Analisis kepuasan masyarakat terhadap program PPMK Kelurahan Ciracas Jakarta Timur

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

Disusun Oleh:

Eko Kusumo

NIM : 203046101694

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HDAYATULLAH

JAKARTA

2010 M/1431H


(2)

ANALISA KEPUASAN MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM PPMK KELURAHAN CIRACAS JAKARTA TIMUR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

Disusun Oleh:

Eko Kusumo NIM : 203046101694

Dibawah bimbingan

Prof. Dr. H. M. Amin Suma, SH, MA, MM NIP. 195505051982031012

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HDAYATULLAH

JAKARTA

2010 M/1431H


(3)

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 03 November 2009 M 15 Dzhulqo’dah 1430 H

Mustofa


(4)

KATA PENGANTAR

¯¯2lµƒo

G¡‹+݉ƒo2Ù{´

Segala puji sukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala Rahmat-Nya, hingga skripsi ini dapat terselesaikan. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada junjungan alam Baginda Besar Nabi Muhammad SAW.

Penulisan karya Ilmiah dalam bentuk sekripsi ini merupakan salah satu bagian syarat untuk menyelesaikan studi strata satu (S1) guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI) di Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Kebahagiaan yang tak ternilai bagi penulis secara pribadi adalah dapat mempersembahkan yang terbaik kepada kedua orangtua, seluruh keluarga dan pihak-pihak yang telah ikut andil dalam penyelesaian karya ilmiah ini.

Sebagai bentuk penghargaan yang tidak terlukiskan, penulis sampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Euis Amalia, M. Ag, Ketua Program Studi Muamalat dan Ah. Azharuddin Lathif, M. Ag, Sekretaris Program Studi Muamalat yang telah membantu penulis secara tidak langsung dalam menyiapkan skripsi ini.

3. Drs. Djawahir Hajazziey, SH, MA Ketua Program Non Reguler dan Drs. H. Ahmad Yani, MA. Sekretaris Program Non Reguler.

4. Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM. Dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya memberikan bimbingan dan pengarahan serta bantuan literatur dalam proses penyelesaian tugas akhir ini.


(5)

vii penulis dalam proses penulisan sekripsi ini.

6. Segenap pengurus dan pegawai Perpustakaan Utama Universitas Islam Negeri Jakarta yang telah membantu penulis dalam mencari data-data yang diperlukan.

7. Pihak Kelurahan Ciracas Jakarta Timur yang telah banyak membantu dalam memperoleh data dan informasi yang penulis butuhkan dalam penyusunan skripsi.

8. Rasa ta`dzim dan terima kasih yang mendalam kepada Ayahanda dan Ibunda atas dukungan moril dan materiil, kesabaran, keikhlasan, perhatian, serta cinta dan kasih sayang yang tidak habis-habisnya bahkan Do’a-do’a munajatnya yang tak henti-hentinya siang dan malam kepada Allah SWT.

Dan akhirnya penulis akhiri dengan rasa Syukur kepada Allah SWT, Raja dari segala Raja, pencipta Jagad Raya dan penguasa Ilmu Pengetahuan, Dengan segala kelemahan dan kekurangan, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya. Semoga Allah SWT senantiasa meridloi setiap langkah kita. Amin.

Jakarta, 21 Juli 2010 M 9 Sya’ban 1431 H

Eko Kusumo NIM : 203046101694


(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan perumusan Masalah ... 8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 9

D. Studi Reviw Terdahulu. ... 10

E. Sistematika penulisan ... 13

BAB II LANDASAN TEORI A. Kepuasan ... 15

B. PPMK ... 22

C. Pemberdayaan ... 27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Prosedur Penelitia ... 37

B. Ruang Lingkup Penelitian ... 38

C. Lokasi Penelitian ... 38

D. Jenis Penelitian ... 38

E. Metode Pengupulan Sampel ... 39

F. Metode Pengumpulan Data ... 40

G. Uji Valididitas dan Reliabilitas ... 42

H. Metode Analisis Data ... 44


(7)

ix

A. Gambaran Umum Masyarakat Kelurahan Ciracas ... 47

B. Tingkat Kepuasan Masyarakat Kelurahan Ciracas Terhadap PPMK ... 51

C. Kendala Program PPMK Kelurahan Ciracas dan Solusi Untuk Mengatasinya ... 63

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 66

B. Saran ... 68

DAFTAR PUSTAKA ... 69


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 ... 41

Tabel 4.1 ... 48

Tabel 4.2 ... 53

Tabel 4.3 ... 54

Tabel 4.4 ... 55

Tabel 4.5 ... 55

Tabel 4.6 ... 55

Tabel 4.7 ... 56

Tabel 4.8 ... 57

Tabel 4.9 ... 57

Tabel 4.10 ... 58

Tabel 4.11 ... 58

Tabel 4.12 ... 59

Tabel 4.13 ... 59

Tabel 4.14 ... 60

Tabel 4.15 ... 60

Tabel 4.16 ... 61

Tabel 4.17 ... 61

Tabel 4.18 ... 62


(9)

xi

Gambar 2.1 ... 16 Gambar 2.2 ... 26 Gambar 2.3 ... 27


(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Islam mengatur tatanan hidup dengan sempurna, tidak hanya mengatur masalah ibadah seseorang kepada Tuhannya, tetapi juga mengatur masalah muamalah yaitu hubungan sesama manusia, hubungan manusia dengan mahluk lain dan dengan alam sekitarnya, seperti sosial budaya, pertanian, tehnologi, tidak terkecuali di bidang ekonomi. Islam memandang penting persoalan ekonomi, hal ini dikarenakan ekonomi merupakan bagian dari kehidupan manusia yang tidak dapat dipisahkan, namun bukanlah merupakan tujuan akhir dari kehidupan ini melainkan sebagai sarana untuk mencapai tujuan yang lebih baik. setiap manusia mempunyai kebutuhan pokok, yaitu sandang, pangan, dan papan.

Semua kebutuhan tersebut tidak dapat diperoleh secara gratis tetapi harus diusahakan dengan benar dan sah. Dan telah menjadi sifat alami manusia untuk memenuhi kebutuhannya karena merupakan fitrah jika kemudian manusia bekerja untuk memperoleh harta demi terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan tersebut.


(11)

Islam dengan tegas menggariskan kepada penguasa untuk meminimalkan kesenjangan dan ketidak seimbangan distribusi.1 Pajak diterapkan atas kekayaan seseorang untuk membantu yang miskin untuk mencukupi kebutuhannya, dalam Islam distribusi pendapatan ini dapat terlihad dari salahsatu rukun Islam yaitu melalui zakat2.

Indonesia merupakan Negara ketiga yang sampai saat ini jumlah penduduk miskinnya masih terbanyak, kemiskinan di Indonesia tak sekedar terjadi karena struktur dan budaya masyarakat. Namun kemiskinan juga tak hanya disebabkan oleh sulitnya masyarakat miskin mendapatkan akses sumber permodalan (faktor produksi). Kemiskinan sangat erat kaitannya dengan persoalan keimanan dan ketakwaan masyarakat. Untuk itu pendekatan pemberdayaan masyarakat dalam mengentaskan kemiskinan, khususnya di bidang ekonomi haruslah dimulai dari pembangunan aspek maknawiyah masyarakat. Yang dimaksud dengan aspek maknawiyah adalah kesadaran yang kuat bahwa keimanan dan ketakwaan kepada Allah akan mendatangkan keberkahan hidup.

1

Edwin, Nasution Mustofa, dkk, “Pengantar Eksklusif Ekonomi Islam”, h.120

2

Zakat berasal dari bentuk kata zaka yang berarti suci, baik, berkah, tumbuh dan berkembang. Lihat Didin Hafidhudhin, Panduan Praktis Tentang Zakat, Infak, Shadaqah (Jakarta: Gema Insani Press, 1998), cet ke-1, H.13


(12)

3

Kebahagiaan merupakan tujuan utama kehidupan manusia.3 manusia akan memperoleh kebahagiaan ketika seluruh kebutuhan dan keinginanya terpenuhi, baik dalam aspek material maupun spiritual, dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Terpenuhinya kebutuhan yang bersifat material, seperti sandang, pangan dan papan (rumah) serta kekayaan lainya dewasa ini lebih banyak mendapatkan perhatian dalam ilmu ekonomi. Terpenuhinya kebutuhan material inilah yang disebut dengan sejahtera.4 Dalam upaya mewujudkan kesejahteraan manusia kita senantiasa menghadapi kendala pokok yaitu, kurangnya sumberdaya yang bisa digunakan untuk mewujudkan kebutuhan tersebut.

Ketika kebutuhan masyarakat masih bisa dipenuhi oleh sumber daya yang ada maka tidak akan terjadi persoalan bahkan juga tidak akan terjadi persaingan.5 Namun manakala ketika kebutuhan seseorang atau masyarakat akan barang dan jasa sudah melebihi kemampuan penyediaan barang dan jasa, maka akan terjadilah apa yang disebut kelangkaan.

3

Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI) Universitas Islam Indonesia Yogyakarta atas kerjasama dengan Bank Indonesia, “Ekonomi Islam”, (Jakarta: 2008, PT. raja Grafindo Persada), h.1

4

Sejahtera diterjemahkan dari kata prosperous yang berarti maju dan sukses, terutama dalam hal pendapatan dan memperoleh kekayaan yang cukup banyak. Bahagia (happiness) memiliki makna yang lebih luas, yang berarti kondisi atau perasaan nikmat dan nyaman, yang bisa disebabkan oleh terpenuhinya kebutuhan material maupun spiritual.

5

Edwin, Nasution Mustofa, dkk, “Pengantar Eksklusif Ekonomi Islam” (Jakarta: 2006, Kencana Prenada Group), h.54.


(13)

Islam dengan tegas menggariskan kepada penguasa untuk meminimalkan kesenjangan dan ketidak seimbangan distribusi.6 Pajak diterapkan atas kekayaan seseorang untuk membantu yang miskin untuk mencukupi kebutuhannya, dalam islam distribusi pendapatan ini dapat terlihat dari salahsatu rukun Islam yaitu melalui Zakat.

Indonesia merupakan Negara ketiga yang sampai saat ini jumlah penduduk miskinnya masih terbanyak, kemiskinan di Indonesia tak sekedar terjadi karena struktur dan budaya masyarakat. Namun kemiskinan juga tak hanya disebabkan oleh sulitnya masyarakat miskin mendapatkan akses sumber permodalan (faktor produksi).

Untuk itu pendekatan pemberdayaan masyarakat dalam mengentaskan kemiskinan, khususnya di bidang ekonomi haruslah dimulai dari pembangunan aspek maknawiyah masyarakat. Yang dimaksud dengan aspek maknawiyah adalah kesadaran yang kuat bahwa keimanan dan ketakwaan kepada Allah akan mendatangkan keberkahan hidup.

Masalahan kemiskinan yang cukup kompleks ini membutuhkan intervensi semua pihak secara bersama dan terkoordinasi7. Namun penanganannya selama ini cenderung masih parsial dan tidak berkelanjutan. Peran dunia usaha dan masyarakat pada umumnya juga belum optimal.

6

Edwin, Nasution Mustofa, dkk, “Pengantar Eksklusif Ekonomi Islam”, h.120

7

Tim Pengendali PNPM Mandiri 2007/2008, “Pedoman Umum Program Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri”, (Jakarta: 2007, PNPM), h.10


(14)

5

Kerelawanan sosial dalam kehidupan masyarakat yang dapat menjadi sumber penting pemberdayaan dan pemecahan akar permasalahan kemiskinan juga mulai luntur. Untuk itu diperlukan perubahan yang bersifat sistemik dan menyeluruh dalam upaya penanggulangan kemiskinan.

Kepuasan merupakan tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja (atau hasil) yang dirasakan dibandingkan dengan harapannya. Jadi tingkat kepuasan adalah fungsi dari perbedaan antara kinerja yang dirasakan dengan harapan. Kepuasan masyarakat sepenuhnya dapat dibedakan pada tiga taraf , yaitu: pertama, Memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar masyarakat, Taraf kedua, memenuhi harapan masyarakat/pelanggan dengan cara yang dapat membuat mereka akan kembali lagi dan Taraf ketiga: melakukan lebih daripada apa yang diharapkan masyarakat.

Pada tahun 1998 diadakan juga program pengembangan kecamatan (PPK) untuk penanggulanga kemiskinan. Program ini dimaksudkan sebagai program pendukung dan kelanjutan dari program pengembangan desa tertinggal yang dikenal sebagai program IDT dan juga program peningkatan pendapatan petani kecil dan nelayan (P4K).8

Kemudian ada juga program yang diperuntukkan bagi masyarakat miskin yang dikenal dengan program pemberdayaan masyarakat kelurahan (PPMK) dan yang sekarang kita lihat dengan program di media televisi ada

8


(15)

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat yang lebih dikenal dengan (PNPM). Kesemua program tersebut merupakan program dari pemerintah yang bertujuan untuk mengurangi dan mengentaskan kemiskinan yang melanda masyarakat Indonesia sampai saat ini.

Dari sekian banyak program yang telah dilaksanakan oleh pemerintah penulis tertarik untuk mengadakan sebuah penelitian yang mengacu pada program pemberdayaan masyarakat kelurahan (PPMK).

Sesuai dengan pendekatan PPMK dalam melakukan pemberdayaan masyarakat menggunakan tiga pendekatan (Tri Bina) yang dilakukan yang bobot masing-masing berbeda yaitu: (1) Ekonomi (minimum 600 % dalam bentuk dana pinjaman yang harus dikembalikan). (2) Fisik (maksimum 20% dalam bentuk hibah yang dikembalikan). (3) Sosial (maksimum 20% dalam bentuk hibah yang tidak dikembalikan).

Dari tiga pendekatan yang dilaksanakan sering kali pendekatan pada sektor perokonomianlah yang banyak dilakukan. Hal ini disebabkan pertama, karena tingginya animo masyarakat untuk mempertahankan dan melanjutkan kehidupan dirinya dan keluarganya. Kedua, akses yang mudah dan cepat dalam birokrasi dan ketiga adanya nominal uang yang dipegang sendiri oleh masyarakat sehingga masyarakat dengan mudah dapat mengelola bantuan atau pinjaman tersebut sesuai dengan keinginan dan harapan dari masyarakat yang akan mempergunakannya.


(16)

7

Dalam proses peminjaman yang mudah dan terjangkau seringkali masyarakat mengabaikan untuk mengembalikan dana pinjaman, sehingga terjadi kemacetan dalam pengembalian dana yang disebabkan oleh usaha yang dibangunnya macet, penerima dana meninggal dunia, penerima dana pindah alamat serta ada juga para peminjam dana yang tidak mau mengembalikan dana tersebut.

Hal ini diungkapkan oleh Kepala Badan Pengawasan Daerah (BAWASDA) DKI Jakarta dalam implementasi program pemberdayaan masyarakat kelurahan yang diberikan oleh pemerintah melalui dana pinjaman terjadi berbagai macam kendala yakni macetnya pengembalian dana dan Badan Pemberdayaan Masyarakat (BPM) DKI Jakarta tidak membuat aturan yang jelas tentang pengembalian dana tersebut.9 Sehingga program pemberdayaan yang telah dilaksanakan oleh pemerintah kurang efektif dan dapat dikatakan terjadi kegagalan.

Lain halnya yang terjadi di kelurahan Tegal Parang. Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan yang telah dilakukan ternyata membawa hasil yang sangat berharga. Kelurahan Tegal Parang menjadi juara terbaik tingkat pemerintahan Kota DKI Jakarta pada tahun 2007 dalam Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan. Prosedur bantuan khususnya ekonomi yang mudah dan terjangkau yang diberikan oleh pemerintah ternyata

9

http://209.85.175.104/search?=cache:KG9v40MNG_01www.tempointeraktif.com/hg/jakarta 2005/04/13/brk. Artikel diambil pada tanggal 23 Mei 2010


(17)

terbalas sudah. Keberhasilannya dapat dilihat dari meningkatnya produksi dan hasil ekonomi pada usaha kecil menengah (UKM) seperti pedagang jamu gendong dan pedagang krupuk kikil.10

Kelurahan ciracas adalah salahsatu kelurahan yang terdapat pada kecamatan Ciracas Jakarta Timur, dan merupakan salah satu kelurahan yang mendapatkan suatu program pemerintah yang disebut P2KP (Program Penaggulangan Kemiskinan di Perkotaan )

Dari latar belakang masalah di atas, penulis merasa perlu untuk melakukan penelitian mengenai kepuasan masyarakat terhadap Program Penaggulangan Kemiskinan di Perkotaan PNPM Mandiri tersebut dan membuat laporan hasil penelitiannya ke dalam sebuah karangan ilmiah dalam bentuk sebuah skripsi dengan judul: “ANALISA KEPUASAN MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM PPMK KELURAHAN CIRACAS JAKARTA TIMUR

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Karena luasnya permasalahan mengenai pemberdayaan ekonomi umat melalui program PNPM Mandiri dengan analisis kepuasan masyarakat ini maka penulis perlu memberi batasan yang jelas agar tidak melebar dan

10

http://selatan .jakarta.go.id/webjakselfinal/conten/viw/208/59/ Artikel diambil pada tanggal 23 Mei 2010


(18)

9

dapat fokus dalam permasalahan, adapun pembatasan permasalahan ini diantaranya adalah; Tingkat Kepuasan masyarakat terhadap Program PNPM mandiri dan objek penelitian dilakukan hanya pada kel. Ciracas, Rw 07 Jakarta Timur.

2. Perumusan Masalah

Dalam penulisan skripsi ini inti dari permasalahannya adalah tingkat kepuasan masyarakat Kel. Ciracas Rw 07 Terhadap PPMK (Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan) selanjutnya dapat dirumuskan dalam perumusan masalahhan sebagaimana berikut:

a. Apa peran PPMK dalam membantu perekonomian Masyarakat kelurahan Ciracas Jakarta Timur ?

b. Bagaimana tingkat kepuasan masayarakat Kelelurahan Ciracas terhadap Program PPMK dalam pemberdayaan ekonomi umat?

c. Kendala apa saja yang ada pada PPMK dan Bagaiman solusi untuk mengatasinya?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

a. Mengetahui peran PPMK dalam membantu perekonomian Masyarakat kelurahan Ciracas Jakarta Timur.

b. Mengetahui tingkat kepuasan masayarakat Kelurahan Ciracas terhadap Program PPMK dalam pemberdayaan ekonomi umat.


(19)

c. Mengetahui kendala-kendala yang ada pada PPMK dan solusi untuk mengatasinya.

2. Manfaat Penelitian

Manfaat dari hasil penelitian dan penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

a. Teoritis: penelitian ini berguna untuk memberikan informasi dan kontribusi bagi kalangan intelektual, pelajar, praktisi, akademisi, institusi dan masyarakat umum yang ingin mengetahui lebih jauh kepuasan masyarakat terhadap Program PPMK dalam pemberdayaan ekonomi umat.

b. Praktis: Penulisan skripsi ini diharapkan menjadi input bagi perbankan syariah indonesia dan lembaga pemberdayaan ekonomi umat.

c. Kebijakan: Penelitian ini diharapkan juga dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi pemerintah selaku Pengelola PPMK dalam mengambil kebijakan Pemberdayaan ekonomi umat.

d. Bagi Mahasiswa, penelitian ini bisa dijadikan untuk penelitian lanjutan tentang kepuasan masyarakat dan program nasional milik Negara lainnya

D. Studi Reviw Terdahulu

Berdasarkan telaah yang telah dilakukan penulis terhadap beberapa suber reviw terdahulu, penulis tidak menemukan pembahasan secara spesifik


(20)

11

mengenai PPMK, namun mengenai pemberdayaan ekonomi penulis ada beberapa judul mirip pembahasanya diantaranya yang ditulis oleh:

No Nama Penulis/ Judul/ Tahun

Metodologi Penelitian

Hasil Penelitian 1 Badiurajabi/ Pengaruh

Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Nasabah Pada Bank DKI Syariah/ 200811

Jenis penelitian adalah penelitian kuantitatif

Jenis dan sumber data, merupakan data primer

Teknik Pengambilan sampel dengan cara sampling aksidental

Teknik analisa data menggunakan korelasi rank spearman

Pelayanan berkualitas merupakan upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan nasabah serta ketepatan penyampaian untuk untuk mengimbangi harapan nasabah

Aspek kepuasan nasabah yaitu reability, responsivense, assurance, emphaty dan tangible. Kepuasaan adalah persaan senang atau kecewa seseorang yang berasal dari perbandingan kesannya terhadap kinerja atau hasil produk dan harapannya, tingkat kepuasan merupakan fungsi dari perbedaan antara kinerja yang dirasakan dan harapan.

Ada hubungan positif antara tingkat kualitas pelayan dengan tingkat kepuasan masalah bank DKI

2 Siti Hajar Yanti/ Kepuasan

Masalah Terhadap Permasalahan Haji Mabrur

Di Bank Syari’ah Mandiri Cabang Pamulang/ 2009 FSH UIN12

Jenis penelitian, penelitian deskriptif kuantitatif Jenis data kuantitatif dan kualitatif

Sumber data primer dan sekunder

Teknik pengelolaan data / pendekatan statistic korelasi person atau product moment corelation

Produk tabungan haji pada bank syariah mandiri mempunyai suatu kepuasan pada keamanan uang nasabah

11

Badiurajabi, “Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Nasabah Pada Bank DKI Syariah”, Jurusan Muamalat Fakultas Syari’ah dan Hukum, 2008, UIN Jakarta.

12

Siti Hajar Yanti, “Kepuasan Masalah Terhadap Permasalahan Haji Mabrur Di Bank Syari’ah Mandiri Cabang Pamulang” Jurusan Muamalat Fakultas Syari’ah dan Hukum, 2009, UIN Jakarta.


(21)

3 Tinah Afriani/Manajemen Pemberdayaan Ekonomi dan Pengaruhnya Terhadap Kemandirian Masjid (Studi Kasus Manajemen Masjid Agung Sunda Kelapa)/ 200513,

Sifat penelitiannya adalah kualitatif

menyimpulkan bahwa pengelolaan manajemen masjid dengan profesional dan optimalisasi potensi yang dimiliki masjid adalah bagian terpenting yang dapat menjadikan masjid mandiri dari segi pendanaan semua aktivitas masjid.

4 Carolina Imran/Masjid sebagai sentral pemberdayaan ekonomi

umat, (studi di masjid

Ittihad Muhajirin perumahan Reni Jaya Pamulang

Tangerang)/200814,

Sifat penelitiannya adalah data-data kualitatif

dimasukkan dalam rumusan data kuantitatif

kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan penulis adalah; program pemberdayaan ekonomi yang direalisasikan masjid Ittihad Muhajirin melalui kegiatan ekonominya adalah koperasi BMT, tabungan haji dan tabungan qurban, pelayanan kesehatan dan sewa kios. Akan tetapi dari keseluruhan kegiatan ekonomi yang dijalankan masjid yang paling banyak diakses oleh masyarakat adalah BMT. Permasalahan yang timbul dalam program pemberdayaan ekonomi masjid Ittihad Muhajirin adalah kurangnya sumber daya masyarakat (SDM), kurangnya sosialisasi dan minimnya dana yang dimiliki masjid.

5 Sugiono/ Kepuasan

Pelanggan Perpustakaan Umum terhadap Mutu Layanan Kotamadya Jakarta Selatan/ Program

Studi Manajemen Pendidikan/ Fakultas Ilmu

Tarbiyah Dan Keguruan UIN Syarif Hidayatulah Jakarta 2006

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif dengan menggunakan data kuantitatif

Tingkat kepuasan pemakaian terhadap mutu layanan perpustakaan umum Kotamadya Jakarta Selatan dapat dikatakan cukup puas

Perpustakaan Kotamadya Jakarta Selatan telah melakukan fungsi dan peran dalam memberikan layanan dan informasi

13

Afriani, Tinah. Manajemen Pemberdayaan Ekonomi dan Pengaruhnya Terhadap Kemandirian Masjid, (Studi Kasus Manajemen Masjid Agung Sunda Kelapa), Jurusan Muamalat Fakultas Syari’ah dan Hukum, No,105 SJM 2005, UIN Jakarta.

14

Carolina imran. Masjid Sebagai Sentral Pemberdayaan EkonomiUmat, (studi di masjid ittihad muhajirin perumahan reni jaya pamulang tanggerang), jurusan Muamalat, Fak, Syariah dan Hukum, No 131 SJM, 2008 UIN Jakarta.


(22)

13

Dari hasil studi review terdahulu di atas dapat dijelaskan bahwa yang penulis akan teliti dan tulis sebagai sebuah karya ilmiah belum pernah dibahas dan masih sangat relefan utuk diangkat sebagai suatu karangan ilmiah atau skripsi sebagai salahsatu kontribusi pemikiran mengenai ekonomi islam pada umumnya dan perbankan syariah pada khususnya. Adalah berbeda dengan skripsi-skripsi sebelumnya.

E. Sistematika Penulisan

Skripsi ini terdiri dari lima bab, masing-masing bab memuat masalah pokok yang akan dibahas. Adapun sistematika penulisannya sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab satu ini terdiri dari; Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Studi Reviw Terdahulu, Sistematika Penulisan. BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini terbagi menjadi tiga poin yang akan menerangkan tentang: Pertama: Kepuasan; pengertian kepuasan, ukuran tingkat kepuasan, Kedua: PPMK; pengertian PPMK, tujuan dan sasaran PPMK, mekanisme penyaluran PPMK, Ketiga:

Pemberdayaan Ekonomi; pengertian pemberdayaan masyarakat, peranan pemerintah pada pemberdayaan


(23)

masyarakat, tahapan-tahapan pemberdayaan masyarakat, proses pemberdayaan masyarakat.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini membahas mengenai metodelogi penelitian yang berisikan tentang, Jenis Penelitian, Metode Penentuan Sampel, Metode Pengumpulan Data, Metode Analisa Data, Lokasi Penelitian, Uji Valididitas dan Relibilitas, Prosedur Pengelolahan Data Penelitian.

BAB IV ANALISIS KEPUASAN MASYARAKAT KELURAHAN CIRACAS TERHADAP PPMK

Pada bab ini akan menjelaskan tentang: Gambaran Umum Masyarakat Kelurahan Ciracas (Jumlah Penduduk, Tingkat Pendidikan, Struktur Organisasi Kepemerintahan Kel. Ciracas), Tingkat Kepuasan Masyarakat Kelurahan Ciracas Terhadap PPMK, Kendala Program PPMK Pada Pemberdayaan Ekonomi Umat Kel. Ciracas serta solusi untuk mengatasinya.

BAB VI PENUTUP

Bab ini merupakan jawaban dalam bentuk kesimpulan dari apa yang telah dirumuskan penulis, dan merupakan bab terakhir yang memuat kesimpulan secara umum dan saran-saran penulis terhadap program PPMK.


(24)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kepuasan

1. Pengertian Kepuasan

Kata kepuasan (satisfaction) berasal dari bahasa Latin satis yang berarti cukup baik, memadai dan facio artinya melakukan atau membuat.

Kepuasan adalah perasaan senang karena sudah terpenuhi hasrat hatinya.1 Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia kata “Kepuasan” diterjemahkan sebagi tingkat kepuasan seseorang telah membandingkan kinerja produk (atau hasil) yang ia rasakan dengan harapanya.2 Jadi Kepuasan bisa diartikan sebagai upaya pemenuhan sesuatu atau membuat sesuatu memadai.3 Kepuasan adalah fungsi dari perbedaan antara kinerja yang dirasakan dengan harapan.

Jadi tingkat kepuasan merupakan fungsi dari perbedaan antara kinerja yang dirasakan dan harapan, jika kinerja dibawah harapan nmasyarakat maka masyarakat akantidak puas, apabila kinerja sesuai

1

Fandy Tjiptono, “Pemasaran Jasa”, (Surabaya: Bayu Media Publishing, 2005), Cet. Pertama, h. 60

2

Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, h. 913.

3

Fandy Tjiptono dan Gregorius Chandra, Service, Quality & Satisfaction, (Yogyakarta: ANDI, 2005), h. 195.


(25)

dengan harapan, masyarakat akan puas, apabila kinerja melampaui harapan maka nasabah akan sangat puas, senag dan bahagia.

Gambar 2.1

Diagram Konsep Kepuasan Pelanggan4

Harapan Pelanggan

terhadap Kebutuhan dan

Keinginan Pelanggan Tujuan

Perusahaan

Produk

Kepuasan pelanggan atau masyarakat telah menjadi konsep sentral dalam teori ke praktek pemasaran, serta salah satu tujuan pokok bagi aktifitas bisnis.

2. Pengukuran Tingkat Kepuasan

Menurut Kotler, ada empat metode mengukur kepuasan pelanggan, yaitu:

a. Sistem Keluhan dan Saran, metode ini memantau kepuasan pelanggan dengan cara memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada pelanggan untuk menyampaikan saran, pendapat dan

4

Freddy Rangkuti, “Measuring Customer Statification”, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003), h.24

Nilai Produk Bagi Hasil

Tingkat Kepuasan Pelanggan


(26)

17

keluhan. Media yang digunakan dapat berupa kotak saran, kartu komentar dan saluran telpon bebas pulsa.

b. Survei Kepuasan Masyarakat, umumnya penelitian mengenai tingkat kepuasan pelanggan banyak dilakukan melalui metode survey dengan mengajukan pertanyaan (kuesioner) kepada para pelanggan. Melalui survey, perusahaan akan mendapatkan tanggapan dan umpan balik secara langsung dari pelanggan dan sekaligus juga memberikan tanda positif bawa perusahaan menanti perhatiaan para konsumen.

c. Gost Shoping, metode ini dilakukan dengan cara mempekerjakan

orang untuk berpura-pura menjadi pelanggan, kemudian pelanggan bayangan tersebut menyampaikan teman-temanya mengenai kelemahan dan kekuatan dalam melayani pelanggan. Selain itu juga dapat mengamati atau menilai cara perusahaan dalam menangani setiap keluhan.

d. Last Customer Analisis, merupakan metode memantau kepuasan

pelanggan dengan cara menghubungi pelanggan yang telah berhenti pelanggan atau beralih keperusahaan pesaing. Mereka dihubungi untuk memperoleh informasi tentang penyebab menjadi pelanggan.


(27)

3. Faktor-faktor Yang Menentukan Tingkat Kepuasan

Untuk memuaskan masyarakat perlu diketahui faktor-faktor yang menentukan tingkat kepuasan nasabah. Menurut Handi Irawan ada lima faktor yang menentukan tingkat kepuasan masyarakat, yaitu:

a. Kualitas Produk, pelanggan merasa puas kalau setelah membeli atau menggunakan produk dan ternyata produk yang digunakan berkualitas. Ada beberapa elemen kualitas produk. Yaitu: Performance, Durability, Feature, Realibility, Costtency. dan Design.

b. Harga, untuk pelanggan yang sensitive biasanya harga murah adalah sumber kepuasan yang penting karena mereka akan mendapatkan

Calue for money yang tinggi. Komponen harga ini relative tidak

penting bagi mereka yang tidak sensitive terhadap harga.

c. Kualitas Pelayanan, pelanggan merasa puas apabila mereka memperoleh pelayanan yang baik atau sesuai dengan apa yang diharapkan. Salahsatu konsep kualitas pelayanan yang paling popular adalah Survqual yang dikembangkan oleh Parasuraman, Berry dan Zeithaml. Berdasarkan konsep ini, kualitas pelayanan mempunyai lima dimensi yaitu: Reliability, Responsiveness, Assurance, Emphaty dan Tngibel.

d. Faktor emosional, pelanggan yang merasa bangga dan yakin oranglain kagum terhadap dia apabila menggunakan produk merek tertentu


(28)

19

cenderung memiliki tingkat kepuasan lebih tinggi. Kepuasan bukan karena kualitas produk tetapi rasa bangga dan percaya diri.

e. Biaya dan kemudahan untuk mendapatkan produk atau jasa, pelanggan akan semakin puas dan semakin senang apabila relative mudah dan efisien dalam mendapatkan produk atau pelayanan. Hal ini disebabkan pelanggan tidak perlu membuang waktu untuk mendapatkan produk atau jasa.5

4. Aspek-aspek Kepuasan

Yang menjadi aspek-aspek dalam meningkatkan kepuasan nasabah adalah sebagai berikut:

a. Tangibels (Berwujud)

Nasabah akan merasakan kepuasan tersendiri apabila ia menabung pada sebuah lembaga keuangan yang memiliki bukti fisik yang menarik. Seperti gedung yang bagus, perlengkapan kantor yang lengkap, karyawan yang kompeten, sarana komunikasi yang baik dan sarana fisik-fisik lainya yang menarik. Bukti fisik ini akan terlihat secara langsung oleh konsumen.

b. Responsivenes (ketanggapan)

Konsumen akan merasa puas apabila karyawan memberikan pelayanan tanpa membeda-bedakan kepada konsumen. Hal ini ternyata harus

5

Hadi, Irawan, “Prinsip Kebiasaan Pelanggan”, (Jakarta: PT Alexmedia Komputindo, 2002), h.119


(29)

didasarkan dengan adanya keinginan dan kemauan karyawan dalam memberikan pelayanan kepada konsumen. Untuk itu pihak manajemen perlu memberikan motivasi yang besar agar seluruh karyawan mendukung kegiatan pelayanan kepada pelanggan tanpa membeda-bedakan.

c. Assurance (Jaminan)

Pelanggan akan merasa puas apabila karyawan sebuh perusahaan yang melayani memiliki pengetahuan kompetisi dan sifat atau prilaku yang dapat dipercaya hal ini agar nasabah yakin transaksi yang mereka lakukan benar dan tepat sasaran.

d. Realiability (kendala)

Pelanggan akan merasa puas apabila karyawan perusahaan dapat memberikan pelayanan yang telah dijanjikan dengan cepat, akurat serta sesuai, dengan apa yang diinginkan oleh

e. Emphaty (ketanggapan)

Konsumen merasa puas apabila karyawan perusahaan memberikan kemudahan serta dapat menjalin hubungan dengan konsumen secara efektif. Apalagi jika karyawan mampu memahami kebutuhan individu setiap konsumenya secara tepat dan cepat. Dalam hal ini dihubungkan dengan pelayanan yang diberikan perusahaan.6

6

Philip Kotler, “Manajemen Pemasaran: Analisa, Perencanaan, Implementasi dan Kontrol. Terjemahan Hendra Teguh dan A. Rusli, (Jakarta: Prenhallindo, 1997), jilid 1, h.67-67


(30)

21

5. Teknik Membangun Kepuasan

Perusahaan yang mampu bertahan dan bersaing adalah perusahaan yang berwawasan pelanggan dan cermat dalam memahami pasar. Untuk mencapainya diperlukan kerjasama dalam merancang dan mengimplementasikan suatu sistem penyampaian nilai pelanggan yang lebih unggul.7

a. Nilai Pelanggan. Pelanggan akan bersikap loyal, apabila mereka beranggapan bahwa perusahaan dapat memberikan nilai hantaran paling tinggi kepadanya (customer delivery value).

b. Kepuasan Pelanggan. Tingkat kepuasan adalah fungsi dan perbedaan antara harapan dengan kinerja yang dirasakan. Harapan pelanggan dibentuk oleh pengalaman pembelian terdahulu, komentar relasi, klien dan kenalan, serta janji dan informasi pemasar dan pesaingnya.8

Untuk mengukur kepuasan pelanggan tersebut terdapat dua model pendekatan, yaitu:9

a. Model Kognitif. Komponen kognitif berisi persepsi dan kepercayaan yang dimiliki individu mengenai sesuatu. Kepuasan model ini ditentukan oleh harapan pra pembelian dan persepsi purna beli, perbedaan kedua variabel tersebut menimbulkan diskonfirmasi.

7

Sumarni, Manajemen Pemasaran Bank, h. 225.

8

Kotler dan Susanto, Manajemen Pemasaran di Indonesia. h. 46-47.

9


(31)

b. Model Afektif. Emosi atau perasaan pelanggan terhadap suatu produk atau jasa tertentu, membentuk komponen afektif dari suatu sikap. Komponen afektif ini merupakan perasaan individu terhadap objek sikap yang menyangkut masalah emosi pelanggan.

B. PPMK

1. Pengertian PPMK

PPMK adalah Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan, PPMK pada awalnya suatu bantuan dana dari pemerintah untuk tingkat kelurahan yang mana bantuan tersebut berbentuk tiga opsi, pertama yaitu ekonomi, fisik, dan sosial. Tetapi Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (PPMK) lebih fokus kepada ekonomi, upaya memberikan peluang kepada usaha kecil untuk mengembangkan potensi usahanya, sehingga mereka membutuhkan Program PPMK. Hal tersebut yang menjadi proritas kita.10 Pengertian ini juga diperkuat dengan difinisi yang lebih jelas bahwa PPMK merupakan Program Pemberdayaan Masyarakat yang menyediakan bantuan masyarakat dengan pendekatan Bantuan Langsung Masyarakat (BLM). Penyalurannya akan memanfaatkan

10

Wawancara Pribadi dengan Bapak Marmin Ketua Anggota Dewan Kelurahan, 25 Mei 2010. Pukul 10.30. Bertempat di Kantor Dewan Kelurahan.


(32)

23

institusi kemasyarakatan di tingkat RW dan Kelurahan yang berbasis pada komunitas11

2. Latar Belakang Berdirinya PPMK Kelurahan Ciracas

Sejarah singkat berdirinya PPMK itu adalah Program dari pemerintah yang ada di setiap kelurahan khususnya di DKI Jakarta, lahirnya PPMK ini dikarenakan juga berdasakan undang-undang No. 34 tahun 1993 tentang Pemerintah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Negara Repuplik Indonesia Jakarta yang sudah diubah dengan undang-undang nomor 29 tahun 2007, perda tahun 1999 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RT-RW) DKI Jakarta dengan salah satu misi pembangunan Jakarta adalah yang berbasis kepada masyarakat, serta PERDA no. 5 tahun 2000 tentang Dewan Kelurahan, maka Program Pemberdayaan Masyarakat akan dimulai diintensifkan pada tingkat paling bawah yaitu masyarakat Kelurahan. PPMK ini pada hakekatnya memberikan peran yang lebih besar kepada masyarakat untuk merencanakan, melaksanakan dan mengawasi kegiatan yang akhirnya akan dapat meningkatkan kesejah teraan semua komponen masyarakat yang ada. Dengan demikian diharapkan akan dapat merangsang ketertiban semua anggota masyarakat dalam bentuk pemikiran, tenaga maupun financial. Pelaksaan program ini dilakukan dengan pendekatan tribina (Bina Ekonomi, Bina Fisik, dan Bina

11

Petunjuk Teknis Pelaksanaan Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (PPMK) Provinsi DKI Jakarta. (Pemerintah Provinsi DKI Jakarta Badan Pemberdayaan Masyarakat, 2007), h.4.


(33)

Sosial). Yang kegiatannya bersekala kelurahan, untuk mencapai kesejahteraan masyarakat melalui upaya pemberdayaan. Pemerintah DKI Jakarta memandang perlu untuk memberikan bantuan masyarakat dengan pendekatan Bantuan Lansung Masyarakat (BLM) melalui PPMK.

3. TUJUAN DAN SASARAN PPMK

Tujuan pelaksanaan program PPMK secara umum adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat kelurahan melalui pendekatan Tribina yang meliputi Bina Ekonomi, Bina Fisik, dan Bina Sosial, sedangkan tujuan dari program PPMK secara khusus yaitu:

a. Bina Ekonomi:

1) Meningkatkan pendapatan masyarakat berpenghasilan rendah. 2) Tumbuh dan berkembangnya usaha mikro.

3) Terbangun dan berkembangnya potensi ekonomi masyarakat. b. Bina fisik lingkungan:

1) Terwujudnya sarana dan prasarana lingkungan bersekala mikro yang memadai.

2) Terwujudnya kemandirian dan kepedulian masyarakat untuk memperbaiki dan perbaikan lingkungan.

Adapun sasaran dari Progam Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (PPMK) tersebut adalah:

1) Warga masyarakat yang bermukim di RT-RW Kelurahan yang mendapatkan Program PPMK dan memiliki identitas atau KTP


(34)

25

Propinsi DKI Jakarta yang memerlukan pemberdayaan ekonomi, baik individu maupun kelompok yang sudah mempunyai usaha kecil (mikro).

2) Istitusi sosial masyarakat untuk pemberdayaan masyarakat dalam bentuk pengembangan dan penguatan suberdaya manusia.

3) Fisik lingkungan yang memerlukan penataan dan perbaikan dalam meningkatkan pendapatan masyarakat tersebut.

4. VISI DAN MISI

Visinya adalah memujudkan Jakarta sebagai ibukota Negara yang sejajar dengan kota-kota besar Negara maju didunia. Yang dihuni oleh masyarakat yang sejahtera dan berbudaya dalam lingkungan.

Misinya adalah mewujudkan pemerintah untuk membangun dan mengelola wilayah ciracas, mewujudkan kehidupan masyarakat kelurahan ciracas yang sejahtera lahir dan batin, meningkatkan perekonomian masyarakat ciracas, meningkatkan semangat gotong-royong dan peran serta masyarakat dalam memelihara dan melestarikan nilai-nilai kehidupan masyarakat, meningkatkan kinerja pelayanan masyarakat dan kelancaran pelaksanaan tugas pemerintah, pembangunan dalam bermasyarakat.12

12


(35)

5. STRUKTUR ORGANISASI PPMK

Struktur kepengurusan Anggota dewan kelurahan sekaligus kepengurusan PPMK kelurahan Ciracas dapat dilihat pada bagan dibawah ini:

Gambar.2.2

Struktur Organisasi PPMK GUBERNUR

WALIKOTA/ BUPATI

Garis Komando Garis Kemitraan Garis Koordinasi

LSM/ FASKEL LURAH

CAMAT

BPM KODYA/

KAB

DEKEL

UPKMK BENDAHARA

SEKRETARIS TIM SELEKSI

USULAN

TPK-RW


(36)

27

Gambar.2.3

Struktur Organisasi Dewan Kelurahan Ciracas

LURAH KETUA

SUMARMIN

Garis Pembidangan : Garis Koordinasi :

C. Pemberdayaan

1. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat

Istilah pemberdayaan masyarakat mengacu pada kata

empowerment yang berarti penguatan. Yaitu sebagai upaya untuk

mengaktualisasikan potensi yang sudah dimiliki sendiri oleh masyarakat. Jadi pendekatan pemberdayaan masyarakat titik beratnya adalah penekanan pada pentingnya masyarakat lokal yang mandiri sebagai suatu sistem yang mengorganisir diri mereka. Maka pendekatan pemberdayaan

ACENG ZAENI S.Ag.MH

WAKIL KETUA

H. ENOCH SARWONO

KOORD.SEKRET BENDAHARA

WK. SEKRET WK. BENDAHARA

KOMISI I

Bidang Pemerintahan dan Trantib

1. Drs. SURURI A.K 2. SUWANDI

KOMISI II

Bidang Pelayanan Umum 1. W. SUKARWAN 2. Drs. NIRIN THARMIZI

KOMISI III

Bidang Pemberdayaan Masyarakat 1. M. YUSUF ACHMAD 2. Drs. H. SOFYAN DIMYATI

KOMISI IV

Bidang Prasarana Umum 1. DERMAWAN. SH 2. NOMING K.K


(37)

masyarakat yang diharapkan adalah yang dapat memposisikan individu sebagai subjek bukan sebagai objek.13

Payne sebagaimana dikutip Adi (2003) menjelaskan bahwa pemberdayaan adalah:

“To help client gain power of decision and action over their own lives by reducing the effect of socisl or personal block to exercising excisting power, by increasing capacity and self confidence to use power and by transferring power from the environment to clients”.

(membantu klien memperoleh daya untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang akan ia lakukan terkait dengan diri mereka,

termasuk mengurangi efek hambatan pribadi dan sosial dalam

melakukan tindakan. Hal ini dilakukan melalui peningkatan kemampuan dan rasa percaya diri yang ia miliki, antara lain melalui transfer daya dari lingkungannya) 14

Menurut Suharto (2005) pemberdayaan menunjuk pada kemampuan orang, khususnya kelompok rentan dan lemah sehingga mereka memiliki kekuatan atau kemampuan dalam (a) memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki kebebasan (freedom), dalam arti bukan saja bebas mengemukakan pendapat, melainkan bebas dari kelaparan, bebas dari kebodohan bebas dari kesakitan (b) menjangkau sumber-sumber produktif yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan pendapatanya dan memperoleh barang-barang dan jasa-jasa

13

Setiana L., Teknik Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat”, dalam nurjanah, ed., Implikasi Filsafat Konstruktivisme Untuk Pemberdayaan Masyarakat, (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga Press, 2007), Cet-1, h.79

14

Isbandi Rukminto Adi, “Intervensi Komunitas Pengembangan Masyarakat Sebagai Upaya Pemberdayaan Masyaraka, (Jakarta: Rajawali Press, 2008), h. 77-78


(38)

29

yang mereka perlukan (c) berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan-keputusan yang mempengaruhi kehidupan mereka.15

Adi (2005) juga mengutip pendapat Ife tentang pemberdayaan. Ife menjelaskan bahwa:

“empowerment means providing people with the resources, opportunities, knowledge, and skill to increasentheir capacity to determine their own future and to participate in and affect the life of their community.”

“Pemberdayaan sebagai sarana untuk memberikan orang dengan sumber-sumber, kesempatan-kesempatan, pengetahuan dan keterampilan untuk meningkatkan kapasitas mereka sehingga dapat menentukan masa depan dan berpartisipasi dalam kehidupan komunitas mereka”.16

Selanjutnya Kartasasmita dalam buku Isu-isu Tematik Pembangunan Sosial yang ditulis oleh Sulistiati (2004) mengatakan, bahwa memberdayakan masyarakat berarti meningkatkan kemampuan masyarakat dengan cara mengembangkan dan mendinamisasi potensi-potensi masyarakat dalam rangka meningkatkan harkat dan martabat seluruh lapisan masyarakat. Dengan kata lain menjadikan masyarakat mampu dan mandiri dengan menciptakan iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang. Pemberdayaan bukan hanya meliputi penguatan anggota individu anggota masyarakat tetapi juga

15

Edi Suharto, “Membangun Masyarakat Memberdayakan rakyat, (Bandung: PT Refika Aditama , 2005), h. 58.

16

Isbandi Rukminto Adi, “Intervensi Komunitas Pengembangan Masyarakat Sebagai Upaya Pemberdayaan Masyaraka”, (Jakarta: Rajawali Press, 2008), h. 50-51


(39)

pranatanya, menanamkan nilai-nilai budaya modern seperti kerjakeras, hemat, keterbukaan, dan tanggung jawab adalah bagian pokok dari upaya pemberdayaan.17

Sedang menurut Parsons yang dikutip oleh Suharto (2005) pemberdayaan adalah sebuah proses dengan mana orang menjadi cukup kuat untuk berpartisipasi dalam, berbagai pengontrolan atas dan mempengaruhi terhadap kejadian-kejadian serta lembaga-lembaga yang mempengaruhi kehidupanya. Pemberdayaan menekankan bahwa orang memperoleh pengetahuan, keterampilan dan kekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi perhatianya.18

Menurut Cristenson dan Robinson, yang dikutip oleh Soetomo, bahwa: “pengertian pemberdayaan masyarakat adalah sebagai suatu proses dimana masyarakat yang tinggal pada lokasi tertentu mengembangkan prakarsa untuk melaksanakan suatu tindakan sosial (dengan atau tanpa intervensi) untuk mengubah situasi ekonomi, sosial, kultural, dan atau lingkungan mereka.”19

Dari definisi Cristenson dan Robinson, terlihat kesan yang hendak menyatakan bahwaa dalam memberdayakan masyarakat intervensi bukanlah suatu hal yang mutlak, justru yang lebih penting adalah

17

Sulistiati, “Isu-isu Tematik Pembangunan Sosial: Konsepsi dan Strategi (Jakarta: Balai latihan dan pengembangan Sosial Depsos RI, 2004), h.229

18

Edi Suharto, “Membangun Masyarakat Memberdayakan rakyat, (Bandung: PT Refika Aditama , 2005), h. 58.

19

Soetomo, “strategi-strategi Pembangunan Masyarakat” (Yogyakarta: Pustaka Belajar,2006), h.81.


(40)

31

partisipasi masyarakat dalam proses yang berlangsung dimana pemberdayaan itu dilaksanakan.

Dari berbagai pengertian yang ada, maka peneliti menarik kesimpulan bahwa pemberdayaan masyarakat adalah suatu upaya yang dilakukan untuk membuat masyarakat berdaya dengan mengembangkan keterampilan yang dimilikinya, yang dapat dikembangkan dalam pelatihan-pelatihan keahlian hidup, agar masyarakat menjadi berdaya dan dapat mandiri.

2. Peran Pemerintah pada Pemberdayaan Masyarakat

Parson dalam Suharto (2005) menyatakan bahwa proses pemberdayaan umumnya dilakukan secara kolektif. Namun demikian, tidak semua intervensi pekerjaan social dapat dilakukan melalui kolektivitas. Dalam beberapa situasi strategi pemberdayaan dapat saja dilakukan secara individual. Meskipun pada giliranya strategi inipun tetap berkaitan dengan kolektivitas, dalam arti mengkaitkan klien dengan sumber atau system diluar dirinya. Dalam konteks pekerjaan sosial pemberdayaan dapat dilakukan melalui:

a) Intervensi Mikro, yaitu pemberdayaan yang dilakukan terhadap klien secara individu melalui bimbingan, konseling, stes management, ciri

intervention. Tujuan utamanya adalah membimbing atau melatih klien dalam menjalankan tugas-tugas kehidupanya. Model ini sering disebut sebagai pendekatan yang berpusat pada tugas (task centred approach).


(41)

b) Intervensi mezzo, yaitu pemberdayaan yang dilakukan terhadap sekelompok klien. Pemberdayaan dilakukan dengan menggunakan kelompok sebagai media intervensi. Pendidikan dan pelatihan, dinamakan kelompok biasanya digunakan sebagai strategi dalam meningkatkan kesadaran, pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap klien agar memiliki kemampuan memecahkan permasalahan yang dihadapinya.

c) Intervensi makro. Pendekatan ini disebut strategi system besar (

large-system strategi), karena sasaran perubahan diarahkan pada system

lingkungan yang luas. Perumusan kebijakan, perencanaan sosial, kampanye, aksi sosial, lobbying, pengorganisasian masyarakat, manajemen konflik adalah beberapa strategi dalam pendekatan ini. Strategi sistim besar memandang klien sebagai orang yang memiliki kompetensi untuk memahami situasi-situasi mereka sendiri, dan untuk memilih serta menemukan strategi yang tepat untuk bertindak.20 Intervensi makro mencakup berbagai metode professional yang digunakan untuk mengubah system sasaran yang lebih besar dari individu, kelompok dan keluarga. Yaitu organisasi, komunitas baik setingkat lokal, regional maupun nasional secara utuh.21

20

Edi Suharto, “Membangun Masyarakat Memberdayakan rakyat, (Bandung: PT Refika Aditama , 2005), h. 66.

21

Isbandi Rukminto Adi, “Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Investasi Komunitas”, (Jakarta: FEUI Press, 2003), h. 57.


(42)

33

3. Tahapan-tahapan Pemberdayaan Masyarakat

Dalam pemberdayaan tidak langsung terbentuk atau terjadi secara langsung maupun tiba-tiba, tetapi melalui beberapa proses tahapan yakni: a) Tahapan Persiapan

Tahapan ini meliputi penyiapan petugas (comunity

development), dimana tujuan utama ini adalah untuk menyamakan

persepsi antar anggota agen perubah (agent of change) mengenai pendekatan apa yang akan dipilih dalam melakukan pengembangan masyarakat. Sedangkan pada tahapan penyiapan lapangan, petugas melakukan setudi kelayakan terhadap daerah yang akan di jadikan sasaran. Pada tahapan ini terjadi kontrak awal dengan kelompok sasaran.

b) Tahapan Assessment

Proses assessment yang dilakukan disini adalah dengan mengidentifikasi masalah (kebutuhan yang dirasakan) dan juga sumber daya manusia yang dimiliki klien. Dalam proses penilaian ini dapat pula digunakan teknik SWOT, dengan melihat kekuatan, kelemahan, kesempatan dan ancaman.

c) Tahapan Perencanaan Alternatif Program atau Kegiatan.

Pada tahapan ini agen perubahan (agent of change) secara partisipatif mencoba melibatkan warga untuk berfikir tentang masalah yang mereka hadapi dan bagaimana cara mengatasinya.


(43)

d) Tahapan Pemformulasikan Rencana Aksi

Pada tahapan ini agen membantu masing-masing kelompok untuk merumuskan dan menentukan program dan kegiatan apa yang akan mereka lakukan untuk mengatasi permasalahan yang ada.

e) Tahapan Pelaksanaan (implementasi) Program

Tahap pelaksanaan ini merupakan salah satu tahapan yang paling krusial (penting) dalam proses pengembangan masyarakat, karena sesuatu yang sudah di rencanakan dengan baik akan dapat melenceng dalam pelaksanaan di lapangan bila tidak ada kerja sama antara warga.

f) Tahapan Evaluasi

Tahapan ini sebagai proses pengawasan dari warga dan petugas terhadap program yang sedang berjalan pada pengembangan masyarakat sebaiknya dilakukan dengan melibatkan warga.

g) Tahapan Terminasi

Tahap ini merupakan tahap pemutusan hubungan secara formal dengan komunitas sasaran. Terminasi dilakukan seringkali bukan karena masyarakat sudah dapat dianggap mandiri, tetapi tidak juga terjadi karena proyek sudah harus dihentikan karena sudah melebihi jangka waktu yang ditetapkan sebelumnya, atau karena sudah melebihi jangka waktu yang ditetapkan sebelumnya atau karena anggaran sudah


(44)

35

selesai dan tidak ada penyandang dana yang dapat dan mau meneruskan.

4. Proses Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan sebagai suatu proses merupakan sesuatu yang berkesinambungan dimana komunitas atau kelompok masih ingin melakukan perubahan serta perbaikan dan tidak hanya terpaku pada satu program saja.22 Proses pemberdayaan masyarakat terdiri dari lima tahap: a) Menghadirkan kembali pengalaman yang dapat memberdaya guna dan

tidak memberdayakan.

b) Mendiskusikan alasan mengapa terjadi pemberdayaan dan tidak memberdayakan.

c) Mengidentifikasi masalah.

d) Mengidentifikasi basis daya yang bermakna.

e) Mengembangkan rencana-rencana aksi dan pengimplementasian.23 Namun dalam proses pemberdayaan bahwa peran serta masyarakat merupakan tahapan yang penting dalam peningkatan pembangunan. 24 Mutu peran serta masyarakat dapat dibedakan dengan memahami motivasi mereka. Dalam hal ini peran serta dibagai menjadi lima yaitu:

22

Isbandi Rukminto Adi, “Pemikiran-pemikiran dalam Kesejahteraan sosial”, (Jakarta: Penerbit Fakultas ekonomi UI, 2002), seri II, h.173

23

Nanich Machendra dan Agus Ahmad Syafe’I, “Pengembangan Masyarakat Islam”, (Bandung: Rosdakarya, 2001), Cet ke-1,h.25.

24

Pelatihan Calon Pendamping Masyarakat oleh Masyarakat Mandiri Dompet Dhuafah Republika Bersama Fakultas Dakwah dan Komunikasi 27-28 juli 2007


(45)

1. Berperan serta karena mendapat perintah. 2. Berperan serta karena ingin mendapat imbalan.

3. Berperan serta secara sukarela, tanpa mengharapkan imbalan. 4. Berperan serta atas prakasa atau inisiatif sendiri.

5. Berperan serta disertai dengan kreasi atau daya cipta.

Dari uraian diatas bahwa proses pemberdayaan yang terjadi pada masyarakat, terjadi secara simultan sehingga upaya yang dilakukan berkesinambungan untuk meningkatkan daya yang ada.


(46)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Prosedur Penelitian

1. Persiapan, Tahap persiapan penelitian dimulai dengan memilih problematika yang terjadi pada Program PPMK. Selanjutnya peneliti menyusun proposal penelitian yang di dalamnya telah ditentukan rumusan dan batasan masalah. Variabel penelitian dalam skripsi ini adalah kepuasan, dan Program PPMK. Selanjutnya peneliti membuat landasan teoritis penelitian, merumuskan, teknik penulisan dan kajian pustaka, menentukan metode penelitian beserta sampel dan instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini. Selanjutnya penulis meminta surat izin kepada pihak kelurahan untuk melakukan penelitian.

2. Pelaksanan, dalam penyebaran kuesioner peneliti secara langsung

mendatangi responden ke rumah-rumah. Sebelumnya, peneliti melakukan konfirmasi dengan pihak RW setempat dan memberikan penjelasan mengenai tujuan peneliti dan meminta kesediaan responden untuk mengisi instrumen penelitian. Selanjutnya peneliti melakukan pengambilan data dengan memberikan instrumen yang telah dipersiapkan untuk responden dengan pilihan jawaban yang telah di sesuaikan.

3. Pengolahan Data, Pada tahapan ini hasil dari pengisian kuesioner diolah untuk selanjutnya dianalisis dan dibuat laporannya.


(47)

B. Ruang Lingkup Penelitian

Objek dari penelitian ini adalah Masyarakat RW 07 Kelurahan Ciracas kecamatan Ciracas Jakarta Timur, yang memperoleh bantuan Program Pemberdayaan Masyarakat kelurahan/PPMK. Penelitian ini dilakukan pada Juni sampai Juli 2010. Ruang lingkup penelitian ini akan membahas mengenai kepuasan masyarakat terhadap program pemberdayaan masyarakat kelurahan.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis kepuasan masyarakat yang memperoleh bantuan dari Pemda DKI pada program Pemberdayaan Masyarakat kelurahan, untuk menganalisis seberapa besar tingkat kepuasanya terhadap program tersebut dan seberapa jauh perananya dalam pemberdayaan ekonomi diwilayah tempat yang penulis teliti.

C. Lokasi Penelitian

Adapun tempat dan lokasi yang peneliti lakukan pada penelitian ini adalah pada Kelurahan Ciracas Rw 07 Kecamatan Ciracas Jakarta Timur.

D. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang di gunakan pada peneliian ini adalah penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif yaitu penelitian yang dalam data-datanyanya berbentuk angka-angka1

1

Ali Mauludi, “Statistik I:Penelitian Ekonomi Islam dan Sosia”,(Ciputat: PT Prima Heza Lestari, 2006), cet.ke-1 h.6


(48)

39

E. Metode Pengumpulan sampel

1. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kimpulan. Populasi dari penelitian ini adalah masyarkat Rw 07 Kel. Ciracas Kec. Ciracas jakarta timur yang memperoleh bantuan PPMK.

2. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah Non probability sampling, yaitu teknik pengambilan yang tidak memberi peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dijadikan sampel.

3. Teknik sempling adalah teknik pengambilan sampel. Untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah melalui cara

Convience Sampling, dimana kita akan menjadikan sampel terhadap orang

yang mudah ditemui atau dihubungi, mudah untuk mengukur dan kooperatif. Sampel yang diambil dari penelitian ini adalah sebanyak 50 Kepala Keluarga Rw 07 Kel. Ciracas Kec. Ciracas Jakarta Timur yang memperoleh bantuan PPMK.


(49)

F. Metode Pengumpulan data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Sedangkan sumber data internal didapat dari kelurahan ciracas dan eksternal didapat dari nasabah dengan menggunakan kuesioner.

1. Data primer

Adapun cara untuk mendapatkan data primer yaitu dengan cara meninjau langsung tempat yang diteliti yang menjadi objek penelitian dan teknk yang digunakan adalah:

a. Observasi (Observation)

Observasi adalah suatu teknis mencari atau mengumpulkan data dengan jalan mengamati dan terjun langsung ke lapangan, melihat secara nyata keadaan dan kondisi perusahaan dengan segala aspek kegiatan yang berhubungan dengan penelitian.

b. Wawancara (Interview)

Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengadakan tanya jawab dengan pihak yang diperlukan terhadap masalah yang diteliti yaitu dengan pihak kelurahan serta dewan kelurahan.

c. Angket (Quesioner)

Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara memperoleh data melalui responden dengan menyebar beberapa pertanyaan tertulis kepada responden.


(50)

41

Jenis pertanyaan dalam kuesioner ini merupakan pertanyaan tertutup karena responden hanya memilih satu jawaban dari beberapa pertanyaan yang telah ditentukan. Kuesioner yang digunakan didesain berdasarkan model skala Likert Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini merujuk pada lima alternatif jawaban, sebagaimana yang terlihat dibawah ini:

Tabel 3.1 Skala Likert

A. ALTERNATIF JAWABAN B. NILAI ITEM

Sangat Puas (SPs) 5

Puas (Ps) 4

Cukup Puas (CPs) 3

Tidak Puas (TPs) 2

Sangat Tidak Puas (STPs) 1

Kebaikan penggunaan format likert tercermin dalam keragaman sekor (variability of scorer) sebagai akibat penggunaan sekala yang berkisar antara 1 sampai 5. Dengan dimensi mutu tercermin dalam daftar pertanyaan memungkinkan masyarakat mencerminkan ekspresi mereka dalam pelayanan yang mereka terima, lebih mendekati kenyataan sebenarnya.2

2

Supranoto, Pengukuran tingkat Kepuasan Pelanggan Untuk Menaikkan Pangsa Pasar,


(51)

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dengan cara mengumpulkan dokumen atau laporan yang bersumber dari perusahaan dan pihak yang berkaitan.

a. Studi Kepustakaan (Library Research)

Yaitu penelitian yang digunakan dengan cara mengumpulkan data dan mempelajari buku panduan, buku pedoman dan literatur yang relevan dengan penyusunan skripsi ini.

b. Teknik dokumentasi

Teknik dokumentasi adalah pengumpulan data dengan cara mengutip langsung data yang diperoleh dari kelurahan, yang terdiri dari profil kelurahan

G. Uji Valididitas dan Reliabilitas

Untuk menjaga validitas dan reliabilitas dari butir-butir pernyataan yang ada pada kuesioner, maka terlebih dahulu dilakukan Uji Validitas dan Reliabilitas dengan melakukan try out terhadap beberapa responden.3

1. Validitas adalah ukuran untuk menunjukkan tingkat kevalidan suatu

instrumen. Suatu instrumen dianggap valid jika mampu mengukur yang diinginkan. Uji ini menggunakan metode korelasi Pearson, dengan rumus:4

3

Bhuono A. Nugroho, Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian dengan SPSS,


(52)

43 ] ) ( ][ ) ( [ ) )( ( 2 2 2

2 X n Y X

X n Y X XY n XY ∑ − ∑ ∑ − ∑ ∑ ∑ − ∑ = Γ Dimana:

n = Jumlah subyek

Γ XY = Koefisien korelasi X = Skor setiap item

Y = Skor total

(∑ X)2 = Kuadrat jumlah skor item

∑ X2 = Jumlah kuadrat skor item (∑ Y)2 = Kuadrat jumlah skor total

∑ Y2 = Jumlah kuadrat skor total

Selanjutnya untuk memberikan interpretasi terhadap koefisien korelasi dilakukan dengan cara:

Jika r = ( + ) Maka butir dalam instrumen mempunyai validitas yang tinggi. Jika r = ( - ) Maka butir dalam instrumen tersebut dinyatakan tidak valid. 2. Reliabilitas adalah ukuran kestabilan dan konsisitensi alat ukur yang akan

digunakan dalam menjawab hal-hal yang berkaitan dengan konstruk-konstruk pertanyaan yang disusun dalam bentuk kuesioner.

Uji ini menggunakan koefisien Cronbach’s Alpha. Reliabilitas suatu konstruk variabel dinyatakan baik jika memiliki Cronbach’s Alpha > dari 0,60, yaitu:5

4

Bhuono A. Nugroho, Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian dengan SPSS. 5


(53)

(

)

2 2 2 1 ) ( S n S S n i − Σ − = α Dimana:

α = Koefisien alpha

n = Jumlah item dalam skala S2 = Varian total dari skor test Si2 = Varian dari setiap item skala

H. Metode Analisa Data

Metode analisis yang digunakan secara umum adalah metode kualitatif dan kuantitatif. Analisa kualitatif adalah analisis yang tidak menggunakan model matematik, statistik dan ekonometrik. Sedangkan analisa kuantitatif adalah analisis yang mempergunakan alat analisis dengan model-model matematik.6 a. Analisis Kualitatif

Untuk melihat persepsi responden terhadap indikator-indikator dari variabel-variabel penelitian, maka digunakan metode kualitatif dengan analisis deskriptif.

b. Analisis Kuantitatif

Analisis kuantitatif menggunakan metode analisis uji korelasi. Uji ini digunakan untuk menguji hubungan antara dua variabel. Untuk itu digunakan

Rank Spearman Correlation. Dalam korelasi ini menuntut kedua variabel

6

Rusdin, Statistika Penelitian Sebab Akibat, Cet. I, (Bandung: CV Pustaka Bani Quraisy, 2004), h. 23-24.


(54)

45

pengamatan sekurang-kurangnya diukur dalam skala ordinal. Adapun rumus korelasi Rank Spearman adalah sebagai berikut:

) 1 ( 6 1

2 2

− −

=

n n

D rs

Dimana:

D2 = Selisih setiap peringkat rank n = Jumlah anggota sampel

Uji signifikan korelasi dapat dilihat dari probabilitas signifikan. Pengambilan keputusan berdasarkan probabilitas signifikan adalah:

a) Jika probabilitas signifikan > 0,05, maka H0 diterima. Artinya variabel independen tidak mempunyai hubungan secara signifikan dengan variabel dependen.

b) Jika probabilitas signifikan < 0,05, maka H0 ditolak. Artinya variabel independen mempunyai hubungan secara signifikan dengan variabel dependen.

Uji signifikan korelasi juga dapat dilakukan dengan cara uji z. Uji z dapat digunakan jika data sampel lebih dari 30 dengan rumus:

1

− =r n z Dimana:

r = Korelasi antar variabel independen dan dependen


(55)

Pengambilan keputusan berdasarkan perbandingan z hitung dengan z tabel dengan daerah kritis penolakan sebagai berikut:

a) Jika z hitung > z tabel maka H0 ditolak dan Hα diterima. b) Jika z hitung < z tabel maka H0 diterima dan Hα ditolak.


(56)

BAB IV

ANALISIS KEPUASAN MASYARAKAT KELURAHAN CIRACAS TERHADAP PROGRAM PPMK

A. Gambaran Umum Masyarakat Kelurahan Ciracas 1. Gambaran Geografis Kel. Ciracas

a. Luas : 393,30 HA b. Letak Wilayah :

1) Utara : Kelurahan Susukan dan Rambutan 2) Barat : Kelurahan Cijantung

3) Selatan : Kelurahan Kelapa II Wetan dan Cipayung 4) Timur : Keluran Cipayung

2. Kondisi Penduduk Kel. Ciracas a. Jumlah RW 10, Jumlah RT 136 b. Kependudukan

1) Jumlah penduduk : 42.789 jiwa

2) Jumlah KK : 8.733 KK

3) Kepadatan penduduk : 10. 880 Jiwa / Km2

4) Ketenagakerjaan :

a) karyawan swasta / pemerinta : 12.777 Orang b) Pengangguran : 6.798 Orang


(57)

Tabel 4.1 Profil Penduduk Kel. Ciracas Jakarta Timur

No Keadaan Penduduk Jumlah

1 Jumlah Penduduk Laki-laki 21.154 Orang 2 Jumlah Penduduk Perempuan 20.846 Orang

3 Jumlah Usaha Mikro 2.040

4 Jumlah Usaha Kecil 125

5 Jumlah Home Industri 4

6 Jumlah KK Miskin 2.058 Orang

7 Jumlah Pengangguran 1.135 Orang

8 Jumlah Pedagang 2.160 Orang

Sumber: Laporan Tahunan Dekel Ciracas

3. Struktur Organisasi Kepemerintahan Kel. Ciracas Pengarah :1. Camat Ciracas

2. Kapolsek Ciracas 3. Danramil 03 Ciracas Penanggung Jawab : Lurah Ciracas

Ketua Pelaksana : Ketua Dekel Ciracas Wkl. Ketua Pelaksana : Sekel. Ciracas

Sekretaris : Kasubsi Pemberdayaan Masyarakat Anggota : Wkl. Ketua Dekel.

Unsur Kelurahan

Bapinsa Kantibmas

Bapinsa

Tokoh Agama


(58)

49

Sekretaris 1. Unsur Kelurahan

2. Ketua UPKMK

3. UPKMK

4. Dewan Kelurahan

a. Dasar Hukum dibentuknya Dewan kelurahan Ciracas 1) UU No. 32 / 2004 Tentang Pemerintahan Daerah;

2) UU No. 33 / 2004 Tentang Pertimbangan Keuangan Pusat & Daerah;

3) UU No. 34 / 1999 Tentang Propinsi Daerah Khusus Ibukota Negara RI Jakarta;

4) Perda No. 5 Tahun 2000 Tentang Dewan Kelurahan;

5) Keputusan Gubenur Propinsi DKI No. 3 tahun 2001 Tentang Tata cara dan kelengkapan penyelenggara pemilihan anggota Dewan Kelurahan;

6) Surat keputusan Walikota Jakarta Timur No. 48 tahun 2006 Tentang penberapan anggota Dewan Kelurahan diKelurahan Ciracas Kecamatan Ciracas Kota Administrasi Jakarta Timur.

b. Dewan Kelurahan Circas

1) Visi : Menciptakan masyarakat ciracas yang sejahtera dan transparan


(59)

2) Misi :

a) Meningkatkan perekonomian rakyat melalui program P2KP dan PPMK;

b) Meningkatkan peran posyandu untuk menumbuhkan keluarga sehat;

c) Mengupayakan kesempatan belajar bagi yang tidak mampu dan yang putus sekolah;

d) Mendorong pengusaha dan masyarakat peduli lingkungan; e) Mendorong tumbuhnya partisipasi aktif masyarakat dalam

proses pembangunan;

f) Menumbuhkembangkan forum-forum warga untuk mendorong masyarakat berani menyampaikan aspirasinya.

c. Tugas-tugas Dewan Kelurahan Ciracas

1) Menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat;

2) Memberikan usulan dan saran lurah tentang penyelenggaraan pemerintah kelurahan.

3) Menjelaskan kebijakan pemerintah kelurahan kepada warga kelurahan.

4) Melaksanakan penberdayaan masyarakat.

5) Melaksakan konsultasi kepada instansi terkait organisasi kemasyarakatan lainnya diwilayah yang bersangkutan;


(60)

51

6) Mengajukan calon anggota Dewan Kota atau kabupaten kepada Dewan Perwakilan Daerah melalui kecamatan masing – masing. d. Kedudukan Dewan Kelurahan Ciracas

1) Dewan Kelurahan merupakan Lembaga Konsultatif Perwakilan Rukun Warga sebagai Wahana partisipasi masyarakat di kelurahan dalam penyelengara pemerintah sebagai perwujudan demokrasi di kelurahan;

2) Dewan Kelurahan merupakan mitra kerja pemerintah kelurahan dalam perberdayaan masyarakat.

B. Tingkat Kepuasan Masyarakat Kelurahan Ciracas Terhadap Program PPMK

1. Hasil Capaian Program PPMK

Sebelum menganalisis mengenai kepuasan masyarakat Kel. Ciracas, penulis akan menyajikan hasil dari pelaksanaan PPMK tahun 2002 sampai dengan tahun 2007 diantara hasilnya sebagaimana penulis uraikan sebagaimana berikut:

a. Bina Ekonomi

Untuk Bina Ekonomi dana bergulir ada beberapa hasil yang dicapai oleh para pemanfaat:


(61)

1) Para pedagang kecil dan penjual jasa sampai saat ini masih berjalan dengan baik (dagang klontongan, sembako, warung nasi, dagang sayur, sablon, dan penjahit)

2) Para usaha produktif yang berhasil antara lain ; pedagang roti lapis legit, onde-onde, donat, brownis, kripik singkong, para usaha tersebut telah menyerap tenaga kerja.

b. Bina Fisik

Keberhasilan pelaksanaan Bina Fisik PPMK 2003, 2004, 2005, dan 2007 telah dibangun perbaikan jalan setapak dan saluran air sepanjang 28.000 M, dengan biaya PPMK dan swadaya masyarakat sebesar Rp. 1.140.000.000,-Manfaat Manfaat Jalan setapak dan saluran air adalah:

1) Komunikasi antar warga lancar

2) Transportasi para pedagang kecil sangat lancar, 3) Lingkungan menjadi bersih

4) Saluran air rumah tangga menjadi lancar, 5) Mudah membersihkan got.

c. Bina Sosial

Keberhasilan pelaksanaan bina sosial PPMK 2003,2005 dan 2007 telah dilatih 1.631 orang dengan biaya PPMK sebesar Rp 566.000.000.


(62)

53

Adapun peserta pelatihan telah banyak yang sudah bekerja, antara lain:

1) Kantor sebagai tenaga administrasi 2) Sebagai tenaga satpam

3) Sebagai sopir pribadi, sopir di PT,

4) Usaha sendiri antara lain; usaha kripik singkong, kue donat, kue brownis, usaha roti, usaha lapis legit.

2. Identitas Responden Peserta Program PPMK

Bagian ini penulis akan menyajikan mengenai identitas responden program PPMK yang telah di ambil sampelnya secara purposif sampling sebayak 35 orang responden adapun identitas responden sebagiman dapat di jelaskan pada tabel berikut:

Tabel 4.2

Responden Berdasarkan Usia

Frequency Percent

Valid 30 3 8.6

31 1 2.9

32 1 2.9

34 1 2.9

35 1 2.9

36 1 2.9

38 1 2.9

39 1 2.9

40 2 5.7

41 1 2.9

42 2 5.7

43 1 2.9


(63)

46 1 2.9

47 3 8.6

48 1 2.9

50 1 2.9

51 1 2.9

52 1 2.9

54 1 2.9

55 1 2.9

56 1 2.9

57 2 5.7

60 1 2.9

Total 32 91.4

Missing System 3 8.6

Total 35 100.0

Sumber: Data diolah dari angket

Data di atas menunjukkan usia responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini memiliki usia yang beragam. Dari data ini dapat diketahui bahwa rata-rata usai penerima bantuan program PPMK berkisaran pada 40 an yang maíz tergolong pada usia produktif.

Tabel 4.3

Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Frequency Percent

Valid Pria 22 62.9

Perempuan 13 37.1

Total 35 100.0

Sumber: Data diolah dari angket

Data berdasarkan jenis kelamin menunjukkan bahwa sebagian besar (62.9 %) di dominasi oleh laki-laki sedangkan sisanya (37.1%) perempuan.


(64)

55

Tabel 4.4

Responden Berdasarkan Status Perkawinan Frequency Percent Valid Belum Menikah 4 11.4

Menikah 27 77.1

Duda / Janda Mati 2 5.7 Duda / Janda Cerai 2 5.7

Total 35 100.0

Sumber: Data diolah dari angket

Data berdasarkan status perkawinan menunjukkan bahwa sebagian besar responden (77.1%) sudah menikah, (11.4 %) belum menikah sedangkan sisanya masing-masing ( 5.7 %) duda/janda cerai mati.

Tabel 4.5

Responden Berdasarkan Agama Frequency Percent Valid Islam 33 94.3

Kristen 2 5.7 Total 35 100.0 Sumber: Data diolah dari angket

Data berdasarkan agama menunjukkan bahwa sebagian besar (94.3%) memiliki agama Islam serta sisanya (5.7%) responden beragama kristen.

Tabel 4.6

Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir Frequency Percent Valid Tidak Sekolah 1 2.9


(65)

SD 11 31.4

SLTP 7 20.0

SLTA 15 42.9

S1 1 2.9

Total 35 100.0

Sumber: Data diolah dari angket

Data berdasarkan tingkat pendidikan menunjukkan bahwa sebagian besar responden (42.9%) berpendidikan SLTA sebesar (31.4%) berpendidikan SD sebesar (20.0%) berpendidikan SLTP, sebesar (2.9%) responden berpendidikan S1.

Tabel 4.7

Responden Berdasarkan Pekerjaan Frequency Percent Valid Pedangang 22 62.9

Pegawai Negeri 1 2.9 Pegawai Swasta 2 5.7

Pengusaha 1 2.9

Lainya 9 25.7

Total 35 100.0

Sumber: Data diolah dari angket

Data berdasarkan tingkat pekerjaan menunjukkan bahwa sebagian besar responden (62.9%) berpropesi sebagai pedagang, sebesar (25.7%) lainya, sedangkan (5.7%) responden berpropesi sebagai pegawai swastaserta masing-masing sebesar (2.9%) pengusaha dan pegawai negeri.


(66)

57

Tabel 4.8

Responden Berdasarkan Pendapatan Rata-rata Frequency Percent Valid Kurang dari Rp 500.000 6 17.1

Rp. 500.00-Rp. - 1.000.000 12 34.3 Rp. 1.000.000 - Rp. 2.000.000 7 20.0 Rp 2.000.000 - Rp. 5.000.000 10 28.6

Total 35 100.0

Sumber: Data diolah dari angket

Data berdasarkan pendapatan rata-rata responden (34.3%) mempunyai pendapatan Rp 1.000.000 sampai Rp 2.000.000 sebesar (28.6%) responden berpendapatan Rp 2.000.000 sampai dengan 5.000.000, sebesar (20.0%) responden berpendapatan perbulan Rp 1.000.000 sampai Rp. 2.000.000 sebesar (17.1%) responden mempunyai pendapatan kurang dari Rp. 500.000

3. Tingkat Kepuasan Masyarakat Kel. Ciracas Terhadap Program PPMK

Tabel 4.9

Responden Berdasarkan

Tingkat kepuasan program PPMK DKI Jakarta Frequency Percent

Valid Cukup Puas 15 42.9

Puas 16 45.7

Sangat Puas 4 11.4

Total 35 100.0


(67)

Data Berdasarkan tingkat kepuasan responden terhadap Program PPMK DKI Jakarta menunjukkan sebagian besar (45.7%) puas, (42.9%) cukup puas, dan (11.4%) menyatakan sangay puas.

Tabel 4.10

Responden Berdasarkan

Tingkat Kepuasan Pelayanan Petugas PPMK Frequency Percent Valid Tidak Puas 2 5.7

Cukup Puas 20 57.1

Puas 12 34.3

Sangat Puas 1 2.9

Total 35 100.0

Sumber: Data diolah dari angket

Data Berdasarkan tingkat kepuasan pelayanan petugas PPMK menunjukkan sebagian besar (57.1%) cukup puas, (34.3%) puas, (5.7%) menyatakan tidak puas serta sisanya (2.9%) menyatakan sangay puas.

Tabel 4.11

Responden Berdasarkan

Kepuasan kemudahan dalam bertransaksi Frequency Percent Valid Tidak Puas 1 2.9

Cukup Puas 17 48.6

Puas 17 48.6

Total 35 100.0


(68)

59

Data Berdasarkan tingkat kepuasan dalam hal bertransaksi pada program PPMK menunjukkan sebagian besar masing-masing (48.6%) puas dan cukup puas, sisanya (2.9%)menyatakan tidak puas.

Tabel 4.12

Responden Berdasarkan

Tingkat kepuasan Kemudahan pencairan Bantuan PPMK Frequency Percent

Valid Tidak Puas 1 2.9 Cukup Puas 10 28.6

Puas 19 54.3

Sangat Puas 5 14.3

Total 35 100.0

Sumber: Data diolah dari angket

Data Berdasarkan kemudahan tingkat kepuasan dalam hal bertransaksi pada program PPMK menunjukkan sebagian besar masing-masing (48.6%) puas dan cukup puas, sisanya (2.9%)menyatakan tidak puas.

Tabel 4.13

Responden Berdasarkan

Kepuasan terhadap persyaratan PPMK Yang tidak berbelit-belit Frequency Percent

Valid Sangat Tidak Puas 1 2.9

Tidak Puas 1 2.9

Cukup Puas 10 28.6

Puas 16 45.7

Sangat Puas 7 20.0

Total 35 100.0


(69)

Data Berdasarkan kepuasan terhadap persyaratan PPMK yang tidak berbelit-belit sebagian besar responden (45.7%) menyatakan puas, sedangkan (28.6%) menyatakan tidak puas.

Tabel 4.14

Responden Berdasarkan

Pemberian modal yang tidak membeda-bedakan strata sosial Frequency Percent

Valid Sangat Tidak Puas 1 2.9

Tidak Puas 4 11.4

Cukup Puas 12 34.3

Puas 15 42.9

Sangat Puas 3 8.6

Total 35 100.0

Sumber: Data diolah dari angket

Data Berdasarkan pemberian modal yang tidak membeda-bedakan status social mennjukkan sebagian besar (42.9%) puas, (34.3%) cukup puas, (11.4%) menyatakan tidak puas (8.6%) menyatakan puas, serta sisanya (2.9%) menyatakan tidak puas.

Tabel 4.15

Responden Berdasarkan

Kepuasan terhadap pola pemberdayaan yang dilakukan olek Kel. Ciracas Frequency Percent

Valid Sangat Tidak Puas 1 2.9

Tidak Puas 7 20.0

Cukup Puas 15 42.9

Puas 10 28.6

Sangat Puas 2 5.7

Total 35 100.0


(70)

61

Data Berdasarkan kepuasan terhadap pola pembiayaan yang dilakukan oleh Kel. Ciracas mennjukkan sebagian besar (42.9%) menyatakan cukup puas, (28.6%) puas, (20.0%) menyatakan tidak puas (5.7%) menyatakan Sangay puas, serta sisanya (2.9%) Sangat tidak puas.

Tabel 4.16

Responden Berdasarkan

Manfaat PPMK Terhadap Program-progarm pemberdayaan lain Frequency Percent

Valid Tidak Puas 2 5.7 Cukup Puas 13 37.1

Puas 15 42.9

Sangat Puas 5 14.3

Total 35 100.0

Sumber: Data diolah dari angket

Data Berdasarkan kepuasan terhadap manfaat program-program pemberdayaan lain yang dilakukan oleh Kel. Ciracas mennjukkan sebagian besar (42.9%) menyatakan puas, (37.1%) cukup puas, (14.3%) menyatakan sangat puas (5.7%) menyatakan Tidak puas,.

Tabel 4.17

Responden Berdasarkan

Kepuasan terhadap pelatihan yang diberikan Kel. Ciracas melalui Program PPMK

Frequency Percent Valid Tidak Puas 7 20.0


(71)

Puas 9 25.7

Sangat Puas 1 2.9

Total 35 100.0

Sumber: Data diolah dari angket

Data Berdasarkan kepuasan terhadap pelatihan-pelatihanyang diberikan Kel. Ciracas melalui program PPMK Kel. Ciracas mennjukkan sebagian besar (51.4%) menyatakan cukup puas, (25.7%) puas, (20.0%) menyatakan tidak puas (2.9%) menyatakan Sangay puas, serta sisanya (2.9%) Sangat tidak puas.

Tabel 4.18

Responden Berdasarkan

Tingkat kepuasan terhadap PPMK dapat memberikan solusi dalam pengembangan ekonomi

Frequency Percent Valid Cukup Puas 10 28.6

Puas 15 42.9

Sangat Puas 10 28.6

Total 35 100.0

Sumber: Data diolah dari angket

Data Berdasarkan kepuasan PPMK dapat memberikan solusi dalam pengembangan ekonomi data diatas menunjukkan sebagian besar (42.9) menyatakan puas sedangkan masing-masing (28.6%) menyatakan cukup dan Sangay puas.

Analisis pada kepuasan masyarakat terhadap program PPMK kel. Ciracas dalam upaya pemberdayaan ekonomi dapat disimpulka bahwa masyarakat rata-rata puas pada progarm PPMK sebesar (45.7%)sebagaiman


(72)

63

dapat dilihat pada tabel 4.9, sedangkan kepuasan terhadap pemberian modal yang tidak membeda-bedakan statusgolongan dapat disimpulkan bahwa responden (42.9 %) Namur ada sebagian (11.4%) yang menjawab tidak puas sebagaiman terlihat pada tabel 4.15, kemudian pula dapat disimpulkan bahwa kepuasan terhadap pola pemberdayaan yang dilakukan olek Kel. Ciracas juga disimpulkan sebesar (42.9%) cukup puas serta (20.0%) tidak puas sebagaiman table 4.16.

C. Kendala Program PPMK Pada Kelurahan Ciracas dan Solusi Untuk Mengatasinya.

Dari hasil waawan cara dilapangan dengan peserta Program PPMK kendala yang terjadi pada Program ini hampir rata-rata tidak ada atau tidak terdapat kendala-kendala secara serius, namun ketika dilihat dari sisi pengembalian tentulah masih banyak kekurangan dan kendala-kendala baik secara teknis maupun pelaksanaan diantara kendala-kendala program PPMK tersebut antara lain:

1. Pengembalian angsuran dari TPK RW ke UPKMK tidak sesuai dengan jadwal yang telah disepakati.

2. Masih kurangnya nilai keswadayaan masyarakat, meliputi bina social dan bina fiscal.

3. Masih banyak masyarakat yang kurang memahami program PPMK. 4. Tunggakan dan kemacetan sebagai penghambat guliran;


(1)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, maka dapat diberikan suatu kesimpulan sebagai berikut:

1. Peran PPMK dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat kel. Ciracas adalah berperan dalam kesejahteraan masyarakat kelurahan melalui pendekatan tribina yang meliputi Bina Ekonomi, Bina Fisik Lingkungan, Bina Sosial

a. Bina Ekonomi

1) Meningkatkan pendapatan masyarakat berpenghasilan rendah 2) Tumbuh dan berkembangnya usaha mikro

3) Terbangun dan berkembangnya potensi ekonomi masyarakat. b. Bina Fisik Lingkungan

1) Terwujudnya sarana dan prasarana lingkungan bersekala mikro yang memadai.

2) Terwujudnya kemandirian dan kepedulian masyarakat untuk memperbaiki dan perbaikan lingkungan.

c. Bina Sosial

1) Meningkatnya kemampuan dayasaing anggota masyarakat. 66


(2)

2) Meningkatnya peran serta lembaga lembaga kemasyarakat dalam menghimpun dan mengembangkan kemampuan masyarakat.

3) Meningkatnya kesetiakawanan sosial, kepedulian sosial dan kerjasama antar unsur masyarakat.

2. Bagaimana tingkat kepuasan masayarakat Kel. Ciracas terhadap Program PPMK dalam upaya pemberdayaan ekonomi dapat disimpulka bahwa masyarakat rata-rata puas pada progarm PPMK sebesar (45.7%)sebagaiman dapat dilihat pada tabel 4.9, sedangkan kepuasan terhadap pemberian modal yang tidak membeda-bedakan statusgolongan dapat disimpulkan bahwa responden (42.9 %) Namur ada sebagian (11.4%) yang menjawab tidak puas sebagaiman terlihat pada tabel 4.15, kemudian pula dapat disimpulkan bahwa kepuasan terhadap pola pemberdayaan yang dilakukan olek Kel. Ciracas juga disimpulkan sebesar (42.9%) cukup puas serta (20.0%) tidak puas sebagaiman table 4.16.

3. Kendala yang terdapat pada Program PPMK yang paling penting adalah pengembalian angsuran dari TPK RW ke UPKMK tidak sesuai dengan jadwal yang telah disepakati juga masih kurangnya nilai keswadayaan masyarakat, meliputi bina sosial dan bina fiskal., masih banyak masyarakat yang kurang memahami program PPMK,


(3)

68

tunggakan dan kemacetan sebagai penghambat guliran, serta kurangnya SDM tenaga UPKMK yang berlatar belakang Akuntansi.

B. Saran

1. Perlu adanya sosialisasi keberadaan PPMK agar masyarakat mengetahui bahwa PPMK adalah dana bergulir yang bersifat simultan untuk pengembangan usaha kecil.

2. Memberikan penyuluhan yang dapat mengikat para peminjam untuk bias mengembalikan pinjamanya dengan rajin sehingga tidak ada tunggakan, supaya dana PPMK dengan bertindak jujur dan penuh tanggung jawab.

3. Perlu diadakan pertemuan-pertemuan yang melibatkan para pengeelola (DK, UPKMK dan TPK RW) untuk memberikan penyuluhan tentang resiko pengelola yang menyalahgunakan dana PPMK.


(4)

Grafindo Persada, 2007.

Antonio, Muhammad Syafi’i, Bank Syariah dari ke Praktek, cet.1. Jakarta: Gema Insani Press,2001.

Akmal Yahya, Prfit Distribution, Artikel di Akses pada 22 Maret 2008 dari www.ifibank.go.id

Arifin, Zaenal, Dasar- Dasar Manajemen Bank Syariah,cet.1. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002,

Alhusin, Syahri. Aplikasi Statistik Praktis dengan SPSS.10 For Windows, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2003.

A. Nugroho, Bhuono. Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian dengan

SPSS. Yogyakarta, ANDI Offset, 2005.

Buku Pedoman Penulisan Skripsi, Jakarta: Fakultas Syariah dan Hukum, 2007

Briefcase Book Edukasi Profesional Syariah. Sistem dan Mekanisme Pengawasan Syariah, cet.1 Jakarta: Renaisan, 2005.

Dalan Siamat, Manajemen Lembaga Keuangan, Edisi kedua Jakarta: LPFEUI,1999 Dawam Rahardjo, Islam Transformasi Sosial Ekonomi, Yogyakarta: LSAF 1999 Departemen, Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya

Dewan Syariah Nasional (DSN) Majelis Ulama Ulama Indonesia (MUI). Himpunan Fatwa Dewan Syari’ah Nasional MUI, ed. Revisi. Ciputat: Gaung Persada, 2006.

Edwin, Nasution Mustofa, dkk, “Pengantar Eksklusif Ekonomi Islam” (Jakarta: 2006, Kencana Prenada Group).

Gemala Dewi, Aspek-aspek Hukum dalam Perbankan dan Perasuransian Syariah di Indonesia, Jakarta: Kencana, 2005.


(5)

70

---, Analisis Kritis atas Laporan Keuangan, cet.4. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004.

Hatif Hadikoesomo, Deposito Mudhorobah Sebagai Kuasi Modal Bagi Bank Syariah; Suatu tinjauan teoritis dan kemungkinan penerapanya, makalah pendidikan sekolah staf dan pimpinan BI angkatan XXV, Jakarta:2002, Perpustakaan Riset BI.

Husein, Umar. Metode Riset Perilaku Konsumen Jasa. Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003.

Imam Hilman dkk, Perbankan Syariah Masa Depan, Jakarta: Senayan ABADI publishing, 2003.

Iwan Triyuwono, Perspektif, Metodologi dan Teori Akuntansi Syariah, Jakarta: Raja Grafindi Persada 2006.

Irawan, Handi. 10 Prinsip Kepuasan Pelanggan. Jakarta: Elex Media Komputindo, 2002.

Jumingan, Analisis Laporan Keuangan, jakarta: Media Grafika 2006

Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainya, cet.6, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002,

Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah Yogyakarta: UUP AMP YKPN, 2005

---, Sistem dan Prosedur Oprasional Bank Syariah, Yogyakarta: UII Press, 2005.

Muhammad Nazir, “Metodologi Penelitian (Jakarta: 1999, Ghalia)

PNPM, Pengertian dan Tujuan PNPM Mandir, diakses dari http://www.pnpm-mandiri.org pada 8 April 2010

Pusat Komunikasi Ekonomi Syariah (PKES). Materi Dakwa Ekonomi Syariah, Jakarta: PKES (Pusat Komunikasi Ekonomi Syariah)

Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI) Universitas Islam Indonesia Yogyakarta atas kerjasama dengan Bank Indonesia, “Ekonomi


(6)

Rumidi, Sukandar. Metodologi Penelitian Petunjuk Praktis Untuk Peneliti Pemula. Yogyakarta: Gajah Mada University, 2004.

Rusdin. Statistika Penelitian Sebab Akibat, Cet. I. Bandung: CV Pustaka Bani Quraisy, 2004.

Syarif Arbi, Mengenal Bank dan Lembaga Keuangan Non Bank, Jakarta: Djambatan 2003

Save, M. Dagun, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, cet1, Jakarta: Lembaga Pengkajian Kebudayaan Nusantara (LPKN), 1997

Siamat, Dahlan, Manajemen Lembaga Keuangan, edisi ke Dua, Jakarta: Lembaga Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1999.

Sjahadeni, Sutan remy, Perbankan Islam dan Kedudukanya Dalam Tata Hukum Perbankan Indonesia, Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 1999.

Santoso, Singgih. SPSS Versi 10: Mengolah data Statistik Secara Profesional, Jakarta: Elex Media Komputindo, 2001.

Singarimbun, Masri & Sofian Effandi. Metode Penelitian Survey. Jakarta: LP3ES. Januari, 1995.

Tim pengendali PNPM Mandiri 2007/2008, “Pedoman Umum Program Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri”, (Jakarta: 2007, PNPM).