PERANAN KIAI NUR MU’ALLIF DALAM PERJUANGAN ISLAM DI PONDOK PESANTREN IHYAUL ULUM, GRESIK SELATAN, DESA BANYUURIP, KECAMATAN KEDAMEAN 1982-1998 M.

(1)

ABSTRAK

Skirpsi ini adalah hasil penelitian lapangan yang berjudul “Sejarah Perkembangan Pondok Pesantren MAS Dusun Dungduro Desa Krembangan Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo Tahun 2000-2015”. Adapun permasalahan yang dibahas yaitu: 1) bagaimana sejarah berdirinya pondok pesantren MAS dusun Dungduro desa Krembangan Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo? ; 2) bagaimana perkembangan pondok pesantren MAS dusun Dungduro desa Krembangan kecamatan Taman kabupaten Sidoarjo tahun 2000-2015? ; 3) Bagaimana respon masyarakat dan santri terhadap pondok pesantren MAS dusun Dungduro desa Krembangan kecamatan Taman kabupaten Sidoarjo?.

Skripsi ini menggunakan pendekatan historis yang mengarah pada sejarah perkembangan pondok pesantren, dan pendekatan sosiologi yang mengarah pada respon masyarakat dan santri terhadap pondok pesantren. Metode yang digunakan adalah metode sejarah yakni Heuristik (pengumpulan sumber), Kritik Sumber (intern dan ekstern), Interpretasi sejarah, dan tahap akhir dalam metode sejarah Historiografi. Teori continuity and change digunakan pada penelitian ini, yang pengaplikasiannya dimasukkan dalam perkembangan, perkembangan tersebut menyangkut tradisi lama dan memasukkan tradisi baru.

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut : Pertama, pondok pesantren MAS Dusun Dungduro Desa Krembangan Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo berdiri pada tahun 2000 dengan tujuan melahirkan sumber daya manusia yang memiliki inisiatif, kreatifitas dan kemandirian. Kedua, perkembangan pondok pesantren MAS tahun 2000-2015 dapat dilihat dari perkembangan fisik yakni berupa bertambahnya jumlah bangunan dan perkembangan non fisik yakni berupa bertambahnya jumlah santri serta berkembangnya pendidikan formal maupun pendidikan non formal di pondok pesantren MAS. Ketiga, respon masyarakat dan santri yang sangat positif terhadap pondok pesantren MAS.


(2)

ABSTRACT

This thesis is the result from field research that have title “The History of Pondok Pesantren MAS Dusun Dungduro Krembangan District Taman Sidoarjo 2000-2015”. The problem is 1) how the history of the establishment pondok pesantren MAS dusun Dungduro desa Krembangan district Taman Sidoarjo? ; 2) how the developments pondok pesantren MAS dusun Dungduro Krembangan district Taman Sidoarjo 2000-2015? ; 3) how the responses of community and the students in pondok pesantren MAS dusun Dungduro Krembangan district Taman Sidoarjo city.

This thesis use historical approach that leads to history of developments pondok pesantren, and sociological approach that leads to the community and the response and students of the boarding scool. The method that the writer used is historical method is Heuristic (collect the resources), Critics the last steps in history method is Historiography. The application be included in the development, that development concern to old tradition and insert the old tradition.

From this research is concluded as follows : first pondok pesantren MAS dusun Dungduro desa Krembangan dictrict Taman Sidoarjo city established in 2000 with the purpose be born human resource have initative, creativity and stand alone. Second, development of pondok pesantren MAS 2000-2015 can be seen from the physical development in the form of increasing the number of buildings and non-physical development in the form of increasing the number of students and the development of formal and non formal education in pondok pesantren MAS. Third, people response and student have positive view for pondok pesantren MAS.


(3)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBIN ... iii

PERSETUJUAN TIM PENGUJI ... iv

PEDOMAN TRANSLITERASI ... v

MOTTO ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

ABSTRAK ... x

DAFTAR ISI ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. TujuanPenelitian ... 5

D. Kegunaan Penelitian ... 6

E. Pendekatan dan Kerangka Teoritik ... 6

F. Penelitian Terdahulu ... 8

G. Metode Penelitian ... 10

H. Sistematika Pembahasan ... 14

BAB II GAMBARAN UMUM PONDOK PESANTREN MAS A. Kondisi Pondok Pesantren MAS ... 16


(4)

1. Letak Geografis ... 16

2. Agama Masyarakat ... 17

3. Kondisi Sosial Budaya ... 17

4. KondisiEkonomi ... 20

B. Tinjauan Historis ... 21

1. Latar Belakang Berdirinya Pondok Pesantren MAS ... 21

2. Tokoh Pendiri Pondok Pesantren MAS ... 24

3. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren MAS ... 25

4. Visi dan Misi Pondok Pesantren MAS ... 28

BAB III PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN MAS TAHUN 2000- 2015 A. Perkembangan Kelembagaan Pondok Pesantren MAS . 32 B. Perkembangan Infrastruktur Pondok Pesantren MAS ... 34

C. Perkembangan Santri Pondok Pesantren MAS ... 38

D. Perkembangan Pendidikan Pondok Pesantren MAS ... 41

1. Kurikulum Pondok Pesantren MAS ... 44

2. Pengelolaan Kelas ... 46

3. Tenaga Pengajar Pondok Pesantren MAS ... 49

4. Metode Pengajaran ... 49

5. Kegiatan Non Formal Pondok Pesantren MAS ... 49

BAB IV RESPON MASYARAKAT DAN SANTRI TERHADAP PONDOK PESANTREN MAS A. Respon Masyarakat terhadap Pondok Pesantren MAS .. 52


(5)

B. Respon Santri Terhadap Pondok Pesantren MAS ... 55

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan... 59 B. Saran...60 DAFTAR PUSTAKA...61 LAMPIRAN


(6)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pesantren adalah suatu lembaga keagamaan yang mengajarkan, mengembangkan dan menyebarkan ilmu agama Islam. Dengan demikian pesantren merupakan tempat di mana anak-anak muda dan dewasa belajar secara lebih mendalam dan lebih lanjut ilmu agama Islam yang diajarkan secara sistimatis, langsung dari bahasa Arab serta berdasarkan kitab-kitab

klasik karangan ulama-ulama besar.1

Adapun tujuan pondok pesantren adalah membentuk kepribadian memantapkan akhlak dan melengkapinya dengan pengetahuan. Secara umum tujuan pesantren ialah untuk mengembangkan agama Islam untuk lebih memahami ajaran-ajaran agama Islam, terutama dalam bidang Tauhid, fiqih,

bahasa Arab, tafsir, hadist dan tasawuf.2

Dalam biang Tauhid yang diajarkan di pondok pesantren adalah memberi dasar pegangan keyakinan hidup yakni tujuan dan untuk apa manusia hidup. Dalam bidang Fiqih, yang diajarkan di pondok pesantren adalah aturan aturan peribadatan dan hukum-hukum islam dalam keseharian. Di pesantren dilakukan pula pembahasan ayat-ayat Al-Qur’an dalam ilmu Tafsir serta hadis-hadis atau berita-berita mnegenai ucapan, sikap, tindakan dan teladan

1Dawam Rahardjo, Pesantren dan Pembaharuan (Jakarta: LP3ES, 1974), 2.

2Mujamil Qamar, Pesantren Dari Transformasi Metodelogi Menuju Demokratisasi Institusi (Jakarta: Erlangga, 2004), 4


(7)

2

Nabi dalam rangkuman Ilmu Hadis, khususnya yang telah dihimpun dalam

buku-buku karangan Imam Bukhari dan Imam Muslim.3

Tipologi pondok pesantren dapat dikategorikan ke dalam tiga bentuk, pengkategorian pondok pesantren berdasarkan sistem lama dan keterpengaruhan sistem modern. Oleh karena itu pondok pesantren salafiyah adalah pondok pesantren yang menyelenggarakan pembelajaran dengan pendekatan tradisional, sebagaimana yang berlangsung sejak awal pertumbuhannya. Sedangkan pondok pesantren khalafiyah adalah pondok pesantren yang menyelenggarakan kegiatan pendidikan dengan pendekatan modern, melalui pendidikan formal, baik madrasah, maupun sekolah dengan

pendekatan klasikal.4

Berdasarkan tipologi tersebut dapat diklasifikasikan bahwa pondok pesantren salafiyah menerapkan kurikulum yang sistem pembelajarannya bersumber pada kitab kuning atau kitab-kitab klasik. Sedangkan pesantren khalafiyah menerapkan kurikulum yang umurnya dibatasi dan sistem

pembelajarannya dengan sistem kelas.5

Pesantren bisa disebut dengan pondok saja atau kedua kata ini digabung menjadi pondok pesantren. Pesantren merupakan salah satu jenis pendidikan Islam Indonesia yang bersifat tradisional untuk mendalami ilmu agama Islam, dan mengimplimentasikannya dalam kehidupan sehari-hari dengan penekanan pada moral dalam hidup bermasyarakat.

3Dawam Rahardjo, Pesantren dan Pembaharuan (Jakarta: LP3ES, 1974), 3.

4Faiqoh, Pondok Pesantren Dan Madrasah Diniyah (Jakarta: Kementrian Agama RI, 2003), 29 5Masjkur Anhari, Integrasi Sekolah ke dalam Sistem Pendidikan Pesantren (Surabaya: Diantama,


(8)

3

Pesantren yang memiliki watak mandiri dapat dilihat dari sudut penglihatan dari fungsi kemasyarakatan pesantren secara umum, dan dari pola pendidikan yang dikembangkan didalamnya. Oleh karena itu dilihat dari sudut fungsi kemasyarakatannya, pesantren adalah sebuah alternatif ideal bagi

perkembangan keadaan yang terjadi di luarnya.6

Dalam sejarahnya, pondok pesantren merupakan pendidikan Islam tradisional khas Indonesia yang sudah ada sejak sekitar abad XIII M. Dalam perkembangannya, pesantren menjadi lembaga pendidikan Islam yang tumbuh dan berkembang subur di daerah pedesaan. Namun dengan perkembangan seiring zaman, dunia pesantren saat ini telah mengalami perbaikan, penyempurnaan dan perkembangan.

Secara umum unsur penting pondok pesantren yaitu kiai, asrama, santri, sistem pendidikan. Pada awal berdirinya, bentuk pondok pesantren masih sangat sederhana. Kegiatannya masih sangat sederhana yang diselenggarakan di dalam masjid dengan beberapa orang santri. Kemudian berkembang dibangun pondok-pondok sebagai tempat tinggal santri. Pesantren didefinisikan sebagai suatu tempat pendidikan dan pengajaran yang menekankan pelajaran agama Islam dan didukung asrama sebagai tempat

tinggal santri yang bersifat permanen.7

Pondok Pesantren juga tidak bisa terpisah dengan kepemimpinan kiai. Kharisma yang dimiliki oleh para kiai menyebabkan mereka menduduki posisi

6Abdurrahman Wahid, Menggerakkan Tradisi Esai-Esai Pesantren (Yogyakarta: LKiS Yogyakarta, 2001), 91.

7Mujamil Qamar, Pesantren Dari Transformasi Metodelogi Menuju Demokratisasi Institusi (Jakarta: Erlangga, 2004), 1.


(9)

4

kepemimpinan dalam lingkungannya. Selain sebagai pemimpin agama dan pemimpin masyarakat desa, kiai juga memimpin sebuah pondok pesantren tempat ia tinggal. Di lingkungan pondok pesantren inilah kiai tidak saja diakui sebagai guru mengajar pengetahuan agama, tetapi juga di anggap oleh santri sebagai seorang bapak atau orang tuanya sendiri. Sebagai seorang bapak yang luas jangkauan pengaruhnya kepada semua santri, menempatkan kiai sebagai seorang yang disegani, dihormati, dipatuhi dan menjadi sumber petunjuk ilmu

pengetahuan bagi santri.8 Selain itu, kiai juga terkenal dengan pengabdiannya

yang tanpa pamrih. Kiai yang ada dalam pondok pesantren juga dapat menjadi guru yang mengamalkan ilmunya kepada santrinya. Oleh karena itu kiai dapat

disebut sebagai tokoh-tokoh pengabdi tanpa pamrih.9 Demikian pula dengan

kiai dipondok pesantren Mas dusun Dungduro desa Krembangan kecamatan Taman kabupaten Sidoarjo.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah dipaparkan tersebut, penulis memaparkan rumusan-rumusan masalah yang akan diungkap sebagai berikut:

1. Bagaimana sejarah berdirinya Pondok Pesantren Mas Dusun Dungduro

Desa Krembangan Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo?

2. Bagaimana perkembangan Pondok Pesantren Mas Dusun Dungduro Desa

Krembangan Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo tahun 2000-2015?

8Sukamto, Kepemimpinan Kiai Dalam Pesantren (Jakarta: Pustaka LP3ES, 1999), 77.


(10)

5

3. Bagaimana respon masyarakat dan santri terhadap Pondok Pesantren Mas

Dusun Dungduro Desa Krembangan Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian terhadap masalah tersebut merupakan rangkaian kegiatan yang bertujuan:

1. Untuk mengetahui sejarah berdirinya Pondok Pesantren Mas Dusun

Dungduro Desa Krembangan Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo. 2. Untuk mengetahui perkembangan Pondok Pesantren Mas Dusun

Dungduro Desa Krembangan Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo tahun 2000-2015.

3. Untuk mengetahui respon masyarakat dan santri terhadap Pondok

Pesantren Mas Dusun Dungduro Desa Krembangan Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo.

D. Kegunaan Penelitian

Berdasarkan tujuan diatas penelitian ini dapat memberikan informasi dan pemahaman yang lebih mendalam dan menjadi khazanah keilmuan.

Adapun hal-hal yang dihasilkan dari penelitian ini diharapkan dapat:


(11)

6

2. Berguna bagi umat Islam khususnya bagi penulis guna mengetahui

informasi ilmiah mengenai pondok pesantren Mas di dusun Dungduro desa Krembangan kecamatan Taman kabupaten Sidoarjo.

E. Pendekatan dan Kerangka Teoritik

Pendekatan yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah pendekatan historis yang mencoba menarasikan sejarah perkembangan suatu lembaga, yang mana menurut Sartono Kartodirjo sejarah naratif adalah sejarah yang mendiskripsikan tentang masa lampau dengan merekonstruksikan apa yang terjadi, serta diuraikan sebagai cerita, dengan perkataan lain kejadian-kejadian penting diseleksi dan diatur menurut proses waktu sedemikian sehingga

tersusun sebagai cerita.10

Selain menggunakan pendekatan historis, penulis juga menggunakan pendekatan ilmu sosiologi. Dalam hal ini penulis mewawancarai mesyarakat setempat desa Krembangan tentang respon masing-masing individu terhadap pondok pesantren MAS. Sehingga dapat diketahui hubungan masyarakat terhadap pondok pesantren MAS.

Untuk dapat mengetahui perkembangan suatu pondok pesantren, tentunya harus dapat memahami perubahan-perubahan didalam pondok pesantren. Dan seharusnya diketahui terlebih dahulu sebab-sebab yang mendorong terjadinya perubahan itu sendiri. Perubahan-perubahan itu dapat dilihat pada pondok, masjid, santri, pengajaran kitab-kitab Islam klasik dan kiai yang merupakan


(12)

7

elemen dasar dari tradisi pesantren.11 Ini berarti bahwa suatu lembaga

pengajian yang telah berkembang hingga memiliki kelima elemen tersebut, akan berubah statusnya menjadi pesantren. Dengan melihat perubahan-perubahan dari lima elemen itu maka nantinya dapat mengetahui perkembangan dari pondok pesantren.

Maka dengan menggunakan teori continuity and change atau sudut

pendekatan yang meneliti adanya kesinambungan di tengah-tengah adanya

perubahan yang terjadi di pesantren. Dengan menggunakan teori continuity

and change maka dapat digambarkan bahwa dalam membangun masa depan, pesantren berdiri dengan teguh di atas landasan tradisi lama. Dari sudut pendekatan teori inilah ada elemen-elemen lama dibuang dan kemudian elemen-elemen baru dimasukkan, ada kebiasan-kebiasaan lama yang dibuang

sementara lembaga-lembaga baru mulai diperkenalakan, dan sebagainya.12

Dari teori diatas, diharapkan dapat mempermudah penulis dan pembaca sekalian dalam memahami subtansi skripsi ini secara sistematis, ilmiah dalam khazanah perbendaharan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang pondok pesantren.

F. Penelitian terdahulu

Sesuai dengan data yang terdapat dalam perpustakaan melalui penelusuran data. Maka mengenai tinjauan penelitian terdahulu penulis telah

11Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren (Jakarta: LP3ES,1982), 44. 12Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren(Jakarta:LP3ES, 1994), 17.


(13)

8

melakukan tinjauan dan menemukan karya tulis yang berupa buku. Buku tersebut dikarang oleh:

1. Zamakhsyari Dhofir dalam penelitiannya tentang Tradisi Pesantren,

mnemukan bahwa ada lima elemen pesantren yaitu Pondok, masjid, kyai, santri, pengajian kitab kuning.

2. Wardi Bakhtiar dalam laporan Penelitian Perkembangan Pesantren di Jawa

Barat, membagi pesantren menjadi dua macam, yaitu pesantren yang hanya mengajarkan kitab-kitab Islam Klasik. Pada pesantren tipe inidiajarkan pengetahuan umum, pesantren ini disebut Pesantren Salafi. Pesantren Khalafi, di sini di samping memberi pengajaran kitab-kitab Islam Klasik, juga membuka sistem sekolah umum di bawah tanggung jawabnya.

Adapun penelitian terdahulu berupa skripsi, skripsi tersebut ditulis oleh:

1. Isnainiyah, dengan judul “Efektifitas Penerapan Permainan Head and Tail

untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara bagi siswa kelas VIII A di Madrasah Tsanawiyah An-Nasy’in Pondok Pesantren Mas Krembangan Taman Sidoarjo”. Fakultas Tarbiyah 2014 di IAIN Sunan Ampel Surabaya. Karya tulis tersebut fokus membahas penerapan permainan Head and Tail dalam meningkatkan kemampuan berbicara siswa kelas VIII A MTs An Nasyiin PP. Mas Krembangan Taman Sidoarjo.

2. Khusnul Khotimah, dengan judul “Efektifitas Penerapan Metode Talking


(14)

9

Pesantren Mas Krembangan Taman Sidoarjo”. Fakultas Tarbiyah Jurusan Pendidikan Bahasa Arab 2014 di IAIN Sunan Ampel Surabaya. Karya tulis tersebut fokus membahas penerapan metode talking chip kemampuan berbicara siswa kelas XI MA Pondok Pesantren Mas Krembangan Taman Sidoarjo dalam pembelajaran Bahasa Arab semakin lebih baik.

3. Muhammad Zainul Fuad, dengan judul “ Pondok Pesantren AK S-Salafi

Al-Kholili Kabupaten Gresik: Studi Tentang Sejarah, Perkembangan dan Aktivitasnya (1912-2008)” Fakultas Adab Jurusan Sejarah dan Pearadaban Islam 2008 di IAIN Sunan Ampel Surabaya. Karya tulis tersebut fokus membahas sejarah dan perkembangan pondok pesantren Ak S-Salafafi Al-Kholili dalam pembagian kurun waktu selama tiga periode dan aktivitas santri di pondok pesantren tersebut.

4. Gadis, dengan judul Pondok Pesantren Gading Mangu Perak Jombang

1952-2000: Studi Historis Tentang Perkembanagn dan Pengaruhnya dalam Masyarakat” Fakultas Adab Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam 2010 di IAIN Sunan Ampel Surabaya. Karya tulis tersebut fokus membahas perkembangan dan pengaruh pondok pesantren Gading Mangu dalam masyarakat dalam bidang ekonomi dan sosial.

Sementara dalam penulisan skripsi ini, penulis menitikberatkan pada sejarah dan perkembangan pondok pesantren Mas dusun Dungduro kecamatan Taman kabupaten Sidoarjo tahun 2000-2015. Sehingga akan diperoleh gambaran tentang sejarah pendirian dan perkembangan pondok pesantren Mas dusun Dunguro kecamatan Taman kabupaten Sidoarjo tahun 2000-2015.


(15)

10

G. Metode Penelitian

Metode penulisan terbatas pada tekniknya dan tidak menyangkut teori-teori, yang dicakup antara lain prosedur kerja cara menyusun literatur, tata tulis, dan lain sebagainya. Suatu penelitian dilakukan karena ingin mengetahui suatu permasalahan yang melatarbelakanginya. Permasalahan itu sendiri adalah suatu kesenjangan antara apa yang seharusnya dengan yang senyatanya.

Penulisan sejarah adalah suatu rekonstruksi masa lalu yang terikat pada prosedur ilmiah. Sebagaimana kejadian sejarah yang berusaha merekonstruksi peristiwa masa lampau, maka penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah. Metode sejarah adalah seperangkat aturan dan prinsip-prinsip yang sistematis untuk mengumpulkan sumber-sumber sejarah secara efektif, menilainya secara kritis dan menyajikan sintesa dari hasil-hasil yang dicapai dalam bentuk tulisan.

1. Heuristik

Pada tahap heuristik atau pengumpulan sumber yakni suatu proses yang dilakukan oleh peneliti untuk mengumpulkan sumber-sumber, data-data, atau jejak sejarah. Sumber sejarah disebut juga data sejarah. Sumber sejarah menurut bahannya dapat dibagi menjadi dua yaitu tertulis dan tidak tertulis, atau dokumen dan artefak. Sejarah tanpa sumber maka tidak bisa bicara. Maka sumber dalam penelitian sejarah merupakan hal yang paling


(16)

11

utama yang akan menentukan bagaimana aktualitas masa lalu manusia bisa dipahami orang lain.

Adapun sumber data yang penulis dapatkan adalah :

a. Piagam pendirian pondok pesantren Mas.

b. Akte pendirian pondok pesantren Mas.

c. Piagam organisasi yang ada di dalam pondok pesantren Mas.

d. Foto pembangunan gedung aula pondok pesantren Mas tahun 2013.

e. Foto kegiatan pondok pesantren Mas dalam festival hadrah banjari.

Penulisan ini ditekankan pada sumber lisan dan sumber tertulis. Sumber lisan diperoleh dari serangkaian wawancara. Wawancara untuk keperluan penelitian berbeda dengan percakapan sehari-hari. Wawancara biasanya dimaksudkan untuk memperoleh keterangan, pendirian, pendapat secara lisan dari seseorang dengan berbicara langsung.

Tujuan dari wawancara adalah untuk mendapatkan informasi dimasa sang pewawancara melontarkan pertanyaan-pertanyaan untuk dijawab oleh orang yang diwawancarai. Pokok-pokok wawancara biasanya berkenaan dengan tiga tema sentral, yaitu tingkah laku, sistem nilai, dan perasaan subjek penelitian. Pertanyaan juga perlu didesain agar bisa mendapatkan jawaban yang valid.

Adapun orang yang penulis wawancarai diantaranya adalah:

Khisnullah ( Ustadz yang mengajar di Pondok Pesantren Mas).


(17)

12

Muhayana (Salah satu warga desa Krembangan yang aktif dalam Majlis Ta’lim di Dusun Dungduro).

2. Kritik sumber

Langkah selanjutnya adalah kritik sumber. Kririk Sumber sendiri

adalah suatu kegiatan untuk meneliti sumber-sumber yang diperoleh agar memperoleh kejelasan apakah sumber kredibel atau tidak, dan apakah sumber tersebut autentik apa tidak. Pada proses ini dalam metode sejarah biasa disebut dengan istilah kritik intern dan kritik ekstern. Kritik intern adalah suatu upaya yang dilakukan oleh sejarawan untuk melihat apakah isi sumber tersebut cukup kredibel atau tidak, sedangkan kritik ekstern adalah kegiatan sejarawan untuk melihat apakah sumber yang didapatkan autentik ataukah tidak.

3. Interpretasi

Interpretasi atau penafsiran adalah suatu upaya sejarawan untuk melihat kembali tentang sumber-sumber yang didapatkan apakah sumber-sumber yang didapatkan dan telah diuji autentisitasnya terdapat saling hubungan atau yang satu dan yang lain. Dengan demikian sejarawan memberikan penafsiran terhadap sumber yang telah didapatkan.

Dalam interpretasi ini dilakukan dengan dua macam cara yaitu; analisis (menguraikan), sintesis (menyatukan) data. Analisis sejarah bertujuan melakaukan sintesis atas sejumlah fakta yang diperoleh dari sumber-sumber.Interpretasi adalah untuk mendapatkan makna dan saling


(18)

13

hubungan antara fakta yang satu dengan lainnya. Dengan demikian, interpretasi dapat dikatakan sebagai proses memaknai fakta-fakta sejarah.

4. Historiografi

Historiografi merupakan proses akhir dari pengerjaan penelitian. Historiografi adalah menyusun atau merekonstruksi fakata-fakata yang telah tersusun yang didapatkan dari penafsiran sejarawan terhadap

sumber-sumber sejarah dalam bentuk tertulis.13

H. Sistematika Pembahasan

Adapun mengenai sistematika pembahasan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:

Bab pertama berisikan pendahuluan, berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, pendekatan dan kerangka teori, penelitian terdahulu, metode penelitian, sistematika pembahasan.

Bab kedua membahas tentang sejarah berdirinya pondok pesantren MAS yang meliputi letak geografis, latarbelakang berdinya pondok pesantren MAS, tokoh pendiri pondok pesantren MAS serta visi dan misi pondok pesantren Mas.


(19)

14

Bab ketiga akan membahas perkembangan pondok pesantren MAS yang mana perkembangan itu meliputi infrastruktur pondok pesantren MAS, yang sampai saat ini terus berkembang dalam pembangunan gedung, perkembangan jumlah santri di pondok pesantren MAS dari tahun ke tahun, serta perkembangan sistem pengajaran yang ada di pondok pesantren MAS yang meliputi kurikulum, pengelolaan kelas, tenaga pengajar, dan lembaga pendidikan formal yang ada di pondok pesantren MAS.

Bab keempat membahas tentang respon masyarakat dan santri terhadap adanya pondok pesantren MAS, yang mana respon masyarakat merupakan tanggapan atau sikap positif masyarakat dan santri terhadap pondok pesantren MAS.

Bab kelima penutup, setelah daribab ke bab dibahas maka dalam bab kelima atau yang terakhir ini dibahas tentang kesimpulan dan saran yang berkenaan dengan penelitian.


(20)

BAB II

GAMBARAN UMUM PONDOK PESANTREN MAS

A. Kondisi Pondok Pesantren Mas

1. Letak Geografis

Desa Krembangan adalah desa yang terletak di kecamatan Taman kabupaten Sidoarjo. Desa ini berjarak kurang lebih 3 KM dari pusat pemerintahan kecamatan, 20 KM dari ibukota Kabupaten Sidoarjo. Luas wilayah desa Krembagan ini sekitar 111.245 Ha, yang berada di ketinggian tanah 9 M dari permukaan laut.

Sesuai dengan data Monografi Desa Krembangan pada tahun 2015, pondok pesantren Mas memiliki tanah seluas 3000 meter persegi. Desa Krembangan mempunyai lima dusun, diantaranya dusun magersari, dungduro, njenek kulon, njenek wetan, dan penambangan. Secara administratif, desa Krembangan terbagi atas 17 Rt dan 04 Rw.

Adapun perbatasan wilayah Desa Krembangan adalah sebagai berikut: a. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Tawangsari

b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Gilang c. Sebelah Barat berbatsan dengan Desa Tanjungsari d. Sebelah Utara berbatasan dengan Sungai Mas1

1Sumber: Data Monografi Desa Krembangan Tahun 2015.


(21)

16

2. Agama Masyarakat

Mengenai agama masyarakat desa Krembangan seratus persen beragama Islam, atau bisa dikatakan mayoritas agama Islam yang terbagi menjadi:

Tabel 2.1

Daftar Agama Masyarakat Desa Krembangan Tahun 2015

Sumber: Data monografi dari kelurahan tahun 2015

3. Kondisi Sosial Budaya

Dalam sebuah masyarakat terdapat berbagai unsur kebudayaan seperti bahasa, organisasi sosial dan lain-lain. Bahasa sehari-hari yang digunakan oleh penduduk di desa Krembangan ini adalah bahasa Jawa. Untuk bahasa nasional yaitu bahasa Indonesia tidak digunakan oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari walaupun sebagian masyarakat sudah mulai mengetahuinya. Bahasa ini digunakan pada waktu-waktu tertentu saja

No. Agama Masyarakat Jumlah pemeluk

1. Islam Nahdlatul Ulama’ 3.883 jiwa 2. Islam Muhammadiyah 27 jiwa

3. Kristen 17 jiwa


(22)

17

misalnya pada saat musyawarah desa ataupun pemberian pengarahan oleh instansi pemerintah pada masyarakat. Namun demikian, pemakaiannya tidak seutuhnya menggunakan bahasa Indonesia asli, tetapi dicampur dengan menggunkan bahasa Jawa, hal ini biasanya dilakukan untuk lebih memudahkan penerimaan oleh warga masyarakat terhadap isi pesan yang ingin disampaikan. Bahasa Indonesia campuran ini memiliki kesan akrab dan komunikatif dibandingkan dengan pemakaian bahasa Indonesia yang sebenarnya.

Selain bahasa, unsur kebudayaan lainnya adalah organisasi kemasyarakatan. Organisasi masyarakat ini berfungsi sebagai pedoman segala perilaku masyarakat agar menjadi mudah untuk seluruh kegiatan yang dilakukan masyarakat sehari-hari. Organisasi masyarakat ini merupakan wujud dari norma-norma dalam masyarakat yang mengatur pergaulan hidup dengan tujuan untuk mencapai tata tertib. WargA suatu masyarakat pedesaan mempunyai hubungan yang lebih erat dan lebih mendalam daripada hubungan mereka dengan warga masyarakat pedesaan lainnya.

Golongan orang tua dalam masyarakat desa umumnya memegang peranan penting. Orang akan selalu meminta nasehat kepada mereka apabila ada kesulitan-kesulitan yang dihadapi. Demikian halnya yang terjadi dimasyarakat desa Krembangan. Orang tua yang dimintai nasehat ini biasnya dijadikan sesepuh desa. Namun demikian, ada juga aturan atau norma-norma yang berfungsi mengatur seluruh perilaku seseorang di


(23)

18

dalam masyarakat, dimana hal itu sangat dipatuhi oleh penduduk desa. Aturan-aturan ini biasanya berupa hukum-hukum yang tidak tertulis yang sudah ada sejak dulu dan secara turun temurun dipatuhi oleh warga masyarakat.

Musyawarah desa juga dilakukan sebaga salah satu cara menjaga kerukunan antar warga. Agar hubungan antara manusia didalam suatu masyarakat terlaksana sebagaimana yang diharapakan dirumuskan suatu norma-norma masyarakat. Mula-mula norma-norma tersebut terbentuk secara tidak sengaja. Namun norma-norma tersebut telah melembaga dan dilaksanakan secara sadar oleh masyarakat. Norma-norma yang ada di desa Krembangan adalah kebiasaan. Salah satu bentuk kebiasaan yang ada di desa ini adalah hormat dan patuh pada orang yang lebih tua ataupun orang yang disegani. Apabila seseorang tidak melakukan hal ini maka orang tersebut dianggap telah melakukan penyimpangan terhadap kebiasaan yang sudah ada. Anggota msyarakat yang melanggar adat kebiasaan ini akan mendapat sanksi dari masyarakat lain berupa pengucilan atau cemoohan.2

4. Kondisi Ekonomi

Penduduk desa Krembangan yang mayoritas mata pencahariannya sebagai petani dan pedagang. Tampak langsung pada pola kehidupan


(24)

19

masyarakat desa Krembangan yang sangat sederhana. Hal tersebut juga disebabkan oleh keterbatasan pendidikan formal yang dimiliki, sehingga menyulitkan mereka untuk bekerja diluar dari sektor perdagangan dan pertanian. Namun, walaupun dengan demikian mata pencaharian yang dimiliki oleh masyarakat tradisional di desa Krembangan, mampu membuat mereka untuk bertahan hidup sampai sekarang ini.3

Gambar 2. 1

Salah satu pedagang di Desa Krembangan

B. Tinjauan Historis

1. Latar Belakang Berdirinya Pondok Pesantren Mas Krembangan

Pada akhir tahun dekade 1800-an dan 1990-an, penggagas dan pendiri pondok pesantren MAS melakukan pengamatan terhadap sejumlah


(25)

20

lembaga penyelenggara pendidikan Islam di Indonesia dan tanggungjawab sebagai warga masyarakat muslim yang peduli terhadap dunia pendidikan, mendorong penggagas dan pendiri pondok pesantren MAS untuk terus menerus melakukan diskusi dan evaluasi terhadap pelaksanaan pendidikan di Indonesia.

Dalam pandangan penggagas dan pendiri pondok pesantren MAS, sangat sedikit model mendidik dihampir seluruh jenjang pendidikan di Indonesia yang mengindahkan tujuan pendidikan yang seharusnya. Menurut penggagas dan pendiri pondok pesantren MAS sendiri pendidikan adalah proses membentuk manusia menuju pribadi yang cerdas, tercerahkan, dewasa dan berkemanusiaan.

Para pendidik dan lembaga-lembaga pendidikan sering melupakan makna hakiki pendidikan. Proses ini harus dilakaukan dari sejak dini dengan menggali dan menumbuhkembangkan potensi-potensi kemanusiaan peserta didik yang fitri secara berimbang dan terarah. Setidaknya ada enam potensi yang mesti dididikkan (dikembangkan) yakni potensi spiritual, emosional, moral, intelektual, jasmani dan sosial.4

Berikut penjelasannya:

a. Potensi Sosial, merupakan potensi yang sangat mendasar bagi seorang pelajar, karena seorang pelajar harus bisa berdaptasi serta bersosialisasi dengan lingkungan dan masyarakat sekitar.


(26)

21

b. Potensi Spiritual, membentuk pelajar yang taat dengan cara membiasakan membaca Al-Qur’an dan mengenalkan kisah-kisah para nabi untuk dijadikan suri tauladan yang baik.

c. Potensi Intelektual, dengan potensi intelektual dapat membentuk pelajar yang cerdas dan berpengetahuan luas.

d. Potensi Fisik, sejak lahir anak memiliki potensi-potensi yang positif, maka diharapakan orangtua yang tinggal disekitar pondok harus menyadari dan yakin bahwasannya memiliki potensi yang bagus khususnya dipotensi fisik. Orang tua harus membekali anaknya dalam menghadapi perkembangan zaman. Semua potensi ini harus ditumbuhkembangakan secara proposional. Penguatan salah satu atau kedua-duanya dengan meninggalkan atau mengabaikan potensi yang lain akan melahirkan output yang seimbang. Sehingga output lembaga-lembaga pendidikan di Indonesia nyaris tidak memiliki tanggung jawab kemanusiaan yang utuh sebagai warga terpelajar.

Pendidikan juga harus memperhatikan pendekatan tazkiyah dan tanwir

(penyucian dan pencerahan), tilawah talqin dan ta’wid (pembacaan teks suci, pembiasaan atau prilaku praktik Islami), dan ta’lim atau tadris

(pembelajaran dan transformasi pengetahuan). Namun, yang mendapat perhatian utama adalah ta’lim dan tadris, sementara tazkiyah dan tanwir

kemudian ta’wid dinomor tigakan. Karenanya orang lebih mengapresiasi pencapaian intelektual anak didik daripada performance yang berkarakter


(27)

22

mereka. Dengan demikian pendidikan mampu melahirkan manusia-manusia yang memiliki inisiatif, kreatifitas, dan kemandirian.

Menurut penggagas dan pendiri pondok pesantren MAS perihal lain yang melatar belakangi berdirinya pondok pesantren MAS adalah pendidikan yang selama ini yang lebih mirip industri atau badan komersial daripada sebagai lembaga pengembang potensi murid. Segala urusan kependidikan, dari meningkatkan mutu hingga fasilitas apapun yang diperoleh ditolak ukuri dengan fulus. Semua aspek membutuhkan rupiah. Maka ongkos pendidikan pun menjadi mahal, sehingga kaum Mustad’afin

atau orang-orang dari kelas ekonomi lemah tidak dapat menjangkaunya. Dengan demikian, itulah hal-hal yang melatarbelakangi didirikannya lembaga pendidikan dalam wujud pondok pesantren MAS. Orientasi penggagas dan pendiri pondok pesantren MAS adalah mendidik dalam arti Islami, dan dapat dijangkau oleh masyarakat kelas bawah, baik secara ekonomi maupun strata sosialnya.5

2. Tokoh Pendiri Pondok Pesantren Mas

Pendiri pondok pesantren MAS terdiri dari empat tokoh, yang pertama adalah alm.KH. Mas Muslich bin Ali yang wafat pada tahun 2003, yang kedua adalah alm. Ibu Nyai H. Nainil Muna binti Toha yang wafat pada


(28)

23

tahun 2015, yang ketiga adalah Drs. H. Nur Mufid, MA., yang keempat adalah Dr. Drs Ec H. Abdul Mujib bin H. Hamim.

KH.Mas Muslich dan H. Nuf Mufid merupakan saudara kandung kakak beradik yang lahir dari pasangan KH. M. Ali dan Ibu Nyai H. Nainil Muna. KH.Mas Muslich adalah putra kedua dari tujuh bersaudara, sedangkan H. Nur Mufid putra kelima dari tujuh bersaudara yang lahir pada tahun 1964, empat perempuan dan tiga laki-laki. Ayah dan Ibu KH.Nur Mufid dikenal baik pribadinya dan baik hati oleh masyarakat desa Krembangan setempat.

KH.Nur Mufid dikenal dengan sosok yang cerdas dan juga pendiam. Masa kecil beiau saat menduduki bangku sekolah dasar, beliau sudah bersekolah di sekolahan yang berbasis Islami yakni di MI Tarbiyatul Akhlaq. Tahun 1976 beliau melanjutkan sekolah menengah pertamanya di Ndresmo An-Najihad, beliau lulus tahun 1979. Maka di tingkat pendidikan aliyah beliau melanjutkan pendidikan di Langitan Tuban.

Pada tahun 1982 beliau melajutkan pendidikannya ke perguruan tinggi UIN Syarif Hidayatullah di Jakarta program S1. Beliau merupakan mahasiswa terbaik di UIN Syarif Hidayatullah di Jakarta, sehingga beliau meneruskan pendidikannya S2 di LEEDS UNIV.

Setelah beliau lulus dalam masa pendidikannya, maka beliau menjadi tenaga pengajar di UIN Sunan Ampel Surabaya. Pada tahun 1992 beliau


(29)

24

menikah dengan ibu Nyai Musalamah yang dikaruniai tujuh anak, tiga laki-laki dan empat perempuan.

Karya yang dihasilkan beliau saat menjadi kiai, beliau membuat kamus Arab-Indonesia dan Indonesia-Arab.6Selain itu beliau juga meciptakan

sebuah lagu-lagu Islami, dimana lagu-lagu tersebut berisikan motivasi, dan lagu tersebut dinyanyikan saat ada acara di pondok pesantren MAS.

3. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren MAS

Desa Krembangan yang berada di dusun Dungduro atau juga biasanya ada yang menyebutnya dengan sebutan Kedungduro yang mempunyai arti kedung seperti waduk yang berarti gedung buaya atau istananya buaya dan duro yang mempunyai arti orang Madura.

Desa Krembangan pada mulanya juga sebuah hutan. Namun menurut masyarakat setempat, pada tahun 1300-an awal mula kedatangan kiai Nidhomuddin dari Sidoresmo ke desa Krembangan menggunakan getek, semacam perahu kecil yang terdiri dari susunan bambu kering. Getek tersebut berjalan melawan arus sungai, yang mestinya berjalan kearah timur namun getek tersebut berjalan kearah barat, dan tiba-tiba saja berhenti di desa Krembangan, sehingga kiai Nidhomudin singgah di desa Krembangan dan menyebarkan ilmu di desa Krembangan dusun Dungduro. Saat itu santrinya hanya satu yaitu orang Madura yang


(30)

25

kemudian setelah itu kiai Nidhomudin mendirikan sebuah pondok yang sederhana dan santrinya yang berasal dari Madura itu kemudian bermukim di desa tersebut.

Kiai Nidhomudin memiliki seorang putra yang bernama Hambali. Hambali mengikuti jejak sang ayah, beliau juga mendirikan sebuah pondok di desa Krembangan dusun Dungduro. Pondok tersebut bernama pondok Alawi.7

Pada tahun-tahun berikutnya, tepatnya pada abad ke 20 tahun 2002 berdiri sebuah pondok pesantren MAS yang termasuk pondok pesantren modern di Dungduro desa Krembangan Taman Sidoarjo. Pondok pesantren MAS ini didirikan atas ide KH. Nur Mufid bin Ali yang trmasuk cucu dari kiai Hambali. Dalam pendirian pondok pesantren MAS ini yang berperan adalah sebagai berikut:

1. Alm. KH. Mas Muslich bin Ali

2. Alm. Ibu Nyai H. Nailil Muna binti Toha (Ibu kandung Drs. H. Nur Mufid, MA) 3. Drs. H. Nur Mufid, M.A.

4. Dr. Drs Ec H. Abdul Mujib bin H. Hamim Yang dibantu oleh:

1. KH. Moh. Hilmi bin Ali.


(31)

26

2. KH. Abdul Jalil bin Moh. Baqir.

3. Seluruh keluarga dari putra-putri KH. Moh Ali bin Hambali.

4. Masyarakat umum terutama warga Dungduro Krembangan Taman Sidoarjo.

Kepengasuhan langsung dipegang oleh Drs. H. Nur Mufid, MA yang hingga saat ini berlangsung selama 15 tahun. Pada masa awal pendirian pondok tepatnya pada tahun 2000 keadaan pondok pesantren MAS belum bisa berjalan dengan baik, lantaran santri yang menetap di asrama belum seberapa banyak, begitu juga asrama yang ada masih terdiri dari tiga kamar saja, dan kegiatan belajar mengajar di pondok pesantren MAS hanya diikuti oleh warga kampung sekitar dan tidak ada yang bermukim di sana. Adapun kegiatan belajar mengajar pada saat itu hanya pengajian kitab kuning dan membaca al-Qur’an.8

Makna dari sebuah nama pondok pesantren MAS, MAS yang berarti logam atau tambang mulia yang disukai oleh hampir semua orang. Diharap pondok ini dengan seluruh civitas pondoknya juga disukai semua orang. Dipilih kata MAS karena juga mudah diucapkan. Hanya satu suku kata “MAS”. Kemudian dapat juga singkatan dari :

1. Mandiri moderat 2. Aktif dan Aplikatif 3. Sahaja dan Santun


(32)

27

Adapun alasan lain memilih kata MAS sebagai penamaan pondok pesantren karena berada di samping sungai Mas dan agar dekat dengan masyarakat.9

4. Visi dan Misi Pondok Pesantren Mas

a.Visi Pondok Pesantren MAS.

Visi pondok pesantren MAS adalah menjadi lembaga pendidikan dan pengkaderan yang mencerahkan, mencerdaskan, dan mendewasakan dalam kerangka akhlaq Islam.

Sebagai konsekuensi dari lembaga pengkaderan, maka seluruh unit kegiatan, baik yang bersinggungan langsung dengan proses pembelajaran maupun yang tidak, harus diarahkan pada pencapaian tujuan, misi dan orientasi pondok ini dengan fokus yang tajam. Karena itu dalam jumlah satuan mata pelajaran di pondok ini, di Madrasah Nasyi’in, jauh lebih sedikit jika dibandingkan dengan madrasah pondok sejenis. Demikian pula jumlah alokasi waktu pembelajran formal-terstruktur dalam setiap satu minggunya.Visi demikian juga menuntut dipakainya pendekatan yang profetik (nabawi) dan mengakar kuat pada tradisi pendidikan Islam dalam arti sebenar dan sejatinya.10

b. Misi Pondok Pesantren MAS

9 Sumber: Profil Pondok Pesantren MAS. 10Sumber: Profil Pondok Pesantren MAS


(33)

28

Adapun misi dan orientasi pondok pesantren MAS adalah mengantar dan membekali peserta didik untuk menjadi pribadi-pribadi muslim terpelajar yang:

1. Memiliki tanggungjawab dan rasa kepedulian yang tinggi terhadap masyarakat dan lingkungannya.

2. Memiliki inisiatif dan kreatifitas dan wawasan kemanusiaan yang Islami.

3. Memiliki kompetensi keilmuan yang memadai sesuai kurikulum pelajaran yang ditetapka untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi.11

c. Motto Pondok Pesantren MAS

Motto pondok pesantren MAS adalah pendidikan Islami profetik yang bertaggungjawab untuk semua penyelenggara pendidikan di pondok pesantren MAS harus bertradisi Islam dengan akar pendidikan Nabawi. Para santri, juga para pengelola dan guru, tidak dipandang dari kelompok ekonomi tertentu.12

Sehingga tidak ada perbedaan antara santri dan pengelola pondok pesantren MAS. Semuanya diharapakan menjadi santri yang pengetahuan luas, baik agamanya maupun intelektualnya dalam menghadapi berbagai masalah yang ada.

11Sumber: Profil Pondok Pesantren MAS


(34)

BAB III

PERKEMBAGAN PONDOK PESANTREN MAS TAHUN 2000-2015

Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan islam sangat penting dan menarik. Pondok pesantren memerankan hal yang sangat berarti di masyarakat. Dalam hal ini seorang kiai memang sangat berarti dan sangat dibutuhkan, karena maju dan mundurnya atau berkembangnya suatu pondok pesantren tergantung dari sosok kiai.1

Keberadaan pondok pesantren yang hadir di tengah-tengah masyarakat tidak hanya sebagai lembaga penyiaran Islam tetapi juga sebagai lembaga pendidikan. Pembinaan yang dilakukan di pesantren bisanya tidak hanya fokus di lingkungan pesantren, tetapi juga masyarakat sekitar melalui kegiatan sosial keagamaan.

Untuk menjadi suatu pondok pesantren yang besar dan maju, tidak hanya menjadi pesantren yang terkenal, melainkan tumbuh sedikit demi sedikit melalui kurun waktu yang lama. Oleh karena itu dalam hal ini sosok kiai dan susunan kepengurusan pondok pesantren sangat berperan dalam pasang surutnya perkembangan dan kemajuan yang ada di pondok pesantren.


(35)

30

A. Perkembangan Kepengurusan Pondok Pesantren MAS

Kelembagaan pondok pesantren serta kepemimpinan yang dilakukan sudah menjadi suatu tradisi bahwa seorang pendiri pondok pesantren sekaligus menjadi pemimpin atau pengasuh pondok pesantren.

Begitu pula yang terjadi pada awal berdirinya pondok pesantren MAS, dengan jumlah santri yang masih sangat sedikit bahkan belum ada santri yang menetap di asrama, kepemimpinan pondok pesantren dibawah kendali kiai langsung begitu pula pengawasan dan pengaturannya. Saat itu kiai merupakan faktor inti pesantren. Beliau adalah figur sentral karena seluruh penyelenggaraan pesantren terpusat padanya. Kiai juga merupakan sumber dari berbagai keputusan dan segala aktifitas.

Pada tahun 2007 aktifitas-aktifitas harian kepondokan lainnya diserahkan kepada BPK (Badan Pengawas Kegiatan) ini dipimpin oleh salah seorang santri yang telah lulus dan dalam masa pengabdian di pondok pesantren MAS, pemilihan ini juga dilaksanakan secara demokrasi.2 Relasi sosial antara kiai

dan santri dengan adanya BPK tersebut dibangun atas landasan kepercayaan. BPK (Badan Pengawas Kegiatan) didirikan dengan tujuan pengawasan menyeluruh terhadap kegiatan para santri yang tidak mungkin lagi dilakukan sendiri oleh kiai mengingat dengan bertambahnya jumlah santri yang berada di pondok pesantren MAS setiap tahunnya. BPK (Badan Pengawas Kegiatan) terdiri atas beberapa kepengurusan yang membantu kinerja ketua lengkap


(36)

31

dengan pembagaian tugas masing-masing, meskipun telah dibentuk pengurus yang bertugas melaksanakan segala kegiatan pesantren sehari-hari, kekuasaan mutlak senantiasa berada ditangan kiai. Pergantian kepengurusan ini berlangsung selama satu tahun.

Kepengurusan pondok pesantren MAS juga sebagai penangung jawab kegiatan sosial keagamaan. Seperti halnya kegiatan sosial keagamaan yang melibatkan masyarakat. Kegiatan sosial keagamaan itu meliputi haflah akhir sanah yang disertai pengajian umum, peringatan hari besar (Idul Adha), hala bihalal. Semua kegiatan itu sudah menjadi tradisi pondok pesantren MAS sejak tahun 2000 hingga saat ini tahun 2015 masih dilaksanakan setiap tahunnya.

Adapun susunan kepengurusan pondok pesantren MAS sebagai berikut:


(37)

B. Perkembangan Infrastruktur Pondok Pesantren MAS

Seorang kiai yang ingin mengembangkan sebuah pondok pesantren,

mula yang dibangun simbol pendidikan ala pesantren, yakni gedung musolla, karena musolla yang merupakan

dipisahkan dengan pesantren dan dianggap sebagai tempat yang paling tepat untuk mendidik para santri, terutama dalam mengerjakan kewajiban sembahyang lima waktu, dan

Sumber: Soft file pondok pesantren MAS

Perkembangan Infrastruktur Pondok Pesantren MAS

ai yang ingin mengembangkan sebuah pondok pesantren,

mula yang dibangun simbol pendidikan ala pesantren, yakni gedung musolla, karena musolla yang merupakan elemen pesantren yang tidak dapat dipisahkan dengan pesantren dan dianggap sebagai tempat yang paling tepat untuk mendidik para santri, terutama dalam mengerjakan kewajiban sembahyang lima waktu, dan pengajaran kitab-kitab Islam. Sehingga sampai

32

Soft file pondok pesantren MAS

ai yang ingin mengembangkan sebuah pondok pesantren, mula-mula yang dibangun simbol pendidikan ala pesantren, yakni gedung musolla,

elemen pesantren yang tidak dapat dipisahkan dengan pesantren dan dianggap sebagai tempat yang paling tepat untuk mendidik para santri, terutama dalam mengerjakan kewajiban Sehingga sampai


(38)

33

saat ini lembaga pondok pesantren tetap memelihara terus tradisi ini.3 Para kiai selalu mengajar murid-muridnya di masjid dan menganggap masjid sebagai tempat yang paling tepat untuk memperoleh pengetahuan agama dan kewajiban agama yang lain.

Begitu pula yang terjadi dengan pondok pesantren MAS, pada abad ke-20 tepatnya pada tahun 2000, dibangunlah fisik pondok pesantren MAS di atas area sekitar 3000 meter persegi. Pada hari senin, tanggal 21 Rabiul Awal 1421 H, bertepatan dengan 21 Juni tahun 2000 M adalah hari peletakan batu pertama, yakni yang dibangun adalah sebuah musolla.4Dimana menurut

pondok pesantren MAS, musolla merupakan sebuah simbol pendidikan ala pesantren, oleh karena itu musollah dibangun pada awal-awal pembangunan pondok pesantren.5

Setelah didirikannya musolla sebagai simbol pesantren pada awal-awal pendiriannya, maka pondok pesantren MAS dalam kurun waktu enam bulan tepatnya pada bulan desember akhir tahun 2000, dibangunlah fisik pondok pesantren MAS berikutnya, yakni pembangunan asrama atau pemondokan santri. Dibangun sebuah asrama, karena pada dasarnya asrama merupakan sebuah dasar pondok pesantren atau sebuah elemen pesantren yang tidak dapat dipisahkan dari sebuah pondok pesantren, tapi juga sebagai penopang utama bagi pesantren untuk dapat terus berkembang.

3Dhofier, Tradisi Pesantren, 49.

4Sumber: Profil Pondok Pesantren MAS.


(39)

34

Ada tiga alasan utama pondok pesantren MAS harus menyediakan asrama bagi para santri. Pertama, kemasyhuran kiai dan kedalaman pengetahuannya tentang Islam menarik santri-santri dari jauh. Untuk dapat menggali ilmu dari kiai tersebut secara teratur dan dalam waktu yang lama, para santri tersebut harus meninggalkan kampung halamannya dan menetap di asrama. Kedua, pondok pesantren MAS ini berada di desa yang mana tidak tersedia perumahan (akomodasi) yang cukup untuk dapat menampung santri-santri. Dengan demikian, perlulah adanya suatu asrama khusus bagi para santri. Ketiga, ada sikap timbal balik antara kiai dan santri, dimana para santri menganggap kiainya seolah-olah sebagai bapaknya sendiri, sedangkan kiai menganggap para santri sebagai titipan Tuhan yang harus senantiasa dilindungi.

Khusus untuk pondok tempat tinggal santri wanita biasanya dipisahkan dengan pondok untuk santri laki-laki, selain dipisahkan oleh rumah kiai dan keluarganya, juga oleh masjid dan ruang-ruang madrasah. Keadaan kamarnyapun tidak jauh dengan pondok laki-laki. Maka pondok pesantren MAS putri berada di ndalem kiai yang tidaklah jauh dari pondok pesantren MAS putra.

Dengan demikian, maka awal-awal pertama perkembangan pembangunan fisik Pondok Pesantren MAS tepatnya pada akhir tahun 2000 dibagun asrama atau pemondokan santri yang terdiri dari 3 kamar, yang berada di dekat sebelah masjid. Setahun kemudian, pendiri pondok pesantren MAS


(40)

35

ini pendiri pondok MAS beristirahat sejenak untuk tidak melanjutkan pembangunan fisik, dikarenakan faktor keterbatasan dana.6Namun pendiri

pondok pesantren MAS tidaklah mudah untuk berputusasa.

Seiring berjalannya waktu, setiap tahun santri betambah jumlahnya, maka pada tahun 2008 gedung asrama atau pemondokan santri di tambah dan di bangun yang terdiri dari tiga lantai. Satu tahun kemudian, pada tahun 2009 dibangunlah kantor pondok pesantren MAS. Pembangunan gedung yang terakhir saat ini pada tahun 2013 yakni dibangun sebuah aula, dimana aula tersebut dipergunakan

6 Sumber: Profil Pondok Pesantren MAS


(41)

36

Daftar Bangunan Pondok Pesantren MAS Tahun 2015 Sumber: Soft File Pondok Pesantren MAS

C. Perkembangan Santri Pondok Pesantren MAS

Santri merupakan elemen penting dalam suatu lembaga pondok pesantren. Oleh karena itu menurut tradisi pesantren, maka santri terdapat dua kelompok yaitu santri mukim dan santri kalong. Seorang santri pergi dan menetap di

NO NAMA BANGUNAN JUMLAH KEADAAN

1 KANTOR 3 BAIK

2 MASJID 1 BAIK

3 KAMAR TIDUR 11 BAIK

4 KAMAR MANDI 14 BAIK

5 KELAS 4 BAIK

6 LAPANGAN SEPAK BOLA 1 BAIK

7 LAPANGAN VOLI 1 BAIK

8 AULA 1 BAIK

9 TAMAN 12 BAIK

10 KOLAM IKAN 2 BAIK

11 TEMPAT PARKIR 1 BAIK

12 GUDANG 1 BAIK

13 JEMURAN 1 BAIK

14 DAPUR 1 BAIK

15 KANTIN 1 BAIK

16 KOPERASI 1 BAIK

17 PERPUSTAKAAN 1 BAIK

18 TEMPAT WUDHU 2 BAIK

19 TEMPAT KAYU 1 BAIK

20 POS 1 BAIK


(42)

37

1. Santri biasanya berkeinginan untuk mempelajari kitab-kitab lain yang sudah diketahui sebelumnya atau memang belum diketahui sama sekali tentunya yang membahas Islam secara lebih mendalam di bawah bimbingan kiai yang memimpin pondok pesantren.

2. Santri berkeinginan untuk memperoleh pengalamankehidupan di pesantren, baik dalam bidang pengajaran, keorganisasian maupun hubungan dengan pesantren-pesantren lain.

3. Santri berkeinginan memfokuskan studinya di pesantren tanpa disibukkan oleh kewajiban sehari-hari yang ada dirumah keluarganya. Selain itu, dengan tinggal atu menetap di sebuah pondok pesantren yang jaraknya jauh dari tempat tinggalnya maka tidaklah mudah pulang pergi meskipun terkadang santri itu menginginkannya.7

Dalam perkembangan baik kelompok, jumlah, keadaan santri yang terdapat di pondok pesantren MAS pada awal-awalnya tidak ada santri yang menetap ataupun pulang pergi di pondok pesantren MAS, melainkan setelah hanya pengajian ibu-ibu di kampung. Seiring berjalannya waktu maka santri pertama yang menetap di pondok pesantren MAS terdiri dari dua orang saja yang berasal dari daerah bojonegoro dan yang satunya lagi berasal dari desa krembangan. Maka pada awal-awal tahun 2003 jumlah santri yang mentap maupun yang tidak menetap berjumlah 30 santri. Sehingga tahun 2003 sampai sekarang jumlah santri yang menetap di pondok pesantren MAS terus meningkat hingga mencapai ratusan.

7 Dhofier, Tradisi Pesantren , 52.


(43)

38

Berdasarkan dari tahun ketahun banyaknya penambahan jumlah santri yang masuk di Pondok Pesantren MAS dapat digambarakan pada tabel sebagai berikut:

Tabel 3.3

Daftar Jumlah Santri Pondok Pesantren MAS

No. Tahun Jumlah santri yang masuk

1 2000 Belum ada santri

2 2001 7

3 2002 10

4 2003 14

5 2004 14

6 2005 21

7 2006 10

8 2007 45

9 2008 34

10 2009 32

11 2010 26

12 2011 42

13 2012 45

14 2013 42

15 2014 70


(44)

39

Sumber: File Alumni Pondok Pesantren MAS

Sehingga mulai tahun 2003 sampai sekarang jumlah santri yang menetap di pondok pesantren MAS terus meningkat hingga mencapai ratusan.

D. Perkembangan Pendidikan Pondok Pesantren MAS

Pada masa lalu, pengajaran kitab-kitab Islam klasik, teutama karangan-karangan ulama yang menganut faham Syafi’iyah, merupakan satu-satunya pengajaran formal yang diberikan dalam lingkungan pesantren. Tujuan utama pengajaran ini ialah untuk mendidik calon-calon ulama.

Namun sekarang atau saat ini, telah banyak pesantren yang mamasukkan pengajaran pengetahuan umum sebagai bagian penting dalam pendidikan pesantren, namun pengajaran kitab-kitab Islam klasik tetap diberikan sebagai upaya untuk meneruskan tujuan utama pesantren dalam mendidik calon-calon ulama, yang masih ingin belajar pada faham Islam tradisional.

Sudah merupakan suatu keharusan bahwa lembaga pesantren dituntut tidak hanya mencerdaskan bangsa di sektor keagamaan, tetapi juga mencerdaskan kehidupan secara keseluruhan. Dengan kata lain, lembaga pesantren dibutuhkan pula untuk menyiapkan kader-kader ulama’ yang intelektulal dan proporsional.

Dengan pikiran yang demikian itu Drs. H. Nur Mufid selaku pengasuh pondok pesantren MAS. Berupaya keras, sehingga dari upaya tersebut pada


(45)

40

tahun 2003 pondok pesantren MAS telah membuka pendidikan formal Aliyah yang setingkat dengan SMA dan setelah empat tahun berjalan maka pengasuh pondok pesantren MAS membuka pendidikan formal MTs yang setingkat dengan SMP serta mendapat dukungan dari semua pihak.

Pada masa lalu, pengajaran kitab-kitab Islam klasik, teutama karangan-karangan ulama yang menganut faham Syafi’iyah, merupkan satu-satunya pengajaran formal yang diberikan dalam lingkungan pesantren. Tujuan utama pengajaran ini ialah untuk mendidik calon-calon ulama.

Dengan demikian dari awal pendirian pondok pesantren ini mengalami perkembangan dan peningkatan yang cukup besar. Dari segi pendidikan, kurikulum, maupun sarana pendidikan dan pengajaran. Maka program yang diberlakukan di pondok pesantren MAS secara keseluruhan adalah enam tahun.

Pada tahun 2003 tepatnya pada tanggal 20 Agustus secara resmi pondok pesantren MAS memulai pendidikan formal jenjang menengah atas yaitu Madrasah Aliyah pondok pesantren MAS. Saat itu peserta didik hanya berjumlah sebelas santri, dari kesekian santri tersebut, maka pada tahun itu pula santri pertama Madrasah Aliyah pondok pesantren MAS mengikuti Ujian Nasional.

Dalam waktu yang hampir bersamaan, diselenggarakan pula pendidikan formal Madrasah Diniyah. Madrasah Diniyah ini sudah berjalan sekitar satu tahun. Namun karena adanya seleksi alam, maka Madrasah Diniyah ini


(46)

41

ditiadakan. Seiring berjalannya waktu, pada tahun 2015 Madrasah Diniyah ini diselenggarakan lagi di pondok pesantren MAS, namun kegiatannya hanya mengaji saja.

Pada tahun 2007, pihak pondok pesantren MAS mempertimbangkan kesatrategisan dalam mendidik, yang akhirnya pata bulan Juli tepatnya patahun 2007 pondok pesantren MAS menyeleggarakan pendidikan tingkat menengah pertama (MTs). Dengan demikian Kelas III (tiga) MTs yang setara dengan SMP diikut sertakan Ujian Nasional (UN) dan kelas VI (enam) MA yang setara dengan SMA diikut sertakan Ujian Nasional (UN). Sehingga program paket keseluruhannya adalah enam tahun, dan kedua jenjang ini kini menjadi Madrasah Nasy’in Pondok Pesantren MAS.

1. Kurikulum Pondok Pesantren MAS

Kurikulum adalah adalah pedoman yang menjadi pegangan pengasuh atau guru untuk melatih anak didiknya dalam menembangakan pengetahuan, keterampilan serta sikap hidup para santri.

Kurikulum pondok pesantren MAS berbeda dengan kurikulum di Madrasah Tsanawiyah maupun Madrasah Aliyah pada umumnya, namun memiliki corak tersendiri, karena disamping mempelajari agama juga lebih


(47)

42

khusus lagi dalam pelatihan praktek menerjemah dan praktek berpidato dalam bahasa Arab.

Dengan demikian kuruikulum yang ada di pondok pesantren MAS terbagi menjadi empat bagian sebagai berikut:

Tabel 3.4

Daftar kurikulum Pondok Pesanren MAS 2015

No Kurikulum Keterangan

1 Kurikulum Umum Menyesuaikan kurikulum Kemendiknas dan Kemenag RI

2 Kurikulum Keislaman a.Al-Qur’an dan Ulum al-Qur’an b. Hadits dan Ulum hadits c. Fikih dan Ushul Fikih

d. Sirah Nabawiyah dan Fiqh Siroh e. Aqidah Akhlaq

3 Kurikulum Kepesantrenan

a.Bahasa Arab b.Nahwu/sorof


(48)

43

4 Kurikulum Khusus a.Pelatihan dan Praktek Menerjemah (Arab-Indonesia dan Indonesia-Arab) b.Pelatihan dan Praktek Komputer

c.Pelatihan dan Praktek Berpidato dalam Arab dan Indonesia

Sumber: Profil Pondok Pesantren

Dengan demikian, maka kurikulum dalam penerapan bahasa keseharian di pondok pesantren MAS adalah digunakannya dua bahasa, yaitu bahasa Arab dan bahasa Indoneisa sebagai bahasa percakapan sehari-hari yang telah berlangsung sejak tahun pertama penyelenggaraan di pondok pesantren MAS.

Saat tahun 2007 dari pihak pondok pesantren MAS mengadakan evaluasi, sehingga diperoleh keputusan baru yakni digunakannya bahsa Jawa Halus atau yang biasa disebut dengan sebutan bahsa Kromo Inggil dalam kesempatan-kesempatan tertentu. Sementara untuk bahasa Inggris cukup dipelajari dalam kelas atau laboratorium bahasa saja, karena menurut pihak dari pondok pesantren MAS jika bahasa Inggris juga dijadikan sebgai bahasa harian, maka bahasa Arab akan terkalahkan.


(49)

44

Pendiri dan penggagas pondok pesantren MAS sendiri berpendapat bahwa sudah banyak sekali pondok pesantren yang menerepkan sistem dua bahasa keseharian dalam aktivitas pondok pesantren. Sehingga berbeda dengan pondok pesantren lain bahwa pondok pesantren MAS berkonsentrasi pada bahsa al-Qur’an yakni bahsa Arab.

2. Pengelolaan Kelas.

Dalam pengelolaan kelas sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengasuh dan tenaga pengajar yang ada di pondok pesantren MAS. Untuk pelaksanaan belajar para santri di pondok pesantren MAS menerima pendidikan dan pengajaran antara putra dan putri secara bersamaan mendapatkan porsi yang sama dan tidak dibeda-bedakan.

Jam belajar santri di pondok pesantren MAS selama satu hari ditentukan pada jadwal belajar yaitu mulai pukul 04.00 sampai pukul 21.30 dan ada juga yang mendapatkan penambahan belajar diluar waktu yang ditentukan oleh pegasuh.

Adapun jadwal santri Pondok pesantren MAS sebagai berikut: Tabel 3.5

Daftar Kegiatan Santri Pondok Pesantren MAS

No Waktu Kegiatan


(50)

45

mengaji Al-Qur’an untuk kelas 1,2,3 dan Pengajian Kutub Turast untuk kelas 4,5,6

2. 06.00-07.00 Olahraga, makan pagi dan persiapan masuk Madrasah/sekolah

3. 07.00-12.30 Belajar di Madrasah (regular)

4. 12.30-13.15 Rehat, Shalat Dzuhur, mengaji al-Qur;an, dan makan siang

5. 13.15-14.45 Belajar non kelas (mandiri) 6. 14.45-15.30 Shalat Ashar, mengaji Al-Qur’an 7. 15.30-17.00 Pendidikan jasmani dan kreatifitas

8. 17.00-19.30 Persiapan Shalat Maghrib, mengaji Al-Qur’an ( Kelas 1,2,3), dan mengaji Kitab Tafsir ( Kelas IV, V, VI)

9. 19.30-20.00 Makan Malam

10. 20.00-21.30 Muraja’ah durus, belajar mandiri terstruktur 11. 21.30-03.30 Rehat (tidur)

12. 03.30-04.00 Shalat Tahjud persiapan Shalat Subuh Sumber: Profil Pondok Pesantren MAS

Sedangkan dalam waktu enam hari dalam proses belajar mengajar yakni empat hari berada di dalam ruang kelas belajar, satu hari khusus pelajaran agama atau Islami, satu hari kegitan di luar kelas yakni pertamanan, perternakan, dan olahraga. Untuk hari liburnya adalah hari-hari besar Islam seperti peringatan maulid Nabi dan bulan Ramadhan.


(51)

46

3. Tenaga Pengajar Pondok Pesantren MAS.

Tenaga pengajar di Pondok Pesantren MAS 15 orang, dengan perincian: ada tenaga pengajar pada sekolah formal, ada yang bertindak sebagai pengajar non formal. Adapun pendidikan para pengajar (Ustadz) adalah terdiri dari alumni perguruan tinggi bahkan alumni pesantren juga. Berikut daftar tenga pengajar di pendidikan formal pondok pesantren MAS sebaga berikut:

a. DRs. H. Nur Mufid, MA. b. H. Mas Jalil Baqir

c. Ahmad Naufal, M. Th.I d. Achmad Salafudin, S.pd.I e. Ir. Miftah Julianto

f. Malia Fransisca, M.Pd.I g. Mamik Masitah, S.Pd h. Rohmah Barokah TJ. S.Pd. i. Mauidhotul Hasanah, S.Pd.


(52)

47

j. Makkiyah Al-Mukarromah Endru Najla, S.Pd.I

4. Metode Pengajaran

Sebagaimana di sebuah lembaga pendidikan dan pengajaran di pondok pesantren secara umum bahwa, yang dipergunkan didalam mengajar dan mendidik santrinya antara lain menggunakan metode sorogan dan weton. Biasanya metode itu digunkan untuk pondok pesantren salafiyah.

Dengan demikian pondok pesantren yang penulis bahas merupakan pondok pesantren modern sehingga adapun metode pengajaran yang ada di pondok pesantren MAS sebagai berikut:

a. Pendekatan yang mendewasakan, mencerdaskan dan mencerahkan b. Sistem pembelajaran terpadu dan terencana

c. Metode semua aktif

d. Teknik pembelajaran dialogis, interaktif dan partisipatoris

Dengan demikian, maka metode yang diterapkan di pondok pesantren MAS diharapkan para santri lahir dengan pribadi-pribadi muslim yang mandiri, kreatif, kaya inisiatif dan memiliki tanggungjawab dan kepedulian terhadap masyarakat dan lingkungannya.

5. Kegiatan Non Formal Pondok Pesantren MAS

Pondok pesantren MAS selain memberikan pendidikan dan pengajaran agama juga menyelenggarakan kegiatan ekstra kurikuler, karena untuk


(53)

48

mempersiapkan kader-kader pemimpin umat bangsa dan negara serta untuk melengkapi ketrampilan para santri. Dengan demikian, maka maksud dari melengkapi keterampilan adalah untuk memeberikan bermacam-macam keterampilan yang dapat menunjang serta melengkapi pengetahuan. Pendidikan inipun diharapkan dapat menjadi dorongan dan menyadarkan para santri untuk memilki jiwa wiraswasta serta pola hidup mandiri.

Maka Pondok Pesantren MAS melalui minat atau bakat para santri pada tahun 2003 membentuk suatu wadah organisasi bagi para santri. Adapun kegiatan-kegiatannya sebagai berikut:

a. Shalawat dan seni terbang Banjari b. Kaligrafi Islam

c. Latihan pidato 3 bahasa d. Kajian kitab Turats e. Tata boga

f. Menyulam g. Menjahit.


(54)

BAB IV

RESPON MASYARAKAT DAN SANTRI TERHADAP PONDOK PESANTREN MAS

A. Respon Masyarakat Terhadap Pondok Pesantren MAS

Respon adalah perilaku yang muncul dikarenakan adanya rangsang dari lingkungan. Respon seseorang dapat berbentuk baik atau malah sebaliknya yakni buruk, positif atau negatif. Apabila respon positif maka orang yang bersangkutan cenderung untuk menyukai atau mendekati objek, sedangkan respon negatif cenderung untuk menjauhi objek tersebut.

Sedangkan masyarakat sendiri adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup atau semi terbuka, dimana sebagian besar interaksi adalah individu-individu yang berada dalam kelompok tersebut. Kata “masyarakat “ sendiri berakar dari kata dalam bahasa Arab, musyrak. Masyarakat adalah sebuah komunitas yang saling tergantung satu sama lain. Umumnya, istilah masyarakat digunkan untuk mengacu sekelompok orang yang hidup bersama dalam satu komunitas yang teratur.

Dengan demikian, biasanya suatu masyarakat ada yang menunjukkan respon negatif atau positif terhadap suatu pondok pesantren yang ada di desanya, namun masyarakat yang ada di desa Krembagan responnya sangat positif terhadap adanya pondok pesantren MAS di desa Krembangan. Bahkan


(55)

49

semua masyarakat telah menyambut dengan baik terhadap keberadaan pondok pesantren MAS.

Adapun respon positif hasil dari wawancara sebagai berikut:

1. Menurut pendapat dari bapak Usman yang masih saudara degan pendiri pondok pesantren MAS berpendapat tentang keberadaan pondok pesantren MAS, beliau responnya sangat setuju dengan adanya pondok pesantren MAS, karena akan banyak orang berpendidikan di desa Kerembangan. Bahkan ujarnya bapak Usman, beliau berpartisipasi dalam awal pendirian pondok pesantren MAS dengan menyumbangkan tenaganya untuk pembangunan awal fisik pondok pesantren MAS.1

2. Ibu Muhayana sebagai masyarakat setempat yang aktif dalam majlis ta’lim desa Krembangan berpendapat tentang keberadaan pondok pesantren MAS responnya sangat baik, karena beliau sangat kagum dengan penampilan para santri dan santriwati pondok pesantren MAS dalam menampilkan lagu-lagu Islami sangatlah bagus. Oleh karena itu beliau senang dengan keberadaan pondok pesantren MAS, karena tidak hanya mengajarkan ilmu agama saja, tetapi juga mengajarkan suatu karya lagu-lagu Islami yang penuh makna.2

3. Menurut bapak Samadi yang merupkan warga masyarakat skitar pondok pesantren MAS, beliau merespon tentang keberadaan pondok pesantren MAS sangat baik, karena dalam suatu acara yang diselenggarakan pondok pesantren MAS mengandung dakwah Islam dalam rangkaian acaranya,


(56)

50

bahkan jika pondok pesantren MAS mengadakan sutu acara, ujarnya saya juga turut diundang. Bahkan bapak Samadi berharap pada acara-acara selanjutnya beliau bisa menghadiri acara yang diselenggarakan oleh pondok pesantren MAS.3

4. Menurut ibu Karomah yang juga merupakan warga desa Kembangan responnya cukup baik dengan adanya pondok pesantren MAS, karena menurut beliau dengan adanya pondok pesantren MAS maka beliau bisa membuka sutu usaha rumahan dan kebetulan juga rumah yang di buat usaha tidaklah jauh jaraknya dengan pondok pesantren MAS. Oleh karena itu ibu Karomah sangatlah senang dengan keberadaan pondok pesantren MAS, karena ada peluang usaha yang cukup bagus pula.

5. Respon dari Bapak Jupri berpendapat bahwa dengan adanya pondok pesantren MAS ini beliau merespon cukup baik, kerena sejak keberadaan pondok pesantren MAS, pondok tersebut mengadakan pengajian, baik pengajian yang membahas tentang kitab ataupun pengajian umum. Pengeajian tersebut juga dapat diikuti oleh masyarakat sekitar desa Krembangan.4

Dari beberapa wawancara tersebut maka penulis dapat menyimpulkan bahwa respon yang ditunjukkan oleh warga masyarakat desa Krembangan terhadap pondok pesantren MAS merupakan respon yang positif. Dengan demikian secara tidak langsung dampak dari keberadaan pondok pesantren

3Samadi, Wawancara, Sidoarjo, 30 Mei 2016. 4Juprii, Wawancara, Sidoarjo, 30 Mei 2016.


(57)

51

MAS terhadap warga masyarakat desa Krembangan ada yang menguntungkan dalam bidang ekonomi, sosial, dan pendidikan.

B. Respon Santri Terhadap Pondok Pesantren MAS

Santri adalah siswa atau murid yang belajar di pesantren, dengan mempelajari ilmu agama yang lebih mendalam dalam wujud mengaji berbagai kitab. Adapun tujuan orang tua terhadap anaknya yang berada di suatu pondok pesantren yakni mejadi orang yang baik dan santun, mengerti ilmu agama, bahkan menjadi seorang ulama’. Oleh karena itu santri yang memasuki pondok pesantren MAS hampir semua merupakan kemauan sendiri, dan tanpa adanya suatu paksaan dari siapapun termasuk kedua orang tuanya.

Berkaitan dengan respon santri akan keberadaan pondok pesantren MAS di desa Krembangan ini sangat menyambut baik dan benar-benar dirasakan manfaatnya. Hal ini terbukti sehingga tidak heran bila para santrinya bukan saja dari penduduk sekitar pondok saja, akan tetapi ada yang dari sebagian dari tetngga kabupaten sekitar, seperti dari Gresik, Sidoarjo, Jombang, Nganjuk, Demak, Jakarta, bahkan ada yang dari luar pulau yakni Sumatra, Sulawesi, Riau dan Papua.

Masih berkaitan dengan ini pula, maka tidak heran apabila para alumni dari pondok pesantren MAS ini tersebar di kabupaten tadi untuk selanjutnya terjun ke masyarakat dan tidak sedikit pula yang meneruskan pendidikannya ke perguruan tinggi di Indonesia.


(58)

52

1. Menurut santri yang bernama Khisnullah ini dia merespon sangat baik, karena menurutnya selama dia menjadi santri di pondok pesantren MAS, dia merasa sangat senang dan banyak mendapat pengalaman dari pendidikan formal maupun pendidikan non formal.5

2. Abu Dawud juga merespon baik terhadap pondok pesantren MAS, karena menurutnya santri yang memang bersungguh-sungguh untuk menuntut ilmu bahkan jika mempunyai prestasi maka pihak pondok pesantren MAS akan membiayai sampai di tingkat perguruan tinggi.6

3. Menurut Rahma, dia juga sangat senang karena mendapat kesempatan untuk mondok. Namun di pondok pesantren MAS ini dia merespon sangat baik. Bahkan dia lebih senang karena penerapan bahasa Arab yang dijadikan bahasa pondok setiap aktivitas formal berlangsung.7

4. Lia merespon sangat baik terhadap pondok pesantren MAS, karena menurutnya para alumni dari pondok pesantren MAS ketika kembali ke kampungnya sangat bermanfaat bagi masyarakat di kampung dengan pembekalan ilmu yang telah di pelajari selama di pondok pesantren MAS.8 5. Ali Murtadhoh merespon cukup baik, karena bagi santri yang sudah pada

tingkat pengabdian, maka di pondok pesantren MAS mendapatkan pengalaman tersendiri, yang mana dapat mengabdi pada seorang kiai.

5Khisnullah, Wawancara, Sidoarjo, 10 Juni 2016. 6Abu Dawud, Wawancara, Sidoarjo, 10 Juni 2016. 7Rahma, Wawancara,Sidoarjo, 2 Juli 2016. 8Lia, Wawancara,Sidoarjo, 2 Juli 2016.


(59)

53

Dengan demikian sikap sopan santun dan ikhlas dapat dipelajari saat itu juga.9

6. Respon yang diberikan nia cukup baik, karena selama menjadi santri di pondok pesantren MAS dia mnyatakan bahwa banyak sekali pengalaman yang ia dapat. Seperti halnya jika pondok pesantren MAS mnegadakan sutu acara, maka dia berpengalaman sebagai panitaia penyelenggara acara, dan menurutnya pengalaman itu dapat diterapkan saat ia kembali ke kampung halamannya kelak.10

Dari beberapa wawancara santri tersebut, maka penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa dengan adanya pondok pesantren MAS santri merasakan sekali manfaatnya. Dimana santri tersebut mendapat banyak pengalaman selama menuntut ilmu di pondok pesantren MAS. Selain ilmu agama yang diperoleh, santri pondok pesantren MAS juga berpengalaman dalam bidang yang lain.

Dengan demikian, jika pada umumnya pondok pesantren mempunyai tugas kebersihan untuk membersihkan berbagai tempat yang ada di sebuah pondok pesantren. Maka lain halnya dengan pondok pesantren MAS, karena semua kegiatan kebersihan di pondok pesantren MAS melibatakan semua santrinya, tanpa harus menyewa seseorang untuk memasak, mengurus perternakan, serta mengurus taman. Sehingga santri juga memeroleh pengalaman dalam bidang perternakan, pertamanan, dan memasak.


(60)

BAB V PENUTUP

Dari berbagai paparan dan analisa pada bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpuan sebagai berikut:

A. Kesimpulan

1. Pondok pesantren MAS didirikan pada tahun 2000 di dusun Dungduro

desa Krembangan Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo oleh empat orang tokoh. Kata MAS dipilih sebagai penamaan pondok karena mudah diucapkan. Tujuan pondok pesantren MAS sendiri didirikan untuk mencetak sumber daya manusia dengan pembekalan ilmu agama dan suatu keahlian disertai biaya yang tidaklah mahal. Dengan demikian Pondok pesantren MAS menerima santri dari berbagai kalangan strata dan sosialnya.

2. Perkembangan pondok pesantren MAS mulai tahun berdirinya tahun

2000 sampai tahun 2015 banyak mengalami perkembangan jumlah santri yang terus meningkat setiap tahun. Perubahan struktur kepengurusan pondok pesantren MAS setiap tahun. Kesinambungan pengajaran kitab dan metode yang diterapkan yang masih menjadi tradisi pondok pesantren MAS hingga saat ini.

3. Berkaitan dengan respon masyarakat dan santri dengan keberadaan


(61)

55

baik. Hal itu terbukti ketika pondok pesantren MAS mengadakan sutu kegiatan maka msyarakat sangat berantusias untuk mengikutinya. Respon santri sendiri dengan keberadaan pondok pesantren MAS juga menyambut baik. Hal itu juga terbukti dengan ketertarikan santri untuk menginap di asrama pondok dan menuntut imu di pondok pesantren MAS datang dari berbagai daerah hingga luar pulau.

B. Saran

Demi kemajuan lembaga pendidikan Islam dan pondok pesantren MAS khususnya, ada beberapa saran yang penulis ajukan antara lain:

1. Pondok pesantren diharapkan selalu konsisten terhadap peningkatan

kualitas.

2. Untuk para santri diharapkan lebih disiplin dan mentaati tata tertib


(62)

DAFTAR PUSTAKA

Asrohah, Hanun. Pelembagaan Pesantren Asal Usul dan Perkembangan

Pesantren di Jawa. Jakarta: Bagian Proyek Peniingkatan Informasi

Penelitian dan Diklat Keagamaan, 2004.

Anhari, Masjkur. Integrasi Sekolah ke dalam Sistem Pendidikan Pesantren.

Surabaya: Diantama, 2006.

Dawam, Rahardjo. Pesantren da Pembaharuan. Jakarta: LP3ES, 1974. Dhofier, Zamakhsyari. Tradisi Pesantren. Jakarta: LP3ES, 1994.

Faiqoh. Pondok Pesantren dan Madrasah Diniyah. Jakarta: Departemen Agama

RI, 2003.

Haedari, Amin dkk. Masa Depan Pesantren Dalam Tantangan Modernitas dan

Tantangan Komplesitas Golobal. Jakarta: IRD PREES, 2004.

Kartodirdjo, Sartono. Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodelogi Sejarah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1992.

Mastuhu. Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren. Jakarta: INIS, 1994.

Qamar, Mujamil. Pesantren Dari Transformasi Menuju Demokratisasi Institusi.

Jakarta: Erlangga, 2004.

Sukamto. Kepemimpinan Kiai Dalam Pesantren. Jakarta: Pustaka LP3ES, 1999. Wahid Abdurrahman. Menggerakkan Tradisi Esai-Esai Pesantren. Yogyakarta:

LKiS, 2001.

Zuhri, Saifuddin. Guruku Orang-Orang Pesantren. Yogyakarta: Pustaka Sastra LKiS, 1974

Zulaicha, Lilik. Metodelogi Sejarah 1. IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2003.

Wawancara


(63)

57

Dawud, Abu. Santri Pondok Pesantren MAS, Hasil Wawancara, Sidoarjo, 02 Juni 2016.

Khisnullah. Tenaga Pengajar Pondok Pesantren MAS, Hasil Wawancara,

Sidoarjo, 10 Juni 2016

Mufid, Nur. Pendiri Pondok Pesantren MAS, Hasil Wawancara. Sidoarjo, 02 Juni 2016

Muhayana. Masyarakat Desa Krembangan, Hasil Wawancara. Sidoarjo, 29 Mei

2016.

Usman. Masyarakat Desa Krembangan, Hasil Wawancara. Sidoarjo, 11 Juni 2016.


(1)

52

1. Menurut santri yang bernama Khisnullah ini dia merespon sangat baik, karena menurutnya selama dia menjadi santri di pondok pesantren MAS, dia merasa sangat senang dan banyak mendapat pengalaman dari pendidikan formal maupun pendidikan non formal.5

2. Abu Dawud juga merespon baik terhadap pondok pesantren MAS, karena menurutnya santri yang memang bersungguh-sungguh untuk menuntut ilmu bahkan jika mempunyai prestasi maka pihak pondok pesantren MAS akan membiayai sampai di tingkat perguruan tinggi.6

3. Menurut Rahma, dia juga sangat senang karena mendapat kesempatan untuk mondok. Namun di pondok pesantren MAS ini dia merespon sangat baik. Bahkan dia lebih senang karena penerapan bahasa Arab yang dijadikan bahasa pondok setiap aktivitas formal berlangsung.7

4. Lia merespon sangat baik terhadap pondok pesantren MAS, karena menurutnya para alumni dari pondok pesantren MAS ketika kembali ke kampungnya sangat bermanfaat bagi masyarakat di kampung dengan pembekalan ilmu yang telah di pelajari selama di pondok pesantren MAS.8 5. Ali Murtadhoh merespon cukup baik, karena bagi santri yang sudah pada

tingkat pengabdian, maka di pondok pesantren MAS mendapatkan pengalaman tersendiri, yang mana dapat mengabdi pada seorang kiai.

5Khisnullah, Wawancara, Sidoarjo, 10 Juni 2016.

6Abu Dawud, Wawancara, Sidoarjo, 10 Juni 2016.

7Rahma, Wawancara,Sidoarjo, 2 Juli 2016.


(2)

53

Dengan demikian sikap sopan santun dan ikhlas dapat dipelajari saat itu juga.9

6. Respon yang diberikan nia cukup baik, karena selama menjadi santri di pondok pesantren MAS dia mnyatakan bahwa banyak sekali pengalaman yang ia dapat. Seperti halnya jika pondok pesantren MAS mnegadakan sutu acara, maka dia berpengalaman sebagai panitaia penyelenggara acara, dan menurutnya pengalaman itu dapat diterapkan saat ia kembali ke kampung halamannya kelak.10

Dari beberapa wawancara santri tersebut, maka penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa dengan adanya pondok pesantren MAS santri merasakan sekali manfaatnya. Dimana santri tersebut mendapat banyak pengalaman selama menuntut ilmu di pondok pesantren MAS. Selain ilmu agama yang diperoleh, santri pondok pesantren MAS juga berpengalaman dalam bidang yang lain.

Dengan demikian, jika pada umumnya pondok pesantren mempunyai tugas kebersihan untuk membersihkan berbagai tempat yang ada di sebuah pondok pesantren. Maka lain halnya dengan pondok pesantren MAS, karena semua kegiatan kebersihan di pondok pesantren MAS melibatakan semua santrinya, tanpa harus menyewa seseorang untuk memasak, mengurus perternakan, serta mengurus taman. Sehingga santri juga memeroleh pengalaman dalam bidang perternakan, pertamanan, dan memasak.

9Ali Murtadhoh, Wawancara, Sidoarjo, 10 Juni 2016. 10Nia, Wawancara, Sidoarjo, 2 Juli 2016.


(3)

BAB V

PENUTUP

Dari berbagai paparan dan analisa pada bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpuan sebagai berikut:

A. Kesimpulan

1. Pondok pesantren MAS didirikan pada tahun 2000 di dusun Dungduro

desa Krembangan Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo oleh empat orang tokoh. Kata MAS dipilih sebagai penamaan pondok karena mudah diucapkan. Tujuan pondok pesantren MAS sendiri didirikan untuk mencetak sumber daya manusia dengan pembekalan ilmu agama dan suatu keahlian disertai biaya yang tidaklah mahal. Dengan demikian Pondok pesantren MAS menerima santri dari berbagai kalangan strata dan sosialnya.

2. Perkembangan pondok pesantren MAS mulai tahun berdirinya tahun 2000 sampai tahun 2015 banyak mengalami perkembangan jumlah santri yang terus meningkat setiap tahun. Perubahan struktur kepengurusan pondok pesantren MAS setiap tahun. Kesinambungan pengajaran kitab dan metode yang diterapkan yang masih menjadi tradisi pondok pesantren MAS hingga saat ini.

3. Berkaitan dengan respon masyarakat dan santri dengan keberadaan pondok pesantren MAS di desa Krembangan ini sangat menyambut


(4)

55

baik. Hal itu terbukti ketika pondok pesantren MAS mengadakan sutu kegiatan maka msyarakat sangat berantusias untuk mengikutinya. Respon santri sendiri dengan keberadaan pondok pesantren MAS juga menyambut baik. Hal itu juga terbukti dengan ketertarikan santri untuk menginap di asrama pondok dan menuntut imu di pondok pesantren MAS datang dari berbagai daerah hingga luar pulau.

B. Saran

Demi kemajuan lembaga pendidikan Islam dan pondok pesantren MAS khususnya, ada beberapa saran yang penulis ajukan antara lain:

1. Pondok pesantren diharapkan selalu konsisten terhadap peningkatan kualitas.

2. Untuk para santri diharapkan lebih disiplin dan mentaati tata tertib yang sudah disusun oleh pihak pondok pesantren.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Asrohah, Hanun. Pelembagaan Pesantren Asal Usul dan Perkembangan

Pesantren di Jawa. Jakarta: Bagian Proyek Peniingkatan Informasi Penelitian dan Diklat Keagamaan, 2004.

Anhari, Masjkur. Integrasi Sekolah ke dalam Sistem Pendidikan Pesantren. Surabaya: Diantama, 2006.

Dawam, Rahardjo. Pesantren da Pembaharuan. Jakarta: LP3ES, 1974. Dhofier, Zamakhsyari. Tradisi Pesantren. Jakarta: LP3ES, 1994.

Faiqoh. Pondok Pesantren dan Madrasah Diniyah. Jakarta: Departemen Agama

RI, 2003.

Haedari, Amin dkk. Masa Depan Pesantren Dalam Tantangan Modernitas dan Tantangan Komplesitas Golobal. Jakarta: IRD PREES, 2004.

Kartodirdjo, Sartono. Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodelogi Sejarah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1992.

Mastuhu. Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren. Jakarta: INIS, 1994.

Qamar, Mujamil. Pesantren Dari Transformasi Menuju Demokratisasi Institusi. Jakarta: Erlangga, 2004.

Sukamto. Kepemimpinan Kiai Dalam Pesantren. Jakarta: Pustaka LP3ES, 1999. Wahid Abdurrahman. Menggerakkan Tradisi Esai-Esai Pesantren. Yogyakarta:

LKiS, 2001.

Zuhri, Saifuddin. Guruku Orang-Orang Pesantren. Yogyakarta: Pustaka Sastra LKiS, 1974

Zulaicha, Lilik. Metodelogi Sejarah 1. IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2003.

Wawancara


(6)

57

Dawud, Abu. Santri Pondok Pesantren MAS, Hasil Wawancara, Sidoarjo, 02 Juni 2016.

Khisnullah. Tenaga Pengajar Pondok Pesantren MAS, Hasil Wawancara,

Sidoarjo, 10 Juni 2016

Mufid, Nur. Pendiri Pondok Pesantren MAS, Hasil Wawancara. Sidoarjo, 02 Juni 2016

Muhayana. Masyarakat Desa Krembangan, Hasil Wawancara. Sidoarjo, 29 Mei

2016.

Usman. Masyarakat Desa Krembangan, Hasil Wawancara. Sidoarjo, 11 Juni 2016.