PERATURAN DAERAH KABUPATEN KETAPANG NOMOR 26 TAHUN 2000

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KETAPANG
NOMOR 26 TAHUN 2000
TENTANG
PENGELOLAAN HUTAN DAN HASIL HUTAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI KETAPANG
Menimbang :
a. bahwa dalam penj elasan pasal 11 ayat (1) dan (2) Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999
t ent ang Pemerint ahan Daerah, dimana kewenangan sudah berada pada Daerah Kabupat en
maka Daerah hendaknya melakukan prakarsa dan menyiapkan perangkat perat uran Daerah
guna mendukung pelaksanaan Ot onomi Daerah Secara Penuh;
b. bahwa Daerah mempunyai kewenangan dalam bidang pemerint ahan sert a berkewenangan
unt uk mengelola sumber daya alam di daerahnya masing-masing dan bert anggung j awab
memelihara kelest arian lingkungan hidup dengan berpedoman kepada Perat uran
Perundang-undangan;
c. bahwa unt uk melaksanakan Ot onomi Daerah Sesuai Undang-Undang Nomor : 22 Tahun 1999
Daerah memerlukan pembiayaan yang cukup besar, unt uk it u maka Daerah dit unt ut unt uk
bisa menggali pot ensi sumber daya alam yang t ersedia di daerahnya masing-masing;
d. bahwa Daerah Kabupat en Ket apang memiliki pot ensi sumber daya alam hasil hut an yang
cukup besar dan dianggap mampu unt uk menunj ang pembiayaan pembangunan Daerahnya
dan kesej aht eraan rakyat Kabupat en Ket apang;

e. bahwa guna mengat ur pengelolaan hut an dan hasil hut an di Kabupat en Ket apang perlu
dit et apkan dengan suat u Perat uran Daerah.
Mengingat :
1.

Undang-undang Nomor 27 Tahun 1959 t ent ang Undang-undang Darurat Nomor 3 Tahun
1953 t ent ang Pembent ukan Daerah Tingkat II di Kalimant an (LN Tahun 1953 Nomor 9,
TLN Nomor 352);

2.

Undang-undang Nomor 5 Tahun 1984 t ent ang Perindust rian (LN Tahun 1984 Nomor 22,
TLN Nomor 23);

3.

Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 t ent ang Konservasi Sumber Daya Alam Hayat i
dan Ekosist emnya (Lembaran Negara Republik Indonesia 1990 Nomor 49 Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 19);


4.

Undang-undang Nomor 25 Tahun 1992 t ent ang Perkoperasian (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3502);

5.

Undang-undang Nomor 9 Tahun 1995 t ent ang Pengusaha Kecil (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3611);

6.

Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 t ent ang Pengelolaan Lingkungan Hidup
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 68 Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3699);

7.


Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 t ent ang Pemerint ahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 60 Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3839);

8.

Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 t ent ang Perimbangan Keuangan Pusat dan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 72, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3848);

9.

Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 t ent ang Kehut anan (Lembaran Negara Tahun
1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3858);

10. Perat uran Pemerint ah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 1985 t ent ang Perlindungan
Hut an (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor 39, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3294);
11. Perat uran Pemerint ah Republik Indonesia Nomor 59 Tahun 1998 t ent ang Tarif At as
Jenis Penerimaan Negara Bukan Paj ak yang Berlaku pada Depart emen Kehut anan dan

Perkebunan;
12. Perat uran Pemerint ah Republik Indonesia Nomor 62 Tahun 1998 t ent ang Penyerahan
Sebagian Urusan Pemerint ah di Bidang Kehut anan Kepada Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 106);
13. Perat uran Pemerint ah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1999 t ent ang Pengusahaan
Hut an dan Pemungut an Hasil Hut an pada Hut an Produksi (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1999 Nomor 13, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3802);
14. Perat uran Pemerint ah Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2000 t ent ang Kewenangan
Pemerint ah dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Ot onom (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3848);
15. Perat uran Daerah Kabupat en Ket apang Nomor 1 Tahun 1988 t ent ang Penyidik Pegawai
Negeri Sipil (PPNS) di Lingkungan Pemerint ah Kabupat en Ket apang;
16. Perat uran Daerah Kabupat en Ket apang Nomor 18 Tahun 2000 t ent ang Kewenangan
Kabupat en sebagai Daerah Ot onom (Lembaran Daerah Kabupat en Ket apang Tahun
2000 Nomor 26 Seri D Nomor 18).
dengan Perset uj uan
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KETAPANG
MEMUTUSKAN


Menet apkan: PERATURAN DAERAH KABUPATEN KETAPANG TENTANG PENGELOLAAN HUTAN
DAN HASIL HUTAN.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Perat uran Daerah ini yang dimaksud dengan :
1.

Daerah adalah Kabupat en Ket apang;

2.

Pemerint ah Daerah adalah Pemerint ah Kabupat en Ket apang;

3.

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanj ut nya disebut DPRD adalah DPRD
Kabupat en Ket apang;


4.

Bupat i adalah Bupat i Ket apang;

5.

Dinas Kehut anan adalah Dinas Kehut anan sebagai Dinas Teknis at au Unit Teknis yang
mengurusi bidang Kehut anan di Kabupat en Ket apang;

6.

Dinas Pendapat an adalah Dinas Pendapat an Kabupat en Ket apang;

7.

Perorangan adalah individu yang berasal dari at au t inggal di suat u daerah di dalam
at aupun di sekit ar hut an;

8.


Koperasi adalah Badan Usaha yang beranggot akan orang seorang at au Badan Hukum
Koperasi dengan melandaskan kegiat annya berdasarkan prinsip Koperasi sekaligus
sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan at as azas kekeluargaan;

9.

Hut an adalah suat u kesat uan ekosist em berupa hamparan lahan berisi sumber daya
alam hayat i yang didominasi pepohonan dalam persekut uan alam lingkungannya yang
sat u dengan yang lainnya t idak dapat dipisahkan;

10. Kawasan Hut an adalah wilayah t ert ent u yang dit unj uk dan at au dit et apkan oleh
Pemerint ah unt uk dipert ahankan keberadaannya sebagai hut an t et ap;
11. Hut an Negara adalah hut an yang berada pada hut an t anah yang t idak dibebani hak
at as t anah;
12. Hut an Hak adalah hut an yang berada pada t anah yang dibebani hak at as t anah;
13. Hut an Adat adalah hut an negara yang berada dalam wilayah masyarakat hukum adat
sebagaimana ket ent uan yang berlaku;
14. Hut an Produksi adalah kawasan hut an yang mempunyai f ungsi pokok memproduksi
hasil hut an;
15. Hut an Lindung adalah hut an yang mempunyai f ungsi pokok sebagai perlindungan

sist em penyangga kehidupan unt uk mengat ur t at a air mencegah banj ir,
mengendalikan erosi, mencegah int rusi air laut sert a memelihara kesuburan t anah;
16. Hut an Produksi Konversi adalah kawasan hut an produksi yang dapat diubah at au dialih
f ungsikan unt uk kepent ingan pert anian, perkebunan, kehut anan dan kepent ingan
lainnya;
17. Hak Pemungut an Hasil Hut an yang selanj ut nya disingkat dengan HPHH adalah hak
unt uk memungut hasil hut an, baik hasil hut an berupa kayu at au hasil hut an non kayu
pada kawasan hut an produksi dalam j umlah dan j enis yang dit et apkan dalam surat
ij in;
18. Hak Pengusahaan Hut an yang selanj ut nya disingkat dengan HPH adalah hak unt uk
mengusahakan hut an di dalam kawasan hut an produksi yang kegiat annya t erdiri dari :
penanaman, pemeliharaan, pengamanan, pemanenan hasil, pengolahan dan
pemasaran hasil hut an;
19. Hasil Hut an adalah benda-benda non hayat i dan t urunannya sert a j asa yang berasal
dari hut an;
20. Izin Pemanf aat an kayu yang selanj ut nya disingkat dengan IPK adalah izin penebangan
dan pemanf aat an kayu dari areal hut an yang t elah dilepaskan/ dit et apkan oleh
inst ansi yang berwenang unt uk keperluan non kehut anan at au hut an t anaman;
21. Izin Sah Lainnya yang selanj ut nya disingkat dengan ISL adalah izin pengumpulan hasil
hut an yang diberikan oleh Inst ansi yang berwenang kepada Badan Usaha/ Perorangan

selain HPH, HPHH dan IPK;
22. Surat Ket erangan Sahnya Hasil Hut an yang selanj ut nya disingkat dengan SKSHH adalah
Dokumen milik Depart emen Kehut anan dan Perkebunan sebagai bukt i legalit as
pengangkut an, penguasaan at au pemilikan hasil hut an;

23. Dana Reboisasi yang selanj ut nya disingkat dengan DR adalah dana yang dipungut dari
HPH, HPHH, dari hut an alam berupa kayu dalam rangka Reboisasi dan Rehabilit asi
Lahan;
24. Provisi Sumber Daya Hut an yang selanj ut nya disingkat dengan PSDH adalah pungut an
yang dikenakan sebagai penggant i nilai int rinsik hasil hut an yang dipungut dari hut an
Negara;
25. Indust ri Pengolahan Kayu adalah suat u indust ri yang merubah bent uk kayu menj adi
barang set engah j adi dan at au barang j adi;
26. Pembinaan Masyarakat Desa Hut an yang selanj ut nya disingkat dengan PMDH adalah
Pembinaan t erhadap Masyarakat di sekit ar hut an yang bert uj uan membant u
mewuj udkan t ercipt anya Masyarakat Desa Hut an yang Mandiri, Sej aht era dan Sadar
Lingkungan.
BAB II
PELAKSANAAN PENGELOLAAN HUTAN
Pasal 2

Set iap hut an dan kawasan hut an waj ib dikelola berdasarkan azas manf aat dan lest ari sesuai
f ungsinya.
Pasal 3
Izin Hak Pemungut an Hasil Hut an dan Izin Pemanf aat an Kayu dikeluarkan oleh Bupat i sesuai
dengan kewenangannya.
Pasal 4
(1)

Izin Hak Pemungut an Hasil Hut an dimaksud pasal 3 diberikan pada kawasan hut an
produksi dan kawasan hut an produksi konversi.

(2)

Izin Hak Pemungut an Hut an bukan kayu dan Izin Pemanf aat an Jasa Lingkungan selain
pada kawasan hut an dimaksud pada ayat pasal ini j uga dapat diberikan pada kawasan
hut an lindung.
Pasal 5

(1)


Izin Hak Pemungut an Hasil Hut an dan Izin Pemanf aat an Jasa Lingkungan sebagaimana
dimaksud pasal 4 ayat (1) dan (2) diberikan pada:
(a) Perorangan melalui kelompok;
(b) Koperasi.

(2)

Koperasi sepert i yang dimaksud pada ayat (1) huruf b pasal ini adalah Koperasi yang
bergerak di bidang Pengusahaan Hut an at au Koperasi yang mempunyai Unit Usaha
Pengelolaan Hasil Hut an.
Pasal 6

Pemberian Izin Pemungut an Hasil Hut an dipriorit askan pada masyarakat di sekit ar kawasan
hut an.
Pasal 7

Izin Pemungut an Hasil Hut an dan Izin Pemanf aat an Kayu diberikan unt uk j angka wakt u 1
(sat u) t ahun dan apabila dipandang perlu dapat diperpanj ang.
Pasal 8
Tat a Cara pemberian dan at au pengeluaran izin sebagaimana dimaksud pasal 4 diat ur dengan
Keput usan Bupat i.
BAB III
PELAKSANAAN PENGELOLAAN HASIL HUTAN
Pasal 9
(1)

Set iap hasil hut an yang dipungut at au di produksi waj ib dilengkapi izin yang dikeluarkan
oleh Bupat i .

(2)

Set iap hasil hut an yang dipungut at au diproduksi waj ib dicat at dan dibukukan menurut
Tat a Usaha Kayu (TUK) sebagaimana t elah diat ur oleh perat uran perundangan yang
berlaku.

(3)

Jenis hasil hut an yang diperbolehkan unt uk dieksploit asi menurut perda ini adalah berupa
hasil hut an kayu dan hasil hut an non kayu.

(4)

Jenis hasil hut an yang dimaksud ayat (3) pasal ini dapat digolongkan dalam kelompok :
a. Hasil Hut an berupa kayu;
1. Kelompok Jenis Merant i;
2. Kelompok Rimba Campuran;
3. Kelompok Kayu Indah;
b. Hasil Hut an berupa non kayu diat ur dengan Keput usan Bupat i.

(5)

Set iap hasil hut an sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pasal ini waj ib dilaporkan kepada
Bupat i.

(6)

Tat a cara pelaporan sebagaimana dimaksud ayat (5) pasal ini diat ur dengan Keput usan
Bupat i.
Pasal 10

Set iap hasil hut an yang akan diperedarkan at au diangkut waj ib menggunakan SKSHH.
Pasal 11
(1)

Set iap hasil hut an t erut ama kayu sebelum diangkut , diperedarkan at au diperniagakan
keluar Kabupat en Ket apang waj ib diolah t erl ebih dahulu melalui indust ri pengolahan
kayu yang ada di Kabupat en Ket apang.

(2)

Pengecualian t erhadap ayat (1) pasal ini hanya diperbolehkan apabila pemenuhan bahan
baku bagi indust ri pengolahan kayu di Kabupat en Ket apang t elah t erpenuhi.

(3)

Izin indust ri pengolahan kayu diberikan unt uk j angka wakt u sat u t ahun dan apabila
dipandang perlu dapat diperpanj ang.

Pasal 12
(1)

Khusus unt uk kayu belian at au ulin hanya diperbolehkan unt uk memenuhi pembangunan
di Kabupat en Ket apang.

(2)

Unt uk pembangunan di luar Kabupat en Ket apang di dalam Propinsi Kalbar dapat
diberikan dengan izin Bupat i dan dikenakan t arif khusus.
BAB IV
PENARIKAN IURAN HASIL HUTAN
Pasal 13

Set iap usaha yang bergerak dalam bidang pengelolaan Hut an dan Hasil Hut an waj ib membayar
Iuran Hasil Hut an kepada Pemerint ah sesuai dengan ket ent uan yang t elah dit et apkan dalam
Perat uran Daerah ini.
Pasal 14
Ket ent uan penerimaan pengelolaan Hut an dan Hasil Hut an t erdiri dari :
(1)

Bent uk penerimaan dari Hasil Hut an Kayu yang berasal dari :
HPHH dan IPK berupa :
a.
b.
c.
d.
e.

(2)

Iuran Hak Pemungut an Hasil Hut an;
Iuran Provisi Sumber Daya Hut an (PSDH):
Iuran Dana Reboisasi (DR);
Iuran Dana Pembinaan Masyarakat Desa Hut an;
Pungut an Sah Lainnya.

Bent uk penerimaan dari Hasil Hut an Kayu yang berasal dari :
HPH dan ISL berupa :
a. PMDH;
b. Pungut an Sah Lainnya.

(3)

Bent uk Penerimaan hasil hut an kayu pada sekt or indust ri pengolahan kayu berupa:
a.
b.
c.
d.

(3)

Iuran Hasil Pengolahan;
Iuran Penj ualan;
Iuran Dana Penanggulangan Kerusakan Ekologis;
Pungut an sah lainnya.

Bent uk penerimaan dari Hasil Hut an Non Kayu :
a. Izin pemungut an hasil hut an;
b. Iuran PSDH.
Pasal 15

(1)

Besarnya Iuran Hasil Hut an sebagaimana di maksud pasal 14 ayat (1) point a, d, dan e
ayat (2), (3) dan (4) point a dit ur dengan Keput usan Bupat i.

(2)

Keput usan Bupat i sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini harus mendapat
perset uj uan DPRD Kabupat en Ket apang.
Pasal 16

Penerimaan dari pengelolaan Hut an dan Hasil Hut an sebagaimana t ercant um pada pasal 14
dan 15 waj ib diset or pada rekening Kas Daerah dan at au melalui Bendaharawan Khusus yang
dit unj uk.
BAB V
TATA CARA PENERIMAAN DAN PENGGUNAAN IURAN HASIL HUTAN
Pasal 17
Iuran penerimaan pengelolaan dari Hut an dan Hasil Hut an dipergunakan sesuai dengan
ket ent uan dan ket et apan yang t ert uang di dalam Perat uran Daerah ini:
(1)

Dana Reboisasi unt uk membiayai :

a. Kegiat an rehabilit asi hut an;
b. Kegiat an penanggulangan kerusakan ekologis;
c. Kegiat an Penelit ian dan Pengkaj ian Teknologi pemanf aat an hasil hut an dan
pengelolaan lingkungan hidup.
(2)

Dana pembinaan masyarakat desa hut an dipergunakan unt uk membiayai :

a. Pelat ihan penerapan Teknologi budidaya t anaman buah-buahan hut an yang memiliki
nilai ekonomi t inggi;
b. Pembinaan penat aan pemukiman penduduk yang layak huni dan ramah lingkungan
khusus bagi masyarakat desa di sekit ar hut an;
c. Pembinaan koperasi, usaha kecil, pendidikan dan sosial budaya masyarakat .
(3)

Iuran Hak Pemungut an Hasil Hut an, Iuran Hasil Pengolahan, Iuran Hasil Penj ualan
dipergunakan unt uk membiayai kegiat an pembangunan daerah pada sekt or f isik maupun
sekt or non f isik.
Pasal 18

Set iap pemegang Hak Pengelolaan Hasil Hut an waj ib menanam kembali di areal bekas
t ebangannya sej umlah 10 (sej umlah) kali j umlah pohon yang dit ebang.
BAB VI
TATA CARA PENGAJUAN PERMOHONAN UNTUK MEMPEROLEH PERIZINAN
Pasal 19

(1)

Permohonan HPHH, IPK dan ISL diaj ukan oleh pemohon kepada Bupat i Ket apang, dengan
rekomendasi dari:
a. Kepala Desa/ Lurah set empat , dengan perset uj uan Badan Perwakilan Desa;
b. Camat ;
c. Pert imbangan Teknis dari Kepala Dinas Kehut anan Kabupat en Ket apang at au KKPH;
d. Surat Permohonan bagi Koperasi harus dilengkapi persyarat an berupa :
1. Akt e Badan Hukum Koperasi yang dilegalisir oleh Inst ansi Teknis;
2. Dat a kepengurusan yang diput uskan dalam Rapat Anggot a Tahunan dan diket ahui
oleh Inst ansi Teknis;
3. Neraca Keuangan selama 2 (dua) t ahun t erakhir unt uk yang lama dan Neraca awal
bagi yang baru sert a t ert ib kelembagaan usaha koperasi.
e. Lokasi dan pet a areal yang dimohon dengan skala 1 : 50. 000;

(2)

Permohonan Indust ri Pengolahan kayu diaj ukan oleh pemohon dilengkapi dengan surat surat yang diat ur dengan Keput usan Bupat i.

(3)

Set iap Pemegang Ij in dapat beroperasi set elah mendapat ij in dari Bupat i.
Pasal 20

Izin HPHH, IPK dan ISL yang akan dikeluarkan oleh Bupat i memuat t arget produksi
berdasarkan hasil survey pot ensi hut an.
BAB VII
WILAYAH KESATUAN PEMANGKUAN HUTAN
Pasal 21
Wilayah Kesat uan Pemangkuan Hut an yang menj adi obyek Perat uran Daerah ini adalah Daerah
Administ rat if Pemerint ahan Kabupat en Ket apang.
Pasal 22
Wilayah Eks HPH t ermasuk obyek di dalam Perat uran Daerah ini.
BAB VIII
PELAKSANAAN TATA NIAGA KAYU
Pasal 23
Set iap Angkut an Kayu yang berasal dari areal HPHHH dan areal IPK diangkut ke lokasi indust ri
pengolahan kayu at au ke t empat lainnya waj ib dilengkapi dengan Dokumen SKSHH.
Pasal 24

SKSHH yang dimaksud pasal 23 diat ur sesuai ket ent uan yang berlaku dan dit et apkan dengan
Keput usan Bupat i.
Pasal 25
Bat as ket ent uan t arget produksi per t ahun unt uk set iap pemilik indust ri pengolahan kayu,
maksimalnya disesuaikan dengan keadaan dan dit ent ukan lebih lanj ut dengan Keput usan
Bupat i.
Pasal 26
Bupat i Kepala Daerah melalui Surat Keput usannya dapat menunj uk pet ugas dari Inst ansi
t eknis-Inst ansi t eknis pemerint ah Kabupat en Ket apang unt uk melaksanakan kegiat an dalam
rangka pelaksanaan Perda ini.
BAB IX
KEWAJ I BAN
Pasal 27
Set iap pemegang HPHH, IPK dan indust ri pengolahan kayu sebelum dan sesudah mendirikan
usaha waj ib melakukan kaj ian lingkungan sesuai ket ent uan yang berlaku dan dit et apkan
dengan Keput usan Bupat i.
Pasal 28
Set iap Pemegang HPHH, IPK dan indust ri pengolahan kayu waj ib mengelola limbahnya dan
dilarang membuang at au menampung limbah di sekit ar sungai dan Daerah Pemukiman
Penduduk.
Pasal 29
Set iap pemegang Izin Usaha sepert i : HPH, HPHH, IPK, ISL dan indust ri pengolahan kayu waj ib
memperhat ikan kegiat an sosial kemasyarakat an dan adat ist iadat masyarakat set empat .
BAB X
LARANGAN DAN SANKSI
Pasal 30
(1)

Set iap pemegang izin HPHH, ISL dan IPK dilarang :
a. Melakukan pemungut an at au penebangan di luar areal kerj a yang t elah dit et apkan
dalam ij in hak pemungut an hasil hut an;
b. Melakukan pemungut an at au penebangan sebelum t erbit nya ij in hak pemungut an
hasil hut an;
c. Menebang pohon yang berdiamet er di bawah limit yang t elah dit et apkan;
d. Menebang pohon-pohon yang dilindungi;
e. Menebang pohon di sekit ar daerah aliran sungai at au sumber mat a air;

f . Melakukan pemungut an at au penebangan melebihi t arget yang t elah dit ent ukan;
g. Membiarkan kayu yang t elah dit ebang t et ap berada at au t inggal di hut an;
h. Dengan sengaj a membiarkan kebakaran hut an yang t erj adi di arealnya karena sebab
apapun;
i.
(2)

Mengangkut kayu hasil hut an t anpa menggunakana SKSHH.

Set iap pemegang izin Indust ri Pengolahan Kayu dilarang :
a. Mengolah bahan baku ilegal;
b. Melakukan produksi sebelum dikeluarkannya perizinan;
c. Melakukan penyimpangan produksi di luar dari perizinan yang dikeluarkan;
d. Mendirikan bangunan indust ri di sekit ar lingkungan pemukiman dan at au
bert ent angan dengan t at a ruang yang diat ur Pemerint ah Daerah;
e. Menggunakan bahan kimia unt uk t uj uan pengawet an dan pengobat an kayu yang
dilarang Pemerint ah;
f . Membuang limbah yang mengandung bahan berbahaya di sembarang t empat yang
membahayakan kelangsungan makhluk hidup dan lingkungan;
g. Menggunakan mesin pengolah yang t ingkat kebisingannya dapat mengganggu
pendengaran;
h. Melakukan produksi melebihi kapasit as perizinan yang diberikan;
i.

Melakukan pemasangan mesin baru unt uk t uj uan perluasan usaha t anpa
sepenget ahuan Inst ansi Teknis;

j . Melakukan pemindahan lokasi pabrik t anpa sepenget ahuan dan perset uj uan Inst ansi
Teknis dan t erkait lainnya.
Pasal 31
(1)

Ij in HPHH, ISL dan IPK dapat dicabut apabila :
a. Tidak membayar kewaj iban keuangan di bidang pemungut an hasil hut an sebagaimana
diat ur dalam pasal 16;
b. Merusak lingkungan at au merusak f ungsi konservasi sesuai perat uran perundangundangan yang berlaku;
c. Memindaht angankan HPHH kepada pihak lain t anpa melapor sebelumnya kepada
Bupat i Ket apang;
d. Mengambil hasil hut an yang t idak sesuai dengan izin yang diberikan.

(2)

Set iap pemegang izin dapat dikenakan sanksi berupa :

a. Pencabut an HPHH / Izin;
b. Denda Administ rasi.
(3)

Tat a cara pengenaan, penet apan dan pelaksanaan sanksi at as pelanggaran di bidang
pemungut an hasil hut an dikenakan sesuai dengan ket ent uan perundang-undangan yang
berlaku.
BAB XI
KETENTUAN PIDANA
Pasal 32

(1)

Pelanggaran at as ket ent uan Perat uran Daerah ini diancam dengan pidana kurungan
paling lama 6 (enam) bulan at au denda paling banyak Rp. 5. 000. 000, - (lima j ut a rupiah)
dengan at au t idak merampas barang t ert ent u unt uk daerah kecuali j ika dit ent ukan lain
dalam perat uran perundang-undangan.

(2)

Bahwa t erhadap pelanggaran ayat (1) Pasal ini dapat dikenakan pembebanan biaya
paksaan penegakan hukum, seluruhnya at au sebagian kepada pelanggar.
BAB XII
PENYI DI KAN
Pasal 33

(1)

Penyidikan at as t indak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 Perat uran Daerah
ini selain Pej abat Penyidik Umum dapat j uga dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil
di lingkungan Pemerint ah Daerah yang pangkat nya sesuai dengan perat uran perundangundangan yang berlaku.

(2)

Dalam melaksanakan t ugas penyidikan, Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana
dimaksud ayat (1) pasal ini berwenang:
a.

b.

c.
d.
e.

f.
g.

h.

Menerima, mencari, mengumpulkan dan menelit i ket erangan at au laporan berkenaan
dengan t indak pidana di bidang iuran hasil usaha hut an agar ket erangan at au laporan
t ersebut menj adi lebih lengkap dan j elas;
Menelit i, mencari dan mengumpulkan ket erangan mengenai orang pribadi at au badan
t ent ang kebenaran perbuat an yang dilakukan sehubungan dengan t indak pidana
perpaj akan daerah t ersebut ;
Memint a ket erangan dan barang bukt i dari orang pribadi at au badan usaha
sehubungan dengan t indak pidana di bidang iuran hasil usaha hut an Daerah;
Memeriksa buku-buku, cat at an-cat at an dan dokumen lain berkenaan dengan t indak
pidana di bidang Iuran Hasil Hut an;
Melakukan penggeledahan unt uk mendapat kan bahan bukt i pembukuan, pencat at an
dan dokumen-dokumen lain sert a melakukan penyit aan t erhadap bahan bukt i
t ersebut ;
Memint a bant uan t enaga ahli dalam rangka pelaksanaan t ugas penyidikan t indak
pidana di bidang pengelolaan hasil usaha hut an daerah;
Menghent ikan, melarang seorang meninggalkan ruangan at au t empat pada saat
pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa ident it as orang dan at au dokumen
yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf e;
memot ret seseorang yang berkait an dengan t indak pidana pengelolaan hasil usaha
hut an Daerah;

i.
j.
k.

(3)

memanggil orang unt uk didengar ket erangannya dan diperiksa sebagai t ersangka at au
saksi;
menghent ikan penyidikan;
melakukan t indakan lain yang perlu unt uk kelancaran penyidikan t indak pidana di
bidang perpaj akan daerah menurut hukum yang dapat dipert anggungj awabkan.

Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini memberit ahukan dimulainya
penyidikan dan penyampaian hasil penyidikannya kepada Penunt ut Umum, sesuai dengan
ket ent uan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 t ent ang Hukum Acara Pidana.
BAB XIII
PENGAWASAN
Pasal 34

Bupat i Ket apang melalui Keput usannya dapat menunj uk Pet ugas dari Inst ansi Pemerint ah
Kabupat en Ket apang unt uk melakukan t indakan pengawasan.
BAB XIV
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 35
(1)

Dengan berlakunya Perat uran Daerah ini, maka segala ket ent uan yang pernah dit et apkan
yang mengat ur mat eri yang sama dan bert ent angan dengan Perat uran Daerah ini
dinyat akan t idak berlaku lagi.

(2)

Hal-hal yang belum diat ur dan at au belum cukup diat ur dalam Perat uran Daerah ini,
sepanj ang mengenai pelaksanaannya dit et apkan lebih lanj ut oleh Bupat i Kepada Daerah
dengan perset uj uan DPRD.
Pasal 36

Perat uran Daerah ini mulai berlaku pada t anggal diundangkan, agar set iap orang dapat
menget ahuinya, memerint ahkan pengundangan Perat uran Daerah ini dengan penempat annya
dalam Lembaran Daerah Kabupat en Ket apang.
DITETAPKAN DI : KETAPANG
PADA TANGGAL : 18 Okt ober 2000
BUPATI KETAPANG
t t d.
MORKES EFFENDI
DIUNDANGKAN DI KETAPANG
PADA TANGGAL 1 NOPEMBER 2000
SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN KETAPANG,
t t d.
H. PRIJONO, BA
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KETAPANG
TAHUN 2000 NOMOR : 35 SERI D. NO. 27