MEMBANGUN KESADARAN DALAM PENGELOLAAN ASET : UPAYA PEMANFAATAN LAHAN KOSONG DALAM PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT DI DUSUN SOMBER NANGAH DESA TLAGAH KECAMATAN BANYUATES KABUPATEN SAMPANG.

(1)

MEMBANGUN KESADARAN DALAM PENGELOLAAN ASET (Upaya Pemanfaatan Lahan Kosong Dalam Peningkatan Ekonomi Masyarakat Di Dusun Somber Nangah Desa Tlagah Kecamatan Banyuates

Kabupaten Sampang) SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh : Fauzan NIM. B02211016

PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM JURUSAN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA 2016


(2)

(3)

(4)

(5)

ABSTRAK

Fauzan. NIM: B02211016. Judul Skripsi: MEMBANGUN KESADARAN DALAM PENGELOLAAN ASET (Upaya Pemanfaatan Lahan Kosong Dalam Peningkatan Ekonomi Masyarakat Di Dusun Somber Nangah Desa Tlagah Kecamatan Banyuates Kabupaten Sampang)

Skripsi ini merupakan hasil penelitian lapangan yang melibatkan partisipasi masyarakat. Sebagaimana hal itu yang melatar belakangi judul skripsi ini, bahwasannya masyarakat Desa Tlagah mayoritas petani dengan tingkat ekonomi yang berbeda-beda. Melalui sebuah pendampingan dalam pemanfaatan lahan kosong untuk peningkatan ekonomi masyarakat Dusun Somber Nangah Desa Tlagah Kecamatan Banyuates Kabupaten Sampang. Para pemilik lahan kosong merealisasikan apa yang diinginkannya yakni menanam pohon pisang dengan langkah penanaman yang baik untuk dijadikan salah satu peningkatan ekonomi. Metode yang digunakan dalam pendampingan ini adalah dengan pendekatan ABCD Asset Bassed

Community Development yang dimulai dengan inkulturasi membangun

kesadaran bersama, diteruskan discovery, dream, design, define, hingga

destiny. Dengan perjalanan panjang dalam pendampingan, proses demi

proses baik output dan input berhasil dengan baik dan perubahan mindset. Semua pemilik lahan tertarik dalam penanaman pohong pisang sehingga pendampingan ini tetap berlangsung dengan baik hingga akhir pendampingan. Kebanggaan akan aset yang dimiliki sebagai instrumen penguatan ekonomi masyarakat kedepannya.


(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... I

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... II

HALAMAN PENGESAHAN... III

PERNYATAAN KEASLIAN ... IV

MOTTO ... V

PERSEMBAHAN ... VI

KATA PENGANTAR ... VII

DAFTAR ISI ... VIII

DAFTAR GAMBAR ... XI

DAFTAR TABEL ... XII

ABSTRAK ... XIII

BAB I PENDAHULUAN ... 001

A. Latar Belakang Pendampingan ... 001

B. Fokus Masalah... ... 005

C. Pihak - Pihak yang Terlibat ... 005

D. Agenda Pendampingan ... 006

E. Sistematika Penulisan ... 009

BAB II PRESPEKTIF TEORITIS ... 012

A. Teori Kesadaran... 012

B. Etos Kerja... 013


(7)

D. Prinsip - Prinsip Pokok Faktor- Faktor Produksi... 016

E. Monitoring Dan Evaluasi Pendampingan... 017

F. Hasil pendampingan terdahulu... 018

BAB III METODELOGI RISET PENDAMPINGAN ... 020

A. Pengertian ABCD ... 020

B. Prinsip - Prinsip Pendampingan ... 025

C. Teknik - Teknik Pendampingan ... 030

D. Langkah - Langkah Pendampingan ... 034

E. Strategi Pendampingan ... 037

BAB IV PROFIL LOKASI PENDAMPINGAN ... 042

A. Realitas Desa Tlagah... 042

1. Lahan Kosong Pertanian Yang tidak difungsikan ... 043

2. Iklim ... 047

3. Geografis ... 048

4. Demografi ... 050

B. Strategis Fasilitas Public ... 052

BAB V PENGENALAN ASET DAN POTENSI PENDAMPINGAN 059 A. Aset Dan Potensi ... 059

1. Aset ... 060

a. Aset Budaya... 060

b. Aset Alam... 062

c. Aset Lingkungan... 064


(8)

e. Pendidikan Masyarakat ... 071

2. Potensi ... 073

a. Organisasi masyarakat... 074

b. Leacky Bucket atau Sirkulasi Keuangan... 077

B. Peluang Dan Hambatan Dalam Pendampingan ... 080

a) Faktor Penghambat... 080

b) Faktor Pendukung... 082

BAB VI DINAMIKA PROSES PENDAMPINGAN ... 083

A. Inkulturasi ... 085

B. Discovery ... 089

C. Dream... 092

D. Design ... 099

E. Define ... 103

F. Destiny ... 106

G. Hasil Monitoring dan Evaluasi Pendampingan... 112

BAB VII REFLEKSI ... 115

BAB VIII PENUTUP... 118

A. Kesimpulan ... 118

B. Saran ... 119

DAFTAR PUSTAKA ... 121


(9)

DAFTAR GAMBAR

1. Gambar 04.01: Lahan Kosong Pertanian ... 044

2. Gambar 04.02: Peta Desa Tlagah ... 048

3. Gambar 04.03: SMP & SMK Nurul Yaqin ... 053

4. Gambar 04.04: Masjid Somber Nangah Tlagah... 055

5. Gambar 04.05: Puskesmas Bringkoning Desa Tlagah... 057

6. Gambar 04.06: Lapangan Olahraga Desa Tlagah... 058

7. Gambar 05.01: Sumber Mata Air Pemandian Masyarakat... 063

8. Gambar 05.02: Proses Pembelajaran... 072

9. Gambar 05.03: Rutinitas Sholawat Selasah... 076

10.Gambar 06.01: Acara Selamatan & Tokoh Masyarakat... 087

11.Gambar 06.02 : Kumpulan Ikatan Remaja Masyarakat... 088

12.Gambar 06.03: FGDForum Group Discussion... 094

13.Gambar 06.04: Penanaman pisang Dibelakang Rumah... 096

14.Gambar 06.05: Bibit Pisang Di Media Polybag... 101

15.Gambar 06.06: Pohon Pisang Yang Akan Di Tanam... 107 16.Gambar 06.07: Penggalian Tanah Untuk Penanaman Pisang. 108 17.Gambar 06.08: Hasil Penanaman Pisang Dari lahan Kosong. 110


(10)

DAFTAR TABEL

1. Tabel I : Jadwal Pendampingan... .. 007

2. Tabel II : Tentang Komposisi Batasan Wilayah... 049

3. Tabel III: Tentang Komposisi Penduduk Menurut Usia.... 051

4. Tabel IV: Komposisi Penduduk Pemeluk Agama... 054

5. Tabel V: Sarana Pribadatan... 055

6. Tabel VI : Aset Budaya... 060

7. Tabel VII : Aset Lingkungan ... 065

8. TabelVIII: Keadaan penduduk mata pencaharian... 070

9. Tabel IX: Jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan.. 073

10.Tabel X: 05.05: Pemetaan Organisasi... 075

11.Tabel XI: 05.06: Keuangan atau Leacky Bucket...... 078

12.Tabel XII: Jenis bibit pohon pisang yang akan ditanam.... 102


(11)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Pendampingan

Kemampuan rakyat desa dan keunggulan pengetahuan rakyat desa adalah kemampuannya untuk mempertahankan, meluaskan dan membetulkannya. Dalam kemampuan ini termasuk ketajaman pengamatan, ingatan baik yang terinci, dan penyebarannya melalui pelajaran, permagangan dan dari cerita mulut ke mulut. Cara penyebaran seperti ini diperlukan, karena banyaknya ilmu dan pengetahuan yang hilang dan yang harus diganti, lebih lama dari pada yang dialami ilmu pengetahuan “orang luar” yang tersimpan dalam tulisan, di perpustakaan dan pita komputer, pengetahuan rakyat desa itu juga mudah hilang dan disesuaikan dengan keadaan. Ilmu dapat hilang terbawa mati pemiliknya, tetapi juga terus menerus diperbarui dan dibetulkan melalui pengamatan.1

Gagasan umum ini selanjutnya diperluas dan dikembangkan dengan konsep modal manusia, terutama oleh Theodore Schultz dia memperlihatkan dalam penelitiannya bahwa “mutu” penduduk, yakni

1

Robert Chambers, Pembangunan Desa Mulai Dari Belakang, (Jakarta: LP3ES, 1987), hal. 115-116.

1


(12)

2

kemampuan mereka, baik fisik maupun psikis-intelektual, jauh lebih penting untuk proses pembangunan ekonomi dari pada modal fisik.2

Dusun Somber Nangah Desa Tlagah sebagian masyarakat adalah petani. Dari dulu pertanian adalah salah satu pekerjaan sehar-sehari untuk memenuhi kebutuhan makanan pokok untuk bisa bertahan hidup. Lahan kosong tersebut yaitu milik mereka sendiri yang diwariskan oleh nenek moyangnya secara turun temurun, zaman dulu lahan yang mereka miliki dimanfaatkan untuk pertanian seperti penanaman padi jagung dll. Banyak lahan kosong yang tidak dimanfaatkan dengan oleh pemiliknya dengan berbagai alasan. Saat ini lahan-lahan sudah tidak difungsikan lagi karena masyarakat lebih memilih pekerjaan lain seperti merantau ada juga yang memang sengaja tidak memanfaatkan lahan itu. Kemungkinan dampaknya kesuburan tanah akan berkurang, peresapan air yang kurang baik.

Merantau merupakan suatu istilah yang digunakan masyarakat untuk menyebut seseorang yang pergi dari kampung halamannya untuk menetap serta bekerja dan pulang ketika ada hari besar atau kepentingan saja. Ini awalnya merupakan suatu kebiasaan orang Madura dengan gaji atau upah yang dijanji-janjikan.

Perantau dengan tujuan dalam negeri maupun luar negeri, ada yang sudah berkeluarga dan ada yang belum berkeluarga, mayoritas perantau pergi bersama istri atau suaminya, dan banyak yang meninggalkan

anak-2

Johannes Muller, Perkembangan Masyakat Lintas Ilmu, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2006), hal. 90.


(13)

3

anaknya kepada kakek nenek ataupun saudara terdekatnya, yang kebanyakan bekerja dirumah sebagai petani. Seperti yang telah dijabarkan sebelumnya perantau pergi merantau untuk bekerja. Perantau selalu rutin untuk mengirim uang kepada orang tuanya,dalam hal ini orang yang mengasuh anaknya, perantau juga selalu pulang ketika lebaran, bahkan tidak sampai lebih dari 2 bulan harus sudah kembali lagi ke perantauaan, dengan alasan yang berbeda, sedangkan untuk perantau yang merantau ke luar negeri hanya pulang apabila ijin kerjanya sudah habis, atau dapat ijin dari majikan atau pimpinannya. Perantau di Madura baik dengan tujuan dalam negeri maupun luar negeri, seperti yang telah diketahui, perantau meninggalkan pengasuhan anaknya kepada kakek nenek atau saudara terdekatnya, dari hal tersebut maka orang tua kurang mengambil peranan dalam pengajaran, pengasuhan, dan bimbingan kepada anaknya, sehingga antara anak dan orang tua kurang memiliki kedekatan dan kelekatannya kurang terbentuk.

Hal ini adalah salah satu yang menyebabkan banyaknya lahan kosong yang ditinggal pergi, masyarakat tidak tahu akan banyaknya hasil yang diperoleh apabila lahan yang dimiliki itu dimanfaatkan. Saat ini sudah banyak lahan kosong yang tidak dimanfaatkan oleh pemiliknya yang dikarenakan tidak adanya regenerasi pemuda yang melanjutkan pekerjaan seperti pertanian, sehingga sumber daya alam yang sudah ada dipandang sebelah mata, mereka berfikir pertanian sudah tidak lagi hal yang layak untuk pendapatan penghasilan.


(14)

4

“Semangken benyak lahan se etorot tak eguna akiy artenah tak emanfaat akiy, engkiy manabi dimin oreng seppo beklambe’en seekalakoh atanih neng esabe ben elokkek’an, atanih esabe sabben arenah ka angguy odik rearenah, samangken oreng ampon nyareh kalakoan se lebbi banyak penghaselan sejellas, karnah sampek mangken oreng ampon benyak se mekker mangkat kadisah laen, polan ajelling benyak oreng hasel dik andik

derih merantau”.3

Upaya pendampingan yang akan dilakukan adalah membangun kesadaran masyarakat tentang pengelolaan lahan kosong yang tidak dimanfaatkan, untuk menjadi salah satu sektor pertanian atau dibuat penanaman tumbuh tumbuhan yang bisa memuaikan hasil untuk peningkatan ekonomi masyarakat Dusun Somber Nangah Desa Tlagah kec. Banyuates.

Maka dari itu bagaimana masyarakat sadar berapa waktu yang sudah dibuang dari lahan kosong tersebut sehingga masyarakat sadar dan bisa memanfaatkan dengan sebaik mungkin untuk dijadikan salah satu pendapatan ekonomi masyarakat Somber Nangah. Pengembangan kemampuan sangat urgen bagi mereka agar masyarakat tahu bagaimana cara mengelolah lahan kosong itu sendiri, dengan cara memberikan pengetahuan tentang sumber daya alam yang ada dan juga pengembangan

skill dalam menggarap lahan untuk penanaman seperti budi daya pertanian

sehingga tidak ada lahan yang tidak dimanfaatkan untuk dijadikan sumber peningkatan ekonomi.

Masyarakat harus memiliki konsep dan keinginan bagaimana caranya untuk memuaikan hasil perekonomian dari lahan kosong. 3

Hasil wawancara dengan H. Musri, salah satu masyarakat pada tanggal 1 Maret 2015.


(15)

5

Masyarakat harus berfikir apa saja yang harus dimanfaatkan dari alam sekitar. Karena untuk mencari uang tidak harus merantau kesana kesini sampai tekad menjadi TKI. Masyarakat harus memiliki wawasan yang luas dalam upaya mensejahterakan dirinya sendiri.

B. Fokus Masalah

Bagaimana cara membangun kesadaran dalam mengelolah aset yang berupa lahan kosong untuk dimanfaatan sebagai peningkatan ekonomi?

C. Pihak Pihak Yang Terkait

Pihak pihak yang terkait dengan upaya pemanfaatan lahan kosong dalam peningkatan ekonomi masyarakat Dusun Somber Nangah Desa Tlagah Kec. Banyuates Kab. Sampang sebagaiman berikut;

1. Kepala Desa Tlagah

Kepala desa mememiliki peran untuk mengkordinasi masyarakat pemiliki lahan kosong untuk dimanfaatkan dan dijadikan salah satu peningkatan ekonomi.

2. Masyarakat Tlagah.

Masyarakat merupakan pihak penting yang mampu mensukseskan suatu pendampingan, karena masyarakat adalah objek maupun subjek dalam suatu pemberdayaan secara mandiri. Seperti para prangkat desa, petani, para tokoh masyarakat yakni Kiai dan lain-lain. Dari masyarakat peneliti memperoleh informasi-informasi


(16)

6

yang valid yang bisa dipertanggung jawabkan kebenarannya. Dari masyarakat sendirilah keberhasilan dan kegagalan pendampingan yang dilakukan secara partisipasi aktif.

3. Lembaga organisasi masyarakat

Dalam pendampingan ini tentu saja membutuhkan bantuan-bantuan dari organisasi masyarakat karena lewat lembaga organisasi itulah proses pendampingan akan lebih mudah dan lebih efektif dari pada berjalan sendiri tanpa ada bantuan dari pihak yang lain. Organisasi masyarakat seperti ibu-ibu yasinan, remaja masjid dan lain-lain karena lewat perkumpulan masyarakat itulah proses pendampingan akan lebih mudah.

4. Masyarakat pemilik lahan kosong

Para pemilik lahan kosong Dusun Somber Nangah ini sangat urgen dalam pendampingan untuk pemanfaatan lahan-lahan kosong yang dimilikinya dengan inisiatif masyarakat bisa melakukan perubahan dalam peningkatan ekonominya, dengan menanam lahannya sehingga bisa membuahkan hasil.

D. Agenda Pendampingan

Adapun genda yang akan dilaksanakan dalam pendampingan upaya pemanfaatan lahan kosong dalam peningkatan ekonomi masyarakat Dusun Somber Nangah Desa Tlagah Kec. Banyuates Kab. Sampang sebagaimana yang sudah dijadwalkan berikut ini:


(17)

7

Tabel I

01.01: Jadwal Pendampingan

NO. NAMA KEGIATAN

JADWAL

KET. MARET

2015

APRIL 2015

MEI 2015

JUNI 2015

1. Inkulturasi X X 1,5 bulan

2. Discovery X 1 pertemuan

3. Dream X 1 pertemuan

4. Design X 1 pertemuan

5. Difine X 1 pertemuan

6. Destiny X 3 kali

7. Evaluasi X 1 pertemuan

8. Pelaporan X 1 bulan

Penjabaran atas tabel jadwal pendampingan penguatan ekonomi sosialis ini sebagaimana berikut;

1. Inkulturasi

Proses inkulturasi ini berlangsung selama hampir dua bulan, lebih tepatnya 1 bulan 14 hari mulai dari tanggal 15 Maret sampai dengan 29 April 2015. Banyak sekali hal yang dilakukan mulai dari wawancara dengan Kepala Desa, dan mengikuti kegiatan masyarakat untuk menjadi bagian dari mereka hingga mempunyai modal sosial yang cukup untuk melakukan proses pendampingan selanjutnya.


(18)

8

2. Discovery

Discovery ini terjadi pada pada tanggal 1 April 2015, proses ini lebih menekankan pada bagaimana proses pemaparan pengungkapan hal–hal yang sudah ada dimasyarakat, berkaitan kejayaan yang pernah diraih di masa lalu oleh masyarakat Dusun Somber Nangah Desa Tlagah.

3. Dream

Menjabarkan proses pendampingan memimpikan apa yang diinginkan masyarakat dan mengilustrasikannya berbentuk gambar. Proses ini berlangsung pada tanggal 6 April 2015.

4. Design

Proses ini berlangsung pada Ahad, 10 Mei 2015. Proses ini merancang apa saja baik yakni hal yang dibutuhkan baik itu keuangan, material, pengetahuan, dan lain sebagainya. Langkah ini merancang dari mimpi yang telah diilustrakan pada minggu sebulumnya.

5. Difine

Proses ini menentukan langkah–langkah selanjutnya setelah dari proses dream dan design. Pada proses ini dilakukan pada 17 Mei 2015, setelah define ini diteruskan lagi pada proses destiny agar proses pendampingan yang dilakukan agar efektif dan linier.


(19)

9

6. Destiny

Proses ini berlangsung selama 3 minggu pada tanggal 3 sampai 21 Juni 2015, di dalam PAR biasa disebut aksi atas semua yang ditentukan pada proses difine. Destiny ini sebagai klimaks atas semua proses yang ada pada pendampingan Asset Bassed

Community Decelopment.

7. Evaluasi

Proses ini berlangsung selama 1 kali pertemuan pada tanggal 25 Juni 2015, sebagai evaluasi yang telah dilakukan mulai proses ABCD yakni discovery hingga destinity.

8. Pelaporan

Pelaporan ini dilakukan sebagai kewajiban akademis, agar bisa dibaca dan dilihat agar menjadi releksi bersama. Serta sebagai bahan pendampingan membangun kesadaran masyarakat dalam pengelolahan asset lahan kosong dalam peningkatan ekonomi masyarakat Dusun Somber Nangah Desa Tlagah.

E. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan pada penulisan pendampingan upaya pemanfaatan lahan kosong dalam pendapatan ekonomi masyarakat Dusun Somber Nangah Desa Tlagah Kecamatan Banyuates Kabupaten Sampang, sebagaimana berikut:


(20)

10

1. Bab I membahas tentang realitas problematika yang ada pada Dusun Somber Nangah Desa Tlagah Kec. Banyuates Kab. Sampang, yang meliputi penjelasan tentang pengembangan ekonomi dampingan itu seperti apa, prospekaset yang berupa lahan kosong, dan focus pendampingannya serta membahas tentang agenda yang akan dilakukan.

2. Bab II membahas teori–teori yang mengiringi pendampingan ini seperti: teori yang membahas teori kesadaran, etos kerja, dan teori dakwah bilhal teori akan membangun kesadaran dan meningkatkan pendapatan yakni dari lahan kosong, serta membahas prinsip-prinsip pokok faktor produks, monitoring dan evaluasi pendampingan, hasil pendampingan terdahulu.

3. Bab III membahas tentang metodologi dan strategi pendampingan berbasis Asset Bassed Community Development (ABCD) lebih mendalam.

4. Bab IV membahas tentang profil lokasi dampingan yang meliputi realitas Dusun Somber Nangah Desa Tlagah didalamnya ada letak geografis, iklim, dan demografi. Setelah itu membahas tentang 5. BabV membahas tentang asset dan potensi yang ada, meliputi:

asset fisik, asset budaya, mata pencaharian, sosial, peluang dan tantangan dampingan.


(21)

11

6. Bab VI membahas lebih banyak proses pendampingan mulai proses discovery, dream, design, define, dan destiny. Kesemua itu diulas lebih mendalam dalam bab ini.

7. Bab VII membahas tentang refleksi atas dampingan yang dilakukan mulai dari proses pra-dampingan, saat dampingan, pasca-dampingan serta kesimpulan refleksi atas ketiga sub proses tersebut.

8. Bab VIII membahas tentang penutup dari proses pendampingan yang meliputi kesimpulan akan perubahan proses dampingan ini, adanya saran serta rekomendasi atas pendampingan yang dilakukan.


(22)

12

BAB II

PERSPEKTIF TEORITIS

A. Teori Kesadaran

Kesadaran merupakan satu-satunya tingkat kehidupan mental yang secara langsung tersedia bagi kita. Pikiran-pikiran dapat mencapai kesadaran dari dua arah yang berbeda. Pertama dari sistem sadar perseptual yang diarahkan kedunia luar dan bertindak sebagai medium persepsi terhadap stimulus-stimulus eksternal. Dengan kata lain, apa yang kita persepsikan melalui organ-organ pancaindra kita bila tidak terlalu mengancam akan memasuki kesadaran.

Sumber kedua dari elemen-elemen sadar berasal dari dalam struktur mental dan meliputi pikiran-pikiran yang tidak mengancam dari alam prasadar (kepra-sadaran), dan juga pikiran-pikiran yang mengancam tetapi tersamar dengan baik dari ketidaksadaran.1

Kemampuan menyampaikan secara jelas pikiran dan perasaan seseorang, membela diri dan mempertahankan pendapat (sikap asertif), kemampuan untuk mengarahkan dan mengendalikan diri dan berdiri dengan kaki sendiri (kemandirian), kemampuan untuk mengenali kekuatan dan kelemahan orang dan menyenangi diri sendiri meskipun seseorang

1

Yustinus Semiun, Teori Kepribadian dan Terapi Psikoanalitik Freud, (Yogyakarta: Kanisius, 2006), hal. 59.


(23)

13

memiliki kelemahan (penghargaan diri), serta kemampuan mewujudkan potensi yang seseorang miliki dan merasa senang (puas) dengan potensi yang seseorang raih di tempat kerja maupun dalam kehidupan pribadi (aktualisasi).2

B. Etos Kerja

Etos yang berasal dari kata Yunani, dapat mempunyai arti sebagai sesuatu yang diyakini, cara berbuat, sikap serta persepsi terhadap nilai bekerja. Dari kata ini lahirlah apa yang disebut dengan “ethic” yaitu, pedoman, moral dan prilaku, atau dikenal pula etiket yang artinya cara bersopan santun. Sehingga dengan kata etik ini, dikenallah istilah etika bisnis yaitu cara atau pedoman prilaku dalam menjalankan suatu usaha dan sebagainya.3

Di sisi yang lain makna “bekerja” bagi seorang muslimadalah suatu upaya yang sungguh-sungguh, dengan mengarahkan seluruh aset, fikir, dan dzikirnya untuk mengaktualisasikan atau menampakkan arti dirinya sebagai hamba Allah yang harus menundukkan dunia dan menempatkan dirinya sebagai bagian dari masyarakat yang terbaik (khoiroummah) atau dengan kata lain dapat juga kita katakan bahwa hanya dengan bekerja manusia itu memanusiakan dirinya.4

2

Ibid, hal. 60.

3

Toto Tasmara, Etos Kerja Pribadi Muslim, (Jakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1995), hal. 25.

4

Ibid, hal. 27.


(24)

14

C. Teori Dakwah Bilhal

Dakwah bilhah adalah dakwah dengan menggunakan perbuatan atau teladan sebagi pesanya. Dakwah bilhal biasa juga disebut dakwah alamiah. Maksudnya, dengan menggunakan pesan dalam bentuk perbuatan, dakwah dilakukan sebagai upaya pemberantasan kemungkaran secara langsung (fisik) maupun langsung menegakkan ma’ruf (kebaikan) seperti membangun masjid, sekolah, atau apa saja yang mudah dikerjakan bersifat mewujudkan pelaksanaan syariat Allah SWT dari segala aspeknya. Praktik dakwah seperti demikian pada hakikatnya merupakan “dakwah diam”, artinya melakukan dakwah secara diam-diam yang langsung mengajak berbuat secara islami, sehingga mudah dipahami khalayak untuk meniru atau ikut berpartisipasi melakukan kegiatan yang dicontohkannya itu. Dalam hal ini, terutama dalam hal memberantas kemungkaran, Rasulullah SAW bersabda:5

”Barang siapa yang melihat diantara kamu kemungkaran, mustilah mengubahnya dengan tangannya, maka jika tidak sanggup, (ia mengubahnya) dengan lidahnya (bahasa/kata-kata), maka jika (dengan itu pun) tidak sanggup, (ia mengubahnya) dengan hatinya, dan (yang terakhir ini) merupakan perbuatan selemah-lemah iman” (HR. Bukhari).

Khusus mengenai pesan dakwahnya itu sendiri, dalam dakwah apapun tidak terbatas pada kepentingan seorang saja, melainkan juga bersifat umum, dalam arti untuk tujuan kepada semua umat, semua pihak,

5

Kustadi Suhandang, Ilmu Dakwah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, Cetakan Pertama, 2013), hal. 98.


(25)

15

semua golongan, dan semua lapisan masyarakat. Sejarah mencatat bahwa hal demikian telah pula diperaktikkan oleh Nabi Muhammad SAW, dimana kerisalahannya ditujukkan untu menjadi rahmat bagi segenap umat manusia. Ini berarti pesan dakwah dalam membentuk apapun, tidak hanya ditunjukan kepada orang-orang yang beriman saja, atau orang-orang yang beramal saleh dan bersabar saja, melainkan juga bagi orang-orang yang takut kepada Allah melalui surat Al-Ahqf ayat 12:6

رﺬ ﺎ ﺮ ﺎ ﺎ قﺪﺼ بﺎ اﺬٰھو ۚ ﺔ رو ﺎ ﺎ إ ٰﻰ ﻮ بﺎ ﮫ و

ٰىﺮﺸ و اﻮ ظ ﺬ ا

Dan sebelum Al Quran itu telah ada kitab Musa sebagai petunjuk dan rahmat. Dan ini (Al Quran) adalah kitab yang membenarkannya dalam bahasa Arab untuk memberi peringatan kepada orang-orang yang zalim dan memberi kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik.

ﺎ أرذ ﺪ و

أ ﮭ و ﺎﮭ نﻮﮭ بﻮ ﮭ ﻹاو ا اﺮ ﺜ ﮭ

ھ ٰوأ ۚ ﺿأ ھ مﺎ ﻷﺎ ٰوأ ۚ ﺎﮭ نﻮ

ناذآ ﮭ و ﺎﮭ نوﺮﺼ

نﻮ ﺎﻐ ا

Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah

orang-orang yang lalai. (QS.Al-a’raf:179).7

ر لﺎ ذإو

رﻷا ﻲ ﺎ ﻲ إ ﺔ

ﺔ ﺧ ض

ﺎﮭ ﺪ ﺎﮭ

أ اﻮ ﺎ

6

Ibid, hal. 100.

7

Al-Qur’an dan Terjemah Al-Hikmah, Bandung : Diponegoro.


(26)

16

سﺪ و كﺪ

و ءﺎ ﺪ ا

و

نﻮ ﺎ أ ﻲ إ لﺎ

"Ingatlah, ketika Rabb-mu berfirman kepada para Malaikat:

Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi'. Mereka berkata: Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu, orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih, dengan memuji Engkau, dan mensucikan Engkau'. Rabb berfirman: 'Sesungguhnya, Aku mengetahui,

apa yang tidak kamu ketahui'." (QS.2:30).8

Manusia telah diciptakan dalam bentuk yang paling baik. Seluruh ciptaan lainya, seperti matahari, bulan, langit cakrawala, telah ditakdirkan untuk dipergunakan manusia. berkaitan dengan ini bumi telah disebukan secara khusus.

رﻷا ﻲ ﺎ ﺪ و

ﺶ ﺎ ﺎﮭ ﺎ

و ض

ﺮ ﺸ ﺎ

نو

"Sesungguhnya Kami telah menempatkan kamu sekalian di muka bumi dan Kami hadirkan bagimu di muka bumi itu (sumber) penghidupan. Amat

sedikitlah kamu bersyukur." (QS.7:10)9

Seperti setelah disebutkan, kegiatan utama ekonomi pada awal perkembangan islam meliputi perdagangan, kerajinan tangan pertanian, dan peternakan. Pendapatan dari dua kategori pertama dapat diuangkan dalam dirham dan dinar yang merupakan unit moneter pada awal perkembangan islam.10

D. Prinsip Prinsip Pokok Faktor-Faktor Produksi

Menurut para ahli ekonomi faktor produksi terdiri atas empat macam, yaitu:

8

Ibid, hal. 98.

9

Ibid, hal. 100.

10

Ah Ali Arifin, Ekonomi Islam, (Surabaya: Dakwah Digital press Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel, 2009), hal. 56.


(27)

17

1. Tenaga alam: tanah, air, cahaya, dan udara

2. Tenaga modal: uang dan barang/benda

3. Tenaga manusia: pikiran dan jasmani

4. Tenaga organisasi kecakapan mengatur.

Bagi seorang materialis, pokok segala persoalan hanyalah materi, benda yang terletak dihadapan mata merupakan tenaga modal, maupun benda yang berupa tenaga manusia dan tenaga organisasi. Tidak tampak oleh mereka bahwa dibalik materi itu, yaitu tenaga alam dan tenaga modal, ada suatu kuasa gaib yang maha kuasa yang sewaktu-waktu dapat menahan atau mencurahkannya.11

E.Monitoring dan Evaluasi Pendampingan

Monitoring dan evaluasi (monev) adalah kegiatan yang sangat penting dalam proses pengembangan dan pemberdayaan masyarakat. Dengan adanya monev, maka akan diketahui sejauh mana efektivitas dan efisiensi program social yang diberikan. Pemantauan secara terus menerus proses perencanaan dan pelaksaan kegiatan, dan mengukur berhasil tidaknya program yang dilaksanakan, apa sebabnya berhasil dan apa sebabnya gagal, serta bagaimana tindak lanjutnya.12

11

Abdullah Zakiy Alkaf, Ekonomi Dalam Perspektif Islam, (Bandung: Cv Pustaka Setia, 2002), hal. 79.

12

Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, (Bandunng: PT. Refika Aditama, 2014), hal. 117-118.


(28)

18

Evaluasi adalah mengidentifikasikan keberhasilan danatau kegagalan suatu rencana kegiatan atau program. Berbeda dengan monitoring, evaluasi biasanya lebih difokuskan pada pengidentifikasian kualitas program.13

Pendekatan berbasis asset dalam suatu pendampingan membutuhkan proses monitoring dan evaluasi. Dalam suatu kegiatan pasti berkaitan dengan keberhasilan dan kegagalan. Kegiatan monev sangat penting dilakukan untuk melihat seberapa tingkat keberhasilan dan kegagalan dari proses pendampingan yang telah dilakukan. Dari semua itu tergantung bagaimana masyarakat mampu memobilisasi aset serta

membedakaan mana yang berpotensi maksimal terhadap suatu perubahan.

F. Hasil Pendampingan Terdahulu

Skripsi: Pencarian Peluang Pengembangan Perdagangan sawo Dusun Bunut Desa Bringin Kec. Badas Kab. Kediri, Pendampingan Berbasis Asset Pada Masyarakat Pedagang Sawo, oleh Khozinatul Asror.14

Pendampingan ini melihat dari asset yang dimiliki oleh masyarakat Dusun Bunut yang menjadi ciri khas sebagai Dusun penghasil buah sawo yang menjadi dagangan oleh masyarakat Dusun Bunut. Pendampingan ini menitikberatkan pada penguatan akan profesi yang menjadi pekerjaannya selama ini, karena sedikit banyak masyarakat Dusun Bunut meninggalkan pekerjaan ini. Disamping itu pohon-pohon sawo sudah mulai berkurang 13

Ibid. hal. 119.

14

Khozinatul Asror, Pencarian Peluang Pengembangan Perdagangan Sawo Dusun Bunut Desa Bringin Kecamatam Badas Kabupaten Kediri, Pendampingan Berbasis Asset Pada Masyarakat Pedagang Sawo, (Surabaya: UIN Sunan Ampel, 2014).


(29)

19

dari masa ke masa. Pendampingan ini menjelaskan apa saja yang menjadi factor pendukung dan penghambat yang dialami oleh pedagang sawo di Dusun Bunut.

Dalam melakukan pendampingan, Khozinatul Asror menggunakan pendekatan ABCD yang disertai analisis jelas, dimana mengungkapkan secara terperinci wilayah dan juga kondisi masyarakat Dusun Bunut yang kaitannya dengan pedagang sawo yang menjadi cirri khas yang ditengarai lapak-lapak untuk menjual sawo sebagai komoditas utama desa Bringin. Penekanan asset berupa pohon sawo untuk meningkatkan ekonomi masyarakat, dimana untuk mendapatkan hasil buah sawo yang siap jual membutuhkan beberapa tenaga kerja mulai dari pengambil buah sawo dari pohonnya, pencuci buah sawo, bahkan pengepul yang siap menjualkan buah sawo ke luar kota. Sedangkan untuk pedagang ada yang menjual dari hasil kebun sendiri atau membeli dari pemiliki pohon sawo.

Dalam proses pendampingan dibutuhkan Local leader untuk membantu lancarnya proses pendampingan yang hendak dilakukan. Karena sebenarnya cirri khas pedagang sawo di Dusun Bunut bukan di Desa Bringinnya. Untuk melestarikan ciri khas tersebut diperlukan Local

leader untuk meneruskan proses pendampingan sampai pada tingkat


(30)

20

BAB III

METODELOGI RISET PENDAMPINGAN

A.Asset Bassed Community Development (ABCD)

Metode ABCD adalah pendekatan pendampingan yang mengupayakan pengembangan masyarakat harus dilaksanakan dengan sejak dari awal menempatkan manusia untuk mengetahui apa yang menjadi kekuatan yang dimiliki serta segenap potensi dan aset yang dipunyai yang potensial untuk dimanfaatkan. Pendekatan ABCD merupakan pendekatan yang mengarah pada pemahaman dan internalisasi asset, potensi, kekuatan, dan pendayagunaannya secara mandiri dan maksimal. Prinsip pengembangan masyarakat berbasis asset (ABCD) sebagai berikut: Setengah terisi lebih berarti, Semua punya potensi, Partisipasi, Kemitraan, Penyimpangan positif, Berasal dari dalam masyarakat, dan Mengarah pada sumber energi.1

Asset adalah segala sesuatu yang berharga, bernilai sebagai kekayaan atau perbendaharaan. Segala yang bernilai tersebut memiliki guna untuk memenuhi kebutuhan.2

Asset Bassed Community Development atau (ABCD) menurut R.M.

Brown ialah:

1

Nadhir Salahuddin, dkk, Panduan KKN ABCD UIN Sunan Ampel Surabaya, (LPPM IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2015), hal. 26.

2

Agus Afandi, dkk, Modul Participatory Action Research, (Surabaya: LPPM UIN Sunan Ampel, 2014), hal. 308.

20


(31)

21

Bila anda mencari masalah, anda akan menemukan lebih banyak masalah; Bila anda mencari sukses, anda akan menemukan lebih banyak sukses Bila anda percaya pada mimpi, anda akan merengkuh keajaiban maka motto kami adalah “mencari akar penyebab sukses” dan bukan “akar penyebab masalah.3

Untuk menggali potensi-potensi masyarakat selain model yang diatas, masih ada strategi lain yang digunakan oleh fasilitator yang dilakukan bersama masyarakat untuk terwujudnya pendampingan yang akan dilakukan bersama. Stategi-strategi tersebutl diantaranya:

1. discovery (menemukan),

2. dream (mimpi),

3. design (merancang),

4. define (menetukan), dan

5. destiny (memastikan).

Model ini memusatkan posisinya pada kekuatan dan keberhasilan diri dan komunitas yang bertujuan merangsang kreativitas, inspirasi, dan inovasi masyarakat untuk mendapatkan kembali masa kejayaan yang pernah mereka peroleh dahulu. Kemampuan terkait potensi, kekuatan, keberhasilan, serta dibarengi dengan asset yang mereka miliki akan memberikan energy positif untuk membantu dan mengembalikan kekuatan dan keberhasilan mereka dalam mengubah cara pandang terhadap segala sesuatu menjadi lebih baik dalam segi berbagai hal bahwa kita mampu dan bisa merubah kondisi hidup diri sendiri maupun orang lain.

3

Christopher Dureuau, Pembaru dan Kekuatan Lokal Untuk Pembangunan, Australian Community Development and Civil Society Strengthening Scheme (ACCESS) Tahap II, (Agustus 2013), hal. 59.


(32)

22

Tahap pertama yakni Discovery, yakni menemukan kembali apa yang dimiliki dari setiap individu maupun komunitas. Tujuan dari tahap ini adalah menenukan dan mengapresiasi energy positif yang ada disertai keberhasilan-keberhasilan yang pernah diperoleh dengan cara menceritakan kembali peristiwa-peristiwa penting keberhasilan masyarakat. Komunitas diajak menceritakan dan memahami apa-apa yang telah mereka dapatkan pada masa lalu.

Dengan dilakukan tahap ini masyarakat bisa merenungkan akan masa kejayaan yang pernah mereka peroleh mulai dari bagaimana cara mereka melakukan, kerja keras, proses, sampai mereka mendapatkan keberhasilan tersebut. Dengan cara memberikan waktu untuk mereka bercerita dan mengungkapakan segala sesuatu yang berkaitan dengan peristiwa-peristiwa yang membanggakan.

Tahap ini perlu dilakukan berkenaan dengan potensi-potensi yang dimiliki masyarakat yang bertujuan menemukan kembali segala sesuatu yang berkaitan dengan peristiwa-peristiwa (positif-negatif), dimana pertukaran cerita atau pendapat dari tiap-tiap individu dalam suatu komunitas sedang terjadi. Bila tahap ini berhasil maka langkah-langkah selanjutnya tidaklah terlalu sulit.4

Tahap kedua yaitu Dream, yakni membayangkan atau memimpikan sesuatu yang berkaitan dengan masa depan yang ingin diwujudkan. Tahap ini merupakan suatu cara untuk menggali apa yang diharapakan pada

4

Dani Wahyu Munggoro dan Budhita Kasmadi, Panduan Fasilitator, (Indonesia Australia Partnership: IDSS Acces Phase II, 2008), hal. 21.


(33)

23

setiap individu maupun komunitas. Tidak selamanya harapan mereka sama terkadang secara kebetulan terdapat kesamaan mimpi yang mereka inginkan. Setiap individu memiliki kesempatan menyampaikan apa harapan-harapan dan impian-impian yang ingin dicapai. Komunitas diajak memikirkan hal-hal yang menggugah semangat, kreatif, dan masa depan terbaik. Kemudian dari mimpi-mimpi tersebut akan dibuat rumusan-rumusan untuk diperlihatkan kepada komunitas inilah impian-impian yang mereka inginkan.

Dalam proses ini mereka mulai menyadari dan melihat bagaimana mereka membangun mimpi bersama terlepas dari sektor masyarakat mana mereka berasal. Mereka menginginkan hal yang sama untuk mereka dan orang lain, dan mereka dapat melukiskannya dengan sangat baik karena mereka bicara dengan bahasa yang sama, yakni mosaic gambar. Mosaic gambar dan kata-kata inilah yang lantas diletakka pada gambar-gambar yang menjadi ruh yang memandu tindakan-tindakan bersama selanjutnya.5 Tahap selanjutnya, yakni design, yaitu merancang langkah-langkah sukses untuk merengkuh masa depan yang diimpikan. Tahap ini merupakan proses merumuskan mimpi yang besar yang ingin diwujudkan. Peserta memilih elemen-elemen rancangan yang memiliki dampak besar, menciptakan strategi dan rencana provokatif yang memuat berbagai kualitas komunitas yang paling diinginkan ketika menyusun strategi untuk

5

Ibid, hal. 24.


(34)

24

menghasilkan rencana, peserta mengkolaborasikan kualitas kehidupan bersama yang ingin dilindungi dengan hubungan yang ingin dicapai.6

Tahap berikutnya yakni define, yaitu komunitas diminta untuk kembali ke visi masa depan dan memilih gambar-gambar yang paling memanggil mereka, elemen-elemen mana yang mereka rasa paling penting bagi mereka dan menyeru untuk bertindak. Secara bersama-sama, komunitas diminta untuk mengidentifikasi elemen-elemen keberhasilan yang diperlukan demi mewujudkan mimpi-mimpi dalam bentuk prinsip, criteria dan indicator-indikator.7

Tahap terakhir yaitu Destiny, yaitu menegaskan langkah untuk mewujudkan masa depan yang diinginkan. Tahap ini merupakan serangkaian tindkan baru dan inovatif yang mendukung pembelajaran dan inovasi berkelanjutan. Tahap ini secara khusus memusatkan pada komitmen dan arah ke depan individu dan komunitas.8

Tahap Destiny merupakan tahapan untuk memeriksa dan mendialogkan momentum-momentum yang harus dimanfaatkan untuk memastikan impian-impian bersama terwujud. Pada tahapan ini komunitas mulai merumuskan langkah bersama yang bercermin pada papan visi dengan memanfaatkan metode hierarchy of effects atau seringkali disebut Tangga Perubahan.9

6

Ibid, hal. 06.

7

Ibid, hal. 27.

8

Ibid, hal. 06.

9

Ibid, hal. 31.


(35)

25

B. Prinsip – Prinsip Pendampingan

1) Setengah Terisi lebih Berarti (Half Full Half Empty)

Salah satu modal utama dalam program pengabdian terhadap masyarakat berbasis aset adalah merubah cara pandang komunitas terhadap dirinya. Tidak hanya terpaku pada kekurangan dan masalah yang dimiliki. Tetapi memberikan perhatian kepada apa yang dipunyai dan apa yang dapat dilakukan.10

2) Semua Punya Potensi (Nobody Has Nothing)

Dalam konteks ABCD, prinsip ini dikenal dengan istilah “Nobody

has nothing”. Setiap manusia terlahir dengan kelebihan masing-masing.

Tidak ada yang tidak memiliki potensi, walau hanya sekedar kemampuan untuk tersenyum dan memasak air. Semua berpotensi dan semua bisa berkontribusi.

Dengan demikian, tidak ada alasan bagi setiap masyarakat untuk tidak berkontribusi nyata terhadap perubahan lebih baik. bahkan, keterbatasan fisikpun tidak menjadi alasan untuk tidak berkontribusi. Ada banyak kisah dan inspirasi orang-orang sukses yang justru berhasil membalikkan keterbatasan dirinya menjadi sebuah berkah, sebuah kekuatan.11

10

Christopher Dureau, Pembaru dan Kekuatan Lokal Untuk Pembangunan, Australian Community Development and Civil Society Strengthening Scheme (ACCESS) Tahap II, (Agustus 2013), hal 14.

11

Ibid, hal.17.


(36)

26

3) Partisipasi (Participation)

Partisipasi adalah suatu keterlibatan mental dan emosi seseorang kepada pencapaian tujuan dan ikut bertanggung jawab di dalamnya. Banyak ahli memberikan pengertian mengenai konsep partisipasi.12 Partisipasi berarti peran yang sangat urgen terhadap masyarakat untuk meningkatkan perekonomian baik dalam bentuk pernyataan maupun dalam bentuk kegiatan dengan memberi masukan pikiran, tenaga, waktu, keahlian, modal dan atau materi, serta ikut memanfaatkan dan menikmati hasil -hasil pembangunan.

Pengertian tentang partisipasi dapat juga berarti bahwa pembuat keputusan menyarankan kelompok atau masyarakat ikut terlibat dalam bentuk penyampaian saran dan pendapat, barang, keterampilan, bahan dan jasa. Partisipasi dapat juga berarti bahwa kelompok mengenal masalah mereka sendiri, mengkaji pilihan mereka, membuat keputusan, dan memecahkan masalahnya.

4) Kemitraan (Partnership)

Partnership merupakan salah satu prinsip utama dalam pendekatan pengembangan masyarakat berbasis aset (Asset Based Community

Development). Partnership merupakan modal utama yang sangat

dibutuhkan dalam memaksimalkan posisi dan peran masyarakat dalam pembangunan yang dilakukan. Hal itu dimaksudkan sebagai bentuk pembangunan dimana yang menjadi motor dan penggerak utamanya

12

Suranto Aw, Komunikasi Sosial Budaya, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), hal. 18.


(37)

27

adalah masyarakat itu sendiri (community driven development). Karena pembangunan yang dilakukan dalam berbagai varinnya seharusnya masyarakatlah yang harus menjadi penggerak dan pelaku utamanya. Sehingga diharapkan akan terjadi proses pembangunan yang maksimal, berdampak empowerment secara masif dan terstruktur. Hal itu terjadi karena dalam diri masyarakat telah terbentuk rasa memiliki (sense of

belonging) terhadap pembangunan yang terjadi di sekitarnya.13 Didalam

proses pendampingannya dalam pemanfaatan lahan kosong yang dibangun adalah kelompok–kelompok masyarakat yang memiliki lahan kosong untuk memberdayakan masyarakat Dusun Somber Nangah desa Tlagah steakholder didalamnya.

5) Penyimpangan Positif (Positive Deviance)

Positive Deviance atau (PD) secara harfiah berarti penyimpangan positif. Secara terminologi positive deviance (PD) adalah sebuah pendekatan terhadap perubahan perilaku individu dan sosial yang didasarkan pada realitas bahwa dalam setiap masyarakat meskipun bisa jadi tidak banyak terdapat orang-orang yang mempraktekkan strategi atau perilaku sukses yang tidak umum, yang memungkinkan mereka untuk mencari solusi yang lebih baik atas masalah yang dihadapi daripada rekan-rekan mereka itu sendiri.14 Praktek tersebut bisa jadi, seringkali atau bahkan sama sekali keluar dari praktek yang pada umum dilakukan oleh masyarakat. Realitas tersebut mengisyaratkan bahwa sering kali terjadi 13

Ibid, hal.20.

14

Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat, (Bandung: Refika Aditama, 2010), hal. 25.


(38)

28

pengecualian-pengecualian dalam kehidupan masyarakat dimana seseorang atau beberapa orang mempraktekkan perilaku dan strategi berbeda dari kebanyakan masyarakat pada umumnya. Strategi dan perilaku tersebut yang membawa kepada keberhasilan dan kesuksesan yang lebih dari yang lainnya. Realitas ini juga mengisyaratkan bahwa pada dasarnya masyarakat Masyarakat Dusun Somber Nangah Desa Tlagah memiliki asset yang berupa lahan kosong dan sumber daya mereka sendiri untuk melakukan perubahan-perubahan yang diharapkan.

Positive deviance merupakan modal utama dalam pengembangan Masyarakat dalam membangun kesadaran dalam pengelolahan asset, yang dilakukan dengan menggunakan pendekatan berbasis aset-kekuatan. Positive deviance menjadi energi alternatif yang vital bagi proses pengembangan dan pemberdayaan masyarakat yang dilakukan. Energi itu senantiasa dibutuhkan dalam konteks lokalitas masing-masing komunitas.15

6) Berawal Dari Masyarakat (Endogenous)

Endogenous dalam konteks pembangunan memiliki beberapa konsep inti yang menjadi prinsip dalam pendekatan pengembangan dan pemberdayaan komunitas - masyarakat berbasis asset -kekuatan. Beberapa konsep ini tersebut adalah sebagai berikut16:

1. Memiliki kendali lokal atas proses pembangunan peningkatan perekonomian.

15

Ibid, hal. 25.

16

Suntoyo Usman, Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hal. 28.


(39)

29

2. Mempertimbangkan nilai budaya secara sungguh-sungguh. 3. Mengapresiasi cara pandang yang pernah di peroleh

masyarakat.

4. Menemukan keseimbangan antara sumber internal dan eksternal.

Beberapa aspek di atas merupakan kekuatan pokok yang sangat penting dalam pembangunan masyarakat. Sehingga dalam aplikasinya, konsep “pembangunan endogen” kemudian mengakuinya sebagai aset-kekuatan utama yang bisa dimobilisasi untuk digunakan sebagai modal utama dalam peningkatan perekonomian masyarakat Desa Tlagah Kecamatan Banyuates kabupaten Sampang. Aset lahan kosong dan kekuatan tersebut bisa jadi sebelumnya terabaikan atau bahkan seringkali dianggap sebagai sesuatu yang tidak bermanfaat dalam pendapatan perekonomian.

Pembangunan Endogen mengubah aset-aset tersebut menjadi aset penting yang bisa dimobilisasi untuk pembangunan sosial dan ekonomi kerakyatan. Meteode ini menekankan dan menjadikan aset-aset tersebut sebagai salah satu pilar pembangunan. Sehingga dalam kerangka pembangunan endogen, aset-aset tersebut kemudian menjadi bagian dari prinsip pokok dalam pendekatan ABCD yang tidak boleh dinegasikan sedikitpun.17

17

Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat, (Bandung: Refika Aditama, 2010), hal. 28.


(40)

30

7) Menuju Sumber Energi (Heliotropic)

Energi dalam pengembangan bisa beragam. Di antaranya adalah mimpi besar yang dimiliki oleh komunitas, proses pengembangan yang apresiatif, atau bisa juga keberpihakan anggota komunitas yang penuh totalitas dalam pelaksanaan program. sumber energi ini layaknya keberadaan matahari bagi tumbuhan. Terkadang bersinar dengan terang, mendung, atau bahkan tidak bersinar sama sekali. Sehingga energi dalam komunitas ini harus tetap terjaga dan dikembangkan.18

Masyarakat seharusnya mengenali peluang-peluang sumber daya alam yang ada di sekitar mereka, yang mampu memberikan pendapatan perekonomian mereka dan kekuatan baru dalam proses pengembangan. Sehingga tugas komunitas tidak hanya menjalankan program saja, melainkan secara bersamaan memastikan sumber energy dalam kelompok mereka tetap terjaga dan berkembang.19

C. Teknik – Teknik Pendampingan

Metode dan alat menemukenali dan memobilisasi aset untuk pemberdayaan masyarakat melalui Asset Based Community Development (ABCD), antara lain:

1. Penemuan Apresiatif (Appreciative Inquiry)

18

Christopher Dureau, Pembaru dan Kekuatan Lokal Untuk Pembangunan, Australian Community Development and Civil Society Strengthening Scheme (ACCESS) Tahap II, (Agustus 2013), hal 29.

19

Ibid, hal 29.


(41)

31

Appreciative Inquiry (AI) adalah cara yang positif untuk melakukan perubahan organisasi berdasarkan asumsi yang sederhana yaitu bahwa setiap organisasi memiliki sesuatu yang dapat bekerja dengan baik, sesuatu yang menjadikan organisasi hidup, efektif dan berhasil, serta menghubungkan organisasi tersebut dengan komunitas dan stakeholdernya dengan cara yang sehat.20

AI dimulai dengan mengidentifikasi hal-hal positif dan menghubungkannya dengan cara yang dapat memperkuat energi dan visi untuk melakukan perubahan untuk mewujudkan masa depan organisasi yang lebih baik.

AI melihat isu dan tantangan organisasi dengan cara yang berbeda. Berdeda dengan pendekatan yang fokus pada masalah, AI mendorong anggota organisasi untuk fokus pada hal-hal positif yang terdapat dan bekerja dengan baik dalam organisasi. AI tidak menganalisis akar masalah dan solusi tetapi lebih konsen pada bagaimana memperbanyak hal-hal positif dalam organisasi.

Proses AI terdiri dari 4 tahap yaitu Discovery, Dream, Design dan Destiny atau sering disebut Model atau Siklus 4-D. AI ini diwujudkan dengan adanya Forum Group Discussion (FGD) yang dilakukan pada jenjangnya masing – masing.

20

Ibid, hal. 31.


(42)

32

2. Pemetaan Komunitas (community mapping)

Pendekatan atau cara untuk memperluas akses ke pengetahuan lokal. Community map merupakan visualisasi pengetahuan dan persepsi berbasis masyarakat mendorong pertukaran informasi dan menyetarakan kesempatan bagi semua masyarakat untuk berpartisipasi dalam proses yang mempengaruhi lingkungan dan kehidupan mereka.21

3. Pemetaan Asosiasi dan Institusi

Asosiasi merupakan proses interaksi yang mendasari terbentuknya lembaga-lembaga sosial yang terbentuk karena memenuhi faktor-faktor sebagai berikut : (1) kesadaran akan kondisi yang sama, (2) adanya relasi sosial, dan (3) orientasi pada tujuan yang telah ditentukan.22

4. Pemetaan Aset Individu (Individual Inventory Skill)

Metode/alat yang dapat digunakan untuk melakukan pemetaan individual asset antara lain kuisioner, interview dan focus group discussion.23 Manfaat dari Pemetaan Individual Aset antara lain:

a. Membantu membangun landasan untuk memberdayakan

masyarakat dan memiliki solidaritas yang tinggi dalam masyarakat,

b. Membantu membangun hubungan yang baik dengan masyarakat, dan

c. Membantu masyarakat mengidentifikasi keterampilan dan bakat mereka sendiri.

21

Ibid, hal. 36.

22

Soetomo, Pembangunan Masyarakat, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hal. 41.

23

Ibid. hal. 42.


(43)

33

6. Sirkulasi Keuangan (Leacky Bucket)

Perputaran ekonomi yang berupa kas, barang dan jasa merupakan hal yang tidak terpisahkan dari komunitas dalam kehidupan mereka sehari-hari. Seberapa jauh tingkat dinaminitas dalam pengembangan ekonomi lokal mereka dapat dilihat, seberapa banyak kekuatan ekonomi yang masuk dan keluar. Untuk mengenali, mengembangkan dan memobilisir asset-asset tersebut dalam ekonomi komunitas atau warga lokal diperlukan sebuah anlisa dan pemahaman yang cermat. Salah satu pendekatan yang digunakan dalam pendekatan ABCD (Asset Based Community

Development) adalah melaluil Leacky Bucket.24

7. Skala Prioritas (Low hanging fruit)

Setelah masyarakat mengetahui potensi, kekuatan dan peluang yang mereka miliki dengan melaui menemukan informasi dengan santun, pemetaan aset, penelusuran wilayah, pemetaan kelompok/ institusi dan mereka sudah membangun mimpi yang indah maka langkah berikutnya, adalah bagaimana mereka bisa melakukan semua mimpi-mimpi diatas, karena keterbatasan ruang dan waktu maka tidak mungkin semua mimpi mereka diwujudkan.25 Skala prioritas adalah salah satu cara atau tindakan yang cukup mudah untuk diambil dan dilakukan untuk menetukan manakah salah satu mimpi mereka bisa direalisasikan dengan

24

Christopher Dureau, Pembaru dan Kekuatan Lokal Untuk Pembangunan, Australian Community Development and Civil Society Strengthening Scheme (ACCESS) Tahap II, (Agustus 2013), hal. 44.

25

Ibid, hal. 47.


(44)

34

menggunakan potensi lahan kosong sebagai peningkatan pendapat ekonomi masyarakat Dusun Somber Nangah Desa Tlagah itu sendiri tanpa ada bantuan dari pihak luar.

D. Langkah – Langkah Pendampingan

Tahap 1: Mempelajari dan Mengatur Skenario

Dalam Appreciative Inquiry (AI) terkadang disebut ‘Define’. Dalam Asset Based Community Development (ABCD), terkadang digunakan frasa “Pengamatan dengan Tujuan/Purposeful Reconnaissance’. Pada dasarnya terdiri dari dua elemen kunci – memanfaatkan waktu untuk mengenal orang-orang dan tempat di mana perubahan akan dilakukan, dan menentukan focus program. Ada empat langkah terpenting di tahap ini, yakni menentukan26:

1. Tempat 2. Orang

3. Fokus Program

4. Informasi tentang Latar Belakang Tahap 2: Menemukan Masa Lampau

Kebanyakan pendekatan berbasis aset dimulai dengan beberapa cara untuk mengungkap (discovering) hal–hal yang memungkinkan sukses dan kelentingan di komunitas sampai pada kondisi sekarang ini.27 Kenyataan bahwa masyarakat Tlagah masih berfungsi sampai saat ini membuktikan

26

Ibid, hal. 123.

27

Ibid, hal. 131.


(45)

35

bahwa ada sesuatu dalam masyarakat yang harus dirayakan. Tahap ini terdiri dari:

i. Mengungkap (discover) sukses–apa sumber hidup dalam komunitas. Apa yang memberi kemampuan untuk tiba di titik ini dalam rangkaian perjalanannya. Siapa yang melakukan lebih baik.

ii.Menelaah sukses dan kekuatan – elemen dan sifat khusus apa yang muncul dari telaah cerita – cerita yang disampaikan oleh komunitas.

Tahap 3: Memimpikan Masa Depan

Memimpikan masa depan atau proses pengembangan visi (visioning) adalah kekuatan positif luar biasa dalam mendorong perubahan. Tahap ini mendorong komunitas menggunakan imajinasinya untuk membuat gambaran positif tentang masa depan mereka. Proses ini menambahkan energy dalam mencari tahu “apa yang mungkin.”28

Tahap 4: Memetakan Aset

Tujuan pemetaan aset adalah agar komunitas belajar kekuatan yang sudah mereka miliki sebagai bagian dari kelompok. Apa yang bisa dilakukan dengan baik sekarang dan siapa di antara mereka yang memiliki keterampilan atau sumber daya alam yang ada di desa. Mereka ini kemudian dapat diundang untuk berbagi kekuatan demi kebaikan seluruh kelompok atau komunitas.29

Pemetaan dan seleksi aset dilakukan dalam 2 tahap:

28

Ibid, hal. 138. 29

Ibid, hal. 145.


(46)

36

1) Memetakan aset komunitas atau bakat, kompetensi dan sumber daya sekarang.

2) Seleksi mana yang relevan dan berguna untuk mulai mencapai mimpi komunitas.

Tahap 5: Menghubungkan dan Menggerakkan Aset/Perencanaan Aksi Tujuan penggolongan dan mobilisasi aset adalah untuk langsung membentuk jalan menuju pencapaian visi atau gambaran masa depan. Hasil dari tahapan ini harusnya adalah suatu rencana kerja yang didasarkan pada apa yang bisa langsung dilakukan diawal, dan bukan apa yang bisa dilakukan oleh lembaga dari luar. Walaupun lembaga dari luar dan potensi dukungannya, termasuk anggaran pemerintah adalah juga set yang tersedia untuk dimobilisasi, maksud kunci dari tahapan ini adalah untuk membuat seluruh masyarakat menyadari bahwa mereka bisa mulai memimpin proses pembangunan lewat kontrol atas potensi aset yang tersedia dan tersimpan.30

Tahap 6: Pemantauan, Pembelajaran dan Evaluasi

Pendekatan berbasis aset juga membutuhkan studi data dasar (baseline), monitoring perkembangan dan kinerja outcome. Tetapi bila suatu program perubahan menggunakan pendekatan berbasis aset, maka yang dicari bukanlah bagaimana setengah gelas yang kosong akan diisi, tetapi bagaimana setengah gelas yang penuh dimobilisasi. Pendekatan berbasis aset bertanya tentang seberapa besar anggota organisasi

30

Ibid, hal. 161.


(47)

37

masyarakat mampu menemukenali dan memobilisasi secara produktif aset mereka mendekati tujuan bersama.

Empat pertanyaan kunci Monitoring dan Evaluasi dalam pendekatan berbasis aset adalah:

1. Apakah komunitas sudah bisa menghargai dan menggunakan pola pemberian hidup dari sukses mereka di masa lampau?

2. Apakah komunitas sudah bisa menemukenali dan secara efektif memobilisasi aset sendiri yang ada dan yang potensial (keterampilan, kemampuan, sistem operasi dan sumber daya?)

3. Apakah komunitas sudah mampu mengartikulasi dan bekerja menuju pada masa depan yang diinginkan atau gambaran suksesnya?

4. Apakah kejelasan visi komunitas dan penggunaan aset dengan tujuan yang pasti telah mampu memengaruhi penggunaan sumber daya luar (pemerintah) secara tepat dan memadai untuk mencapai tujuan bersama?

E. Strategi Pendampingan

Didalam pendampingan memmbangun kesadaran dalam pengelolaan asset, upaya pemanfaatn lahan kosong dalam peningkatan ekonomi masyarakat Dusun Somber Nangah Desa Tlagah Kec. Banyuates Kab. Sampang ialah merupakan tempat yang belum pernah tersentuh dampingan, berikut adalah strategi pendampingan sebagaimana berikut:


(48)

38

a) Pendekatan Partisipatif

Pendekatan partisipatif bertujuan melibatkan penerima manfaat dalam pengumpulan data awal serta dalam perancangan kegiatan yang sesuai. Pendekatan partisipatif berkembang dari riset aksi dan proses refleksi aksi yang terkenal pada tahun 1970-an.31 Pada pertengahan tahun 1990-an pendekatan partisipatif diterapkan secara luas di berbagai proyek yang berhubungan dengan komunitas. Namun pada saat yang sama beberapa kritikus menyatakan bahwa alat bantu untuk memastikan partisipasi menjadi lebih penting ketimbang tujuan awalnya. Alat bantu proses partisipatif menjadi tujuan akhir dan bukan sarana bagi komunitas untuk mengendalikan proses. Masyarakat tetap menjadi obyek proses pengumpulan informasi bukan subyek proses pembangunan seperti yang diharapkan. Kritikus pendekatan ini berargumentasi bahwa alat bantu yang digunakan masih membebani komunitas, dan kekuasaan tetap di tangan donor atau organisasi perantara.

Pada saat yang sama, serangkaian pendekatan yang berpotensi untuk mengembalikan kekuasaan kembali ke tangan masyarakat mulai berkembang. Pendekatan-pendekatan ini bagian dari ‘keluarga’ pendekatan berbasis aset. Kebanyakan dari pendekatan berbasis aset berkembang dari harapan yang sama, yaitu meningkatkan peluang terwujudnya pembangunan yang dipimpin oleh masyarakat. Alat bantu yang digunakan untuk meningkatkan partisipasi masih relevan dalam

31

Ibid, hal. 35.


(49)

39

pendekatan berbasis aset ini. Namun, pemilihan alat ditentukan oleh apa yang paling bisa memberdayakan komunitas untuk mengelola aset mereka sendiri. Alat bantu partisipatif digunakan untuk membantu komunitas menemukan apa yang bisa mereka bawa ke dalam proses pembangunan. b) Psikologi Positif

Para psikolog merujuk psikologi positif sebagai sebuah cara di mana manusia dan organisasi didorong untuk menghasilkan energi dan antusiasme yang lebih besar demi mewujudkan perubahan yang diinginkan.32 Psikologi positif lahir dari beberapa eksperimen terkenal seperti Placebo Effect dan Pygmalion Effect untuk menguji bagaimana manusia bereaksi terhadap umpan balik positif dan negatif.33 Beberapa eksperimen sosial tersebut mendemonstrasikan bagaimana seseorang secara utuh bisa mengubah pola perilaku untuk memenuhi harapannya. Jika sebuah kelompok memiliki harapan pribadi yang kuat tentang kesuksesan, maka pola perilaku kelompok tersebut kemungkinan besar akan merefleksikan harapan tersebut. Sebaliknya, jika gambaran yang dominan adalah tentang kegagalan, maka perilaku kelompok juga akan mendukung gambaran tersebut. Visualisasi positif dan membayangkan visi sukses juga banyak diterapkan dalam psikologi olah raga serta penciptaan lingkungan belajar yang mendukung dengan focus pada apa yang membangun rasa percaya diri dan gambaran kuat sebagai seorang pemenang.

32

Ibid, hal.35.

33

Solichun Abdul Wahab, Pengantar Kebijakan Publik, (Malang: UMM Press, 2013), hal. 38.


(50)

40

Saat ini, ada banyak promotor psikologi positif untuk dibidang psikologi sosial dan pendidikan, seperti Marty Seligman dan Barbara Fredrickson.34 Hasil riset mereka membuktikan pentingnya memberikan perhatian yang sama untuk membimbing bakat serta mendorong sikap dan kapasitas yang lebih memungkinkan membawa seseorang menuju peningkatan kualitas hidup dan kebahagiaan. Menurut temuan mereka, orang yang cenderung mengadopsi pendekatan positif dan pengembangan kompetensi diri dalam kehidupannya lebih mungkin mencapai tujuan hidupnya.

c) Modal Sosial

Modal sosial mengacu kepada hasil atau modal yang didapatkan oleh masyarakat ketika dua atau lebih warganya bekerja untuk kebaikan bersama-membantu masarakat tanpa tujuan mencari keuntungan. Modal sosial dalam konteks ini mengacu pada aset yang didapat oleh sebuah komunitas ketika beberapa orang membentuk asosiasi atau kelompok untuk keswadayaan atau untuk kebaikan bersama. Modal sosial merupakan bagian penting dari pendekatan Penghidupan Berkelanjutan. Namun demikian peran pentingnya sebagai aset pembangunan teridentifikasi lebih jelas pada pendekatan berbasis aset yang lebih baru.35

Modal sosial sebagai kumpulan:

34

Ibid, hal. 36.

35

Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat, (Bandung: Refika Aditama, 2010), hal. 45.


(51)

41

1. Keyakinan (rasa saling percaya) antar - anggota sebuah masyarakat atau komunitas di Dusun Somber Nangah Desa Tlagah Kec. Banyuates Kab. Sampang.

2. Kelompok-kelompok di dalam komunitas,

3. Norma sosial yang diterapkan kelompok-kelompok tersebut

4. Jejaring sosial atau relasi antar kelompok dan individu dalam kelompok, dan

5. Organisasi atau kelompok lebih formal yang bekerja untuk kebaikan bersama masyarakat Tlagah lebih luas, tidak hanya untuk anggotanya.

Setelah dilakukan pendampingan berbasis asset dengan mencari dan mendata semua asset yang dimiliki masyarakat mulai dari asset fisik, asset financial, asset sosial, asset lingkungan yang biasanya disebut dengan

Pentagonal Asset. Kemudian setiap manusia pasti memiliki masa lalu baik


(52)

42

BAB IV

PROFIL LOKASI PENDAMPINGAN

A. Realitas Desa Tlagah

Pada bab ini, penulis ingin mendiskripsikan secara umum tentang kondisi sosial, lahan kosong, keagamaan sumber daya manusia dan lain-lain, yang menjadi latar alamiah penelitian, yaitu di Dusun Somber Nangah Desa Tlagah Kec. Banyuates Kab. Sampang. Hal ini dimaksudkan karena dalam meneliti sesuatu yang ada korelasinya tentang masyarakat secara umum, perlu diketahui seperti letak wilayah dan demografisnya dan meliputi kondisi daerah, kekayaan lahan yang produktif, termasuk juga unsur lokasi, luas dan batas yang merupakan lingkungan geografis setempat. Selanjutnya penduduk yang yang meliputi jumlah pertumbuhan, dan yang terakhir adalah pola hidup yang menyangkut dengan kehidupan masyarakat pedesaan.

Tujuan meneliti di Dusun Somber Nangah adalah membangun kesadaran masyarakat dalam pengelolaan asset yang berupa lahan kosong ini adalah satu unsur dalam penelitian yaitu sebagai data penunjang yang dikonfirmasikan dengan sebuah hasil, maupun dalam rangka mengungkap sebuah teori dan metodologi ABCD yang relevan dengan kondisi perubahan ekonomi masyarakat Dusun Somber Nangah Desa Tlagah Kec. Banyuates Kab. Sampang.


(53)

43

1. Lahan Kosong Pertanian Yang Tidak Difungsikan

Kita jarang berfikir bahkan tidak pernah berfikir, betapa besar jasa para petani dalam menyediakan kebutuhan pokok hidup kita. Sektor pertanian pada akhir-akhir ini belum sepenuhnya mendapatkan perhatian. Buktinya di Dusun Somber Nangah Desa Tlagah ini salah satunya, oleh karenanya rasa untuk bertani sedikit demi sedikit akan mulai luntur apabila tidak adanya pemerhatian. Seharusnya sektor pertanian merupakan titik sentral pembangunan. Negeri kita tercinta ini hendaknya jangan melupakan jati dirinya sebagai negara agraris yang unggul sejak nenek moyang kita.

Pada zaman nenek moyang kita, khusunya pertanian yang dilakukakan oleh seluruh petani desa terdahulu memiliki keunggulan pertaniannya dengan bercocok tanaman yang bisa mencukupi kebutuhan hidup keluarganya. Menunjukkan bahwa sumber daya alam sangat baik, tanah yang ada di pedesaan sangat produktif apabila selalu difungsikan sebagai pertanian dan sangat disayangkan kalau mengabaikannya begitu saja. Bahkan bangsa lain (Portugis dan Belanda) datang ke Indonesia karena hasil pertaniannya (rempah-rempah dan perkebunan) yang melimpah. Hal ini disebabkan karena kondisi alam yang subur, yang terletak di daerah khatulistiwa yang kaya akan sumber daya hayatinya.


(54)

44

Gambar 04. 01: Lahan Kosong Pertanian

Banyaknya lahan kosong pertanian yang berada di desa Tlagah tidak difungsikan oleh pemiliknya sebagaimana yang telah dilakukan oleh orang terdahulu yaitu pertanian, saat lahan ini ditinggalkan oleh pemiliknya yakni karena mereka lebih memilih berkerja keluar seperti merantau menjadi TKI/TKW dan tidak memfungsikan kembali lahan-lahan kosong tersebut menjadi sektor pertanian, ada juga sebagian yang sengaja tidak memfungsikannya. Sebenarnya barapa banyak hasil akan mereka peroleh apabila lahan tersebut dikelolah dalam pendapatan peningkatan ekonomi keluarganya, khususnya kepada masyarakat pemilik lahan kosong Dusun Somber Nangah Desa Tlagah Kec. Banyuates Kab. Sampang.


(55)

45

Padahal pertanian telah berhasil menopang perekonomian dan ketahanan pangan nasional. Pandangan konvensional tentang pertanian menganggap pertanian semata-mata hanya sebagai penghasil pangan, sandang, dan papan yang mudah diukur dan dapat dipasarkan. Namun sisi yang lebih luas dari pertanian yang disebut juga sebagai multifungsi pertanian belum banyak dikenal, atau masih diabaikan berbagai kalangan.

Multifungsi dalam pemanfaatan lahan kosong dalam pertanian. Pertanian sebagai penjaga ketahanan pangan yang meliputi kecukupan pangan, distribusi pangan, dan keamanan pangan. Lahan sawah dan lahan kering mampu manyediakan 85% hingga 100% kebutuhan beras, jagung, singkong, kacang ijo dll. Ini menunjukan betapa pentingnya peran pertanian dalam menjaga stabilitas perekonomian masyarakat desa Tlagah. Memang masalah perut tidak bisa ditunda-tunda dan harus tersedia secara terus menerus, semuanya itu berkait erat dengan usaha pertanian. Sektor pertanian memegang peran penting sebagai penyelamat untuk mencukupi kebutuhan pangan penduduk desa Tlagah.

Pertanian sebagai penyedia jasa lingkungan, masyarakat tidak sadar bahwa pertanian mempunyai fungsi sebagai penyedia jasa lingkungan. Dengan adanya usaha pertanian air hujan yang jatuh bisa tertata dengan baik pemanfaatannya, teknik terasering yang sudah ada sejak nenek moyang terdahulu mampu memanfaatkan air secara efisien, dan air dapat tertahan dan terinfiltrasi kedalam tanah sehingga memasok air tanah.


(56)

46

Tanaman yang menutup permukaan lahan mampu sebagai pelindung terhadap pukulan air hujan, sehingga terhindar dari erosi. Namun jika tidak terdapat usaha dibidang pertanian dalam arti luas (termasuk perkebunan dan kehutanan) maka air hujan yang turun kebumi ini akan hanya sebagai air limpasan saja, tidak ada yang meresap kedalam tanah, sehingga pasokan air tanah tidak ada, akibatnya punahnya mata air dan keringnya sumur-sumur kita, atau penyediaan air bersih habis.

Demikian juga air hujan ke tanah dan air limpasan ini akan menyebabkan terjadinya erosi tanah serta terjadinya banjir dimusim hujan dan kekeringan dimusim kemarau. Ekstrimnya jika tanpa pertanian kondisinya seperti kita hidup di padang pasir yang gersang, panas dan kering.

Kestabilan ekonomi dalam keadaan krisis dan penanggulangan kemiskinan. Nampak bahwa sektor pertanian yang paling stabil dibandingkan sector lainya yang diunggul-unggulkan. Untuk itu apabila masyarakat desa Tlagah mau meningkatkan sector pertanianya dan mengelolah lahan yang dimiliknya ini akan bisa membawa masyarakat dalam perubahan ekonomi mereka dengan kemampuan yang dimilikinya.

Namun sektor pertanian hampir tidak terpengaruh sama sekali saat ini karena masih banyaknya lahan kosong yang terabaikan di desa Tlagah. Padahal dulu para petani, pada saat resesi justru banyak yang jaya, jumlah petani yang naik haji meningkat tajam di daerah-daerah tersebut. Pada saat krisis, petani yang berada di pedesaan hampir tidak terasa dampaknya.


(57)

47

Mereka untuk kebutuhan hariannya diambilkan dari hasil usaha taninya, bahkan bisa menjual kelebihan hasilnya.

2. Keadaan Iklim

Dusun Somber Nangah Desa Tlagah, suhu tropisnya sama dengan daerah lainya di indonesia yang merupakan daerah tropis mempunyai dua musim yaitu musim panas (kemarau) dan musim penghujan. Pada umumnya desa Tlagah sama dengan daerah lainya (Madura), dan daerah cenderung panas karena curah hujan yang relatif rendah dan mempunyai lautan yang luas, diamana kadar garam yang sangat tinggi.

Oleh karenanya sehingga berpengaruh terhadap kondisi iklim ada daerah tersebut, dimana pada malam hari menjelang hari udara udara terasa dingin karena udara dari selatan (gunung) berhembus ke desa Tlagah siang hari udara terasa panas, karena udara yang dilaut berhembus ke darat.

Meskipun musim hujan yang biasa disebut (Nambara’) biasanya dimulai pada bulan November hingga Maret. Sedangkan untuk musim kemarau yang biasa disebut (Nemor) berlangsung mulai bulan April sampai bulan Oktober setiap tahunya. Pada bulan ini yang di diskripsikan diatas, juga tidak mengganggu aktivitas pada masyarakat desa Tlagah.


(58)

48

3. Letak Geografis

Desa Tlagah salah satu desa yang terletak diantara 20 desa di Kecamatan Banyuates Kabupaten Sampang dengan luas wilayah 812,590 Ha. Desa Tlagah memiliki luas hutan sebesar 35% lahan pertanian sebesar 95% dan lahan pemukiman sebesar 45% dari luas tanah.

Gambar 04.02 : Peta Desa Tlagah

Dusun Somber Nangah berada di Desa Tlagah dan merupakan desa yang terletak di pesisir Madura, letaknya di pantai utara Kec. Banyuates Kab. Sampang desa Tlagah ini tidak terlalu jauh dari laut utara. Masyarakat Dusun Somber Nangah Desa Tlagah ini terbilang cukup keras karena alam yang mempengaruhi masyarakat setempat. Sedangkan Kec. Banyuates adalah sebuah kecamatan yang terletak disebelah utara Kab. Sampang, dan sebagai garis perbatasan sebelah utara Kab. Sampang dan Kab. Bangkalan Madura.


(59)

49

Jarak desa Tlagah dengan Kec. Banyuates 2 kilo dan dapat ditempuh dengan bermotor selama 15 menit, sedangkan jarak dengan kota Sampang 15 kilometer kearah selatan, dapat ditempuh dengan kendaraan bermotor 1 jam.

Batas-batas wilayah desa Tlagah adalah sebagaimana terlihat pada tabel berikut ini:

Tabel: II

04.01: Tentang komposisi batasan wilayah

Sumber:Data Dokumentasi Desa Tlagah

Desa Tlagah memiliki beberapa dusun diantaranya: 1. Dusun Somber Nangah

2. Dusun Bringkoning 3. Dusun Tlagah Timur 4. Dusun Tlagah Barat 5. Dusun Sumber Sirih 6. Dusun Toguran 7. Dusun Pangkangkang

No Batas Wilayah

1

Sebelah Utara Desa Nepa

2

Sebelah Timur Desa Banyusokah

3

Sebelah Barat Desa Tebanah

4


(60)

50

8. Dusun Murombuk

Kab. Sampang merupakan salah satu Kabupaten yang terletak di Pulau Madura diantaranya Kab. Bangkalan, Pamekasan dan Sumenep. Kabupaten Sampang terletak di sekitar garis khatulistiwa. Sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah timur berbatasan dengan Kab. Pamekasan, sebelah selatan berbatasan dengan selat Madura, dan sebelah barat berbatasan dengan Kab. Bangkalan. Secara umum wilayah Kab. Sampang berupa daratan, terdapat satu pulau yang terpisah dari daratan bernama Pulau Mandangin atau Pulau Kambing.

4. Keadaan Demografi

Kedaan demografis merupakan aspek yang sangat penting dalam usaha mencapai tujuan pembangunan dan peningkatan ekonomi yang berencana. Karena aspek demografis ini berkenalan langsung dengan penduduk dan berbagi komposisinya serta segala kekayaan dalam alamnya yakni asset.

Oleh sebab itu, keadaan demografi suatu daerah akan sangat menentukan bagi kemajuan atau keterbelakangan di desa Tlagah. Pada akhirnya, keadaan demografi ini memiliki nilai potensial yang sangat tinggi bagi masyarakat desa Tlagah untuk pertumbuhan ekonomi, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.


(61)

51

Pada umumnya penduduk desa Tlagah adalah merupakan penduduk asli, hanya ada beberapa saja yang bersal dari luar yakni kaitan perkawinan. Dari hasil sensus monografis, jumlah penduduk desa Tlagah laki-laki 4, 273 perempuan 4,442.

Desa ini sampai akhir tahun 2013, sedang mengenai jumlah kepala keluarga (KK) hingga sekarang tercatat kepala keluarga 6,134 kesemuanya termasuk warga negara Indonesia (WNI). Sebagaiman yang tertera dalam tabel berikut.

Tabel:III

04.02: Tentang komposisi penduduk menurut usia

Kelompok Umur Laki

laki/perempuan

Jumlah

0-5

510

5-10

1,791

15-25

2,134

26-50

3,107

50 keatas

1,207

Jumlah

8,715

Sumber : Data Dari Dokumentasi Kantor Desa Tlagah

Berdasarkan penyajain data diatas, jumlah penduduk secara keseluruhan adalah 8, 715 penduduk, yang terbagi menurut jenis kelamin


(62)

52

laki-laki 4, 273 sedangkan perempuan 4,442 desa Tlagah ini termasuk desa yang memiliki penduduk terbanyak di Kec. Banyuates.

B. Strategis Fasilitas Publik

Adapun sarana segala jenis peralatan, perlengkapan kerja dan fasilitas yang berfungsi sebagai alat utama untuk pembantu dalam pelaksanaan pekerjaan yang digunakan dalam suatu proses kegiatan. Sarana umum yang ada di sekitar harus dirawat dan dijaga agar tetap dapat digunakan dengan baik. Sarana umum yang tidak baik menjadi masalah sosial karena sarana umum digunakan bersama oleh masyarakat sehingga apabila rusak masyarakat juga yang akan mengalami kesulitan karena tidak bisa menggunakan sarana tersebut. Berikut ini beberapa sarana umum yang ada di desa Tlagah diantaranya:

1) Tempat pendidikan

Pendidikan adalah sebuah prioritas dalam kehidupan masyarakat dan negara ada beberapa tempat lembaga pendidikan yang berada di Dusun Somber Nangah Desa Tlagah untuk sekolah dasar diantaranya ada tuk SDN3 SDN2, SDN1, yang terletak di Dusun Bringkoning. Uuntuk sekolah menengah pertama SMP ISLAM Nurul Yaqin dan satu satun-satunya sekolah menengah keatas atau kejuruan SMK di Desa Tlagah terletak di Dusun Somber Nangah dengan jurusan prodi Teknik Komputer Jaringan (TKJ) yang masih baru


(63)

53

didirikan guna untuk menciptakan generasi yang memliki ilmu yang bermanfaat khususnya bagi masyarakat desa Tlagah.

Gambar 04.03 : SMP Dan SMK Nurul Yaqin Tlagah 2) Agama dan tempat ibadah

Dalam hal ini dapat dilihat bahwa masyarakat desa Tlagah 100% bergama islam. Dusun Somber Nangah Desa Tlagah mempunyai 2 pemahaman diantaranya Nu dan Muhammadiyah. Bagi mereka hormat menghormat adalah suatu yang terbaik dari pada membuat konflik sesama islamnya artinya tidak mempersalahkan satu sama lain yang penting tidak menyimpang dari hukum syari’at Islam. Sikap toleransi juga sangat kental oleh masyarkat desa Tlagah saling menghargai satu sama lain. Hal ini dapat kita lihat dari komposisi agama yang dianut masyarakat desa Tlagah secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut ini.


(64)

54

Tabel: IV

04.03: Komposisi penduduk pemeluk agama

No Agama Jumlah

1

Islam 8, 715

2

Katolik -

3

Budha -

4

Hindu -

Sumber : Data Dari Dokumentasi Kantor Desa Tlagah

Dari atas menunjukan bahwa jumlah masyarakat Tlagah 100% menganut agama islam, dari terdahulu agama Islam adalah salah satu agama yang dianut masyarakat Madura. Agama Islam yang di terima langsung oleh masayarakat dengan ajaran-ajarannya sampai saat ini masih sangat kental sistem religiusnya, dari jumlah penduduk yang berada di desa Tlagah tidak ada satupun masyarakatnya yang beragama selain islam.


(65)

55

Gambar 04. 04 Masjid Somber Nangah Tlagah

Gambar diatas adalah salah satu tempat peribadatan masyarakat Tlagah yang berada di Dusun Sumber Nangah, telah lama di dirikan oleh tokoh masyarakat KH. Demanhuri, Alm. KH Moqoddas Alm. sampai saat ini di pegang saudaranya KH. Abbas. Tempat pribadatan ini adalah salah satu masjid yang bersejarah di Kec. Banyuates dengan luas tanah 792 m luas bangunan 135 m. Tahun berdirinya 1940 umur yang sudah tua dan baru direnofasi untuk mempernyaman masyarakat dalam melaksanakan ibadah.

Tabel: V 04.04: Sarana Peribadatan

No Sarana peribadatan Jumlah

1

Masjid 6

2

Mushalla 25

3


(66)

56

4

Pura -

Sumber : Data Dari Dokumentasi Kantor Desa Tlagah

Tabel diatas menunjukan tempat peribdatan yang ada di desa Tlagah, ada 6 masjid yang terletak di setiap Dusun, diantaranya Dusun Somber Nangah tertera diatas untuk mushollah 25 gereja dan pura tidak ada, hal ini menunjukkan masyarakat desa Tlagah mayoritas Islam.

3) Tempat kesehatan

Tempat kesehatan selalu menjadi kebutuhan prioritas bagi masyarakat Dusun Somber Nangah Desa Tlagah Kec. Banyuates oleh karena itu. Tempat fasilitas untuk kesehatan masyarakat ini memang tidak terlalu efisien. Masyarakat langsung pergi ke puskesmas untuk berobat karena tidak adanya tempat lagi untuk pengobatan di desa Tlagah. Bantuan kesehatan yang ada hanya ada dua kali dalam satu minggu. Hal ini tidak dapat mengkafer masyarakat dalam berobat. Melihat jumlah penduduk masyarakat desa Tlagah cukup lumayan banyak rata-rata seperti yang telah dijelaskan tabel di atas. perlu adanya peningkatan dan kinerja dari pemerintah dalam masalah pengobatan kepada masyarakat.


(67)

57

Gambar 04.05 Puskesmas Bringkoning Desa Tlagah

Puskesmas Bringkoning dulu pernah memberikan program memberikan perawatan terhadap masyarakat kurang mampu, dan menggeratiskan biaya itu hasil dari kerja sama dan kesadaran bersedekah dari semua staf puskesmas. Selain itu, puskesmas bringkoning juga menerapkan beberapa program. seperti pemeriksaan gigi kepada siswa-siswi SD untuk menjaga kesehatan gigi.

4) Lapangan Olahraga

Lapangan olahraga merupakan suatu bentuk ruang terbuka sebagai suatu peralatan dengan fungsi utama tempat di langsungkannya aktivitas olahraga. Setiap jenis olahraga diperlukan sarana lapangan untuk tempat berlangsungnya aktivitas.


(68)

58

Gambar 04:06 Lapangan Olahraga Dusun Somber Nangah

Lapangan sepak bola salah satu fasilitas umum yang ada di Dusun Somber Nangah Desa Tlagah Kec. Banyuates Kab. Sampang. Lapangan ini lebih dari 3 Tahun dipakai, sekilas tampak seperti lahan pertanian yang tak tersentuh dan tentunya perlu pemugaran lagi agar nyaman digunakan sebagai sarana olah raga bagi masyarakat desa Tlagah dan lebih-lebih bisa membantu mengembangkan bakat siswa siswi SMPI, SMK Nurul Yaqin dalam bidang olahraga. Lapangan tersebut tidak jauh dari lembaga pendidikan dan bisa digunakan oleh siswa siswi. Pemuda desa Tlagah mulai memikirkan bagaimana caranya agar lapangan tersebut bisa bagus, sehingga dari lapangan tersebut bisa mencetak atlit yang mewakili desa ataupun instansi sekolah yang mampu berdaya saing tinggi, dan mampu mengharumkan nama baik desa bukan hanya itu saja yang terlintas pada angan-angan pemuda Dusun Somber Nangah, dengan adanya fasilitas lapangan yang baik dan dipergunakan dengan maksimal.


(69)

59

BAB V

PENGENALAN ASET DAN POTENSI PENDAMPINGAN

A. Aset-Aset Dan Potensi

Dalam pendampingan Asset Bassed Community Development pasti ada beberapa asset dan potensi terlebih di Desa Tlagah Kec. Banyuates Kab. Sampang dengan latar belakang membangun kesadaran dalam pengelolaan aset, upaya pemanfaatan lahan kosong dalam peningkatan ekonomi masyarakat.

Adapun daya dan potensi manusia meliputi :

1. Daya tubuh yang memunkinkan manusia memiliki keterampilan dan kemampuan secara teknis,

2. Daya akal yang memunkinkan manusia memiliki dan teknologi,

3. Daya hidup yang memungkinkan manusia memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkunga, mempertahankan hidup, dan menghadapi tantangan.1

Dari aset-aset manusia di atas apabila dibangun dan dikembangkan secara optimal akan menjadi sebuah aset yang besar dalam menghasilkan kebutuhan masyarakat dan juga bisa mengelolah aset dengan sendiri dalam rangka penyedian sumber daya manusia yang produktif dan berkualitas.

1

Yunan Yusuf, Manajemen Dakwah, ( Jakarta: Kencana, 2006), hal. 199.


(1)

117

keuntungan yang akan dirasakan oleh dirinya sendiri. Pada intinya dari

proses pendanpingan yakni mereka mengetahui akan aset yang dimilikinya

untuk tidak mengabaikannya, dan bisa memanfaatkan dengan sebaik


(2)

118

BAB VIII

PENUTUP

A. Kesimpulan

Upaya pemanfaatan lahan kosong dengan menggunakan

metodologi ABCD di tempat penelitian Dusun Somber Nangah Desa

Tlagah Kec. Banyuates Kab. Sampang lahan kosong tersebut sudah

ditanami pohon pisang sebagai salah satu pendapatan dalam peningkatan

ekonomi yang dinginkan oleh masyarakat sendiri. Lahan yang ditanami

pohon pisang dengan jenis pohon pisang Raja, pohon pisang Ambon, dan

pohon pisang Nepa, hal ini sudah nampak nantinya akan menjadi salah

satu peningkatan ekonomi masyarakat.

Adanya pendampingan ini nantinya akan memberikan transformasi

sosial kedepanya untuk lebih berdaya akan perekonomianya dari

pendapatan penanaman lahan kosong mereka, dan juga bisa merubah

meanset masyarakat mengenal akan potensi yang dimilikinya. Kedepanya

masyarakat bisa memanfaatkan aset sebagai alat untuk mewujudkan mimpi

yang selama ini dinginkan dengan mensejahterakan dirinya sendiri dan

menghapus ketergantungan terhadap orang lain.

Saat ini masyarakat bisa melakukan apa yang diinginkannya,

dengan pendampingan yang telah dilakukan oleh fasilitator masyarakat

bisa memanfaatkan aset berupa lahan kosong dengan penanaman pisang,


(3)

119

menuju kehidupan yang lebih layak. Dengan adanya pendampingan ini,

disitulah masyarakat mengetahui akan aset yang dimilkinya dengan

menunggu buah dari penanaman pohon pisang yang sudah ditanam apa

yang sudah dilakukan nantinya masyarakat merasakan hasil dari

pemanfaatan lahan yang sudah di realisasikan dalam pendampingan.

B. Saran

Dengan adanya pendampingan ini, fasilitator berhak memberikan saran

kepada:

1. Para Fasilitator

Fasilitator menekankan bahwa pendampingan masih jauh dari kata

sempurna, oleh karena itu mengharap kepada para ilmuan atau para

fasilitator selanjutnya untuk dapat lebih menyempurnakan hasil

pendampingan ini.

2. Pihak Fakultas Dakwah Dan Komunikasi

Harapan yang besar dalam pendampingan, mudah-mudahan

dengan adanya pendampingan yang berjudul “Membangun Kesadaran

Dalam Pengelolaan Aset, Upaya Pemanfaatan Lahan Kosong Dalam

Peningkatan Ekonomi Masyarakat Dusun Somber Nangah Desa Tlagah

Kec. Banyuates Kab. Sampang Ini bisa menambah referensi bagi pihak

Fakultas Dakwah dan Komunikasi sebagai konstribusi yang berarti bagi


(4)

120

3. Masyarakat Pemilik Lahan Kosong

Dengan adanya pendampingan ini diharapkan masyarakat bisa

memanfaatkan aset yang dimilikinya khususnya bagi masyarakat pemilik

lahan kosong sebagai peningkatan ekonomi selanjutnya.

4. Kepala Desa

Diharapkan Kepala Desa menjaga dan mengembangkan hasil

proses pendampingan yang telah dilakukan di Dusun Somber Nangah dan

selalu mengkordinasi semua masyarakat Desa Tlagah untuk memanfaatkan


(5)

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Afandi Agus, dkk, Modul Participatory Action Research, Surabaya: LPPM

UIN Sunan Ampel, 2014.

Alkaf Zakiy Abdullah, Ekonomi Dalam Perspektif Islam, Bandung: Cv

Pustaka Setia, 2002.

Asror Khozinatul, Pencarian Peluang Pengembangan Perdagangan Sawo

Dusun Bunut Desa Bringin Kecamatan Badas Kabupaten Kediri,

Surabaya: UIN Sunan Ampel Surabaya, 2014.

Aw Suranto, Komunikasi Sosial Budaya, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009.

Chambers, Robert, Pembangunan Desa Mulai Dari Belakang, Jakarta:

LP3ES, 1987.

Kasmadi Budhita dan Munggoro Wahyu Dani, Panduan Fasilitator,

Indonesia Australia partnership: IDSS Acces Phase II, 2008.

Dureau Christopher. Pembaru dan Kekuatan Lokal Untuk Pembangunan,

Australian Community Development and Civil Society Strengthening Scheme (ACCESS) Tahap II, Agustus 2013.

Ibrahim Subandy Idy, Kritik Budaya Komunikasi, Yogyakarta: Jalan Sutra,

2011.

Muller, Johannes, Perkembangan Masyakata Lintas Ilmu, Jakarta: PT

Gramedia Pustaka Utama, 2006.

Salahuddin Nadhir, dkk, Panduan KKN ABCD UIN Sunan Ampel Surabaya,

LPPM IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2015.

Semiun Yustinus, Teori Kepribadian dan Terapi Psikoanalitik Freud

Yogyakarta: Kanisiun, 2006.

Soetomo, Pembangunan Masyarakat, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009.

Suhandang, Kustadi, Ilmu Dakwah, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,


(6)

Suharto Edi. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Bandung:

Refika Aditama. 2010.

Al-Qur’an dan Terjemah Al-Hikmah, Bandung : Diponegoro.

Tasmara Toto, Etos Kerja Pribadi Muslim Jakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1995.

Usman Suntoyo, Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat, Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2009.

Wahab Abdul Solichun, Pengantar Kebijakan Publik, Malang: UMM Press,

2013.

Widjaja H.A.W, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, Jakarta: Bumi

Aksar, 1997.

Yusuf Yunan, Manajemen Dakwah, Jakarta : Kencana, 2006.

Zubaedi, Pengembangan Masyarakat Wacana & Praktik, Jakarta; Kencana

Prenadamedia Group, 2013.

WAWANCARA

Hasil wawancara dengan H. Ruda’i masyarakat pemilik lahan pada tanggal 25 Mei 2015.

Hasil wawancara dengan H. Irman masyarakat pemilik lahan pada Tanggal 25 Mei 2015.

Hasil wawancara dengan H. Mursidi tokoh masyarakat pada tanggal 10 Mei 2015.

Hasil wawancara dengan Kholil kepala sekolah pada tanggal 12 Mei 2015. Hasil wawancara dengan Mahsus salah satu masyarakat pada tanggal 01 Mei 2015.

Hasil wawancara dengan Malik salah satu masyarakat pada tanggal 29 April 2015.

Hasil wawancara dengan Mizar salah satu masyarakat pada tanggal 30 April 2015.

Hasil wawancara dengan Musri salah satu masyarakat pada tanggal 1 Maret