STUDI KOMPARASI EFEKTIFITAS PELAKSANAAN KURIKULUM 2013 ANTARA MTS NEGERI SIDOARJO DAN SMP ISLAM BRAWIJAYA KOTA MOJOKERTO.

(1)

STUDI KOMPARASI EFEKTIFITAS PELAKSANAAN KURIKULUM 2013 ANTARA MTS NEGERI SIDOARJO DAN SMP ISLAM

BRAWIJAYA KOTA MOJOKERTO

SKRIPSI

Oleh:

VAVICHA CHOIRUN NISA NIM. D03212057

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM 2016


(2)

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertan datangan dibawah ini : Nama

NIM Judul

: Vavicha Choirun Nisa :D03212057

: Studi Komparasi Efektifitas Pelaksanaan Kurikulum 2013 antata MTs Negeri Sidoarjo dan SMP Islam Brawijaya Kota Mojokerto

Fakultas

: Tarbiyah Dan Keguruan

Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi yang saya tulis

merupakan hasil karya sendiri bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil tulisan atau pikiran saya sendiri'

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa skripsi ini

hasil jiplakan maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut'

Surabaya, Januari 2016 Yang membuat pernYataan


(3)

Skripsi oleh: Nama

NIM

Judul

PERSETUJUAI[ PEMBIMBING SKRIPSI

: VAVICHA CHOIRUN NISA :D03212057

:STUDI

KOMPARASI EFEKTIFITAS PELAKSANAAAN KURIKULUM 2013 ANTARA MTS NEGERI SIDOARJO DAN

SMP ISLAM BRAWIJAYA KOTA MOJOKERTO

Ini telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan.

Surabaya, 5 januari 201 5 Pembimbing

-il{dr

Ni'matu5 $rolihah. M.As

NrP 1 97308 022009012003


(4)

PENGESAHAN TIM PBNGUJI SKRIPSI

Skripsi oleh Vavicha Choirun Nisa ini telah dipertahankan di depan Tim Penguji Skripsi

Surabaya, 19 Januari 2015

Mengesahkan, Fakultas Tarbiyah danKeguruan

UIN Sunan Ampel Surabaya

Penguji II,

/il\

Drs.Taufik Subtv.

J.ro.,

NM

Penguji III, ?r.g"l+*,1

9")SA9

K$&'n*l.*

161989031003 im Penguji

. 19800627200801 1006

Ni'matus ShUlihah. M.A

NrP. 197308022009012003

Penguji IV

002102011012005


(5)

ABSTRAK

Vavicha Choirun Nisa, D03212057, 2015. Studi Komparasi Efektifitas Pelaksanaan Kurikulum 2013 Antara MTs Negeri Sidoarjo dan SMP Islam Brawijaya Kota Mojokerto Skripsi Program Studi Manajemen Pendidikan Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Ampel Surabaya.

Kata Kunci: Komparasi, Efektifitas, Kurikulum 2013

Skripsi ini meneliti tentang komparasi kurikulum 2013 anatara dua sekolah islam dengan perbedaan satu sekolah berstatus negri dan sekolah yang satu lainnya berstatus swasta yakni MTs Negeri sidoarjo dan SMP Islam Brawijaya Kota Mojokerto. Penelitian ini dilatar belakangi karena seringnya terjadi perubahan kurikulum dari KTSP ke Kurikulum 2013 kemudian ada beberapa sekolah yang harus kembali menggunakan KTSP dalam proses pembelajaran. Dalam kurikulum 2013 sendiri pun sering terdapat perubahan. Dan dengan perbedaan status dan sering adanya perubahan dalam kurikulum, adakah perbedaan dalam efektifitas pelaksanaan kurikulum 2013 antara kedua sekolah tersebut.

Dalam penelitian ini yang menjadi rumusan masalah adalah bagaimana efektifitas pelaksanaan kurikulum 2013 di MTs Negeri Sidorjo, bagaimana efektifitas pelaksanaan kurikulum 2013 di SMP Islam Brawijaya Kota Mojokerto, dan Adakah perbedaan efektifitas kurikulum 2013 antara MTs Negeri Sidoarjo dan SMP Islam Brawijaya Kota Mojokerto.

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas pelaksanaan kurikulum 2013 di MTs Negeri Sidoarjo, kemudian untuk mengetahui bagaimana efektifitas pelaksanaan kurikulum 2013 di SMP Islam Brawijaya Kota Mojokerto, dan yang terakhir adalah apakah ada perbedaan efektifitas kurikulum 2013 antara MTs Negeri Sidoarjo dan SMP Islam Brawijaya Kota Mojokerto.

Untuk mengetahui rumusan masalah pertama dan kedua tersebut, peneliti menggunakan analisis deskriptif, sedangkan untuk menjawab rumusan masalah ketiga, penulis menggunakan rumus T-test Independen.

Setelah peneliti selesai melakukan penelitian, data yang diperoleh peneliti menunjukkan bahwa pelaksanaan kurikulum 2013 di kedua sekolah tersebut cukup baik, dan dengan uji komparasi T-test Independent di ketahui hasilnya (-0.42) dan t tabel (2.576). dengan t hasil < t tabel. Maka tidak ada perbedaan yang signifikan atau ada kesamaan efektifitas kurikulum 2013 antara MTs Negeri Siodarjo dan SMP Islam Brawijaya Kota Mojokerto.


(6)

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PENGESAHAN DOEN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI SEKRIPSI... ... iv

MOTTO ... ... v

PERSEMBAHAN... ... vi

ABSTRAKSI ... ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI... ... x

DAFTAR TABEL... ... xii

DAFTAR LAMPIRAN... ... xiii

BAB I PENDAHULUAN... ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Batasan Masalah ... 7

C. Rumusan Masalah ... 7

D. Tujuan Penelitian ... 8

E. Manfaat Penelitian ... 8

F. Definisi Operasional ... 9

G. Hipotesis ... 11

H. Sistematika Pembahasan ... 11

BAB II KAJIAN TEORI... ... 13

A. Konsep Kurikulum 2013 ... 13

1. Pengertian kurikulum 2013 ... 17

2. Landasan dan dasar-dasar kurikulum 2013 ... 18

3. Prinsip-prinsip pengembangan kurikulum 2013 ... 19

4. Pembelajaran dalam kurikulum 2013 ... 21

5. Penilaian dalam kurikulum 2013... 28

B. Efektifitas pelaksanaan kurikulum 2013 ... 34


(7)

2. Pelaksanaan kurikulum 2013 dengan pendekatan saintifik ... 44

3. Metode pembelajaran yang sejalan dengan kurikulum 2013 ... 54

BAB III METODE PENELITIAN ... 62

A. Lokasi penelitian ... 62

B. Jenis penelitian ... 62

C. Variabel penelitian ... 63

D. Rancangan penelitian ... 64

E. Populasi dan sampel ... 64

F. Teknik pengumpulan data ... 68

G. Validitas dan reabilitas ... 71

H. Teknik analisis data ... 73

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN... 77

A. Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 77

1. MTs Negeri Sidoarjo ... 77

2. SMP Islam Brawijaya ... 82

B. Penyajian data hasil interwiew... 90

1. MTs Negeri Sidoarjo ... 90

2. SMP Islam Brawijaya ... 92

C. Penyajian data hasil angket ... 98

1. MTs Negeri Sidoarjo ... 102

2. SMP Islam Brawijaya ... 108

D. Analisis data ... 111

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 116

DAFTAR PUSTAKA ... 117 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(8)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Pendidikan dalam pembukaan undang-undang dasar 1945 seperti kutipan berikut ini” kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa indonesia dan seluruh tumpah darah indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial”.1 Dari kutipan tersebut dijelaskan bahwa ukuran utama bagi keberhasilan pemerintah negara indonesia sebagai digariskan oleh para pendiri Republik Indonesia salah satunya adalah cerdasnya kehidupan bangsa yang dapat dicapai dengan pendidikan.2

Sebagai warga negara indonesia kita patut bangga karena indonesia adalah salah satu dari tidak banyak negara yang memasukkan ketentuan tentang pendidikan dalam UUD. Hal ini dilakuakan karena para pendiri Republik yakin bahwa misi membangun negara bangsa indonesia yang cerdas kehidupannya, yaitu yang modern, maju, dan demokratis hanya dapat dilakuakan melalui

1

Pembukaan UUD 1945 2

Forum mangunwijaya, Kurikulum yang Mencerdaskan (Visi 2030 dan pendidikanalternatif),(Jakarta : Kompas, 2007), h.4


(9)

2

pendidikan. inilah makna amanat “Mencaerdaskan kehidupan bangsa” yang tampaknya kurang dipahami.3

Pasal 31 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan agar pemerintah menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional. Ketentuan ini terkait dengan cita-cita mencerdaskan kehidupan bangsa serta meningkatkan kesejahteraan umum, dan dapat diperolehnya pekerjaan dan kehidupan yang layak bagi kemanusiaan.

Pendidikan merupakan suatu hal penting bagi pembentukan watak dan peradaban suatu bangsa bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Dimana bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Pendidikan juga memegang peran penting dalam mengembangkan potensi sumber daya manusia secara optimal, karena pendidikan merupakan sarana investasi untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan keahlian untuk bekal hidup manusia sesuai dengan kebutuhan zaman agar tidak terjadi kesenjangan antara realitas dan idealitas. Hal ini sesuai dengan pengertian pendidikan yakni segala usaha dan pembawaan diri generasi tua untuk mengalihkan pengalamanya, pengetahuannya, kecakapannya serta keterampilannya kepada generasi muda untuk memungkinkan melakukan

3

Ibid,, h. 11


(10)

3

fungsi hidupnya dalam pergaulan bersama dengan sebaik-baiknya.4 Dalam pendidikan itu sendiri akan berhasil apabila adanya suatu sistem pendidikan yang baik dan cocok untuk diterapkan pada pendidikan di Indonesia dengan bermacamnya suku bangsa dan budaya.

Salah satu komponen penting dari sistem pendidikan tersebut merupakan kurikulum, karena kurikulum merupakan komponen pendidikan yang dijadikan acuan oleh setiap satuan pendidikan, baik oleh pengelola maupun penyelenggaara, khususnya oleh guru dan kepala sekolah. Oleh karena itu, sejak indonesia memiliki kebebasan untuk menyelenggarakan pendidikan bagi anak bangsanya, sejak itu pula pemerintah menyusun kurikulum. Dalam hal ini, kurikulum dibuat oleh pemerintah pusat secara sentralistik, dan diberlakukan bagi seluruh anak bangasa di seluruh tanah air indonesia.5

Dalam sistem pendidikan kurikulum merupakan sebuah program atau rencana pembelajaran, tidaklah hanya berisi tentang program kegiatan, namun juga berisi tentang metode, media, materi dan juga alat evaluasi untuk menunjang pencapaian tujuan tertentu.6 Sedangkan menurut Mimin Haryati kurikulum adalah seperangkat terencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.7

4

A. Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Prespektif Islam (Bandumg: Rosdakarya,1994), h,4

5

E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007) h.4 6

Ali Mudlofir & masyudi ahmad, pengembangan Kurikulum. (Surabaya: PT. Revka petra media, 2009 ) hal: 6

7

Mimin Haryati, Model dan Teknik Penilaian pada Tingkat Satuan Pendidikan, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2008), hlm. 1.


(11)

4

Hal ini menujukkan bahwa kurikulum memiliki banyak fungsi, baik untuk guru, siswa maupun pihak pendidikan lain. Dengan itu, kurikulum merupakan hal pokok dalam pendidikan, sebab kurikulum menunjukkan suatu arah kemana anak didik akan dibawa. Jika desain kurikulum baik kemudian pengimplementasian dan guru sebagai pelaku memahami dengan benar kurikulum, maka akan tercipta suatu mutu pendidikan yang baik dan tercapainya tujuan pendidikan sesuai Undang-Undang dasar 1945.

Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Berdasarkan pengertian tersebut, ada dua dimensi kurikulum, yang pertama adalah rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, sedangkan yang kedua adalah cara yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran. Kurikulum 2013 yang diberlakukan mulai tahun ajaran 2013/2014 yang dapat dikatakan kurikulum baru ini memenuhi kedua dimensi tersebut.

Pada dasarnya kurikulum berfungsi sebagai pedoman atau acuan. Bagi guru, kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan proses pembelajaran. Bagi kepala sekolah dan pengawas kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan supervisi atau pengawasan. 8

8

Toto ruhimat, Kurikulum dan Pembelajaran. ( Jakarta : raja grafindo persada, 2011) h.9


(12)

5

Dalam sejarah perjalanan pendidikan perubahan kurikulum terjadi selama 9 kali. Dengan terakhir perubahan kurikulum pendidikan yakni KBK (kurikulum berbasis kompetensi) 2004 dan KTSP (kurikulum tingkat satuan pendidikan) 2006 kemudian Kurikulum 2013 yang berlaku saat ini. Banyak perbedaan antara kurikulum KBK, KTSP dan Kurikulum 2013 dari silabus, cara mengajar dan banyak hal lain.

Kurikulum yang menjadi tonggak suatu pendidikan di indonesia ini sedang bergejolak. Belum lama kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) diganti dengan kurikulum 2013, mentri pendidikan dan kebudayaan memutuskan untuk pemberhentian diterapkannya kurikulum 2013 yang bahkan belum merata diimplementasikan diseluruh penjuru lembaga pendidikan di indonesia. Penghentian ini ditetapkan bagi sekolah atau lembaga yang telah melaksanakan kurikulum 2013 selama 1 semester yakni sejak tahun ajaran 2013/2014 sekolah tersebut di instruksikan untuk kembali menggunakan KTSP. Kebijakan ini berdampak banyak dalam dunia pendidikan. Banyak guru, kepala sekolah dan bahkan masyarakat yang pro dan kontra pada kebijakan tersebut dengan berbagai alasan yang mempengaruhi keefektifan dari peserta didik dengan berubah-ubahnya kurikulum yang menjadi pijakan sistem belajar mengajar. Sehingga sampai saat ini terdapat beberapa sekolah di Indonesia yang menggunakan kurikulum lama yakni kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP).

Kurikulum 2013 ini merupakan sebuah sistem baru dengan menekankan pada pendidikan berkarakter untuk anak bangsa. Kurikulum 2013 mempunyai


(13)

6

tujuan untuk mendorong peserta didik atau siswa, mampu lebih baik melakukan observasi, bertanya, bernalar, dan mengkomunikasikan (mempresentasikan) apa yang mereka peroleh atau mereka ketahui setelah menerima materi pelajaran.9

Kurikulum 2013 menjanjikan lahirnya generasi penerus bangsa yang produktif, kreatif, inovatif dan berkarakter. Dengan kreatifitas, anak-anak bangsa mampu berinovasi secara produktif untuk menjawab tantangan masa depan yang semakin rumit dan kompleks.10 Hal tersebut menunjukkan adanya tujuan yang sangat baik dalam kurikulum 2013. Namun, sebuah perencanaan yang baik tidak akan pula menghasilakan hal yang baik apabila dalam pelaksaannya tidak dilakukan dengan baik pula. Keefektifan Kurikulum 2013 ditugaskan kepada guru yang merupakan pengimplementasi kurikulum 2013.

Dengan berubah-ubahnya kurikulum dan beberapa faktor lain apakah kurikulum 2013 ini sudah efektif digunakan dalam kegiatan belajar mengajar di kelas suatu lembaga pendidikan.

Lembaga pendidikan yang digunakan oleh peneliti yakni MTs Negeri sidoarjo merupakan salah satu sekolah negeri di Sidoarjo yang sudah menggunakan kurikulum 2013. Dan SMP Islam Brawijaya Kota Mojokerto yang berstatus swasta terakreditasi A di Kota Mojokerto. Dalam SK Litbang sudah diketahui bahwa lembaga pendidikan ini menerapkan kurikulum 2013. Dengan adanya permaslahan berubah-ubahnya kurikulum, dan untuk

9

E. Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013:Perubahan dan Pengembangan Kurikulum 2013 Merupakan Persoalan Penting dan Genting, hlm. 65.

10

E. Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, (Bandung: PT. Remaja rosdakarya,2013)


(14)

7

mengetahui sejauh mana efektifitas, implementasi Kurikulum 2013 di laksanakan dalam lembaga pendidikan di Indonesia khususnya salah satu sekolah negeri dan swasta di daerah Sidoarjo dan Mojoketo. Dengan perbedaan status sekolah dan juga perbedaan daerah adakah perbedaan dalam efektifitas kurikulum 2013.

Berkaitan dengan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk mengangkat judul penelitian, “Studi Komparasi Efektifitas Pelaksanaan Kurikulum 2013 antara MTs Negeri Sidoarjo dan SMP Islam Brawijaya Kota Mojokerto”

B.Batasan Masalah

Berdasarkan latar Belakang dan rumusan masalah yang sudah dipaparkan diatas. Penulis ingin memberikan batasan masalah dengan fungsi sebagai penyempit obyek yang akan diteliti agar fokus dalam penelitian ini tidak melebar luas. Dalam hal ini yang menjadi tolak ukur dalam pembatasan masalah adalah perbandingan efektifitas kurikulum 2013 dalam ranah proses pembelajaran dikelas menggunakan kurikulum 2013 antara MTS Negeri Sidoarjo dan SMP Islam Brawijaya Kota Mojokerto.

C.Rumusan Masalah

1. Bagaimana efektifitas pelaksanaan kurikulum 2013 di MTs Negeri

Sidoarjo?

2. Bagaimana efektifitas pelaksanaan kurikulum 2013 di SMP Islam


(15)

8

3. Bagaimana perbandingan dan adakah perbedaan efektifitas pelaksanaan kurikulum 2013 di MTs Negeri Sidoarjo dan SMP Islam Brawijaya Kota Mojokerto?

D.Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Untuk mengetahui efetifitas pelaksanaan kurikulum 2013 di MTs Negeri Sidoarjo

2. Untuk mengetahui efektifitas pelaksanaan kurikulum 2013 di SMP Islam Brawijaya Kota Mojokerto

3. Untuk mengetahui bagaimana perbandingan dan adanya perbedaan

pelaksanaan efektifitas kurikulum 2013 di MTs Negeri Sidoarjo dan SMP Islam Brawijaya Kota Mojokerto

E.Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini memiliki kegunaan baik dari segi teoritis maupun dari segi praktis, sehingga dapat bermanfaat bagi semua pihak yang terlibat dalam penelitian:

1. Manfaat Teoritis

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan menjadi pedoman untuk memperkuat teori-teori tentang pengembangan kurikulum dan efektifitas kurikulum sebagai perbaikan di masa depan

2. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti


(16)

9

Dengan adanya penelitian ini akan menambah pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti khususnya yang berkaitan dengan masalah penelitian ini.

b. Bagi Lembaga

1) Bagi Lembaga pendidikan yang diteliti

Untuk Lembaga Pendidikan yang diteliti yakni MTs Negeri Sidoarjo dan SMP Islam Brawijaya Kota Mojokerto sebagai pengukur sejauh mana efektifitas Kurikulum 2013 pada lembaga pendidikan tersebut sehingga dapat diketahui hal-hal yang perlu dipertahankan atau juga diperbaiki dalam implementasi kurikulum 2013 pada lembaga masing-masing.

2) Bagi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Untuk menambah karya ilmiah dan bahan bacaan di perpustakaan UIN Sunan Ampel Surabaya pada umumnya dan Fakultas Tarbiyah pada khususnya. Dan juga sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya dalam bidang Kurikulum 2013.

F.Definisi Operasional

Penelitian ini kami beri judul "Studi komparsi Efektifitas Pelaksanaan Kurikulum 2013 antara MTs Negeri Sidoarjo dan SMP Islam Brawijaya Kota Mojokerto ". Untuk menghindari terjadinya interprestasi yang salah terhadap kata-kata yang ada pada judul tersebut, maka kiranya penulis perlu memberikan istilah yang ada pada judul:


(17)

10

1.Studi Komparasi

Penelitian yang berusaha untuk menemukan persamaan dan perbedaan tentang benda, tentang orang, tentang prosedur kerja, tentang ide, kritik terhadap orang, kelompok, terhadap suatu ide atau suatu prosedur kerja. Dapat juga dilaksanakan untuk maksud membandingkan.11

2.Efektifitas

Efektifitas berasal dari kata "efektif" yang berarti tepat guna atau

berhasil guna.12 Efektifitas membentuk kata yang mengandung arti

ketepatgunaan, menunjang tujuan.13 Juga dikemukakan oleh Saliman

dalam Kamus Pendidikan Pengajaran dan Umum; efektifitas menunjukkan suatu tahapan untuk mencapai tujuan sebagaimana yang diharapkan.14 Jadi, Efektifitas adalah kemampuan melaksanakan tugas, fungsi (operasi kegiatan program atau misi) dari pada suatu organisasi atau sejenisnya yang tidak adanya tekanan atau ketegangan diantara pelaksanaannya.

3. Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 ini merupakan sebuah sistem baru dengan menekankan pada pendidikan berkarakter untuk anak bangsa. Kurikulum 2013 mempunyai tujuan untuk mendorong peserta didik atau siswa, mampu lebih baik melakukan observasi, bertanya, bernalar, dan mengkomunikasikan

11

Anas sujiono, Pengantar Statistik Pendidikan.(Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2010), h.274

12

Pius A. Partanto dan M. Dahlan Al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya : Arkola, 1994), h. 128.

13

Ibid., 128.

14

Saliman, Kamus Pendidikan Pengajaran dan Umum, (Jakarta : Rineka Cipta, 1995), h. 61.


(18)

11

(mempresentasikan) apa yang mereka peroleh atau mereka ketahui setelah menerima materi pelajaran.15

G.HIPOTESIS

Dalam penelitian ini menggunakan hipotesis komparasi yakni pernyataan yang menunjukkan dugaan nilai dalam satu variable atau lebih pada sampel yang berbeda. Dalam hal ini menggunakan uji hipotesis dua pihak. 16

1. H0 : Hipotesis Nol atau Hipotesis Nihil

H0 : µ1 = µ2

(Tidak ada perbedaan /ada kesamaan antara Efektifitas kurikulum 2013 di Mts Negeri 1 Sidoarjo dan SMP Islam Brawijaya Kota Mojokerto)

2. Ha : Hipotesis Kerja atau Hipotesis Alternatif Ha : µ1 ≠ µ2

(Terdapat perbedaan antara Efektifitas kurikulum 2013 di Mts Negeri 1 Sidoarjo dan SMP Islam Brawijaya Kota Mojokerto)

H.SISTEMATIKA PEMBAHASAN

Agar penulisan skripsi ini mudah dipahami dalam tata urutan pembahasannya, maka berikut ini penulis cantumkan sistematika sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN. Pada bab ini berisi langkah-langkah penelitian yang berkaitan dengan rancangan pelaksanaan penelitian secara umum. Yang terdiri dari: Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan

15

E. Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013:Perubahan dan Pengembangan Kurikulum 2013 Merupakan Persoalan Penting dan Genting, hlm. 65.

16

Dr. sugiyono.statistika untuk penelitian. (Bandung : , Alfabeta Bandung, 2011), h.88


(19)

12

Penelitian, Manfaat Penelitian, Definisi Operasional, Kajian Terdahulu, Hipotesisa, dan Sistematika Pembahasan

BAB II : KAJIAN TEORI. Pada bab ini berisi landasan teori yang diperoleh dari hasil telaah dari berbagai pustaka, yakni mengenai Kurikulum 2013.

BAB III : METODE PENELITIAN. Pada bab ini akan membahas tentang metode yang digunakan untuk penelitian skripsi ini. Di bab ini akan menguraikan tentang lokasi penelitian, jenis penelitian, variabel penelitian, rancangan penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, uji validitas dan reabilitas, serta teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini.

BAB IV : LAPORAN HASIL PENELITIAN. Pada bab ini berisi tentang paparan sejumlah data empiris yang diperoleh melalui studi lapangan, yang meliputi: Gambaran umum obyek penelitian, penyajian data hasil interview, penyajian data hasil angket, dan analisis data.

BAB V : PENUTUP. Pada bab terakhir ini berisi kesimpulan dari penelitian yang dilakukan dan saran-saran. Yang diikuti dengan daftar pustaka serta lampiran-lampirannya.


(20)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Konsep Kurikulum 2013

Dalam menyesuaikan pendidikan banyak hal yang harus diperhatikan diantaranya, kebijakan pemerintah yang memihak kepada masyarakat, anggaran dana pendidikan yang jelas. Peningkatan profesionalisme guru, sarana, dan prasarana yang memadai serta kurikulum yang matang dan mudah diakses oleh seluruh pelaksana pendidikan di berbagai satuan pendidikan.

Beberapa hal diatas, dalam proses pendidikan kurikulum memainkan peran yang sangat penting dalam mewujudkan generasi yang handal, kreatif, inovatif, dan menjadi pribadi yang bertangguang jawab. Ibarat tubuh, kurikulkum merupakan jantungnya pendidikan. kurikukum menentukan jenis dan kualitas pengetahuan dan pengalaman yang memungkinkan orang atau seseorang mencapai kehidupan dan penghidupan yang lebih baik.1

Dalam buku kurikulum yang mencerdaskan terdapat empat pilar pendidikan UNESCO sebagai berikut:

a. Learning to know

1

Mida latifatul m, Kupas tuntas kurikulum 2013, (kata pena: 2013) h.110


(21)

14

Suatu proses pembelajaran yang memungkinkan peserta didik menghayati dan akhirnya dapat merasakan dan dapat menerapkan cara memperoleh pengetahuan, suatu proses yang memungkinkan tertanamnya sikap ilmiah yaitu sikap ingin tahu dan selanjutnya menimbulkan rasa mampu untuk selalu mencari jawaban atas masalah yang dihadapi secara ilmiah.2

Artinya siswa memiliki pemahaman dan penalaran yang bermakna terhadap produk dan proses pendidikan (apa,bagaimana, dan mengapa) yang memadai. Dalam pembelajaran misalnya, siswa diharapkan memahami secara bermakna fakta, konsep, prinsip, hukum, teori, model, idea , dan hubungan antar idea tersebut; dan alasan yang mendasarinya, serta menggunakan idea itu untuk menjelaskan dan memprediksi proses-proses berikutnya. b. Learning to do

Sasaran dari diterapakan pilar ini adalah lahirnya generasi muda yang dapat bekerja secara cerdas dengan memanfaatkan iptek. Hal ini sesuai dengan pandangan whitehead, 90 tahun yang lalu, yang memandang bahwa tujuan akhir dari upaya pendidikan adalah penguasaan seni menggunakan ilmu pengetahuan. Artinya siswa memiliki keterampilan dan dapat melaksanakan proses pembelajaran yang memadai untuk memacu peningkatan perkembangan intelektualnya.

2

Forum mangunwijaya, Kurikulum yang Mencerdaskan (Visi 2030 dan pendidikan alternatif) ,(Jakarta : Kompas, 2007), H.22


(22)

15

Learning to do adalah balajar atau berlatih menguasai keterampilan dan kompetensi kerja. Sejalan dengan tuntutan perkembangan industri dan perusahaan, maka keterampilan dan kompetisi kerja ini, juga berkembang semakin tinggi, tidak hanya pada tingkat keterampilan, kompetensi teknis atau operasional, tetapi sampai dengan kompetensi profesional. Karena tuntutan pekerjaan didunia industri dan perusahaan terus meningkat, maka individu yang akan memasuki dan/atau telah masuk di dunia industri dan perusahaan perlu terus bekarya. Mereka harus mampu doingmuch (berusaha berkarya banyak).

c. Learning to live together

Kemajuan dunia dalam bidang iptek dan ekonomi yang mengubah dunia menjadi desa global ternyata tidak menghapus konflik antara manusia yang selalu mewarnai sejarah umat manusia. Yang terjadi akhir-akhir ini malah sebaliknya yaitu terjadinya konflik antar manusia yang didasarkan atas prasangka, baik antar ras, antar suku, antar agama dan antar si kaya dan si miskin, dan juga antar negara. Padahal sejak berakhirnya perang dunia II berbagai deklarasi untuk menjadi dasar konflik seperti HAM, piagam PBB diadakan. Untuk itu dengan pendidikan diharapkan hal tersebut tidak terjadi lagi. Artinya dalam kehidupan kita tidak hanya berinteraksi dengan beraneka kelompok etnik, daerah, budaya, ras, agama, kepakaran, dan profesi, tetapi hidup


(23)

16

bersama dan bekerja sama dengan aneka kelompok tersebut. Agar mampu berinteraksi, berkomonikasi, bekerja sama dan hidup bersama antar kelompok dituntut belajar hidup bersama. Tiap kelompok memiliki latar belakang pendidikan, kebudayaan, tradisi, dan tahap perkembangan yang berbeda, agar bisa bekerjasama dan hidup rukun, mereka harus banyak belajar hidup bersama, being sociable (berusaha membina kehidupan bersama)

d. Learning to be

Tiga pilar yaitu learning to know, learning to do, learning to live together ditunjukkan bagi lahirnya generasi muda yang mempu mencari informasi dan atau menemukan ilmu pengetahuan, yang mampu melaksanakan dalam memecahkan masalah secara cerdas.

Manusia yang seluruh aspek kepribadiannya berkembang secara optimal dan seimbang, baik aspek intelektual, emosi, sosial, fisik, maupun moral. Untuk mencapai sasaran demikian individu dituntut banyak belajar mengembangkan seluruh aspek kepribadiannya. Sebenarnya tuntutan perkembangan kehidupan global, bukan hanya menuntut berkembangnya manusia secara menyeluruh dan utuh, tetapi juga manusia utuh yang unggul. Untuk itu mereka harus berusaha banyak mencapai keunggulan (being excellence). Keunggulan diperkuat dengan moral yang kuat. Individu-individu global harus berupaya bermoral kuat atau being morally. Artinya siswa dapat menghargai atau mempunyai


(24)

17

apresiasi terhadap nilai-nilai dan keindahan akan produk dan proses pendidikan , yang ditunjukkan dengan sikap senang belajar, bekerja keras, ulet, sabar, disiplin, jujur, serta mempunyai motif berprestasi yang tinggi dan rasa percaya diri. Aspek-aspek di atas mendukung usaha siswa meningkatkan kecerdasan dan mengembangkan keterampilan intelektual dirinya secara berkelanjutan.

1. Pengertian kurikulum 2013

Kurikulum adalah rencana tertulis tentang kemampuan yang harus dimiliki berdasarkan standar nasional, materi yang perlu dipelajari dan pengalaman belajar yang harus dijalani untuk mencapai kemampuan tersebut, dan evaluasi yang perlu dilakukan untuk menentukan tingkat pencapaian kemampuan peserta didik, serta seperangkat peraturan yang berkenaan dengan pengalaman belajar peserta didik dalam mengembangkan potensi dirinya pada satuan pendidikan.3

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaran kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. 4

Kurikulum 2013 merupakan serentetan rangkaian penyempurnaan terhadap kurikulum yang telah dirintis tahun 2004 yang berbasis kompetensi lalu diteruskan dengan kurikulum 2006 (KTSP). Dalam

3

Oemar hamlik, Manajemen Pengembangan Kurikulum,(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), h.91

4

Rusman, Manajemen Kurikulum, (Jakarta: PT RajaGrafindo, 2012) h,3


(25)

18

pemaparannya, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Prof. Ir. Muhammad Nuh, menegaskan bahwa kurikulum 2013 lebih ditekankan pada kompetensi dengan pemikiran kompetensi berbasis sikap, keterampilan, dan pengetahuan.

2. Landasan atau dasar-dasar kurikulum 2013

Pengembangan kurikulum 2013 dilandasi secara filosofis, yuridis dan konseptual sebagai berikut:5

a. Landasan Filosafis

Landasan filosofis dalam pengembangan kurikulum menentukan kualitas peserta didik yang akan dicapai kurikulum, sumber dan isi kurikulum, proses pembelajaran, posisi peserta didik, penilaian hasil belajar, hubuangan peserta didik dengan masyarakat dan lingkungan alam di sekitarnya.

Kurikulum 2013 dikembangkan dengan landasan filosofis yang memberikan dasar bagi pengembangan seluruh potensi peserta didik menjadi manusia indonesia yang berkualitas yang tercantum dalam tujuan pendidikan nasional.

1)Filosofis pancasila yang memberikan berbagai prinsip dasar dalam pembangunan pendidikan

2)Filosofis pendidikan yang berbasis pada nilai-nilai luhur, nilai akademik, kebutuhan peserta didik, dan masyarakat

b. Landasan Yuridis

5

E. Mulyasa, pengembaagan dan Implementasi Kurikulum 2013, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2015), h. 64


(26)

19

1)RPJMM 2010-2014 sektor pendidikan, tentang perubahan

metodologi pembelajaran dan penataan kurikulum

2)PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

3)INPRES Nomor 1 Tahun 2010, tentang percepatan pelaksanaan

prioritas pembangunan nasional, penyempurnaan kurikulum dan metode pembelajaran aktif berdasarkan nilai-nilai budaya bangsa untuk membentuk daya saing dan karakter bangsa

4)Peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang standar

nasional pendidikan sebagaiamana telah diubah dengan peraturan pemerintah nomor 32 tahun 2013 tentang perubahan atas peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan. 6

c. Landasan Konseptual

1)Relevansi Pendidikan (link and match) 2)Kurikulum berbasis kompetensi dan karakter

3)Pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning) 4)Pembelajaran aktif (Student active learning)

5)Penilaian yang valid, utuh, dan menyeluruh

3. Prinsip-prinsip pengembangan kurikulum 2013

Sesuai dengan kondisi negera, kebutuhan masyarakat, dan berbagai perkembangan serta perubahan yang sedang berlangsung dewasa ini, dalam pengembangan kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan

6

Permendikbud no 68 tahun 2013 tentang kurikulum 2013.


(27)

20

kompetensi perlu memperhatikan dan mempertimbangakan prinsip-prinsip sebagai berikut:7

a. Pengembangan kurikulum dilakukan mengaju pada standar nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional

b. Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan

dikembangakan dengan prinsip sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik

c. Mata pelajaran merupakan wahana untuk mewujudkan pencapaian

kompetensi

d. Standar Kompetensi Lulusan dijabarkan dari tujuan pendidikan

nasional dan kebutuhan masyarakat, negara, serta perkembangan global.

e. Standar isi dijabarkan dari standar kompetensi lulusan f. Standar proses dijabarkan dari standar isi

g. Standar penilaian dijabarkan dari standar kompetensi lulusan, standar isi dan standar proses

h. Standar kompetensi lulusan di jabarkan dalam kompetensi inti

i. Kompetensi inti dijabarkan ke dalam kompetensi dasar yang

dikontekstualisasikan dalam suatu mata pelajaran.

j. Kurikulum satuan pendidikan dibagi menjadi kurikulum tingkat

nasional, daerah, dan satuan pendidikan. tingkat nasional dikembangkan oleh pemerintah, tingkat daerah dikembangakan oleh

7

Kementrian Pendiidkan dan Kebudayaan, Kerangka Dasar Perubahan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, (Jakarta: Bilitbang Kemendikbud, 2013), h 81


(28)

21

pemerintah daerah dan tingkat satuan pendidikan dikembangkan oleh satuan pendidikan.

k. Proses pembelajaran diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenagkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberi ruang yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik

l. Penilaian hasil belajar berdasarkan proses dan produk.

m. Proses belajar dengan pendekatan ilmiyah (scientific approach)

4. Pembelajaran dalam kurikulum 2013

Pembelajaran dalam menyukseskan implementasi kurikulum 2013 merupakan keseluruhan proses belajar, pembentukan kompetensi, dan karakter peserta didik yang direncanakan. Untuk kepentingan tersebut, kompetensi inti, kompetensi dasae, materi standar, indikator hasil belajar, dan waktu yang diperlukan harus ditetapkan sesuai dengan kepentingan pembelajaran sehingga peserta didik diharapkan memperoleh kesempatan dan pengalaman belajar yang optimal. Dalam hal ini, pemebalajaran pada hakikatnya adalah Pembelajaran adalah proses interaksi antarpeserta didik, antara peserta didik dengan tenaga pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik. 8

8

Permendikbud no 103 tahun 2014


(29)

22

Pembelajaran merupakan suatu proses pengembangan potensi dan pembangunan karakter setiap peserta didik sebagai hasil dari sinergi antara pendidikan yang berlangsung di sekolah, keluarga dan masyarakat. Proses tersebut memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi mereka menjadi kemampuan yang semakin lama semakin meningkat dalam sikap (spiritual dan sosial), pengetahuan, dan keterampilan yang diperlukan dirinya untuk hidup dan untuk bermasyarakat, berbangsa, serta berkontribusi pada kesejahteraan hidup umat manusia. pembelajaran ditujukan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif, serta mampu berkontribusi pada kehidupan masyarakat, berbangsa, bernegara, dan berperadaban dunia.

Peserta didik adalah subjek yang memiliki kemampuan untuk secara aktif mencari, mengolah, mengkonstruksi, dan menggunakan pengetahuan. Untuk itu pembelajaran harus berkenaan dengan kesempatan yang diberikan kepada peserta didik untuk mengkonstruksi pengetahuan dalam proses kognitifnya. Agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, peserta didik perlu didorong untuk bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, dan berupaya keras mewujudkan ide-idenya.9

9

Ibid,, h,3


(30)

23

Untuk mencapai kualitas yang telah dirancang dalam dokumen kurikulum, kegiatan pembelajaran perlu menggunakan prinsip sebagai berikut: 10

a. peserta didik difasilitasi untuk mencari tahu; b. peserta didik belajar dari berbagai sumber belajar; c. proses pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah; d. pembelajaran berbasis kompetensi;

e. pembelajaran terpadu;

f. pembelajaran yang menekankan pada jawaban divergen yang memiliki kebenaran multi dimensi;

g. pembelajaran berbasis keterampilan aplikatif;

h. peningkatan keseimbangan, kesinambungan, dan keterkaitan antara

hard-skills dan soft-skills;

i. pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan

peserta didik sebagai pembelajar sepanjang hayat;

j. pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan (ing ngarso sung tulodo), membangun kemauan (ing madyo mangun karso), dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran (tut wuri handayani);

k. pembelajaran yang berlangsung di rumah, di sekolah, dan di

masyarakat;

10

Ibid,, h.4


(31)

24

l. pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran;

m. pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang budaya peserta didik; dan

n. suasana belajar menyenangkan dan menantang.

Dalam interaksi tersebut banyak sekali faktor yang mempengaruhinya, baik faktor internal yang datang dari dalam diri individu, maupun faktor eksternal yang datang dari lingkungan. Pada umumnya, kegaiatan pemebelajaran mencakup kegiatan awal atau pembukaan, kegaiatan inti, serta kegiatan akhir atau penutup.11

a. Kegiatan Pendahuluan

Dalam kegiatan pendahuluan, guru:

1) mengondisikan suasana belajar yang menyenangkan;

2) mendiskusikan kompetensi yang sudah dipelajari dan

dikembangkan sebelumnya berkaitan dengan kompetensi yang akan dipelajari dan dikembangkan;

3) menyampaikan kompetensi yang akan dicapai dan

manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari;

4) menyampaikan garis besar cakupan materi dan kegiatan yang akan dilakukan; dan

5) menyampaikan lingkup dan teknik penilaian yang akan

digunakan.

11

E. mulyasa,, Op,cit.. h 125


(32)

25

Kegaitan pendahuluan awal atau pembukaan terdiri dari kegiatan pembinaan keakraban dan pretest.

1) Pembinaan keakraban

Pembinaan keakraban perlu dilakukan untuk menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif bagi pembentukan kompetensi peserta didik, sehingga tercipta hubungan yang harmonis anatara guru sebagai fasilitator dan peserta didik serta antara peserta didik dan peserta didik. Dalam hal ini, peserta didik perlu diperlakuakan sebagai individu yang memiliki persamaan dan perbedaan individual.

Tahap pembinaan keakraban ini bertujuan untuk mengkondisikan para peserta didik agar mereka siap melakukan kegiatan belajar. Para peserta didik perlu saling mengenal terlebih dahulu antara yang satu dengan yang lain. saling mengenal merupakan persyaratan tumbuhnya keakraban antara peserta didik dan antara peserta didik dengan sumber belajar (guru/fasilitator). Langkah-langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut:

a) Diawal pertemuan pertama, guru memperkenalkan diri

kepada peserta didik dengan memberi salam, menyebut nama, alamat, pendidikan terakhir dan tugas pokoknya di sekolah.


(33)

26

b) Peserta didik masing-masing memperkenalkan diri dengan memberi salam, menyebut nama, alamat, dan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari, serta mengapa mereka belajar di sekolah ini.

2) Pretes (tes awal)

Setelah pembinanan keakraban, kegaiatan dilakukan dengan pretes. Pretes ini memiliki banyak kegunaan dalam menjajagi proses pembelajarn yang akan dilaksanakan. Oleh karena itu pretes memegang peran penting yang cukup penting dalam proses pembelajaran. Fungsi pretes ini anata lain dapat dikemukakan sebagai berikut:

a) Untuk menyiapkan peserta didik dalam proses belajar,

karena dengan pretes maka pikiran mereka akan terfokus pada soal-soal yang harus mereka jawab.

b) Untuk mengetahui tingkat kemajuan peserta didik

sehubungan dengan proses pembelajaran yang dilakuakan dengan membandingkan hasil pretest dan posttes.

c) Untuk mengetahui kemampuan awal yang telah dimiliki

peserta didik mengenai bahan ajaran yang akan dijadikan topik dalam proses pembelajaran.

d) Untuk mengetahui darimana seharusnya proses

pembelajaran dimulai, tujuan-tujuan mana yang telah dikuasai peserta didik, dan tujuan-tujuan mana yang telah


(34)

27

dikuasai peserta didik, dan tujuan-tujuan mana yang perlu mendapat penekanan dan perhatian khusus.

b. Kegitan inti

Kegiatan inti pembelajaran antara lain mencakup penyampaian informasi, membahas materi standar untuk membentuk kompetensi dan karakter peserta didik, serta melakukan tukar pengalaman dan pendapat dalam membahas materi standar atau memecahkan masalah yang dihadapi bersama. Dalam pembelajaran, peserta didik dibantu oleh guru dalam melibatkan diri untuk membentuk kompetensi dan karakter, serta mengembangkan dan memodifikasi kegiatan pembelajaran.

Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi, yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

Kegiatan inti menggunakan pendekatan saintifik yang disesuaikan dengan karakteristik mata pelajaran dan peserta didik. Guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan proses mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/mencoba, menalar/mengasosiasi, dan mengomunikasikan.


(35)

28

Dalam setiap kegiatan guru harus memperhatikan perkembangan sikap peserta didik pada kompetensi dasar dari KI-1 dan KI-2 antara lain mensyukuri karunia Tuhan, jujur, teliti, kerja sama, toleransi, disiplin, taat aturan, menghargai pendapat orang lain yang tercantum dalam silabus dan RPP.

c. Kegiatan akhir atau penutup Kegiatan penutup terdiri atas:

1) Kegiatan guru bersama peserta didik yaitu: (a) membuat rangkuman/simpulan pelajaran; (b) melakukan refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan; dan (c) memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran; dan

2) Kegiatan guru yaitu: (a) melakukan penilaian; (b)

merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik; dan (c) menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.

5. Penilaian dalam kurikulum 2013

Pelaksanaan penilaian hasil belajar oleh pendidik merupakan wujud pelaksanaan tugas profesional pendidik sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan


(36)

29

Dosen. Penilaian hasil belajar oleh pendidik tidak terlepas dari proses pembelajaran. Oleh karena itu, penilaian hasil belajar oleh pendidik menunjukkan kemampuan guru sebagai pendidik profesional.

Kurikulum 2013 mempersyaratkan penggunaan penilaian autentik (authentic assesment). Secara paradigmatik penilaian autentik memerlukan perwujudan pembelajaran autentik (authentic instruction) dan belajar autentik (authentic learning). Hal ini diyakini bahwa penilaian autentik lebih mampu memberikan informasi kemampuan peserta didik secara holistik dan valid. Penilaian autentik (Authentic Assessment) adalah pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil belajar peserta didik untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Penilaian autentik merupakan proses asesmen yang melibatkan beberapa bentuk pengukuran kinerja yang mencerminkan belajar siswa, prestasi, motivasi, dan sikap yang sesuai dengan materi pembelajaran. 12

a. Teknik dan instrumen penilaian

Teknik dan instrumen yang dapat digunakan untuk menilai kompetensi pada aspek sikap, keterampilan, dan pengetahuan. 1) Sikap

Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk menilai sikap peserta didik, antara lain melalui observasi, penilaian diri, penilaian teman sebaya, dan penilaian jurnal. Instrumen yang

12

Lampiran Permendikbud no 104 tahun 2014


(37)

30

digunakan antara lain daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang disertai rubrik, yang hasil akhirnya dihitung berdasarkan modus.

a) Observasi

Sikap dan perilaku keseharian peserta didik direkam melalui pengamatan dengan menggunakan format yang berisi sejumlah indikator perilaku yang diamati, baik yang terkait dengan mata pelajaran maupun secara umum. Pengamatan terhadap sikap dan perilaku yang terkait dengan mata pelajaran dilakukan oleh guru yang bersangkutan selama proses pembelajaran berlangsung, seperti: ketekunan belajar, percaya diri, rasa ingin tahu, kerajinan, kerjasama, kejujuran, disiplin, peduli lingkungan, dan selama peserta didik berada di sekolah atau bahkan di luar sekolah selama perilakunya dapat diamati guru.

b) Penilaian diri

Penilaian diri digunakan untuk memberikan penguatan (reinforcement) terhadap kemajuan proses belajar peserta didik. Penilaian diri berperan penting bersamaan dengan bergesernya pusat pembelajaran dari guru ke peserta didik yang didasarkan pada konsep belajar mandiri (autonomous learning).


(38)

31

c) Penilaian teman sebaya

atau antarpeserta didik merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk saling menilai terkait dengan pencapaian kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa lembar pengamatan antarpeserta didik. Penilaian teman sebaya dilakukan oleh peserta didik terhadap 3 (tiga) teman sekelas atau sebaliknya. Format yang digunakan untuk penilaian sejawat dapat menggunakan format seperti contoh pada penilaian diri.

d) Penilaian jurnal (anecdotal record)

Jurnal merupakan kumpulan rekaman catatan guru dan/atau tenaga kependidikan di lingkungan sekolah tentang sikap dan perilaku positif atau negatif, selama dan di luar proses pembelajaran mata pelajaran.

2) Penilaian kompetensi pengetahuan a) Tes tulis

Soal tes tertulis yang menjadi penilaian autentik adalah soal-soal yang menghendaki peserta didik merumuskan jawabannya sendiri, seperti soal-soal uraian. Soal-soal uraian menghendaki peserta didik mengemukakan atau mengekspresikan gagasannya dalam bentuk uraian tertulis dengan menggunakan


(39)

32

kata-katanya sendiri, misalnya mengemukakan pendapat, berpikir logis, dan menyimpulkan.

b) Observasi Terhadap Diskusi, Tanya Jawab dan

Percakapan.

Ketika terjadi diskusi, guru dapat mengenal kemampuan peserta didik dalam kompetensi pengetahuan (fakta, konsep, prosedur) seperti melalui pengungkapan gagasan yang orisinal, kebenaran konsep, dan ketepatan penggunaan istilah/fakta/prosedur yang digunakan pada waktu mengungkapkan pendapat, bertanya, atau pun menjawab pertanyaan.

c) penugasan

Instrumen penugasan berupa pekerjaan rumah dan/atau projek yang dikerjakan secara individu atau kelompok sesuai dengan karakteristik tugas.

3) Penilaian kompetensi keterampilan a) Unjuk kerja/kinerja/ praktik

Penilaian unjuk kerja/kinerja/praktik dilakukan dengan cara mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu. Penilaian ini cocok digunakan untuk menilai ketercapaian kompetensi yang menuntut peserta didik melakukan tugas tertentu seperti:


(40)

33

praktikum di laboratorium, praktik ibadah, praktik olahraga, presentasi, bermain peran, memainkan alat musik, bernyanyi, dan membaca puisi/deklamasi. b) Projek

Penilaian projek dilakukan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, sampai pelaporan. Untuk itu, guru perlu menetapkan hal-hal atau tahapan yang perlu dinilai, seperti penyusunan desain, pengumpulan data, analisis data, dan penyiapan laporan tertulis/lisan. Untuk menilai setiap tahap perlu disiapkan kriteria penilaian atau rubik.

c)

Produk

Penilaian produk meliputi penilaian kemampuan peserta didik membuat produk-produk, teknologi, dan seni, seperti: makanan (contoh: tempe, kue, asinan, baso, dan nata de coco), pakaian, sarana kebersihan (contoh: sabun, pasta gigi, cairan pembersih dan sapu), alat-alat teknologi (contoh: adaptor ac/dc dan bel listrik), hasil karya seni (contoh: patung, lukisan dan gambar), dan barang-barang terbuat dari kain, kayu, keramik, plastik, atau logam.


(41)

34

B. Efektifitas Pelaksanaan Kurikulum 2013

Miller dan saller (1985:13) dalam buku rusman menyatakan “in some case, implementation has been identify with instruction..” . demikian

pula Saylor, dkk mengemukakan bahwa “instruction is thus the

implementation of the curriculum plan, usually, but not necessarily, involving teaching in the sense of student teacher interaction in an educational setting”. Pengertian tersebut memberikan pemahaman bahwa kurikulum dalam dimensi kegiatan adalah sebagai manifestasi dari upaya untuk mewujudkan kurikulum yang masih bersifat dokumenter tertulis menjadi aktual dalam serangkaian aktivitas pembelajaran. 13

1. Kunci Sukses Pelaksanaan Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang menjanjikan lahirnya generasi penerus bangsa yang produktif, kreatif, inovatif dan berkarakter. Dengan kreativitas, anak-anak bangsa mampu berinovasi secara produktif untuk menjawab tantangan masa depan yang semakin rumit dan komplekas. Meskipun demikian, keberhasilan kurikulum 2013 dalam menghasilkan insan yang produktif, kreatif dan inovatif, serta dalam merealisasikan tujuan pendidikan nasional untuk membentuk watak dan peradaban bangsa yang bermartabat sangat ditentukan oleh berbagai faktor (kunci sukses). Kunci sukses tersebut antara lain berkaitan dengan kepemimpinan kepala sekolah, kreativitas guru, aktivitas peserta didik, sosialisasi, fasilitas dan sumber belajar,

13

Rusman, Op. Cit,, h.74


(42)

35

lingkungan yang kondusif akademik dan juga partisipasi warga sekolah.

a. Kepemimpinan kepala sekolah

Kepemimpinan kepala sekolah bertugas dalam mengoordinasikan, menggerakkan, dan menyelaraskan semua sumber daya pendidikan yang tersedia. Kepemimpinan kepala sekolah merupakan salah satu faktor penentu yang dapat menggerakkan semua sumber daya sekolah untuk dapat mewujudkan visi, misi, tujuan dan sasaran sekolah melalui program-program yang dilaksanakan secara terencana dan bertahap. Oleh karena itu dalam menyukseskan implementasi kurikulum 2013 diperlukan kepala sekolah yang mandiri, profesional dengan kemampuan manajeman serta kepemimpinan yang tangguh, agar mampu mengambil keputusan dan prakarsa untuk meningkatkan mutu sekolah. Kepemimpinan kepala sekolah diperlukan, terutama untuk memobilisasi sumber daya sekolah dalam kaitannya dengan perencanaan dan evaluasi program sekolah, pembelajaran, pengelolaan ketenagaan, sarana dan sumber belajar, keuangan, pelayanan siswa, serta hubungan sekolah dengan masyarakat.14

b. Kreativitas guru

14

E. Mulyasa, pengembaagan dan Implementasi Kurikulum 2013, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2015), h. 39-40


(43)

36

Guru merupakan faktor penting yang besar pengaruhnya , bahkan sangat menentukan berhasil-tidaknya dalam belajar. Terkait dengan peran guru dalam implementasi kurikulum, ada pernyataan menarik dari mantan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan RI Fuad Hasan, “Sebaik apapun kurikulum jika tidak dibarengi oleh guru yang berkualitas, maka semuanya akan sia-sia. Sebalikanya, kurikulum yang kurang baik akan dapat ditopang oleh guru yang berkualitas”. 15

Tugas guru tidak hanya menyampaikan informasi kepada peserta didik, tetapi harus kreatif memberikan layanan dan kemudahan belajar kepada seluruh peserta didik, agar mereka dapat belajar dalam suasana yang menyenagkan, gembira, penuh semangat, tidak cemas, dan berani mengungkapkan pendapat secara terbuka merupakan modal dasar bagi peserta didik untuk tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang siap beradaptasi, menghadapi berbagai kemungkinan dan memasuki era globalisasi yang penuh berbagai tantangan.16

Agar implementasi kurikulum 2013 berhasil memperhatikan perbedaan individual peserta didik, guru perlu memperhatikan perbedaan individu peserta didik, guru perlu memperhatikan hal-hal berikut:17

15

Imas kurniasih & Berlin sani, Sukses Mengimplementasikan Kurikulum 2013 (memahami berbagai aspek dalam kurikulum 2013), (:Kata Pena, 2014), h. 13)

16

E. Mulyasa,Op.Cit,, h. 42

17

.Ibid,, h.43


(44)

37

1) Menggunakan metode yang bervariasi.

2) Memberikan tugas yang berbeda bagi peserta didik.

3) Mengelompokkan peserta didik berdasarkan kemampuannya,

serta disesuaikan dengan mata pelajaran.

4) Memodifikasi dan memperkaya bahan pelajaran.

5) Menghubungi spesialis, bila ada peserta didik yang mempunyai kelainan.

6) Menggunakan prosedur yang bervariasi dalam membuat

penilaian dan laporan.

7) Memahami bahwa peserta didik tidak berkembang dalam

kecepatan yang sama.

8) Mengembangkan situasi belajar yang memungkinkan setiap

anak bekerja dengan kemampuan masing-masing pada setiap pelajaran

9) Mengusahakan keterlibatan peserta didik dalam berbagai

kegiatan pembelajaran.

Beberapa hal yang perlu dimiliki guru, untuk mendukung implementasi kurikulum 2013 antara lain sebagai berikut:18

1) Mengetahui dan memahami kompetensi inti dalam

hubungannya dengan kompetensi lulusan

2) Menyukai apa yang diajarkannya dan menyenangi mengajar

sebagai suatu profesi.

18

Ibid,, h. 44


(45)

38

3) Memahami peserta didik, pengalaman, kemampuan, dan

prestasinya.

4) Menggunakan metode dan media yang bervariasi dalam

mengajar dan membentuk kompetensi peserta didik.

5) Memodifikasi dan mengeliminasi bahan yang kurang penting bagi kehidupan peserta didik.

6) Mengikuti perkembangan pengetahuan mutakhir. 7) Menyiapkan proses pembelajaran

8) Mendorong peserta didik untuk memperoleh hasil yang lebih baik

9) Menghubungkan pengalaman yang lalu dengan kompetensi dan karakter yang akan dibentuk.

c. Aktivitas peserta didik

Dalam rangka mendorong dan mengembangakan aktivitas peserta didik, guru harus mampu mendisiplinkan peserta didik, terutama disiplin diri (self –discipline). Guru harus mampu membantu peserta didik mengembangkan pola perilakunya, meningkatkan standar perilakunya, dan melaksanakan aturan sebagai alat untuk menegakkan disiplin dalam setiap aktivitasnya. Memperhatikan pendapat Reisman dan Payne (1987: 239-241), dapat dikemukakan 9 strategi dalam mendisiplinkan peserta didik, sebagai berikut:19

19

Ibid,, h.45-47


(46)

39

1) Konsep diri (self-concept), strategi ini menekankan bahwa konsep-konsep diri masing-masing individu merupakan faktor penting dari setiap perilaku. Untuk menumbuhkan konsep diri guru disarankan bersifat empatik, menerima, hangat dan terbuka, sehingga peserta didik dapat mengeksplorasikan pikiran dan perasaannya dalam memecahkan masalah.

2) Keterampilan berkomunikasi (communication skills), guru harus memiliki keterampilan berkomunikasi yang efektif agar mampu menerima semua perasaan dan mendorong timbulnya kepatuhan peserta didik.

3) Konsekuensi-konsekuensi logis dan alami (natural and logical consequences), perilaku- perilaku yang salah terjadi karena peserta didik telah mengembangkan kepercayaan yang salah terhadap dirinya. Hal ini mendorong munculnya perilaku- perilaku salah. Untuk itu, guru disarankan: 1) menunjukkan secara tepat tujuan perilaku yang salah, sehingga membantu peserta didik dalam mengatasi perilakunya dan, 2) memanfaatkan akibat-akibat logis dan alami dari perilaku yang salah.

4) Klasifikasi nilai (values clarification), strategi ini dilakukan untuk membantu peserta didik dalam menjawab pertanyaannya sendiri tentang nilai-nilai dan membentuk sistem nialainya sendiri.


(47)

40

5) Analisis transaksional (transaction analisyis), disarankan agar guru belajar sebagai orang dewasa, terutama apabila berhadapan dengan peserta didik yang menghadapi masalah. 6) Terapi realitas (reality Therapy), sekolah harus berupaya

mengurangi kegagalan dan meningkatkan keterlibatan. Dalam hal ini guru harus bersikap positif dan bertanggung jawab. 7) Disiplin yang terintegrasi (assertive discipline), metode ini

menekankan pengendalian penuh oleh guru untuk mengembangakan dan mempertahankan peraturan. Prinsip-prinsip modifikasi perilaku yang sistematik dimplementasikan dikelas, termasuk pemanfaatan papan tulis untuk menuliskan nama-nama peserta didik yang berperilaku menyimpang.

8) Modifikasi perilaku (behavior modification), perilaku salah disebabkan oleh lingkuangan, sebagai tindakan remidiasi. Sehubungan dengan hal tersebut dalam pembelajaran perlu diciptakan lingkungan yang kondusif.

9) Tantangan bagi disiplin (dare to discipline), guru diharapkan cekatan, sangat terorganisasi, dan dalam pengendalian yang tegas. Pendekatan ini mengasumsikan bahwa peserta didik akan menghadapi berbagai keterbatasan pada hari-hari pertama disekolah, dan guru perlu membiarkan mereka untuk mengetahui siapa yang berada dalam posisi sebagai pemimpin.


(48)

41

Melalui berbagai upaya tersebut diharapkan tercipta iklim yang kondusif bagi implementasi kurikulum 2013, sehingga peserta didik dapat menguasai berbagai kompetensi sesuai dengan tujuan

d. Sosialisai kurikulum 2013

Sosialisasi perlu dilakuakan secara matang kepada berbagai pihak agar kurikulum baru yang ditawarkan dapat dipahami dan diterapkan secara optimal, karena sosialisasi merupakan langkah penting yang akan menunjang dan menentukan keberhasilan perubahan kurikulum. Setelah sosialisasi, kemudian mengadakan musyawarah antara kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan, dan komite sekolah untuk mendapatkan persetujuan dan pengesahan dari berbagai pihak dalam rangka menyukseskan implementasi kurikulum 2013.

e. Fasilitas dan sumber belajar

Dalam pengembangan fasilitas dan sumber belajar, guru di samping harus mampu membuat sendiri alat pembelajaran dan alat peraga, juga harus berinisiatif mendayagunakan lingkungan sekitar sekolah sebagai sumber belajar, misalnya memanfaatkan tumbuh-tumbuhan, keadaan alam, pasar, kondisi sosial, ekonomi, dan budaya kehidupan yang berkembang di masyarakat. Untuk kepentingan tersebut perlu senantiasa diupayakan peningkatan pengetahuan guru dan didorong terus untuk menjadi guru yang


(49)

42

kreatif dan profesional, terutama dalam pengadaan serta pendayagunaan fasilitas dan sumber belajar secara luas, untuk mengembangakan kemampuan peserta didik secara optimal.

Secara umum dapat dikemukakan dua cara memanfaatkan fasiliatas dan sumber belajar dalam menyukseskan implementasi

kurikulum 2013. Pertama, membawa sumber belajar kedalam

kelas. Dari aneka ragam dan bentuknya sumber belajar dapat digunakan dalam proses pembelajaran di dalam kelas, terutama dalam pembentukan kompetensi dasar peserta didik. Kedua,membawa kelas ke lapangan tempat sumber belajar berada. Adakalanya terdapat sumber belajar yang sangat penting dan menunjang tujuan belajar tetapi tidak dapat dibawa dalam kelas karena mengadung resiko yang cukup tinggi, atau memiliki karakteristik yang tidak memungkinkan untuk dibawa ke dalam kelas.20

f. Lingkungan yang kondusif

Lingkungan sekolah yang aman, nyaman dan tertib, optimisme dan harapan yang tinggi dari seluruh warga sekolah, kesehatan sekolah, serta kegiatan-kegiatan yang terpusat pada peserta didikmerupakan iklim yang dapat membangkitkan nafsu, gairah, dan semangatr belajar, sebaliknya iklim belajar yang kurang menyenagkan akan menimbulkan kejenuhan dan rasa bosan.

20

Ibid,, h.52


(50)

43

Iklim belajar yang kondusif-akademik harus ditunjang oleh berbagai fasilitas belajar yang menyenagkan, seperti sarana, laboratorium, pengeturan lingkungan, penampilan dan sikap guru, hubungan yang harmonis antara peserta didik dengan guru dan diantara peserta didik itu sendiri, serta penataan organisasi dan bahan pembelajaran secara tepat, sesuai dengan kemampuan dan perkembangan peserta didik. Iklim belajar yang menyenangkan akan membangkitkan semangat dan menumbuhkan aktivitas serta kreativitas peserta didik. 21

g. Partisipasi warga sekolah

Keberhasilan pendidikan di sekolah sangat ditentukan oleh keberhasilan kepala sekolah dalam memberdayakan seluruh warga sekolah, khususnya tenaga kependidikan yang tersedia. Dalam hal ini, peningkatan produktivitas dan prestasi kerja dapat dilakukan dengan meningkatkan perilaku tenaga kependidikan di sekolah melalui aplikasi berbagai konsep dan teknik menajemen personalia modern.

Tidak hanya itu keterlibatan masyrakat dalam manajemen kurikulum dimaksudkan agar dapat memahami, membantu, dan mengontrol implementasi kurikulum, sehingga lembaga pendidikan atau sekolah selain dituntut untuk kooperatif juga mampu mandiri dalam mengidentifikasi kebutuhan kurikulum, mendesain

21

Ibid,, h.53


(51)

44

kurikulum, menentukan prioritas kurikulum, melaksanakan pembelajaran, menilai kurikulum, mengendalikan serta melaporkan sumber dan hasil kurikulum, baik kepada masyarakat maupun pemerintah.22

2. Pelaksanaan Kurikulum 2013 dengan Pendekatan saintifik a. Pembelajaran dengan pendekatan saintifik

Permendikbud No.65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah telah mengisyaratkan tentang perlunya proses pembelajaran yang dipandu dengan kaidah-kaidah pendekatan saintifik atau ilmiah. Upaya penerapan pendekatan saintifik atau ilmiah dalam proses pembelejaran ini sering disebut-sebut sebagai ciri khas dan menjadi kekuatan tersendiri dari keberadaan kurikulum 2013, yang tentunya menarik untuk dipelajari.

pendekatan saintifik atau pendekatan berbasis proses keilmuan dapat menggunakan beberapa strategi seperti pembelajaran kontekstual. Model pembelajaran merupakan suatu bentuk pembelajaran yang memiliki nama, ciri, sintak, pengaturan, dan budaya misalnya discovery learning, project-based learning, problem-based learning, inquiry learning.

Kurikulum 2013 menggunakan modus pembelajaran langsung (direct instructional) dan tidak langsung (indirect

22

Rusman, Op.Cit,, h.3


(52)

45

instructional). Pembelajaran langsung adalah pembelajaran yang mengembangkan pengetahuan, kemampuan berpikir dan keterampilan menggunakan pengetahuan peserta didik melalui interaksi langsung dengan sumber belajar yang dirancang dalam silabus dan RPP. Dalam pembelajaran langsung peserta didik melakukan kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan

informasi/mencoba, menalar/mengasosiasi, dan mengomunikasikan. Pembelajaran langsung menghasilkan pengetahuan dan keterampilan langsung, yang disebut dengan dampak pembelajaran (instructional effect).

Pembelajaran tidak langsung adalah pembelajaran yang terjadi selama proses pembelajaran langsung yang dikondisikan

menghasilkan dampak pengiring (nurturant effect). Pembelajaran

tidak langsung berkenaan dengan pengembangan nilai dan sikap yang terkandung dalam KI-1 dan KI-2. Hal ini berbeda dengan

pengetahuan tentang nilai dan sikap yang dilakukan dalam proses

pembelajaran langsung oleh mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti serta Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan.

Pengembangan nilai dan sikap sebagai proses pengembangan moral

dan perilaku, dilakukan oleh seluruh mata pelajaran dan dalam setiap kegiatan yang terjadi di kelas, sekolah, dan masyarakat. Oleh karena

itu, dalam proses pembelajaran Kurikulum 2013, semua kegiatan

intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler baik yang terjadi di kelas, sekolah, dan masyarakat (luar sekolah) dalam rangka


(53)

46

mengembangkan moral dan perilaku yang terkait dengan nilai dan sikap. 23

Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemehaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahawa informais bisa berasal dari mana saja, kapan saja tidak bergantung pada informasi searah guru. Oleh karena itu kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahakan untuk mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber melalui observasi,

dan bukan hanya diberi tahu.24 Beberapa karakteristik

pembelajaran dengan metode saintifik: 1) Berpusat pada siswa.

2) Melibatkan keterampilan proses sains dalam mengonstruksi konsep, hukum atau prinsip.

3) Melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam

merangsang perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa.

4) Dapat mengembangkan karakter siswa.

b. Prinsip-prinsip pembelajaran dengan pendekatan saintifik

Beberapa prinsip pendekatan saintifik dalam kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut:

1) Pembelajaran berpusat pada siswa

23

Permendikbud no 103 tahun2014

24

Imas kurniasih & Berlin sani, Op. Cit,, h. 29-30


(54)

47

2) Pembelajaran membentuk students’self concept 3) Pembelajaran terhindar dari verbalisme

4) Pembelajaran memberikan kesempatan pada siswa untuk

mengasilmilasi dan mengakomodasi konsep, hukum, dan prinsip

5) Pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan

berpikir siswa

6) Pembelajaran meningkatkan motivasi belajar siswa dan

motivasi mengajar guru

7) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih

kemampuan dalam komunikasi

8) Adanya proses validasi terhadap konsep, hukum, dan prinsip yang dikonstruksi siswa dalam struktur kognitif

c. Langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan saintifik

Langkah-lagkah pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam proses pembelajaran meliputi menggali informasi melalui pengamatan, bertanya, percobaan, kemudian mengolah data atau informasi, menyajikan data atau informasi, dilanjutkan menganalisis, menalar, kemudian menyimpulkan, dan mencipta. Untuk mata pelajaran, materi atau situasi tertentu, sangat mungkin pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat diaplikasikan secara prosedural. Pada kondisi seperti ini, tentu saja proses pembelajaran harus tetap menerapkan nilai-nilai atau


(55)

48

sifat ilmiah dan menghindari nilai-nilai atau sifat-sifat non ilmiah. Pendekatan saintifik dalam pembelajaran disajikan sebagai berikut:25

1) Mengamati

Kegiatan mengamati dalam pembelajaran dilakukan dengan menempuh langkah-langkah seperti berikut ini.

a) Menentukan objek apa yang akan diobservasi.

b) Membuat pedoman observasi sesuai dengan lingkup objek

yang akan diobservasi.

c) Menentukan secara jelas data-data apa yang perlu diobsevasi, baik primer maupun sekunder.

d) Menentukan di mana tempat objek yang akan diobservasi. e) Menentukan secara jelas bagaimana observasi akan dilakukan

untuk mengumpulkan data agar berjalan mudah dan lancar.

f) Menentukan cara dan melakukan pencatatan atas hasil

observasi, seperti menggunakan buku catatan, kamera, tape recorder, video perekam, dan alat-alat tulis lainnya.

2) Menanya

Guru yang efektif mampu menginspirasi peserta didik untuk meningkatkan dan mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuannya.

Fungsi bertanya:

25

Ibid,, h.38


(56)

49

a) Membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian peserta didik tentang suatu tema atau tpoik pembelajaran.

b) Mendorong dan menginspirasi peserta didik untuk aktif belajar, serta mengembangkan pertanyaan dari dan untuk dirinya sendiri.

c) Mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik sekaligus

menyampaikan ancangan untuk mencari solusinya.

d) Mensrukturkan tugas-tugas dan memberikan kesempatan

kepada peserta didik untuk menunjukkan sikap, keterampilan, dan pemahamannya atas substansi pembelajaran yang diberikan.

e) Membangkitkan keterampilan peserta didik dalam berbicara, mengajukan pertanyaan, dan memberi jawaban secara logis, sistematis, dan menggunakan bahasa yang baik dan benar.

f) Mendorong partisipasi peserta didik dalam berdiskusi,

beragumen, mengembangkan kemampuan berpikir, dan menarik kesimpulan.

g) Membangun sikap keterbukaan untuk saling memberi dan

menerima pendapat atau gagasan, memperkaya kosa kata, serta mengembangkan toleransi sosial dalam hidup berkelompok. h) Membiasakan peserta didik berpikir spontan dan cepat, serta


(57)

50

i) Melatih kesantunan dalam berbicara dan membangkitkan

kemampuan berempati satu sama lain. 3) Mengumpulkan informasi

Kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari bertanya. Kegiatan ini dilakuakan dengan menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Untuk itu peserta didik dapat membaca buku yang lebih banyak, memperhatikan fenomena atau objek yang lebih teliti, atau bahkan melakukan eksperimen.

4) Mengasosiasikan/ Mengolah informasi/ Menalar

Kegiatan mengasosiasi/ mengolah informasi/ menalar dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam permendikbud 81a Tahun 2013, adalah memproses informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/ eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi.

Aktivitas ini juga diistilahkan sebagai kegiatan menalar, yaitu proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-kata empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Aktivitas menalar dalam konteks pembelajaran pada kurikulum 2013 dengan pendekatan ilmiah banyak merujuk pada teori belajar asosiasi atau pembelajaran asosiatif. Istilah asosiasi dalam pembelajaran merujuk pada


(58)

51

kemampuan mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan beragam peristiwa untuk kemudian memasukkannya menjadi penggalan memori.

5) Menarik kesimpulan

Kegiatan menyimpulkan dalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik merupakan kelanjutan dari kegiatan mengolah data atau informasi. Setelah menemukan keterkaitan antar informasi dan menemukan berbagai pola dari keterkaitan tersebut, selanjutnya secara bersama-sama dalam satu kesatuan kelompok, atau individual membuat kesimpulan.

6) Mengkomunikasikan

Pada penekatan saintifik guru diharapkan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengkomunikasikan apa yang telah mereka pelajari. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil tersebut disampaikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta didik atau kelompok peserta didik tersebut.

Adapun kompetensi yang diharapkan dalam kegiatan ini adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangakan kemampuan berbahasa yang baik dan


(59)

52

benar.Pendekatan saintifik meliputi lima pengalaman belajar sebagaimana tercantum dalam tabel berikut.26

Tabel 3.1: Deskripsi Langkah Pembelajaran *)

Langkah Pembelajaran Deskripsi Kegiatan Bentuk Hasil Belajar Mengamati (observing) mengamati dengan

indra (membaca, mendengar,

menyimak, melihat, menonton, dan sebagainya) dengan atau tanpa alat

perhatian pada waktu mengamati suatu objek/membaca suatu tulisan/mendengar suatu penjelasan, catatan yang dibuat tentang yang diamati,

kesabaran, waktu (on task) yang digunakan untuk mengamati

Menanya (questioning) membuat dan mengajukan pertanyaan, tanya jawab, berdiskusi tentang informasi yang belum dipahami, informasi tambahan yang ingin diketahui, atau sebagai

klarifikasi.

jenis, kualitas, dan jumlah pertanyaan yang diajukan peserta didik (pertanyaan faktual, konseptual, prosedural, dan hipotetik)

Mengumpulkan informasi/mencoba (experimenting) mengeksplorasi, mencoba, berdiskusi, mendemonstrasikan, meniru bentuk/gerak, melakukan

jumlah dan kualitas sumber yang dikaji/digunakan, kelengkapan informasi, validitas informasi yang dikumpulkan, dan

26

Lampiran Permendikbud no 103 tahun 2014


(60)

53

eksperimen,

membaca sumber lain selain buku teks, mengumpulkan data dari nara sumber melalui angket, wawancara, dan memodifikasi/ menambahi/mengem-bangkan

instrumen/alat yang digunakan untuk mengumpulkan data.

Menalar/Mengasosiasi (associating) mengolah informasi yang sudah dikumpulkan, menganalisis data dalam bentuk membuat kategori, mengasosiasi atau menghubungkan fenomena/informasi yang terkait dalam rangka menemukan suatu pola dan menyimpulkan

fakta/konsep/teori, menyintesis dan argumentasi serta

kesimpulan keterkaitan antarberbagai jenis

fakta/konsep/teori/ pendapat; mengembangkan interpretasi, struktur baru, argumentasi, dan kesimpulan yang menunjukkan hubungan fakta/konsep/teori dari dua sumber atau lebih yang tidak bertentangan; mengembangkan interpretasi, struktur baru, argumentasi dan kesimpulan dari

konsep/teori/penda-pat yang berbeda dari berbagai jenis sumber.


(61)

54

Mengomunikasikan (communicating)

menyajikan laporan dalam bentuk bagan, diagram, atau grafik; menyusun laporan tertulis; dan

menyajikan laporan meliputi proses, hasil, dan kesimpulan secara lisan

menyajikan hasil kajian (dari mengamati sampai menalar) dalam bentuk tulisan, grafis, media elektronik, multi media dan lain-lain

3. Metode pembelajaran yang sejalan dengan kurikulum 2013

Kurikulum 2013 menganut pandangan dasar bahwa pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke peserta didik. Peserta didik adalah subjek yang memiliki kemampuan untuk secara aktif mencari, mengolah, mengkonstruksi, dan menggunakan pengetahuan. Untuk itu pembelajaran harus berkenaan dengan kesempatan yang diberikan kepada peserta didik untuk mengkonstruksi pengetahuan dalam proses kognitifnya. Agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, peserta didik perlu didorong untuk bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, dan berupaya keras mewujudkan ide-idenya.

Untuk mengimplementasikan kurikulum 2013, yang notabene menitik beratkan pada keaktifan peserta didik atau siswa (student centered approach), maka beberapa model pembelajaran yang dipandang sejalan dan cocok dengan prinsip-prinsip pendekatan


(62)

55

saintifik/ilmiah antara lain model pembelajaran: Discovery Learning, Problem Based Learning, Project Based Learning dan model pembelajaran kooperatif.27

a. Discovery Learning

Strategi pembelajaran ini mempunyai prinsip yang sama dengan inkuiri dan problem solving. Tidak ada perbedaan yang prinsipil pada ketiga istilah ini, pada discovery learning lebih menekankan pada ditemukannya konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak diketahui. Perbedaanya dengan discovery ialah bahwa pada discovery masalah yang diperhadapkan kepada siswa semacam masalah yang direkayasa guru.

Dalam mengaplikasikan metode ini guru berperan sebagai pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar aktif, sebagaimana pendapat guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar yang berorientasi pada guru menjadi berorientasi pada siswa.

1) Karakterstik pembelajaran Discovery learing

a) Belajar diskoveri memberi penekanan pada keakifan siswa, berpusat pada siswa dimana siswa menemukan ide dan mendapatkan maknanya.

27

Ibid,, h.63-64


(63)

56

b) Belajar pemecahan masalah memberikan suatu struktur

untuk diskoveri yang membantu internalisasi belajar dan mengarah kepada pemahaman yang lebih besar.

c) Learning by doing

d) guru berperan sebagai pembimbing e) Peserta didik menjadi problem solver.

f) Peserta didik melakukan berbagai kegiatan: menghimpun informasi, membandingkan, mengategorikan, menganalisis, mengintegrasikan, mereorganisasikan bahan serta membuat kesimpulan-kesimpulan.

g) kegiatan berbentuk eksperimen inductive learning. 2) Langkah-langkah atau sintaks nya adalah sebagai berikut:

a) Stimulation (memberi stimulus). Pada kegiatan ini guru memberikan stimulan, dapat berupa bacaan, atau gambar, atau situasi, sesuai dengan materi pembelajaran/topik/tema yang akan dibahas, sehingga peserta didik mendapat pengalaman belajar mengamati pengetahuan konseptual melalui kegiatan membaca, mengamati situasi atau melihat gambar.

b) Problem Statement (mengidentifikasi masalah). Dari

tahapan tersebut, peserta didik diharuskan menemukan permasalahan apa saja yang dihadapi, sehingga pada


(64)

57

kegiatan ini peserta didik diberikan pengalaman untuk menanya, mencari informasi, dan merumuskan masalah. c) Data Collecting (mengumpulkan data). Pada tahapan ini

peserta didik diberikan pengalaman mencari dan mengumpulkan data/informasi yang dapat digunakan untuk menemukan solusi pemecahan masalah yang dihadapi. Kegiatan ini juga akan melatih ketelitian, akurasi, dan kejujuran, serta membiasakan peserta didik untuk mencari atau merumuskan berbagai alternatif pemecahan masalah, jika satu alternatif mengalami kegagalan.

d) Data Processing (mengolah data). Kegiatan mengolah data akan melatih peserta didik untuk mencoba dan mengeksplorasi kemampuan pengetahuan konseptualnya untuk diaplikasikan pada kehidupan nyata, sehingga kegiatan ini juga akan melatih keterampilan berfikir logis dan aplikatif.

e) Verification (memferifikasi). Tahapan ini mengarahkan

peserta didik untuk mengecek kebenaran atau keabsahan hasil pengolahan data, melalui berbagai kegiatan, antara lain bertanya kepada teman, berdiskkusi, atau mencari sumber yang relevan baik dari buku atau media, serta mengasosiasikannya sehingga menjadi suatu kesimpulan.


(65)

58

f) Generalization (menyimpulkan). Pada kegiatan ini peserta didik digiring untuk menggeneralisasikan hasil simpulannya pada suatu kejadian atau permasalahan yang serupa, sehingga kegiatan ini juga dapat melatih pengetahuan metakognisi peserta didik.

b. Problem based learning

Problem based learning atau pembelajaran berbasis masalah (PBM) merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang peserta didik untuk belajar. Dalan kelas menerapkan pembelajaran berbasisi masalah dunia nyata (real world)

Masalah yang diberikan ini digunakan untuk mengikat peserta didik pada rasa ingin tahu pada pembelajaran yang dimaksud. Masalah diberikan kepada peserta didik, sebelum peserta didik mempelajari konsep atau materi yang berkenaan dengan masalah yang harus dipecahkan

1) Langkah-langkah pembelajaran:

a) Mengorientasi peserta didik pada masalah. Tahap ini untuk memfokuskan peserta didik mengamati masalah yang menjadi objek pembelajaran.

b) Mengorganisasikan kegiatan pembelajaran.


(1)

113

Harga ini kemudian dibandingkan dengan harga F tabel dengan dk pembilang (66-1=65) dan dk penyebut (132-1=131). Berdasarkan dk tersebut dan untuk kesalahan 5%, maka harga F tabel = 1.408834. Ternyata harga F hitung lebih kecil dari pada F tabel (0.097<1.408834). Dengan demikian dinyatakan bahwa varian ke dua kelompok data tersebut adalah homogen. Karena N1 dan N2 tidak sama, tetapi varian homogen, maka pengujian t test menggunakan polled varians sesuai berikut ini

(

)

(

)

(

)

1 2

2 2

1 1 2 2

1 2 1 2

2 2

(

1)

(

1)

1

1

2

28.7

29.21

(132

1)2.5

(66

1)2.8

1

1

132

66

2

132

66

0.51

(131)6.25

(65)7.84

0.007

0.015

196

0.51

818.75

509.6

0.022

196

0.51

1328.35

0.022

196

0.51

6.7

X

X

t

n

s

n

s

n

n

n

n

t

t

t

t

t

=

+

+

+

=

+

+

+

=

+

+

=

+

=

=

(

)

0.51

0.51

0.42

1.21

1.48

7 0.22

t


(2)

114

Hasil hitung analisis komparasi Independent T-Test, ternyata diperoleh t hitung -0,42 maka t hitung dibandingkan dengan t tabel uji dua pihak pada taraf signifikansi 0,01 (1%), sehingga diperoleh dk= N1+N2-2, dk=132+66-2=196.

Dk 196 = 2,60115 dengan demikian t hitung (-0.42) < t tabel (2.60115). ini berarti, H0 diterima dan Ha ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan atau ada kesamaan dalam efektifitas pelaksanaan kurikulum 2013 antara MTs Negeri sidoarjo dan SMP Islam Brawijaya Kota Mojokerto.


(3)

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Dari permasalahan yang ada di skripsi ini, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Berdasarkan penelitian di MTs Negeri Sidoarjo bahwa sekolah ini menggunakan kurikulum 2013 sejak 2014 semester gasal namun harus kembali lagi menggunakan KTSP disemester genap. Dan selanjutnya ditahun 2015 disahkan menggunakan kurikulum 2013. Dalam efektifitas kurikulum di sekolah ini sudah sangat baik. Dalam proses pembelajaran sudah menggunakan pendekatan ilmiah dan setiap guru memiliki cara tersendiri untuk membuat siswa aktif dalam pembelajaran di kelas. RPP sebelum digunakan pun harus menadapatkan persetujuan oleh kepala sekolah.

2. Berdasarkan penelitian di SMP Islam Brawijaya Kota Mojokerto bahwa sekolah ini menggunakan kurikulum 2013 sejak tahun 2013 awal adanya kurikulum 2013 diterapkan. Dalam efektifitas kurikulum 2013 disekolah ini juga sudah sangat baik. Proses pembelajaran sudah menggunakan pendekatan ilmiah dan mengoptimalkan penggunaan teknologi. Terdapat supervsi dalam implementasi kurikulum 2013 bertujuan untuk meningkatkan


(4)

116

3. Berdasarkan hasil uji analisis komparasi T-test didapatkan hasil -0.42 pada uji T-test dengan cara manual tanpa menggunakan aplikasi SPSS. Dengan dk= 198 dapat diketahui t tabel pada taraf signifikansi 0.01 (1 %) uji dua pihak 2.576. Karena nilai t hitung (-0,42) < t tabel (2.576). ini berarti, H0 diterima dan Ha ditolak.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan atau ada kesamaan efektifitas pelaksanaan kurikulum 2013 antara MTs Negeri sidoarjo dan SMP Islam Brawijaya Kota Mojokerto.

B. Saran-saran

Karena Efektifitas kurikulum 2013 anatara MTs Negeri Sidoarjo dan SMP Islam Brawijaya tidak ada perbedaan atau ada kesamaan dan juga kurikulum 2013 dilaksanakan dengan baik dikedua sekolah tersebut, Maka diharapkan kepala sekolah dapat mempertahakan hal tersebut dengan selalu mempertahankan supervisi dalam pelaksanaan kurikulum 2013 baik dari tahap perencanaan pembelajaran, implementasi di dalam kelas, dan juga penilaian. Dan juga untuk bapak dan ibu guru selaku pengimplementasi kurikulum 2013 dapat mengikuti pelatihan atau diklat sehingga lebih mahir dalam implementasi kurikulum 2013.


(5)

117

Daftar Pustaka

Arikunto, Suharsimi. (1993). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis (Edisi Revisi VI) Jakarta : Rineka Cipta

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta

Buging, Burhan. (2010). Metodologi Penelitian Kuantitatif (Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik Serta Ilmu-Ilmu lainnya Edisi Kedua). Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Forum mangunwijaya. ( 2007). Kurikulum yang Mencerdaskan (Visi 2030 dan pendidikan alternatif). Jakarta : Kompas,

Hamlik, Oemar. ( 2006). Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Haryati, Mimin. (2008). Model dan Teknik Penilaian pada Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Gaung Persada Press

Idrus, Muhammad. (2009). Metode Penelitian Ilmu Sosial (Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif) Yogyakarta: Erlangga

Kementrian Pendiidkan dan Kebudayaan. (2013). Kerangka Dasar Perubahan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, Jakarta: Bilitbang Kemendikbud

Kurniasih, Imas & Berlin sani. (2014). Sukses Mengimplementasikan Kurikulum 2013 (memahami berbagai aspek dalam kurikulum 2013). Kata Pena Latifatul, Mida. (2013) Kupas tuntas kurikulum 2013. Kata Pena

Mangunwijaya, Forum. (2007). Kurikulum yang Mencerdaskan (Visi 2030 dan pendidikanalternatif). Jakarta : Kompas

Mudlofir, Ali & masyudi ahmad. (2009 ). pengembangan Kurikulum. Surabaya: PT. Revka petra media

Mulyasa, E. (2007). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya


(6)

118

Noor, Juliansyah. ( 2012). Metodologi Penelitian (Skripsi, Tesis, Disertasi dan Karya Ilmiah). Jakarta:Kencana Prenada Media Group

Partanto, Pius A. (1994) dan M. Dahlan Al-Barry. Kamus Ilmiah Populer. Surabaya : Arkola

Permendikbud no 103 tahun 2014 Permendikbud no 104 tahun 2014

Permendikbud no 68 tahun 2013 tentang kurikulum 2013.

Ruhimat, Toto. (2011) Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : PT. Raja grafindo persada

Rusman. (2012) Manajemen Kurikulum. Jakarta: PT RajaGrafindo

Saliman. (1995). Kamus Pendidikan Pengajaran dan Umum. Jakarta : Rineka Cipta

Sugiyono. (2011). Statistika untuk Penelitian. Bandung : , Alfabeta Bandung Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif,Kualitatif, dan R&D. Bandung :

Alvabeta.

Sujiono, Anas. ( 2010). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada

Tafsir, A. (1994). Ilmu Pendidikan Dalam Prespektif Islam. Bandumg: Rosdakarya