yang dapat menciptakan rasa
kebersamaan seperti pndeta penjara: kebersamaan di antara para napi, antara napi
dengan pegawai penjara dan juga dengan orang-orang yang berada di luar tembok
penjara, sehingga pekerjaan mereka dapat menolong untuk mempromosikan,
saling pengertian, mengurangi ketegangan dan pertentangan serta menciptakan
perdamaian.
c. Pendeta penjara dapat menolong para tahanan yang mendapat perlakuan khusus
dalam penjara seperti: teroris, orang-orang asing, mereka yang terinfeksi AIDS...
sehingga mereka dapat mmperlihatkan kepada orang-orang yang telah ditolak dan
menekankan bahwa mereka berharga dan diterima sebagai manusia seutuhnya.
37

N. Manihuruk & J.R. Hutauruk, Ketika Aku..., 60-61.
N. Manihuruk & J.R. Hutauruk, Ketika aku...,62-64.

38

29

Pendeta penjara dapat menolong mereka untuk memproleh keyakinan baru,
meskipun mereka tidak mempunyai kesempatan menurut standar undang-undang.
d. Para pendeta penjara dapat berlaku sebagai mitra kristis bagi mereka yang bekerja
dalam sistem penjara, menanyakan pertanyaan-pertanyaan tentang gambaran
mereka sebagai manusia dan nilai serta keterbatasan dari perbuatan-perbuatan dan
kata-kata mereka.
e. Para pendeta penjara tidak bertanggung jawab secara politik terhadap sistem
perundang-undangan dan karena itu dapat menganjutkan perubahan-perubahan di
dalamnya agar lebih baik lagi, tanpa merasa dibebani oleh tekanan untuk
mensukseskan tujuan politis. Mereka terutama telah ditempatkan dengan baik
untuk melakukan ini, karena mereka umumnya tidak berada diantara para
pembuat keputusan, di antara sistem dan karena itu tidak terus menerus dipaksa
untuk mengadili narapidana (warga binaan).
f. Para pendeta penjara dapat mengingatkan gereja setempat dan umum
(masyarakat) tentang tanggung jawab bersama terhadap para tahanan dan pegawai
serta keluarga mereka.
Soemardhi di dalam Pokja PLP-PGI menegaskan bahwa pelayan-pelayan
Tuhan dalam melayani harap memperhatikan bahwa warga binaan adalah manusia
biasa, warga negara biasa seperti pelayan-pelayan juga. Ia menjadi warga binaan tidak
sepenuhnya karena ia melanggar hukum, akan tetapi karena suatu pelanggaran yang
tidak sengaja (mungkin) sehingga masuk Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah
Tahanan. Oleh karena itu perlakukanlah mereka sebagai manusia biasa yang perlu kita
hormati penuh harkat dan martabatnya, kita hargai sebagai layaknya manusia biasa.39

39

Kelompok Kerja Pelayanan Lembaga Pemasyarakatan, Memperkuat pelayanan..., 114-115.

30

Dapat disimpulkan bahwa warga binaan adalah orang-orang yang melalui pengadilan
dinyatakan bersalah sehingga kehilangan kebebasannya dan harus dibina untuk diberdayakan
menjadi manusia yang lebih baik dan berguna serta memiliki makna yang positif dalam
hidup. Oleh karena itu warga binaan perlu mendapatkan perhatian dan pertolongan dari
berbagai pihak serta dihargai sebagai manusia yang tetap memiliki nilai.

31

Dokumen yang terkait

PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PEMBINAAN KETERAMPILAN WARGA BINAAN PEREMPUAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS II A IROGUNAN YOGYAKARTA.

0 0 195

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perempuan Rentenir dari Perspektif Konseling Feminis T2 752014024 BAB II

0 0 33

PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PEMBINAAN WARGA BINAAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS II A WIROGUNAN YOGYAKARTA.

0 3 183

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kajian Konseling Makna Hidup terhadap Pemberdayaan Warga Binaan Perempuan di LP Wanita Klas III Kupang

0 0 11

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kajian Konseling Makna Hidup terhadap Pemberdayaan Warga Binaan Perempuan di LP Wanita Klas III Kupang T2 752015004 BAB V

0 0 3

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kajian Konseling Makna Hidup terhadap Pemberdayaan Warga Binaan Perempuan di LP Wanita Klas III Kupang T2 752015004 BAB IV

0 0 18

T2 752015004 BAB III

0 3 32

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kajian Konseling Makna Hidup terhadap Pemberdayaan Warga Binaan Perempuan di LP Wanita Klas III Kupang T2 752015004 BAB I

0 0 9

T2__BAB III Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Konsistensi Pengaturan Hak Kesehatan Reproduksi Perempuan terhadap HAM di Indonesia T2 BAB III

0 1 23

T2__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Konsistensi Pengaturan Hak Kesehatan Reproduksi Perempuan terhadap HAM di Indonesia T2 BAB II

0 1 39