Kesantunan Tuturan Siswa SMP Kebon Dalem Semarang -

KESANTUNAN TUTURAN SISWA SMP KEBON DALEM
SEMARANG

TESIS
untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan
pada Universitas Negeri Semarang

oleh
MARIA ETY KURNIA SANTI
NIM. 2002512007

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA
PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2017

LAMPIRAN

i

PERNYATAAN KEASLIAN


Dengan ini saya menyatakan bahwa yang tertulis dalam tesis ini benar-benar
karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain atau pengutipan
dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku, baik
sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam
tesis ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Atas pernyataan ini,
saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan apabila ditemukan adanya
pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya ini.

Semarang, September 2017
Yang membuat pernyataan,

Maria Ety Kurnia Santi
NIM 2002512007

ii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

Harga diri seseorang ditentukan oleh tuturannya
(Pepatah Jawa)

PERSEMBAHAN

Sebagai tanda cinta, karya ini dipersembahkan kepada:

Almamater Program Pendidikan Bahasa Indonesia Pascasarjana
Universitas Negeri Semarang

iii

ABSTRAK

Maria Ety Kurnia Santi. 2107. “Kesantunan Tuturan Siswa SMP Kebon Dalem
Semarang”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa
Indonesia. Program Pascasarjana Universitas Negeri
Semarang. Pembimbing I Prof. Dr. Rustono, M.Hum.,
Pembimbing II Dr. Hari Bakti Mardikantoro, M.Hum.
Kata kunci : kesantunan, tuturan siswa SMP

Keterampilan berbahasa merupakan keterampilan yang harus dimiliki oleh setiap
manusia. Keterampilan berbahasa tersebut sudah menjadi bagian yang penting bagi
setiap orang agar dapat mengemukakan pikiran dan perasaannya secara baik dan
menyeluruh. Selain itu, ciri keterpelajaran seseorang terlihat dan ditandai oleh
kecermatan, ketepatan dan kesanggupan menyatakan isi pikiran secara ekplisit
maupun implisit melalui bahasa. Ciri keterpelajaran seseorang terlihat juga dalam
kesantunan berbahasa.
Masalah-masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut (1) apa
saja jenis tindak tutur siswa SMP KD Semarang, (2) bagaimanakah pematuhan
prinsip kesantunan tuturan siswa SMP KD Semarang, (3) bagaimanakah pelanggaran
prinsip kesantunan tuturan siswa SMP KD Semarang.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif, metode
formal dan informal. Data penelitian ini berupa penggalan wacana tuturan antara
siswa kepada guru di dalam kelas, antarsiswa di dalam kelas, dan antarsiswa diluar
kelas. Metode pengumpulan data adalah metode simak. Metode analisis data
menggunakan metode normatif dan metode padan pragmatis.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) jenis-jenis tuturan siswa SMP KD
Semarang adalah tuturan representatif, direktif, ekspresif, komisif, dan isbati, (2)
bidal-bidal yang dipatuhi adalah ketimbangrasaan, kemurahhatian, keperkenanan,
kerendahhatian, kesetujuan dan kesimpatian, (3) bidal-bidal yang dilanggar adalah

ketimbangrasaan, kemurahhatian, keperkenanan, kesetujuan, kerendahhatian dan
kesimpatian.
Simpulan penelitian ini adalah tuturan siswa SMP KD Semarang di dalam
kelas maupun di luar kelas banyak yang melanggar prinsip-prinsip kesantunan. Kepada peneliti lain, disarankan untuk lebih mencermati proses pelanggarannya, sebabsebab pelanggaran itu terjadi, implikasi pragmatisnya, dan menciptakan program
santun berbahasa yang diharapkan dapat meminimalisasi pelanggaran tersebut.

iv

ABSTRACT
Maria Ety Kurnia Santi. 2107. "Students Speech Politeness of Kebon Dalem Junior
High School of Semarang". Thesis. Bahasa Indonesia for
Education Study Program. Post-Graduate Program of
Semarang State University. Supervisor I Prof. Dr. Rustono,
M.Hum., Advisor II Dr. Hari Bakti Mardikantoro, M.Hum.
Keywords: politeness of students speech
Language skills are skills that every human must possess. Language skills have
become an important part for everyone to be able to express his thoughts and
feelings well and thoroughly. In addition, the characteristics of an educated person
are seen and marked by the accuracy, precision, and ability to express the contents of
his mind explicitly or implicitly through language. The politeness of the speech is

also one of the characteristics of an educated person.
The problems in this research can be formulated as follows (1) what kind of
speech acts of the students of KD Junior High School of Semarang , (2) how to
comply the principle of court politeness of KD Junior High School of Semarang
students, (3) how the principle of courtesy of students of KD Junior Hogh School of
Semarang is violated.
The research method used are descriptive qualitative , formal, and informal
method. The research data are the form of discourse of conversation between student
and teacher in class, among student in the class, and student outside class. Methods of
data collection was a method of referring. Methods of data analysis use the normative
method and pragmatic method.
The results showed that (1) the types of students' speeches of KD Junior High
School of Semarang were representative, directive, expressive, commissive, and
confirmative, (2) the adhered counsels were contrast, generosity, tolerance, humility,
agreement and conclusion, 3) counsels that were not adhered were mischief,
generosity, tolerance, approval, humility and inferiority.
The conclusion of this research is lots of students speeches of KD Junior High
School of Semarang in the classroom as well as outside the classroom violated the
principles of politeness. To other researchers, it is advisable to look closely at the
violation process, the causes of the offense, its pragmatic implications, and the

creation of an adequate language program that is expected to minimize the violation.

v

PRAKATA

Setelah menyusuri jalan yang teramat panjang, terjal dan berliku, akhirnya
selesai sudah rentetan kata dan kalimat menuju titik akhir, serta kelegaan dapat
peneliti rasakan. Semua ini berkat rahmat dan kasih-Nya yang tiada tara, maka
peneliti hunjukkan berjuta syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.
Tesis yang berjudul “Kesantunan Tuturan Siswa SMP Kebon Dalem
Semarang” disusun sebagai salah satu persyaratan meraih gelar Magister
Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Pascasarjana
Universitas Negeri Semarang.
Penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik, semata-mata bukan hanya
kerja keras peneliti seorang diri, melainkan berkat dukungan, nasihat, bimbingan,
dan bantuan dari banyak pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini peneliti
menyampaikan terima kasih kepada Prof. Dr. Rustono, M. Hum. ( Pembimbing I)
dan Dr. Hari Bakti Mardikantoro, M. Hum.( (Pembimbing II) di tengah-tengah
kesibukannya telah membimbing dan mengarahkan dengan sabar dan teliti. Tak

lupa pula peneliti menyampaikan terima kasih kepada
1) Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan
kepada peneliti untuk belajar di Pascasarjana Universitas Negeri Semarang.

vi

2) Direktur Pascasarjana Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan
kesempatan selama pendidikan, penelitian dan penulisan tesis ini.
3) Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Pascasarjana Universitas
Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan dan arahan selama
proses Pendidikan, penelitian dan penulisan tesis.
4) Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia
Pascasarjana Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan bekal ilmu
pengetahuan dan pengalaman serta seluruh pegawai di lingkup Pascasarjana
Universitas Negeri Semarang atas pelayanan dalam urusan administrasi.
5) Penanggungjawab

Yayasan

Penyelenggaraan


Ilahi

Indonesia

Cabang

Semarang, Kepala SMA Kebon Dalem dan Kepala SMP Marsudi Utami yang
selalu memberikan dorongan semangat dan dukungan serta bantuannya
kepada peneliti dalam menyelesaikan studi.
6) Bapak ibuku, keluarga dan seluruh sahabat yang telah memberikan dukungan
penuh baik moral maupun material, dorongan, doa, pengertian, dan
kesabarannya dalam mendampingi peneliti selama mengikuti Pendidikan
hingga selesainya tesis ini.
7) Teman-teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia
Pascasarjana Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan dukungan
dan masukan dalam membantu peneliti menyelesaikan tesis ini.
8) Semua pihak yang telah membantu peneliti yang tidak dapat disebutkan satu
persatu.
vii


Semoga segala hal yang telah mereka korbankan untuk peneliti berkenan
kepada Allah Bapa di surga dan mendapatkan balasan kasih yang berlimpah.
Peneliti menyadari dalam penyusunan tesis ini, masih terdapat keterbatasan dan
kekurangan dari segi isi maupun penulisan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang
bersifat membangun sangat diharapkan. Semoga hasil penelitian ini dapat
memberikan manfaat dan kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan,
konsep dan praktik khusunya penelitian bahasa.

Semarang,September 2017

Maria Ety Kurnia Santi

viii

DAFTAR ISI

Halaman
PERSETUJUAN PENGUJI…………………………………………............ i
PERNYATAAN KEASLIAN……………………………………………… ii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN…………………………………………. iii
ABSTRAK………………………………………………………………….. iv
ABSTRACT……………………………………………………………….... v
PRAKATA…………………………………………………………………. vi
DAFTAR ISI………………………………………………………………. viii
DAFTAR BAGAN………………………………………………………..

ix

DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………….....

x

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang……………………………………………

1


1.2 Identifikasi Masalah………………………………………

6

1.3 Cakupan Masalah…………………………………………

8

1.4 Rumusan Maslah………………………………………….

8

1.5 Tujuan Penelitian………………………………………....

8

1.6 Manfaat Penelitian……………………………………….

9

ix

BAB II

KAJIAN

PUSTAKA,

KERANGKA

TEORETIS,

KERANGKA BERPIKIR

BAB III

2.1 Kajian Pustaka……………………………………………

11

2.2 Kerangka Teoretis……………………………………….

12

2.2.1 Teori Pragmatik……………………………….....

13

2.2.2 Tuturan……………………………………………

32

2.2.3 Prinsip Kesantunan……………………………….

38

2.2.3.1 Bidal Ketimbangrasaan………………….

39

2.2.3.2 Bidal Kemurahhatian…………………….

41

2.2.3.3 Bidal Keperkenanan………………………

42

2.2.3.4 Bidal Kerendahhatian……………………..

43

2.2.3.5 Bidal Kesetujuan………………………….

44

2.2.3.6 Bidal Kesimpatian………………………..

45

2.3 Kerangka Berpikir……………………………………….

49

METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian…………………………………….

52

3.2 Data dan Sumber Data……………………………………

53

3.2.1 Data…………………………………………………

53

3.2.2 Sumber Data………………………………………..

53

3.3 Teknik Pengumpulan Data………………………………..

54

3.4 Instrumen Penelitian……………………………………… 56
x

BAB IV

3.5 Metode Analisis Data……………………………………..

58

3.6 Validasi Data………………………………………….......

59

3.7 Metode Pemaparan Hasil Analisis Data…………………..

60

JENIS DAN KESANTUNAN TUTURAN SISWA SMP KD
SEMARANG
4.1 Jenis Tuturan Siswa SMP KD Semarang……………….

61

4.1.1 Tuturan Representatif……………………………..

61

4.1.2 Tuturan Direktif…………………………………..

69

4.1.3 Tuturan Ekspresif………………………………...

72

4.1.4 Tuturan Komisif………………………………….

78

4.1.5 Tuturan Deklarasi atau Isbati ……………………

79

4.2 Pematuhan Bidal Prinsip Kesantunan Tuturan Siswa SMP KD
Semarang…..……………………………………………

80

4.2.1 Pematuhan Bidal Keperkenanan…………………..

81

4.2.2 Pematuhan Bidal Kerendahhatian…………………

82

4.2.3 Pematuhan Bidal Kesetujuan……………………...

83

4.2.4 Pematuhan Bidal Kesimpatian..……………………

85

4.2.5 Pematuhan Bidal Kemurahhatian………………….

87

4.2.6 Pematuhan Bidal Ketimbangrasaan………………..

88

4.3 Pelanggaran Bidal Prinsip Kesantunan Tuturan Siswa SMP KD
Semarang……………………………………………….

89

4.3.1 Pematuhan Bidal Ketimbangrasaan……………….

90

xi

BAB V

4.3.2 Pematuhan Bidal Kemurahhatian………………….

91

4.3.3 Pematuhan Bidal Keperkenanan…………………..

92

4.3.4 Pematuhan Bidal Kesetujuan ……………………..

97

4.3.5 Pematuhan Bidal Kerendahhatian………………...

102

4.3.6 Pematuhan Bidal Kesimpatian…………………....

103

PENUTUP
5.1 Simpulan………………………………………………..

107

5.2 Saran……………………………………………………

108

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………...

109

LAMPIRAN…………………………………………………………...

115

xii

DAFTAR BAGAN
Bagan 1. Kerangka Berpikir Kesantunan Tuturan Para Siswa………………

15

Bagan 2. Panduan Menyimak………………………………………………..

56

Bagan 3. Kartu Data Interaksi Tuturan Siswa……………………………….

58

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jenis-jenis Tuturan……………………………………………… 115
Lampiran 2. Pematuhan Prinsip Kesantunan………………………………… 120
Lampiran 3. Pelanggaran Prinsip Kesantunan……………………………….. 124

xiv

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah
Bahasa hidup dan berkembang dalam suatu masyarakat dan dipakai oleh
warganya untuk berkomunikasi. Keterampilan berbahasa merupakan keterampilan
yang harus dimiliki oleh setiap manusia. Keterampilan berbahasa tersebut sudah
menjadi bagian setiap orang agar dapat mengemukakan pikiran dan perasaannya
secara baik dan menyeluruh. Selain itu, ciri keterpelajaran seseorang terlihat dan
ditandai oleh kecermatan, ketepatan dan kesanggupan menyatakan isi pikiran
secara ekplisit maupun implisit melalui bahasa.
Ciri keterpelajaran seseorang terlihat juga dalam kesantunan

berbahasa.

Seorang pelajar seyogyanya bisa bertutur kata dengan santun, baik dengan
temannya maupun dengan para gurunya. Mereka dapat bersosialisasi dengan
melakukan tindak verbal sesuai dengan konteks interaksinya. Dalam melakukan
tindak verbal pada konteks interaksi inilah peran bahasa sangat dibutuhkan. Hal
ini terjadi karena bahasa merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan manusia. Sebagaimana yang disampaikan Leech (1993:8) bahwa
dengan adanya bahasa memungkinkan manusia untuk saling berkomunikasi.
Penggunaan bahasa dalam berkomunikasi memerlukan dua sarana penting, yakni

2

sarana linguistik dan sarana pragmatik. Sarana linguistik formal berkaitan dengan
ketepatan bentuk dan struktur bahasa, sementara sarana pragmatik berkaitan
dengan kecocokan bentuk dan struktur dengan konteks penggunaannya. Salah
satu konteks penggunaan bahasa adalah komunikasi antara guru dan siswa saat
proses pembelajaran di kelas. Proses pembelajaran akan berjalan dengan baik
apabila komunikasi guru dan siswa berjalan dengan lancar.
Guru dan siswa perlu menyadari hakikat tuturan sebagai bentuk aktivitas
verbal yang sangat bergantung pada konteks yang menyertai tuturan tersebut.
Konteks berfungsi sebagai dasar pertimbangan dalam mendeskripsikan makna
tuturan dalam rangka penggunaan bahasa dalam komunikasi. Dalam hal ini,
Leech (1993:19-20) menyebutnya dengan aspek-aspek situasi tutur, antara lain:
(1) yang menyapa (penyapa, penutur) dan yang disapa (pesapa, mitra tutur); (2)
konteks sebuah tuturan; (3), tujuan sebuah tuturan; (4) tuturan sebagai bentuk
tindakan atau kegiatan tuturan (speech act); dan (5) tuturan sebagai hasil tindak
verbal.
Kebiasaan siswa dalam merespons tuturan sebagai hasil tindak verbal guru
dan siswa lainnya dalam proses belajar mengajar sangat beragam. Ada yang
santun, kasar, tidak memakai ragam bahasa yang seharusnya, ragam bahasa yang
tidak formal, dan tidak komunikatif. Berdasarkan hasil observasi prapenelitian di
SMP Kebon Dalem (selanjutnya SMP KD) ditemukan permasalahan pada
percakapan siswa yang cenderung kasar bahkan jorok dalam percakapan konteks

3

formal di dalam kelas. Hal tersebut membawa pengaruh yang sangat besar bagi
siswa lainnya. Siswa yang sebelumnya mempunyai tuturan yang santun karena
setiap hari mendengarkan tuturan teman lainnya yang kasar dan jorok
mengakibatkan tuturannya berubah menjadi tidak santun.
Kenyataan dalam kegiatan belajar- mengajar di kelas, tuturan beberapa siswa
jauh dari kesantunan. Mereka mempunyai latar belakang keluarga yang berbedabeda dan hidup di lingkungan yang berbeda-beda. Hal itu membuat tuturan
mereka berbeda-beda pula. Sebagian besar mereka dari keturunan etnis China
(Tionghoa) lahir dari keluarga ekonomi menengah ke bawah, hidup di kampungkampung kecil dan gang-gang sempit, sehingga tuturan mereka adalah cerminan
tuturan orang-orang kampung yang kasar dan jauh dari kesantunan. Banyak orang
tua mereka tidak memberikan contoh tuturan yang santun dalam berkomunikasi
sehari-hari, seperti penggalan percakapan antarsiswa dan guru berikut.
(1) KONTEKS : DI DALAM KELAS, SEORANG GURU SEDANG
MENERANGKAN MATERI TERTENTU. AKIBAT DARI TINDAKAN
TEMAN SEBELAHNYA, TIBA-TIBA ADA SISWA YANG MISUH.
GUNTUR : “Asu kowe!” „Anjing kamu!‟(marah sambil
matanya melotot)
SISWA 1 : “Bu, Guntur misuh, Bu.” „Bu, Guntur berkata
jorok, Bu.‟
GURU
: “Misuh apa?” „Berkata jorok apa?‟
SISWA 1 : “Misuh asu, Bu.” „Berkata jorok anjing, Bu.!
GURU
: “Benar, Tur?”
GUNTUR : “Lha wong desgripku diambil Samuel kok,
Bu”
GURU
: “Tur, saya mau tanya, apa orang tuamu di
rumah juga suka misuh.”

4

GUNTUR

Penggalan percakapan tersebut

: “Lha wong mamah aja nek marah, aku
diuneke asu kok, Bu.”
dimulai dengan tuturan tentang kebenaran atas

apa yang diujarkan atau representatif. Hal itu dapat dilihat dari tuturan “Bu,
Guntur misuh, Bu.” Respons guru terhadap tuturan siswa adalah “Misuh apa?”,
“Benar, Tur?”, “Tur, saya mau tanya, apa orang tuamu di rumah juga suka misuh
asu.” Guru bertanya kepada siswa untuk menemukan kebenaran dari tuturan
siswanya. Berdasarkan prinsip kesantunan, tuturan siswa bernama Guntur
melanggar bidal ketimbangrasaan, karena meminimalkan keuntungan kepada
mitra tutur. Sementara tuturan guru telah mematuhi bidal ketimbangrasaan.
Dilihat dari jenis tuturannya termasuk lokusi.
Dalam penggalan percakapan tersebut pelanggaran kesantunan tuturan siswa
terjadi karena tidak adanya keteladanan tuturan orang tua kepada siswa tersebut
sehingga kebiasaan mereka bertutur yang tidak santun tersebut terbawa pada saat
mereka belajar di kelas. Akhirnya, dengan guru pun mereka juga tidak santun
dalam bertutur. Banyak di antara mereka yang di dalam kelas sering misuh
ketika bertutur dengan teman sekelas apalagi pada saat mereka jengkel atau
marah. Bahkan dengan guru pun mereka tidak sungkan untuk misuh. Kata-kata
pisuhan seperti asu, matamu, cocote, modar rak kowe sering mereka ucapkan di
dalam kelas maupun di luar kelas. Sementara itu, beberapa guru juga belum
menjadi contoh bertutur dengan santun. Berdasarkan hasil angket yang dibuat
oleh kepala sekolah dan tim wakil kepala (waka) SMP KD bulan Januari 2013,

5

tuturan beberapa guru SMP KD masih jauh dari kesantunan (20 %). Beberapa
guru pada saat sedang marah mengucapkan kata kata kasar di kelas, seperti tak
punter ndhasmu metuo, goblok kowe, utekmu kuwi koplak, sempat terucap dari
seorang guru kepada siswanya.
Walaupun begitu, masih banyak guru yang menerapkan kesantunan bertutur
bagi para siswanya pada saat kegiatan belajar mengajar, seperti penggalan kutipan
percakapan siswa dan guru berikut.
(2) KONTEKS : PADA SAAT PELAJARAN BAHASA JAWA, SETELAH
GURU MENERANGKAN MATERI SANDIWARA, SEORANG SISWA
BERTANYA .
GURU
SISWA
GURU
SISWA
GURU
SISWA
GURU

: “Wis tak jelaske kanthi temenan babagan
sandiwara iki, ayo sapa sing arep takon.”
: “Bu, kula badhe nyuwun pirsa.”
: “Ya, Vanessa arep takon apa.”
: “Pake bahasa Indonesia aja Bu.”
: “Ya.”
: “Alurnya saya kok masih bingung ya, Bu.”
: “Yo, saiki kabeh dirungoke tak baleni maneh.”

Tuturan tersebut dimulai dengan tuturan memerintah para siswa untuk bertanya,
dan perintah itu sifatnya permintaan. Guru tidak memaksa. Hal itu dapat dilihat
dari tuturan “Wis tak jelaske kanthi temenan babagan sandiwara iki,….ayo sapa
sing arep takon.” Respons siswa terhadap tuturan guru adalah dengan bertutur
“Bu, kula badhe nyuwun pirsa.” Berdasarkan jenis tuturannya termasuk tuturan
representatif karena siswa menyatakan kebenaran atas apa yang dikatakannya dan
tuturan tersebut mematuhi bidal kesetujuan. Siswa setuju dengan tuturan guru
sehingga dia mau bertanya dengan menggunakan bahasa Jawa ragam krama alus.

6

Menghadapi situasi yang demikian, peneliti bermaksud mengidentifikasi dan
mendeskripsi kesantunan tuturan siswa terhadap guru dan tuturan antarsiswa
SMP KD tahun ajaran 2015/2016 baik di dalam kelas saat kegiatan belajar
mengajar maupun kegiatan di luar kelas. Pematuhan dan pelanggaran prinsipprinsip kesantunannya belum jelas, maka perlu diteliti lebih lanjut.
Dalam proses belajar-mengajar guru memberikan instruksi verbal dan siswa
meresponss secara verbal dan nonverbal, yang diteliti hanya pada respons verbal
saja. Responss verbal dari pengamatan sepintas ada berbagai jenis dilihat dari segi
maksud, dan modusnya. Semuanya ini dimanfaatkan untuk menyatakan respons
atau tanggapan siswa terhadap tuturan guru dan respons antarsiswa. Oleh karena
itu, dari pengamatan sepintas terasa ada yang memenuhi syarat prinsip kesantunan
dan ada yang tidak. Jenis respons baik yang memenuhi kesantunan atau tidak
perlu diteliti, agar penelitian ini kelak menjadi bahan refleksi siswa dan guru.
Selain itu, dapat dimanfaatkan menjadi bahan refleksi agar proses pembelajaran
berjalan lebih baik (efektif dan efisien) dalam rangka mencapai tujuan
pembelajaran dan komunikasi di luar kelas pun menjadi semakin santun.

1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan paparan latar belakang, berikut identifikasi masalah penelitian
ini. Keterampilan berbahasa merupakan keterampilan yang harus dimiliki oleh
setiap manusia. Keterampilan bahasa tersebut sudah menjadi bagian yang sangat

7

penting bagi setiap orang agar dapat mengemukakan pikiran dan perasaannya
secara baik dan menyeluruh. Selain itu, ciri keterpelajaran seseorang terlihat dan
ditandai oleh kecermatan, ketepatan dan kesanggupan menyatakan isi pikiran
secara ekplisit melalui bahasa. Dalam keterampilan berbahasa ini, perlu
memperhatikan kesantunan dalam bertutur.
Di lingkungan sekolah, terutama di SMP KD tidak semua percakapan
antarsiswa terutama di dalam kelas maupun di luar kelas menggunakan bahasa
yang santun. Tidak terpenuhinya prinsip kerja sama dan kesantunan karena
penutur memiliki maksud tertentu dalam tuturannya. Kadang-kadang dalam
mengungkapkan rasa tidak suka, rasa kecewa, untuk menghibur, untuk
mempengaruhi, untuk memerintah dan untuk menasihati belum semuanya
menggunakan bahasa yang santun.
Para guru di lingkungan SMP KD belum menjadi contoh bagi para siswa
dalam bertutur kata yang santun. Terkadang mereka bertutur kurang santun dan
melanggar prinsip kesantunan. Sementara itu, sekolah belum memperhatikan
kesantunan dengan serius. Mulai dari kepala sekolah, staf, guru, dan karyawan
belum ada gerakan bersama untuk menyantunkan tuturannya. Dalam hal ini,
terdapat berbagai masalah yang berkaitan dengan kesantunan tuturan para siswa,
yaitu para siswa belum dapat bertutur dengan santun, para guru belum menjadi
contoh dalam bertutur dengan santun, dan pihak sekolah pun belum
memperhatikan hal ini dengan serius.

8

1.3. Cakupan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, permasalahan yang

menjadi fokus

penelitian perlu dibatasi. Masalah penelitian ini mencakupi kesantunan tuturan
antarsiswa dan guru, serta antarsiswa di sekolah. Pematuhan dan pelanggaran
prinsip-prinsip kesantunan perlu dicermati lebih lanjut.

Alasannya, menjadi

bahan refleksi antarsiswa dan guru serta antarsiswa supaya mereka mau belajar
untuk bertutur kata dengan santun.

1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang dan identifikasi masalah tersebut, dapat
dikemukakan rumusan masalah penelitian sebagai berikut.
1) Jenis tuturan apa sajakah yang dituturkan oleh siswa SMP KD Semarang?
2) Bagaimanakah pematuhan prinsip kesantunan tuturan siswa

SMP KD

Semarang?
3) Bagaimanakah pelanggaran prinsip kesantunan tuturan siswa

SMP KD

Semarang?

1.5. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan penelitian ini adalah:

9

1)

mengidentifikasi jenis-jenis tuturan siswa SMP KD Semarang;

2)

mendeskripsi pematuhan prinsip kesantunan tuturan siswa

SMP KD

Semarang; dan
3)

mendeskripsi pelanggaran prinsip kesantunan tuturan siswa

SMP KD

Semarang.

1.6. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini ada dua, yaitu manfaat teoretis dan
manfaat praktis.
1)

Manfaat Teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu linguistik

terapan, khususnya di bidang pragmatik. Hasil penelitian ini dapat dipergunakan
sebagai referensi bagi peneliti lain yang ingin mengadakan penelitian mengenai
kesantunan tuturan siswa .

2)

Manfaat Praktis
Manfaat praktis dari hasil penelitian ini adalah

a)

Bagi guru
Hasil penelitian ini menjadi bukti bahwa dalam semua mata pelajaran,
masih ada guru yang belum bertutur kata santun

b)

Bagi para siswa

10

Temuan penelitian ini menjadi bukti bagi siswa bahwa tuturan yang santun
belum menjadi kebiasaan bagi para siswa dalam berkomunikasi di sekolah
karena bertutur dengan santun, dapat tercipta karakter yang baik dalam
diri siswa terutama menghargai orang lain.
c)

Bagi sekolah
Hasil penelitian ini menjadi bukti bagi semua warga sekolah bahwa
tuturan yang santun belum tercipta di lingkungan sekolah.