EFEKTIVITAS TEKNIK SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN PENYESUAIAN SOSIAL: Penelitian Pra-eksperimen terhadap Peserta Didik Kelas X SMA Pasundan 8 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013.

(1)

Merry Mutiara M, 2013

EFEKTIVITAS TEKNIK SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN PENYESUAIAN SOSIAL

(Penelitian Pra-eksperimen terhadap Peserta Didik Kelas X SMA Pasundan 8 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

Oleh

Merry Mutiara M. 0800359

JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2013


(2)

EFEKTIVITAS TEKNIK SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN PENYESUAIAN SOSIAL

Oleh Merry Mutiara M.

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Merry Mutiara M. 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

September 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

Merry Mutiara M, 2013

MERRY MUTIARA M. 0800359

EFEKTIVITAS TEKNIK SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN PENYESUAIAN SOSIAL

(Penelitian Pra-eksperimen terhadap Peserta Didik Kelas X SMA Pasundan 8 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH: Pembimbing I

Dr. Agus Taufiq, M.Pd. NIP. 19570816 198503 1 007

Pembimbing II

Dra. Setiawati, M.Pd. NIP. 19621112 198610 2 001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia

Dr. Nandang Rusmana, M.Pd. NIP. 19600501 198603 1 004


(4)

ABSTRAK

Merry Mutiara M, 0800359 (2013). Efektivitas Teknik Sosiodrama untuk Meningkatkan Penyesuaian Sosial (Studi Pra-eksperimen terhadap Siswa Kelas X SMA Pasundan 8 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013)

Salah satu tugas perkembangan remaja yaitu berhubungan dengan penyesuaian, untuk mencapai tujuan dari pola sosialisasi orang dewasa, remaja harus melakukan penyesuaian baru. Penyesuaian sosial yang baik akan terbina dengan menciptakan hubungan yang harmonis, dapat menyesuaikan nilai dan norma yang ada, tidak merugikan orang lain, tidak agresif, bersikap baik, tidak mudah depresi jika sesuatu tidak berjalan sesuai keinginannya. sosiodrama merupakan kegiatan yang dapat sangat cocok untuk membantu para peserta didik dalam meningkatkan perkembangan sosialnya, salah satunya adanya penyesuaian sosial. Tujuan penelitian mengetahui efektivitas teknik sosiodrama dalam meningkatkan penyesuaian sosial. Penelitian menggunakan metode pra-eksperimen dengan one group pretest-posttest design. Partisipan penelitian adalah peserta didik kelas X SMA Pasundan 8 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 yang berjumlah 16 peserta didik pada kategori penyesuaian sosial rendah dan sangat rendah. Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah angket. Hasil penelitian: (1) sebagian besar peserta didik memiliki penyesuaian sosial yang tinggi; (2) rancangan teknik berfokus untuk meningkatkan indikator penyesuaian sosial yang rendah; (3) teknik sosiodrama efektif dalam meningkatkan penyesuaian sosial.


(5)

Merry Mutiara M, 2013

ABSTRACT

Merry Mutiara M, 0800359 (2013). The Effectiveness of Sociodrama Technique to

Improve Social Adjustment (Pre-Experiment Research of 10th Grade Students of SMA Pasundan 8 Bandung Academic Year 2012/2013)

One task of adolescent development that is related with the adjustment, to achieve the goal of socialization patterns of adults, adolescents must make adjustments later. Good social adjustment will be built up by creating a harmonious relationship, can adjust the values and norms that exist, no harm to others, not aggressive, be nice, do not easily depressed if things do not go as he wishes. sociodramas is an activity that can be very suitable to assist the learners in improving their social development, one of which is the existence of social adjustment. The purpose of research examines the effectiveness of technique of sociodrama to improve social adjustment. The study used a pre-experimental method with one group pretest-posttest design. Research subject are students class of X SMA Pasundan 8 Bandung of Academic Year 2012 / 2013 a total 16 students in the category of low and very low social adjustment. The instruments used in the study was a questionnaire that reveals social adjustment. The results: (1) most learners have a high social adjustment; (2) sociodramas engineering design focused to improve low social adjustment; (3) sociodrama technique effectively to improve social adjustment. Recommended for counselor in the school to used sociodrama techniques in guidance and counseling.


(6)

ABSTRAK

Merry Mutiara M, 0800359 (2013). Efektivitas Teknik Sosiodrama untuk Meningkatkan Penyesuaian Sosial (Studi Pra-eksperimen terhadap Siswa Kelas X SMA Pasundan 8 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013)

Salah satu tugas perkembangan remaja yaitu berhubungan dengan penyesuaian, untuk mencapai tujuan dari pola sosialisasi orang dewasa, remaja harus melakukan penyesuaian baru. Penyesuaian sosial yang baik akan terbina dengan menciptakan hubungan yang harmonis, dapat menyesuaikan nilai dan norma yang ada, tidak merugikan orang lain, tidak agresif, bersikap baik, tidak mudah depresi jika sesuatu tidak berjalan sesuai keinginannya. sosiodrama merupakan kegiatan yang dapat sangat cocok untuk membantu para peserta didik dalam meningkatkan perkembangan sosialnya, salah satunya adanya penyesuaian sosial. Tujuan penelitian mengetahui efektivitas teknik sosiodrama dalam meningkatkan penyesuaian sosial. Penelitian menggunakan metode pra-eksperimen dengan one group pretest-posttest design. Partisipan penelitian adalah peserta didik kelas X SMA Pasundan 8 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 yang berjumlah 16 peserta didik pada kategori penyesuaian sosial rendah dan sangat rendah. Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah angket. Hasil penelitian: (1) sebagian besar peserta didik memiliki penyesuaian sosial yang tinggi; (2) rancangan teknik berfokus untuk meningkatkan indikator penyesuaian sosial yang rendah; (3) teknik sosiodrama efektif dalam meningkatkan penyesuaian sosial.


(7)

ii

Merry Mutiara M, 2013

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya penyusun dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Efektivitas Teknik Sosiodrama untuk Meningkatkan Penyesuaian Sosial”. Penyusunan skripsi ini merupakan laporan penelitian tertulis untuk memenuhi salah satu syarat dalam rangka menyelesaikan studi jenjang strata satu pada jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan FIP UPI.

Hasil penelitian ini disajikan dalam bentuk karya ilmiah skripsi yang disusun menjadi lima bab. Bab I membahas tentang latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, definisi operasional variabel, metode penelitian, manfaat penelitian, dan struktur penulisan. Bab II membahas tentang sajian konsep teoretis yang relevan, kerangka pemikiran, dan hipotesis penelitian. Bab III membahas mengenai metode penelitian, mencakup lokasi dan subjek penelitian, pendekatan, desain, definisi operasional, pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data dan analisis data penelitian. Bab IV membahas pemaparan hasil penelitian, gambaran penyesuaian sosial peserta didik, pelaksanaan teknik sosiodrama dalam meningkatkan penyesuaian sosial peserta didik dan pembahasan tentang efektivitas teknik sosiodrama dalam meningkatkan penyesuaian sosial peserta didik. Bab V merupakan kesimpulan dan rekomendasi hasil penelitian.

Penyusun menyadari penulisan skripsi ini memiliki keterbatasan. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan bagi perbaikan selanjutnya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penyusun khususnya dan pembaca umumnya.

Bandung, Agustus 2013


(8)

(9)

iv

Merry Mutiara M, 2013

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur penyusun panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat dan karunia-Nya penyusun dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan baik. Penulisan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa bantuan dan dorongan yang telah diberikan dari berbagai pihak, maka selayaknya penyusun mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak, terutama kepada yang terhormat:

1. Dr. Agus Taufiq, M.Pd., selaku Pembimbing I yang telah memberikan masukan. Terima kasih atas bimbingannya selama ini.

2. Dra. Setiawati, M.Pd., selaku Pembimbing II yang telah begitu sabar dan meluangkan waktunya membimbing dan memotivasi penulis, memberikan masukan yang sangat berarti serta membuka pemahaman penulis. Terima kasih untuk setiap waktu yang diberikan kepada penulis di sela-sela kesibukannya.

3. Drs Sudaryat Nurdin Akhmad., selaku penimbang yang telah memberikan saran dan kritik dalam penyusunan instrumen dan program.

4. Dr. Nandang Rusmana, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan yang telah memberikan kemudahan kepada penulis dalam menyusun skripsi, dan penimbang instrumen.

5. Nandang Budiman, S.Pd., M.Si., selaku wali tingkat, pembimbing akademik, penimbang instrumen, dan penimbang program. Terima kasih atas dukungan, dan motivasi selama penulis melaksanakan studi di Jurusan PPB.

6. Seluruh Staf Dosen Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan FIP UPI atas segala ilmu pengetahuan yang telah diberikan kepada penulis selama masa perkuliahan.

7. Bapak Ahmad Hidayat, Bapak Edwin dan Ibu Piji selaku Staf. Administrasi yang telah memberikan kemudahan kepada penulis selama kuliah dan selama proses penyusunan skripsi.


(10)

8. Drs. Tatang Suryana selaku Kepala Sekolah SMA Pasundan 8 Bandung yang telah memberikan izin penelitian serta membantu kelancaran proses penyelesaian skripsi.

9. Shinta Rahayu, S.Pd selaku guru BK SMA Pasundan 8 Bandung dan penimbang program yang telah banyak membantu penulis selama penelitian. 10.Siswa-siswi kelas X SMA Pasundan 8 Bandung tahun ajaran 2012/2013, yang

telah menyediakan waktunya untuk mengisi angket dan menjadi subjek penelitian.

11.Ayahanda Erus Rusyadi dan Ibunda tercinta Sri Sundari Am.Kep., terima kasih untuk limpahan kasih sayang, do’a yang tercurah, motivasi dan pengorbanan baik moral maupun materil.

12.Adik-adikku Indri Permata Damayanti, Berry Bachtiar Rusydi, dan Ari Syafiq Fairuz terima kasih atas kasih sayang, motivasi dan canda tawa yang telah diberikan.

13.Giri Renjana,S.Pd. terima kasih atas kasih sayang dan motivasi yang telah diberikan.

14.Sahabat-sahabatku Aisha Nadya, S.Pd., Silmia Putri, S.Pd., Ratih Pertiwi, S.Pd., Nurani Maulida, Devi Eryanti,S.Pd., Sintia Dewi, S.Pd., Lina Nurlaelasari,S.Pd., Nadia Aulia N, S.Pd., Meylliza Larrasaty N.A,S.Pd., Sri Marliani. Terimakasih atas jalinan persahabatan yang terjalin, terimakasih atas segala motivasi, kasih sayang, dan do’anya. Semoga persahabatan kita akan terus terjalin sampai akhirat nanti dan semoga Allah SWT membalas kebaikan kalian semua. Amin.

15.Mahasiswa PPB 2008 yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Semoga kita bisa meraih impian kita. Amin

Ucapan terima kasih juga disampaikan pada semua pihak yang telah memberi bantuan dan dorongan yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga bantuan, doa, kerjasama, perhatian dan dukungan dalam bentuk apapun yang telah diberikan mendapat balasan terbaik dari Allah SWT. Amin.


(11)

vi

Merry Mutiara M, 2013


(12)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ………... i

KATA PENGANTAR ………... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ………... iv

DAFTAR ISI ………... vi

DAFTAR TABEL ………. viii

DAFTAR GRAFIK ………... x

DAFTAR BAGAN ……… xii

DAFTAR LAMPIRAN ………. xiii

BAB I PENDAHULUAN ………... 1

A. Latar Belakang Masalah ……….. 1

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah ………. 5

C. Tujuan Penelitian ………. 6

D. Definisi Operasional Variabel... E. Metode Penelitian ………... 6 9 F. Manfaat Penelitian …..……… 11

G. Struktur Organisasi Skripsi ………. 11

BAB II MENINGKATKAN PENYESUAIAN SOSIAL PESERTA DIDIK DENGAN TEKNIK SOSIODRAMA...……..………. 13

A. Perkembangan Remaja ………. 13

B. Penyesuaian Sosial ……….……….. 20 1. Definisi Penyesuaian Sosial ………

2. Penyesuaian Sosial di Sekolah………... 3. Karakteristik Penyesuaian Sosial Peserta Didik di Sekolah… 4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Sosial... 5. Karakteristik Penyesuaian Sosial yang Baik...

20 21 22 23 25 C. Konsep Dasar Bimbingan Kelompok...…………...

D. Teknik Sosiodrama...………... 1. Definisi Sosiodrama... 2. Tujuan Sosiodrama... 3. Manfaat Sosiodrama... 4. Pola Prosedural Sosiodrama... 5. Kelebihan Sosiodrama... 6. Kelemahan Sosiodrama... E. Teknik Sosiodrama dalam Meningkatkan Penyesuaian Sosial

Peserta Didik di Sekolah………... F. Penelitian Terdahulu...

26 27 29 30 30 31 33 33 34 38


(13)

viii

Merry Mutiara M, 2013

G. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis... 40

BAB III METODE PENELITIAN ……….... 43

A. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian………... 43

B. Pendekatan dan Metode Penelitian ………... 44

C. Definisi Operasional Variabel (DOV)……….. 46

1. Penyesuaian Sosial Peserta Didik...…………. 46

2. Teknik Sosiodrama untuk Meningkatkan Penyesuaian Sosial Peserta Didik...……….... 47

D. Instrumen Penelitian…….………... 49

1. Penyusunan Instrumen……….………... 2. Kisi-Kisi Instrumen………. 3. Pedoman Skoring……… 49 49 50 E. Proses Pengembangan Instrumen…..………... 51

1. Uji Kelayakan Instrumen ………... 51

2. Uji Keterbacaan ………. 53

3. Uji Validitas ………..………. 4. Uji Reliabilitas……… 53 56 F. Analisis Data ……….….………. 57

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……….. 71

A. Intensitas Penyesuaian Sosial Peserta Didik ……….. 71

B. Penyesuaian Sosial Peserta Didik Kelas X.4 Berdasarkan Aspek ... C. Pelaksanaan Teknik Sosiodrama untuk Meningkatkan Penyesuaian Sosial Peserta Didik... D. Efektivitas Teknik Sosiodrama untuk Meningkatkan Penyesuaian Sosial Peserta Didik... E. Keterbatasan Penelitian... 77 87 92 95 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ………... 97

A. Kesimpulan ……….. 97

B. Rekomendasi ……… 97

DAFTAR PUSTAKA ……… 99


(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Ciri-ciri Seks Sekunder..………. 14 Tabel 2.2 Tujuan Perkembangan Masa Remaja... 18 Tabel 3.1 Jumlah Anggota Populasi Penelitian Peserta Didik Kelas X

SMA Pasundan 8 Bandung………... 43 Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Penyesuaian Sosial Peserta Didik

Sebelum Judgement………... 49 Tabel 3.3 Kategori Pemberian Skor Alternatif Jawaban...…. 51 Tabel 3.4

Tabel 3.5

Tabel 3.6

Hasil Judgment Instrumen……….. Kisi-kisi Instrumen Penyesuaian Sosial Peserta Didik Setelah Judgement……….. Hasil Rekapitulasi Uji Validitas Item...

51

52 54 Tabel 3.7 Kisi-kisi Instrumen Penyesuaian Sosial Peserta Didik

Setelah Uji Validitas Item………... 55 Tabel 3.8 Kriteria Keterandalan (Reliabilitas) Instrumen ……….. 57 Tabel 3.9 Konversi Skor Mentah Menjadi Matang dengan Batas Lulus

Ideal……..……...……... 57 Tabel 3.10 Rata-Rata Tingkat Pencapaian Penyesuaian Sosial Perkelas

Kelas X SMA Pasundan 8 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013……...………... 63 Tabel 3.11 Rancangan Pelaksanaan Sosiodrama Untuk Meningkatkan

Penyesuaian Sosial Peserta Didik... 67 Tabel 3.12 Topik Sosiodrama untuk Setiap Sesi... 68 Tabel 4.1 Profil Penyesuaian Sosial Peserta Didik Kelas X SMA

Pasundan 8 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013……….. 71 Tabel 4.2 Rata-Rata Tingkat Pencapaian Penyesuaian Sosial Perkelas

Kelas X SMA Pasundan 8 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013……...………... 72


(15)

x

Merry Mutiara M, 2013

Tabel 4.3 Profil Penyesuaian Sosial Peserta Didik Kelas X.4 SMA Pasundan 8 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013……….. 74 Tabel 4.4 Gambaran Pencapaian Setiap Aspek Penyesuaian Sosial

Peserta Didik Sebelum Memperoleh Treatment... 77 Tabel 4.5

Tabel 4.6 Tabel 4.7

Tabel 4.8

Tabel 4.9

Tabel 4.10

Tabel 4.11

Aspek Bersikap Respek dan Bersedia Menerima Peraturan Sekolah ... Aspek Berpartisipasi dalam Kegiatan-Kegiatan Sekolah... Aspek Menjalin Persahabatan dengan Teman-Teman Di Sekolah... Aspek Bersikap Hormat terhadap Guru, Pemimpin Sekolah, dan Staf Lainnya... Aspek Membantu Sekolah dalam Merealisasikan Tujuan-Tujuannya... Efektivitas Teknik Sosiodrama untuk Meningkatkan Penyesuaian Sosial Peserta Didik...……… Gambaran Peningkatan Pencapaian Setiap Aspek Penyesuaian Sosial Peserta Didik Sebelum dan Sesudah Memperoleh Treatment...

79 80

81

82

83

92


(16)

DAFTAR GRAFIK

Grafik 3.1 Profil Penyesuaian Sosial Peserta Didik Kelas X SMA Pasundan 8 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013………... 62 Grafik 3.2 Profil Penyesuaian Sosial Peserta Didik Kelas X.4 SMA

Pasundan 8 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013………... 63 Grafik 3.3 Profil Pencapaian Setiap Indikator Penyesuaian Sosial Peserta

Didik Sebelum Memperoleh Treatment... 64 Grafik 4.1 Profil Penyesuaian Sosial Peserta Didik Kelas X SMA

Pasundan 8 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013………... 71 Grafik 4.2 Rata-Rata Tingkat Pencapaian Penyesuaian Sosial Perkelas

Kelas X SMA Pasundan 8 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013……...………... 73 Grafik 4.3 Profil Penyesuaian Sosial Peserta Didik Kelas X.4 SMA

Pasundan 8 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013………... 74 Grafik 4.4 Gambaran Pencapaian Setiap Aspek Penyesuaian Sosial

Peserta Didik Sebelum Memperoleh Treatment... 78 Grafik 4.5

Grafik 4.6 Grafik 4.7

Grafik 4.8

Grafik 4.9

Grafik 4.10

Aspek Bersikap Respek dan Bersedia Menerima Peraturan Sekolah ... Aspek Berpartisipasi dalam Kegiatan-Kegiatan Sekolah... Aspek Menjalin Persahabatan dengan Teman-Teman Di Sekolah... Aspek Bersikap Hormat terhadap Guru, Pemimpin Sekolah, dan Staf Lainnya... Aspek Membantu Sekolah dalam Merealisasikan Tujuan-Tujuannya... Gambaran Peningkatan Pencapaian Setiap Aspek Penyesuaian Sosial Peserta Didik Sebelum dan Sesudah Memperoleh

Treatment... 80 81

82

83

84


(17)

xii

Merry Mutiara M, 2013

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran... 41 Gambar 3.1 Desain Penelitian Efektivitas Teknik Sosiodrama untuk


(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A Administrasi Penelitian.……… Lampiran B Instrumen Penelitian..……… Lampiran C Pengolahan Data...……….. Lampiran D Rancangan Teknik Sosiodrama ……… Lampiran E Jurnal Bimbingan Kelompok..………... Lampiran F Dokumentasi...

102 106 114 131 143 153


(19)

xiv


(20)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sepanjang rentang kehidupan manusia, keberhasilan seseorang dalam memenuhi tugas perkembangan pada masa remaja turut menentukan keberhasilan menjalani masa perkembangan berikutnya yaitu masa dewasa. Remaja merupakan generasi penerus bagi suatu bangsa sehingga jika kita mengamati remaja dan aktifitasnya saat ini sama halnya dengan melihat masa depan bangsa tersebut. Sejak dilahirkan, seorang anak membutuhkan bantuan dari orang dewasa sampai mereka benar-benar dapat berdiri sendiri. Dalam hal ini peran orang dewasa untuk membantu, membimbing dan mendidiknya ke arah kedewasaan. Demikian juga dengan kehidupan remaja perlu dibimbing sehingga dalam perkembangannya akan menjadi manusia yang bertanggung jawab.

Tidak sedikit tuntutan dan persiapan yang harus dilakukan remaja dalam proses menuju arah kedewasaan, baik secara fisik maupun psikis. Remaja dengan tubuh yang sehat hanya dapat berkarya secara optimal apabila memiliki mental yang sehat pula. Tuntutan mental yang harus dipenuhi remaja adalah kemampuan berintegrasi dengan masyarakat dan harus dapat mulai merasakan dalam tingkatan yang sama dengan orang-orang yang lebih tua, baik dalam hak maupun kewajibannya.

Tugas perkembangan remaja yang tersulit yaitu berhubungan dengan penyesuaian sosial, untuk mencapai tujuan dari pola sosialisasi orang dewasa, remaja harus melakukan penyesuaian baru (Hurlock, 2005:213). Dalam proses penyesuaian tersebut, remaja banyak mendapat tekanan dari teman sebaya (peer pressure). Tanpa sadar mereka akan berpenampilan dan berperilaku seperti remaja lain, hal ini terjadi karena mereka takut tidak diterima dan disisihkan dari pergaulan (Media Indonesia, 2003).

Hasil penelitian yang dilakukan Ullmann terhadap peserta didik kelas sembilan bahwa tingkat penyesuaian sosial anak yang diperoleh melalui


(21)

2

Merry Mutiara M, 2013

pengukuran sosiometri dari teman sebaya dan guru dapat dengan baik membedakan peserta didik, dimana peserta didik dengan tingkat penyesuaian sosial rendah akan mengalami putus sekolah, sedangkan peserta didik dengan tingkat penyesuaian sosial tinggi, yang akan lulus SMU dengan sangat baik (Tarsidi, 2007). Hasil Penelitian lain yang dilakukan oleh Morina (2009:100) terhadap kelas XI bahwa masih banyak peserta didik yang melakukan pelanggaran tata tertib dan peraturan di sekolah, peserta didik belum mampu menjalin hubungan interpersonal dengan guru bidang studi, masih banyak peserta didik yang tidak mau mengikuti kegiatan ekstrakulikuler, dan masih banyak peserta didik yang belum memiliki sikap realistis.

Berdasarkan studi pendahuluan di SMA Pasundan 8 Bandung melalui penyebaran angket menunjukan bahwa sebagian besar peserta didik memiliki penyesuaian sosial yang tinggi, namun sebagian lagi menunjukan sikap-sikap seperti terlambat datang ke sekolah, sering membolos dari sekolah, tidak memperhatikan pelajaran, sering ribut di dalam kelas, keluar pada waktu jam pelajaran, ke kantin sebelum waktunya, berbicara dengan kata-kata kasar, dan mengenakan seragam yang tidak sesuai dengan peraturan sekolah. Perilaku-perilaku peserta didik tersebut cenderung pada Perilaku-perilaku yang tidak sesuai dan menyimpang dari peraturan yang telah dibuat oleh sekolah.

Permasalahan seperti yang dipaparkan di atas merupakan contoh nyata dari penyesuaian sosial yang rendah pada remaja. Menurut Setiono dkk (2005) kesulitan dalam penyesuaian sosial bisa saja terjadi tanpa adanya kemampuan untuk berkomunikasi yang baik dan memadai. Remaja tidak menyadari statusnya, bahwa mereka kurang diterima secara sosial. Kemampuan memahami status seseorang dalam kelompok, merupakan hal yang penting untuk penyesuaian sosial yang baik karena menentukan bagaimana seseorang akan berperilaku dalam situasi sosial. Dengan kata lain, semakin akurat pemahaman seorang remaja tentang statusnya, maka semakin baik pengertiannya tentang bagaimana dia harus berperilaku.

Penyesuaian diri merupakan hal yang penting pula dari tujuan bimbingan. Penyesuaian diri itu berarti individu mampu menyesuaikan diri terhadap diri


(22)

3

sendiri dan terhadap lingkungannya. Penyesuaian diri terhadap lingkungan dipandang sehat, jika individu dapat menerima kenyataan lingkungan sebagaimana adanya, tidak menolaknya, tetapi menyadari bahwa memang demikianlah keadaan lingkungan. Dalam keadaan lingkungan seperti itu ia harus berusaha mendapatkan kebahagiaan, ketentraman, dan kesehatan mental (Willis, 2004:11).

Lingkungan sekolah merupakan salah satu lingkungan tempat peserta didik harus bisa menyesuaikan diri. Penyesuaian sosial di sekolah menurut Schneiders (1964:454) ada 5 aspek, yaitu: (1) bersikap respek dan mau menerima peraturan sekolah; (2) berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan sekolah; (3) menjalin persahabatan dengan teman-teman sekolah; (4) bersikap hormat terhadap guru, pemimpin sekolah, dan staf lainnya; dan (5) membantu sekolah dalam merealisasikan tujuan-tujuannya.

Penyesuaian sosial yang baik pada peserta didik SMA adalah ketika dia dapat diterima oleh orang lain dalam lingkungannya. Penyesuaian sosial yang baik akan terbina dengan menciptakan hubungan yang harmonis, dapat menyesuaikan nilai dan norma yang ada, tidak merugikan orang lain, tidak agresif, bersikap baik, tidak mudah depresi jika sesuatu tidak berjalan sesuai keinginannya.

Hurlock (2005:239) menambahkan ketidakmampuan dalam melakukan penyesuaian sosial pada peserta didik akan mengakibatkan individu tidak puas pada diri sendiri dan mempunyai sikap-sikap menolak diri. Peserta didik yang mengalami perasaan ini akan merasa dirinya dikucilkan oleh orang lain. Akibatnya peserta didik tidak mengalami saat-saat yang menggembirakan seperti yang dinikmati oleh teman-teman sebayanya.

Bimbingan dan konseling di sekolah hadir untuk membantu individu (peserta didik) agar dapat menyesuaikan diri secara dinamis dan konstruktif terhadap program pendidikan, peraturan sekolah, atau norma agama. Bimbingan dan konseling memiliki posisi yang penting dalam pendidikan. Bimbingan dan konseling merupakan salah satu dari tiga bidang utama dalam pendidikan. Bidang


(23)

4

Merry Mutiara M, 2013

ini terkait dengan program pemberian layanan bantuan kepada peserta didik (peserta didik) dalam upaya mencapai perkembangan yang optimal, melalui interaksi yang sehat dengan lingkungannya. Personel yang paling bertanggung jawab terhadap pelaksanaan bidang ini adalah guru pembimbinga atau konselor.

Guru pembimbing memegang peranan penting dalam penyesuaian peserta didik. Banyak yang menghendaki hasil bimbingan dan konseling adalah kepatuhan. Sebenarnya hasil bimbingan dan konseling bukanlah kepatuhan, melainkan penyesuaian diri yang baik. Tujuan pemberian layanan bimbingan yang dikemukakan oleh Yusuf (2009:49) ialah agar peserta didik dapat menyesuaikan diri, mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian dengan lingkungan pendidikan, masyarakat serta lingkungan kerjanya.

Bimbingan dapat diberikan secara individual dan kelompok dengan berbagai teknik bimbingan. Dalam situasi tertentu dimana suatu masalah tidak dapat ditangani secara individual, situasi kelompok dapat dimanfaatkan untuk menyelenggarakan layanan bimbingan bagi peserta didik. Bimbingan kelompok menggunakan situasi kelompok sebagai media untuk memberikan layanan bantuan kepada individu.

Bagi guru pembimbing atau konselor sekolah, bimbingan kelompok merupakan sarana untuk menunjang perkembangan optimal masing-masing peserta didik, yang diharapkan dapat mengambil manfaat dari pengalaman pendidikan ini bagi dirinya sendiri. Tujuan pelayanan bimbingan secara kelompok yaitu agar individu mampu mengatur kehidupan sendiri, memiliki pandangannya sendiri, dan berani menanggung sendiri efek serta konsekuensi dari tindakan-tindakannya.

Banyak teknik bimbingan kelompok yang dapat dilakukan untuk meningkatkan penyesuaian sosial peserta didik di sekolah. Salah satunya adalah soiodrama. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wijayanti (2012) pada peserta didik kelas X SMAN 1 Lembang Tahun Ajaran 2011/2012 menunjukan bahwa penerapan metode sosiodrama dapat meningkatkan hubungan interpersonal remaja. Penelitian lain yang dilakukan oleh Nurhayati (2011) menunjukan bahwa


(24)

5

sosiodrama efektif dalam mengurangi perilaku konformitas pada peserta didik yang berlebihan.

Sosiodrama adalah metode kelompok dengan menggunakan media drama sosial atau kehidupan nyata di masyarakat yang sesuai dengan masalah yang dihadapi para anggota. Sosiodrama menekankan aspek perkembangan sosial seseorang. Oleh karena itu, sosiodrama merupakan kegiatan yang dapat sangat cocok untuk membantu para peserta didik dalam meningkatkan perkembangan sosialnya, salah satunya adanya penyesuaian sosial.

Hal ini mendorong peneliti untuk melakukan penelitian yang mengungkap bagaimana keefektifan teknik tersebut dengan judul penelitian “Efektifitas Teknik Sosiodrama untuk Meningkatkan Penyesuaian Sosial Peserta Didik”.

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah

Secara hakiki manusia tidak bisa hidup sendiri dan selalu membutuhkan orang lain, sejak dilahirkan hingga akhir hayat membutuhkan pergaulan dengan orang lain (Gerungan, 2010). Dalam memasuki sebuah lingkungan baru, seorang peserta didik tentu saja perlu memiliki sebuah kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan, sehingga ia dapat melebur dan hidup dalam lingkungan sosial. Begitu pula dengan lingkungan sekolah, peserta didik perlu memiliki kemampuan menyesuaiakan diri dengan lingkungan sekolah agar ia dapat melebur dan merasa nyaman berada dalam lingkungan tersebut.

Berdasarkan pemaparan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka rumusan umum pokok permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini

yaitu “Bagaimana Keefektifan teknik sosiodrama dalam mengembangkan

penyesuaian sosial peserta didik di SMA Pasundan 8 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013”. Penjabaran rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran secara umum penyesuaian sosial yang dimiliki oleh peserta didik SMA Pasundan 8 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013?


(25)

6

Merry Mutiara M, 2013

2. Bagaimana gambaran setiap aspek dan indikator penyesuaian sosial yang dimiliki peserta didik SMA Pasundan 8 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013? 3. Bagaimana rancangan teknik sosiodrama dalam meningkatkan penyesuaian

sosial peserta didik di SMA Pasundan 8 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013? 4. Bagaimanakah efektivitas teknik sosiodrama untuk meningkatkan

penyesuaian sosial peserta didik di SMA Pasundan 8 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data dan informasi mengenai efektifitas sosiodrama dalam mengembangkan penyesuaian sosial peserta didik di SMA Pasundan 8 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013.

Berdasarkan tujuan umum, penulis menjabarkan lagi tujuan tersebut ke dalam beberapa tujuan khusus, maka secara spesifik penelitian bertujuan memperoleh gambaran empiris tentang :

1. Tingkat penyesuaian sosial peserta didik di SMA Pasundan 8 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013.

2. Model rancangan operasional sosiodrama untuk meningkatkan penyesuaian sosial peserta didik di SMA Pasundan 8 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013. 3. Efektifitas sosiodrama untuk meningkatkan penyesuaian sosial peserta didik

di SMA Pasundan 8 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013.

D. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Penyesuaian Sosial Peserta Didik

“Penyesuaian sosial merupakan suatu kapasitas atau kemampuan yang dimiliki oleh setiap individu untuk dapat bereaksi secara efektif dan bermanfaat terhadap realitas, situasi, dan relasi sosial sehingga kriteria yang harus dipenuhi dalam kehidupan sosialnya dapat dipenuhi dengan cara-cara yang dapat diterima


(26)

7

penyesuaian sosial berarti keberhasilan seseorang untuk menyesuaikan diri terhadap orang lain pada umumnya dan terhadap kelompok pada khususnya.

Berdasarkan dua pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa penyesuaian sosial adalah proses individu berinteraksi dengan lingkungan secara efektif dan sehat terhadap situasi, realita dan hubungan sosial dengan cara yang dapat diterima dan memuaskan.

Aspek-aspek penyesuaian sosial di sekolah menurut Schneiders (1964:454) adalah sebagi berikut:

a. Bersikap respek dan mau menerima peraturan sekolah, meliputi memeiliki kesadaran akan pentingnya peraturan sekolah dan mematuhi peraturan yang berlaku di sekolah.

b. Berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan sekolah, meliputi memiliki minat dan partisipasi dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar dan kegiatan ekstrakurikuler.

c. Menjalin persahabatan dengan teman-teman sekolah, meliputi tidak memilih-milih teman, dapat mengendalikan emosi, melakukan pertimbangan rasional dalam mengambil keputusan dan melakukan tindakan, serta dapat mempertahankan hubungan persahabatan.

d. Bersikap hormat terhadap guru, pemimpin sekolah, dan staf lainnya, meliputi memiliki kemampuan menjaga sikap, bertuturkata dengan sopan, dan dapat menjalin hubungan baik dengan guru, konselor, pemimpin sekolah, serta staf sekolah lainnya.

e. Membantu sekolah dalam merealisasikan tujuan-tujuannya, meliputi mendukung kelancaran proses belajar mengajar dan dapat melaksanakan kewajiban-kewajibannya sebagai peserta didik.

2. Teknik Sosiodrama untuk Meningkatkan Penyesuaian Sosial Peserta Didik

Oemarjoedi (Rusmana,2009:56) berpendapat bahwa sosiodrama merupakan suatu teknik yang digunakan untuk mengekspresikan berbagai jenis


(27)

8

Merry Mutiara M, 2013

perasaan yang menekan (perasaan-perasaan negatif) melalui suatu suasana yang di dramatisasikan sedemikian rupa sehingga konseli dapat secara bebas mengungkapkan dirinya sendiri secara lisan, tulisan atau pun melalui gerakan-gerakan dramatisasi. Winkel (2012:571) juga mengungkapkan bahwa sosiodrama merupakan dramatisasi dari persoalan-persoalan yang dapat timbul dalam pergaulan dengan orang-orang lain, termasuk konflik yang sering dialami dalam pergaulan sosial.

Dalam kegiatan sosiodrama, peserta didik mengamati dan menganalisis interaksi antara pemeran sedangkan bimbingan merencanakan, menstruktur, memfasilitasi dan memonitor jalannya sosiodrama tersebut kemudian membimbing untuk menindaklanjuti pembahasan tersebut. Dalam metode sosiodrama juga digambarkan cara bersosialisasi yang baik dengan orang lain sehingga dapat memunculkan pemikiran rasional peserta didik yaitu individu (pemeran) dapat meyakini sebenarnya setiap individu mampu melakukan cara bersosialisasi yang baik dengan orang lain asalkan adanya keinginan untuk melatihnya.

Menurut Winkel (2012:572) pola prosedural dalam penggunaan sosiodrama pada dasarnya adalah sebagai berikut:

a. Menentukan topik persoalan. Persoalan yang menyangkut pergaulan dengan orang lain diketengahkan dan diuraikan situasi pergaulan yang akan dikaji. b. Menentukan pemeran. Penentuan ini didasarkan pada kerelaan beberapa

peserta didik yang menyatakan kesediannya untuk maju dan memegang peranan tertentu.

c. Pemeran memainkan peran secara spontan. Permainan tidak boleh berjalan terlalu lama dan hanya berlangsung cukup lama untuk mengetengahkan situasi problematis serta cara pemecahannya.

d. Pemeran mengungkapkan apa yang dirasakannya selama memainkan peran tersebut.

e. Observer mendiskusikan jalannya permainan tadi dan efektivitas dari cara pemecahan yang terungap dalam dramatisasi.


(28)

9

f. Bila dianggap perlu, adegan yang sama diulang kembali dengan mengambil pelaku-pelaku yang lain.

E. Metode Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan metode penelitian yaitu metode eksperimen. Metode penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan (Sugiyono,2011:72).

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan bentuk Pre-eksperimental Design. desain ini belum merupakan eksperimen sungguh-sungguh karena masih terdapat variabel dependen. Jadi hasil eksperimen yang merupakan variabel dependen itu bukan semata-mata dipengaruhi oleh variabel kontrol, dan sampel tidak dipilih secara random.

Bentuk pre-eksperimental designs ada beberapa macam dan peneliti memilih bentuk pre-test dan post-test dalam penelitiannya. Sampel dalam penelitian ini dipilih berdasarkan hasil instrumen yang dikembangkan. Siswa yang terpilih sebagai sampel akan mendapatkan perlakuan (treatment) berupa sosiodrama. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi atau mengungkap ada tidaknya perubahan pada siswa setelah diberikan teknik sosiodrama untuk mengembangkan kemampuan penyesuaian sosial siswa. Perubahan ini diketahui melalui hasil pengukuran dari pelaksanaan post-test yang dilaksanakan setelah siswa diberikan perlakuan (treatment).

Prosedur penggunaan sosidrama yang digunakan peneliti dalam penelitian adalah sebagai berikut:

1. Persoalan yang menyangkut pergaulan dengan orang lain diketengahkan dan diuraikan situasi pergaulan yang akan dikaji. Situasi itu harus cocok untuk disandiwarakan, mudah dipahami, dan cukup biasa bagi peserta didik karena telah mengalaminya sendiri. Peserta didik perlu diingatkan bahwa pembawaan adegan bukan tontonan yang menjadi bahan tertawaan.


(29)

10

Merry Mutiara M, 2013

2. Ditentukan para pemeran yang akan maju untuk membawakan adegan sesuai dengan situasi pergaulan yang telah digariskan. Penentuan ini didasarkan pada kerelaan beberapa peserta didik yang menyatakan kesediannya untuk maju dan memegang peranan tertentu. Tidak boleh ada unsur paksaan dalam hal penentuan para partisipan.

3. Para pemeran membawakan adegan secara spontan dan improvisasi, tanpa persiapan lain daripada mengatahui apa dan siapa yang harus mereka perankan. Adegan dimainkan seolah-olah sungguh-sungguh terjadi sekarang menurut situasi pergaulan yang telah digariskan. Permainan tidak boleh berjalan terlalu lama dan hanya berlangsung cukup lama untuk mengetengahkan situasi problematis serta cara pemecahannya. Namun, permainan harus segera dihentikan kalau konselor menyadari bahwa salah seorang peran mengungkapkan masalahnya sendiri atau menggambarkan situasi keluarganya sendiri. Dengan kata lain, penyandiwaraan sudah bukan permainan, melainkan ungkapan ketegangan pribadi di hadapan orang lain. 4. Setelah dramatisasi selesai, para pemeran melaporkan apa yang mereka

rasakan selama berperan dan apa alasannya mereka mengusulkan cara pemecahan situasi problematis seperti yang disandiwarakan, atau apa alasannya sehingga mereka tidak berhasil menyelesaikannya secara memuaskan.

5. Para observer mendiskusikan jalannya permainan tadi dan efektivitas dari cara pemecahan yang terungap dalam dramatisasi.

6. Bila dianggap perlu, adegan yang sama diulang kembali dengan mengambil pelaku-pelaku yang lain untuk mencari alternatif cara pemecahan masalah yang lain.

7. Diskusi dan evaluasi. Pembahasan diskusi dan evaluasi lebih diarahkan pada realitas. Peserta didik juga diajak untuk berbagi pengalaman tentang tema sosiodrama yang telah dilakukan dan dilanjutkan dengan membuat kesimpulan.


(30)

11

F. Manfaat Penelitian

Setelah rumusan tujuan dapat tercapai, maka penelitian ini dapat memberikan manfaat secara teoritis dan praktis.

1. Secara Teoritis :

Dari hasil penelitian ini juga diharapkan berguna untuk mengembangkan wawasan pengetahuan secara teoritis dan menemukan pemikiran konseptual serta dapat menambah wawasan ilmu dalam bidang Bimbingan dan Konseling khususnya mengenai penyesuaian sosial peserta didik.

2. Secara Praktis :

a. Bagi peneliti, dapat memperoleh bekal cara penanganan permasalahan penyesuaian sosial peserta didik dan juga mengetahui keadaan sekolah; b. Bagi sekolah, dapat dijadikan masukan dalam membantu peserta didik untuk

dapat mengembangkan penyesuian sosial di lingkungan sekolah;

c. Bagi Guru pembimbing, dapat mengetahui cara membantu peserta didik agar dapat mengembangkan penyesuaian sosial sehingga menunjang pula untuk dapat berhasil di sekolah baik akademik maupun non-akademik.

d. Bagi lembaga, dapat memberikan masukan dalam membantu peserta didik untuk dapat mengembangkan penyesuian sosial di lingkungan sekolah;

e. Bagi perkembangan ilmu, dapat mengetahui cara membantu peserta didik agar dapat mengembangkan penyesuaian sosial sehingga menunjang pula untuk dapat berhasil di sekolah baik akademik maupun non-akademik.

f. Bagi peneliti selanjutnya, dapat menjadi bahan acuan untuk melakukan penelitian selanjutnya dengan menggunakan teknik yang lainnya.

G. Struktur Organisasi

Pada bab I berisi latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, definisi operasional variabel, metode penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi. Pada bab II didalamnya dibahas mengenai pengertian penyesuaian sosial, faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian sosial, penyesuaian sosial remaja di sekolah, aspek-aspek


(31)

12

Merry Mutiara M, 2013

penyesuaian sosial, karakteristik penyesuaian sosial, konsep dasar teknik sosiodrama, dan teknik sosiodrama dalam meningkatkan penyesuaian sosial peserta didik di sekolah. Pada bab III berisi penjabaran yang rinci mengenai metode penelitian yang digunakan dalam penelitian yang dilakukan. Pada bab IV mengenai hasil penelitian dan pembahasan dari penelitian yang dilakukan. Pada bab V kesimpulan dan saran menyajikan penafsiran dan pemaknaan terhadap hasil analisis temuan penelitian.


(32)

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Lokasi, dan Subjek Populasi/ Sampel Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMA Pasundan 8 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013. Alasan pemilihan lokasi penelitian karena peneliti melihat fenomena yang terjadi di sekolah yaitu sebagian peserta didik melakukan pelanggaran tata tertib dan peraturan sekolah seperti terlambat datang ke sekolah, sering membolos dari sekolah, tidak memperhatikan pelajaran, sering ribut di dalam kelas, keluar pada waktu jam pelajaran, ke kantin sebelum waktunya, berbicara dengan kata-kata kasar, dan mengenakan seragam yang tidak sesuai dengan peraturan sekolah, masih banyak peserta didik yang tidak mau mengikuti kegiatan ekstrakurikuler, dan kurang memiliki rasa bertanggung jawab, seperti perilaku mengabaikan tugas sekolah demi mendapat pengakuan sosial.

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2011:173). Populasi dalam penelitian adalah peserta didik Kelas X SMA Pasundan 8 Bandung tahun ajaran 2012-2013. Jumlah populasi tersaji dalam tabel berikut:

Tabel 3.1

Jumlah Anggota Populasi Penelitian Peserta didik Kelas X SMA Pasundan 8 Bandung

No. Kelas Anggota Populasi

1. X 1 35

2. X 2 36

3. X 3 30

4. X 4 32

5. X 5 30

Total 163

Pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan dengan pertimbangan tertentu. Adapun yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan populasi dan sampel yaitu sebagai berikut.


(33)

44

Merry Mutiara M, 2013

1. Dari segi usia, peserta didik kelas X termasuk kedalam fase atau masa remaja. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam siklus perkembangan peserta didik karena masa ini merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa.

2. Sampel diambil dari kelas yang memiliki rata-rata pencapaian terendah dibanding kelas yang lainnya.

3. Batasan jumlah peserta didik yang sesuai untuk mengikuti bimbingan kelompok melalui kegiatan sosiodrama ini sebanyak 2-15 orang

4. Peserta didik yang belum mencapai penyesuaian sosial yang baik yaitu peserta didik dengan skor yang tergolong dalam kategori rendah dan rendah sekali di kelas yang memiliki rata-rata pencapaian terendah.

B.Pendekatan dan Metode Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

Metode penelitian yang dipakai adalah metode pra-eksperimen. Metode ini belum merupakan eksperimen sungguh-sungguh karena masih terdapat variabel dependen. Jadi hasil eksperimen yang merupakan variabel dependen itu bukan semata-mata dipengaruhi oleh variabel kontrol, dan sampel tidak dipilih secara random.

Berdasarkan pendekatan dan metode penelitian, maka dibuat desain penelitian sebagai acuan dalam pelaksanaan penelitian sebagaimana digambarkan pada gambar berikut:


(34)

45

Gambar 3.1

Desain Penelitian Efektivitas Teknik Sosiodrama dalam Meningkatkan Penyesuaian Sosial Peserta didik di Sekolah

Tahap I adalah tahap persiapan, meliputi: (a) penyusunan proposal skripsi; (b) penyusunan skripsi; dan (c) pembuatan surat izin penelitian untuk memenuhi kelengkapan administrasi penelitian sesuai dengan ketetapan yang berlaku. Tahap II adalah tahap pengumpulan data, meliputi: (a) penyusunan dan pengembangan instrumen berupa angket untuk mengungkap penyesuaian sosial peserta didik kelas X di SMA Pasundan 8 Bandung; (b) judgment instrumen oleh ahli sebelum instrumen disebar ke lapangan; (c) penyebaran angket. Tahap III adalah pengolahan data meliputi: (a) verifikasi data, (b) penyekoran data, dan (c) pengelompokkan data. Tahap IV adalah penyusunan program, program yang disusun berupa program teknik sosiodrama dalam meningkatkan penyesuaian sosial peserta didik.

Tahap V adalah pelaksanaan tindakan, tindakan dengan menggunakan teknik sosiodrama diberikan pada peserta didik yang memiliki tingkat penyesuaian sosial rendah. Desain penelitian menggunakan one-group pretest-posttest design. Pada desain ini terdapat pretest sebelum diberi perlakuan. Dengan demikian hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan. Desain penelitian digunakan untuk memperoleh gambaran keefektifan teknik sosiodrama dalam meningkatkan penyesuaian sosial siswa kelas X SMA Pasundan 8 Bandung tahun angkatan 2012-2013.

Tahap I: Persiapan

Tahap II: Pengumpulan

Data

Tahap III: Pengolahan

Data

Tahap IV: Penyusunan

program

Tahap V: Pelaksanaan

treatment Tahap VI:

Evaluasi Tahap VII:

Kesimpulan dan Rekomendasi


(35)

46

Merry Mutiara M, 2013

Menurut Sugiyono (2011:74) Desain penelitiannya dapat digambarkan sebagai berikut:

Keterangan:

O1= nilai pretest (sebelum dilakukan treatment) X = eksperimen/tindakan (treatment)

O2 = nilai posttest ( setelah dilakukan treatment)

Tahap VI adalah evaluasi, evaluasi dilakukan dengan memberikan post-test pada peserta didik yang telah diberikan perlakuan (treatment). Tahap VII adalah kesimpulan dan rekomendasi dari pemberian treatment (perlakuan) teknik sosiodrama dalam meningkatkan penyesuaian sosial peserta didik.

C.Definisi Operasional Variabel 1. Penyesuaian Sosial Peserta didik

“Penyesuaiana sosial merupakan suatu kapasitas atau kemampuan yang

dimiliki oleh setiap individu untuk dapat bereaksi secara efektif dan bermanfaat terhadap realitas, situasi, dan relasi sosial sehingga kriteria yang harus dipenuhi dalam kehidupan sosialnya dapat dipenuhi dengan cara-cara yang dapat diterima

dan memuaskan” (Schneiders, 1964:455). Menurut Hurlock (2005:213)

penyesuaian sosial berarti keberhasilan seseorang untuk menyesuaikan diri terhadap orang lain pada umumnya dan terhadap kelompok pada khususnya.

Berdasarkan dua pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa penyesuaian sosial adalah proses individu berinteraksi dengan lingkungan secara efektif dan sehat terhadap situasi, realita dan hubungan sosial dengan cara yang dapat diterima dan memuaskan.

Aspek-aspek penyesuaian sosial di sekolah menurut Schneiders (1964:454) adalah sebagi berikut:


(36)

47

a) Bersikap respek dan bersedia menerima peraturan sekolah. 1) Memiliki rasa hormat akan pentingnya peraturan sekolah 2) Mematuhi peraturan yang berlaku di sekolah

b) Berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan sekolah.

1) Memiliki minat dan partisipasi dalam mengikuti KBM (Kegiatan Belajar Mengajar)

2) Memiliki minat dan partisipasi dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler c) Menjalin persahabatan dengan teman-teman sekolah.

1) Menerima keadaan teman apa adanya 2) Memiliki Pengendalian diri

3) Melakukan pertimbangan rasional dalam mengambil keputusan dan melakukan tindakan

4) Mempertahankan hubungan persahabatan

d) Bersikap hormat terhadap guru, pemimpin sekolah, dan staf lainnya.

1) Memiliki kemampuan menjaga sikap ketika bertemu guru, konselor, pemimpin sekolah dan staf lainnya

2) Memiliki kemampuan bertuturkata dengan sopan dan santun ketikaberkomunikasi dengan guru, konselor, pemimpin sekolah, dan staf sekolah lainnya

3) Menjalin hubungan baik dengan guru, konselor, pemimpin sekolah, dan staf lainnya

e) Membantu sekolah dalam merealisasikan tujuan-tujuannya. 1) Mendukung kelancaran kegiatan belajar mengajar (KBM) 2) Melaksanakan kewajiban sebagai peserta didik

2. Teknik Sosiodrama untuk Meningkatkan Penyesuaian Sosial Peserta Didik

Oemarjoedi (Rusmana,2009:56) berpendapat bahwa sosiodrama merupakan suatu teknik yang digunakan untuk mengekspresikan berbagai jenis perasaan yang menekan (perasaan-perasaan negatif) melalui suatu suasana yang di dramatisasikan sedemikian rupa sehingga konseli dapat secara bebas


(37)

48

Merry Mutiara M, 2013

mengungkapkan dirinya sendiri secara lisan, tulisan atau pun melalui gerakan-gerakan dramatisasi. Winkel (2012:571) juga mengungkapkan bahwa sosiodrama merupakan dramatisasi dari persoalan-persoalan yang dapat timbul dalam pergaulan dengan orang-orang lain, termasuk konflik yang sering dialami dalam pergaulan sosial.

Dalam kegiatan sosiodrama, peserta didik mengamati dan menganalisis interaksi antara pemeran sedangkan bimbingan merencanakan, menstruktur, memfasilitasi dan memonitor jalannya sosiodrama tersebut kemudian membimbing untuk menindaklanjuti pembahasan tersebut. Dalam metode sosiodrama juga digambarkan cara bersosialisasi yang baik dengan orang lain sehingga dapat memunculkan pemikiran rasional peserta didik yaitu individu (pemeran) dapat meyakini sebenarnya setiap individu mampu melakukan cara bersosialisasi yang baik dengan orang lain asalkan adanya keinginan untuk melatihnya.

Menurut Winkel (2012:572) pola prosedural dalam penggunaan sosiodrama pada dasarnya adalah sebagai berikut:

a. Menentukan topik persoalan. Persoalan yang menyangkut pergaulan dengan orang lain diketengahkan dan diuraikan situasi pergaulan yang akan dikaji. b. Menentukan pemeran. Penentuan ini didasarkan pada kerelaan beberapa

peserta didik yang menyatakan kesediannya untuk maju dan memegang peranan tertentu.

c. Pemeran memainkan peran secara spontan. Permainan tidak boleh berjalan terlalu lama dan hanya berlangsung cukup lama untuk mengetengahkan situasi problematis serta cara pemecahannya.

d. Pemeran mengungkapkan apa yang dirasakannya selama memainkan peran tersebut.

e. Observer mendiskusikan jalannya permainan tadi dan efektivitas dari cara pemecahan yang terungap dalam dramatisasi.

f. Bila dianggap perlu, adegan yang sama diulang kembali dengan mengambil pelaku-pelaku yang lain.


(38)

49

D.Instrumen Penelitian 1. Penyusunan Instrumen

Instrumen yang digunakan dalam penelitian berupa angket (kuesioner). Kuesioner merupakan teknik pengumpul data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Angket yang dibuat adalah angket yang mengungkap penyesuaian sosial peserta didik kelas X SMA Pasundan 8 Bandung. Angket tersebut dikembangkan dari karakteristik penyesuaian sosial sekolah yang diungkapkan oleh Schneider.

Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini berupa pertanyaan/pernyataan tertutup. pertanyaan tertutup adalah pertanyaan yang mengharapkan jawaban singkat atau mengharapkan responden untuk memilih salah satu alternatif jawaban dari setiap pertanyaan yang telah tersedia.

2. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian

Kisi-kisi instrumen untuk mengungkapkan penyesuaian sosial peserta didik di sekolah dikembangkan dari definisi operasional variabel penelitian merujuk pada pendapat Schneider. Kisi-kisi instrumen disajikan pada tabel berikut:

Tabel 3.2

Kisi-Kisi Instrumen Penyesuaian Sosial Peserta didik Sebelum Judgment

Aspek Indikator Nomor Item

(+) (-)

1.Bersikap respek dan

mau menerima

peraturan sekolah

a. Memiliki rasa hormat akan pentingnya peraturan sekolah 1,2 3,4,5 5

b. Mematuhi peraturan yang berlaku di sekolah 6,7,8 9,10 5

2.Berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan disekolah

a. Memiliki minat dan partisipasi dalam mengikuti KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) 11,12, 13,14 15,16, 17,18, 19 9


(39)

50

Merry Mutiara M, 2013

3. Pedoman Skoring

Angket penyesuaian sosial dibuat dalam bentuk pernyataan-pernyataan beserta kemungkinan jawabannya. Jawaban setiap item instrumen tentang penyesuaian sosial peserta didik dibuat menggunakan skala Likert dalam bentuk

Aspek Indikator Nomor Item

(+) (-)

2.Berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan disekolah

b. Memiliki minat dan partisipasi dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler

20,21, 22,23, 24,25, 26,27 8 3.Menjalin

persahabatan dengan

teman-teman di

sekolah

a. Menerima keadaan teman apa adanya 28,29, 30,31 32,33, 34,35, 36 9

b. Pengendalian diri 37,38,

39,40 41,42, 43,44 8

c. Melakukan pertimbangan rasional

dalam mengambil keputusan dan melakukan tindakan 45,46, 47 48,49 5

d. Mempertahankan hubungan persahabatan 50,51 52,53 4

4.Bersikap hormat

terhadap guru,

konselor, pemimpin sekolah dan staf lainnya

a. Memiliki kemampuan menjaga sikap

ketika bertemu guru, konselor,

pemimpin sekolah dan staf lainnya

54,55, 56 57,58 5

b. Memiliki kemampuan bertuturkata

dengan sopan dan santun ketika berkomunikasi dengan guru, konselor, pemimpin sekolah, dan staf sekolah lainnya 59,60, 61 62,63 5

c. Menjalin hubungan baik dengan guru, konselor, pemimpin sekolah, dan staf lainnya 64,65 66,67, 68 5

5.Membantu sekolah dalam

merealisasikan tujuan-tujuannya

a. Mendukung kelancaran kegiatan

belajar mengajar (KBM)

69,70, 71 72,73 5

b. Melaksanakan kewajiban sebagai

peserta didik 74,75, 76 77,78 5


(40)

51

alternatif respon subjek yaitu selalu, sering, kadang-kadang, dan tidak pernah. Ketentuan pemberian skor dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.3

Kategori Pemberian Skor Alternatif Jawaban

Alternatif Jawaban

Skor Jawaban

+ -

Selalu 4 1

Sering 3 2

Kadang-Kadang 2 3 Tidak Pernah 1 4

(Sugiyono, 2011:93)

E.Proses Pengembangan Instrumen 1. Uji Kelayakan Instrumen

Uji kelayakan instrumen dilakukan dengan cara menimbang (judgement)

pada setiap butir pernyataan yang telah dibuat dengan tujuan untuk mengetahui kelayakan angket dari segi bahasa, materi, maupun konstruk. Penimbangan dilakukan oleh dosen ahli yakni dosen dari jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan. Penilaian oleh dosen ahli dilakukan dengan memberikan penilaian pada setiap item dengan kualifikasi Memadai (M) dan Tidak Memadai (TM). Item yang diberi nilai M menyatakan bahwa item tersebut bisa digunakan, dan item yang diberi nilai TM menyatakan dua kemungkinan yaitu item tersebut tidak bisa digunakan atau diperlukan revisi pada item tersebut.

Hasil dari judgment tersebut adalah sebagai berikut: Tabel 3.4

Hasil Judgment Instrumen

Kesimpulan No. Item Jumlah

Memadai 7, 9, 10, 11, 12, 14, 15, 16, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 27, 28, 29, 32, 33, 35, 36, 37, 42, 46, 47, 49, 50, 51, 52, 53, 54, 55, 57, 59, 60, 61, 62, 63, 67, 69, 70, 71, 72, 73, 74, 75, 76

48


(41)

52

Merry Mutiara M, 2013

Kesimpulan No. Item Jumlah

Revisi 44, 45, 48, 58, 64, 65, 66, 68, 77, 78 10

Buang 5, 34, 39, 56 4

Hasil judgment dari tiga pakar tersebut dijadikan bahan untuk menyempunakan angket sehingga layak diberikan kepada responden (Peserta didik Kelas X SMA Pasundan 8 Bandung). Kisi-kisi instrumen setelah dijudgement dapat dilihat pada Tabel 3.5 berikut.

Tabel 3.5

Kisi-Kisi Instrumen Penyesuaian Sosial Peserta didik Setelah Judgment

Aspek Indikator Nomor Item

(+) (-)

1.Bersikap respek dan

mau menerima

peraturan sekolah

a. Memiliki rasa hormat akan pentingnya peraturan sekolah 1,2,3 4 4

b. Mematuhi peraturan yang berlaku di sekolah

5,6,7 8,9

5 2.Berpartisipasi dalam

kegiatan-kegiatan disekolah

a. Memiliki minat dan partisipasi dalam mengikuti KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) 10,11, 12,13 14,15, 16,17, 18 9

b. Memiliki minat dan partisipasi dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler

19,20, 21,22 23,24, 25,26 8 3.Menjalin

persahabatan dengan

teman-teman di

sekolah

a. Menerima keadaan teman apa adanya 27,28,

29,30, 31,32, 33,34

8

b. Pengendalian diri 35,36,

37

38,39, 40,41

7

c. Melakukan pertimbangan rasional

dalam mengambil keputusan dan melakukan tindakan

42,43, 44

45,46 5

d. Mempertahankan hubungan persahabatan

47,48 49,50

4

4.Bersikap hormat

terhadap guru,

pemimpin sekolah

dan staf lainnya

a. Memiliki kemampuan menjaga sikap ketika bertemu guru, pemimpin sekolah dan staf lainnya


(42)

53

2. Uji Keterbacaan

Sebelum instrumen diuji validitas, instrumen tersebut di uji keterbacaan kepada sampel setara di sekolah lain. Uji keterbacaan bertujuan untuk mengukur sejauh mana instrument tersebut dapat dipahami oleh subjek penelitian. Setelah uji keterbacaan, pernyataan-pernyataan yang tidak dipahami kemudian direvisi sesuai dengan kebutuhan sehingga dapat dimengerti oleh peserta didik kelas X SMA Pasundan 8 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013.

3. Uji Validitas

Uji validitas alat pengumpulan data dilakukan untuk mengetahui apakah instrumen yang digunakan dalam penelitian dapat digunakan untuk mengukur apa yang akan diukur (Sugiyono, 2011: 121). Pengujian validitas data menggunakan rumus Spearman Brown sebagai berikut.

(Arikunto, 2011:321)

Aspek Indikator Nomor Item

(+) (-)

4. Bersikap hormat

terhadap guru,

pemimpin sekolah dan staf lainnya

b. Memiliki kemampuan bertuturkata

dengan sopan dan santun ketika berkomunikasi dengan guru, pemimpin sekolah, dan staf sekolah lainnya

55,56, 57

58,59 5

c. Menjalin hubungan baik dengan guru, pemimpin sekolah, dan staf lainnya

60,61 62,63,

64

5

5.Membantu sekolah dalam

merealisasikan tujuan-tujuannya

a. Mendukung kelancaran kegiatan

belajar mengajar (KBM)

65,66, 67

68,69 5

b. Melaksanakan kewajiban sebagai

peserta didik 70,71, 72 73, 74 5


(43)

54

Merry Mutiara M, 2013

Keterangan:

rhoxy = koefisien korelasi X dan Y

D = difference. Sering digunakan juga B singkatan dari Beda. D adalah beda antar jenjang setiap subjek

N = jumlah sampel

Kemudian mencari nilai r tabel untuk α = 0,05 (tingkat kepercayaan 95%) dan rtabel untuk jumlah responden 40 adalah 0.312.

selanjutnya disimpulkan dengan kaidah pengambilan keputusan: Jika rhitung > rtabel berarti valid sebaliknya jika thitung < ttabel berarti tidak valid.

Berdasarkan pengolahan data, hasil uji validitas menunjukan bahwa dari 74 butir item pernyataan terdapat 42 butir item pernyataan yang dinyatakan valid. Item-item pernyataan setelah validasi disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 3.6

Hasil Rekapitulasi Uji Validitas Item

Kesimpulan Item Jumlah

Valid (Memadai)

1, 2, 3, 4, 5, 7, 8, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 19, 20, 21, 23, 24, 25, 28, 31, 36, 39, 44, 46, 48, 50, 52, 54, 56,57, 59, 61, 62, 65, 66, 68, 69, 70, 71, 72, 73

42 Tidak Valid

(Dibuang)

6, 9, 10, 17, 18, 22, 26, 27, 29, 30, 32, 33, 34, 35, 37, 38, 40, 41, 42, 43,45, 47, 49, 51, 53, 55, 58, 60, 63, 64, 67,74

32

Jumlah 74

Dari 42 item pernyataan yang dinyatakan valid, hanya 40 item pernyataan yang dipakai dalam penelitian. Berikut kisi-kisi dari 40 item pernyataan tersebut:

Tabel 3.7

Kisi-Kisi Instrumen Penyesuaian Sosial Peserta didik Setelah Uji Validitas Item

Aspek Indikator Nomor Item

(+) (-)

1.Bersikap respek dan

mau menerima

peraturan sekolah

a. Memiliki rasa hormat akan pentingnya peraturan sekolah

1,2,3

4


(44)

55

4. Uji Reliabilitas

Reliabilitas instrumen merupakan penunjuk sejauh mana hasil pengukuran dengan menggunakan instrumen tersebut dapat dipercaya. Seperti yang diungkapkan oleh Arikunto (2011:221) bahwa reliabilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan. Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap.

Aspek Indikator Nomor Item

(+) (-)

1.Bersikap respek dan

mau menerima

peraturan sekolah

b. Mematuhi peraturan yang berlaku di sekolah

5,6 7

3

2.Berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan disekolah

a. Memiliki minat dan partisipasi dalam mengikuti KBM (Kegiatan Belajar Mengajar)

8,9,10 11,12 5

b. Memiliki minat dan partisipasi dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler

13,14, 15,16, 17

5

3.Menjalin

persahabatan dengan

teman-teman di

sekolah

a. Menerima keadaan teman apa adanya 18 19 2

b. Pengendalian diri 20 21 2

c. Melakukan pertimbangan rasional

dalam mengambil keputusan dan melakukan tindakan

22 23 2

d. Mempertahankan hubungan

persahabatan

24 25 2

4.Bersikap hormat

terhadap guru,

konselor, pemimpin sekolah dan staf lainnya

a. Memiliki kemampuan menjaga sikap ketika bertemu guru, konselor, pemimpin sekolah dan staf lainnya

26 27 2

b. Memiliki kemampuan bertuturkata

dengan sopan dan santun ketika berkomunikasi dengan guru, konselor, pemimpin sekolah, dan staf sekolah lainnya

28, 29 30 3

c. Menjalin hubungan baik dengan guru, konselor, pemimpin sekolah, dan staf lainnya

31 32 2

5.Membantu sekolah dalam

merealisasikan tujuan-tujuannya

a. Mendukung kelancaran kegiatan

belajar mengajar (KBM)

33,34 35, 36 4

b. Melaksanakan kewajiban sebagai

peserta didik

37,38, 39

40 4


(45)

56

Merry Mutiara M, 2013

Reliabilitas intrumen ditunjukkan sebagai derajat keajegan (konsistensi) skor yang diperoleh oleh subjek penelitian dengan instrumen yang sama dalam kondisi yang berbeda. Derajat konsistensi diperoleh sebagai proporsi varians skor perolehan subjek.

Metode yang digunakan dalam uji reliabilitas adalah metode Alpha. Uji reliabilitas dengan taraf signifikansi 5%, diolah dengan metode statistika memanfaatkan program komputer Microsoft Excel.

Adapun langkah-langkah mencari nilai reliabilitas dengan rumus alpha adalah sebagai berikut:

Langkah 1: Menghitung varians skor tiap-tiap item dengan rumus:

N N X X S i i i          

2 2

Langkah 2: Menjumlahkan varians semua item dengan rumus:

SiS1S2S3....Sn

Langkah 3: Menghitung varians total dengan rumus:

N N X X S t t t          

2 2

Langkah 4: Masukkan nilai alpha dengan rumus:

                

t i S S k k

r . 1

1

11

Selanjutnya untuk mengetahui interpretasi dari reliabilitas yang diperoleh menggunakan tabel interpretasi sebagai berikut:

Tabel 3.8

Kriteria Keterandalan (Reliabilitas) Instrumen 0,81 r 1,00 Derajat keterandalan sangat tinggi 0,61 r 0,80 Derajat keterandalan tinggi 0,41 r 0,60 Derajat keterandalan sedang 0,21 r 0,40 Derajat keterandalan rendah

0,00 r 0,20 Derajat keterandalan sangat rendah


(46)

57

Berdasarkan pengolahan data, hasil perhitungan memperlihatkan dari 40 butir item, menunjukkan koefisien reliabilitas (konsistensi internal) instrumen penyesuaian sosial sebesar 0.849. Artinya, tingkat korelasi dan derajat keterandalan instrumen penyesuaian sosial berada pada kategori sangat tinggi.

F. Analisis Data

Pada penelitian dirumuskan tiga pertanyaan penelitian. Secara berurutan, masing-masing pertanyaan penelitian dijawab dengan cara sebagai berikut.

1. Pertanyaan penelitian mengenai gambaran penyesuaian sosial peserta didik kelas X SMA Pasundan 8 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 dijawab dengan menggunakan persentase jawaban peserta didik tentang penyesuaian sosial yang dilakukan dengan mengkoversi skor mentah menjadi skor matang dengan menggunakan batas lulus ideal dengan cara menjumlahkan jawaban setiap peserta didik kemudian mencari rata-rata (μ) dan standar deviasi (σ) untuk memberikan makna diagnostik terhadap skor. Langkah ini dilakukan untuk memberikan kategori sangat tinggi, tinggi, rendah, dan sangat rendah dengan rumus yang tersaji pada tabel berikut

Tabel 3.9

Konversi Skor Mentah Menjadi Matang dengan Batas Lulus Ideal

Kategori Rentang Skor F %

Sangat Tinggi X > (μ + 1,5 σ) 1 1

Tinggi (μ + 0,5 σ) ≤ X < (μ + 1,5 σ) 110 67

Rendah (μ - 0,5 σ) ≤X < (μ + 0,5 σ) 51 31

Sangat Rendah X < (μ - 0,5 σ) 1 1

Jumlah 163 100

Keterangan:

X = skor subjek

μ = rata-rata baku

σ= deviasi standar baku

2. Pertanyaan kedua mengenai gambaran setiap aspek dan indikator penyesuaian sosial yang dimiliki peserta didik SMA Pasundan 8 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 dijawab dengan menggunakan persentase ketercapaian aspek dan


(47)

58

Merry Mutiara M, 2013

indikator. Adapaun perhitungan tingkat ketercapaian digunakan rumus sebagai berikut.

3. Pertanyaan ketiga mengenai rancangan teknik sosiodrama dalam meningkatkan penyesuaian sosial peserta didik. Rancangan teknik sosiodrama tersebut disusun berdasarkan hasil pretest. Uji kelayakan (judgement) dilakukan untuk rancangan tersebut. Adapun rancangan teknik sosiodrama dalam meningkatkan penyesuaian sosial peserta didik setelah judgement

adalah sebagai berikut.

PENINGKATAN PENYESUAIAN SOSIAL PESERTA DIDIK MELALUI TEKNIK SOSIODRAMA

(Studi Pra-eksperimen di Kelas X SMA Pasundan 8 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013)

a. Rasional

Sepanjang rentang kehidupan manusia, keberhasilan seseorang dalam memenuhi tugas perkembangan pada masa remaja turut menentukan keberhasilan menjalani masa perkembangan berikutnya yaitu masa dewasa. Remaja merupakan generasi penerus bagi suatu bangsa sehingga jika kita mengamati remaja dan aktifitasnya saat ini sama halnya dengan melihat masa depan bangsa tersebut. Sejak dilahirkan, seorang anak membutuhkan bantuan dari orang dewasa sampai mereka benar-benar dapat berdiri sendiri. Dalam hal ini peran orang dewasa untuk membantu, membimbing dan mendidiknya ke arah kedewasaan. Demikian juga dengan kehidupan remaja perlu dibimbing sehingga dalam perkembangannya akan menjadi manusia yang bertanggung jawab.

Tidak sedikit tuntutan dan persiapan yang harus dilakukan remaja dalam proses menuju arah kedewasaan, baik secara fisik maupun psikis. Remaja dengan tubuh yang sehat hanya dapat berkarya secara optimal apabila memiliki mental yang sehat pula. Tuntutan mental yang harus dipenuhi remaja adalah kemampuan

Persentase ketercapaian = ∑


(48)

59

berintegrasi dengan masyarakat dan harus dapat mulai merasakan dalam tingkatan yang sama dengan orang-orang yang lebih tua, baik dalam hak maupun kewajibannya.

Tugas perkembangan remaja yang tersulit yaitu berhubungan dengan penyesuaian sosial, untuk mencapai tujuan dari pola sosialisasi orang dewasa, remaja harus melakukan penyesuaian baru (Hurlock, 2005:213). Dalam proses penyesuaian tersebut, remaja banyak mendapat tekanan dari teman sebaya (peer pressure). Tanpa sadar mereka akan berpenampilan dan berperilaku seperti remaja lain, hal ini terjadi karena mereka takut tidak diterima dan disisihkan dari pergaulan (Media Indonesia, 2003).

Hasil penelitian yang dilakukan Ullmann terhadap peserta didik kelas sembilan bahwa tingkat penyesuaian sosial anak yang diperoleh melalui pengukuran sosiometri dari teman sebaya dan guru dapat dengan baik membedakan peserta didik, dimana peserta didik dengan tingkat penyesuaian sosial rendah akan mengalami putus sekolah, sedangkan peserta didik dengan tingkat penyesuaian sosial tinggi, yang akan lulus SMU dengan sangat baik (Tarsidi, 2007). Hasil Penelitian lain yang dilakukan oleh Morina (2009:100) terhadap kelas XI bahwa masih banyak peserta didik yang melakukan pelanggaran tata tertib dan peraturan di sekolah, peserta didik belum mampu menjalin hubungan interpersonal dengan guru bidang studi, masih banyak peserta didik yang tidak mau mengikuti kegiatan ekstrakulikuler, dan masih banyak peserta didik yang belum memiliki sikap realistis.

Penelitian di SMA Pasundan 8 Bandung mengenai penyesuaian sosial peserta didik menghasilkan temuan sebagai berikut:

1) Berdasarkan hasil penyebaran angket yang dilakukan terhadap peserta didik diperoleh gambaran umum bahwa penyesuaian sosial peserta didik kelas X SMA Pasundan 8 Bandung tahun ajaran 2012/2013 berada pada kategori tinggi, hal ini ditandai oleh adanya 110 peserta didik (67%) berada pada kategori tinggi. Lalu jumlah kedua terbanyak berada pada kategori rendah


(49)

60

Merry Mutiara M, 2013

sebanyak 51 peserta didik (31%), dan sisanya 1 peserta didik (1%) termasuk pada kategori sangat tinggi dan kategori sangat rendah.

2) Dilihat dari rata-rata tingkat pencapaian penyesuaian sosial dari setiap kelas didapat hasil yaitu kelas X.1 memiliki rata-rata 126,14, kelas X.2 memiliki rata-rata 124,5, kelas X.3 memiliki rata-rata 124, kelas X.4 memiliki rata-rata 112,59, dan kelas X.5 memiliki rata-rata 124,73. Hal ini menunjukan bahwa kelas dengan rata-rata tingkat pencapaian penyesuaian sosial palaing rendah adalah kelas X.4.

3) Dilihat dari indikator penyesuaian sosial, peserta didik yang memiliki kategori rendah dan rendah sekali ada tiga indikator dengan persentase tingkat pencapaian terendah yaitu: a) Melaksanakan kewajiban sebagai peserta didik (47 %); b) Memiliki minat dan partisipasi dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler (54%); dan c) Memiliki minat dan partisipasi dalam mengikuti KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) (56%).

Penyesuaian merupakan hal yang penting pula dari tujuan bimbingan. Penyesuaian itu berarti individu mampu menyesuaikan diri terhadap diri sendiri dan terhadap lingkungannya. Penyesuaian diri terhadap lingkungan dipandang sehat, jika individu dapat menerima kenyataan lingkungan sebagaimana adanya, tidak menolaknya, tetapi menyadari bahwa memang demikianlah keadaan lingkungan. Dalam keadaan lingkungan seperti itu ia harus berusaha mendapatkan kebahagiaan, ketentraman, dan kesehatan mental (Willis, 2004:11).

Lingkungan sekolah merupakan salah satu lingkungan tempat peserta didik harus bisa menyesuaikan diri. Penyesuaian sosial di sekolah menurut Schneiders (1964:454) ada 5 aspek, yaitu: (1) bersikap respek dan mau menerima peraturan sekolah; (2) berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan sekolah; (3) menjalin persahabatan dengan teman-teman sekolah; (4) bersikap hormat terhadap guru, pemimpin sekolah, dan staf lainnya; dan (5) membantu sekolah dalam merealisasikan tujuan-tujuannya.

Penyesuaian sosial yang baik pada peserta didik SMA adalah ketika dia dapat diterima oleh orang lain dalam lingkungannya. Penyesuaian sosial yang


(50)

61

baik akan terbina dengan menciptakan hubungan yang harmonis, dapat menyesuaikan nilai dan norma yang ada, tidak merugikan orang lain, tidak agresif, bersikap baik, tidak mudah depresi jika sesuatu tidak berjalan sesuai keinginannya.

Hurlock (2005:239) menambahkan ketidakmampuan dalam melakukan penyesuaian sosial pada peserta didik akan mengakibatkan individu tidak puas pada diri sendiri dan mempunyai sikap-sikap menolak diri. Peserta didik yang mengalami perasaan ini akan merasa dirinya dikucilkan oleh orang lain. Akibatnya peserta didik tidak mengalami saat-saat yang menggembirakan seperti yang dinikmati oleh teman-teman sebayanya.

Bimbingan dan konseling di sekolah hadir untuk membantu individu (peserta didik) agar dapat menyesuaikan diri secara dinamis dan konstruktif terhadap program pendidikan, peraturan sekolah, atau norma agama. Bimbingan dan konseling memiliki posisi yang penting dalam pendidikan. Bimbingan dan konseling merupakan salah satu dari tiga bidang utama dalam pendidikan. Bidang ini terkait dengan program pemberian layanan bantuan kepada peserta didik (peserta didik) dalam upaya mencapai perkembangan yang optimal, melalui interaksi yang sehat dengan lingkungannya. Personel yang paling bertanggung jawab terhadap pelaksanaan bidang ini adalah guru pembimbinga atau konselor.

Berdasarkan fakta dan gambaran fenomena tersebut maka diperlukan suatu pemberian bantuan untuk meningkatkan penyesuaian sosial. Salah satu teknik bimbingan konseling yang dapat dilakukan adalah sosiodrama. Sosiodrama menekankan aspek perkembangan sosial seseorang. Oleh karena itu, sosiodrama merupakan kegiatan yang dapat sangat cocok untuk membantu para peserta didik dalam meningkatkan perkembangan sosialnya.

Menurut Winkel (2012:571-572) sosiodrama merupakan dramatisasi dari persoalan-persoalan yang dapat timbul dalam pergaulan dengan orang-orang lain, termasuk konflik yang sering dialami dalam pergaulan sosial. Sosiodrama bersifat kegiatan pedagogik dan bertujuan membantu baik pihak peran maupun para observer untuk lebih menyadari seluk beluk kehidupan sosial.


(51)

62

Merry Mutiara M, 2013

Selama dramatisasi berlangsung, para pemeran memproyeksikan pandangannya, perasaan, dan perilaku orang yang diperankan. Sementara para peserta didik lain yang tidak ikut berperan dapat mengidentifikasikan diri dengan pandangan, peranan dan perilaku yang diperankan seolah-olah mereka mengalami sendiri.

b. Deskripsi Kebutuhan

Berdasarkan hasil need assessment di lapangan, diperoleh profil penyesuaian sosial peserta didik dan gambaran umum aspek keterampilan sosial peserta didik. Temuan yang diperoleh dapat dilihat pada Grafik berikut.

Grafik 3.1

Profil Penyesuaian Sosial Peserta didik Kelas X SMA Pasundan 8 Bandung

Pada Grafik 3.1 menggambarkan sebagian besar kemampuan penyesuaian sosial peserta didik kelas X SMA Pasundan 8 Bandung tahun ajaran 2012/2013 berada pada kategori tinggi, hal ini ditandai oleh adanya 110 peserta didik (67%) berada pada kategori tinggi. Lalu jumlah kedua terbanyak berada pada kategori rendah sebanyak 51 peserta didik (31%), dan sisanya 1 peserta didik (1%) termasuk pada kategori sangat tinggi dan kategori sangat rendah. Secara umum profil penyesuaian sosial peserta didik kelas X SMA Pasundan 8 Bandung berada pada kategori tinggi, artinya sebagian peserta didik memiliki kemampuan

0% 20% 40% 60% 80% 100%

Sangat Tinggi Tinggi Rendah Sangat Rendah 1%

67%

31%


(1)

70

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk melihat seragam tidaknya variansi dua sampel. Dalam menguji homogen atau tidaknya data yang diperoleh dari dua variansi, peneliti melakukan pendekatan Uji Kesamaan Dua Variansi, dengan formulasi rumus sebagai berikut :

(Sudjana, 2005:250)

Dari hasil uji normalitas dan uji homogenitas tersebut didapat hasil bahwa data sampel pada penelitian ini normal namun tidak homogen, oleh sebab itu maka uji statistik yang digunakan adalah uji statistik nonparametris yaitu Wilcoxon Match Pairs Test dengan menggunakan SPSS 16.0 for windows. Selain itu, dilakukan perbandingan intensitas penyesuaian sosial peserta didik sebelum dan sesudah diberi perlakuan (treatment).


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Bab ini menyajikan kesimpulan dan rekomendasi penelitian. Kesimpulan merupakan integrasi hasil kajian teoritis, hasil kajian empiris, dan perbandingan dengan penelitian sejenis. Rekomendasi ditujukan kepada pihak sekolah, guru pembimbing sekolah, serta peneliti selanjutnya.

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut.

1. Dilihat dari skor postes penyesuaian sosial sebagian peserta didik termasuk pada kategori tinggi, dan sebagian lagi berada pada kategori rendah.

2. Rancangan intervensi bimbingan dan konseling melalui teknik sosiodrama untuk menangani penyesuaian sosial peserta didik berfokus pada peningkatan penyesuaian sosial.

3. Teknik sosiodrama efektif dalam meningkatkan penyesuaian sosial peserta didik. Setelah dilakukan intervensi terdapat peningkatan hasil pre-test ke post-test pada aspek dan indikator penyesuaian sosial. 1 peserta didik yang mengalami penyesuaian sosial pada kategori sangat rendah (SR), mengalami peningkatan menjadi kategori rendah. Sementara 15 peserta didik yang mengalami penyesuaian sosial pada kategori rendah, 6 diantaranya tetap berada pada kategori rendah, dan 8 lainnya mengalami peningkatan menjadi kategori tinggi.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian memberikan direkomendasi hal-hal sebagai berikut.

1. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling

Hasil penelitian menunjukkan teknik sosiodrama efektif untuk meningkatkan penyesuaian sosial peserta didik. Teknik sosiodrama dapat menjadi solusi terhadap permasalahan penyesuaian sosial yang dialami oleh peserta didik.


(3)

98

Dengan demikian, guru BK diharapkan mampu menerapkan teknik sosiodrama dalam menangani siswa yang mengalami penyesuaian sosial yang kurang di sekolah. Selain itu, guru BK juga dapat mengagendakan secara terprogram pemberian layanan bimbingan kelompok melalui teknik sosiodrama dalam mencegah terjadinya penyesuaian sosial yang kurang baik bagi peserta didik yang baru masuk sekolah, namun tidak hanya untuk mencegah saja, teknik sosiodrama pun biasa digunakan untuk mereduksi masalah-masalah yang lain yang berkaitan dengan permasalahan-permasalahan sosial.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

a. Peneliti dapat menggunakan pendekatan dan metode penelitian yang lebih beragam dalam meneliti penyesuaian sosial seperti eksperimen sebab ada kelompok kontrol yang dapat mengontrol semua variabel luar yang mempengaruhi jalannya eksperimen sehingga lebih terlihat kualitas pelaksanaan penelitiannya.

b. Peneliti dapat mencoba mengembangkan teknik bimbingan yang lain untuk meningkatkan penyesuaian sosial peserta didik baik secara individual maupun kelompok misalnya dengan permainan sosial atau social modelling.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Apriani, Meli. (2011). Upaya Peningkatan Kemampuan Berbicara di Depan Umum Melalui Teknik Sosiodrama pada Siswa SMA Negeri 11 Yogyakarta. [online]. Tersedia: http://eprints.uny.ac.id/529/ [01 September 2012]

Arikunto, Suharsimi. (2011). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.Jakarta: Rineka Cipta.

Calhoun, James F. Dan Acocella, Joan Ross. (1990). Psychology of Adjusment and Human Relationships. United States of America: McGraw-Hill.

Chen, Xinyin and Hennis Chi-Hang Tse. (2010). Social and psychological adjustment of Chinese Canadian children. Dalam International Journal of Behavioral Development. [online], Vol 34 (4), 9 halaman. Tersedia: http://jbd.sagepub.com/content/34/4/330. [07 Januari 2012]

Corey, Gerald. (2010). Teori dan Praktek Konseling & Psikoterapi. Bandung: Refika Aditama.

Djamarah, Syaiful Bahri dan Zain, Aswan. (2010). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta

Farmer, Thomas W. et al. (2008). “Interpersonal Competence Configurations, Behavior Problems, and Social Adjustment in Preadolescence. Journal of Emotional and Behavioral Disorders. 16, 195-212.

Gerungan, W.A. 2002. Psikologi Sosial. Bandung: Refika Aditama.

Hurlock, Elizabeth B. (2005) Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga

Iskandarsyah, Aulia. (2006). Remaja dan Permasalahannya.[online]. Tersedia:

http://resources.unpad.ac.id/unpad-content/uploads/publikasi_dosen/MAKALAH_AULIA-1.pdf. [01 Oktober 2011]

Jones, Cindy. (2001). “Sociodrama: A Teaching Method for Expanding the Understanding of Clinical Issues”. Journal Of Palliative Medicine. 4, (3), 386-390.

Morina, Poppy. (2009). Program Bimbingan Pribadi-Sosial untuk Meningkatkan Penyesuaian Sosial Remaja di Sekolah. Publikasi Jurusan PPB FIP UPI: Bandung: tidak diterbitkan.


(5)

100

Natawidjaja, Rochman. (2009). Konseling Kelompok Konsep Dasar dan Pendekatan. Bandung: Rizqi.

Noffiardhy, Fazri. (2012). Program Bimbingan Pribadi-Sosial untuk Meningkatkan Penyesuaian Sosial Peserta Didik. Publikasi Jurusan PPB FIP UPI: Bandung: tidak diterbitkan.

Nurhayati, Rika. (2011). Teknik Sosiodrama untuk Mengurangi Konformitas yang Berlebihan Pada Siswa. Publikasi Jurusan PPB FIP UPI: Bandung: tidak diterbitkan.

Opini. (2012). Tugas-Tugas Perkembangan Bayi, Anak-Anak, Remaja, Dewasa, dan Usia Lanjut. [online]. Tersedia: http://opinisaya.net/tugas-tugas-perkembangan-bayi-anak-anak-remaja-dewasa-dan-usia-lanjut.xhtml. [07 Januari 2012]

Rahayu, Sasmita. (2009). Pengembangan Model Sosiodrama untuk Meningkatkan Keterampilan Pengelolaan Emosi Siswa SMA. [online]. Tersedia: http://library.um.ac.id/free-contents/index.php/pub/detail/pengembangan- model-sosiodrama-untuk-meningkatkan-keterampilan-pengelolaan-emosi-siswa-sma-sasmita-rahayu-37217.html [01 September 2012]

Rusmana, Nandang. (2009). Bimbingan dan Konseling Kelompok di Sekolah. Bandung: Rizqi.

Schneiders, Alexander A. (1964). Personal Adjustment and Mental Health. New York: Holt Rinehart and Winston.

Shofiatun Nani. (2012). Pengaruh Bermain Peran (Role Playing) dalam Meningkatkan Pembelajaran Bahasa Inggris. [online]. Tersedia: http://www.infodiknas.com/207-pengaruh-bermain-peran-role-playing-dalam-meningkatkan-pembelajaran-bahasa-inggris/. [07 Januari 2012] Sternberg, Patricia. dan Garcia, Antonina. (2000). Sociodrama : who’s in your

shoes?. United States of America: Praeger Publishers Sudjana. (2005). Metode Statistika. Bandung: Tarsito

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Surya, Moh. (1977). Kesehatan Mental. Bandung: FIP IKIP Bandung

Uno, Hamzah B. (2011). Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara


(6)

Wijayanti, Desi. (2012). Efektivitas Teknik Sosiodrama dalam Meningkatkan Hubungan Interpersonal Remaja. Publikasi Jurusan PPB FIP UPI: Bandung: tidak diterbitkan.

Willis, Sofyan. (2004). Konseling Individual Teori dan Praktek. Bandung: Alfabeta

Winkel, W.S. (2012). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi.

Yusuf, Syamsu. (2011). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Rosdakarya.

Yusuf, Syamsu. (2009). Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Bandung: Rosdakarya