Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Bank Lokal dengan Merger dalam Rangka Pemberdayaan Ekonomi Rakyat D 902006001 BAB II

Bab 2
Pengembangan Bank Lokal dengan Merger
Dalam Perspektif Teori
2.1. Dinamika Perkembangan Bank
Perkembangan dunia perbankan diawali dengan lahirnya De
Nederlandsche Handel Maatschapaij (NHM) atau sering disebut Faktorij
Bank. yang didirikan oleh Raja William I di Nederland pada tahun
1824. Pada saat itu pembangunan di bidang perekonomian masih
sederhana, kelembagaan dan perekonomian yang dibawa oleh VOC
pada jaman penjajahan Belanda membuat kita terlena dalam
pembangunan di bidang perbankan.
Pada tahun l860 bank masih susah berkembang, sehingga belum bisa
membiayai pembangunan, perbankan di Hindia Belanda pada saat itu
membutuhkan investor dan modal untuk pembiayaan perkebunan yang
besar. Perkebunan tersebut membutuhkan dana untuk pembiayaan
Nederland Handel Maatchapij (NHM) yang secara resmi adalah
perusahaan dagang yang menjalankan fungsi Bank. Akhirnya
pemerintah Hindia Belanda menjadikan De Javasco Bank menjadi Bank
Sentral dan Bank Sirkulasi.
Pada abad ke 19 De Javasco Bank menjadi bank umum dan terus
berkembang sampai awal abad 20, De Javasco Bank menjadi The Bankers Bank, banknya bank dan sekaligus menjadi Bank Sentral.

Implikasi merger menjadi issue dalam berbagai kajian, antara lain
seperti penelitian yang dilakukan oleh Setiawan dan Sarwono.
Tabel 2-1 Penelitian Tentang Merger
Peneliti
Setiawan (2004)
Sarwono (2007)

Bidang Usaha
Lembaga Keuangan
Bank Mandiri

Pasca merger
Pasar bereaksi negatif
Peningkatan laba dan
Pajak Perseroan

Pada tahun 1997 perbankan mengalami gejolak yang disebabkan oleh
krisis moneter, sehingga banyak bank yang harus dilikuidasi. Kondisi
demikian menjadikan banyak bank yang harus melakukan merger


15

Pengembangan Bank Lokal dengan Merger

atau konsolidasi, termasuk di Indonesia. Mergernya beberapa bank
BUMN, misalnya (1) Bank Ekspor-Impor (bank Eksim), (2) Bank
Pembangunan Indonesia (Bappindo), (3) Bank Bumi Daya (BBD), (4)
Bank Dagang Negara (BDN), yang bergabung resmi 2 Oktober 1998
menjadi Bank Mandiri menunjukkan bahwa Pemerintah Indonesia
sebagai pemilik bermaksud (motivasi) memperkuat Bank dan untuk
dikelola secara profesional.
Krisis moneter dan perbankan di Indonesia tahun 1997/1998
menyebabkan terjadinya likuidasi terhadap bank umum, pada tahun
1997 terdapat 16 bank yang dilikuidasi dan pada tahun 1999 sebanyak
38 bank. Likuidasi tersebut disertai dengan merger dan akuisisi, dengan
merger dan akuisisi telah mengurangi 37 persen atau 87 buah bank
dari daftar bank umum. Pada Oktober 1997 terdapat 238 bank umum
dan pada bulan Desember 2000 bank umum hanya tinggal 151 bank.
Krisis bank secara umum dapat dilihat dengan tergerusnya modal hingga
negatif Rp.250 triliun, kondisi menjadi membaik setelah ada program

rekapitalisasi sebesar Rp.281,8 triliun (24 bank, tahun 1999) dan
terakumulasi menjadi Rp.430,4 triliun (37 bank, tahun 2000).
Kerugian Bank umum posisi Desember 1998 mencapai Rp.129,8 triliun.
Sementara kerugian yang terjadi di BPR hanya Rp.42 milyar dan tidak
menyebabkan modal menjadi minus (Sunarto 2007:65-70). Kondisi ini
mencerminkan bahwa Bank Umum berpeluang besar menghadapi
masalah Capital Adequacy Rasio (CAR) hingga di bawah standar CAR
8 persen.
Tahun 2000an, Pemerintah mendorong Bank Umum untuk merger
daripada harus dilikuidasi. Sementara bank kecil dan bank lokal (BPR)
secara umum mampu bertahan, meskipun banyak diantaranya yang
melakukan merger sebagai salah satu solusi untuk memperkuat bank.
Merger antara Bank Umum dan lembaga keuangan mikro (LKM) tidak
memiliki dampak yang signifikan terhadap reaksi pasar. Hal tersebut
bisa dimungkinkan terjadi karena rasio volume usaha LKM jauh lebih
kecil dengan potensi yang ada di pasar, sehingga pasar tidak terpengaruh.
Pangsa pasar BPR di Indonesia itu hanya 2,5 persen dari seluruh total
aset bank yang ada, sehingga jika merger BPR se Indonesia menjadi
target merger tidak berdampak di pasar bank tingkat nasional (Setiawan


16

Bab 2 | Pengembangan Bank Lokal dengan Merger Dalam Perspektif Teori

2004.). Tetapi di lingkungan regional dan pedesaan kehadiran BPR sangat
terasa, karena kemampuannya melayani kredit kepada masyarakat dan
jarak tempuh yang terjangkau terhadap keberadaan bank.
2.2. Teori Merger, Konsolidasi dan Akuisisi Bank
Merger merupakan strategi bertumbuh suatu perusahaan sebagai
alternatif ekspansi secara internal. Dari kacamata ekonomi, merger
meliputi beberapa jenis (Weston, Mitchell et al. 2004)
1. Merger Horisontal
Perusahaan bider (pengambil alih) melakukan penggalangan dengan
perusahaan target yang beroperasi pada sektor usaha yang sama.
Merger antar bank, termasuk merger PD BPR BKK merupakan
merger horisontal.
2. Merger Vertikal
Merger vertikal merupakan merger antara perusahaan yang berada
pada tahapan proses produksi; dengan alasan teknologi, pengendalian
biaya transaksi, dan koordinasi.

3. Merger Konglomerat
Merger konglomerat merupakan penggalangan dana atau lebih
perusahaan dengan bidang usaha yang berbeda-beda dengan
maksud memperluas barang dan jasa, perluasan geografis.
Merger telah menjadi perdebatan sejak lama oleh sebagian masyarakat,
merger dianggap sebagai tindakan yang tidak bermanfaat.
Jansen (1984) menyampaikan sanggahan terhadap delapan cerita
rakyat sebagai opini (folklore) tentang merger dan akuisisi (take over)
antara lain:
1. Merger yang dilakukan pihak luar merugikan pemegang saham,
faktanya lebih banyak yang menciptakan peningkatan kesejahteraan
pemegang saham.
2. Merger memboroskan sumber daya, padahal merger dapat
memanfaatkan sumber daya lebih baik.
3. Merger sebagai cara menyedot kredit untuk membiayai pabrik tidak
cukup bukti.
4. Melalui kekuatan monopoli setelah merger dipakai menaikkan
harga barang/jasa untuk kepentingan pemegang saham merupakan

17


Pengembangan Bank Lokal dengan Merger

opini yang tak cukup bukti.
5. Meskipun manajer egois, tetap lingkungan usaha membalasnya
misalnya adanya tata kelola yang baik.
6. Merger menyebabkan PHK, penutupan sebagian pabrik menciptakan
biaya sosial. Pernyataan ini bertentangan dengan kenyataan, merger
bisa menciptakan lapangan kerja baru, pemanfaatan pabrik yang
kurang produktif.
Muliaman D. Hadad (dalam Lay, Marbun et al. 2010) menyatakan
merger dan akuisisi adalah solusi untuk menjaga keberlangsungan
industri/bisnis bank. Contoh kasus pada tahun 1998 terjadi krisis
ekonomi yang berdampak buruk terhadap bank, solusi yang efektif
adalah melakukan merger beberapa bank. Untuk menjaga kelangsungan
bank perlu dilakukan pengawasan yang ketat dan pendidikan untuk
nasabah menjadi salah satu tugas bank, yaitu mengarahkan nasabah
mengetahui hak dan kewajibannya. Bank yang kompetitif akan
mempengaruhi kinerja bank itu sendiri. Kondisi pesaing akan
memancing bank berlaku kompetitif, sehingga berdampak baik terhadap

masyarakat yang dilayani, apabila tidak ada pesaing maka akan terjadi
monopoli, hal tersebut terjadi di Indonesia sebelum dibukanya kran
lahirnya BPR, maka pelayanan permodalan hanya dikuasai oleh BPR
unit desa, akhirnya masyarakat yang menjadi korban yaitu kalau
menabung mendapat bunga rendah dan kalau meminjam harus
menanggung bunga tinggi, tetapi setelah tumbuh BPR di pedesaan maka
masyarakat tinggal memilih mana yang lebih kompetitif.
Kenyataan yang terjadi di lapangan sekarang bahwa merger bank dapat
memberikan keuntungan bagi perekonomian di mana bank itu berada,
tetapi bila tidak tepat akan menjadi bumerang bagi perekonomian, maka
perlu disiapkan perangkat peraturan yang mengatur masalah merger,
konsolidasi dan akuisisi. Supaya merger, konsolidasi dan akuisisi
meningkatkan keberanian bersaing serta meningkatkan efisiensi.
2.2.1. Merger Bank, Motivasi dan Dampak Merger
Merger bank adalah penggabungan dua bank atau lebih dengan tetap
mempertahankan berdirinya salah satu bank dan membubarkan bankbank lainnya tanpa melikuidasi terlebih dahulu (Peraturan Pemerintah
Nomor 28/1999, tanggal 7 Mei 1999).

18


Bab 2 | Pengembangan Bank Lokal dengan Merger Dalam Perspektif Teori

Merger didefinisikan oleh Pringle dan Haris (1987) sebagai berikut:
"Merger is a combinion of two or more firm in which one company survives under its own name while any others cease to exit as legal entities."

Jadi merger adalah keputusan untuk mengkombinasikan dua atau lebih
perusahaan ke dalam satu perusahaan.
Merger mendorong peningkatan kepercayaan masyarakat, karena
manajemen baru dan sentralisasi manajemen (Branch Banking System)
kantor pusat dan beberapa cabang pelayanannya semakin meningkat.
Dengan merger kepercayaan meningkat dan pemberdayaan masyarakat
semakin cepat terwujud.
Agus Budianto (2004:192) Merger bank adalah penggabungan dua
bank atau lebih atau perusahaan lain yang salah satu bank atau lembaga
tersebut nama dan kedudukannya masih utuh, atau sebagai tempat
bergabung, sedangkan konsolidasi semua lembaga dilebur dan dibuat
nama lembaga baru, sedangkan akuisisi adalah pengambilan sebagian
saham oleh perusahaan lain. Merger tersebut bisa terlaksana apabila
mempunyai bidang usaha yang sejenis, apabila jenis usahanya berbeda
maka butuh waktu yang lama untuk memadukan, membutuhkan

manajemen dan biaya yang cukup tinggi untuk membuat lembaga
yang tidak sejenis menjadi sinkron.
Merger merupakan salah satu strategi bank untuk mengembangkan dan
menumbuhkan bank. Apabila ditinjau dari etimologi kata merger berasal
dari kata mergere (Latin) yang artinya bergabung. Menurut Moin (2003:
17), merger adalah satu tindakan yang bermotif ekonomi dan non
ekonomi dalam rangka meningkatkan nilai bank dan memaksimumkan
kemakmuran pemegang saham, yang termasuk dalam kategori motif
ekonomi diantaranya:
1. Motif sinergi yaitu mengkombinasikan seluruh aktivitas bank secara
simultan untuk menghasilkan efek yang lebih besar dibanding
dengan aktivitas-aktivitas sebelum di merger.
2. Motif diversifikasi yaitu strategi pemberagaman jenis produk yang
dilakukan dengan menggabungkan dua badan usaha atau bank.
Selain motif ekonomi ada motif yang non ekonomi, yaitu:
1. Ketamakan, ambisi dan kepentingan pemegang saham yang
menginginkan bank yang lebih besar, yang akhirnya akan berdampak

19


Pengembangan Bank Lokal dengan Merger

pada kompensasi yang diterima.
2. Ambisi Pemegang saham, yaitu ingin menciptakan raja kecil dalam
satu daerah tertentu.
Zakir Mahmud (dalam Lay, Marbun et al. 2010: 93) merger merupakan
satu bentuk strategi perusahaan (coorporate strategy) dalam mencapai
tujuan jangka panjang dengan cara mentransformasikan batas
perusahaan perbankan (boundaries of firm).
Adapun motivasinya adalah:
a. Motivasi Merger Secara Rasional diantaranya:
1. Memaksimalkan laba dan meminimalkan biaya (to maximize profit
and minimize cost) dan meminimalkan penyelewengan.
2. Lebih murahnya ongkos melakukan merger daripada penggabungan bentuk lainya (cheaper tobuy than to make).
3. Membutuhkan waktu yang lebih cepat untuk mencapai tujuan
jangka panjang perusahaan.
4. Perusahaan bisa mencapai skala ekonomis (economies of scale) dan
cakupan ekonomi (economics scope) yang lebih besar sekaligus
mengurangi jumlah pesaing.
5. Meraih pangsa pasar yang lebih besar dan luas.

6. Terciptanya efisiensi perusahaan di bidang teknologi, manajerial
dan komersial perusahaan.
b.
1.
2.
3.

Motivasi Merger Secara Instistusional dan Kebijakan Pemerintah:
Adanya peraturan merger dari pemerintah yang harus ditaati.
Lembaga akan gulung tikar kalau tidak dilakukan merger.
Untuk mengangkat nama lembaga atau tren yang harus dilakukan
untuk menarik pasar.
4. Adanya tekanan (penetrasi) pasar yang harus disikapi.
Dari seluruh memotivasi merger tersebut ada kelemahan-kelemahan
yang akan ditimbulkan diantaranya:
1. Organisasi perusahaan menjadi lebih besar yang akan berdampak
pada manajerial.
2. Pengambilan keputusan lebih lama.
3. Jalur komunikasi lebih panjang.
20

Bab 2 | Pengembangan Bank Lokal dengan Merger Dalam Perspektif Teori

Motif merger juga bisa dibedakan menjadi (a) motif ekonomi dan (b)
non ekonomi. Motif ekonomi meliputi (Moin 2003):
• Mengurangi waktu, biaya dan risiko kegagalan memasuki pasar baru.
• Mengakses reputasi teknologi, produk dan merk dagang.
• Memperoleh individu-individu SDM yang profesional.
• Membangun kekuatan pasar (market power).
• Membangun kekuatan monopoli.
• Memperluas pangsa pasar.
• Mengurangi persaingan.
• Mendiversifikasi lini produk.
• Mempercepat pertumbuhan.
• Menstabilkan cash flow dan keuntungan.
Adapun bentuk pola dalam teori merger sebagai berikut:

BANK A

BANK B

Keterangan: Bank A masih tetap eksis dan Bank B lebur menjadi satu
dengan Bank A atau sebaliknya

c. Dampak Ekonomi Dalam Merger Bank
Merger dan akuisisi (M & A) memiliki berbagai dampak ekonomis dan
non ekonomis. Dampak ekonomis (keuangan) yang dikenal dengan
manfaat atau nilai dari merger oleh Weston dan Mitchell et al (2004)
dibagi dalam 3 kategori
Kategori dampak
1. Efisiensi (sinergi,
peningkatan nilai)
2. Hubris (winner’s
curse,overpay)
3. Agency problems
(kesalahan)

+

Manfaat kepada
Pengambil alih
(acquirer)
+

+

-

0

+

-

-

Target

Total
+

Weston Mitchell et al (2004) menghimpun hasil studi tentang dampak
merger dan akuisisi dari berbagai peneliti. Untuk kategori 1, M&A
berdampak peningkatan nilai berasal dari efisiensi biaya transaksi (Coase,
1937), dari sinergi (Bradley, Desai dan Kim, 1983,1988), dan disiplin

21

Pengembangan Bank Lokal dengan Merger

(Manne, 1965, Alchian & Demsetz, 1972), Kategori 2. M&A berdampak
netral, atau Hubris diperoleh dari hasil penelitian Roll (1986). Kategori
3, M&A berdampak penurunan nilai karena adanya biaya keagenan
(Jensen, 1986) dan karena kubu pertahanan manajer (ShleiferVisney,
1986). Sumber perubahan nilai sebelum dan setelah M&A karena adanya
dampak redistribusi, yaitu (a) pajak - redistribusi berasal dari pemerintah,
(b) kekuatan pasar - merupakan redistribusi dari konsumen, (c)
redistribusi dari pemilik obligasi, (d) redistribusi karena penyesuaian
upah dan cadangan dana pensiun.
Setelah merger dilakukan akan terjadi dampak terhadap merger bank
atau perusahaan, adapun dampak positif dalam melakukan merger bank
akan berdampak pada:
1. Efisiensi dalam tubuh bank karena biaya bisa ditekan.
2. Persaingan pembelian dana dari masyarakat menjadi berkurang
sehingga harga bunga kredit semakin murah, sehingga masyarakat
tertarik untuk melakukan pinjaman bank dan melakukan investasi.
3. Masyarakat akan diuntungkan karena merangsang ekonomi bisa
bergerak sehingga membuka peluang usaha yang lebih luas.
Hal tersebut saat ini telah berlaku pada pasca merger bank Mandiri,
Merger Bank Lippo dan Bank Niaga menjadi CIMB Niaga, Bank Bali,
Bank Universal, Bank Prima Expres, Bank Patriot, dan Bank Antar Media menjadi Bank Permata.
Sebelum merger 2 bank atau lebih harus dipersiapkan antara lain:






Kondisi bank sama-sama sehat atau sakit
Faktor kecukupan modal
Manajemen sebelum dan sesudah merger
Manfaat merger bagi pengguna jasa bank.

Selain beberapa kondisi harus dilakukan analisis, Jonhson juga mengatakan
harus ada isu penting yang relevan yang bisa dianalisis sebelum
melakukan merger bank diantaranya:
• Kapan waktu yang tepat untuk melakukan merger
• Bagaimana cara mengidentifikasi partner bank yang cocok untuk
melakukan merger.
• Bagaimana mengkomunikasikan dengan baik rencana merger bank
kepada seluruh pihak yang mempunyai kepentingan supaya

22

Bab 2 | Pengembangan Bank Lokal dengan Merger Dalam Perspektif Teori

berdampak baik terhadap pasar, dan

• Bagaimana cara mengkonsolidasikan diantara bank yang mau
melakukan merger.
Untuk mengetahui berhasil atau tidaknya merger bank perlu evaluasi
terlebih dahulu sebelum memutuskan merger, dan perlu dilakukan
proyeksi keberhasilan merger bank terlebih dahulu. Tahapan yang harus
dilakukan antara lain:
• Dilakukan uji tuntas (due diligence) bank yang dimerger
• Penilaian terhadap sinergi yang akan terjadi baik pasar maupun
finansial.
• Membandingkan sumber daya yang ada yang meliputi visi dan misi
perusahaan, renstra, SDM, jaringan, pangsa pasar, IT, dan budaya
kerja.
• Melakukan evaluasi finansial yang didasarkan atas dasar laporan
keuangan bank.
Bank yang melakukan merger belum tentu berhasil, ada beberapa
penyebab yang menjadi sumber masalah kenapa merger tidak berhasil
diantaranya:
• Harga yang ditetapkan terlalu tinggi atau analisisnya kurang akurat.
• Sumber dana pembiayaannya berasal dari dana yang berbiaya tinggi.
• Ketamakan yang terlalu tinggi terhadap booming market
• Tergesa-gesa tidak berdasarkan hasil analisis dan uji tuntas.
• Adanya perbedaan besar sehingga sulit disatukan
• Budaya kerja yang berbeda sehingga sulit disamakan.
• Terjadi krisis manajerial masing-masing manajer mempertahankan
egonya.
Dari beberapa teori merger tersebut jelaslah bahwa merger bukan
sesuatu yang mudah, apalagi terhadap BPR. Merger tidak harus
memerlukan perijinan baru sehingga lebih efisien. Salah satu kantor
yang dianggap memiliki nilai strategis dan produktif dijadikan kantor
pusat. Kantor pusat yang sebelum dimerger semula mandiri berubah
menjadi kantor cabang. Direktur yang berprestasi menjadi Direksi atau
Pimpinan Cabang atau Kasi.

23

Pengembangan Bank Lokal dengan Merger

2.2.2. Konsolidasi
Konsolidasi adalah (peleburan usaha) atau penggabungan dari dua
perusahaan perbankan atau lebih dengan cara mendirikan bank atau
perusahaan baru dan melikuidasi perusahaan yang ada. Biasanya
lembaga lama dilebur dan didirikan lembaga baru dengan nama yang
baru. Apabila digambarkan sebagai berikut:
BANK A

LE B U R

BANK B

BANK C
Keterangan:

BPR A dan B lebur menjadi BPR C merupakan Perusahaan baru
dengan nama baru.

Dalam teori konsolidasi ini akan terjadi pemborosan biaya, karena harus
melebur dua bank dan diterbitkan perijinan bank baru. Dalam teori
konsolidasi ini hampir sama dengan teori merger, tetapi dalam
konsolidasi semua bank yang akan digabung dibubarkan terlebih dahulu
baru didirikan bank baru.
Undang-undang tentang Perseroan Terbatas Nomor 1 tahun 1995
(mulai 16 Agustus 2007 diganti UU No. 40 tahun 2007), di dalamnya
termasuk mengatur konsolidasi bank. Dalam Peraturan Pemerintah
No.27 tahun 1998 yang merupakan pengejawantahan dari Undangundang tentang Perseroan Terbatas No.1 tahun 1995 juga memberikan
panduan tentang tata cara pelaksanaan konsolidasi perbankan di Indonesia.
2.2.3. Akuisisi
Akuisisi adalah pengambilalihan kepemilikan suatu perusahaan, tetapi
kedua perusahaan tersebut tetap operasional dengan entitas hukum yang
tetap terpisah dan timbul hubungan baru yaitu induk dan anak (parent-subsidiary). Akuisisi berasal dari kata acquisitio (Latin) dan dari
bahasa aquisition (Inggris). Arti harafiah akuisisi adalah membeli atau
mendapatkan untuk ditambahkan dengan yang telah dimiliki.
Akuisisi dalam terminologi bisnis diartikan sebagai pengambilalihan
kepemilikan dan pengendalian atas saham bank atau perusahaan lain.

24

Bab 2 | Pengembangan Bank Lokal dengan Merger Dalam Perspektif Teori

Dalam peristiwa ini baik perusahaan yang diambil alih maupun yang
mengambil alih, badan usahanya tetap eksis sebagai entitas hukumnya
yang terpisah (Moin 2003 ). Akuisisi dalam praktek perbankan sebagai
pengambilalihan kepemilikan suatu bank yang mengakibatkan
beralihnya pengendalian terhadap bank (Peraturan Pemerintah nomor
28 tahun 1999, tanggal 7 Mei 1999). Apabila dipolakan sebagai berikut:

BANK A

BANK B

Keterangan: Bank A mengambil alih kepemilikan Bank B sementara Bank B
masih tetap eksis, gambarnya hampir sama dengan merger, tetapi
perbedaannya bukan peleburan lembaga tetapi pengambil alihan
saham

Dorongan bank melakukan akuisisi untuk menambah kontribusi dan
kesuksesan dengan cara peningkatan audit, peningkatan target, dan
mengurangi faktor risiko kegagalan.
2.2.4. Dasar Hukum Merger, Konsolidasi dan Akuisisi
Status kelembagaan menjadi pelindung lembaga karena dianggap legal
apabila badan usaha tersebut merupakan badan hukum, sehingga badan
usaha merupakan suatu entitas yang berdiri sendiri. Dengan kondisi
demikian, pemilik dari perusahaan yang sudah berbadan hukum
memiliki tanggungjawab terbatas terhadap klaim dari pihak luar.
Undang-undang tentang Perseroan Terbatas Nomor 1 tahun 1995 (mulai
16 Agustus 2007, diganti UU No. 40 tahun 2007) mengatur merger
terhadap bank atau perusahaan yang akan melakukan merger, akuisisi
dan konsolidasi. Selanjutnya Peraturan Pemerintah No.27 tahun 1998
yang merupakan pengejawantahan dari Undang-undang tentang
Perseroan Terbatas No.1 tahun 1995 juga memberikan panduan tentang
tata cara pelaksanaan merger, akuisisi dan konsolidasi.
Peraturan lain yang mengatur tentang merger pada PD. BPR BKK
adalah Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 20 tahun 2002.
Menurut Pasal 45 Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 20
tahun 2002, pelaksanaan merger dilakukan dalam rangka penyehatan
BPR BKK. Menurut pasal 109 Undang-undang Perseroan Terbatas,
Pelaksanaan merger selanjutnya diatur dengan Peraturan Pemerintah.

25

Pengembangan Bank Lokal dengan Merger

Syarat penggabungan, peleburan, dan pengambilalihan diatur dalam
Peraturan Pemerintah No.27 tahun 1998. Sedangkan aturan mengenai
merger, konsolidasi dan akuisisi bank, diatur dalam Peraturan
Pemerintah No. 28 tahun 1999 tanggal 7 Mei 1999.
Khusus untuk merger BPR secara rinci diatur berdasarkan Surat
Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 32/52/KEP/DIR tanggal 14 Mei
1999 tentang Persyaratan dan Tata Cara Merger, Konsolidasi, dan
Akuisisi BPR. Menurut peraturan tersebut merger/konsolidasi dapat
dilakukan:
a. Antara BPR dalam provinsi yang sama atau;
b. Antara BPR dalam provinsi yang berbeda sepanjang kantor-kantor
BPR hasil merger/konsolidasi berlokasi dalam provinsi yang sama.
2.3. Kelebihan dan Kekurangan Merger, Konsolidasi dan Akuisisi
Tabel 2 -2 Kelebihan Kekurangan Merger, Konsolidasi, dan Akuisisi
Jenis

Merger

Konsoli
dasi

Akuisisi

26

Kelebihan
1. Salah satu BPR jadi induk,
tidak diperlukan ijin baru
sehingga lebih efesien,
lembaga yang dilebur
masih operasional tetapi
menjadi cabang atau anak
perusahaan
2. Karier pegawai semakin
terbuka karena organisasi
dan struktur organisasi
semakin luas.
1. Adanya nama perusahan
baru
2. Adanya perbaikan citra
BPR lama

1. Masih memakai nama lama
2. Tidak diperlukan ijin usaha
baru

Kekurangan
1. Citra perusahaan lama
masih melekat pada BPR
hasil merger.
2. Terjadi beban psikologis
terhadap pejabat lama yang
turun jabatan, dan
menimbulkan polemik baru

1. Ijin BPR lama tidak dapat
dipakai lagi sehingga harus
mengurus perijinan baru .
2. Terjadi pemborosan, terkait
dengan penggantian
perijinan dan akte
pendirian.
1. Kurang efisien
2. Mudah terjadi pemborosan
3. Kepemilikan menjadi
berubah

Bab 2 | Pengembangan Bank Lokal dengan Merger Dalam Perspektif Teori

Setiap peraturan selalu ada kelebihan dan kekurangannya, yang terjadi
di lapangan dalam pelaksanaannya sering terjadi ketimpangan antara
teori dan praktek. Hal ini yang menjadikan setiap peraturan perlu
dilakukan uji coba di lapangan, sekiranya di lapangan masih ada kendala
dan permasalahan yang timbul maka perlu dilakukan peninjauan
kembali atau kalau sekiranya memberatkan rakyat peraturan tersebut
harus diganti. Tabel 2-2 menunjukkan kelebihan dan kekurangan
merger, konsolidasi dan akuisisi.
2.4. Kerangka Pemikiran Teoritis Merger Bank Lokal
Selain sebagai lembaga penggerak perekonomian, bank milik
pemerintah daerah juga sebagai sumber pendapatan asli daerah (PAD).
Kontribusi yang telah diterima oleh pemegang saham dicatat sebagai
penerimaan kas daerah yang akan menjadi salah satu pos penerimaan
di APBD kabupaten/kota dan pemerintah provinsi Jawa Tengah. Kinerja
dari beberapa perusahaan daerah masih dinilai belum memadai bila
dibandingkan dengan modal yang telah disetor. Hal ini disebabkan
belum optimalnya kinerja perusahaan daerah. Efisiensi, profesionalisme,
serta tranparansi dan akuntabilitas pengelolaan Badan Usaha Milik
Daerah (BUMD) menjadi kunci keberhasilan perusahaan daerah.
Setiap lembaga tidak bisa bersih dari masalah. Masalah internal yang
dihadapi oleh perusahaan daerah adalah sulitnya menyatukan peran
dan fungsi. Disatu sisi perusahaan daerah berperan sebagai institusi yang
mampu menyediakan pelayanan kepada masyarakat sedang di sisi lain
harus berperan sebagai sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Perkembangan Perusahaan daerah juga dipengaruhi masalah eksternal,
yaitu ketidaksiapan dalam persaingan bebas dan otonomi daerah. Oleh
karena itu dengan kondisi yang demikian itu perlu adanya restrukturisasi
perusahaan daerah. Merger BPR milik pemerintah daerah adalah salah
satu terobosan restrukturisasi perusahaan daerah dalam rangka
menjamin terlaksananya tingkat pelayanan pada masyarakat (level of
service). Bank harus mampu memberikan kontribusi ke kas daerah.
Strategi merger ini diarahkan pada usaha membangun organisasi BPR
milik pemerintah daerah dan manajemen yang berkinerja tinggi
profesional. Setelah dilakukan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
bagian laba yang 50 persen dari laba bersih setelah dikurangi pajak
disetor ke kas daerah sebagai Pendapatan Asli Daerah (PAD). Proporsi
setoran PAD didasarkan pada modal yang telah disetor. Adapun rasio

27

Pengembangan Bank Lokal dengan Merger

yang sesuai dengan Perda adalah 51 persen untuk pemerintah Provinsi
dan 49 persen untuk pemerintah Kabupaten/Kota. Pembagian deviden
bisa berdasarkan surat keputusan direksi kalau pemegang sahamnya
tunggal selama tidak melanggar anggaran dasar. Dengan demikian ada
dua versi pembagian deviden, yaitu yang satu menganut modal yang
telah disetor dan versi yang satu lagi berdasarkan keputusan direksi.
Tetapi yang lazim dipakai di beberapa perusahaan baik milik pemerintah
atau swasta adalah laba dibagi sesuai dengan persentase kepemilikan
saham setelah dilakukan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
Adapun yang 50 persen sisa laba bersih akan dialokasikan di pos-pos
yang telah diatur oleh perda, diantaranya untuk cadangan umum,
cadangan tujuan, dana kesejahteraan, jasa produksi, dan dana pembinaan.
Deviden yang didapat oleh pemerintah daerah dan Pemerintah
Kabupaten/Kota akan dimasukkan ke dalam anggaran pendapatan
daerah dari APBD pemerintah provinsi dan kabupaten/ kota.
PERAN
STAKEHOLDERS

PENINGKATAN
KERJA DAN
TRANSPARANSI
BANK

MERGER
BPR BKK

 PENINGKATAN PAD
 PENINGKATAN
PEREKONOMIAN DAN
PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT

4
3
2
1

KETERANGAN :
1 : Penyimpangan Pelaporan Fiktif
2 : Kompetisi Penyetoran Modal
3 : Dinamika Pegawai
4 : Dinamika Kelembagaan

Gambar 2-1 Skema Peningkatan Kerja BPR BKK Lewat Merger

Gambar 2-1, menggambarkan dengan tersedianya sumber daya
manusia yang cukup dan kompeten, diawasi manajemen yang efektif
akan membawa peningkatan kinerja perusahaan yang pada akhirnya
akan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD).

28

Bab 2 | Pengembangan Bank Lokal dengan Merger Dalam Perspektif Teori

2.5. Bank Lokal dan Bank Nasional di Lokal
2.5.1. Bank Lokal
Bank yang termasuk dalam kategori bank lokal adalah bank yang
tumbuh dari lokal, kepemilikan sahamnya adalah berasal dari
penduduk lokal, lembaga desa, pemerintah daerah atau swasta yang
wilayah operasionalnya di daerah. Contoh: Bank Desa, Bank
Pembangunan Daerah (BPD), Bank Pasar Daerah, BPR BKK dan BPR
BKD. Di tingkat Internasional terdapat bank lokal yang dipelopori
Mohamad Yunus, (Grameen Bank) yang memilki 7 juta nasabah,
dengan luas jangkauan 73 desa, 1178 kantor cabang. Nasabah yang
dibiayai adalah 100 persen masyarakat miskin.
Keberadaan bank lokal sebenarnya sudah ada sejak jaman penjajahan
Belanda. Untuk membangkitkan dan membangun perekonomian
rakyat yang saat itu masih di bawah cengkeraman kolonial Belanda
yang menjajah Indonesia. Pada tanggal 16 Desember 1895 Raden Bei
Aria Wiryaatmadja telah merintis bank desa yang dinamakan bank
rakyat di Purworejo, tetapi perkembangan bank tersebut terganjal
oleh politik kolonial Belanda yaitu pendirian bank tersebut melanggar
pasal 163 Indische Staatregeling (Suharto 1991:30) yaitu Orang Timur
Asing harus tunduk pada stesel hukum, kecuali hukum perkawinan
(Soepomo 1965:16).
Bank lokal yang berdiri berikutnya adalah bank desa tahun 1900 (8
Nopember 1900) rakyat Indonesia dibantu warga Belanda De Wolf Van
Westerronde mendirikan bank pedesaan yang dinamakan Lembaga
Kredit Pertanian di pulau Jawa, dengan dasar Staatblad tahun 1929
nomor 357 maka berdirilah Lembaga Kredit Pertanian di pulau Jawa.
2.5.2. Bank Nasional di Lokal
Bank Nasional yang beroperasional di lokal seperti BRI Unit Desa,
Danamon Simpan Pinjam (DSP), UKM Center bank Mandiri
melakukan terobosan sebagai salah satu cara peningkatan operasional
dengan mengambil pangsa pasar ritail atau kecil. Selain lembaga
keuangan bank masih banyak juga lembaga keuangan non bank yang
sifatnya lokal seperti Koperasi Simpan Pinjam (KSP), Unit Simpan
pinjam (USP).

29

Pengembangan Bank Lokal dengan Merger

Semua lembaga tersebut memiliki peran dalam pertumbuhan
perekonomian. Perkembangan lembaga keuangan lokal sangat pesat
pertumbuhannya, lembaga keuangan bank dan non bank jumlahnya
semakin meningkat. Tumbuhnya perbankan termasuk produk
perbankan, jumlah perbankan dan jumlah cabang yang ada di pusat
kegiatan perekonomian pada masyarakat menjadi meningkat.
Kesempatan tersebut ditangkap oleh beberapa bank umum dengan
membuka cabang-cabang atau divisinya di beberapa kota kecamatan,
antara lain: BPD dengan kantor cabang pembantunya, Bank Danamon
dengan Danamon Simpan Pinjam, BRI dengan BRI Unit Desa, dan
Bank Mandiri Syariah linkage dengan BMT dan Koperasi.
Danamon Simpan Pinjam (DSP)
Danamon Simpan Pinjam bukan BPR, karena Danamon Simpan Pinjam
merupakan divisi yang dimiliki oleh Bank Danamon, yang
operasionalnya menyerupai operasional Bank Perkreditan Rakyat yaitu
memiliki beberapa unit pelayanan di pasar-pasar. Kalau dipandang dari
sudut persaingan Danamon Simpan Pinjam adalah salah satu pesaing
Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Akan tetapi BPR mempunyai
keunggulan, dalam penyaluran kredit ke wilayah pedesaan BPR
mempunyai peran lebih baik, karena kehadiran BPR secara ekonomi
memperbaiki ekspektasi masyarakat desa tentang masa depan
perekonomian dan semangat berproduksi yang akan menstimulir dari
sisi penawaran maupun permintaan.
Bank Rakyat Indonesia (BRI)
Bank Rakyat Indonesia (BRI) Unit Desa termasuk kelompok bank
umum, tetapi melakukan operasional di pedesaan. BRI unit desa selain
komersial adalah bank umum yang mempunyai misi pengembangan
perekonomian di pedesaan. BRI sebagai salah satu lembaga keuangan
yang besar yang ada di Indonesia, serta memiliki akses yang merata
ke seluruh pelosok desa di tanah air. Hampir 60 persen asset BRI ada
di unit-unit yang tersebar di seluruh Indonesia. Pembangunan sektor
finansial di tingkat pedesaan berperan penting dalam pembangunan
perekonomian di sektor yang paling bawah yaitu pertanian.
Sektor finansial yang dapat mendorong dinamika pertumbuhan
ekonomi pedesaan dan akan menimbulkan dua kemungkinan
pertumbuhan yaitu: (1) demand following yaitu rendahnya pertumbuhan
30

Bab 2 | Pengembangan Bank Lokal dengan Merger Dalam Perspektif Teori

lembaga finansial karena rendahnya permintaan akan jasa keuangan, dan
(2) supply leading yaitu sektor finansial mendahului dan mendorong
pertumbuhan sektor pertanian dan sektor riil.
Dengan berkembangnya sektor riil di pedesaan akan mendorong
sektor-sektor yang lain, seperti perdagangan dan industri kecil. Karena
sektor pertanian selain sebagai pengguna produk adalah sebagai
penyediaan bahan baku yang dibutuhkan oleh rumah industri.
Dengan gerakan Kredit Umum Pedesaan (KUPEDES) yang telah
digulirkan oleh BRI pada tahun 80-an terbukti menjadi penggerak
perekonomian pedesaan. Dengan program Simpanan Pedesaan
(SIMPEDES) BRI berhasil menghimpun dana murah dari masyarakat,
dana tersebut disalurkan kembali ke masyarakat dengan bunga yang
cukup murah.
Di ibukota kecamatan di Jawa Tengah selain ada Bank Rakyat Indonesia (BRI) pasti ada BPR BKK, dua-duanya bisa berjalan berdampingan
dan berlomba-lomba untuk memberikan pelayanan yang terbaik kepada
masyarakat.
Merger BPR BKK setiap Kabupaten atau kota mengurangi kantor pusat
di kecamatan yang menjadi kantor cabang, kedua lembaga tersebut berdiri
dalam rangka mengambil peran dalam peningkatan perekonomian rakyat
dan perekonomian daerah. Apabila perekonomian rakyat bisa berjalan
akan mendorong peningkatan pendapatan per kapita masyarakat.
2.6. Teori Merger Bank Lokal (Rural Bank)
Salah satu upaya dalam pengentasan kemiskinan dapat dengan memutus
mata rantai kemiskinan itu sendiri, diantaranya adalah dengan
pemberian akses yang luas terhadap sumber-sumber pembiayaan bagi
Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang pada dasarnya merupakan
bagian dari masyarakat miskin yang mempunyai kemauan dan
kemampuan produktif. Sekaligus untuk memotong rantai ketergantungan
karena adanya aliran modal ke usaha mikro.
Tetapi yang menjadi permasalahan adalah belum banyak tersedia bank
yang lokal yang mau dekat dengan rakyat miskin, serta bank lokal
(rural bank) yang mampu memberi pinjaman dengan bunga yang
relatif murah. Banyak tersedia BPR dan Lembaga Keuangan Mikro

31

Pengembangan Bank Lokal dengan Merger

tetapi bunganya tinggi. Oleh karena itu harus ditemukan lembaga
baru atau gabungan (merger) bank lokal atau gabungan LKM yang
mampu memberi pinjaman yang lunak untuk memotong rantai
kemiskinan yang sampai sekarang masih belum terselesaikan. Dengan
tersedianya gabungan bank lokal atau gabungan lembaga keuangan
mikro yang kuat, serta berani memberi bunga yang lunak akan
memancing masyarakat untuk berwira usaha.
Miller (1998) menyatakan bahwa ciri utama kewirausahaan bukan
sekedar kapitalis tetapi di dalamnya termasuk manajemen risiko dan
pengelolaan usaha.
Menurut Kemp (1967:59) tidak adanya kesempatan berusaha, pendapatan
rendah, distribusi pendapatan tidak merata akan menimbulkan
ketergantungan dan masalah konsumsi. Teori tersebut sesuai dengan
gerakan UKM di Indonesia. Kontribusi UKM dalam PDB semakin besar,
namun hambatan yang dihadapi juga besar, diantaranya kesulitan
mengakses sumber-sumber pembiayaan dari lembaga-lembaga keuangan
formal.
Belum banyak penelitian yang mencoba untuk menguraikan peranan
Lembaga Keuangan Mikro (LKM) dalam menunjang kegiatan Usaha
Kecil dan Menengah (UKM), khususnya di bidang usaha sendiri atau
wiraswasta, walaupun porsinya masih belum maksimal, apabila
dibanding dengan pembiayaan formal masih relatif lebih kecil. Seorang
wirausaha mempunyai sikap untuk memenuhi kebutuhan yang tinggi,
berani menerima risiko dan kegagalan, independen, kreatif, inovatif,
berpengetahuan luas dan memiliki kemampuan dan keahlian untuk
melaksanakan usahanya, (Priyanto 2004: 28).
Untuk mewujudkan hal tersebut, ada dua hal yang layak direkomendasikan: (1) Memperkuat aspek kelembagaan Lembaga Keuangan Mikro
dengan cara dilakukan penggabungan (merger). (2) Mempunyai
komitmen yang sama dalam pengembangan Usaha Kecil Menengah yang
sinergi dengan Lembaga Keuangan Mikro. Pada akhirnya upaya untuk
memutus rantai kemiskinan dapat dilakukan dengan cara yang produktif
yaitu memanfaatkan sumber-sumber ekonomi lokal yang produktif.
Penelitian yang telah dilakukan oleh Richard H. Patten dan Jay K.
Rosengard (1991) dari USAID pada tahun 1989 terhadap perkembangan

32

Bab 2 | Pengembangan Bank Lokal dengan Merger Dalam Perspektif Teori

bank pedesaan di Jawa Tengah, mengatakan bahwa embrio bank lokal
(BKK) ini besok harus menjadi bank desa (rural bank) yang kuat dan
harus dimerger karena jumlahnya terlalu banyak, kalau tidak digabung
tidak akan menjadi kuat dan akan menjadi sumber masalah. Untuk
menemukan model yang tepat untuk menggabung (merger) 510 BKK
yang ada di Jawa Tengah sudah dimulai sejak tahun 1990 oleh peneliti
dari Amerika (Patten and Rosengard), tetapi baru terealisasi tahun
2005. Lembaga pedesaan di Indonesia menjadi perhatian dari USAID
dan mendapatkan bantuan pinjaman lunak dari Bank Dunia (Patten
and Rosengard 1991: 2). Penelitian tentang perkembangan embrio
bank lokal BKK yang dibentuk untuk merangsang kehidupan
perekonomian di pedesaan. Richard H.Patten dan Jay K. Rosengard
mengatakan,
"When the BKK program was set up, founders did not percieve the
need for an institution that would provide saving service for rural
people".

Dinamika kebutuhan masyarakat untuk tersedianya bank lokal
semakin dibutuhkan. Semakin banyak lapisan masyarakat bawah yang
membutuhkan kehadiran lembaga perkreditan mikro yang ada di
tingkat paling bawah yang mempunyai misi mengentaskan kemiskinan
dan pengangguran. Keberadaan Lembaga Keuangan Mikro belum bisa
mengatasi kebutuhan yang dibutuhkan oleh pengusaha mikro. Hal
tersebut tidak terlepas dari semakin berkembangnya Usaha Mikro,
Kecil dan Menengah (UMKM). Oleh karena itu harus segera ada upaya
untuk memperkuat lembaga keuangan mikro yang telah ada dengan
cara melakukan penggabungan (merger).
Karena peranan UMKM terutama sejak krisis moneter tahun 1998
dipandang sebagai katup penyelamat dalam proses pemulihan ekonomi
nasional, baik dalam mendorong laju pertumbuhan ekonomi maupun
penyerapan tenaga kerja.
Kinerja UMKM dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan
peningkatan. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan besaran
Produk Domestik Bruto yang diciptakan UMKM dalam tahun 2008
mencapai nilai Rp1.013,5 triliun (56,7 persen dari PDB). Jumlah unit
usaha UMKM pada tahun 2008 mencapai 42,4 juta, sedangkan jumlah
tenaga kerja yang bekerja di sektor ini tercatat 79,0 juta pekerja.

33

Pengembangan Bank Lokal dengan Merger

Pertumbuhan PDB UMKM periode 2005-2008 ternyata lebih tinggi
daripada total PDB, yang sumbangan pertumbuhannya lebih besar
dibandingkan dengan Usaha Besar. Perkembangan sektor UMKM yang
demikian menyiratkan bahwa terdapat potensi yang besar atas kekuatan
domestik, jika hal ini dapat dikelola dan dikembangkan dengan baik
tentu akan dapat mewujudkan usaha menengah yang tangguh, seperti
yang terjadi saat perkembangan usaha-usaha menengah di Korea Selatan
dan Taiwan. Namun, di sisi yang lain UMKM juga masih dihadapkan
pada masalah mendasar yang secara garis besar mencakup: pertama,
masih sulitnya akses UMKM pada pasar atas produk-produk yang
dihasilkannya, kedua, masih lemahnya pengembangan dan penguatan
usaha, serta ketiga, keterbatasan akses terhadap sumber-sumber
pembiayaan dari lembaga-lembaga keuangan formal khususnya dari
perbankan.
Sering terjadi kekeliruan yang dilakukan oleh pengusaha pribumi yang
menginvestasikan ke perusahaan yang mempunyai kekuatan besar
daripada di usaha yang domestik. Sinyalemen tersebut terjadi pula pada
pengusaha lokal, banyak pengusaha-pengusaha kecil menempatkan
dananya di bank-bank swasta nasional, bahkan swasta asing, seharusnya
tabungan dan dana-dana dimaksud ditempatkan di bank lokal atau BPR
untuk memperkuat pendanaan bank lokal, sehingga masyarakat industri
kecil lebih mudah mengakses modal di bank lokal.
Grafik 2-1 Profil UMKM di Indonesia
MSMEs,
14.76 %

small/kecil,
3.75 %
medium/sedang
, 11.01 %

large/besar,
85.24 %

Sumber : Bank Indonesia Semarang

34

Bab 2 | Pengembangan Bank Lokal dengan Merger Dalam Perspektif Teori

Dalam perkembangannya lembaga-lembaga keuangan informal ini lebih
mengena di kalangan pelaku UKM karena sifatnya yang lebih fleksibel,
misalnya dalam hal persyaratan dan jumlah pinjaman yang tidak seketat
persyaratan perbankan serta keluwesannya dalam hal pencairan kredit.
Hal ini merupakan salah satu indikator bahwa keberadaan lembagalembaga keuangan informal sesuai dengan kebutuhan pelaku UKM,
yang umumnya membutuhkan pembiayaan sesuai skala dan sifat usaha
kecil. Keberadaan lembaga-lembaga keuangan informal ini kemudian
disebut sebagai Lembaga Keuangan Mikro (LKM).
2.7. Peraturan Merger
Sesuai dengan Undang-undang yang digunakan sebagai dasar dan
mekanisme merger bank adalah Undang-Undang nomor 1 tahun 1995
tentang Perseroan terbatas dan Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun
1999 tentang merger, konsolidasi dan akuisisi. Dengan merger lahirlah
bank baru hasil penggabungan dari beberapa bank, tetapi berasal dari
bank yang sudah ada digunakan untuk menginduk dari bank-bank yang
menjadi target merger. Adapun tahapan yang harus ditempuh adalah
sebagai berikut:
2.7.1. Perijinan Komisaris
Sesuai pasal 11 dan pasal 37 Peraturan Pemerintah nomor 28 tahun
1999 tentang merger, tahapan yang pertama dilakukan adalah adanya
persetujuan merger para komisaris yang akan melakukan merger. Aspek
sosial yang terjadi terhadap merger BPR BKK adalah sebagian Badan
Pengawas/komisaris yang kehilangan jabatannya. Kalau ditinjau dari
efisiensi pembiayaan merger sangat baik untuk efisiensi perusahaan.
Hal ini menjadi temuan peneliti untuk diwacanakan dan pemikiran di
masa yang akan datang, bahwa komisaris/Badan Pengawas sangat
diperlukan.
2.7.2. Pembentukan Panitia Merger
Untuk melakukan tahapan proses merger dibentuk panitia merger
yang terdiri wakil pemegang saham, komisaris direksi dan konsultan.
Karena merger menyangkut masalah kesehatan bank yang akan di
merger maka dibutuhkan konsultan Akuntan Publik. Dengan hasil
penilaian akuntan publik ini dapat dipergunakan sebagai dasar untuk
melangkah tahapan berikutnya. Selanjutnya panitia merger melakukan
35

Pengembangan Bank Lokal dengan Merger

tahapan-tahapan yang harus dilakukan adalah mengidentifikasi
permasalahan-permasalahan yang ada sebelum bank melakukan merger.
Ada dua permasalahan yang perlu diperhatikan yaitu:
1. Bagaimanakah kesehatan bank yang akan dimerger
2. Kesiapan psikologis dan non psikologis seluruh stakeholder bank.
Sesuai dengan Undang-undang No. l0 tahun 1998 dan Keputusan
Direksi Bank Indonesia 32/51/KEP/DIR, tanggal 14 Mei 1999 yang
mengatur persyaratan dan tata cara merger, konsolidasi dan akuisisi
apabila para pengurus bank tidak keberatan maka tahapan berikutnya
bisa dilaksanakan.
2.7.3. Perhitungan Modal Bank dan Kesehatan Bank
Modal bank menjadi indikator pertama dalam struktur tingkat kesehatan
bank. Bank dinyatakan sehat kalau modalnya lebih dari 8 persen,
sehingga bisa dilakukan merger. Selain modal indikator lain diperlukan
dalam penghitungan kesehatan bank, yaitu aspek keuangan dan
manajemen. Analisis tingkat kesehatan dari aspek keuangan akan dilihat
dari kecukupan modal, kualitas aktiva produktif, likuiditas, dan
pendapatan. Untuk mengevaluasi tingkat kesehatan dari aspek
kecukupan modal, akan ditinjau dengan menggunakan indikator rasio
kecukupan modal (CAR). Dari aspek modal ini dibutuhkan peran serius
dari pemegang saham mengenai masalah kecukupan modal.
Setelah aspek modal terjaga dengan baik maka baru pada aspek-aspek
yang lain. Aspek kualitas aktiva produktif juga sangat berpengaruh,
modal yang dimiliki oleh pemegang saham akan berdampak terhadap
produktifnya tingkat kualitas aktiva, meskipun tidak secara langsung.
Ditinjau dari kualitas aktiva produktif dengan menggunakan indikator
rasio kualitas aktiva produktif (KAP) dan rasio penyisihan penghapusan
aktiva produktif (PPAP).
Untuk aspek likuiditas akan ditinjau dengan menggunakan indikator
rasio loan to deposit ratio dan cash ratio. Sedangkan untuk analisis dari
aspek rentabilitas ditinjau dengan menggunakan indikator rasio return
on equity (ROE), return on asset (ROA), biaya operasional terhadap
pendapatan operasional (BOPO), dan net interest margin (NIM). Dalam
penilaian tingkat kesehatan BPR, komponen penilaian dilihat dari lima
aspek yang meliputi modal (capital), kualitas aktiva (asset), manajemen,

36

Bab 2 | Pengembangan Bank Lokal dengan Merger Dalam Perspektif Teori

laba (earning), dan likuiditas (liquidity) atau biasa disebut juga dengan
CAMEL.
2.7.4. Tata Cara Konversi Saham
Modal bank yang dimerger perlu disepakati tentang cara konversi
saham, hal-hal yang perlu diperhitungkan adalah
• Kekayaan atau asset bank yang akan dimerger.
• Cara pengakuan nilai saham.
• Share saham yang disepakati.
• Pengakuan Cadangan yang ada.
2.7.5. Perubahan Akte Pendirian Bank
Status dan tempat kedudukan bank yang melakukan merger sebagaimana tercantum dalam lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.28 Tahun
1999 tentang merger, konsolidasi, dan akuisisi Bank dan Surat Keputusan
Bank Indonesia No. 32/52/KEP/DIR tanggal 14 Mei 1999 tentang
Persyaratan dan Tata Cara Merger, Konsolidasi dan Akuisisi Bank
Perkreditan Rakyat. Perubahan status dan tempat kedudukan bank yang
akan di merger.
Adapun pokok-pokok perubahan akte pendirian bank yang akan
merger
a.
b.
c.
d.

Jumlah bank yang akan di merger.
Tempat Kedudukan bank hasil merger.
Jumlah kantor cabang.
Jumlah modal dasar.

1. Penentuan Direksi dan Komisaris Bank Merger
Direksi dan Komisaris adalah pengurus bank yang harus ada. Aspek sosial
yang timbul dari keberadaan Direksi dan Komisaris adalah dari dulu
sebelum merger, satu BPR BKK diurus oleh 2 orang Direktur dan 2 orang Badan Pengawas. Seseorang bisa merangkap sebagai Badan Pengawas
di tiga BPR BKK dalam satu Kabupaten, hal ini sesuai dengan Perda No.
20 tahun 2002.
Badan Pengawas terdiri dari wakil Pemerintah Daerah, Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota dengan ketentuan sekurang-kurangnya dua

37

Pengembangan Bank Lokal dengan Merger

orang dan sebanyak-banyaknya tiga orang. Penentuan pengurus bank
dilakukan setelah adanya uji kelayakan fit and propert test calon yang
diajukan oleh Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) ke Bank Indonesia. Setelah ada rekomendasi tentang layak atau tidaknya pengurus
bank untuk diangkat, maka Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
menetapkan Direksi dan Komisaris atau Badan Pengawas dari bank
yang bersangkutan.
2. Operasional Bank dan Penataan Karyawan
Setelah ijin kelembagaan bank merger dan ijin operasional dari bank
Indonesia diperoleh maka operasional bank merger sudah bisa dimulai.
Penataan sumber daya manusia merupakan perangkat yang paling
penting dalam kesuksesan operasional bank. Dengan SDM yang
kompeten dan produktif, maka bank akan memiliki modal yang lebih
baik untuk dapat bersaing dengan bank lain. SDM yang kompeten
ditunjukkan dengan adanya keahlian yang dimiliki oleh SDM.
Untuk meningkatkan keahlian dan kemampuan SDM salah satu cara
yang dapat dilakukan dengan memberikan pendidikan dan pelatihan
yang berkelanjutan terhadap SDM perusahaan. Uji kompetensi bagi
pegawai bank sangat diperlukan, selain kompetensi yang dimilki
karyawan faktor integritas dan reputasi di bidang keuangan terhadap
pegawai bank. Sosialisasi kebijakan harus dilakukan, hal itu perlu
dilakukan dalam rangka meminimalkan gejolak internal lembaga.
Bersamaan dengan sosialisasi dilakukan pendidikan dan pembekalan
dalam rangka meredam gejolak.
2.8. Bank Sebagai Pelayan Modal Masyarakat
Lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan non bank yang ada
di daerah/bank lokal, kedua duanya adalah sebagai lembaga pelayan
modal masyarakat, sekaligus sebagai penggerak perekonomian
masyarakat, khususnya di daerah yang memiliki potensi yang surplus. Dari beberapa uraian di atas tampak bahwa sistem keuangan
merupakan salah satu unsur yang penting dalam rangka menggerakkan
perekonomian.
Permodalan riil (physical capital) merupakan faktor terpenting dalam
rangka memulai gerakan perekonomian, tetapi untuk perkembangan

38

Bab 2 | Pengembangan Bank Lokal dengan Merger Dalam Perspektif Teori

selanjutnya harus didukung oleh modal-modal yang lain. Dalam era
persaingan pelayanan bank dan lembaga keuangan mikro modal fisik
tidak terlalu susah untuk didapatkan. Selain modal riil pergerakan
perekonomian bisa didukung dengan keberadaan potensi kepercayaan
masyarakat. Dalam era pembangunan fisik dan non fisik yang terjadi di
masyarakat masih ada satu hal yang perlu mendapat perhatian dari
masyarakat dan pemerintah yaitu bagaimana modal sosial (social capital) dapat mempengaruhi peraturan yang berlaku di pasar dan kinerja
ekonomi (Gitel and Thomson).
Dengan tersedianya bank lokal/lembaga pembiayaan (perbankan) yang
sehat dan kuat maka proses pemberdayaan masyarakat akan mudah
terwujud dan peran lembaga pembiayaan lokal semakin tampak
perannya.
Dalam peningkatan peran dibutuhkan lembaga yang kuat, salah satu
sarana untuk mendapatkan bank yang kuat adalah melalui penggabungan atau merger. Penggabungan lembaga pembiayaan yang sudah
ada (merger) supaya kuat dan mampu membiayai perkembangan
pembangunan.
Menurut Anwar Nasution (1991: 14) ada beberapa komponen yang
bisa dihubungkan dan bisa berpengaruh pada pengembangan
pembangunan ekonomi, yaitu potensi keuangan di masyarakat yang
bisa dihimpun dalam bentuk tabungan (saving) sehingga dana tersebut
bisa digunakan oleh pihak yang mempunyai potensi berkembang tetapi
kekurangan dana untuk merealisasikannya.
Faktor-faktor yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi
yaitu adanya akumulasi modal, adanya investasi baru yang berujud
lahan, peralatan fisikal dan tersedianya sumberdaya manusia. Akumulasi
modal akan terwujud jika ada proporsi pendapatan yang di tabung (saving). Akumulasi modal dapat menambah sumberdaya-sumberdaya baru
dan meningkatkan sumberdaya yang sudah ada. Ciri-ciri utama dalam
investasi yaitu memiliki trade of antara yang dikonsumsi sekarang
dengan yang dikonsumsi yang akan datang lebih banyak yang akan
datang (Lincoln 1992:59).
Selain itu masih ada beberapa komponen pendukung modal yang bisa
berpengaruh pada perkembangan ekonomi diantaranya organisasi sosial,

39

Pengembangan Bank Lokal dengan Merger

organisasi nir laba dan agen-agen pemerintah. Pemikiran yang terbaru
adalah menemukan model yang cocok untuk menumbuh kembangkan
perekonomian masyarakat yaitu dengan tersedianya lembaga keuangan
dan bank yang ada di pusat-pusat kegiatan perekonomian masyarakat.
Penerapan model tersebut dalam rangka merangsang pertumbuhan dan
pembangunan ekonomi, yaitu dengan cara penyediaan lembaga
keuangan dan koperasi di pusat-pusat kegiatan ekonomi masyarakat
yang tentunya harus mendapat dukungan masyarakat (Gitel and
Thomson).
Dukungan masyarakat akan menambah kepercayaan masyarakat yang
lain. Selain dukungan yang sifatnya finansial dan non finansial, bank
juga melempar kepercayaan berupa kredit yang diberikan kepada
nasabah, kredit yang diberikan mengandung makna sebagai stimulan
untuk menggerakkan perekonomian rakyat. Gambar tersebut di atas
yang menggambarkan tentang dukungan yang sifatnya non financial

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pariwisata bagi Masyarakat Lokal D 902009101 BAB II

0 0 30

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Bank Lokal dengan Merger dalam Rangka Pemberdayaan Ekonomi Rakyat

0 0 23

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Bank Lokal dengan Merger dalam Rangka Pemberdayaan Ekonomi Rakyat D 902006001 BAB I

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Bank Lokal dengan Merger dalam Rangka Pemberdayaan Ekonomi Rakyat D 902006001 BAB III

0 0 10

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Bank Lokal dengan Merger dalam Rangka Pemberdayaan Ekonomi Rakyat D 902006001 BAB IV

0 0 22

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Bank Lokal dengan Merger dalam Rangka Pemberdayaan Ekonomi Rakyat D 902006001 BAB V

0 0 100

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Bank Lokal dengan Merger dalam Rangka Pemberdayaan Ekonomi Rakyat D 902006001 BAB VI

0 0 8

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Bank Lokal dengan Merger dalam Rangka Pemberdayaan Ekonomi Rakyat

0 0 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Bank Lokal dengan Merger dalam Rangka Pemberdayaan Ekonomi Rakyat

0 1 12

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Industri Kecil untuk Pemberdayaan Ekonomi Rakyat

0 0 55