Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Bank Lokal dengan Merger dalam Rangka Pemberdayaan Ekonomi Rakyat D 902006001 BAB VI

Bab 6
Kesimpulan dan Implikasi
Pada bab 6, merupakan intisari dan rangkuman dari pembahasan hasil
penelitian dan analisis yang telah diuraikan dalam Bab 4 dan Bab 5,
yang disajikan dalam bentuk kesimpulan, implikasi teori dan implikasi
kebijakan dari hasil penelitian tentang Pengembangan Bank Lokal
dengan Merger Dalam Rangka Pemberdayaan Ekonomi Rakyat. Di
samping itu terdapat beberapa saran yang terkait dengan hasil temuan
dalam penelitian untuk penelitian mendatang.
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan perumusan permasalahan dan tujuan dalam penelitian ini,
setelah dilakukan proses analisis, penulis merangkum hasil analisis serta
menyimpulkannya sebagai berikut:
1. Motivasi merger BPR BKK karena lemahnya kualitas SDM,
lemahnya permodalan, terjadinya inefisiensi, dan tidak efektifnya
pengawasan.
2. Peran Stakeholder :
a. Peran Pemegang Saham, pasca merger Bank Jateng tidak lagi
sebagai pemegang saham, sehingga pemegang saham PD BPR
BKK adalah Pemda Kabupaten (49%) dan Pemda Provinsi (51%).
Secara umum, dalam proses merger, pemegang saham berperan

untuk menambah setoran modal sebagai wujud pertanggungjawaban atas faktor kecukupan modal minimal yang harus
dipenuhi. Dalam realita, khusus untuk PD BPR BKK Ungaran
kedua pemegang saham telah menambah setoran modal meskipun
Provinsi Jawa Tengah telah menyetor modal sesuai dengan
porsinya, tetapi Pemerintah Kabupaten Semarang belum menyetor
modal sesuai dengan porsinya. Pemegang saham PD BPR BKK
secara umum merupakan investor yang rasional, lebih mudah
atau terdorong menambah modal dengan harapan mendapat
dividen lebih besar. Sebelum merger Bupati menjadi pemegang
tunggal penentu pengelolaan BPR BKK Ungaran sehingga RUPS
tidak dapat berjalan dengan baik karena Propinsi yang juga
menjadi pemegang saham tidak diberi peran. Setelah merger,

187

Pengembangan Bank Lokal dengan Merger

b.

c.


d.

e.

f.

188

pemegang saham baik Kabupaten maupun Propinsi dapat
berperan sebagaimana diatur dalam Perda Nomor 11 Tahun 2008.
Peran Bank Indonesia, peran Bank Indonesia sangat menentukan
sekali dalam proses merger, diantaranya melakukan pengawasan
terhadap BPR BKK yang akan melakukan merger, harus dalam
kondisi kecukupan modal, serta unsur-unsur kesehatan bank yang
meliputi kualitas aktiva produktif, manajemen, kemampuan bank
mendatangkan keuntungan (earning), dan likuiditas bank. Bank
Indonesia berperan menjadi mediator antara pengurus BPR BKK
Ungaran dengan pemegang saham agar ada pemahaman yang
sama mengenai merger. Bank Indonesia selama enam bulan

membimbing dalam menyelesaikan rancangan merger.
Peran Badan Pengawas, sebelum merger Badan Pengawas BPR
BKK se Kabupaten Semarang perannya belum maksimal, lebih
mengutamakan tugasnya sebagai birokrat (Kabag Perekonomian
atau Camat). Dalam proses merger Badan Pengawas sebagai inisiator
dalam penandatanganan rancangan merger. Setelah merger Badan
Pengawas berperan aktif, dan dimonitor secara langsung oleh Bank
Indonesia. Anggota Badan Pengawas yang tidak aktif akan
terancam fit and proper test ulang. Badan Pengawas dibantu oleh
direksi dan karyawan berperan dalam proses merger BPR BKK
Ungaran, menandatangani rancangan merger dan pengumuman
merger, serta melakukan konversi modal.
Peran direksi, sebelum merger direksi BPR BKK Ungaran hanya
berperan memimpin bank secara mandiri di tingkat kecamatan,
dalam proses merger mempunyai peran sebagai inisiator yang
menanda tangani rancangan merger, pengumuman merger, dan
setelah merger direksi berperan secara maksimal memimpin bank
hasil merger.
Peran Karyawan, Karyawan BPR BKK mendukung pengurus
dalam mempersiapkan merger, menyiapkan bussiness plan,

mendukung kinerja dan pencapaian target kinerja yang telah
ditetapkan pemegang saham, serta meningkatkan pelayanan kepada
para pemakai jasa bank dalam peningkatan operasional bank dan
memperkuat lembaga.
Peran Nasabah, Peran nasabah BPR BKK sangat diperlukan dalam
melakukan merger, khususnya dalam menyangga dana, tanpa
dukungan dan kepercayaan dari masyarakat lembaga tidak bisa
besar, sehat, dan berkelanjutan.

Bab 6 | Kesimpulan dan Implikasi

3. Dalam proses merger ada beberapa proses yang harus ditempuh yang
tidak bisa lepas dari dinamika yang terjadi,
a. Sebelum proses merger
Sebelum proses merger dalam tubuh BPR BKK se Kabupaten
Semarang sudah terjadi dinamika kelembagaan mulai dari proyek
percontohan Badan Kredit Kecamatan bernama BKK menjadi
BUMD BKK dan mulai tahun 1992 menjadi BUMD BPR BKK.
b. Proses merger
Proses merger BPR BKK se Kabupaten Semarang ke BPR BKK

Ungaran melalui beberapa tahapan dimulai dari inisiatif merger,
dilanjutkan dengan sosialisasi rencana merger, melakukan studi
banding ke bank yang telah melakukan merger, pengumuman
merger, pembuatan rancangan merger, pengajuan perijinan
merger ke Bank Indonesia pusat, realisasi merger, selanjutnya
membuat perubahan anggaran dasar bank, pengangkatan
pengurus baru, penyusunan rencana kerja baru, konsolidasi
neraca, konversi modal. Dalam proses merger disepakati pula oleh
para pemegang saham bahwa hasil merger BPR BKK Ungaran
tetap berbadan hukum Perusahaan Daerah sebagaimana
diamanatkan dalam Perda nomor: 11 tahun 2008 dan berkantor
pusat di kabupaten/kota setempat.
c. Kesepakatan Pemegang Saham
Dalam proses merger ada kesepakatan yang sama dari seluruh
pemegang saham BPR BKK Ungaran yang dituangkan dalam
RUPS. Menambah modal karena CAR nya kurang dari 8 persen,
melakukan penataan status karyawan dan menyelesaikan hak
dan kewajiban karyawan.
d. Dinamika Kepegawaian
Dalam proses merger terjadi beberapa dinamika diantaranya

penolakan merger, dampak psikologis pejabat yang tidak
terakomodasi, pemberhentian pegawai karena melakukan
penyimpangan finansial, terjadinya peningkatan kinerja, dan
perkembangan bank.
e. Dinamika Konversi Saham
Terjadi satu dinamika yang tidak lazim berlaku di badan usaha
yang lain, yaitu terjadi pembagian porsi saham yang telah

189

Pengembangan Bank Lokal dengan Merger

ditetapkan dalam Perda, pasca penjualan saham milik BPD Jateng
yang 7,5 persen terjadi dinamika pembagian saham antara
pemerintah Kab.Semarang dan Pemerintah Provinsi Jawa
Tengah. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah sebesar 51 persen dan
Pemerintah Kabupaten Semarang sebesar 49 persen. Dalam RUPS
pemerintah Provinsi Jawa Tengah menjadi pemegang kunci
dalam mengambil keputusan tentang penempatan pengurus dan
kebijakan yang lain, karena secara hirarki pemerintahan,

pemerintah provinsi lebih tinggi dari pada pemerintah kabupaten/
kota. Dari aspek penguasaan saham pemerintah provinsi sebagai
pemegang saham mayoritas.
4. Pada awal merger diketahui adanya penyelewengan di beberapa BPR
BKK yang melakukan merger. Implikasinya kalau tadinya tingkat
kesehatan gabungan sebelum merger dinyatakan sehat, setelah
diteliti dan dihitung ulang pada awal merger masuk klasifikasi tidak
sehat. Perkembangan bank pasca merger semakin meningkat, adapun
indikator yang meningkat diantaranya asset bank, kredit yang
diberikan, dana pihak ketiga dan laba. atau dapat dikatakan bahwa
dengan merger bank berkembang semakin membaik.
5. Pasca merger semua unsur CAMEL bank semakin meningkat
semakin sehat, atau dapat disimpulkan bahwa BPR BKK Ungaran
sebelum merger tidak sehat dan setelah dilakukan merger menjadi
sehat.
Perbandingan tingkat kesehatan dari semua unsur CAMEL setelah
dilakukan penjumlahan nilai tingkat kesehatannya dapat disimpulkan bahwa dengan merger BPR BKK Ungaran menjadi lebih sehat.
Sedangkan untuk yang gabungan dari seluruh Jawa Tengah tingkat
kesehatannya juga menjadi sehat, atau dapat disimpulkan bahwa
merger antar BPR yang sehat akan menjadi bank sehat.

6. Tren perkembangan semua unsur CAMEL di BPR BKK Ungaran
semakin berkembang dan menunjukkan tren tingkat kesehatan BPR
BKK yang semakin sehat. Dibandingkan dengan angka gabungan
BPR BKK Jawa Tengah lebih baik dibanding dengan BPR BKK
Ungaran, kecuali untuk pertumbuhan kredit.
7. Kelemahan Merger BPR BKK Ungaran
a. Proses setoran modal tidak dapat cepat karena setelah Bupati dan
Gubernur setuju masih harus menunggu keputusan DPRD

190

Bab 6 | Kesimpulan dan Implikasi

b.
c.
d.

e.
f.


Provinsi dan DPRD Kabupaten Semarang.
Adanya monopoli kebijakan yang dilakukan oleh direksi, sehingga
kepentingan pribadi dapat ikut mempengaruhi keputusan.
Penumpukan kredit bermasalah karena gabungan kredit yang
macet yang dapat meningkatkan angka NPL.
Tingkat kesehatan bank dihitung berdasarkan data konsolidasi,
sehingga cabang yang baik akan menjadi korban dari cabang yang
tidak baik.
Kewajiban pajak semakin besar karena pengaruh tarif progresif.
Masih melekatnya citra lama BPR BKK yang kurang baik. Citra
kurang baik diantaranya: pelayananan, lokasi dan suasana kantor
yang tidak nyaman masih tetap dirasakan.

8. Bentuk dan Peran Trust Relation yang Mendukung Kinerja Bank
Secara Financial dan Non Financial
a. Secara non finansial merger menimbulkan hubungan kepercayaan
(trust relation) baru dari masyarakat untuk mendukung perkembangan bank.
b. Secara finansial bank berkembang karena ada kepercayaan baru
yang berdampak pada pertumbuhan dana dari masyarakat,
meningkatnya kredit yang diberikan kepada masyarakat, dan

meningkatnya jumlah laba. Merger dapat meningkatkan kredit
yang disalurkan kepada masyarakat untuk mendorong investasi
dan pemberdayaan ekonomi rakyat. Dengan merger meningkatnya
laba yang berdampak positif pada setoran Pendapatan Asli Daerah
(PAD), secara finansial bank menjadi semakin besar dan semakin
sehat.
Setelah dilakukan merger perkembangan baki debet tumbuh
semakin pesat atau dapat dikatakan bahwa pertumbuhan baki
kredit pasca merger lebih baik dibanding sebelum merger.
Dengan merger dana pihak ketiga tumbuh dengan baik, pertumbuhan dana semakin meningkat berarti dengan merger BPR
BKK Ungaran semakin dipercaya masyarakat.
Dengan merger laba bank semakin meningkat, bank semakin
produktif dan efisien.

191

Pengembangan Bank Lokal dengan Merger

6.2. Implikasi
1. Implikasi Teori

Implikasi teoritis yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut,
Motivasi melakukan merger BPR BKK Ungaran adalah untuk
meningkatkan kualitas SDM dengan cara mengirim SDM ketempat
pelatihan, menguatkan modal bank dengan cara mendorong pemegang
saham untuk menyetorkan modal, melakukan efesiensi dengan cara
penyederhanaan pengurus, dan pengefektifan pengawas dengan cara
mengganti dan membubarkan badan pengawas dan badan Pembina
yang tidak efektif.
Dalam proses merger terjadi beberapa dinamika kelembagaan, dinamika
kepegawaian dan kompetisi penyetoran modal. Hal ini dilakukan dalam
rangka merasang peran pemegang saham dan stakeholder yang lain
aktif dan mendukung merger bank.
Trust relation berdampak positif dalam pengembangan bank dan
kesehatan bank. Karena dengan hubungan kepercayaan bank semakin
berkembang, semakin sehat, pelayanan modal kepada masyarakat
semakin meningkat.
Secara singkat, pasca merger PD BPR BKK Ungaran menajdi makin
menciptakan nilai bukan saja secara ekonomis dalam bentuk peningkatan
laba karena tercipta sinergi 9 PD BPR BKK yang bergabung, peningkatan
kesehatan bank, dan peningkatan aset bank, tetapi juga meningkatkan
daya saing yang mempercepat pertumbuhan usaha PD BPR BKK
Ungaran. Hal ini konsisten dengan temuan penelitian Healy (1992) yang
menemukan bank yang beraset besar dan labanya meningkat secara
signifikan, juga penelitian Sarwono (2007) tentang merger Bank Mandiri,
telah meningkatkan laba bank dan pajak dari bank, serta kompilasi
penelitian oleh Weston, Mitchell et al (2004), dampak merger kategori
pertama dalam hal meningkatkan nilai dari perusahaan yang merger.
Merger merupakan keputusan investasi yang berdampak jangka panjang
yang merupakan strategi berkembang, seperti halnya yang ditemukan
oleh Mahmud, Z (2010) dalam mencapai tujuan jangka panjang dengan
cara mentranformasikan batas perusahaan perbankan.
Dengan demikian penelitian ini memperkuat teori terjadinya sinergi
dalam Merger antar bank lokal dalam berbagai indikator kinerja seperti

192

Bab 6 | Kesimpulan dan Implikasi

meningkatkan kesehatan bank, meningkatkan transparansi bank, bank
menjadi lebih strategis dan lebih sehat karena peran stakeholder serta
meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap bank (trust relationship), dan pada akhirnya dapat membuktikan bahwa PD BPR BKK
sebagai bank lokal makin meningkatkan daya saing.
2. Implikasi Kebijakan
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi di atas, maka dapat dirumuskan
implikasi kebijakan dalam pembangunan dunia perbankan sebagai
berikut.
Pemerintah Kabupaten dan Provinisi selaku pemegang saham PD BPR
BKK merupakan investor yang makin rasional, dimana investor akan
tertarik pada PD BPR BKK yang kinerja dan prospek yang bagus dan
akan lebih mudah menambah setoran modal dengan harapan
memperoleh dividen dan peningkatan pajak lebih besar, dan dapat lebih
berbangga PD BPR BKK miliknya karena lebih memberdayakan
masyarakatnya. Dengan kata lain, Pemda sebagai pemegang saham akan
enggan menambah modal setor jika kinerja PD BPR BKK miliknya tidak
baik. Dengan demikian, kebijakan terbaik adalah meningkatkan kinerja
PD BPR BKK dengan mendorong tim manajemen (direksi) bekerja lebih
profesional.
PD BPR BKK hasil merger terbukti mampu meningkatkan modal secara
absolut yang lebih besar karena akumulasi laba ditahan dan jangkauan
pelayanan lebih luas mendekati nasabah. Dengan makin luasnya
layanan, masyarakat tidak harus pergi jauh untuk mencari bank yang
besar, karena di daerah setempat sudah ada bank lokal (PD BPR BKK)
hasil merger yang cukup besar. Makin besar bank lokal menunjukkan
makin besar kepercayaan masyarakat. Dengan demikian, implikasi
kebijakan adalah memperkuat kebijakan pertumbuhan bank lokal
sebagai upaya makin memberdayakan ekonomi masyarakat seperti citacita awal pendirian BPR BKK tahun 1970.
Dari sisi proses perkembangan PD BPR BKK yang telah melalui berbagai
gejolak dan dinamika baik ekonomi, sosial dan politik lebih dari 30
tahun terhitung mulai berdiri sebagai lembaga keuangan yang sederhana
belum berbadan hukum pada tahun 1970an yaitu sebagai BKK (Badan
Kredit Kecamatan), kini PD BPR BKK makin membuktikan jati dirinya,
teguh dalam melayani masyarakat tingkat bawah dan UMKM dan

193

Pengembangan Bank Lokal dengan Merger

mampu bersaing bukan saja dengan sesama lembaga keuangan mikro
tetapi juga dengan bank umum yang telah rame rame memasuki segmen
pasar keuangan mikro. Dengan tebentuknya badan hukum dan merger
beranti PD BPR BKK telah menyesuaikan diri dengan peraturan
perundangan yang beralku. Dengan demikan, Pemda Kabupaten dan
Provinsi sebagai pemegang saham makin bisa menyaksikan PD BPR
BKK sebagai lembaga keuangan yang makin dewasa dan mampu
menjalankan good corporate (banking) governance.
6.3. Saran Untuk Penelitian Mendatang
Sebagaimana telah ditulis dalam bab 2, sudah banyak peneliti terdahulu
melakukan kajian masalah merger bank. Penelitian ini telah memperkaya
dan memberi sumbangan dari sisi pengembangan kelembagaan khususnya
peningkatan peran lembaga keuangan mikro dalam memberdayakan
ekonomi masyarakat bawah dan UMKM. Dalam proses merger dan
pemberdayaan masyarakat, peneliti yang juga eksektif PD BPR BKK
memiliki pengetahuan mendalam tentang dinamika PD BPR BKK dan
masyarakat yang dilayani, namun demikian masih ada peluang untuk
penelitian lebih lanjut.
Unsur hubungan relasional dan kepercayaan yang tinggi dari masyarakat
(trust relation) dengan PD BPR BKK dapat diteliti lebih lanjut. Seperti
halnya penelitian Sunarto, H.(2007) menekankan bahwa makin lama
menciptakan relasi bank-nasabah, makin rendah biaya transaksi yang
berarti menguntungkan nasabah dan bank, tetapi juga ada risiko nasabah
berpindah karena persaingan. Persoalannya, adalah apakah PD BPR
BKK setelah besar dalam arti kekuatan modal dan aset melalui merger
mampu memelihara nasabahnya untuk tidak lari ke lembaga keuangan
lainnya.
Setelah merger, PD BPRK BKK memiliki SDM yang berkualitas dan
kinerjanya meningkat. Namun demikian perjalanan waktu masih akan
menghadapi berbagai tantangan dalam melayani masyarakat sebagai
lembaga intermediasi karena perubahan lingkungan sekitar, baik dari
segi tuntutan pemegang saham, hubungan politik legislatif dan eksekutif,
serta meningkatnya persaingan. Dengan demikian persoalan penelitian
yang dapat diangkat adalah tentang perkembangan daya saing PD BPR
BKK dalam segmen keuangan mikro.

194

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Transformasi Ekonomi Komunitas Blimbingsari D 902008006 BAB VI

0 0 35

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pariwisata bagi Masyarakat Lokal D 902009101 BAB VI

0 0 32

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Bank Lokal dengan Merger dalam Rangka Pemberdayaan Ekonomi Rakyat

0 0 23

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Bank Lokal dengan Merger dalam Rangka Pemberdayaan Ekonomi Rakyat D 902006001 BAB I

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Bank Lokal dengan Merger dalam Rangka Pemberdayaan Ekonomi Rakyat D 902006001 BAB II

0 0 40

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Bank Lokal dengan Merger dalam Rangka Pemberdayaan Ekonomi Rakyat D 902006001 BAB III

0 0 10

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Bank Lokal dengan Merger dalam Rangka Pemberdayaan Ekonomi Rakyat D 902006001 BAB IV

0 0 22

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Bank Lokal dengan Merger dalam Rangka Pemberdayaan Ekonomi Rakyat D 902006001 BAB V

0 0 100

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Bank Lokal dengan Merger dalam Rangka Pemberdayaan Ekonomi Rakyat

0 0 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Bank Lokal dengan Merger dalam Rangka Pemberdayaan Ekonomi Rakyat

0 1 12