PENDAHULUAN Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Kancing Gemerincing Untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Puisi Pada Siswa Kelas V SD Negeri Pilangsari 1 Sragen Tahun Ajaran 2011/2012.
1 A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan. Di Indonesia semua orang tanpa terkecuali berhak untuk mendapat pendidikan. Hal tersebut tertuang dalam UUD 1945 pasal 31 ayat 1
yang menegaskan bahwa “Tiap-tiap warga negara berhak mendapat
pengajaran”. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa Indonesia adalah Negara yang menjunjung tinggi pendidikan. Dengan adanya pendidikan tersebut diharapkan bisa membawa perubahan yaitu memajukan dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
Pemerintah telah menetapkan Pendidikan sebagai prioritas utama untuk meningkatkan sumber daya manusia Indonesia. Namun program pemerintah ini bukan sekedar menekankan pada pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan, tetapi juga pada pemerataan memperoleh pendidikan yang bermutu untuk seluruh warga negara Indonesia pada semua jenjang pendidikan dasar.
Salah satu cara meningkatkan mutu pendidikan adalah dengan meningkatkan mutu pembelajaran terutama pembelajaran di sekolah dasar (SD), karena pada jenjang pendidikan tersebut siswa diajarkan tiga kemampuan dasar yaitu kemampuan membaca, menulis, dan berhitung. Apabila siswa kurang mampu menguasai ketiga tersebut,maka mereka akan
(2)
mengalami kesulitan dalam menempuh pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi. Pembelajaran di SD mempunyai peran yang sangat penting karena pendidikan dasar merupakan pondasi untuk pendidikan selanjutnya.
Pengajaran Bahasa Indonesia mempunyai ruang lingkup dan tujuan yang menumbuhkan kemampuan mengungkapkam pikiran dan perasaan dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar. Dalam pembelajaran bahasa indonesia tidak hanya mengajarkan tentang materi kebahasaan saja, tetapi juga meliputi materi kesastraan. Keduanya telah dsusun mendapatkan porsi yang seimbang, sehingga tidak ada salah satu bidang yang diunggulkan. Saat ini sastra memiliki peranan penting. Sastra tidak hanya masuk kedalam kurikulum sekolah yaitu sebagai sarana untuk meningkatkan pendidikan moral seseoarang melainkan juga dispresiasi oleh masyarakat.
Pada hakikatnya pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk mempertajam kepekaan perasaan siswa. Guru dituntut mampu memotivasi siswa agar mereka dapat meningkatkan minat baca terhadap karya sastra, karena dengan mempelajari karya sastra siswa diharapkan menarik berbagai manfaaat dari kehidupannya. Maka dari itu seorang guru harus dapat mengarahkan siswa memiliki karya sastra yang sesuai dengan minat dan kematangan jiwa mereka. Berbagai upaya dilakukan salah satunya dengan memberikan tugas untuk membuat karya sastra yaitu menulis puisi.
Puisi sebagai genre sastra dapat dilihat aspek bahan, sarana, cara dan nilainya. Dilihat dari aspek bahan dan caranya, puisi terdiri atas dua unsur yaitu
(3)
aspek bahan dan caranya, puisi terdiri dua unsur yaitu hakekat dan metode. Menurut Haryadi dan Zamzami (1996: 116) hakikat puisi adalah makna keseluruhan yang merupakan perpaduan antar tema, perasaan, nada, dan amanat. Sementara itu metode puisi mencakup diksi (diction), imajinasi (imagery), kata nyata (concerete wort), majas (figurative languange), ritme dan rima (rhym and rime). Pemahaman terhadap keduanya, yaitu hakikat dan metode, merupakan modal dalam proses pemahaman dalam penciptaan puisi.
Menurut Pengestu yang dikutip oleh Salchan dkk. (2009: 7.34) pembelajaran menulis diharapkan mampu mengarahkan siswa mampu mengarahkan siswa ke usaha pengembangan sumber dayanya dan menjadikan pembelajaran menulis lebih bermakna dan berharga bagi siswa. Selanjutnya, diharapkan dapat mengantarkan siswa menjadi penulis dan pemikir yang baik, serta mandiri. Tujuan akhir pembelajaran menulis adalah agar siswa mampu mengekspresikan dan menggeneralisasikan pengetahuan, pengalaman, serta kemampuannya untuk mengapresiasikan puisi dengan baik. Apabila keterampilan menulis puisi ini tidak diterapkan maka berdampak pada daya imajinasi siswa tidak akan berkembang secara maksimal. Karena dalam menulis puisi memadukan beberapa aspek meliputi keterampilan menulis, dan kemampuan berimajinasi dalam menentukan kata – kata yang akan menjadi puisi. Mengapresiasikan sebuah puisi bukan hanya ditujukan untuk penghayatan dan pemahaman puisi, melainkan pengaruh mempertajam terhadap kepekaan perasaan, penalaran, serta kepekaan anak terhadap masalah kemanusiaan. Kemampuan tersebut ditentukan oleh beberapa faktor penting
(4)
dalam proses pembelajaran menulis puisi. Selain penerapan model, metode dan strategi yang tepat, juga yang sangat menentukan adalah peranan guru dalam proses pembelajaran terhadap siswa.
Hasil observasi pembelajaran menulis puisi di sekolah dasar selama ini masih belum sesuai dengan yang diharapkan, masih ditemukan berbagai kendala dan hambatan, rendahnya kemampuan siswa dalam menulis puisi tersebut disebabkan kurang efetifnya pembelajaran yang diciptakan guru. Ketidakefektifan ini disebabkan oleh kurang tepatnya strategi yang diterapkan guru dalam pembelajaran menulis puisi. Tidak sedikit para guru menganggap bahwa proses pembelajaran yang efektif ditandai dengan sussana yang tenang, siswa dengan tertib duduk di kursinya masing – masing, perhatian terpusat pada guru, dan guru menjelaskan didepan kelas. Dalam kondisi seperti ini siswa akan tenggelam dalam kepasifan. Strategi yang dipakai guru kurang dapat mengembangkan potensi yang ada pada diri siswa agar secara leluasadapat mengepresikan perasaannya. Yang terjadi selama ini dalam pembelajaran sastra guru hanya sekedar mentranfer ilmu tentang sastra kepada siswa, sehingga siswa kurang mendapat kesempatan untuk melakukan kontruksi pengetahuan dan melakukan pengembangan pengetahuan baru.
Keaktifan siswa merupakan salah satu prinsip utama dalam proses pembelajaran. Belajar adalah berbuat, oleh karena itu tidak ada belajar tanpa aktivitas. Pengalaman belajar hanya dapat diperoleh jika siswa aktif berinteraksi dengan lingkungannya. Seorang guru dapat menyajikan dan
(5)
menyediakan bahan pelajaran, tapi siswalah yang mengolah dan mencernanya sendiri sesuai kemauan, kemampuan, bakat, dan latar belakangnya.
Rendahnya keaktifan belajar siswa juga terlihat dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Selama ini, pembelajaran Bahasa Indonesia umumnya menggunakan metode ceramah. Metode tersebut kurang mendukung keaktifan belajar siswa sebab terfokus kepada guru. Padahal, untuk menulis cerita rumpang siswa haruslah aktif sehingga dapat mengembangkan kemampuannya dalam melakukan kegiatan. Praktik pembelajaran di sekolah umumnya masih terfokus pada guru, sedangkan siswa belum terlibat secara aktif dalam pembelajaran. Secara umum, keaktifan siswa dalam pembelajaran tergolong rendah, hal ini terlihat dari : siswa tidak banyak bertanya, aktivitas siswa terbatas pada mendengarkan, mencatat, dan menjawab pertanyaan bila guru memberi pertanyaan, siswa hadir di kelas dengan persiapan belajar yang tidak memadai, ribut jika diberi latihan, dan siswa hanya diam ketika ditanya sudah mengerti atau belum.
Untuk menyelesaikan masalah-masalah tersebut diatas, yaitu tentang bagaimana meningkatkan kemampuan menulis puisi, guru dapat memilih alternatif model pembelajaran yang sesuai. Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa (Isjoni, 2009:16). Pembelajaran kooperatif mengutamakan kerjasama antar siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Menggunakan pembelajaran kooperatif merubah peran guru dari peran yang berpusat pada
(6)
gurunya ke pengelolaan siswa dalam kelompok-kelompok kecil. Model pembelajaran kooperatif dapat digunakan untuk mengajarkan materi yang kompleks, dan yang lebih penting lagi, dapat membantu guru untuk mencapai tujuan pembelajaran yang berdimensi sosial dan hubungan antar manusia.
Salah satu tipe model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing. Pada pembelajaran, sering terdapat siswa yang terlalu dominan dan banyak bicara dalam kelompok. Sebaliknya, juga ada anak yang pasif dan pasrah saja pada rekannya yang lebih dominan. Tipe kancing gemerincing menjadikan siswa aktif dan semua siswa mempunyai kesempatan yang sama untuk mengeluarkan pendapat. Penggunaan tipe kancing gemerincing dimaksudkan untuk memeratakan kesempatan bagi setiap siswa dalam kelompok untuk berkontribusi sehingga diharapkan terjadi peningkatan keaktifan belajar siswa (Lie, 2008:63).
Dari uraian di atas, agar siswa mempunyai peningkatan kemampuan menulis puisi yang baik sesuai dengan harapan guru dan siswa, salah satu di dalam proses pembelajaran guru adalah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing. Hal ini yang mendorong penulis untuk mengambil judul penelitian “Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing untuk meningkatkan kemampuan menulis puisi pada siswa kelas V SD Negeri Pilangsari 1”.
(7)
B. Identifikasi masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Belum diterapkannya suatu media mengajar yang tepat pada proses pembelajaran sehingga siswa cenderung merasa jenuh dengan proses pembelajaran yang monoton.
2. Metode pembelajaran yang digunakan guru kelas V kurang bervariasi. 3. Masih rendahnya hasil belajar Bahasa Indonesia siswa.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan pada latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas, maka perlu adanya pembatasan masalah agar penelitian dapat lebih terarah dan tidak terlalu luas jangkauannya. Pembatasan masalah dalam penelitian ini yaitu :
1. Penelitian dilaksanakan pada pembelajaran Bahasa Indonesia.
2. Model pembelajaran yang akan digunakan pada penelitian yaitu model pembelajaran Kooperatif Tipe Kancing Gemerincing.
3. Hasil belajar Bahasa Indonesia siswa dibatasi pada materi puisi dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 70.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
(8)
a. Apakah penerapan model pembelajaran Kooperatif Tipe Kancing Gemerincing dapat meningkatkan kemampuan menulis puisi dalam pembelajaran Bahasa Indonesia?
b. Seberapa besar peningkatan kemampuan menulis puisi siswa setelah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing pada siswa kelas V SD Negeri Pilangsari 1 Sragen?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, tujuan hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk meningkatkan kemampuan menulis puisi pada siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Pilangsari 1 dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing.
2. Mengetahui proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing dapat meningkatkan kemampuan menulis puisi pada siswa kelas V SD Negeri Pilangsari 1. F. Manfaat Penelitian
1. Bagi siswa
Penelitian ini dapat meningkatkan prestasi siswa terutama dalam pembelajaran menulis puisi dengan penerapan model kooperatif tipe kancing gemerincing.
(9)
2. Bagi guru
Dengan melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas guru di tantang untuk memiliki keterbukaan terhadap pengalaman dan proses pembelajaraan yang baru. Pelaksanaan program - program baru oleh guru dalam penelitian tindakan kelas dapat di pandang sebagai pendidikan bagi guru. Serta meningkatknya pengetahuan dan ketrampilan mengatasai dan menghadapi siswa – siwa yang mengalami kesulitan pembelajaran menulis, sehingga tercipta suatu proses pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan untuk membantu perkembangan siswa yang optimal.
3. Bagi Sekolah
Penelitian ini dapat memberikan masukan yang baik bagi sekolah untuk selalu mengadakan pembaharuan, memajukan program sekolah pada umumnya kearah yang lebih baik.
(1)
dalam proses pembelajaran menulis puisi. Selain penerapan model, metode dan strategi yang tepat, juga yang sangat menentukan adalah peranan guru dalam proses pembelajaran terhadap siswa.
Hasil observasi pembelajaran menulis puisi di sekolah dasar selama ini masih belum sesuai dengan yang diharapkan, masih ditemukan berbagai kendala dan hambatan, rendahnya kemampuan siswa dalam menulis puisi tersebut disebabkan kurang efetifnya pembelajaran yang diciptakan guru. Ketidakefektifan ini disebabkan oleh kurang tepatnya strategi yang diterapkan guru dalam pembelajaran menulis puisi. Tidak sedikit para guru menganggap bahwa proses pembelajaran yang efektif ditandai dengan sussana yang tenang, siswa dengan tertib duduk di kursinya masing – masing, perhatian terpusat pada guru, dan guru menjelaskan didepan kelas. Dalam kondisi seperti ini siswa akan tenggelam dalam kepasifan. Strategi yang dipakai guru kurang dapat mengembangkan potensi yang ada pada diri siswa agar secara leluasadapat mengepresikan perasaannya. Yang terjadi selama ini dalam pembelajaran sastra guru hanya sekedar mentranfer ilmu tentang sastra kepada siswa, sehingga siswa kurang mendapat kesempatan untuk melakukan kontruksi pengetahuan dan melakukan pengembangan pengetahuan baru.
Keaktifan siswa merupakan salah satu prinsip utama dalam proses pembelajaran. Belajar adalah berbuat, oleh karena itu tidak ada belajar tanpa aktivitas. Pengalaman belajar hanya dapat diperoleh jika siswa aktif berinteraksi dengan lingkungannya. Seorang guru dapat menyajikan dan
(2)
menyediakan bahan pelajaran, tapi siswalah yang mengolah dan mencernanya sendiri sesuai kemauan, kemampuan, bakat, dan latar belakangnya.
Rendahnya keaktifan belajar siswa juga terlihat dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Selama ini, pembelajaran Bahasa Indonesia umumnya menggunakan metode ceramah. Metode tersebut kurang mendukung keaktifan belajar siswa sebab terfokus kepada guru. Padahal, untuk menulis cerita rumpang siswa haruslah aktif sehingga dapat mengembangkan kemampuannya dalam melakukan kegiatan. Praktik pembelajaran di sekolah umumnya masih terfokus pada guru, sedangkan siswa belum terlibat secara aktif dalam pembelajaran. Secara umum, keaktifan siswa dalam pembelajaran tergolong rendah, hal ini terlihat dari : siswa tidak banyak bertanya, aktivitas siswa terbatas pada mendengarkan, mencatat, dan menjawab pertanyaan bila guru memberi pertanyaan, siswa hadir di kelas dengan persiapan belajar yang tidak memadai, ribut jika diberi latihan, dan siswa hanya diam ketika ditanya sudah mengerti atau belum.
Untuk menyelesaikan masalah-masalah tersebut diatas, yaitu tentang bagaimana meningkatkan kemampuan menulis puisi, guru dapat memilih alternatif model pembelajaran yang sesuai. Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa (Isjoni, 2009:16). Pembelajaran kooperatif mengutamakan kerjasama antar siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Menggunakan pembelajaran kooperatif merubah peran guru dari peran yang berpusat pada
(3)
gurunya ke pengelolaan siswa dalam kelompok-kelompok kecil. Model pembelajaran kooperatif dapat digunakan untuk mengajarkan materi yang kompleks, dan yang lebih penting lagi, dapat membantu guru untuk mencapai tujuan pembelajaran yang berdimensi sosial dan hubungan antar manusia.
Salah satu tipe model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing. Pada pembelajaran, sering terdapat siswa yang terlalu dominan dan banyak bicara dalam kelompok. Sebaliknya, juga ada anak yang pasif dan pasrah saja pada rekannya yang lebih dominan. Tipe kancing gemerincing menjadikan siswa aktif dan semua siswa mempunyai kesempatan yang sama untuk mengeluarkan pendapat. Penggunaan tipe kancing gemerincing dimaksudkan untuk memeratakan kesempatan bagi setiap siswa dalam kelompok untuk berkontribusi sehingga diharapkan terjadi peningkatan keaktifan belajar siswa (Lie, 2008:63).
Dari uraian di atas, agar siswa mempunyai peningkatan kemampuan menulis puisi yang baik sesuai dengan harapan guru dan siswa, salah satu di dalam proses pembelajaran guru adalah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing. Hal ini yang mendorong penulis untuk mengambil judul penelitian “Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing untuk meningkatkan kemampuan menulis puisi pada siswa kelas V SD Negeri Pilangsari 1”.
(4)
B. Identifikasi masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Belum diterapkannya suatu media mengajar yang tepat pada proses pembelajaran sehingga siswa cenderung merasa jenuh dengan proses pembelajaran yang monoton.
2. Metode pembelajaran yang digunakan guru kelas V kurang bervariasi. 3. Masih rendahnya hasil belajar Bahasa Indonesia siswa.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan pada latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas, maka perlu adanya pembatasan masalah agar penelitian dapat lebih terarah dan tidak terlalu luas jangkauannya. Pembatasan masalah dalam penelitian ini yaitu :
1. Penelitian dilaksanakan pada pembelajaran Bahasa Indonesia.
2. Model pembelajaran yang akan digunakan pada penelitian yaitu model pembelajaran Kooperatif Tipe Kancing Gemerincing.
3. Hasil belajar Bahasa Indonesia siswa dibatasi pada materi puisi dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 70.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
(5)
a. Apakah penerapan model pembelajaran Kooperatif Tipe Kancing Gemerincing dapat meningkatkan kemampuan menulis puisi dalam pembelajaran Bahasa Indonesia?
b. Seberapa besar peningkatan kemampuan menulis puisi siswa setelah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing pada siswa kelas V SD Negeri Pilangsari 1 Sragen?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, tujuan hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk meningkatkan kemampuan menulis puisi pada siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Pilangsari 1 dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing.
2. Mengetahui proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing dapat meningkatkan kemampuan menulis puisi pada siswa kelas V SD Negeri Pilangsari 1. F. Manfaat Penelitian
1. Bagi siswa
Penelitian ini dapat meningkatkan prestasi siswa terutama dalam pembelajaran menulis puisi dengan penerapan model kooperatif tipe kancing gemerincing.
(6)
2. Bagi guru
Dengan melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas guru di tantang untuk memiliki keterbukaan terhadap pengalaman dan proses pembelajaraan yang baru. Pelaksanaan program - program baru oleh guru dalam penelitian tindakan kelas dapat di pandang sebagai pendidikan bagi guru. Serta meningkatknya pengetahuan dan ketrampilan mengatasai dan menghadapi siswa – siwa yang mengalami kesulitan pembelajaran menulis, sehingga tercipta suatu proses pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan untuk membantu perkembangan siswa yang optimal.
3. Bagi Sekolah
Penelitian ini dapat memberikan masukan yang baik bagi sekolah untuk selalu mengadakan pembaharuan, memajukan program sekolah pada umumnya kearah yang lebih baik.