Tunjuk Ajar Melayu (3): Menuntut Ilmu | Karya Tulis Ilmiah

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sun Sep 3 6:53:45 2017 / +0000 GMT

Tunjuk Ajar Melayu (3): Menuntut Ilmu
LINK DOWNLOAD [24.54 KB]
Tunjuk Ajar Melayu (3): Menuntut Ilmu
Dunia yang modern ini bukan lah hal yang perlu dijauhi tapi malah perlu dimasuki oleh seorang Melayu. Ilmu dan teknologi tidak
patut jadi pantangan tapi harus dipelajari dan dimanfaatkan sebaik-baiknya, kecuali ilmu sesat yang dapat membawa keburukan atau
tidak serasi dengan ajaran agama Islam.
Orang tua-tua Melayu menegaskan agar dapat menapis dan menyaring ilmu yang dituntut berdasarkan referensi akidah Islam yang
serasi dengan nilai-nilai luhur budaya dan sosial masyarakat. Dalam tingkat yang paling sederhana, disarakan untuk menuntut ilmu
yang tidak mudarat bagi kehidupan di dunia dan di akhiriat. Tentang hal ini Tenas Effendy, seorang budayawan Riau, menyatakan
dalam bukunya Tunjuk Ajar Melayu dengan ungkapan sebagai berikut:
mencari ilmu dengan ilmu,
meluruskan ilmu dengan iman
kalau mencari ilmu dunia,
luruskan olehmu dengan agama
kalau hidup hendak selamat,
carilah ilmu yang bermanfaat
kalau hidup hendak sentosa,
carilah ilmu yang berfaedah

kalau hidup hendak jadi orang,
menuntut ilmu janganlah kurang
kalau hidup hendak terhormat,
carilah ilmu jauh dan dekat
kalau hidup hendak terpuji,
menuntut ilmu jangan berhenti
kalau hidup hendak bertuah,
menuntut ilmu janganlah lengah.
Akan tetapi dalam menuntut ilmu diingatkan agar seimbang antara pengetahuan dan keimanan. Manusia yang seimbang ini
merupakan seorang manusia yang sempurna yang dalam tradisi Melayu disebut sebagai orang bertuah yang merupakan keinginan
seorang Melayu. Tentang ini diungkapkan:
apa tanda orang bertuah,
sepadan ilmu dengan imannya
apa tanda orang bertuah,
lahir menakah batin sempurna
Dalam menuntut ilmu diwasiatkan agar melakukannya menurut ungkapan berikut:
menuntut ilmu pada yang patut,
mengaji ilmu pada yang terpuji,
belajar pada yang benar,
mencontoh pada yang senonoh,

memakai pada yang sesuai.
Selanjutnya disadari pula bahwa manusia cenderung suka pada kebudayaan asing yang membuka peluang tergerus atau hilangnya
kebudayaan lokal. Orang Melayu yang bersikap terbuka sangat terpapar pada budaya asing yang banyak datang ke negerinya, akan
tetapi senantiasa diingatkan untuk berhati-hati dan pandai menyaring mana yang sesuai dan bermanfaat dan mana pula yang tidak
perlu diterima. Karena budaya Melayu mementingkan kemajuan ilmu dan pengetahuan dalam arti luas maka diingatkan dengan
ungkapan berikut:
kalau hidup hendak senonoh,
banyaklah mencontoh
kalau hidup hendak terpandang,
ambillah ilmu orang
Semoga kita termasuk orang-orang yang kuat mencari ilmu dan memanfaatkannya supaya menjadi orang yang terpandang atau

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 1/6 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sun Sep 3 6:53:45 2017 / +0000 GMT

ditinggikan derajatnya oleh Allah Swt.

TUNJUK AJAR MELAYU, TENTANG ETIKA KERUKUNAN UMAT BERAGAMA
ETIKA PEMBANGUNAN KEHIDUPAN ANTAR UMAT BERAGAMA DI RIAU
wahai saudaraku, dengarlah NASEHAT,
tulus dan ikhlas jadikan azimat
berkorban menolong sesama umat
semoga hidupmu beroleh rahmat
Arti penting pelestarian TUNJUK AJAR MELAYU itu dirasakan manfaatnya oleh masyarakat terutama oleh daerah apalagi setelah
Riau menetapkan Visi Riau 2020 yang menjadikan Riau sebagai pusat kebudayaan Melayu di Asia Tenggara. Bagi masyarakat,
tunjuk ajar itu dapat menjadi filter untuk menangkal arus globalisasi yang memporak-porandakan mentalitas kita, dan berusaha
memisahkan diri kita dengan nilai-nilai agama, juga budaya.
Tunjuk ajar dalam konteks menangkal budaya asing terasa manfaatnya karena perbedaan tradisi antara budaya asing dengan budaya
lokal. Budaya asing yang tidak kontekstual dengan adat dan tradisi kemelayuan, dapat dengan mudah diakses anak jati Riau di
berbagai tekhnologi informasi yang tersedia di banyak lokasi: mulai dari handphone, warnet, atau di rumah sendiri karena jaringan
informasi.
Siapa pun, tak terkecuali anak-anak, dapat dengan leluasa bermain tekhnologi menelusuri situs-situs yang mereka maui. Dan,
penelusran itu dilakukan diluar sepengetahuan orangtua. Dalam kemudahan bertekhnologi ini, kita merasakan betapa tunjuk ajar
yang sarat dengan nilai, berperan membentuk watak dan karaktek, sekaligus menjadi benteng bagi budaya asing yang turut
membentuk kepribadian seseorang.
Dalam pelestarian tunjuk ajar itu, Tenas tak sekedar tempat bertanya. Dia terbilang manusia ''langka'' yang menjadi asset Riau yang
menguasai seluk beluk budaya Melayu. Sosok kemelayuan dan pemikiran-pemikirannya teruji dan diakui oleh siapapun apalagi oleh

manca negara: Malaysia, Singapura, Thailand, Brunai Darussalam, dll. Dan, pengakuan itu diterima Tenas setelah putera kelahiran
Pelalawan ini, menerima gelar honoris causa di bidang kebudayaan dari UKM Melaysia.
Tenas banyak melahirkan buku-buku seputar nilai dan pandangan hidup orang Melayu. Salah satu buku Tenas yang paling
fenomenal adalah Tunjuk Ajar Melayu yang sudah dicetak beberapa kali oleh Pemerrintah Provinsi Riau, dan dijadikan cendramata
resmi pemprov untuk tamu-tamu penting yang berkunjung ke daerah ini.
Pengakuan serupa juga disampaikan mantan Gubernur Riau HM Rusli Zainal yang menyebut Tenas sebagai tonggak kebudayaan
Melayu. Dalam merayakan ulang tahun Tenas ke-75 tahun lalu, RZ pernah mengatakan, ?kalau ada yang bertanya di mana pusat
kebudayaan Melayu di Riau, selayaknya dibawa ke rumah Tenas Effendi. Ini semua untuk menjawab segala keingintahuan siapapun
tentang budaya Melayu.
Tenas tak hanya tunak mengumpulkan tunjuk ajar. Ia sekaligus memahami dan menafsirkan tunjuk ajar, ungkapan, gurindam,
pantun dan syair itu ke dalam bahasa Indonesia yang mudah dimengerti. Ini, misalnya, terlihat dalam ungkapan : ''Ketuku batang
ketakal, duanya batang keladi muyang, kita sesuku dengan seasal kita senenek serta semoyang''. ''Adat bersendikan syarak, syarak
bersendikan kitabullah, adat ialah syarak semata, adat semata Quran dan sunnah, adat sebenar adat ialah Kitabullah dan Sunnah
Nabi, syarak mengata, adat memakai, ya kata syarak, ya kata adat, adat tumbuh dari syarak, syarak tumbuh dari Kitabullah, berdiri
adat karena syarak''.
Ungkapan-ungkapan itu dilahirkan Tenas melalui penelitian yang tunak selama puluhan tahun, dan hasil kajian itu dia bukukan
tanpa meninggalkan bahasa aslinya. Tenas mengaku, selain yang sudah dibukukan masih tersisa ribuan naskah lain yang belum
sempat dicetak. Di manca negara, seperti Malaysia, Thailand, Singapura, Brunai Darussalam, buah pikir Tenas disamping menjadi
rujukan penelitian ilmiah oleh mahasiswa yang ingin menyelesaikan pendidikan di semua strata juga menghiasi berbagai
perpustakaan kampus dan toko-toko buku.

''Yang disebut tunjuk ajar Melayu, menunjuk dengan ilmu, mengajar dengan guru. Yang disebut tunjuk ajar Melayu, menunjuk
kepada yang perlu, mengajar supaya tahu. Kalau duduk, duduk berguru, kalau tegak, tegak bertanya, kalau pergi, mencari ilmu''.
Semoga Allah SWT senantiasa memberi kekuatan dan kesehatan kepada Pak Tenas untuk terus melahirkan nilai-nilai budaya
Melayu.*
?Kebebasan beragama menurut pandangan Islam berarti bahwa setiap agama diakui eksistensinya dan kepada para pemeluknya
diberikan hak sebebas-bebasnya untuk memberlakukan hokum-hukum agama dan pandangan hidupnya, selama tidak bertabrakan
dengan moral dasar manusia dan tidak mengganggu ketertiban umum.?
Banyak bukti sejarah menunjukkan bahwa agama mempunyai peranan besar dalam proses pembangunan suatu bangsa, tetapi tidak
kurang pula bukti-bukti yang menunjukkan bahwa agama dapat pula menjadi faktor disintegratif bagi bangsa lainnya. Agama

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 2/6 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sun Sep 3 6:53:45 2017 / +0000 GMT

memiliki dua dimensi yang kontradiktif satu sama lainnya, proklamator perdamian dan sekaligus konflik-kekerasan (Annemarie
Schimmel). Dalam sekala global, konflik-konflik umat Katolik dan umat Protestan di Irlandia Utara, konflik umat Kristen-Maronit
dan umat Islam di Libanon, konflik berdarah tak pernah henti gerilyawan Muslim Moro dan politik penerintahan Katolik Filipina,

konflik umat Hindu dan umat Islam di India, konflik minoritas Islam Pattani versus mayoritas Budha di Thailand adalah
contoh-contoh mutakhir yang dapat kita simak. Sementara dalam skala global, teror bom atas nama perjuangan Jihad Islam dan
Konflik Islam-Katolik di Ciledug, tangerang, banten, serta sejumlah konflik lain yang hadir sepanjang dasawarsa akhir abad ke-20
dan awal abad ke-21 cukup memperkuat dugaan bahwa agama mengambil posisi di setiap teror dab bentuk-bentuk kekerasan fisik
dan non-fisik.
Oleh karena itu seringkali timbul pertanyaan; bagaimanakah sesungguhnya peranana agama itu dalam proses integrasi suatu bangsa
atau lebih luas lagi, dalam proses pembangunan bangsa tersebut? Berkaitan dengan masalaha ini adalah masalah yang jadi topik
pembahasan kita kali yaitu etika yang bagaimanakah yang kita perlukan untuk membangun kehidupan antar umat beragama dalam
masyarakat kita yang majemuk-pluralistik.
Pluralisme atau kemajemukan masyarakat kita sesungguhnya tidak saja terbatas dalam hal agama, tetapi juga dalam hal suku bangsa,
tradisi dan budaya. Dalam tulisan yang sangat ringkas dan sederhana ini, kita hanya akan membahas etika pembangunan kehidupan
antar umat beragam dari tinjauan awam, berhubung penulis bukanlah seorang teolog maupun sosiolog yang barangkali lebih tepat
untuk membahas masalah ini.
Sudah barang tentu yang dimaksud dengan etika pembangunan kehidupan antar umat beragama dalam tulisan ini adalah ditinjau dari
perspektif doktrinal Islam yang dalam kaitan ini ada empat hal yang harus kita ingat. Pertama, sebagai agama Tauhid, Islam
mengajarkan adanya kesatuan penciptaan (unity of creation). Ayat-ayat Al-Qur'an (59:24; 20:50; dan 87: 1-3) banyak yang
menunjukkan bahwa seluruh makhluk dan alam semesta (universe) diciptakan oleh allah dengan kekuasaan-Nya yang kreatif, dari
?non-existence' atau ?adam ke ?existence' atau wujud. Sifat rububiyat Allah menjamin bahwa Tuhan tidak pernah memutus
hubungan-Nya dengan uinversum yang telah diciptakan-Nya sehingga dalam pandangan Islam seluruh eksistensi merupakan satu
kesatuan di bawah satu kekuasaan yang kreatif, yaitu Tuhan.

Kedua, sebagai agama Tauhid, Islam mengajarkan kesatuan manusia (unity of mankind). Manusia adalah makhluk atau masterpiece
di antara segala makhluk Allah (Al-Qur'an 95:4) dan walaupun terdiri dari berbagai jenis bangsa dan warna kulit, beraneka ragam
dalam bahasa dan agama, manusia memiliki asal yang sama (QS 4:1). Asal-usul manusia yang sama ini memperkuat dorongan untuk
menghilangkan segala bentuk dan manifestasi diskriminasi antar manusia dan menumbuhkan kesadaran bahwa umat manusia
seluruhnya adalah seperti satu keluarga, sebagaimana dikatakan Nabi Muhammad saw. Karena mustahil ada dua Tuhan, maka tidak
mungkin juga ada dua keluarga kemanusiaan. Perbedaan-perbedaan lingkungan geografis dan anthropografis di antara umat manusia
tidak dapat menghilangkan hakekat esensial umat manusia bahwa mereka merupakan satu unitas kemanusiaan.
Ketiga, kesatuan petunjuk (unity of guidance) juga ditekankan oleh Islam sebagai agama tauhid. Kebutuhan dasar manusia
sepanjang sejarah adalah tetap sama, walaupun keperluannya yang tidak bersifat ?basic' dapat mengalamivariasi sesuai waktu dan
lingkungan berbeda-beda. Petunjuk hidup bagi umat manusia diberikan oleh Tuhan lewat para Nabi dan dalam pandangan Islam,
setiap bangsa diberi utusan atau rasul (al-Qur'an 10:47), kendatipun tidak semua rasul atau nabi disebutkan dalam Al-Qur'an, Islam
mengajarkan bahwa setiap bangsa di zaman dulu dalam kurun waktu tertentu pernah diberi rasul oleh Allah dengan membawa pesan
yang sama, yakni agar manusia mengabdi pada Allah dan menjauhi perbuatan jahat (Al-qur'an 16:36).
Secara demikian karena Tuhan hanyalah satu dan hakekat alam semesta hanyalah satu, maka tidak mungkin jika ada lebih dari satu
petunjuk bagi manusia. Syir'ah dan Minhaj sepanjang sejarah dapat bermanifestasi berlain-lainan, akan tetapi hakekat agama itu
sendiri adalah satu.
Keempat, sebagai konsekuensi logis dari ketiga hal di atas, maka bagi umat manusia hanya ada satu tujuan atau makna hidup (unity
of purpose of life), yaitu sebagaimana ditunjukkan misalnya oleh Al-Qur'an 16:36 di atas. Tujuan hidup ini merupakan realisasi
supremasi atau kemahamutlakan Tuhan dan usaha manusia untuk menjahui kejahatan sehingga alam semesta dan manusia bergerak
bersama-sama sesuai Rencana Tuhan.

Pandangan Islam Terhadap Agama lain
Dengan adanya empat kesatuan fundamental seperti diterangkan di atas, yaitu kesatuan penciptaan, keastuan kemanusiaan, kesatuan
petunjuk dan kesatuan tujuan hidup yang kesemuanya bersumber kepada kesatuan Tuhan (tauhidullah), maka seorang manusia
Muslim harus mengetahui dan berusaha merealisasi rencana illahi dan mengabdi kepada Tuhan serta menolong segenap manusia,
makhluk-Nya. Dengan formulasi singkat, seorang manusia Muslim harus berpegang teguh pada agamanya dengan jalan mentaati
peraturan-peraturan Tuhan dan menunjukkan sikap kasih sayang kepada segenap makhluk oleh karena agama pada hakekatnya
merupakan the Code of Selfless service to the whole of divine creation, especially man.

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 3/6 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sun Sep 3 6:53:45 2017 / +0000 GMT

Berdasarkan kesadaran akan tanggungjawab bersama terhadap kesejahteraan manusia, seorang manusia sama sekali tidak boleh
meremehkan agama lain dan tidak mungkin membenci umat lain. Hal ini dengan jelas tampak dari pandangan Al-Qur'an sendiri
yang mendasrkan bahwa manusia Muslim harus memiliki toleransi terhadap eksistensi agama lain dengan melarang adanya paksaan
dalam agama, oleh karena menurut Al-Qur'an sendiri perbedaan antara petunjuk dan kesesatan adalah demikian terang benderang,
dan barangsiapa menolak ?thagut' dan beriman kepada Allah niscaya telah berpegang pada tali yang teguh, yang tidak mengalami

infisham (Al-Qur'an 2: 256). Akan tetapi kata-kata tidak ada paksaan di dalam agama, tidak berarti bahwa Islam mentolerir
praktek-praktek yang bertentangan dengan kemanusiaan dan kebebasan tanpa batas, sekalipun praktek-praktek a-manusiawi itu
dibenarkan oleh suatu keyakinan tertentu. Jadi ?charter of religious liberty' atau piagam kebeabsan beragama dalam Islam bukannya
tanpa batas.
Praktek-praktek yang bertentangan dengan moral dasar dan cenderung merusak ketenangan masyarakat dan keamanan bersama tidak
dapat dibenarkan dengan dalih ?tidak ada paksaan dalam beragama?. Sebagai misal, keharusan seorang janda yang ditinggal mati
suaminya untuk bersedia dibakar bersama jenazah sang suami jelas tidak dapat ditolerir oleh Islam, sekalipun praktek a-manusiawi
ini dibenarkan oleh suatu keyakinan agama tertentu. Demikian juga perjudian dan prostitusi yang tidak diakui di dalam Islam
walaupun mungkin dibenarkan atau ditolerir oleh sementara keyakinan tertentu.
Kebebasan beragama menurut pandangan Islam berarti bahwa setiap agama diakui eksistensinya dan kepada para pemeluknya
diberikan hak sebebas-bebasnya untuk memberlakukan hukum-hukum agam dan pandangan hidupnya (Weltanshaung), sekali lagi,
selama tidak bertabrakan dengan moral dasar manusia dan tidak mengganggu ketertiban umum.
Dalam hubungan antara Islam dengan agama-agama lain, Kristen dan Yahudi mendapatkan tempat khusus dalam Al-Qur'an. Sebagai
ahli kitab, mereka dipanggil oleh al-Qur'an agar bersama kaum muslimin mereka dapat menjalin titik-titik persamaan fundamental,
yaitu keyakinan pada Tuhan Allah Yang Esa, dan ekualitas manusia di hadapan Tuhan di mana tidak ada manusia yang lebih
superior dibandingkan manusia lainnya sehingga tidak dibenarkan adanya ekploitasi manusia atas manusia lainnya.
Ajakan Al-Qur'an sangat logis, mengingat keesaan Tuhan merupakan suatu keyakinan dasar juga bagi ahli kitab. Seandainya ajakan
ini tidak diterima oleh ahli kitab, Islam masih tetap menganjurkan umatnya agar terus melakukan hubungan sosial yang
sebaik-baiknya dengan mereka, makan dan minum bersama mereka, dan bahkan diizinkan mengawini wanita-wanita ahli kitab tanpa
mengahruskan wanita-wanita tersebut memeluk Islam. Kedudukan ahli kitab dalam pandangan Islam memang cukup istimewa

dibandingkan dengan para pemeluk agama lain, mengingat agama Islam adalah lanjutan atau penyempurnaan syari'at yang diobawa
oleh Isa a.s. lewat Kitab Injil dan syari'at yang bibawa oleh Musa a.s. lewat kitab Taurat. Malahan Al-Qur'an menyatakan dengan
jelas bahwa di antara para pemeluk agama Yahudi dan Nasrani serta kaum Shabiin yang benar-benar percaya kepada Allah dan hari
Akhir serta berbuat baik, bagi mereka pahala dari Tuhan, dan mereka tidak perlu merasa takut maupun bersedih (Al-Qur'an 2: 62).
Menurut Al-Qur'an, umat manusia memang berbeda-beda dalam melakukan ajaran agama masing-masing. Akan tetapi mereka yang
yakin pada keesaan Allah dan berbuat kebajikan akan teramsuk ke dalam golongan orang-orang yang selamat.
Ada di antara teolog Muslim sendiri yang merasa kikuk menghadapi pandangan Al-Qur'an yang luas ini.
Para teolog Muslim yang sempit pandangannya ini barangkali khawatir kalau sampai kehilangan monopolinya atas kebenaran.
Pandangan seperti ini banyak menghinggapi orang-orang Yahudi dan Nasrani yang picik pandangan dan selalu ingin mempunyai
posisi monopolistik terhadap kebenaran yang datang dari Tuhan. Al-Qur'an banyak mensinyalir: Dan di antara orang-orang Yahudi
berkata: ?Orang-orang Nashrani tidak berada di jalan yang benar?. Dan orang-orang nashrani berkata : ?Orang-orang Yahudi tidak
di jalan yang benar?. Padahal mereka membaca kitab. Demikian pula orang-orang yang tidak mengetahui, berkata seperti yang
dikatakan mereka. Maka allah memberi keputusan di antara mereka itu pada hari qiyamat tentang apa yang mereka perselisihkan
(Al-Qur'an 2: 113). Dalam hubungan ini ada cerita yang cukup menarik. Lord Headley, ketika meninggalkan agama Nashrani dan
memeluk Islam diberitahu oleh seorang bishop: ?Saudara, saya sangat bersedih melihat saudara memeluk keyakinan yang keliru dan
palsu. Saya gemetaran membayangkan saudara yang akan masuk ke dalam neraka?. Lord Headley menjawab: ?Maaf, justru karena
pandangan picik versi keyakinan anda itulah saya terpaksa meninggalkan agama saya tempo hari.
Anda bilang, saya akan masuk neraka karena saya tidak percaya lagi kepada dogma-dogma anda. Tetapi ketahuilah, Islam yang saya
peluk mengajarkan kepada saya bahwa anda, sebagai orang yang sungguh-sungguh beriman kepada Tuhan dan berbudi baik, tidak
akan masuk neraka. Tuhan yang diajarkan oleh Islam bukanlah Tuhan yang picik pandangan dalam perbedaan-perrbedaan

dogmnatik?. Ceritera kecil ini menunjukkan bahwa Islam mengajarkan pada para pemeluknya suatu sikap yang lapang dada, penuh
toleransi dan penuh simpati serta selalu mencoba ber-empati terhadap agama lain dari para pemeluknya. Lord Headley yang baru
saja masuk Islam sudah memahami posisi Islam yang sangat toleran terhadap agama lain, terutama Yahudi dan Kristen.
Melarang Agresivitas Keagamaan
Islam, sebagai agama universal, memang mendorong umatnya untuk menyebarluaskan ajaran-ajaran Islam kepada siapa saja di

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 4/6 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sun Sep 3 6:53:45 2017 / +0000 GMT

muka bumi ini, akan tetapi metode yang dipakai dan atau diterapkan tidak boleh berada di luar garis-garis yang telah ditetapkan oleh
Al-Qur'an sendiri, yakni dengan Hikmah (Wisdom), Mauidhah (Beautiful Sermous) dan Mujadalah Hasanah (decent and rational
controversy) seperti diterangkan oleh Al-Qur'an 16: 125. Jika terjadi kontroversi keagamaan, manusia memang cenderung
melakukan semacam sinisme dan cenderung menggunakan bahasa vituperatif terhadap objek persembahan dan penghormatan dari
agama lain. Al-Qur'an melarang dengan keras cara-cara yang tidak wajar tersebut. Bahkan seandainya seorang Muslim melihat
praktek-praktek agama atau keyakinan tertentu yang terlalu jauh menyeleweng dari apa yang seharusnya, ia dilarang oleh Al-Qur'an
untuk menggunakan bahasa yang ofensif, oleh karena penggunaan bahasa yang ofensif dan vituperatif dapat memancing fihak lain
melakukan hal yang sama (Al-Qur'an 6: 108). Seorang Muslim cukup mengatakan bahwa ia tidak akan menyembah apa yang
disembah oleh pemeluk agama lain, sebagaimana pemeluk agama lain itu tidak akan menyembah Tuhan orang-orang Muslim
sendiri. Dan setelah itu, masalahnya dianggap selesai, berhubung kompromi dalam hal-hal yang menyangkut ?Ultimate Objects of
Worship? sama sekali tidak diperkenankan dalam Islam. (Al-Qur'an 190: 1-5).
Dengan cara demikian, berarti Islam melarang agresi keagamaan. Dalam sejarah Islam tidak terdapat contoh di mana kaum
Muslimin, ketika mereka berkuasa secara sosial-politik-ekonomi dan menjadi mayoritas, melakukan agresi keagamaan terhadap
umat agama-agama lain yang dikuasainya dan merupakan kelompok minoritas. Tetapi sebaliknya, para pemeluk agama lain malah
memperoleh perlindungan penuh dan malahan dilihat sebagai bagian integral dari masyarakat Muslim sendiri.
Nabi saw memberikan contoh yang jelas, betapa Islam melindungi dan menjaga hak-hak orang Yahudi yang berada dalam naungan
masyarakat Islam. Seperti diriwayatkan di dalam Sirah Ibn Hisham, Piagam Kemerdekaan Beragamayang diberikan oleh Nabi
kepada orang-orang Yahudi mengatakan antara lain: ?Orang-orang Yahudi Bani ?Auf harus dipandang sebagai bagian dari suatu
komunitas bersama-sama dengan komunitas Muslim. Kaum Muslimin harus melindungi mereka dari setiap agresor. Hubungan di
antara mereka haruslah didasarkan atas i'tikad baik dan saling menguntungkan. Sekutu kaum Yahudi akan diperlakukan sebagai
sekutu kaum Muslimin dan siapapun juga yang tertekan, terlepas dari keyakinan agamanya, haruslah ditolong?.
Hal yang sama, dilakukan juga oleh Nabi saw kepada para pemeluk Nashrani lewat Piagam Kemerdekaan Beragama yang berbunyi:
?Kelompok Kristen dari Najran berada di bawah perlindungan Tuhan dan Nabi-Nya. Kehidupan dan kekayaan mereka serta wilayah
mereka dijamin sepenuhnya untuk selalu dihormati dan dilindungi, dan perlindungan ini mencakup juga anak cucu mereka?.
Dari dua contoh yang disebutkan di atas, dapat kita tarik satu pengetahuan penting bahwa Islam melarang keras penggunaan
kekerasan dalam menda'wahkan agama dan sejarah membuktikan bahwa pemeluk agama-agama non-Islam memperoleh kedudukan
yang sangat terhormat dalam masyarakat Muslim.
Sikap Islam yang demikian toleran terhadap keyakinan lain itu didasrkan atas ajaran Islam sendiri yang mengatakan bahwa agama
langit pada asal mulanya bersifat monotheistik, di samping memiliki moralitas dasar (basic morality) yang sama. Setiap bangsa atau
komunitas yang beradab dalam sejarah pasti pernah menerima bimbingan wahyu dari seorang nabi atau rasul, walaupun kemudian
ajaran nabi atau rasul itu mengalami dilusi, distorsi dan korupsi oleh tangan-tangan manusia. Oleh karena itu, di mata seorang
Muslim, kebenaran esensial dan orisinal seluruh agama langit adalah sama. Bahkan Islam mengingatkan para pemeluknya agar tidak
membuat sikap yang diskriminatif terhadap para rasul. Peringatan Al-Qur'an ini dipegang teguh oleh kaum Muslimin, sehingga tidak
mungkin kita jumpai dalam literatur ke-Islaman suatu tulisan yang tidak menghormati semua nabi dan rasul, apalagi
meremehkannya, sementara dalam literatur non-Islam masih saja terdapat tulisan-tulisan yang mencoba men-misinterpretasi
ajaran-ajaran yang dibawanya.
Menghormati Setiap Rumah Ibadah
Sebagai konsekuensi lanjutan dari sikap Islam di atas vis-a-vis agama lain dan para pemeluknya, setiap Muslim tidak saja harus
menghormati, tetapi juga menjaga rumah-rumah peribadatan agama-agama lain, apakah berwujud kloister, gereja, atau sinagog
(Al-Qur'an 22: 40). Proteksi atas rumah-rumah peribadatan oleh Al-Qur'an dipandang sebagai ?usaha menolong Allah?, yakni
sebagai salah satu manifestasi pengabdian pada Tuhan dan pada gilirannya merupakan juga pengabdian pada perdamaian dan
kesejahteraan umat mnausia. Islam mendidik para pemeluknya untuk selalu menyuburkan spirit toleransi terhadap tempat-tempat
peribadatan agama lain yang secara eksplisit mewajibkan para pemeluknya untuk ikut menjaga kelestarian rumah-rumah
peribadatan. Dari agama apa saja, sebagaimana diajarkan oleh Islam.
Dalam pandangan Islam, setiap tempat ibadah yang digunakan untuk mengagungkan nama Allah, terutama masjid Islam,
sesungguhnya tidak bersifat ekslusif, tetapi terbuka lebar bagi setiap orang yang beriman. Malahan pernah terjadi dalam sejarah
Nabi, beliau memperbolehkan orang-orang Nashrani suku Najran melakukan misa suci mereka dalam masjid nabawi, salah satu
masjid yang paling mulia bagi kaum Muslimin. Akan tetapi dalam kesempatan lain Nabi melarang Kaum Muslimin telah merubah
gereja menjadi mesjid, berhubung kemenangan politik dan militer Islam tidak boleh disangkutkan dengan Islamisasi pemeluk agama
lain.

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 5/6 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sun Sep 3 6:53:45 2017 / +0000 GMT

Kerukunan Antar Agama
Berdasarkan beberapa ayat yang kita kutip di atas dan juga dari beberapa contoh di atas dan juga dari beberapa contoh secara
sepintas, bagi Islam kerukunan antar uamt beragama bukanlah sesuatu yang asing sama sekali, oleh karena hidup rukun di antara
para pemeluk azgama yang berlain-lainan merupakan semacam kewajiban keagamaan bagi setiap Muslim. Etik Islam dalam masalah
ini sudah terlalu gamblang dan jelas. Akan tetapi kita memang tidak boleh menutup mata terhadap kenyataan-kenyataan keras yang
kadangkala terjadi di dalam masyarakat kita sebagai akibat hubungan antar agama yang kurang serasi. Bahkan dalam sejarah, kita
juga mengenal perang Salib antara pemeluk Islam, agama perdamaian (religion of peace) dengan para pengikut Jesus, ratunya
perdamaian (prince of peace). Ketika tentara-tentara Salib dari Eropa menyerbu ke negeri-negeri Muslim di Timur Tengah. Di
Indonesia masalah hubungan Islam ? Kristen sangat menentukan ketenangan dan stabilitas politik yang kita dambakan Minoritas
Kristen di negara kita cukup significant (lebih daripada angka 10 %) dan hubungan mayoritas-minoritas dalam masyarakat kita
memang harus kita arahkan pada suatu pola hubungan adil dan serasi.
Saya tidak begitu mengetahui,a pakah juga dalam agama Kristen ada perintah-perintah eksplisit untuk bertoleransi dengan agama
lain. Akan tetapi saya yakin bahwa spirit dasar agama Kristen juga merindukan perdamaian dan kasih di antara sesama umat
manusia. Dus, tidak akan jauh berbeda dengan spirit Islam, berhubung kedua agama adalah sama-sama agama langit.
Di Indonesia, umat Islam dan umat Kristen (Katholik dan Protestan) dapat bekerjasama saling bahu-membahu untuk mengatasi
masalah-masalah nasional yang memerlukan solusi bersama. Kemelaratan massal dan aktual, deteriorasi ekologi, gejala-gejala
dekadensi moral dan juga ancaman komunisme ? atheisme adalah beberapa contoh masalah-masalah besar yang harus dihadapi oleh
Islam dan Kristen. Masalah-masalah ini adalah masalah kemanusiaan yang menuntut penanggulangan bersama. Adalah menjadi
tugas para pemimpin Islam untuk mengajak umat Islam agar menggunakan kacamata jernih dalam melihat umat Nashrani. Dan
kacamata itu adalah kacamat Qur'an. Akan tetapi juga sebaliknya menjadi tugas para pemimpin dan umat Nashrani untuk melihat
umat Islam dengan kacamata yang tidak buram. Seandainya kitab Injil juga ternyata mengajarkan toleransi seperti Al-Qur'an, sudah
tentu hubungan Islam-Kristen di negeri ini akan menjadi lebih harmonis karena memiliki dasar pijakan yang paling kuat, yaitu kitab
suci masing-masing.
Dewasa ini kaum agamawan dituntut untuk membuktikan peranan positif-konstruktif agama masing-masing. Kaum agnostis,
humanis, pragmatis, rasionalis dan sekularis seringkali menuduh agama sebagai faktor ?divisife? di tengah masyarakat, karena
menurut meeka agama tidak mampu menciptakan toleransi kemanusiaan yang dicita-citakan. Untuk menjawab keragu-raguan ini,
apa yang dikatakan oleh Dr. Khalifa Abul Hakim barangkali sangat tepat, karena konsep kesatuan fundamental kemanusiaan dalam
Islam memberikan ruangan cukup luas bagi keanekaragaman dalam kerangka kebenaran abadi

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 6/6 |

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FAKTOR–FAKTOR YANG MENJADI DAYA TARIK PENYIAR RADIO MAKOBU FM (Studi pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2003 UMM)

0 72 2

PESAN SOSIAL DALAM FILM (Sebuah Analisis Isi pada Film Me vs High Heels Karya Pingkan Utari)

0 45 2

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

CITRA PEREMPUAN BERCADAR DALAM FILM (Analisis Semiotika Pada Film Khalifah Karya Nurman Hakim 2011)

2 44 53

Makna Kekerasan Pada Film Jagal (The Act Of Killing) (Analisis Semiotika Roland Barthes pada Film Dokumenter "Jagal (The Act of Killing)" tentang Pembunuhan Anti-PKI pada Tahun 1965-1966, Karya Joshua Oppenheimer)

17 109 98

Kolokial Bahasa Inggris Dalam Novel A Diary OF Wimpy Kid Karya Jeff Kinney Dan Terjemehannya Diary Bocah Tengil

4 132 1

Pengantar Ilmu Jurnalistik

4 44 113

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF EXAMPLE NON EXAMPLE TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR RASIONAL SISWA PADA MATERI POKOK PENCEMARAN DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Waway Karya Lampung Timur Tahun Pela

7 98 60