T1__Full text Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penggunaan Metode Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning) pada Bimbingan TIK (BKTIK) di K13 T1 Full text

Penggunaan Metode Pembelajaran Berbasis Proyek
(Project Based Learning) pada Bimbingan TIK (BKTIK) di
K-13

Peneliti :
Setyawan Raharjo (702012020)
Hanita Yulia M.Pd

Program Studi Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga
Juli 2017

1. Pendahuluan
Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang berbasis kompetensi sekaligus
berbasis karakter (competency and character based curriculum), yang dapat
membekali peserta didik dengan berbagai sikap dan kemampuan yang sesuai dengan
tuntutan perkembangan zaman dan tuntutan teknologi[1]. Pada Kurikulum 2013 (K13) peserta didik dapat lebih terlibat aktif dalam membangun pengetahuan melalui
kegiatan belajar yang menyenangkan sekaligus bermakna, sehingga diharapkan bangsa
ini menjadi bangsa yang bermartabat, dan masyarakatnya memiliki nilai tambah (added

value) dan nilai jual, untuk mampu bersaing, bersanding, bahkan bertanding dengan
bangsa-bangsa lain dalam percaturan global.
Integrasi TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) dalam pembelajaran
merupakan salah satu syarat dalam penerapan K-13[2]. Untuk mengintegrasikan TIK
dalam semua mata pelajaran, diharapkan baik pendidik maupun siswa memiliki
kemampuan dalam bidang TIK. Oleh karena itu, diperlukan sebuah pelatihan atau
bimbingan TIK, yang salah satunya dilaksanakan melalui mata pelajaran TIK. Dalam
K-13 ini, pelatihan dan bimbingan TIK yang sebelumnya disebut mata pelajaran TIK
di Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) diubah menjadi bimbingan konseling
TIK (BKTIK) yang dapat dilakukan secara klasikal maupun individual.
Diperlukan suatu usaha oleh pendidik untuk dapat memaksimalkan pelatihan
dan bimbingan TIK mengingat kemampuan TIK sangat diperlukan oleh siswa dalam
mengikuti semua mata pelajaran yang terintegrasi oleh TIK. Salah satu upaya untuk
memaksimalkan BKTIK secara klasikal adalah melalui penggunaan metode
pembelajaran yang tepat. Melalui metode pembelajaran yang tepat, diharapkan siswa
dapat memperoleh kegiatan belajar yang bermakna, sekaligus pengetahuan dan
ketrampilan yang dibutuhkan, dalam hal ini adalah ketrampilan TIK seperti yang
diharapkan untuk menjadi tujuan di K-13. Salah satu metode pembelajaran yang dapat
meningkatkan minat, kerjasama, pemahaman, dan hasil belajar siswa adalah
pembelajaran berbasis proyek (PjBL). Penggunaan metode pembelajaran berbasis

proyek ini dirasa tepat digunakan karena PjBL mengandung kegiatan pembelajaran
yang bermakna, dapat meningkatkan ketrampilan dan menambah pengetahuan[3].
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Nofita (2011) ditemukan bahwa
penggunaan pembelajaran berbasis proyek dapat memberikan pengalaman kepada
peserta didik berupa pembelajaran dan praktik dalam mengorganisasi proyek, serta
membuat suasana belajar menjadi menyenangkan sehingga peserta didik maupun
pendidik menikmati proses pembelajaran. Selain itu siswa dibuat untuk mengikuti
pembelajaran aktif seperti melakukan kegiatan praktek langsung yang memberikan
suatu pengalaman yang nyata bagaimana belajar cara menggunakan teknologi untuk
menambah keterampilan, maupun dengan cara peserta didik diberi kesempatan untuk
menggali sendiri informasi melalui membaca berbagai buku secara langsung dan
mengkomunikasikan hasil aktivitasnya kepada orang lain guna menambah

pengetahuan dan pemahaman[4]. Akan tetapi, permasalahanya adalah apakah PJBL
efektif diterapkan pada BKTIK di K13, yang memiliki bentuk berbeda dengan mata
pelajaran TIK di kurikulum sebelumnya belum diketahui. Artinya, apakah PjBL di
BKTIK dapat mendukung tercapainya pembelajaran bermakna, peningkatan
pengetahuan dan keterampilan serta efisiensi waktu akan dilihat melalui penelitian ini.
Dalam pembelajaran BKTIK pada K-13 memiliki jam tatap muka secara
klasikal yang tidak sebanyak pada mata pelajaran TIK di KTSP. Padahal biasanya PjBL

diterapkan pada pelajaran yang memiliki jam tatap muka lebih banyak. Mengingat
adanya perubahan bentuk mata pelajaran TIK ke BKTIK di K-13, maka penelitian ini
bertujuan untuk melihat apakah metode PjBL efektif diterapkan di BKTIK dalam K13 dilihat dari aspek pembelajaran bermakna, peningkatan pengetahuan, peningkatan
keterampilan, dan efisiensi waktu.
2. Tinjauan Pustaka
Integrasi TIK kedalam mata pelajaran lain adalah untuk memberikan peluang
bagi berkembangnya kreativitas dan kemandirian peserta didik. Pembelajaran dengan
dukungan TIK memungkinkan peserta didik menghasilkan karya-karya baru yang
orisinil, memiliki nilai tinggi, dan dapat dikembangkan lebih jauh untuk kepentingan
yang lebih bermakna. Melalui TIK, peserta didik akan memperoleh berbagai informasi
dalam lingkup yang lebih luas dan mendalam sehingga meningkatkan wawasannya.
Hal ini memberikan peluang untuk mengembangkan dan memanfaatkan TIK dalam
pembelajaran. Dengan terintegrasinya TIK dengan mata pelajaran lain maka beberapa
manfaat yang diperoleh, yaitu: 1) TIK sebagai gudang ilmu pengetahuan sebagai
referensi ilmu pengetahuan terkini. 2) TIK sebagai alat bantu pembelajaran, 3) TIK
sebagai Fasilitas Pembelajaran, 4) TIK sebagai Infrastruktur Pembelajaran[5]. Tetapi
dalam K-13 TIK itu sendiri tidak menjadi matapelajaran yang utuh, melainkan
terintegrasi kedalam mata pelajaran lain dan menjadi sebuah layanan bimbingan
konseling TIK.
Layanan BKTIK didalam K-13 memfasilitasi siswa dalam rangka

memperoleh keterampilan dan pengetahuan TIK. Layanan bimbingan yang dilakukan
oleh guru TIK dalam implementasi kurikulum 2013 berbeda dengan konselor seperti
biasanya, memang guru TIK beralih peran menjadi pembimbing atau fasilitator, yang
akan membimbing atau memfasilitasi sesama guru dan tenaga kependidikan untuk
meningkatan kompetensi-kompetensi yang berkaitan dengan TIK. Selain itu guru TIK
juga memberikan bimbingan kepada siswa untuk dipersiapkan agar dapat
memaksimalkan kemampuannya dalam TIK untuk mengikuti semua mata pelajaran
yang terintegrasi oleh TIK[2]. Didalam kegiatan BKTIK tersebut dibagi menjadi
klasikal dan individu. Bimbingan secara klasikal adalah bimbingan yang terjadi
langsung secara tatap muka didalam kelas secara massal. Pada bimbingan secara
klasikal sekarang ini terjadi pengurangan jam tatap muka. Perubahan bentuk mata
pelajaran dalam K-13, menjadikan jam tatap muka dalam BKTIK pun berkurang tidak

seperti dahulu mata pelajaran TIK. Untuk memaksimalkan BKTIK, tentu saja
dibutuhkan sebuah metode pembelajaran yang sesuai. Salah satu metode pembelajaran
yang dikenal memiliki beberapa keuntungan atau manfaat adalah project based
learning.
Project based learning atau Pembelajaran Berbasis Proyek merupakan model
pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada guru untuk mengelola
pembelajaran di kelas dengan melibatkan kerja proyek. Kerja proyek memuat tugastugas yang kompleks berdasarkan kepada pertanyaan dan permasalahan (problem)

yang sangat menantang, dan menuntut siswa untuk merancang, memecahkan masalah,
membuat keputusan, melakukan kegiatan investigasi, serta memberikan kesempatan
kepada siswa untuk bekerja secara mandiri[6]. Tujuannya adalah agar siswa
mempunyai kemandirian dalam menyelesaikan tugas yang dihadapinya.

Project Based Learning adalah pendekatan pembelajaran yang memiliki
karakteristik sebagai berikut: peserta didik membuat keputusan tentang sebuah
kerangka kerja, adanya permasalahan atau tantangan yang diajukan kepada peserta
didik, peserta didik mendesain proses untuk menentukan solusi atas permasalahan atau
tantangan yang diajukan, peserta didik secara kolaboratif bertanggung jawab untuk
mengakses dan mengelola informasi untuk memecahkan permasalahan, proses evaluasi
dijalankan secara kontinyu, peserta didik secara berkala melakukan refleksi atas
aktivitas yang sudah dijalankan, produk akhir aktivitas belajar akan dievaluasi secara
kualitatif, situasi pembelajaran sangat toleran terhadap kesalahan dan perubahan[7].

Langkah-langkah pembelajaran dalam Project Based Learning terdiri dari:
Pertama, dimulai dengan pertanyaan yang esensial diajukan untuk memancing
pengetahuan, tanggapan, kritik dan ide siswa mengenai tema proyek yang akan
diangkat. Kedua, perencanaan aturan pengerjaan proyek yang berisi tentang aturan
main, pemilihan aktivitas yang dapat mendukung dalam menjawab pertanyaan

esensial. Ketiga, membuat jadwal aktifitas dalam menyelesaikan proyek. Jadwal ini
disusun untuk mengetahui berapa lama waktu yang dibutuhkan dalam pengerjaan
proyek. Keempat, memonitoring perkembangan proyek siswa, Pendidik
bertanggungjawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas peserta didik selama
menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan dengan cara menfasilitasi peserta didik
pada setiap proses. Kelima, penilaian hasil kerja siswa dilakukan untuk membantu
pendidik dalam mengukur ketercapaian standar selain itu berperan dalam mengevaluasi
kemajuan masing-masing peserta didik, memberi umpan balik tentang tingkat
pemahaman yang sudah dicapai peserta didik, membantu pendidik dalam menyusun
strategi pembelajaran berikutnya. Keenam, evaluasi pengalaman belajar siswa pada
akhir proses pembelajaran. Pendidik dan peserta didik melakukan refleksi terhadap
aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi dilakukan baik secara
individu maupun kelompok. Pada tahap ini peserta didik diminta untuk
mengungkapkan perasaan dan pengalamannya selama menyelesaikan proyek[8].

Penggunaan metode pembelajaran berbasis proyek pada pembelajaran umunya
mengandung kegiatan pembelajaran yang bermakna, dapat meningkatkan keterampilan
dan menambah pengetahuan[3]. Oleh karena itu, efektivitas PjBL di BKTIK dalam
penelitian ini akan dilihat dari ketiga aspek diatas dimana ketiga aspek diatas juga
merupakan tujuan dari K-13. Pada aspek pembelajaran bermakna, menurut Christina,

pembelajaran dapat dikatakan bermakna bila siswa mampu terlibat aktif dalam
pembelajaran BKTIK, mempunyai inisiatif untuk bekerja sama didalam kelompok,
mempunyai keingintahuan yang tinggi untuk dapat berfikir secara kritis terhadap tugas
atau materi yang diberikan, mampu berkomunikasi dengan efektif baik lisan maupun
tertulis untuk memecahkan masalah secara individu maupun kelompok[9]. Selanjutnya
menurut Maharani, aspek peningkatan ketrampilan dapat dilihat melalui pelaksanaan
praktek dengan prosedur, ketelitian, dan performa yang telah di tentukan guna
menambah kemampuan pada penggunaan komputer[3]. Menurut Rina, pada aspek
bertambahnya pengetahuan peningkatan dapat dilihat melalui perubahan pada nilai tes
dan non tes yang dilaksanakan setiap kompetensi dasar[10]. Selain dilihat dari ketiga
aspek diatas, dalam penelitian ini efektivitas PjBL dalam penerapan BKTIK di K-13
juga akan dilihat dari segi efisiensi waktu. Dikarenakan menurut Kamdi metode PjBL
membutuhkan waktu lebih banyak dibandingkan dengan metode pembelajaran
konvensional[11].
3. Metode Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang menggabungkan pendekatan
kuantitatif dan kualitatif dan menggunakan desain Concurrent Rent Transformative
Strategy (campuran metode kedua untuk memperkuat metode pertama) dengan metode
pertama yaitu metode kuantitatif untuk mencari hasil pengukuran dari aspek
peningkatan pengetahuan dan keterampilan serta penggunaan metode kedua yaitu

metode kualitatif untuk mencari hasil pada aspek pembelajaran bermakna dan melihat
efisiensi waktu, serta sebagai pelengkap aspek peningkatan pengetahuan dan
keterampilan dimana pada metode kuantitatif dilaksanakan eksperimen pada
pembelajaran PjBL pada kelas sampel dipenelitian ini. Penelitian dilaksanakan di SMP
Negeri 1 Salatiga. Mengingat sekolah ini sudah menerapkan K-13 dan sudah
melaksanakan BKTIK. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII di SMP
Negeri 1 Salatiga. Teknik sampling yang digunakan dalam metode kuantitatif adalah
teknik Purposive Sampling. Purposive sampling digunakan karena diberikan arahan
oleh guru pengampu kelas untuk menggunakan kelas yang diampunya saja dengan
pertimbangan waktu. Penggunaan purposive sampling ini diterapkan kepada siswa
kelas VIII F dan H SMP N 1 Salatiga untuk melaksanakan penelitian eksperimental
tentang penggunaan PjBL dalam BKTIK. Teknik pengumpulan data yang digunakan
adalah tes, angket, wawancara, dan observasi. Berikut ini adalah tabel teknik
pengumpulan data penelitian mengenai efektivitas PJBL dalam BKTIK di K-13.

Tabel 1 Tabel teknik pengumpulan data mengenai efektivitas PjBL dalam BKTIK di
K-13.
No
1.


Aspek Efektifitas


Bekerjasama dalam kegiatan kelompok.
(6-10)

Akhir pembelajaran

Pemahaman konsep pembuatan desain
poster dengan Coreldraw.

Tes

Akhir Pembelajaran

Kejelasan proses pembuatan desain
kaos dengan coreldraw

Persentasi Proyek
& Pengamatan


Akhir Pembelajaran

Terampil saat menggunakan tool didalam
coreldraw pada saat pembuatan desain kaos.

Pengamatan &
Wawancara

Awal sampai akhir
pembelajaran

Efektivitas waktu

Pengamatan

Awal sampai akhir
pembelajaran




Berfikir Kritis. (11-15)
Memiliki Kemampuan Problem
Solving. (16-20)

Pengetahuan



4

Terlibat aktif dalam BKTIK. (1-5)

Angket &
Wawancara



3.

Waktu Penilaian

Pembelajaran bermakna


2.

Teknik
pengumpulan

Keterampilan

Pada penelitian ini proses pengamatan dilaksanakan pada saat pembelajaran
berlangsung sampai dengan pembelajaran berakhir lalu dilanjutkan dengan wawancara
yang dilaksanakan kepada lima orang siswa tiap kelas dengan cara mengambil sampel
random untuk memberikan kesannya terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan.
Teknik pengumpulan data untuk mendapatkan hasil tentang bertambahnya
pengetahuan yaitu menggunakan dua cara, yang pertama adalah tes dan yang kedua
adalah presentasi proyek. Pada tahapan tes sendiri dilaksanakan sebelum dan sesudah
pengaplikasian PJBL dimana hasilnya dipergunakan untuk mencari peningkatan
pemahaman siswa. Presentasi proyek digunakan untuk mengukur peningkatan
pemahaman sebagai indikator peningkatan pengetahuan siswa baik kelas kontrol
maupun kelas eksperimen. Penilaian pada saat presentasi proyek menggunakan rubrik
penilaian sebagai berikut:

Tabel 2 Rubrik presentasi proyek.
Aspek yang
dinilai
Isi presentasi

Skor
3
Isi presentasi yang
ditampilkan lengkap, terdapat
langkah langkah pembuatan
proyek, hasil proyek, dan
masalah yang dihadapi serta
solusi pemecahan masalahnya
yang disampaikan dengan
jelas.

2
Isi presentasi yang
ditampilkan lengkap,
terdapat langkah langkah
pembuatan proyek, hasil
proyek, dan masalah yang
dihadapi serta solusi
pemecahan masalahnya
namun, disampaikan
dengan kurang jelas.

1
Isi presentasi tidak
lengkap hanya 1 poin atau
2 poin dari 3 poin.
Terdapat langkah langkah
pembuatan proyek, hasil
proyek, dan masalah yang
dihadapi serta solusi
pemecahan masalahnya
namun disampaikan
dengan tidak jelas.

Data hasil rubrik penilaian persentasi proyek ini dianalisis dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
Nilai =

�� � �


� �



x 100 %

Hasil perhitungan nilai tersebut dimasukkan ke dalam kategori sebagai berikut:
Tabel 3 Kategori penilaian persentasi proyek.
Skor
80 - 100
70 -79
60 - 69
45 - 59
≤ 45

Kategori
Sangat Baik
Baik
Cukup Baik
Kurang Baik
Tidak Baik

Angket diberikan kepada siswa untuk mendapatkan feedback dari siswa tentang
proses pembelajaran tersebut apakah pembelajaran tersebut bermakna atau tidak. Pada
angket tersebut berisikan 20 butir pernyataan yang berkaitan dengan indikator untuk
pembelajaran bermakna, antara lain: 1) Terlibat aktif dalam BKTIK, 2) Berkerjasama
dalam kegiatan kelompok, 3) Berfikir kritis, 4) Memiliki kemampuan dalam problem
solving[9]. Penghitungan pada angket dilaksanakan dengan menggunakan skala likert
dengan pemberian skor 1-5 pada tiap jawaban dari sangat tidak setuju, tidak setuju,
ragu-ragu, setuju, sangat setuju. Hasil tersebut kemudian dijumlahkan dan dibagi
dengan hasil maksimal yang semestinya didapat, selanjutnya dikategorikan
menggunakan kategori sebagai berikut:

Tabel 4 Kategori pembelajaran bermakna.
Skor (%)
81 - 100
61 - 80
41 - 60
21 - 40
≤ 20

Kategori
Sangat Bermakna
Bermakna
Cukup Bermakna
Kurang Bermakna
Tidak Bermakna

Observasi juga dilakukan untuk melihat bagaimana perkembangan
keterampilan siswa dalam TIK dan diukur dengan menggunakan rubrik penilaian
keterampilan, sebagai berikut:
Tabel 5 Rubrik penilaian ketrampilan.
Indikator
penilaian
Ketelitian

Kesesuaian

Prosedur

Performa

Kerapian

1
Tidak memperhatikan
detail detail kecil pada
tugas yang diberikan
pada saat praktek.
Pekerjaan tidak sesuai
dengan materi yang
diberikan pada saat
praktek.
Prosedur yang
dilaksanakan pada saat
praktek tidak urut atau
melewati urutan yang
dicontohkan pada saat
praktek.
Pada saat praktek siswa
sangat lambat dalam
mengerjakan materi yang
dicontohkan pada saat
praktek dan sesuai
dengan apa yang
dicontohkan.
Hasil kerja pada saat
praktek sangat tidak rapi
sesuai dengan contoh
materi yang diberikan.

Skor
2
Memperhatikan detail
detail kecil pada tugas yang
diberikan pada saat praktek.
Pekerjaan hanya memiliki
satu atau dua poin yang
sesuai dengan materi yang
diberikan pada saat praktek.
Prosedur yang dilaksanakan
pada saat praktek urut
tetapi sekali atau dua kali
melewati urutan yang
dicontohkan pada saat
praktek.
Pada saat praktek siswa
terkadang cepat dan
terkadang lambat dalam
mengerjakan materi yang
dicontohkan pada saat
praktek dan sesuai dengan
apa yang dicontohkan.
Hasil kerja pada saat
praktek cukup rapi tapi
masih terdapat satu atau
dua bagian yang kurang
rapi seperti dengan contoh
materi yang diberikan.

Sumber dari RPP Mata Pelajaran BKTIK SMP N 1 Salatiga, 2016-2017[12].

3
Sangat memperhatikan
detail detail kecil pada
tugas yang diberikan
pada saat praktek.
Pekerjaan hanya sangat
sesuai dengan materi
yang diberikan pada saat
praktek.
Prosedur yang
dilaksanakan pada saat
praktek urut dan tidak
melewati urutan yang
dicontohkan pada saat
praktek.
Pada saat praktek siswa
sangat cepat dalam
mengerjakan materi yang
dicontohkan pada saat
praktek dan sesuai
dengan apa yang
dicontohkan.
Hasil kerja pada saat
praktek sangat rapi dan
sangat sesuai dengan
contoh materi yang.

Data hasil rubrik penilaian dianalisis dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:

Nilai =

�� � �


� �



x 100 %

Hasil perhitungan nilai tersebut, dimasukkan ke dalam kategori sebagai berikut:
Tabel 6 Kategori penilaian ketrampilan.
Skor (%)
67-100
34-66
0-33

Kategori
Sangat Terampil
Terampil
Kurang Terampil

Pada data nilai tes siswa digunakan untuk memperoleh hasil bertambahnya
pengetahuan. Data wawancara dan angket direduksi untuk menjadi hasil dalam
pembelajaran bermakna dengan cara memberikan skor kepada tiap butir jawaban. Lalu
data pada saat observasi keterampilan akan menjadi hasil perkembangan ketrampilan
siswa. Dan pada tahap akhir adalah membuat kesimpulan mengenai apakah
penggunaan metode PjBL yang diterapkan pada BKTIK efektif atau belum efektif.
Keabsahan data dari penelitian ini diperoleh dari ketekunan pada saat melakukan
penelitian, melaksanakan uji validitas data, melaksanakan pengamatan ulang pada hasil
hasil yang ditemukan, dan teknik triangulasi data dengan mengecek data dari hasil
wawancara dan angket dengan data observasi dilapangan.
4. Hasil Penelitian
Pada penelitian yang dilaksanakan di SMP Negeri 1 Salatiga subjek penelitian
adalah siswa kelas VIII F sebagai kelas kontrol dan VIII H sebagai kelas eksperimen.
Pada kelas kontrol memiliki desain pembelajaran yang sering diterapkan pada SMP N
1 Salatiga dengan tidak menggunakan PJBL sebagai metode pembelajarannya.
Penggunaan desain pembelajarannya mengacu pada RPP yang dibuat oleh guru mata
pelajaran. Pertama, guru mengarahkan peserta didik untuk melakukan tanya jawab
mengenai materi sebelumnya selanjutnya guru memberikan arahan kepada siswa
tentang tujuan dan urutan kegiatan pembelajaran selama satu kompetensi dasar. Kedua,
guru menjelaskan langkah langkah dalam pembuatan desain kaos, lalu disaat
bersamaan siswa dan siswi memperhatikan dan setelah satu langkah selesai mereka
mencoba mempraktekanya. Ketiga, ditahap ini guru mencoba berkeliling untuk melihat
hasil praktek dari siswa dan bila siswa kesulitan atau ada pertanyaan mengenai
pembelajaran guru menjawab atau membantu siswa tersebut. Keempat, setelah
melaksanakan pembelajaran guru mulai merefleksi aktivitas yang telah dilaksanakan
dengan bertanya ke pada siswa tentang apa yang dipelajari hari ini. Kelima, sebelum

menutup pelajaran guru memberikan gambaran kasar tentang materi yang akan
disampaikan pada pertemuan selanjutnya.
Pada kelas eksperimen digunakan metode PJBL sebagai metode
pembelajarannya. Kelas eksperimen ini memiliki desain pembelajaran sebagai berikut:
Kegiatan

Pendahuluan

Inti

Deskripsi Kegiatan
Pra Pembelajaran
1. Guru mengkondisikan kelas dalam suasana kondusif untuk berlangsungnya
pembelajaran.
2. Guru memberikan motivasi tentang pentingnya bimbingan TIK.
3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
4. Guru menginformasikan tentang proses pembelajaran yang akan dilakukan
termasuk aspek-aspek yang dinilai selama proses pembelajaran berlangsung.
5. Guru melakukan apersepsi dengan melakukan pertanyaan secara klasikal
yang bersifat menuntun dan menggali.
Fase-1: Penentuan Pertanyaan Mendasar
Guru mengemukakan pertanyaan esensial yang bersifat eksplorasi pengetahuan yang
telah dimiliki siswa berdasarkan pengalaman belajarnya yang bermuara pada
penugasan peserta didik dalam melakukan suatu aktivitas.
 Bagaimana cara membuat desian T-Shirt dengan menggunakan coreldraw
?
 Sebutkan fungsi dari tools tools yang digunakan ?
Fase-2.Mendesain Perencanaan Proyek
 Guru Mengorganisir siswa kedalam kelompok-kelompok yang heterogen
(4-5) orang. Heterogen berdasarkan tingkat kognitif dan jenis kelamin.
 Guru memfasilitasi setiap kelompok untuk menentukan ketua secara
demokratis, dan mendeskripsikan tugas kepada masing-masing anggota
kelompok.
 Guru dan peserta didik membicarakan aturan main untuk disepakati
bersama dalam proses penyelesaian proyek. Hal-hal yang disepakati: pemilihan
aktivitas, waktu maksimal yang direncanakan, sanksi yang dijatuhkan pada
pelanggaran aturan main, tempat pelaksanaan proyek, hal-hal yang dilaporkan,
serta alat dan bahan yang dapat diakses untuk membantu penyelesaian proyek
Fase-3. Menyusun Jadwal
 Guru memfasilitasi peserta didik untuk membuat jadwal aktifitas yang
mengacu pada waktu maksimal yang disepakati.
 Guru memfasilitasi peserta didik untuk menyusun langkah alternatif, jika
ada sub aktifitas yang molor dari waktu yang telah dijadwalkan.
 Guru meminta setiap kelompok menuliskan alasan setiap pilihan yang telah
dipilih.
Fase-4. Memonitor peserta didik dan kemajuan proyek
 Guru memonitor siswa dengan melakukan pengecekan terhadap setiap
kelompok dengan menanyakan adakah masalah yang dihadapi dan apakah siswa
dapat mengerjakan dengan baik, selain itu guru selalu mengamati siswa dan bila
siswa mendapatkan kesulitan guru selalu siap untuk menfasilitasi.
 Guru memonitoring terhadap aktivitas peserta didik selama menyelesaikan
proyek dengan cara melakukan skaffolding jika terdapat kelompok membuat
langkah yang tidak tepat dalam penyelesaian proyek.

Kegiatan

Penutup

Deskripsi Kegiatan
Fase-5. Menguji Hasil
 Guru telah melakukan penilaian selama monitoring dilakukan dengan
mengacu pada rubrik penilaian. yang bertujuan: mengukur ketercapaian standar,
berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing- masing peserta didik, memberi
umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai peserta didik,
membantu pengajar dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya.
Fase-6. Mengevaluasi Pengalaman
 peserta didik secara berkelompok melakukan refleksi terhadap aktivitas dan
hasil proyek yang sudah dijalankan. Hal-hal yang direfleksi adalah kesulitankesulitan yang dialami dan cara mengatasinya dan perasaan yang dirasakan pada
saat menemukan solusi dari masalah yang dihadapi dengan menyampaikan nya
dengan cara persentasi di depan kelas.
Guru memfasilitasi peserta didik untuk menyimpulkan hasil temuan barunya.

Efektivitas penggunaan metode pembelajaran PjBL pada BKTIK di K-13
dalam penelitian ini dilihat dari 4 aspek (terdapat pembelajaran bermakna,
bertambahnya pengetahuan, peningkatan keterampilan, efisiensi waktu). Berikut ini
akan dijabarkan hasil penelitian dari tiap-tiap aspek tersebut.
Pada aspek pembelajaran bermakna pengambilan data penelitian
dilaksanakan setelah dilaksanakannya pembelajaran. Disaat semua proses
pembelajaran telah usai pada kelas kontrol maupun kelas eksperimen, angket disebar
untuk untuk mengetahui berapa persen tingkat pembelajaran yang telah dilaksanakan
tersebut bermakna bagi siswa. Adapun hasil dari angket pembelajaran bermakna yang
diisi oleh siswa disajikan dalam tabel 7 berikut ini:
Tabel 7 Skor Aspek pembelajaran bermakna.
Hasil
Aspek
1 Terlibat Aktif
di dalam
BKTIK

2 Bekerjasama
dalam
kelompok

Pernyataan
Setiap kali guru memberikan waktu untuk
bertanya, saya selalu memanfaatkanya untuk
menanyakan hal-hal yang belum saya
ketahuai.
Saya selalu memperhatikan guru saat
memberikan materi maupun tugas
Tugas yang diberikan oleh guru di kelas
selalu saya kerjakan dan dikumpulkan tepat
waktu
Sebelum pertemuan di kelas saya selalu
mempelajari materi yang akan diberikan
Saya lebih senang berkerja dalam kelompok
Saya senang bila dapat membantu teman
yang mengalami kesulitan dalam
pembelajaran
Saya selalu mendiskusikan solusi dari sebuah
masalah yang ada pada saat kerja kelompok
Belajar secara berkelompok membantu saya
lebih memahami pelajaran.

KK
92%

KE
85%

94%

88%

92%

86%

79%

67%

84%
88%

78%
87%

85%

82%

90%

85%

Rata-Rata
Per Aspek
KK
KE

KK

KE

89%

81%

SB

SB

87%

83%

SB

SB

Kategori

3 Berfikir Kritis

Saya selalu mencari sumber materi lain selain 77% 70%
dari materi yang diberikan oleh guru
Pada pembelajaran ini ada hal-hal yang
88% 83%
merangsang rasa ingin tahu saya
Saya merasa selalu terpanggil untuk bertanya
78% 73%
81% 76%
SB
B
bila terdapat suatu materi yang belum saya
mengerti dalam pengerjaan obyek
Setiap akhir pembelajaran saya dapat
81% 78%
menyimpulkan apa yang saya pelajari pada
waktu itu
4 Memiliki
Saya selalu melaksanakan kegiatan diskusi
81% 78%
kemampuan
kelompok untuk mencari solusi dari sebuah
memecahkan
permasalahan
Dapat merencanakan pemecahan masalah
72% 68%
masalah
74% 69%
B
B
dengan baik tanpa adanya bantuan dari guru
maupun teman
Saya dapat memahami masalah dengan baik
65% 60%
tanpa adanya penjelasan dari guru
Permasalahan yang ada didalam kelompok
90% 82%
dapat saya pecahkan dengan baik
Rata-rata seluruh aspek
83% 77%
SB
B
Keterangan:
KK: Kelas Kontrol, KE: Kelas Eksperimen
SB: Sangat Bermakna, B: Bermakna, CB: Cukup Bermakna, TB: Tidak Bermakna, STB: Sangat Tidak Bermakna

Melihat tabel diatas terlihat bahwa pada tiap aspek pembelajaran bermakna,
kelas kontrol lebih unggul dibandingan pada kelas eksperimen dengan rata-rata seluruh
aspek 83% pada kelas kontrol dan 77% pada kelas eksperimen, dengan pengkategorian
sangat bermakna pada kelas kontrol dan bermakna pada kelas eksperimen. Pada aspek
terlibat aktif dalam BKTIK terlihat pada pernyataan kedua adalah pernyataan dengan
skor tertinggi pada kelas kontrol maupun kelas eksperimen, bahwa 94% siswa pada
kelas kontrol dan 88% pada kelas eksperimen selalu memperhatikan guru pada saat
materi diberikan. Hasil tersebut dikuatkan dengan wawancara yang dilakukan kepada
lima orang siswa pada kelas kontrol maupun eksperimen bahwa mereka
memperhatikan guru saat materi diberikan walau beberapa siswa masih belum
mengerti tentang materi tersebut. Pada aspek bekerja sama dalam kelompok pada dasar
nya kelas kontrol maupun kelas eksperimen merasa bahwa bekerjasama didalam
kelompok dapat membuat mereka lebih mudah dalam mempelajari suatu materi,
mereka senang membantu teman yang memiliki kesusahan pada suatu materi, dan juga
mereka senang dalam melakuakan diskusi tentang apa yang sedang mereka kerjakan.
Pada aspek berfikir kritis pernyataan pada butir kedua memilik skor tertinggi sebesar
88% pada kelas kontrol dan 83% pada kelas eksperimen, dimana para siswa merasa
ada hal-hal yang merangsang keingintahuan mereka tentang materi yang sedang
diberikan. Pada saat wawancara yang ditujukan kepada lima orang siswa pada kelas
kontrol maupun kelas eksperimen, siswa menjelaskan bahwa siswa merasa guru selalu
memberikan petunjuk-petunjuk bila siswa ingin lebih tahu tentang materi diluar apa
yang telah diajarkan oleh guru tersebut. Pada aspek memiliki kemampuan
menyelesaikan masalah (problem solving) pada dasarnya mereka senang dengan cara

memecahkan masalah didalam kelompok tetapi pada saat pemecahan masalah mereka
masih membutuhkan penjelasan dari guru mereka tentang bagaimana cara yang tepat
untuk menyelesaikannya.
Selanjutnya adalah aspek peningkatan pengetahuan. Data pada aspek
peningkatan pengetahuan diperoleh melalui dua upaya yaitu: Tes dan Non Tes
(persentasi proyek). Pada aspek peningkatan pengetahuan ini dilihat peningkatan dari
sebelum dan sesudah pembelajaran yang disajikan pada tabel 8 berikut ini.
Tabel 8 Skor Aspek Pengetahuan.
Aspek
Tes
Nilai Non Tes (Presentasi)

Kelas Kontrol
Sebelum
Sesudah
70.4
75
80
80

Kelas Eksperimen
Sebelum
Sesudah
69.5
70
80
86

Dapat dilihat pada tabel tersebut pada aspek tes, terlihat hasil tes pada kedua
kelas terjadi peningkatan tetapi peningkatan cukup signifikan terjadi pada kelas kontrol
yang tidak menggunakan metode pembelajaran PjBL. Dilihat dari hasil pengamatan
pembelajaran dalam kelas kontrol siswa diberikan materi yang menyeluruh dan urut
sesuai dengan kompetensi dasar yang telah diberikan, jadi dalam kelas kontrol materi
yang diberikan lebih tepat sasaran. Dan pada kelas eksperimen yang menggunakan
metode pembelajaran PJBL juga terjadi peningkatan tetapi tidak terlalu signifikan
dibandingkan dengan kelas kontrol. Hasil wawancara yang dilaksanakan pada
penggunaan PjBL dikelas eksperimen membuat siswa merasa lebih leluasa mencari
materinya sendiri, tetapi terdapat kelemahan yaitu karena siswa dapat menemukan
materi dari banyak sumber justru membuat siswa bingung untuk mengambil sumber
mana yang dapat dipercaya.
Selanjutnya pada aspek non tes dengan mengambil nilai dari presentasi
peningkatan dapat dilihat terjadi pada hanya kelas eksperimen yang menggunakan
metode pembelajaran PjBL. Dilihat dari hasil pengamatan hal tersebut terjadi
dikarenakan pada kelas eksperimen mereka merasakan proses pada saat pembuatan
proyek, jadi mereka dapat mengerti lebih dalam isi materi yang akan dipresentasikan.
Dengan adanya data diatas maka dapat disimpulkan bahwa kedua metode pembelajaran
dapat meningkatkan aspek pengetahuan walaupun tidak signifikan karena, hanya
meningkat 6% pada kelas eksperimen. Melainkan pada kelas kontrol tidak terjadi
perubahan nilai dikarenakan siswa hanya beranggapan bahwa mengulang presentasi
sesuai dengan sebelumnya sudah cukup untuk mendapat nilai.
Aspek selanjutnya adalah aspek peningkatan keterampilan, dimana pada
aspek ini pengukuran menggunakan rubrik yang terdapat pada RPP yang telah
disiapkan. Pengukuran ini berdasarkan pada ketelitian, kesesuaian, prosedur, performa,
dan kerapian yang hasilnya disajikan pada tabel 9 berikut ini.

Tabel 9 Skor Aspek Ketrampilan.
Aspek
Ketelitian
Kesesuaian
Prosedur
Performa
Kerapian
Rata- rata
Kategori

Kelas Kontrol
Sebelum
Sesudah
88%
100%
96%
100%
94%
74%
73%
60%
63%
59%
83%
79%
Sangat
Terampil
terampil

Peningkatan
12%
4%
-20%
-13%
-4%
-4%

Kelas Eksperimen
Sebelum
Sesudah
88%
83%
97%
83%
96%
77%
69%
57%
72%
57%
84%
71%
Sangat
Terampil
terampil

Peningkatan
-5%
-14%
-19%
-12%
-15%
-13%

Penelitian yang dilaksanakan pada saat pembelajaran praktek ini menunjukkan
bahwa baik pada kelas kontrol maupun kelas eksperimen terjadi penurunan. Pada kelas
kontrol yang tidak menggunakan metode pembelajaran PJBL terdapat peningkatan
pada aspek ketelitian dan kesesuaian menjadi nilai dengan persentase sempurna, tetapi
dalam aspek prosedur, performa, dan kerapian terjadi penurunan yang cukup drastis.
Dilihat dari hasil pengamatan hal ini dikarenakan para siswa sangat memperhatikan
apa yang dicontohkan oleh guru yang membuat aspek ketelitian dan kesesuaian proyek
yang dibuat sama seperti yang dicontohkan, tapi pada aspek prosedur yang mereka
jalankan agak sedikit berantakan karena mereka melewatkan beberapa langkah yang
seharusnya telah mereka kerjakan dan hal tersebut juga yang mempengaruhi performa
siswa dikarenakan kurang tanggapnya mereka terhadap materi yang sedang
dicontohkan di depan kelas serta kerapian pada proyek mereka berkurang. Hal berbeda
terjadi pada kelas eksperimen yang menggunakan metode PjBL penurunan terdapat
pada semua aspek dan hal tersebut terlihat pada saat pengamatan dikarenakan siswa
merasa tidak terbiasa dengan metode pembelajaran PjBL yang mengharuskan mereka
mencari cara atau tutorial mereka masing masing tanpa adanya petunjuk-petunjuk
pasti, dan dikarenakan mereka berkelompok menjadikan mereka kurang dapat
membagi porsi waktu pada saat praktek.
Pada aspek efisiensi waktu dan dari hasil pengamatan saat pelaksanaan
pembelajaran menggunakan metode PjBL, waktu terasa sangat kurang efisien
dikarenakan membutuhkan setidaknya lima kali pertemuan dengan satu jam mata
pelajaran setiap pertemuannya untuk melaksanakan pembelajaran dari awal mendesain
proyek, pembagian tugas proyek, memonitor siswa, menguji hasil dengan presentasi
dan tes, dan merefleksikan tentang penugasan proyek. Berbeda dengan metode
pembelajaran konvensional yang hanya membutuhkan tiga pertemuan dengan satu jam
matapelajaran tiap pertemuan untuk melaksanakan pembelajaran dengan tes dan
persentasi dan melaksanakan kegiatan praktek bersamaan dengan pemberian materi
kepada siswa. Jadi pada aspek efisiensi waktu penggunaan metode PjBL kurang efisien
jika dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.

5. Pembahasan
Pada dasarnya penggunaan metode project based learning memiliki beberapa
manfaat karena PjBL mengandung pembelajaran yang bermakna, dapat meningkatkan
ketrampilan dan menambah pengetahuan (Maharani, 2014). Akan tetapi jika diterapkan
pada BKTIK di K-13 dan dibandingkan dengan pembelajaran konvensional, ditemukan
beberapa hal yang berbeda. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil penelitian yang telah
dilaksanakan.
Pada penelitian yang dilaksanakan Christina, pembelajaran dapat dikatakan
bermakna bila siswa mampu terlibat aktif dalam pembelajaran BKTIK, mempunyai
inisiatif untuk bekerja sama didalam kelompok, mempunyai keingintahuan yang tinggi
untuk dapat berifikir secara kritis terhadap tugas atau materi yang diberikan, mampu
berkomunikasi dengan efektif baik lisan maupun tertulis untuk memecahkan masalah
secara individu maupun kelompok[9]. Pengunaan PjBL pada BKTIK memang dapat
memberikan pembelajaran bermakna. Akan tetapi, ternyata penggunaan metode
konvensional pun juga dapat memberikan pembelajaran bermakna bagi siswa, bahkan
skornya lebih tinggi. Dengan kata lain, tanpa PjBL pun, pembelajaran bermakna juga
tetap bisa didapatkan pada kelas kontrol.
Jika dilihat dari peningkatan pengetahuan, ditemukan bahwa dengan
menggunakan PjBL terdapat peningkatan nilai walaupun tidak signifikan. Akan tetapi,
untuk pemahaman siswa yang diketahui dari nilai presentasi, ternyata siswa menjadi
lebih paham ketika mereka mengunakan metode PjBL karena mereka mengalami
proses pada saat pembuatan proyek, jadi mereka dapat mengerti lebih dalam isi materi
yang akan mereka presentasikan. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yan dilakukan
oleh Maharani yang menyatakan bahwa project based learning dapat meningkatan
pemahaman.[3]
Selanjutnya, jika dilihat dari peningkatan keterampilan, PjBL kurang efektif
karena ternyata tidak ada peningkatan keterampilan, justru malah terjadi penurunan
nilai keterampilan. Hal ini kurang sejalan dengan hasil penelitian Maharani yang
menyatakan bahwa PjBL dapat meningkatan keterampilan siswa[3]. Menurunnya
keterampilan ini disebabkan banyak hal. Dari hasil pengamatan ditemukan bahwa
dengan adanya kelompok mereka kurang mendapat bagian pada saat praktek didepan
computer. Kedua, terlalu lama nya mereka dalam mengerjakan sebuah proyek, serta
terlalu fokus pada contoh yang diberikan guru daripada apa yang mereka kerjakan juga
menjadi alasan terjadinya penurunan pada aspek ini. Beberapa contoh diatas adalah
pengganggu dalam pembelajaran pada kelas kontrol maupun kelas eksperimen.
Perubahan bentuk mata pelajaran dalam K-13, menjadikan jam tatap muka
dalam BKTIK pun berkurang tidak seperti dahulu mata pelajaran TIK. Pernyataan
tersebut yang membuat apakah PjBL dapat efektif bila dilaksanakan dalam BKTIK.
Hasilnya adalah metode PjBL kurang efektif bila dilaksanakan pada BKTIK hal ini

disebabkan karena sangat minimnya jam tatap muka antara guru dan siswa secara
langsung. Dalam penggunaan nya secara langsung pun PjBL sangat membutuhkan
waktu tatap muka lima kali satu jam mata pelajaran. Dibandingkan dengan metode
pembelajaran konvensional yang menggunakan tiga kali satu jam mata pelajaran. Hal
ini sejalan dengan penelitian yang dialaksanakan oleh Kamdi yang menyebutkan
bahwa metode PjBL membutuhkan waktu lebih banyak dibandingkan dengan metode
pembelajaran konvensional[11].
6. Kesimpulan dan Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa
penggunaan metode pembelajarn project based learning (PJBL) pada BKTIK kelas
VIII di SMP N 1 Salatiga efektif untuk diterapkan pada BKTIK akan tetapi hanya
dalam beberapa aspek. Project based learning efektif dilaksanakan dalam aspek
pembelajaran bermakna dan peningkatan pengetahuan tapi tidak efektif untuk
peningkatan keterampilan dan efisiensi waktu. Akan tetapi bila dibandingkan dengan
kelas yang menggunakan metode konvensional, metode konvensional lebih efektif
dibandingkan PjBL dalam aspek efisiensi waktu yang sangat berpengaruh dalam
sebuah pembelajaran. Berdasarkan kesimpulan diatas disarankan untuk menggunakan
project based learning pada pembelajaran yang memiliki intensitas tatap muka yang
memiliki jam matapelajaran relatif lebih lama atau dengan menambah jam BKTIK
diluar jam sekolah, mungkin juga dapat dengan melaksanakan sistem pembelajaran
online. Mengingat banyaknya informasi di internet, dalam mencari sumber seharusnya
guru lebih memberikan petunjuk yang jelas kepada siswa sehingga tidak menimbulkan
kebingungan siswa. Untuk penelitian selanjutnya, disarankan untuk meneliti aspekaspek yang lain atau menggunakan metode pembelajaran yang lain dengan
menggunakan aspek penelitian yang sama dan membandingkannya untuk membantu
pengajar dalam menentukan metode pembelajaran yang tepat di BKTIK dalam K-13.
7. Daftar Pustaka
[1]
[2]

[3]

[4]

Mulyasa. 2013. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013 . Bandung: PT
Remaja Rosdakarya
Kemendikbud. 2013. Permendikbud No. 45 tahun 2015 tentang Peran Guru TIK
dalam Kurikulum 2013. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Diakses
dari http://jdih.kemdikbud.go.id/new/public/produkhukum, pada tanggal 18 oktober
2016
Maharani, Hevy Risqi. 2014. “Nilai-Nilai Karakter Dakan Pembelajaran Project Based
Learning Materi Statistika SMP”. Jurnal Pendidikan Matematika FKIP Unissula, Vol.
2,
No.
2:
199-217.
(Online).
Diakses
dari
http://research.unissula.ac.id/file/publikasi/211313016/9232Jurnal_hevy_PMAT_201
4_Vol_2_No_2.pdf, pada tanggal 10 Januari 2017.
Sari, Dewi Nofita. 2011. “Penerapan model Project Based Learning untuk
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA siswa kelas IV SDN Ketawanggede 2
Malang”. (Skripsi). Malang: Universitas Negeri Malang, S1 Program Studi S1 PGSD.

[5]

[6]
[7]
[8]

[9]
[10]

[11]

[12]

(Online). Diakses dari http://library.um.ac.id/ptk/indexphp?mod=detail&id=48610,
pada tanggal 12 Januari 2017.
Mawardi, Imam. 2013. “ICT (Information And Communication Technology) Sebagai
Wahana
Transformasi
Pendidikan”.
(Online)
Diakses
dari
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=114626&val=5247, pada 13
Januari 2017
Bender, William N. 2012. Project based learning: Differentiating Instruction for the
21st Century. California: Corwin.
Shobirin, Ma’as. 2016. Konsep dan Implementasi Kurikulum 2013 di Sekolah Dasar.
Yogyakarta: Deepublish
Lestari, Tyas. 2015. ”Penerapan Model Pembelajaran Project Based Learning (PjBL)
Pada Kompetensi Dasar Melakukan Proses Fermentasi Dan Enzimitas Pada Berbagai
Olahan Ubi Jalar”. (Skripsi). Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Diakses
dari http://repository.upi.edu/20189/, pada 15 Januari 2017.
Ismaniati, Christina. 2013. “Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Motivasi Belajar
terhadap Pemahaman IPS Siswa Kelas V Sekolah Dasar”. Yogyakarta: UNY.
Rezeki, Rina Dwi. 2015. “Penerapan Metode Pembelajaran Project Based Learning
(PjBL) disertai dengan Peta Konsep Untuk Meningkatkan Prestasi dan Aktivitas
Belajar Siswa Pada Materi Redoks Kelas X-3 SMA Negeri Kebakkramat Tahun Ajaran
2013/2014”. Jurnal Pendidikan Kimia, Vol. 4, No. 1: 68-73. (Online). Diakses dari
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/kimia, pada tanggal 16 Juni 2017.
Kamdi, Waras. 2010. “Implementasi Project-Based Learning di Sekolah Menengah
Kejuruan”. Jurnal Pendidikan dam Pembelajaran, Vol 17, No 1: 98-110. (Online).
Diakses
dari
http://journal.um.ac.id/index.php/pendidikan-danpembelajaran/article/view/3229, pada 14 Agustus 2017.
Rancangan Pelaksanaa Pembelajaran Mata Pelajaran BKTIK Kelas VIII Semester 2.
2016. Salatiga: SMP N 1 Salatiga.