Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah

IMPLEMENTASI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH
DI SMA KABUPATEN ACEH UTARA
ABSTRAK
Oleh

Jalaluddin1, dan Azwir2
Dosen FKIP Universitas Serambi Mekkah
Jala_usm@yahoo.co.id
Manajemen Berbasis Sekolah merupakan salah satu model manajemen yang
memberikan kewenangan yang luas kepada sekolah untuk pengelolaan sekolah
sesuai dengan potensi, tuntutan dan kebutuhan sekolah. Untuk meningkatkan kinerja
tenaga kependidikan secara profesional, serta meningkatkan partisipasi. Manajemen
Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah yang dikeluarkan oleh Direktorat Pendidikan
Menegah Umum, diungkapkan beberapa indikator yang menjadi karakteristik dari
konsep MPBS sekalugus merefleksikan peran dan tanggung jawab masing-masing
pihak antara lain sebagai berikut: (1) Lingkungan sekolah yang aman dan tertip; (2)
Sekolah memiliki misi dan target mutu yang ibgin dicapai; (3) Sekolah memilki
kepemimpinan yang kuat; (4) Adanya harapan yang tinggi dari personil sekolah
(kepala sekolah,guru, dan staf lainnya, termasuk siswa) untuk berprestasi; (5)
Adanya pengembangan staf sekolah yang terus menerus sesuai tuntutan IPTEK; (6)
Adanya pelaksanaan evaluasi yang terus menerus terhadap berbagai aspek akademik

dan administrative, dan pemanfaatan hasilnya untuk penyempurnaan dan atau
perbaikan mutu; (7) Adanya komunikasi dan dukungan intensif dari orang tua siswa
dan masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatkan efesiensi
pengelolaan serta mutu dan relevansi pendidikan disekolah dan pengelolaan peran
guru dan kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan
kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik observasi,
wawancara, dan studi dokumentasi. Subjek penelitian adalah kepala sekolah, wakil
kepala, guru dan komite sekolah.
Keywords: Mutu Pendidikan, peran staf pengajar dan Kepala Sekolah

PENDAHULUAN

saling menghormati, kebersihan, dan

A. Latar Belakang Masalah

sebagainya (Suryosubroto, 2004: 210-

Mutu pendidikan dapat dilihat

dalam dua hal, yakni mengacu pada
proses

pendidikan

dan

hasil

pendidikan. Proses pendidikan yang
bermutu apabila seluruh komponen
pendidikan

terlibat

dalam

proses

pendidikan itu sendiri. Faktor-faktor

dalam

proses

pendidikan

adalah

berbagai input, seperti bahan ajar,
metodologi, sarana sekolah, dukungan
administrasi dan sarana prasarana dan
sumber daya lainnya serta penciptaan
suasana yang kondusif. Sedangkan
mutu pendidikan dalam konteks hasil
pendidikan mengacu pada prestasi
yang dicapai oleh sekolah pada setiap
kurun waktu tertentu. Prestasi yang
dicapai atau hasil pendidikan (student
achievement) dapat berupa hasil tes
kemampuan


akademis

(misalnya

ulangan umum, Ebta dan Ebtanas).
Dapat pula di bidang lain seperti
prestasi di suatu cabang olah-raga, seni
atau keterampilan tambahan tertentu
misalnya computer, beragam jenis
teknik, jasa dan sebagainya. Bahkan
prestasi sekolah dapat berupa kondisi
yang tidak dapat dipegang (intangible)
seperti suasana, disiplin, keakraban,

211).
Dalam melakukan reformasi
pendidikan nasional adalah terkait
dengan


perubahan

indonesia

dari

sentralistik

pada
22

Pemerintah
Undang

politik

pemerintah

kepada


Mengacu
Nomor

arah

yang

desentralistik.
Undang-Undang

Tahun

1999

tentang

Daerah

dan


Undang-

Nomor

25

Tahun

1999

tentang perimbangan keuangan pusat
dan daerah, perubahan dalam bidang
pendidikan merupakan hal yang tak
bisa ditawarkan lagi.
Dalam rangka meningkatkan
mutu lulusan sekolah dalam tujuh (10)
terakhir

banyak


menerapakan
Sekolah.

sekolah

Manajemen

Strategi

yang
Berbasis

manajemen

ini

menekan adanya program peningkatan
mutu berkelanjutan, ketelibatan orang
tua siswa dalam perbaikan sekolah,
bidang pengajaran, guru dan pegawai,

siswa, keuangan, sarana dan prasarana,
hubungan

masyarakat,

maka

Manajemen

Berbasis

Sekolah

diperkirakan

mempunyayi

peluang

mendorong


gerakan

besar

dalam

perbaikan mutu pendidikan dalam era
otonomi daerah. Namun pelaksanaan

Manajemen Berbasis Sekolah sangat

mengajar dan efisiensi operasional

tergantung pada mutu sumber daya

pendidikan,

manusia. Terutama kemampuan kepala


terutama demokrasi di sekolah.

sekolah dalam menerapakan ide-ide
baru dan perbaikan
dengan

ide,

mutu sesuai

tujuan

dan

fungsi

Manajemen Berbasis Sekolah.

sebagai

Berdasarkan

politik

kenyataan

tersebut di atas, perlu dilakukan
upaya-upaya perbaikan, salah satunya

keputusan secara partisiatif dengan

dilakukan

oleh

melibatkan masyarakat secara secara

program

kerja

langsung. Diyakini bahwa Penerapan

organisasi dalam bidang pendidikan

Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)

dapat

merupakan suatu model Pelaksanaan

manajer

yang
sehingga

terlaksana

dari

kepada sekolah untuk pengambilan

proses

manajerial

inti

tujuan

adalah memberikan otonomi yang luas

Hubungan kerja sama antara
personil

juga

dengan

baik

pelaksanaan proses belajar mengajar,

kebijakan

administrasi,

pendidikan, sehingga dapat dijadikan

pembinaan

siswa,

desentralisir

evaluasi kependidikan dalam rangka

suatu

efektivitas

penyelenggaraan

dengan

organisasi

peningkatan

pendidikan
mutu

secara

konsep

bidang

inovatif

dalam

pendidikan

di

sekolah.

berkelanjutan.

Manajemen Berbasis Sekolah

Manajemen Berbasis Sekolah

(MBS)

atau

School

Berbasis

secara konsepsional akan membawa

Manajemen merupakan strategi untuk

perubahan

peningkatan

mewujudkan sekolah yang efektif dan

kinerja sekolah dalam peningkatan

produkif. Hal ini disebabkan dalam

mutu, efesiensi manajemen keungan,

konsep MBS, pengambilan keputusan

pemerataan

diletakkan pada posisi yang paling

terhadap

kesempatan

dan

pencapaian tujuan politik (demokrasi)

dekat

suatu

perubahan

sekolah, meskipun standar pelayanan

diberbagai

minimnya ditetapkan oleh pemerintah,

bangsa

kebijakan
aspek

lewat

desentralisasi

dengan

pembelajaran

yaitu

baik

politik,

edukatif,

akan tetapi sekolah lebih leluasa dalam

administrativ,

maupun

aggaran

mengelola sumber daya, sumber dana,

pembiayaan pendidikan. Manajemen

sumber

Berbasis

mengalokasikannya

Sekolah

meningkatkan

selain

kualitas

akan
belajar

belajar
sesuai

prioritas kebutuhan di sekolah.

dalam
dengan

management/school

based

quality

TINJAUAN PUSTAKA

improvement)

A. Pelaksanaan Manajemen

2004:204-205). Konsep peningkatan
mutu pendidikan berbasis sekolah

Berbasis Sekolah
Sekolah sebagai unit pelaksana
pendidikan

formal

(Suryosubroto,

yang

terdepan

muncul dalam kerangka pendekatan
manajemen berbasis sekolah. Pada

dengan berbagai keragaman, kondisi

hakekatnya MBS

lingkungan yang berbeda satu dengan

kemajuan dalam dua area yang saling

lainnya maka sekolah harus dinamis

tergantung, yaitu, pertama, kemajuan

dan

melaksanakan

program pendidikan dan pelayanan

mengupayakan

kepada siswa-orang tua, siswa-dan

kreatif

perannya

dalam
untuk

akan membawa

peningkatan kualitas/mutu pendidikan.

masyarakat.

Hal ini akan dapat dilaksanakan jika

lingkungan kerja untuk semua anggota

sekolah

organisasi (Nurkolis, 2003: 81).

dengan

keragamannya
kepercayaan
mengurus
dengan

berbagai

itu,
untuk

dirinya
kondisi

diberikan

mengatur
sendiri

dan
sesuai

lingkungan

dan

Dalam

Kedua,

kualitas

buku

Manajemen

Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah
yang

dikeluaskan

Pendidikan

oleh

Direktorat

Menegah

Umum,

kebutuhan pelanggan. Sekolah sebagai

diungkapkan beberapa indicator yang

institusi

yang

otonom

menjadi

peluang

untuk

mengelolah

diberikan

karakteristik

dari

konsep

dalam

MPBS sekaligus merefleksikan peran

proses koordinastif untuk mencapai

dan tanggung jawab masing-masing

tujuan-tujuan pendidikan. (Soebagio

pihak antara lain sebagai berikut: (1)

Atmodiwirio,

Konsep

Lingkungan sekolah yang aman dan

pemikiran tersebut telah mendorong

tertip; (2) Sekolah memiliki misi dan

munculnya pendekatan baru, yakni

target mutu yang ibgin dicapai; (3)

pengelolaan

mutu

Sekolah memilki kepemimpinan yang

pendidikan yang berbasis sekolah

kuat; (4) Adanya harapan yang tinggi

sebagai institusi paling depan dalam

dari

kegiatan

sekolah,guru,

2000:5-6).

peningkatan

pendidikan.

Pendekatan

personil

sekolah
dan

staf

(kepala
lainnya,

inilah yang dikenal dengan manajemen

termasuk siswa) untuk berprestasi; (5)

peningkatan mutu pendidikan berbasis

Adanya pengembangan staf sekolah

sekolah

yang terus menerus sesuai tuntutan

(school

based

quality

IPTEK;

(6)

Adanya

pelaksanaan

evaluasi yang terus menerus terhadap
berbagai

aspek

akademik

administrative,

dan

dan

pemanfaatan

hasilnya untuk penyempurnaan dan
atau perbaikan mutu; (7) Adanya
komunikasi dan dukungan intensif dari
orang tua siswa dan masyarakat.

untuk meningkatkan mutu pendidikan,
antara lain melalui pelatihan dan
kopetensi

pengadaan

buku

dan

pelajaran,

perbaikan

alat
sarana

guru,
bantu
dan

prasarana pendidikan dan peningkatan
mutu manajemen sekolah. Berbagai
indikator

mutu

menunjukkan

pendidikan

belum

peningkatan

yang

berarti. Dengan permasalahan tersebut,
Depdiknas

(2001:1)

pemerintah

berupaya

perbaikan,

Berbagai usaha telah dilakukan

peningkatan

birokrasi yang kadang-kadang tidak
sesuai dengan kondisi sekolah.
3. Peran serta masyarakat dalam
penyelenggara pendidikan sangat
minim. Selama ini dukungan
masyarakat berupa penyediaan
dana,
bukan
pada
proses
pendidikan.
Berdasarkan kenyataan diatas,

menetapakan

bahwa: berdasarkan pengamatan dan
analisis sedikitnya ada tiga faktor yang
menyebabkan mutu pendidikan tidak
mengalami peningkatan secara merata
yaitu:
1. Selama ini dalam meningkatkan
mutu pendidikan terlalu di pusatkan
pada input pendidikan dan kurang
perhatian
terhadap
proses
pendidikan,
Padahal
proses
pendidikan sangat menentukan
ouput pendidikan.
2. Penyelenggara
pendidikan
dilakukan
secara
sentralistik,
sehingga menempatkan sekolah
sebagai penyelenggara pendidikan
sangat tergantung pada kebijakan

salah

membuat

satu

melakukan

adalah

reorientasi

menyelenggarakan pendidikan yaitu
dengan

menerapkan

Manajemen

Berbasis

Sekolah.

Manajemen

Berbasis

Sekolah

merupakan

terjemahan dari istilah School-Based
Manajemen (SBM) yang pertama kali
muncul dan popular di Amerika
Serikat. Konsep ini ditawarkan ketika
masyarakat mempertanyakan relevensi
yakin kolerasi hasil pendidikan dengan
kebutuhan masyarakat.
Menurut

Fattah

(2000:8)

Manajemen Berbasis Sekolah adalah
sebagai: pengalihan dan pengambilan
keputusan dari tingkat pusat sampai ke
tingkat
kewenangan

sekolah.

Pemberian

dalam

pengambilan

keputusan di pandang sebagai otonomi
di tingkat sekolah dalam pemanfaatan
semua sumber daya sehinga sekolah
mampu

secara

mandiri,

mampu

mengali, mengalokasikan, menentukan
piroritas,

memanfaatkan,

mengendalikan dan mempertanggung

jawabkan kepada setiap pihak yang
berkepentingan.
B. Peran
Guru
Untuk
Meningkatkan Mutu Pendidikan
Sehubungan

dengan

guru

sebagai salah satu komponen sekolah
yang terlibat dalam pelaksanaan MBS,
maka

guru

dituntut

meningkatkan
sebagai

peran

dan

(2003:123)

guru

sebagai

dapat

profesionalismenya

pengajar

Nurkolis,

untuk

dalam

rekan

pendidik,
menyatakan

MBS,

kerja,

adalah

pengambilan

keputusan, dan pelaksanaan program
pengajaran.
Agar para guru memiliki peran
yang lebih besar dalam pengelolaan
sekolah,

dilakukan

terkait dengan pelaksanaan MBS,

desentralisasi pengetahuan. Dan ini

penulis berkesimpulan keberhasilan

merupakan tanggung jawab kepada

pelaksanaan MBS sangat tergantung

sekolah dalam mensosialisasi MBS

pada kepemimpinan kepala sekolah,

terhadap guru dan personil sekolah.

guru

C. Peran Kepala sekolah Untuk
Meningkatkan Mutu Pendidikan
Kepala sekolah adalah sebagai

sebagai

pelaksanaan

pelaksanaan

dominan terhadap penerapan MBS dan

yang bertindak

juga tergantung pada kesiapan SDM

sebagai motivator dan koordinator

serta kerjasama yang harmonis antara

dalam keefektivitas MBS, di sekolah.

pihak terkait diatas akan menentukan

Dalam

keberhasilan penerapan MBS.

MBS

maka

di

perlu

1. Memiliki kemampuan untuk
berkolaborasi dengan guru dan
masyarakat sekitar.
2. Memiliki pemahaman dan
wawasan yang luas tentang
teori pendidikan dan belajar.
3. Memiliki kemampuan dan
ketermpilan mengatasi situasi
sekitar berdasarkan apa yang
seharusnya
serta
mampu
memperkirakan
kejadian
dimasa depan berdasarkan
situasi sekarang.
4. Memiliki
kemauan
dan
kemampuan
untuk
mengidentifikasi masalah dan
kebutuhan yang berkaitan
dengan
pelaksanaan
pendidikan disekolah, dan
5. Mampu
memamfaatkan
peluang, menjadi tantangan
sebagai
peluang,
serta
mengkonseptualkan arah baru
untuk perubahan.
Sehubungan dengan pihak yang

terhadap
sekolah

kerangka

MBS,

menurut

Mulyasa (2003:28) kepala Sekolah
harus:

dan

partisipasi

pelaksanaan

merupakan

Dalam

faktor

masyarakat
MBS

yang

melaksanakan

dan
paling

MBS

diperlukan keterlibatan semua personil
sekolah baik kepala sekolah, wakil
kepala sekolah para guru, orang tua

siswa dan komite Sekolah. Depdiknas

pelajaran 750 orang, staf 41 orang dan

(2001:3)

komite sekolah 14 orang.

menetapakan

bahwa:

Manajemen Berbasis Sekolah sebagai

C. Teknik Pengumpulan Data
Dalam pelaksanaan dilapangan

model manajemen yang memberikan
otonomi lebih besar kepada sekolah,

penulis menggunakan teknik

memberikan

pengumpulan data sebagai berikut:

kepada

fleksibilitas/keluesan

sekolah

partisipasi
sekolah

dan

mendorong

secara langsung warga
dan

meningkatkan

masyarakat
mutu

untuk
sekolah

1. Observasi adalah dilakukan Peneliti
untuk

melengkapi

data

dan

informasi yang diperoleh melalui
wawancara.

Selain

itu

dengan

berdasarkan kebijakan nasional serta

observasi dapat dilakukan recheck

peraturan perundang-undangan yang

atau triangulasi, dapat dilakukan

berlaku.

pengamatan

METODE PENELITIAN

berbagai

Adapun tahap yang dilakukan

langsung

mengenai

macam

proses

pelaksanaan MBS. Observasi ini
dapat

digunakan

untuk

berbasis sekolah sebagaiberikut:

memperoleh

informasi

dan

A. Lokasi Penelitian

gambaran

dalam

pelaksanaan

Penelitian

manajemen

ini

akan

dilaksanakan pada semua sekolah

juga

awal

yang

akan

digunakan sebagai bahan untuk
melakukan wawancara.

menengah atas (SMA) yang ada di

2. Wawancara adalah pengumpulan

Kabupaten Aceh Utara yang terdiri

data dilakukan dengan interview

atas 14 sekolah.

yaitu wawacara secara terstruktur

B. Responden/Populasi Penelitian

dan tak terstruktur. Wawancara

menjadi

adalah suatu percakapan dengan

responden dalam penelitian ini adalah

tujuan untuk memperoleh informasi

semua kepala sekolah, dewan guru staf

dari sumber yang terjadi sekarang

dan komite sekolah di SMA se

tetang orang, kejadian, aktivitas,

Kabupaten Aceh Utara. Di Kabupaten

organisasi, perasaan, pengakuan,

Aceh Utara saat ini terdapat 14 buah

kerisauan dan sebagainya, yang

SMA, dengan jumlah keseluruhan

menjadi bahan penelitian seorang

kepala seoklah 14 orang, guru mata

peneliti.

Adapun

yang

3. Dokumentasi adalah pengumpulan

dalam mengelompokkan serta dalam

data-data melalui telaah dokumen

menyimpulkanya

atau arsip-arsip yang ada hubungan

reduksi data. Huberman (1992:12)

dengan

rencana

manajemen

mendefinisikan data sebagai suatu

berbasisis

sekolah,

pelaksanaan

proses pemilihan, menfokuskan pada

perlu

dilakuakan

manajemen berbasis sekolah dan

penyederhanaan,

evektifitas

transpormasi data mentah/kasar yang

manajemen

berbasisi

sekolah.

pengabtrakan

dan

muncul dari cacatan yang muncul

Di samping wawancara untuk
mempertajam

dan

memperdalam

dilapangan. Reduksi data merupakan
suatu

bentuk

analisis

yang

metoda-metoda yang ditempuh dalam

menajamkan, mengungkapakan, hal-

penjaringan data, maka akan dilakukan

hal yang penting, menggolongkan,

juga dengan seminar dan diskusi untuk

mengarahkan, membuang yang tidak

memperoleh data yang akurat tentang

dibutuhkan dan mengorganisasikan

pelaksanaan

data agar lebih sistematis sehingga

manajemen

berbasisi

sekolah.

dapat dibuat suatu kesimpulanyang

D. Pengolahan dan Analisa Data

bermakna. dilakukan dengan cara

Data dan informasi yang telah
diperoleh

peneliti

merangkum data, memilih hal-hal

selanjutnya

pokok yang difokuskan kepada hal-hal

dianalisis dan diinterprestasikan mulai

yang berkaitan dengan masalah yang

awal

telah diteliti,

penelitian

sampai

akhir

penelitian, dengan merujuk kepada
landasan

teori

yang

2. Penyajian data

berhubungan

Penyajian

data

dilakukan

reduksi.

Menurut

dengan masalah yang diteliti. Analisis

setelah

adalah proses penyusunan data agar

Huberman (1992:12) penyajian data

dapat ditafsirkan.

merupakan

proses

proses

pemberian

Analisis data dalam penelitian

sekumpulan informasi yang sudah

kualitatif dilakukan dengan mengikuti

disusun yang memungkinkan untuk

prosedur atau langkah-langkah yaitu:

penarikan

1. Reduksi data

penyajian ini adalah mengungkapakan

Setelah

data

peneliti

kesimpulan.

Proses

yang

secara keseluruhan dari sekelompok

diperlukan terkumpul, maka agar tidak

data yang diperoleh agar mudah di

bertumpu-tumpuk dan memudahkan

baca. Penyajian data dapat berupa

matrik, grafik, jaringan kerja dan

pendukung MBS ini beraneka ragam

lainya. Dengan adanya penyajian data

di sekolah penelitian sampel ini. Visi

maka peneliti dapat memahami apa

misi dan tujuan sekolah telah dipahami

yang

sedang

penelitian
dilakukan

terjadi

dan

apa

dalam

latar

dan diketahui betul oleh para kepala

yang

akan

sekolah karena mereka turut menyusun

dalam

dan mengoreksinya serta membantu

peneliti

mensosialisasikannya. Kekuatan MBS

mengantisifasinya.

disekolah sampel berbeda-beda ada
HASIL PENELITIAN

yang mengandalkan sarana prasarana,

A. Manajemen Kepala Sekolah
Di Kabupaten Aceh Utara MBS
telah dilaksanakan mulai sejak 2001
dan sekolah terakhir yang mulai

ada juga perangkat
Namun

MBS di kabupaten Aceh Utara secara
teori sudah sangat lama sekali. Namun
dengan usianya yang sudah diatas 10
tahun ternyata tidak semua personil
sekolah paham akan apa itu MBS,
bahkan ada 1 sekolah sampel yang
seluruh personilnya tidak tahu MBS.
Sosialisasi yang dilakukan oleh para
atasan untuk memperkenalkan MBS
ini hanya berupa pertemuan, dan
dimasukkan dalam rapat (100%), tidak
ada juknis atau tindakan, apa apa yang
harus dilakunkan untuk membantu
mengenalkan MBS ini ke staf sekolah.
Visi

Misi

Tujuan

adalah

kualifikasi

pendidik yang S1 dan mengajar sesuai
bidangnya.

menerapan MBS tersebut adalah pada
tahun 2009 yang lalu. Artinya usia

50%

pembelajaran.

Kelemahan

sebagian

besar

(70%) berkutat di perilaku masyarakat
Aceh,

tidak

pemerintah

mendukung

juga

belum

selain

maksimal

memberikan dana dan menyediakan
tenaga pengajar. Bentuk partisipasi
masyarakat selain moril dan materil
juga keamanan siswa, hadir dalam
rapat namun seluruh Kepala Sekolah
sepakat bahwa bantuan dalam bentuk
biaya (dana) tidak bisa diandalkan dari
para masyarakat. Sistem pengelolaan
manajemen dan kurikulum dijalankan
sesuai standar, tupoksi dan mengacu
pada faktor pendukung dan dasar
hukum.
Kerjasama yang dilakukan oleh

Sekolah

diketahui oleh semua kepala sekolah,

para

kepala

jelas sekali mereka terlibat terlalu

dilakukan dengan baik dalam bentuk

banyak dan dinia pendikan. Kekuatan

kerja

sama,

sekolah

dan

musyawarah

guru

dan

dukungan serta kesempatan kepada

meminta

para guru untuk kreatif dan inovatif.

penanggung jawab program tersebut.

Bentuk

Dan

kemandirian

program

pertanggung

akhirnya

kesiswaaan dilakukan dengan cara

peningkatan

melibatkan

positif,

siswa

dengan

tetap

jawaban

hasilnya

yang

terjadi

signifikan

termasuk

dalam

dan

bidang

mengacu pada visi missi sasaran dan

prestasi akademik dan non akademik.

tujuan

Sekolah dapat menghasilkan siswa

sehingga

terbentuk

PICK,

KRR, PMR, OSIS, Seni bahkan unit

yang

kewirausahaan.

berprestasi dan diterima di PTN.

Pengelolaan program
kurikulum

60%

sudah

dan

akuntabel,

sisanya sedang ditindak lanjuti dan
tidak

akuntabel.

pekerjaannya

Untuk

telah

aktif

Selain

itu

dan

para

inovatif

siswa

serta

mewakili

sekolah, kabupaten bahkan provinsi
untuk berbagai kejuaraan.

kuantitas

Seluruh

hasil

itu

tentunya

dilaksanakan

berdampak positif terhadap sekolah

minimal 70% namun tidak ada yang

walaupun juga menimbulkan ekses

mencapai 90% lebih. Hal tersebut

negative yaitu tanggung jawab sekolah

terjadi karena kemampuan guru, dana,

dalam segala hal menjadi penuh.

masyarakat

pernah

Namun secara umum hal tersebut tetap

diperhatikan oleh pemerintah dan

memberikan respon yang baik, positif

solusi yang diharapkan oleh para

dan

kepala sekolah tersebut adalah dengan

sekolah, bahkan tidak merasa MBS ini

meningkatkan disiplin, kemampuan

menganggu kewenangan mereka para

guru

kepala sekolah. Untuk kesejahteraan

yang

(SDM)

tidak

dan

siswa

serta

kepeduliaan dari para stake holders.
Pelaksanaan

menyenangkan

bagi

kepala

personil juga meningkat, karena ada

program

banyak insentif dan penghargaan bagi

dilakukan melalui musyawarah yang

para personil yang bermutu kreatif.

dilakukan dengan membentuk MGMP

Mereka pun bereaksi positf dengan

dan

semakin

menegakkan

pendidikan

serta

disiplin,

inovasi

masalah-masalah

pendidikan juga sering dibahas. Untuk
berjalan

efektif

monev

dilakukan

dengan memberikan sanksi pada setiap
yang melaggar proposal kerja dan

bertanggung

berkompetensi.

jawab

dan

B. Manajemen Guru dan Personil

lebih dan secara garis besar seluruh
guru sepakat MBS ini berdampak

Sekolah
Pola sosialisasi yang dilakukan

positif.

para kepala sekolah yaitu dengan
rapat-rapat rutin maupun briefing pada

C. Komite Sekolah

pun

Pola sosialisasi yang diterima

dilibatkan penuh pada penyusunan visi

komite/masyarakat dalam bentuk rapat

misi tujuan sasaran sekolah dan tentu

(gabungan atau rutin) yang dilakukan

saja program yang diusulkan dan

oleh sekolah. Serupa dengan guru para

dijalanakan

komite

waktu

tertentu.

sudah

Para

guru

sesuai

dengan

juga

dilibatkan

dalam

keinginan sekolah secara umum dan

penyusunan visi misi tujuan sasaran

kearifan lokal (kultur masyarakat)

sekolah sehingga mereke berpendaapat

serta melewati tahap SWOT dan

program-program

didukung oleh transparansi sistem

umum

pengelolaan baik manajemen sekolah

dijalankan. Untuk bidang keuangan,

maupun kesiswaan.

hanya 40% komite yang tahu secara

Program-program

tersebut

baik,

lengkap

tersebut
sesuai

laporannya,

dan

secara
bisa

sedangkan

dilaksanakan dengan jadwal dan waktu

sebagian besar tidak tahu tentang

yang telah diprediksi sebelumnya,

laporan keuangan lengkap sekolah tiap

jikapun terjadi perubahan disesuiakan

tahunnya.

itu

Para komite dan masyarakat

masing-

hanya bisa memberikan bantuan dalam

masing kepala program. Monev yang

bentuk tenaga, material dan moril,

dilakukan dalam bentuk pemantauan

walaupun

secara kualitatif dan berjangka 1

memberikan bantuan dana. Walaupun

bulan. Untuk bidang akademik dan

begitu mereka tetap berniat dan ingin

non akademik, sejalan dengan kepala

bekerjasama

sekolah, seluruh guru sepakat hasilnya

mendungkung sekolah, menganalisis

sangat meningkat dan membanggakan

kebutuhan sekolah serta ikut dalam

serta teratur. Tidak ada guru yang

setiap rapat yang diadakan. Sedikit

tertekan dengan adanya MBS ini,

kejanggalan, seluruh komite sekolah

bahkan

sepakat adanya transparasi di sekolah,

kembali
menjadi

pelaksanaanya
tanggung

jawab

kesejahteraan

dan

personil

meningkat karena tersedianya dana

padahal

ada

sebagian

dengan

sebelumnya

(20%)

tetap

mereka

menjawab tidak mengetahui secara
rinci dana yang masuk dan keluar,

menjujung
sehingga

tinggi
hasil

objektivitas,

penelitian

dapat

terjadi inkosisten pada jawaban ini.
Menurut mereka lagi anggaran telah
sistematis

dan

teratur,

dapat

bermamfaat bagi semua kalangan.
1. Kepala sekolah memiliki peran

dipertanggung jawab kan dan dikelola

yang

kuat

dalam

dengan akuntabilitas yang tinggi.

mengkoordinasikan, menggerakkan

penyusunan

dan menyerasikan semua sumber

program dengan membentuk sebuah

daya pendidikan yang tersedia.

tim kerja kemudian tim ini diarahkan

Kepemimpinana

untuk menyusun dan mengembangkan

merupakan salah satu faktor yang

program sehingga diharapkan hasil

dapat mendorong sekolah untuk

yang diharapkan dapat meningkatkam

dapat meujudkan visi, misi, tujuan

mutu, partisisipatif dan positif. Para

dan sasaran sekolahnya melalui

komite

program-program

Kemandirian

telah

diakomodir

dengan

kepala

sekolah

yang

pertemuan, Tanya jawab, rapat bahkan

dilaksanakan secara terencana dan

dengan kotak saran yang disediakan.

bertahap.

Monev dilakan dengan mengajukan
pertanyaan,

tinjauan

langsung,

2. Guru dan komite sekolah secara
bersama-sama

ikut

serta

memantau bahkan intervensi secara

penyusunan

manajemen

efektif. Dampak positif dari MBS ini

meningkatkan potensi belajar siswa

adalah target dan sistem pendidikan

dalam

lebih dipahami dan diterima oleh

perencanaan kegiatan. Kelemahan

masyarakat.

Dan

masyarakat

dan

menyusun

program

secara

umum

terlihat

komite

sangat

dimiliki oleh guru dan komite

medukung dan memberikan respon

dalam hal melayani penggunaan

positif pada MBS ini.

sumberdaya sekolah.

KESIMPULAN
Kesimpulan

diambil

setelah

reduksi melalui beberapa temuan yang
cukup matang, penelitian ini sangat

dari

untuk

kemampuan

yang

DAFTAR KEPUSTAKAAN
Arikunto, Suharsimi, (2002). Evaluasi
Program Pendidikan. Jakarta:
Bina Aksara.
Bedjo Sujanto, (2007). Manajemen
Pendidikan Berbasis Sekolah,
Jakarta: CV. Sagung Seto.
Depertemen Pendidikan Nasional,
(2001).
Manajemen
Peningkatan Mutu Berbasis
Sekolah. Buku 1 Jakarta.
Depdiknas.
Depag RI, (2001). Perencanaan
Pendidikan
Menuju
Madrasah
Mandiri, Jakarta: Balitbang.
Dedi, Hamid, (2003). Undang-Undang
No. 20 tahun 2003 Tentang
Sistem Pendidikan Nasional,
Jakarta: Purat Bahagia.
Duhou, Abu Ibtisam, (1999). School
Based Management. Jakarta:
Logos.
Fattah, Nanang, (2000). Manajemen
Berbasis Sekolah, Andira,
Bandung.
Gaffar,

(1989),
Perencanaan
Pendidikan
Teori
dan
Metodelogi. Jakarta: P2LPTK.

Huberman, (1992), Analisis Data
Kualitatif, Terjemahan Tjetjeb
Rohindi, Jakarta: Ui Press
Jalal, Fasli dan Dedi Supriadi, (2001).
Reformasi pendidikan dalam
konteks
otonomi
Daerah.
Yogyakarta: Adicipta.
Mukhtar Dan Suparto, Widodo,
(2003). Manajemen Berbasis
Sekolah. Jakarta: CV. Fijamas.

Mulyasa, (2002). Manajemen Berbasis
Sekolah.
Bandung:
CV.
Remaja Rosdakarta.
Mulyasa, E, (2003), Manajemen
Berbasis
Sekolah,
Rosda
Karya, Bandung.
Mulyasa. E, (2004). Menjadi Kepala
Sekolah
yang
Profesional.
Bandung. PT Remaja Rosda
Karya.
Moleong, Lexy, J. (2000), Metode
Penelitian Kualitatif. Remaja
Rordakarya, Bandung.
Nasution, (1992) Metode Penelitian
Naturalistik-Kualitatif. Bandung
: Tarsito.
Nurkolis, (2003). Manajemen Berbasis
Sekolah. Jakarta: PT. Gramedia
Widiasarana
Indonesia.
Nurkolis, (2005). Manajemen Berbasis
Sekolah,
Jakarta:
PT.
Grasindo, cet ke 2.
Permadi, Dedi, (2001). Manajemen
Berbasis
Sekolah
Dan
Kepemimpinan Mandiri Kepala
Sekolah, PT. Sara Panca Karya
Nusa, Bandung.
Satori, Djam’an, (2001). Manajemen
Berbasis Sekolah (School Baed
Management) Basic Educational
Project. Jawa Barat, Bandung.
Salisbury, D, F. (1996). Five
Technologies For Educational
Chage, New Jersey: Educational
Technology
Publications,
Englewood Campany.

Sidi, Indra Djati, (2003), Menuju
Masyarakat Belajar, Menggagas
Paradigma Baru Pendidikan,
Paramadina Jakarta.
Siagian,
Sondang
P.
(1995).
Manajemen Stratejik. Jakarta.
Bina Aksara.
Siahaan. Dkk, (2006). Manajemen
Pendidikan Berbasis Sekolah.
Quantum Teaching. Ciputat.
Suryadi, Ace, (1998). Manajemen
Pendidikan Nasional dalam
Kerangka
Kemandirian
Bangsa. Idepdikbud. Jakarta.
Supriadi, dkk, (2001), Reformasi
Pendidikan
Dalam
Kontek
Otonomi Daerah, Adcita Karya
Nusa,Yokyakarta.
Sujanto, Bedjo (2007). Manajemen
Pendidikan Berbasis Sekolah,
Sagung Seto, Jakarta.
Supriadi, Dedi, (2003) Satuan Biaya
Pendidikan
Dasar
dan
Menengah, Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Suryosubroto,
(2004).
Manajemen
Pendidikan di Sekolah, Jakarta: PT
Rineka Cipta, 2004.

Tilaar, H.A.R, (1992). Paradigma
Baru Pendidikan Nasional.
Jakarta, Rineka Cipta.