Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Bank Lokal dengan Merger dalam Rangka Pemberdayaan Ekonomi Rakyat D 902006001 BAB I

Bab 1
Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Dalam skala global, peranan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) baik
lembaga formal maupun non formal telah ratusan tahun diyakini
memiliki peran penting dalam menyumbang pembangunan ekonomi
baik di negara maju maupun negara sedang berkembang. Tahun
1990an, seiring popularitas nama LKM (microfinance institutions) makin terdengar keras bahwa LKM tidak diragukan dalam
menyumbang pembangunan ekonomi khususnya dalam pengentasan
kemiskinan (Hulme and Mosley 1996; Hulme 1997; Johnson and
Rogaly 1999). Tahun 2006, peran LKM tersebut dikukuhkan ketika
Muhammad Yunus dengan Grameen Bank mendapat nobel
perdamaian dengan pernyataan (Mjøs 2006) sbb:
"Yunus and Grameen Bank were jointly awarded the Nobel peace
Prize - for their efforts to create economic and social development
from below"

Yunus dan Grameen Bank menjadi populer dalam pembangunan
ekonomi dan perdamaian dengan dimensi pengentasan kemiskinan
karena kredit yang diberikan kepada masyarakat miskin produktif
khususnya wanita, dengan skala mikro (micro entre-preneur) yang

seharusnya tidak layak untuk memperoleh kredit bank dengan kriteria
bank formal. Mekipun tanpa hadiah nobel, BRI Unit (dh. BRI Unit
desa) merupakan lembaga keuangan mikro terbesar di dunia yang
juga berperan dalam pembangunan ekonomi melalui pengentasan
kemiskinan, jauh lebih lama beroperasi dibanding Grameen Bank.
Untuk memberikan gambaran bahwa penduduk miskin di Indonesia
masih cukup tinggi, yang masih membutuhkan penanganan dari
pemerintah, pada tahun 2009 mencapai 32,53 juta (14,15% penduduk),
sebagian besar yaitu 20,62 juta (63,38%) berada di pedesaan dan sisanya
11,91 juta berdomisili di perkotaan (Kompas 2010: 12 Juli).
Gambaran yang terlintas di pemikiran pada setiap kabupaten atau
kecamatan sudah tersedia bank lokal yang siap melayani masyarakat.
Secara administratif, Provinsi Jawa Tengah terdiri dari 29 Kabupaten

1

Pengembangan Bank Lokal dengan Merger

dan 6 Kota, dengan 565 kecamatan yang mencakup 7.804 desa, supaya
lebih mudah memahaminya bersama ini di sajikan Tabel 1.1 tentang

potensi wilayah penelitian sebagai berikut:
Tabel 1-1. Data Jawa Tengah dan Wilayah Penelitian
Jawa Tengah
Luas Wilayah
Jumlah Kecamatan
Jumlah Desa
Penduduk (2006)
Pertumbuhan PDB
(2006-2007)
Sektor dominan

32,548 km2
565
7.804
32.177.730
5.59%
Industry

Kota
Semarang

373.70 km2
16
177
1.468.292
5.98%

Kab
Semarang
950.21 km2
19
27
890.898
4.72%

Trade, hotel and
restaurants

Industry

Sumber : Kantor Satistik Kab. Semarang


Supaya kronologisnya runtut dalam penulisan ini maka gambaran yang
telah ada disajikan data sejak tahun 1992 mengenai kemiskinan dan
lembaga keuangan mikro. Setelah Jabar dan Jatim, Jawa Tengah
memiliki jumlah penduduk yang besar, dengan 19 persen penduduk
di bawah garis kemiskinan, sementara tingkat nasional 15 persen
penduduk adalah miskin. Indonesia memiliki keunikan dalam
pengembangan lembaga keuangan mikro, sehingga pada tahun 1992
Indonesia disebut Gonzalez-Vega dan Chaves sebagai laboratorium
keuangan mikro terbesar di dunia (Steindwand 2001: 14) dengan
berbagai bentuk kelembagaan: BRI, BPR, Bank Desa, Koperasi, BMT,
Credit Union, dll. Di Jawa Tengah sejak tahun 1970an, lembaga
keuangan yang unik telah didirikan oleh Pemda yang dikenal dengan
nama BKK (Badan Kredit Kecamatan) dengan badan hukum
Perusahaan Daerah (PD) dan pada tahun 1990an menjadi PD BPR
BKK (350) dan PD BKK (160).
Dalam konferensi nasional 2003 yang diselenggarakan Gema PKM
terungkapkan keyakinan para ahli keuangan mikro, bahwa LKM
menjadi metode efektif untuk mengurangi kemiskinan (Ismawan
2003), melalui intermediasi keuangan di kalangan masyarakat miskin

produktif (productive poor), yang menjadi bagian dari UMKM.
Menjelang berakhirnya abad 20, keyakinan pengentasan kemiskinan
melalui LKM juga hidup di kalangan pembuat kebijakan publik

2

Bab 1| Pendahuluan

sehingga muncul adanya dana bergulir seperti yang disampaikan Brata
Antakusuma, Asisten Deputi Kementerian BUMN urusan Informasi
Kekayaan BUMN (Warta Bisnis 2004). Pada tingkat nasional, secara
operasional kebijakan tersebut telah disalurkan dana bergulir Rp.3,4
triliun yang berasal dari 3 persen laba bersih BUMN untuk 345 ribu
mitra binaan. Pada tanggal 7 September 2004 diluncurkan Kredit
Usaha Mikro Layak Tanpa Agunan (KUMLTA) dengan paradigma perubahan dari charitatif ke business approach, agar masyarakat
mampu mengentaskan kemiskinannya sendiri. Secara khusus, terdapat
institusi Komite Penanggulangan Kemiskinan (KPK, berdiri 2001)
yang disertai Departemen Koperasi dan UKM, Kementrian BUMN
serta Bank Umum Milik Negara sebagai pelaksana (Warta Bisnis 2004)
Sejak tahun 1969 Provinsi Jawa Tengah telah merintis lahirnya BKK,

maka Provinsi Jawa Tengah merupakan provinsi yang memiliki sejarah
panjang tentang hadir dan berkembangnya LKM. Dua LKM yang
menjadi tonggak sejarah adalah: (1) Bank Bantuan dan Tabungan
Pegawai Pemerintahan Bangsa Indonesia (Hulp-en Spaar Bank der
Inlandsche Bestuur Amtenaren) sebagai Bank Perkreditan Rakyat (rural bank) pertama yang didirikan di Indonesia (Suharto 1988: 29),
tepatnya di Purwokerto pada tanggal 16 Desember 1985, oleh R.Bei
Aria Wirjaatmadja1. Lembaga keuangan ini kemudian menjelma
menjadi Bank Rakyat Indonesia, (2) Badan Kredit Kecamatan (BKK)
didirikan berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah
Tingkat I Jawa Tengah, tanggal 4 September 1969 dan dikukuhkan
tanggal 19 Nopember 1970. Fokus penulisan penelitian ini adalah
peran stakeholder dalam merger, dinamika merger dan trust relation
berdampak positif terhadap perkembangan bank.
Pada awal operasi, BKK memperoleh dana pinjaman awal Rp.1 juta,
dengan misi memerangi kemiskinan di pedesaan untuk menghalau
mereka yang terjerumus faham komunisme melalui pendekatan
kesejahteraan (prosperity approach) sebagai ganti pendekatan keamaan
(security approach) seperti yang terjadi pada tahun 1965 G30S PKI di
mana masyarakat miskin menjadi korban politik PKI (Patten and
Rosengard 1991). BKK kemudian menjadi perusahaan daerah, sehingga

1

Versi J.C.W. Cramer (1929), BPR atau Bank Pertanian tersebut didirikan oleh
W.P.D. de Wolf van Westerrode, Asisten Residen sementara Koran Milik Belanda
"Bataviaasch Nieuwsblad" 11 Maret 1909 menyebut R Aria Wirjaatmadja yang wafat
saat itu sebagai Bapak Kredit Pertanian.

3

Pengembangan Bank Lokal dengan Merger

menjadi PD BKK berdasarkan Perda Nomor 11 Tahun 1981 yang
mendapatkan pengesahan dari Mendagri dengan SK No. 581.053.3/
884, tanggal 17 Desember 1981(selanjutnya dalam penulisan buku ini
konsisten dengan penulisan BKK/BPR BKK). Perubahan status badan
hukum belum menjamin kelangsungan hidup BKK, karena masalah
kekurangan sumber dana menyebabkan banyak BKK yang mengalami
kesulitan likuiditas. Hal ini disebabkan dukungan dana dari
pemerintah daerah dan donatur tidak mencukupi. Pada tahun 1984
BKK memperoleh ijin dari Menteri Keuangan untuk menghimpun

dana dari masyarakat. Peristiwa penting lainnya dalam rangka
penyehatan adalah kebijakan hapus buku pertama kali sebesar Rp 843
juta pada tahun 1989. Karena sejak berdiri, kredit macet masih dicatat
sebagai baki debet yang bisa menyesatkan manajemen BKK
(Martokoesoemo 1993: 69, 77).
Penyesuaian kelembagaan terhadap perkembangan perekonomian
belum selesai. Tahun 1990 an terjadi perubahan kelembagaan 160
BKK tetap seperti apa adanya dan 350 BKK naik status menjadi BPR
BKK. Sejak tahun 2005 terjadi gelombang merger besar-besaran dari
BPR BKK yang dimulai oleh PD BPR BKK di Kabupaten Semarang.
Merger 9 BPR BKK di Kabupaten Semarang menempatkan BPR BKK
Ungaran sebagai kantor pusat dan 8 BPR BKK lainnya menjadi kantor
cabang yang berada di kecamatan Klepu, Bawen, Tuntang, Bringin,
Ambarawa, Banyubiru, Jambu dan Sumowono. Di Jawa Tengah, dari
350 BPR BKK bergabung menjadi 35 BPR BKK di 35 kabupaten/kota.
Episode sebelum, saat dan setelah merger memiliki dinamika yang
bersejarah bagi BPR BKK dengan stakeholdernya. Pertama tentang
perlu tidaknya merger (merger) menjadi polemik antara pemegang
saham dengan regulator Bank Indonesia. Kedua, pengalaman merger
berpeluang menghasikan tiga kemungkinan hasil: sukses, gagal, atau

tidak jelas.
Isu pertama yang menjadi polemik antara stakeholder adalah faktor
pendorong perlu/tidaknya merger. Bank Indonesia Semarang melihat
perlunya merger untuk menyehatkan BPR BKK.Pada tahun 2002, data
BPR (BKK dan non BKK) dari 20 Kabupaten/ Kota yang berada
dibawah pengawasan Bank Indonesia Semarang menunjukkan bahwa
secara relatif tingkat kesehatan BPR BKK lebih buruk dari BPR non
BKK.

4

Bab 1| Pendahuluan

Tabel 1- 2. Tingkat Kesehatan BPR BKK dan BPR non BKK yang
Berada dalam Pengawasan Bank Indonesia, Semarang,
September 2002

No

Tingkat Kesehatan


BPR BKK

BPR Non BKK

Unit

Prop

Unit

107

48%

104

Prop

Total

Unit

Prop

73%

211

58%

1

Sehat

2

Cukup Sehat

65

29%

19

13%

84

23%

3

Kurang Sehat

35

16%

8

6%

43

12%

4

Tidak Sehat

17

8%

11

8%

28

8%

224

100%

142

100%

366

100%

Total

Sumber: Bank Indonesia, Semarang September 2002

Dari Tabel 1-2 di atas, secara kronologis diruntut mulai tahun 2002,
karena pada tahun 2002 banyak bank yang tidak sehat sebagai dampak
dari krisis ekonomi, tahun 2003 banyak bank yang terancam di tutup,
tahun 2004 BPR BKK Randu Blatung ditutup oleh Bank Indonesia,
tahun 2004 BPR BKK Ungaran inisiasi merger, pada tanggal 5 Mei
2005 realisasi merger, tahun 2009 baru 29 Kabupaten melakukan
merger, maka data diruntut sejak tahun 2002. Dalam analisis data
tersebut terungkap bahwa terdapat 24 persen (52 BPR BKK) yang
kurang sehat dan tidak sehat, sementara BPR non BKK hanya 14 persen
(19 BPR) yang kurang dan tidak sehat. Di sisi lain bahwa publik
menyaksikan adanya sejumlah BPR BKK yang bermasalah karena
adanya salah urus (kasus korupsi, kredit fiktif), seperti BPR BKK
Dukuhseti Pati, BPR BKK Talun dan BPR BKK Lebakbarang, Kab
Pekalongan dan BPR BKK Randublatung ditutup (Suara Merdeka
2004: 12 Juni; Suara Merdeka 2004: 18 Juni; Suara Merdeka 2004: 16
Juli). Di samping itu, Pimpinan Kantor Bank Indonesia Semarang,
Bachri Ansjori menyampaikan informasi bahwa:(1) BI telah
menetapkan 12 BPR BKK dalam pengawasan khusus, dan pemegang
saham harus menambah setoran modal untuk mengangkat CAR di
atas 4 persen, manajemen supaya memperbaiki kualitas aktiva
produktif, (2) Anjuran merger BPR BKK yang telah diluncurkan tahun
2003 mendapat respon positif dari Pemda, karena dengan merger akan
menyehatkan BPR BKK dan mempermudah pengawasan BI (Suara
Merdeka 2004: 16 Juli).

5

Pengembangan Bank Lokal dengan Merger

Sebelum terjadi keselarasan rencana merger antara Pemda dan KBI
Semarang, polemik merger diawali saat Moerjono, Koordinator Bidang KBI
Semarang menyatakan perlunya merger BPR BKK di sela-sela menghadiri
Musyawarah Daerah (Musda) III Perbarindo Jateng, Januari 2003.
Merger BPR BKK untuk meningkatkan diri menghadapi persaingan yang
makin ketat (Suara Merdeka 2003: 8 Januari). Gagasan merger tersebut
disanggah oleh Anwar Kholil, Kepala Kantor Badan Informasi Komunikasi
dan Kehumasan (BIKK) Provinsi Jateng - Pemda belum punya rencana
merger BPR BKK (Suara Merdeka 2003: 9 Januari).
Dalam proses penerimaan gagasan merger, Moerjono menegaskan bahwa
merger akan menyehatkan BPR BKK secara keseluruhan dan
menyelamatkan 15 BPR BKK yang ada dalam pengawasan khusus Bank
Indonesia. Kelimabelas BPR BKK tersebut dalam kondisi sakit dimana
CAR100 persen. Berdasarkan simulasi, 32 BPR BKK hasil merger akan
memiliki CAR> 8 persen dan ROA 4,1 persen. Dengan catatan, Pemda
menambah modal tambahan, untuk tahun 2003 sebesar Rp 25,43 milyar
(Suara Merdeka 2003: 22 Oktober). Pada akhir tahun 2001, seluruh BPR
BKK telah memiliki nasabah 1,67 juta dengan dana pihak ketiga Rp.488,8
milyar dan baki debet pinjaman (kredit) sebesar Rp.426,98 milyar (Suara
Merdeka 2003: 9 Januari).
Secara khusus, reaksi wakil rakyat, Hok Hiong, anggota komisi BDPRD Kabupaten Semarang yang meminta Pemda untuk menjelaskan
angka kredit bermasalah di 9 BPR BKK sebelum merger, sebelum
Pemda menambah modal disetor Rp.1 milyar dari APBD TK I, karena
terungkap bahwa hasil audit internal untuk 9 BPR BKK tersebut
terdapat kredit bermasalah berturut-turut sebesar Rp1,61 milyar
(Macet), Rp.2,58 milyar (Diragukan) dan Rp.878 juta (Kurang Lancar).
Meskipun demikian, Agus Purwoko Djati, Kabag Perekonomian
Kabupaten Semarang menyatakan bahwa NPL relatif kecil masih
dalam kondisi wajar (Bisnis Indonesia 2005: 26 Januari).
Meskipun Bank Indonesia telah memberi isyarat bahwa merger PD
BPR BKK akan menyehatkan dan menyelamatkan BPR BKK yang
ada dalam pengawasan, pengalaman dari lembaga keuangan lain dalam
penelitian tersebut masih memberi pengingat (warning) bahwa merger
tidak selalu menjamin sukses. Supaya memudahkan dalam meng-

6

Bab 1| Pendahuluan

gambarkan posisi BPR BKK yang akan dimerger maka bersama ini
disajikan gambar tentang Peta Jawa Tengah dan Posisi BPR BKK yang
akan di merger seperti terlihat dalam gambar 1-1.

Gambar 1-1. Peta Wilayah Keberadaan BPR BKK Jawa Tengah Yang Dimerger

1.2. Beberapa Penelitian Tentang Merger dan Motivasinya
Dengan semakin ketatnya persaingan dan terjadinya arus globalisasi
yang deras maka setiap perusahaan dituntut untuk selalu memasang
dan mengembangkan strategi agar dapat bertahan hidup, berkembang
dan mampu mengatasi persaingan.
Strategi yang cocok untuk membesarkan dan keberlanjutan perusahaan
adalah dengan cara melakukan merger atau akuisisi (Swasono 2004).
Karena dengan merger akan memperluas jaringan dan komunikasi baik
antar konsumen maupun karyawan. Di Amerika Serikat aktivitas merger
adalah sesuatu hal yang biasa dilakukan, bahkan Hitt (2002) mengatakan
di Amerika tahun 1980an terjadi merger mania.
Motivasi melakukan merger dan akuisisi merupakan strategi untuk
menumbuhkan perusahaan secara eksternal secara cepat melalui
pengambilalihan (merger dan akuisisi) perusahaan lain yang telah
beroperasi daripada mendirikan cabang baru.
Merger dan akuisisi diharapkan menciptakan sinergi yang dapat
meningkatkan nilai akumulatif perusahaan, sehingga perusahaan pada
umumnya atau bank akan menjadi besar yang dinikmati seluruh
pemegang saham.

7

Pengembangan Bank Lokal dengan Merger

Merger dapat memberikan keuntungan yang lebih besar melalui
efisiensi, tranfer teknologi dan manajemen serta memperluas
jangkauan pemasaran. Memang merger tidak semuanya berhasil,
merger bisa berdampak positif, akan tetapi juga dapat menimbulkan
dampak sebaliknya. Untuk mengetahui keberhasilan atau tidaknya
proses merger sebuah perusahaan atau bank dapat dilihat dari
bagaimana kinerja perusahaan atau bank pasca merger.
Penelitian Merger, Akuisisi dan Konsolidasi (takeover) telah berlangsung
lama dan dilakukan di berbagai negara. Secara ringkas terdapat tiga
kategori dampak merger dan akuisisi (Weston, Mitchell et al. 2004),
yaitu: (1) merger meningkatkan nilai perusahaan pasca merger, (2) pasca
merger tidak meningkatkan nilai (netral) dan (3) pasca merger terjadi
penurunan nilai.
Merger PD BPR BKK Jateng dengan motivasi efisiensi/sinergi untuk
setiap kabupaten/kota dengan demikian, diharapkan dampak merger
akan meningkatkan nilai. Sementara itu, terdapat fakta yang masih
hangat tentang kasus merger Bank Century termasuk kategori dampak
ke 3 - karena adanya masalah keagenan (agency problems). Merger
PT Bank Danpac Tbk, PT Bank Pikko dan Bank CIC menjadi PT Bank
Century, dengan motivasi untuk menyehatkan bank tetapi yang terjadi
justru menyembunyikan pelanggaran (ICW 2004: 21 Mei) pelanggaran
tersebut antara lain:
1. Aset surat-surat berharga (SSB) yang sebelumnya dinyatakan macet
oleh Bank Indonesia dianggap lancar untuk memenuhi performa
Capital Adequcy Ratio (CAR).
2. Modal yang sebelumnya tidak bisa untuk membayar dana pihak
ke 3 mulai tanggal 5 Desember dapat dipergunakan.
3. Tetap dipertahankannya pemegang saham yang tidak lulus fit and
proper test menjadi pemegang saham.
Dengan mergernya 3 bank tersebut uang negara ikut tergerus kesana
karena negara membayar deposan yang dijamin oleh Lembaga
Penjaminan Simpanan (LPS) dan pinjaman jangka pendek yang akhirnya
menjadi permasalahan yang berkepanjangan.
Pelajaran lain tentang motivasi yang mendorong merger adalah untuk
mencapai diversifikasi produk, yaitu memiliki keragaman yang belum
dimiliki oleh lembaga lain, sehingga bisa menguasai pemasaran dana

8

Bab 1| Pendahuluan

di masyarakat, pernyataan terebut diperkuat oleh Hitt dan Horison
(2002) yang meneliti merger National Bank Corp dan Bank Amerika
Corp, dengan nilai transaksi yang besar yaitu USD 60 milyar. Sinergi
yang dihasilkan mempermudah bank menghimpun dana masyarakat.
Untuk meningkatkan penyaluran kredit perlu adanya akumulasi
modal yang kuat pula. Pengalaman di Indonesia merger Bank Niaga
dan Lippo mampu meningkatkan bank hasil merger yaitu CIMB Niaga
ke peringkat 5 besar bank di Indonesia (Razak 2008- Chief Executive
CIMB Group). Hal tersebut membuktikan bahwa bank memerlukan
kepercayaan masyarakat, setelah dimerger masyarakat semakin
percaya dan nilai perusahaan meningkat.
Demikian pula merger Bank Mandiri memberikan dampak posistif bagi
pemerintah berupa peningkatan pajak (Sarwono 2007). Sebenarnya
tujuan utama melakukan merger beberapa bank BUMN adalah untuk
menyehatkan bank milik pemerintah pasca terkena dampak krisis
moneter tahun 1997 dan tahun 1998, kalau tujuan merger hanya
meningkatkan pajak adalah satu kesalahan dalam menetapkan tujuan,
karena bank Mandiri adalah bank milik pemerintah yang akan menjadi
ujung tombak pembangunan pedesaan.
Dengan adanya beberapa penelitian mengenai merger perusahaan yang
berdampak positif, netral dan negatif, dapat menciptakan pemahaman
yang ambiguitas tentang merger bank bagi stakeholder bank yang akan
melakukan merger. Di samping itu dalam merger bank dapat terjadi
gejolak pegawai, kompetisi setoran modal, trust relation yang banyak
diperhatikan. Penelitian merger PD BPR BKK di Jawa Tengah ini
merupakan upaya membuka tabir dinamika pengembangan bank lokal
PD BPR BKK sebagai salah satu bank lokal yang unik karena merger
dilakukan secara masal dari 350 PD BPR BKK.
Meskipun sudah banyak dilakukan penelitian tentang merger bank
akan tetapi belum banyak penelitian tentang merger bank lokal
khususnya BPR, kalaupun sudah ada tetapi penelitian tentang merger
BPR BKK masih diperlukan, oleh karena itu peneliti mencoba untuk
menemukan teori yang kemungkinan cocok untuk diimplementasikan
dalam melakukan merger BPR yang sekarang tumbuh menjamur di
Indonesia khususnya pulau Jawa.

9

Pengembangan Bank Lokal dengan Merger

Berdasarkan latar belakang itulah yang memberikan inspirasi peneliti
untuk meneliti mega merger PD BPR BKK di Jawa Tengah, dengan studi
kasus di BPR BKK Ungaran dengan orientasi Pengembangan Bank Lokal
dengan Merger, dalam rangka pemberdayaan ekonomi masyarakat.
Fokus penelitian ini ditekankan pada Kinerja Bank Hasil Merger di
BPR BKK Jawa Tengah, khususnya BPR BKK Ungaran dalam rangka
Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan tersebut di
atas maka rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah:
Bagaimana peran stakeholder dalam pengembangan bank lokal melalui
merger dan motivasinya, dinamika dalam merger BPR BKK serta fungsi
trust relation dalam pengembangan bank untuk pemberdayaan
perekonomian masyarakat. Pernyataan perumusan masalah tersebut
penulis jabarkan sebagai berikut:
1. Apa motivasi dan peran stakeholder BPR BKK Ungaran melakukan
merger?
2. Bagaimanakah proses merger BPR BKK sebagai bank lokal untuk
menuju bank yang sehat dan berperan dalam pemberdayaan
perekonomian masyarakat?
3. Bagaimana bentuk dan peran trust relation sebagai pendukung
kinerja BPR BKK secara finansial dan non finansial?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peran dan motivasi
stakeholder dalam melakukan merger BPR BKK serta solusinya agar
BPR BKK tetap bertahan, secara spesifik penelitian ini untuk:
(1) Memperoleh gambaran tentang motivasi dan peran stakeholder
dalam melakukan merger sebagai sarana memperkuat bank.
(2) Mengetahui dinamika yang terjadi dalam proses merger BPR BKK,
dampak yang terjadi dan solusinya.
(3) Menemukan bentuk dan peran trust relation untuk pengembangan
bank.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan teori
dalam studi pembangunan tentang peran dan motivasi stakeholder
dalam melakukan merger bank serta rekomendasi atau masukan
10

Bab 1| Pendahuluan

kebijakan kepada pemerintah atau pihak yang membutuhkan
pengetahuan dan pengalaman tentang peran dan motivasi stakeholder
dalam pengembangan bank melalui merger.
Manfaat teoritis dari penelitian ini dapat memperkaya kajian-kajian
teori studi pembangunan tentang peran dan motivasi stakeholder dalam
melakukan merger bank supaya dapat meningkatkan pemberdayaan
ekonomi masyarakat. Selain itu, menjadi bahan kajian teori bagi para
peneliti dan pelaku riset dalam pengembangan khasanah ilmu tentang
merger bank, dinamika yang terjadi dalam melakukan merger bank
serta bentuk dan peran trust relation dalam mendukung bank.
Adapun manfaat praktis adalah untuk memberikan masukan kepada
para pelaksana operasional bank (banker) tentang peran stakeholder
dalam pengembangan bank melalui merger serta motivasi dan
dorongan melakukan merger, memahami dinamika yang terjadi dalam
merger bank serta solusi yang harus dilakukan, menemukan bentuk
dan peran (trust relation) sebagai pendukung kinerja BPR BKK secara
finansial dan non finansial.
1.5. Sistematika Penulisan Hasil Penelitian
Sistematika penulisan buku ini disusun sebagai berikut: Bab 1
menguraikan latar belakang permasalahan, tujuan penelitian dan
manfaat penelitian. Bab 2, perspektif teori yang membahas masalah
merger bank yang mendasari bank dapat melakukan merger, serta
pengalaman merger yang telah dilakukan di tempat yang lain, serta
membahas pengembangan bank lokal.
Dibahas pula tentang perubahan kepercayaan masyarakat terhadap bank
hasil merger, membahas masalah hubungan kepercayaan dengan
masyarakat, pemberdayaan masyarakat dari aspek teori untuk
mendapatkan pemahaman yang sama tentang pemberdayaan masyarakat.
Dalam bab ini dibahas pula dasar Hukum melakukan merger, Peran
pemegang saham, Pengurus Bank dalam menjaga kesehatan bank serta
membahas kepentingan pemerintah daerah selaku pemegang saham
dalam rangka mendapatkan setoran kas daerah melalui peningkatan
Pendapatan Asli Daerah.

11

Pengembangan Bank Lokal dengan Merger

Dalam Bab 3 disajikan Metode Penelitian yang membahas masalah
Jenis dan Lokasi Penelitian, Populasi dan Sampel, Tahapan Penelitian,
Teknik Pengumpulan data dan Kerangka Pemikiran.
Dalam Bab 4 penulis menyajikan tentang penetrasi bank umum dalam
pasar keuangan mikro, yang diikuti dengan perbandingan jumlah BRI
Unit, Jumlah kantor Cabang Bank BPD, dan perkembangan Danamon
Simpan Pinjam, yang dilengkapi dengan mitigasi perdagangan Bank
Umum dan BPR, inisiatif merger adalah satu pemikiran yang penulis
tuliskan dalam hasil penelitian ini.
Selanjutnya dalam Bab 5 penulis menyajikan perkembangan BPR BKK
pra merger yang meliputi bentuk hukum, dinamika kelembagaan dan
pembentukan panitia merger. Dalam bab ini disajikan pula proses
merger yang meliputi dasar hukum merger, peran stakeholder dalam
proses merger dan motivasi melakukan merger, kesepakatan direksi
melakukan merger, sosialisasi merger, studi banding serta realisasi
merger BPR BKK, yang diawali dari keputusan RUPS, penetapan calon
pengurus, setor modal tambahan.
Untuk penyajian berikutnya pengajuan proposal atau rancangan merger
ke Bank Indonesia, rancangan perubahan akte pendirian, rancangan
rencana kerja bank hasil merger, konversi modal, serta penulis sajikan
pula penataan dan penetapan status karyawan, penyelesaian hak dan
kuwajiban bank hasil merger terhadap karyawan, pengumuman merger
di media massa sebagai bentuk deklarasi merger.
Untuk mengetahui perubahan kinerja apa saja yang terjadi pasca
deklarasi merger maka disajikan dinamika yang terjadi pasca
pengumuman, BPR BKK Ungaran menjadi BPR BKK di Jawa Tengah
yang pertama melakukan merger, disajikan pula dinamika yang terjadi
di tahun pertama merger, kinerja dan analisis BPR BKK sebelum dan
sesudah merger, kinerja dan analisis kesehatan bank pasca merger, fungsi
intermediasi bank, trend perkembangan bank, perkembangan tingkat
kesehatan, dan intermediasi bank wujud trust relation, disajikan pula
bank sebagai agen pemberdayaan masyarakat.
Selain itu penulis sajikan pula BPR BKK sebagai bank yang membiayai
home industri, untuk peningkatan pelayanan modal masyarakat dan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) perlu peningkatan kualitas SDM,

12

Bab 1| Pendahuluan

disajikan pula eksistensi BPR BKK sebagai bank lokal, jangkauan
layanan BPR BKK sebagai bank lokal, kontribusi PAD ke kas daerah,
kontribusi pemberdayaan UMKM, dan perluasan hulu hilir nasabah
binaan tahu baxo yang telah sukses dari nasabah kredit menjadi
nasabah penabung. Dalam bab ini dibahas pula Pemberdayaan
Pengusaha Mikro, Pemberdayaan Kelompok Pengais Enceng Gondok.
Dalam Bab 6, sebagai bab penutup disajikan tentang simpulan hasil
penelitian yang berisi tentang jawaban dari permasalahan penelitian
mengenai peran stakeholder dalam merger BPR BKK dan motivasinya
melakukan merger.
Dinamika yang terjadi dalam proses merger BPR BKK menuju bank
yang sehat, menemukan bentuk, dan peran trust relation yang
mendukung kinerja bank secara finansial dan non finansial. Dipaparkan
pula tentang kelemahan-kelemahan dalam melakukan merger bank,
hal-hal yang mendorong dilakukan merger, yang dilanjutkan dengan
peningkatan kinerja BPR BKK dan permasalahan yang timbul. Dalam
bab ini disajikan tentang implementasi teori dan implikasi kebijakan
dan saran-saran tentang penelitian mendatang.

13

Pengembangan Bank Lokal dengan Merger

14

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pariwisata bagi Masyarakat Lokal D 902009101 BAB I

0 0 12

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Bank Lokal dengan Merger dalam Rangka Pemberdayaan Ekonomi Rakyat

0 0 23

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Bank Lokal dengan Merger dalam Rangka Pemberdayaan Ekonomi Rakyat D 902006001 BAB II

0 0 40

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Bank Lokal dengan Merger dalam Rangka Pemberdayaan Ekonomi Rakyat D 902006001 BAB III

0 0 10

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Bank Lokal dengan Merger dalam Rangka Pemberdayaan Ekonomi Rakyat D 902006001 BAB IV

0 0 22

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Bank Lokal dengan Merger dalam Rangka Pemberdayaan Ekonomi Rakyat D 902006001 BAB V

0 0 100

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Bank Lokal dengan Merger dalam Rangka Pemberdayaan Ekonomi Rakyat D 902006001 BAB VI

0 0 8

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Bank Lokal dengan Merger dalam Rangka Pemberdayaan Ekonomi Rakyat

0 0 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Bank Lokal dengan Merger dalam Rangka Pemberdayaan Ekonomi Rakyat

0 1 12

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Industri Kecil untuk Pemberdayaan Ekonomi Rakyat

0 0 55