Penentuan Aktivitas Enzim Papain Sebelum dan Sesudah Mikrokapsul Dari Hasil Isolasi Getah Pepaya Muda (Carica papaya L)
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Enzim merupakan unit fungsional dari metabolisme sel. Bekerja dengan uruturutan yang teratur, enzim mengkatalisis ratusan reaksi bertahap yang
menguraikan molekul nutrien, reaksi yang menyimpan dan mengubah energi
kimiawi, dan yang membuat makromolekul sel dari prekursor sederhana. Di
antara sejumlah enzim yang berpartisipasi di dalam metabolisme, terdapat
sekelompok khusus yang dikenal sebagai enzim pengatur, yang dapat mengenali
berbagai isyarat metabolik dan mengubah kecepatan katalitiknya sesuai dengan
isyarat yang diterima. Melalui aktivitasnya, sistem enzim terkoordinasi dengan
baik, menghasilkan suatu hubungan yang harmonis di antara sejumlah aktivitas
metabolik yang berbeda, yang diperlukan untuk menunjang kehidupan. Semua
enzim murni yang telah diamati sampai saat ini adalah protein dan aktivitas
katalitiknya bergantung kepada integritas strukturnya sebagai protein. (Lehninger,
1982)
Pepaya merupakan tanaman yang banyak dibudidayakan di Indonesia.
Masyarakat Indonesia biasa menanam tanaman ini di pekarangan atau di tegalan.
Namun, pada umumnya masyarakat menanam tanaman ini hanya sebatas
digunakan untuk memenuhi kebutuhan sayur atau buah dalam rumah tangga.
Batang, daun, dan buah pepaya muda mengandung getah berwarna putih. Getah
tersebut merupakan sumber enzim papain, yaitu suatu enzim proteolitik (pemecah
protein). Getah ini dapat digunakan sebagai pengempuk daging (meat tenderizer),
yaitu untuk memecah serat-serat daging yang alot menjadi empuk. Selain itu,
papain juga digunakan pada industri minuman (sebagai penjernih bir dan anggur),
industri farmasi, industri kosmetik, industri tekstil dan kulit (sebagai penyamak),
serta sebagai pembersih limbah (Muktiani, 2011)
Universitas Sumatera Utara
Enzim papain dapat diisolasi dari getah tanaman pepaya (Carica papaya
L) yang terdapat pada daun, batang dan buah yang masih muda. Enzim papain
mulai dikenal sejak tahun 1750 ketika Griffith Mugles melaporkan bahwa getah
yang diperoleh dari pepaya merupakan protein yang bersifat mencerna. Wurtz dan
Bonchurt pertama kali meneliti segi kimia papain pada tahun 1879 dan
melaporkan bahwa papain dalam getah pepaya merupakan suatu enzim
proteolitik. Dalam industri makanan dan minuman papain digunakan untuk
pelunak daging, stabilizer dalam pembuatan jelly, pengental dalam pembuatan
sirup dari sari buah dan penggumpal susu dalam pembuatan keju. Dalam bidang
kefarmasian papain digunakan sebagai pelancar pencernaan dan mengurangi
penggumpalan darah sebelum operasi. Papain juga digunakan dalam proses
memperoleh kembali perak dari film yang sudah tidak terpakai (Sebayang, 2006
dalam Sutoyo, 2015)
Teknik imobilisasi dengan metode penjebakan dalam mikrokapsul
memiliki keunggulan dari teknik imobilisasi yaitu dapat meningkatkan
produktivitas volumetrik, meningkatkan konsentrasi produk dalam proses
fermentasi, mampu menurunkan konsentrasi substrat (Goksungur et al, 2011
dalam Huda, 2014)
Imobilisasi enzim adalah suatu proses di mana pergerakan molekul enzim
ditahan pada tempat tertentu dalam suatu ruang (rongga) reaksi kimia yang
dikatalisisnya. Proses ini dapat dilakukan dengan cara mengikatkan molekul
enzim tersebut pada suatu bahan tertentu melalui pengikatan kimia atau dengan
menahan secara fisik dalam suatu ruang (rongga) bahan pendukung atau dengan
cara gabungan dari kedua cara tersebut. Dalam penelitian ini hanya
menitikberatkan pada isolasi enzim papain dari getah pepaya muda (Carica
papaya L), karakteristik enzim terhadap parameter aktivitas, pH, suhu optimum,
stabilitasserta imobilisasi enzim menggunakan kappa karagenan (k - karagenan)
sebagai matriks polimer. (Sebayang, 2006)
Universitas Sumatera Utara
Sutoyo, (2015) telah melakukan penelitian tentang Isolasi Enzim Papain
Dari Getah Pepaya Muda (Carica papaya L) Serta Aplikasinya Sebagai
Penggumpal Dalam Pembuatan Keju Dari Susu Sapi. Dimana hasilnya
menunjukkan bahwa terjadi peningkatan aktivitas enzim papain sebelum dan
sesudah pemurnian dengan menggunakan amonium sulfat dimana nilai aktivitas
enzim papain paling tinggi diperoleh dari penambahan amonium sulfat 60% yaitu
sebesar 310,55 MCU dibandingkan dengan aktivitas enzim papain tanpa
pemurnian yang hanya 122,69 MCU.
Harlim, (2010) telah melakukan penelitian tentang Studi Penentuan
Aktivitas Crude Enzim Papain Dalam Mikrokapsul Ca Alginat-Kitosan. Dimana
hasilnya menunjukkan bahwa temperatur optimum dari crude enzim papain adalah
55oC dan pH optimum adalah 7 dengan aktivitas sebesar 92,807 µg/mL sedangkan
temperatur optimum mikrokapsul crude enzim papain adalah 60oC dan pH
optimum adalah 7 dengan aktivitas 114,983 µg/mL. Mikrokapsul crude enzim
papain dengan matriks pembungkus Ca Alginat dan Kitosan dapat digunakan
sebanyak 8 (delapan) kali secara berulang dimana pada suhu penyimpanan 25oC
masih menunjukkan aktivitas sebesar 26% sedangkan pada suhu 10oC
menunjukkan aktivitas sebesar 28%.
Sebayang, (2006) telah melakukan penelitian tentang Pengujian Stabilitas
Enzim Bromelin yang Diisolasi Dari Bonggol Nenas Serta Imobilisasi
Menggunakan Kappa Karagenan. Dimana hasilnya menunjukkan bahwa dari
proses isolasi enzim bromelin dari bonggol nenas diperoleh aktivitas enzim
sebesar 107,80 unit/mL pada kondisi pH 7,5, suhu 55oC dengan lama inkubasi 15
menit. Dari proses imobilisasi enzim bromelin dengan menggunakan k-karagenan
sebagai matriks polimer diperoleh aktivitas enzim 106,12 unit/mL pada kondisi
pH 7,5, suhu 60oC dengan lama inkubasi 15 menit.
Berdasarkan hal tersebut, peneliti ingin mengimobilisasi enzim papain
dalam mikrokapsul kappa karagenan (k-karagenan) serta menguji stabilitasnya
supaya dapat digunakan pada industri.
Universitas Sumatera Utara
1.2 Perumusan Masalah
1. Apakah enzim papain dapat diisolasi dari getah pepaya dan bagaimana
cara memurnikannya?
2. Berapakah aktivitas enzim papain dan mikrokapsul enzim papain pada pH
dan Suhu Optimum?
3. Apakah enzim papain dan mikrokapsul enzim papain dapat digunakan
secara berulang pada suhu penyimpanan 25°C dan 10°C serta berapakah
perbedaan aktivitas yang terjadi?
1.3 Pembatasan Masalah
1. Enzim papain diperoleh dengan cara diisolasi dari getah pepaya muda
2. Pemurnian enzim papain dilakukan dengan metode pengendapan dengan
garam amonium sulfat dan membran dialisa
3. Kejenuhan amonium sulfat yang digunakan adalah 40%, 50%, 60%, 70%
dan 80% (b/v)
4. Substrat yang digunakan berupa kasein
5. Penentuan aktivitas enzim papain dengan mengukur suhu (40°C, 45°C,
50°C, 55°C, 60°C, 65°C, 70°C) dan pH (6; 6,5; 7; 7,5; 8)
6. Penentuan kurva standard tyrosin dengan konsentrasi (10, 20, 30, 40, 50,
60, 70, 80 dan 90 mg/L)
7. Peningkatan aktivitas enzim papain dilakukan dengan cara imobilisasi
menggunakan kappa karagenan (k-karagenan)
1.4 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui enzim papain dapat diisolasi dari getah pepaya dan cara
memurnikannya
2. Untuk mengetahui aktivitas enzim papain dan mikrokapsul enzim papain
pada pH dan Suhu Optimum
3. Untuk mengetahui stabilitas enzim papain dan mikrokapsul enzim papain
pada suhu penyimpanan 25°C dan 10°C serta perbedaan aktivitas yang
terjadi
Universitas Sumatera Utara
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah enzim papain yang diisolasi dari
getah pepaya muda dapat diimobilisasi dengan kappa karagenan dan dapat
digunakan secara berulang-ulang.
1.6 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biokimia/Kimia Bahan Makanan
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, dan di Laboratorium Penelitian
Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.
1.7 Metodologi Penelitian
Penelitian ini merupakan suatu eksperimen laboratorium. Buah pepaya disadap
dengan pisau pada kulit buah mulai dari pangkal menuju ujung buah. Penyadapan
dilakukan pada pagi hari antara jam 5.00-8.00 WIB. Lima puluh gram getah
pepaya selanjutnya dicampur dengan larutan 0,7% v/v Na2S2O5 sebanyak empat
kali jumlah getah. Diaduk sampai rata lalu dikeringkan dalam oven pada suhu
50oC, untuk produksi papain tanpa pemurnian. Untuk produksi papain dengan
pemurnian campuran larutan getah pepaya yang telah diaduk sampai rata
ditambahkan 100 mL buffer fosfat pH 7. Campuran tersebut dibiarkan selama 1
jam dalam lemari es kemudian disentrifugasi pada kecepatan 4000 rpm selama 30
menit. Supernatan yang diperoleh ditambahkan amonium sulfat pada variasi
persen kejenuhan (40%, 50%, 60%, 70% dan 80% b/v). Didiamkan selama 24 jam
dalam lemari es hingga terbentuk endapan kemudian endapan diambil melalui
sentrifugasi dan disimpan kembali kedalam lemari es.
Endapan didialisis dengan melarutkannya dalam buffer fosfat pH 7, pada
kantong selofan yang diikat dan direndam dalam larutan buffer. Diaduk dengan
stirrer selama 8 jam dan setiap jam larutan dialisis diganti. Larutan dialisis diuji
dengan BaCl2 untuk memastikan garam sulfat dan pengotor-pengotor lainnya telah
keluar dari larutan enzim. Enzim yang telah selesai didialisis kemudian
dimasukkan kedalam oven pada suhu 50oC hingga kering.
Universitas Sumatera Utara
Enzim papain diimobilisasi dengan menggunakan bahan pendukung kappa
karagenan (k–karagenan). Imobilisasi enzim papain dilakukan dengan cara yaitu
sebanyak 20 mL enzim papain papain dimasukkan kedalam gelas beaker dan
ditambahkan 5 mL larutan NaCl 0,85%. Diaduk pelan-pelan dan biarkan selama 3
menit pada suhu 37oC. Kemudian dimasukkan 3,5 gram kappa karagenan kedalam
gelas beaker dan ditambahkan 80 ml larutan NaCl 0, 85%. Dipanaskan sampai
suhu 80oC sambil diaduk hingga larut sempurna, lalu dibiarkan hingga suhu 55oC.
Dicampurkan kedua larutan tersebut sampai homogen, dibiarkan dingin pada suhu
kamar selama 10 menit dan suhu 10oC selama 30 menit sampai terbentukgel.
Untuk menambah kekerasan gel direndam dalam larutan KCl 0,3 M dingin selama
24 jam pada suhu 4oC. Selanjutnya gel dipotong-potong dengan ukuran 3x3x3
mm. Gel yang sudah dipotong-potong dicuci dengan air aquadest. Pengujian
aktivitas dari enzim papain dan mikrokapsul enzim papain dilakukan dengan
metode Murachi yaitu dengan memvariasikan temperatur dan pH serta dilakukan
pengujian stabilitas dari pemakaian mikrokapsul enzim papain secara berulang
yang disimpan pada temperatur 25oC dan 10oC. Sedangkan pengujian sisa enzim
papain yang tidak terkapsulkan ditentukan dengan metode biuret.
Adapaun variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1.
Variabel bebas: persen kejenuhan amonium sulfat yaitu 40%, 50%, 60%,
70% dan 80%
2.
Variabel terikat : uji aktivitas proteolitik dan protein
3.
Variabel tetap : suhu, pH, sentrifugasi, waktu dialisis dan inkubasi
Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Enzim merupakan unit fungsional dari metabolisme sel. Bekerja dengan uruturutan yang teratur, enzim mengkatalisis ratusan reaksi bertahap yang
menguraikan molekul nutrien, reaksi yang menyimpan dan mengubah energi
kimiawi, dan yang membuat makromolekul sel dari prekursor sederhana. Di
antara sejumlah enzim yang berpartisipasi di dalam metabolisme, terdapat
sekelompok khusus yang dikenal sebagai enzim pengatur, yang dapat mengenali
berbagai isyarat metabolik dan mengubah kecepatan katalitiknya sesuai dengan
isyarat yang diterima. Melalui aktivitasnya, sistem enzim terkoordinasi dengan
baik, menghasilkan suatu hubungan yang harmonis di antara sejumlah aktivitas
metabolik yang berbeda, yang diperlukan untuk menunjang kehidupan. Semua
enzim murni yang telah diamati sampai saat ini adalah protein dan aktivitas
katalitiknya bergantung kepada integritas strukturnya sebagai protein. (Lehninger,
1982)
Pepaya merupakan tanaman yang banyak dibudidayakan di Indonesia.
Masyarakat Indonesia biasa menanam tanaman ini di pekarangan atau di tegalan.
Namun, pada umumnya masyarakat menanam tanaman ini hanya sebatas
digunakan untuk memenuhi kebutuhan sayur atau buah dalam rumah tangga.
Batang, daun, dan buah pepaya muda mengandung getah berwarna putih. Getah
tersebut merupakan sumber enzim papain, yaitu suatu enzim proteolitik (pemecah
protein). Getah ini dapat digunakan sebagai pengempuk daging (meat tenderizer),
yaitu untuk memecah serat-serat daging yang alot menjadi empuk. Selain itu,
papain juga digunakan pada industri minuman (sebagai penjernih bir dan anggur),
industri farmasi, industri kosmetik, industri tekstil dan kulit (sebagai penyamak),
serta sebagai pembersih limbah (Muktiani, 2011)
Universitas Sumatera Utara
Enzim papain dapat diisolasi dari getah tanaman pepaya (Carica papaya
L) yang terdapat pada daun, batang dan buah yang masih muda. Enzim papain
mulai dikenal sejak tahun 1750 ketika Griffith Mugles melaporkan bahwa getah
yang diperoleh dari pepaya merupakan protein yang bersifat mencerna. Wurtz dan
Bonchurt pertama kali meneliti segi kimia papain pada tahun 1879 dan
melaporkan bahwa papain dalam getah pepaya merupakan suatu enzim
proteolitik. Dalam industri makanan dan minuman papain digunakan untuk
pelunak daging, stabilizer dalam pembuatan jelly, pengental dalam pembuatan
sirup dari sari buah dan penggumpal susu dalam pembuatan keju. Dalam bidang
kefarmasian papain digunakan sebagai pelancar pencernaan dan mengurangi
penggumpalan darah sebelum operasi. Papain juga digunakan dalam proses
memperoleh kembali perak dari film yang sudah tidak terpakai (Sebayang, 2006
dalam Sutoyo, 2015)
Teknik imobilisasi dengan metode penjebakan dalam mikrokapsul
memiliki keunggulan dari teknik imobilisasi yaitu dapat meningkatkan
produktivitas volumetrik, meningkatkan konsentrasi produk dalam proses
fermentasi, mampu menurunkan konsentrasi substrat (Goksungur et al, 2011
dalam Huda, 2014)
Imobilisasi enzim adalah suatu proses di mana pergerakan molekul enzim
ditahan pada tempat tertentu dalam suatu ruang (rongga) reaksi kimia yang
dikatalisisnya. Proses ini dapat dilakukan dengan cara mengikatkan molekul
enzim tersebut pada suatu bahan tertentu melalui pengikatan kimia atau dengan
menahan secara fisik dalam suatu ruang (rongga) bahan pendukung atau dengan
cara gabungan dari kedua cara tersebut. Dalam penelitian ini hanya
menitikberatkan pada isolasi enzim papain dari getah pepaya muda (Carica
papaya L), karakteristik enzim terhadap parameter aktivitas, pH, suhu optimum,
stabilitasserta imobilisasi enzim menggunakan kappa karagenan (k - karagenan)
sebagai matriks polimer. (Sebayang, 2006)
Universitas Sumatera Utara
Sutoyo, (2015) telah melakukan penelitian tentang Isolasi Enzim Papain
Dari Getah Pepaya Muda (Carica papaya L) Serta Aplikasinya Sebagai
Penggumpal Dalam Pembuatan Keju Dari Susu Sapi. Dimana hasilnya
menunjukkan bahwa terjadi peningkatan aktivitas enzim papain sebelum dan
sesudah pemurnian dengan menggunakan amonium sulfat dimana nilai aktivitas
enzim papain paling tinggi diperoleh dari penambahan amonium sulfat 60% yaitu
sebesar 310,55 MCU dibandingkan dengan aktivitas enzim papain tanpa
pemurnian yang hanya 122,69 MCU.
Harlim, (2010) telah melakukan penelitian tentang Studi Penentuan
Aktivitas Crude Enzim Papain Dalam Mikrokapsul Ca Alginat-Kitosan. Dimana
hasilnya menunjukkan bahwa temperatur optimum dari crude enzim papain adalah
55oC dan pH optimum adalah 7 dengan aktivitas sebesar 92,807 µg/mL sedangkan
temperatur optimum mikrokapsul crude enzim papain adalah 60oC dan pH
optimum adalah 7 dengan aktivitas 114,983 µg/mL. Mikrokapsul crude enzim
papain dengan matriks pembungkus Ca Alginat dan Kitosan dapat digunakan
sebanyak 8 (delapan) kali secara berulang dimana pada suhu penyimpanan 25oC
masih menunjukkan aktivitas sebesar 26% sedangkan pada suhu 10oC
menunjukkan aktivitas sebesar 28%.
Sebayang, (2006) telah melakukan penelitian tentang Pengujian Stabilitas
Enzim Bromelin yang Diisolasi Dari Bonggol Nenas Serta Imobilisasi
Menggunakan Kappa Karagenan. Dimana hasilnya menunjukkan bahwa dari
proses isolasi enzim bromelin dari bonggol nenas diperoleh aktivitas enzim
sebesar 107,80 unit/mL pada kondisi pH 7,5, suhu 55oC dengan lama inkubasi 15
menit. Dari proses imobilisasi enzim bromelin dengan menggunakan k-karagenan
sebagai matriks polimer diperoleh aktivitas enzim 106,12 unit/mL pada kondisi
pH 7,5, suhu 60oC dengan lama inkubasi 15 menit.
Berdasarkan hal tersebut, peneliti ingin mengimobilisasi enzim papain
dalam mikrokapsul kappa karagenan (k-karagenan) serta menguji stabilitasnya
supaya dapat digunakan pada industri.
Universitas Sumatera Utara
1.2 Perumusan Masalah
1. Apakah enzim papain dapat diisolasi dari getah pepaya dan bagaimana
cara memurnikannya?
2. Berapakah aktivitas enzim papain dan mikrokapsul enzim papain pada pH
dan Suhu Optimum?
3. Apakah enzim papain dan mikrokapsul enzim papain dapat digunakan
secara berulang pada suhu penyimpanan 25°C dan 10°C serta berapakah
perbedaan aktivitas yang terjadi?
1.3 Pembatasan Masalah
1. Enzim papain diperoleh dengan cara diisolasi dari getah pepaya muda
2. Pemurnian enzim papain dilakukan dengan metode pengendapan dengan
garam amonium sulfat dan membran dialisa
3. Kejenuhan amonium sulfat yang digunakan adalah 40%, 50%, 60%, 70%
dan 80% (b/v)
4. Substrat yang digunakan berupa kasein
5. Penentuan aktivitas enzim papain dengan mengukur suhu (40°C, 45°C,
50°C, 55°C, 60°C, 65°C, 70°C) dan pH (6; 6,5; 7; 7,5; 8)
6. Penentuan kurva standard tyrosin dengan konsentrasi (10, 20, 30, 40, 50,
60, 70, 80 dan 90 mg/L)
7. Peningkatan aktivitas enzim papain dilakukan dengan cara imobilisasi
menggunakan kappa karagenan (k-karagenan)
1.4 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui enzim papain dapat diisolasi dari getah pepaya dan cara
memurnikannya
2. Untuk mengetahui aktivitas enzim papain dan mikrokapsul enzim papain
pada pH dan Suhu Optimum
3. Untuk mengetahui stabilitas enzim papain dan mikrokapsul enzim papain
pada suhu penyimpanan 25°C dan 10°C serta perbedaan aktivitas yang
terjadi
Universitas Sumatera Utara
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah enzim papain yang diisolasi dari
getah pepaya muda dapat diimobilisasi dengan kappa karagenan dan dapat
digunakan secara berulang-ulang.
1.6 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biokimia/Kimia Bahan Makanan
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, dan di Laboratorium Penelitian
Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.
1.7 Metodologi Penelitian
Penelitian ini merupakan suatu eksperimen laboratorium. Buah pepaya disadap
dengan pisau pada kulit buah mulai dari pangkal menuju ujung buah. Penyadapan
dilakukan pada pagi hari antara jam 5.00-8.00 WIB. Lima puluh gram getah
pepaya selanjutnya dicampur dengan larutan 0,7% v/v Na2S2O5 sebanyak empat
kali jumlah getah. Diaduk sampai rata lalu dikeringkan dalam oven pada suhu
50oC, untuk produksi papain tanpa pemurnian. Untuk produksi papain dengan
pemurnian campuran larutan getah pepaya yang telah diaduk sampai rata
ditambahkan 100 mL buffer fosfat pH 7. Campuran tersebut dibiarkan selama 1
jam dalam lemari es kemudian disentrifugasi pada kecepatan 4000 rpm selama 30
menit. Supernatan yang diperoleh ditambahkan amonium sulfat pada variasi
persen kejenuhan (40%, 50%, 60%, 70% dan 80% b/v). Didiamkan selama 24 jam
dalam lemari es hingga terbentuk endapan kemudian endapan diambil melalui
sentrifugasi dan disimpan kembali kedalam lemari es.
Endapan didialisis dengan melarutkannya dalam buffer fosfat pH 7, pada
kantong selofan yang diikat dan direndam dalam larutan buffer. Diaduk dengan
stirrer selama 8 jam dan setiap jam larutan dialisis diganti. Larutan dialisis diuji
dengan BaCl2 untuk memastikan garam sulfat dan pengotor-pengotor lainnya telah
keluar dari larutan enzim. Enzim yang telah selesai didialisis kemudian
dimasukkan kedalam oven pada suhu 50oC hingga kering.
Universitas Sumatera Utara
Enzim papain diimobilisasi dengan menggunakan bahan pendukung kappa
karagenan (k–karagenan). Imobilisasi enzim papain dilakukan dengan cara yaitu
sebanyak 20 mL enzim papain papain dimasukkan kedalam gelas beaker dan
ditambahkan 5 mL larutan NaCl 0,85%. Diaduk pelan-pelan dan biarkan selama 3
menit pada suhu 37oC. Kemudian dimasukkan 3,5 gram kappa karagenan kedalam
gelas beaker dan ditambahkan 80 ml larutan NaCl 0, 85%. Dipanaskan sampai
suhu 80oC sambil diaduk hingga larut sempurna, lalu dibiarkan hingga suhu 55oC.
Dicampurkan kedua larutan tersebut sampai homogen, dibiarkan dingin pada suhu
kamar selama 10 menit dan suhu 10oC selama 30 menit sampai terbentukgel.
Untuk menambah kekerasan gel direndam dalam larutan KCl 0,3 M dingin selama
24 jam pada suhu 4oC. Selanjutnya gel dipotong-potong dengan ukuran 3x3x3
mm. Gel yang sudah dipotong-potong dicuci dengan air aquadest. Pengujian
aktivitas dari enzim papain dan mikrokapsul enzim papain dilakukan dengan
metode Murachi yaitu dengan memvariasikan temperatur dan pH serta dilakukan
pengujian stabilitas dari pemakaian mikrokapsul enzim papain secara berulang
yang disimpan pada temperatur 25oC dan 10oC. Sedangkan pengujian sisa enzim
papain yang tidak terkapsulkan ditentukan dengan metode biuret.
Adapaun variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1.
Variabel bebas: persen kejenuhan amonium sulfat yaitu 40%, 50%, 60%,
70% dan 80%
2.
Variabel terikat : uji aktivitas proteolitik dan protein
3.
Variabel tetap : suhu, pH, sentrifugasi, waktu dialisis dan inkubasi
Universitas Sumatera Utara