S JEP 1005969 Chapter1

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Dalam mempelajari sebuah bahasa termasuk dalam mempelajari bahasa Jepang, ada beberapa kemampuan berbahasa yang perlu dikuasai oleh pembelajar yaitu diantaranya, kemampuan mendengar, berbicara, membaca, dan menulis. Kemampuan yang diharapkan pembelajar tentunya beragam dan harapan tersebut dipengaruhi oleh motif atau tujuan dari masing-masing pembelajar bahasa Jepang itu sendiri. Ada yang tujuannya untuk hanya dapat berkomunikasi sehari-hari, ada yang karena tuntutan pekerjaan, ada yang untuk melanjutkan sekolah dan sebagainya.

Misalnya, seorang ibu rumah tangga yang akan tinggal di Jepang mempelajari bahasa Jepang kemampuan yang menjadi tujuannya adalah kemampuan mendengar dan berbicara agar bisa bercakap-cakap dalam kehidupan sehari-hari saja. Lain halnya dengan seorang mahasiswa yang akan belajar di Jepang dituntut memiliki kemampuan bukan hanya kemampuan mendengar dan berbicara saja melainkan juga kemampuan membaca, menulis, dan bahkan menerjemahkan sehingga tujuan mereka jauh lebih berat dibandingkan dengan ibu rumah tangga tadi.

Meskipun terdapat berbagai tujuan yang ingin dicapai para pembelajar bahasa Jepang, sebenarnya dasar tujuan para pembelajar bahasa Jepang hanya menjurus pada satu hal yaitu mampu memahami bahasa Jepang.

Pada umumnya ketika proses memahami bahasa asing, pembelajar akan mengalihkan bahasa asing yang ia temukan ke dalam bahasa ibunya. Sebagai contoh saat seseorang berkomunikasi menggunakan bahasa Jepang baik secara lisan maupun tulisan untuk merespon balik, seseorang tersebut perlu memahami bahasa Jepang yang digunakan. Disadari atau tidak seseorang tersebut akan merubah bahasa Jepang tersebut dengan bahasa yang ia pahami


(2)

baru kemudian memberi respon. Proses tadi itu sebenarnya serupa dengan proses menerjemahkan. Kemampuan menerjemahkan itu sendiri secara umum adalah kemampuan berbahasa yang dimiliki seseorang berdasarkan pengalaman belajar berbahasa seseorang untuk merubah bahasa asli ke bahasa lain. Kemampuan menerjemahkanitu sendiri juga akan semakin bertambah berdasarkan banyaknya pengalaman berbahasa yang telah dipelajari seorang pembelajar.

Menerjemahkan ada dua macam yaitu menerjemahkan secara lisan dan menerjemahkan secara tulisan. Secara lisan disebut interpret sedangkan tulisan disebut terjemahan. Menerjemahkan secara tulisan biasanya dalam bentuk wacana tulis yang berupa teks. Untuk mampu menerjemahkan suatu wacana tulis bagi pembelajar bahasa Jepang secara tepat dan sesuai tidaklah mudah.

Menerjemahkan wacana tulis bahasa Jepang ke dalam bahasa Indonesia maupun sebaliknya secara tepat dan sesuai sudah terbukti bukan hal mudah. Berdasarkan pengalaman penulis sendiri, sering kali mengalami kesulitan menyusun pola kalimat yang sesuai saat menerjemahkan wacana bahasa Jepang ke dalam bahasa Indonesia. Kesulitan tersebut pada hasilnya menimbulkan kerancuan kalimat dalam wacana terjemahan dari bahasa Jepang ke dalam bahasa Indonesia maupun sebaliknya yang akhirnya membuat bingung pembaca dalam menangkap makna atau maksud.

Tidak hanya penulis yang mengalami kesulitan, pada survey pendahuluan yang telah dilakukan oleh penulis sendiri kepada 30 orang mahasiswa tingkat 2 Pendidikan Bahasa Jepang UPI tahun akademik 2013/2014 hasilnya sebanyak 56,67% menyatakan kegiatan menerjemahkan adalah hal yang sulit dan sebanyak 36,67% menyatakan sangat sulit. Kesulitan terbanyak sama seperti yang dialami peneliti yaitu sebanyak 73,33% mengakui kesulitan dialami saat menyusun kata dalam kalimat sesuai konteks.


(3)

Hasil penyebaran angket pada mahasiswa tingkat 2 Pendidikan Bahasa Jepang UPI tahun akademik 2007/2008 (Rasiban, 2010) dalam studi pendahuluan menunjukkan bahwa selama ini banyak mahasiswa (63%) yang belum bisa menggunakan metode seperti games, kuis, diskusi untuk memudahkan mereka dalam menerjemahkan. Karena metode menerjemahkan pada dasarnya dilakukan sama seperti biasa yang sudah dilakukan, yaitu dengan memberikan kalimat dalam bahasa Jepang sebagai bahasa sumber, kemudian langsung menerjemahkan dalam bahasa Indonesia sebagai bahasa sasaran.

Hasil penelitian lain pada mahasiswa tingkat 3 Pendidikan Bahasa Jepang UPI tahun akademik 2009/2010 yang termasuk mahasiswa yang mampu menerjemahkan bacaan bahasa Jepang ke dalam bahasa Indonesia dengan baik berjumlah 39% (Nurjanah, 2010).

Hal tersebut menunjukkan bahwa kegiatan menerjemahkan bukanlah sesuatu yang mudah. Berdasarkan hasil survey dan penelitian tersebut menunjukkan bahwa masing-masing individu memiliki pengetahuan dan intelegensi yang berbeda dalam kemampuan menerjemahkan. Terbukti pada studi pendahuluan (Rasiban, 2010) sebanyak 63% mahasiswa belum bisa dengan optimal menggunakan metode-metode yang diberikan dan pada hasil penelitian pada mahasiswa tingkat 3 Pendidikan Bahasa Jepang UPI 2009/2010 (Nurjanah,2010) menyatakan hanya sebanyak 39% yang dapat menerjemahkan dengan baik disebabkan kemampuan berbahasa.

Ada beberapa faktor internal dan faktor eksternal yang mempengaruhi kemampuan berbahasa. Faktor internal dapat berkaitan dengan sifat atau watak, minat, dan bakat. Sedangkan faktor eksternal berkaitan dengan latar belakang keluarga dan lingkungan sekitar. Selain itu, kecenderungan penggunaan otak kiri atau kanan dapat menjadi faktor perbedaan kemampuan yang terjadi pada pembelajar bahasa. Berdasarkan perihal kecenderungan penggunaan otak kiri atau kanan, sebagai pembelajar perlu menggunakan


(4)

metode-metode yang sesuai dengan kinerja otak sehingga dapat efektif dalam proses menerjemahkan.

Salah satu metode yang sesuai dengan cara kerja otak dan sudah cukup banyak dibuktikan efektif dalam berbagai disiplin ilmu adalah metode Mind Map. Metode Mind Map pertama kali ditemukan oleh Tony Buzan. Tony

Buzan menyatakan metode Mind Map dapat diterapkan dalam berbagai

kegiatan disipin ilmu. Metode ini merupakan suatu metode untuk memaksimalkan potensi pikiran manusia dengan menggunakan otak kanan dan otak kirinya secara simultan. Mind Map berupa seperti pemetaan yang bercabang-cabang dari satu pokok gagasan ke beberapa sub-gagasan yang berkaitan satu sama lain. Pemetaan ini disusun secara menarik sehingga memudahkan penyusunan ide secara teratur dan memunculkan solusi yang inovatif karena terdapat fokus gagasan utama dan sub-gagasan sebagai ide yang tersusun rapi dan menarik sehingga saat mengidentifikasikan dan menemukan sesuatu menjadi lebih mudah (Buzan, 2008).

Kesulitan yang dialami pembelajar bahasa Jepang dalam menerjemahkan tersebut juga dikarenakan penggunaan metode yang diterapkan selama ini kurang memudahkan pengidentifikasian dan penalaran dalam menerjemahkan selama ini tidak digunakan karena kebanyakan pada dasarnya menggunakan metode konvensional yaitu menerjemahkan bahasa asing secara langsung.

Dengan adanya penggunaan metode Mind Map saat menerjemahkan tentu

dapat membantu otak mengidentifikasi dan menalar perubahan atau alih bahasa yang sesuai dan tepat berlandaskan pengetahuan dan kemampuan bahasa yang baik.

Pada penelitian kali ini penulis memfokuskan untuk meneliti sejauh mana

efektivitas metode Mind Map dalam meningkatkan kemampuan

menerjemahkan wacana tulis bahasa Jepang ke dalam bahasa Indonesia karena konsep metode Mind Map sendiri yang memang bertujuan untuk memudahkan penyusunan gagasan, seharusnya dapat membantu pembelajar


(5)

bahasa Jepang dalam mengidentifikasi, menalar, dan menerjemahkan wacana tulis bahasa Jepang ke dalam bahasa Indonesia maupun sebaliknya. Selain itu juga, peneliti melihat kesulitan yang dialami pembelajar bahasa Jepang dalam

menerjemahkan wacana tulis (Honyaku) yang dalam kegiatannya yaitu

menerjemahkan wacana tulis (teks) bahasa Jepang ke dalam bahasa Indonesia sehingga memerlukan metode yang dapat membantu dalam proses menerjemahkan. Oleh karena landasan itulah penulis memilih judul

EFEKTIVITAS METODE MIND MAP DALAM MENINGKATKAN

KEMAMPUAN MENERJEMAHKAN WACANA BAHASA JEPANG KE DALAM BAHASA INDONESIA untuk dikembangkan menjadi sebuah skripsi.

B. Rumusan dan Batasan Masalah Penelitian

1. Rumusan Masalah

a. Bagaimana kemampuan menerjemahkan wacana bahasa Jepang ke

dalam bahasa Indonesia sebelum menggunakan metode Mind

Map?

b. Bagaimana kemampuan menerjemahkan wacana Bahasa Jepang ke

dalam bahasa Indonesia sesudah menggunakan metode Mind Map?

c. Bagaimana peningkatan kemampuan menerjemahkan wacana

bahasa Jepang ke dalam bahasa Indonesia menggunakan metode

Mind Map?

d. Bagaimana respon sampel setelah menggunakan metode Mind

Map?

2. Batasan Masalah

Dalam penelitian ini masalah dibatasi hanya mengenai efektifitas

metode Mind Map dalam peningkatan kemampuan menerjemahkan

wacana tulis bahasa Jepang berupa teks setingkat Nouryoku Shiken

Level 4 yang dilakukan pada mahasiswa tingkat 2 jurusan Pendidikan Bahasa Jepang UPI.


(6)

C. Tujuan Penelitian

Berikut adalah tujuan dari penelitian yang dilakukan penulis,

1. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan menerjemahkan wacana

bahasa Jepang ke dalam bahasa Indonesia sebelum menggunakan

metode Mind Map.

2. Untuk mengetahui kemampuan menerjemahkan wacana bahasa Jepang

ke dalam bahasa Indonesia sesudah menggunakan metode Mind Map.

3. Untuk menganalisis peningkatan kemampuan menerjemahkan wacana

bahasa Jepang ke dalam bahasa Indonesia menggunakan metode Mind

Map.

4. Untuk mengetahui respon Mahasiswa Pendidikan Bahasa Jepang UPI

setelah menggunakan metode Mind Map ketika menerjemahkan

wacana bahasa Jepang ke dalam bahasa Indonesia.

D. Manfaat Penelitian

Berikut adalah manfaat teoritis dan praktis dari penelitian ini:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah keilmuan dan

meningkatkan pengetahuan terkait peningkatan kemampuan

menerjemahkan. 2. Manfaat praktis

a. Pengajar

Metode Mind Map sebagai solusi bagi pengajar bahasa terkait peningkatan kemampuan menerjemahkan bagi pembelajar bahasa pada pengajaran menerjemahkan wacana bahasa Jepang .

b. Pembelajar

Membantu pembelajar bahasa khususnya bahasa Jepang


(7)

c. Peneliti

Bagi peneliti sendiri, metode ini dapat diaplikasikan saat mengembangkan kemampuan bahasa khususnya kemampuan menerjemahkan. Sedangkan bagi peneliti berikutnya dapat digunakan sebagai referensi penelitian berikutnya.

E. Tinjauan Pustaka

Tiap individu tidak akan sama dengan individu lainnya, tiap individu memiliki keunikannya tersendiri. Menurut Adler dalam teori individunya, setiap individu adalah gambaran pribadi yang unik dengan sifat dan motif yang berbeda antara satu individu dengan individu lainnya. Begitu pula dalam pembelajaran tiap mahasiswa sebagai individu memiliki kemampuan otak yang berbeda satu sama lain. Teori dominasi mengemukakan bahwa seseorang akan lebih dominan menggunakan satu bagian otak dibandingkan bagian lain. Misalnya, seseorang yang cenderung menggunakan otak kiri sering dikatakan lebih logis, analitis dan obyektif, sedangkan seseorang yang cenderung menggunakan otak kanan lebih dikatakan intuitif, bijaksana, dan subjektif. Perbedaan individu inilah yang terkadang membuat tiap pembelajar sebagai individu memiliki kemampuan yang berbeda saat proses pembelajaran. Dalam konteks kemampuan berbahasa yaitu menerjemahkan pembelajar dituntut untuk mampu mengidentifikasi, menalar, dan memahami maksud kalimat yang terdapat dalam sebuah wacana. Sedangkan pada kenyataannya kebanyakan pembelajar banyak yang tidak bisa menerjemahkan wacana bahasa Jepang ke dalam bahasa Indonesia secara luwes atau baik.

Menurut Maurizal Alamsyah (2009) Mind Mapping atau sistem

pemetaan pikiran adalah suatu teknik visual yang dapat menyelarasakan proses belajar dengan cara kerja alami otak. Mind Map pada umumnya menyajikan informasi yang terhubung dengan gagasan utama, dalam


(8)

bentuk kata kunci, gambar (simbol), dan warna sehingga suatu informasi dapat dipelajari dan diingat secara cepat dan efisien. Metode Mind Map

mampu membantu mahasiswa sebagai individu yang berbeda

menggunakan kencenderungan otak kiri atau kanan untuk

mengoptimalkan kedua fungsi otak tersebut. Sehingga membantu otak untuk berfikir secara teratur dan menangkap informasi dengan mudah.

Dalam kegiatan menerjemahkan pada pembelajaran bahasa Jepang sejauh ini belum ada yang meneliti tentang efektifitas Mind Map terhadap peningkatan kemampuan menerjemahkan wacana dalam bahasa Jepang. Penelitian sebelumnya hanya terbatas pada pengaruh Mind Map terhadap peningkatan kemampuan mendengar, membaca dan menulis saja.

F. Metode Penelitian

1. Metode Penelitian

Metode penelitian yang dipakai adalah metode eksperimen. Metode eksperimen bertujuan untuk menguji efektifitas dan efisiensi dari suatu pendekatan, metode, teknik, atau media pengajarandan pembelajaran, sehingga hasilnya dapat diterapkan jika memang baik (Dedi Sutedi, 2011, hlm. 64). Pendekatan penelitian eksperimen yang digunakan adalah eksperimen murni (true experiment) dengan desain randomized pretest and posttest control group design. Dalam penelitian ini bertujuan untuk mencari tahun seberapa besar efektifitas metode Mind Map dalam peningkatan kemampuan menerjemahkan wacana bahasa Jepang ke dalam bahasa Indonesia.

2. Anggapan Dasar

Anggapan dasar dari penelitian ini adalah Mind Map sebagai salah satu metode untuk meningkatkan kemampuan menerjemahkan wacana bahasa Jepang.


(9)

Hipotesis berasal dari kata “hypo” (di bawah) dan “thesa” (kebenaran). Arikunto (2010, hlm. 110) mengartikan hipotesis sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Pengertian Hipotesis Penelitian Menurut Sugiyono (2009, hlm. 96), hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk pertanyaan. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori. Hipotesis dirumuskan atas dasar kerangka pikir yang merupakan jawaban sementara atas masalah yang dirumuskan. Adapun hipotesis dari penelitian ini adalah:

Hipotesis kerja (Hk) : metode Mind Map efektif terhadap peningkatan kemampuan menerjemahkan wacana bahasa Jepang ke dalam bahasa Indonesia.

Hipotesis nol (Ho) : metode Mind Map tidak efektif terhadap

peningkatan kemampuan menerjemahkan wacana bahasa Jepang ke dalam bahasa Indonesia.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu,

a. Studi literatur untuk memperoleh bahan-bahan yang berhubungan dengan masalah penelitian.

b. Menentukan sampel penelitian yang dibagi menjadi satu kelas

eksperimen dan satu kelas kontrol.

c. Memberikan pretest kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol. d. Memberikan posttest kepada kelas kontrol.

e. Melaksanakan perlakuan (treatment) untuk kelas eksperimen yaitu menerjemahkan wacana tulisan dari bahasa Jepang berupa teks (honbun) ke dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan metode


(10)

f. Memberikan posttest kepada kelompok eksperimen untuk mengetahui perbandingan hasil belajar sebelum dan sesudah diberikan treatment tersebut.

g. Menyebarkan angket kepada kelompok eksperimen setelah

menggunakan metode Mind Map.

h. Menganalisis data.

i. Menyusun laporan penelitian.

5. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan adalah:

a. Tes yang terdiri dari pretest dan posttest. Pretest diberikan untuk

mengukur kemampuan awal kemudian posttest diberikan setelah

diberi perlakuan (treatment) menggunakan Mind Map untuk

mengukur seberapa besar peningkatan kemampuan menerjemahkan wacana tulisan bahasa Jepang ke dalam bahasa Indonesia.

b. Nontes yaitu angket yang digunakan untuk mengetahui respon

mahasiswa setelah menggunakan metode Mind Map.

6. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiono, 2009, hlm. 117). Menurut Arikunto (2010, hlm. 173) “populasi adalah keseluruhan subjek penelitian”. Dengan demikian populasi penelitian yaitu keseluruhan subjek penelitian dengan potensi dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan diambil kesimpulan dari penelitian tersebut. Populasi dalam penelitian ini adalah Mahasiswa Tingkat 2 Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang FPBS-UPI. Alasan yang melandasi adalah pada tingkat 2 tingkat kesukaran tata bahasa dan kosakata yang terdapat dalam wacana bahasa Jepang bertambah sehingga untuk dapat menerjemahkan secara luwes


(11)

diperlukan metode jitu untuk melakukan penalaran yang baik terhadap wacana.

Arikunto (2010, hlm.174) menjelaskan bahwa sampel adalah sebagian atau wakil yang diteliti. Sedangkan menurut Sugiono (2009, hlm. 118), sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Dapat disimpulkan bahwa sampel merupakan sebagian dari populasi yang akan diteliti yang dianggap mewakili untuk dijadikan sumber data atau subjek penelitian. Sampel dalam penelitian ini adalah 2 kelas mahasiswa Tingkat 2 Pendidikan Bahasa Jepang berjumlah masing-masing 20 orang.


(1)

C. Tujuan Penelitian

Berikut adalah tujuan dari penelitian yang dilakukan penulis,

1. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan menerjemahkan wacana bahasa Jepang ke dalam bahasa Indonesia sebelum menggunakan metode Mind Map.

2. Untuk mengetahui kemampuan menerjemahkan wacana bahasa Jepang ke dalam bahasa Indonesia sesudah menggunakan metode Mind Map. 3. Untuk menganalisis peningkatan kemampuan menerjemahkan wacana

bahasa Jepang ke dalam bahasa Indonesia menggunakan metode Mind Map.

4. Untuk mengetahui respon Mahasiswa Pendidikan Bahasa Jepang UPI setelah menggunakan metode Mind Map ketika menerjemahkan wacana bahasa Jepang ke dalam bahasa Indonesia.

D. Manfaat Penelitian

Berikut adalah manfaat teoritis dan praktis dari penelitian ini: 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah keilmuan dan meningkatkan pengetahuan terkait peningkatan kemampuan menerjemahkan.

2. Manfaat praktis a. Pengajar

Metode Mind Map sebagai solusi bagi pengajar bahasa terkait peningkatan kemampuan menerjemahkan bagi pembelajar bahasa pada pengajaran menerjemahkan wacana bahasa Jepang .

b. Pembelajar

Membantu pembelajar bahasa khususnya bahasa Jepang meningkatkan kemampuan menerjemahkan wacana Bahasa Jepang.


(2)

c. Peneliti

Bagi peneliti sendiri, metode ini dapat diaplikasikan saat mengembangkan kemampuan bahasa khususnya kemampuan menerjemahkan. Sedangkan bagi peneliti berikutnya dapat digunakan sebagai referensi penelitian berikutnya.

E. Tinjauan Pustaka

Tiap individu tidak akan sama dengan individu lainnya, tiap individu memiliki keunikannya tersendiri. Menurut Adler dalam teori individunya, setiap individu adalah gambaran pribadi yang unik dengan sifat dan motif yang berbeda antara satu individu dengan individu lainnya. Begitu pula dalam pembelajaran tiap mahasiswa sebagai individu memiliki kemampuan otak yang berbeda satu sama lain. Teori dominasi mengemukakan bahwa seseorang akan lebih dominan menggunakan satu bagian otak dibandingkan bagian lain. Misalnya, seseorang yang cenderung menggunakan otak kiri sering dikatakan lebih logis, analitis dan obyektif, sedangkan seseorang yang cenderung menggunakan otak kanan lebih dikatakan intuitif, bijaksana, dan subjektif. Perbedaan individu inilah yang terkadang membuat tiap pembelajar sebagai individu memiliki kemampuan yang berbeda saat proses pembelajaran. Dalam konteks kemampuan berbahasa yaitu menerjemahkan pembelajar dituntut untuk mampu mengidentifikasi, menalar, dan memahami maksud kalimat yang terdapat dalam sebuah wacana. Sedangkan pada kenyataannya kebanyakan pembelajar banyak yang tidak bisa menerjemahkan wacana bahasa Jepang ke dalam bahasa Indonesia secara luwes atau baik.

Menurut Maurizal Alamsyah (2009) Mind Mapping atau sistem pemetaan pikiran adalah suatu teknik visual yang dapat menyelarasakan proses belajar dengan cara kerja alami otak. Mind Map pada umumnya menyajikan informasi yang terhubung dengan gagasan utama, dalam


(3)

bentuk kata kunci, gambar (simbol), dan warna sehingga suatu informasi dapat dipelajari dan diingat secara cepat dan efisien. Metode Mind Map mampu membantu mahasiswa sebagai individu yang berbeda menggunakan kencenderungan otak kiri atau kanan untuk mengoptimalkan kedua fungsi otak tersebut. Sehingga membantu otak untuk berfikir secara teratur dan menangkap informasi dengan mudah.

Dalam kegiatan menerjemahkan pada pembelajaran bahasa Jepang sejauh ini belum ada yang meneliti tentang efektifitas Mind Map terhadap peningkatan kemampuan menerjemahkan wacana dalam bahasa Jepang. Penelitian sebelumnya hanya terbatas pada pengaruh Mind Map terhadap peningkatan kemampuan mendengar, membaca dan menulis saja.

F. Metode Penelitian 1. Metode Penelitian

Metode penelitian yang dipakai adalah metode eksperimen. Metode eksperimen bertujuan untuk menguji efektifitas dan efisiensi dari suatu pendekatan, metode, teknik, atau media pengajarandan pembelajaran, sehingga hasilnya dapat diterapkan jika memang baik (Dedi Sutedi, 2011, hlm. 64). Pendekatan penelitian eksperimen yang digunakan adalah eksperimen murni (true experiment) dengan desain randomized pretest and posttest control group design. Dalam penelitian ini bertujuan untuk mencari tahun seberapa besar efektifitas metode Mind Map dalam peningkatan kemampuan menerjemahkan wacana bahasa Jepang ke dalam bahasa Indonesia.

2. Anggapan Dasar

Anggapan dasar dari penelitian ini adalah Mind Map sebagai salah satu metode untuk meningkatkan kemampuan menerjemahkan wacana bahasa Jepang.


(4)

Hipotesis berasal dari kata “hypo” (di bawah) dan “thesa” (kebenaran). Arikunto (2010, hlm. 110) mengartikan hipotesis sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Pengertian Hipotesis Penelitian Menurut Sugiyono (2009, hlm. 96), hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk pertanyaan. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori. Hipotesis dirumuskan atas dasar kerangka pikir yang merupakan jawaban sementara atas masalah yang dirumuskan. Adapun hipotesis dari penelitian ini adalah:

Hipotesis kerja (Hk) : metode Mind Map efektif terhadap peningkatan kemampuan menerjemahkan wacana bahasa Jepang ke dalam bahasa Indonesia.

Hipotesis nol (Ho) : metode Mind Map tidak efektif terhadap peningkatan kemampuan menerjemahkan wacana bahasa Jepang ke dalam bahasa Indonesia.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu,

a. Studi literatur untuk memperoleh bahan-bahan yang berhubungan dengan masalah penelitian.

b. Menentukan sampel penelitian yang dibagi menjadi satu kelas eksperimen dan satu kelas kontrol.

c. Memberikan pretest kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol. d. Memberikan posttest kepada kelas kontrol.

e. Melaksanakan perlakuan (treatment) untuk kelas eksperimen yaitu menerjemahkan wacana tulisan dari bahasa Jepang berupa teks (honbun) ke dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan metode Mind Map.


(5)

f. Memberikan posttest kepada kelompok eksperimen untuk mengetahui perbandingan hasil belajar sebelum dan sesudah diberikan treatment tersebut.

g. Menyebarkan angket kepada kelompok eksperimen setelah menggunakan metode Mind Map.

h. Menganalisis data.

i. Menyusun laporan penelitian. 5. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan adalah:

a. Tes yang terdiri dari pretest dan posttest. Pretest diberikan untuk mengukur kemampuan awal kemudian posttest diberikan setelah diberi perlakuan (treatment) menggunakan Mind Map untuk mengukur seberapa besar peningkatan kemampuan menerjemahkan wacana tulisan bahasa Jepang ke dalam bahasa Indonesia.

b. Nontes yaitu angket yang digunakan untuk mengetahui respon mahasiswa setelah menggunakan metode Mind Map.

6. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiono, 2009, hlm. 117). Menurut Arikunto (2010, hlm. 173) “populasi adalah keseluruhan subjek penelitian”. Dengan demikian populasi penelitian yaitu keseluruhan subjek penelitian dengan potensi dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan diambil kesimpulan dari penelitian tersebut. Populasi dalam penelitian ini adalah Mahasiswa Tingkat 2 Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang FPBS-UPI. Alasan yang melandasi adalah pada tingkat 2 tingkat kesukaran tata bahasa dan kosakata yang terdapat dalam wacana bahasa Jepang bertambah sehingga untuk dapat menerjemahkan secara luwes


(6)

diperlukan metode jitu untuk melakukan penalaran yang baik terhadap wacana.

Arikunto (2010, hlm.174) menjelaskan bahwa sampel adalah sebagian atau wakil yang diteliti. Sedangkan menurut Sugiono (2009, hlm. 118), sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Dapat disimpulkan bahwa sampel merupakan sebagian dari populasi yang akan diteliti yang dianggap mewakili untuk dijadikan sumber data atau subjek penelitian. Sampel dalam penelitian ini adalah 2 kelas mahasiswa Tingkat 2 Pendidikan Bahasa Jepang berjumlah masing-masing 20 orang.