PENGEMBANGAN RENCANA PEMBELAJARAN DALAM MENINGKATKAN PEMBELAJARAN IPA PADA SEKOLAH DASAR NEGERI DI KOTA CILEGON.

(1)

xi

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN... i

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

ABSTRAK ... iii

PERNYATAAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

UCAPAN TERIMAKASIH ... vii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 10

C. Tujuan Penelitian ... 11

D. Definisi Operasional... 12

E. Manfaat Penelitian ... 13

BAB II PENGEMBANGAN RENCANA PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN IPA DI SEKOLAH DASAR A. Teori Pengembangan Kurikulum ... 14

B. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ... 28

1. Pengertian Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ... 28

2. Tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan... 31

3. Fungsi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ... 34

4. Komponen – komponen Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ... 36

C. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Mata Pelajaran IPA di Sekolah Dasar ... 43


(2)

xii

1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran

IPA di Sekolah Dasar ... 43

2. Materi – materi Mata Pelajaran IPA di Sekolah Dasar ... 52

3. Sistem Evaluasi Mata Pelajaran IPA di Sekolah Dasar ... 58

D. Pengertian Mata Pelajaran IPA ... 76

E. Pengembangan Kurikulum Mata Pelajaran IPA di Sekolah Dasar ... 84

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian... 101

B. Langkah – langkah Penelitian ... 101

C. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 106

D. Tekhnik Pengumpulan Data ... 107

E. Pengembangan Instrumen ... 110

F. Analisis Data ... 112

G. Jadwal Penelitian ... 113

BAB IV DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Hasil Penelitian ... 115

1. Deskripsi Hasil Study Awal ... 115

a. Profil Lokasi Penelitian ... 115

b. Profil Kurikulum Sekolah ... 119

c. Profil Kurikulum Mata Pelajaran IPA di Sekolah ... 120

2. Pengembangan Rencana Pembelajaran ... 124


(3)

xiii

b. Uji Coba Terbatas ... 129

c. Uji Coba Lebih Luas ... 143

3. Tahap Pengujian ... 153

a. Eksperimen ... 153

b. Pembahasan ... 161

1. Profil Lokasi Penelitian ... 161

2. Profil Kurikulum ... 165

3. Draft Awal Rencana Pembelajaran ... 168

4. Aplikasi Draft ... 184

5. Analisis Hasil Pembelajaran ... 193

6. Rencana Pembelajaran Hasil Pengembangan ... 202

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. SIMPULAN ... 208

B. SARAN ... 212

DAFTAR PUSTAKA ... 214

LAMPIRAN 1. Instrumen Penelitian ... 217

2. Kelengkapan Hasil Penelitian ... 229


(4)

BAB I PEDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Salah satu permasalahan krusial pendidikan Indonesia hingga saat ini adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan, khususnya pendidikan dasar dan menengah. Simpulan dari The Political and

Economic Risk Consultancy (PERC) menyatakan bahwa “mutu sistem pendidikan

Indonesia adalah terburuk di Asia, yakni berada di bawah urutan ke-12 di bawah Vietnam. Hasil penelitian Bank Dunia pun menyimpulkan bahwa “kemampuan membaca siswa SD Indonesia berada pada tingkat terendah di Asia Timur. Selain itu, laporan Majalah Asia Week (Tilaar, 2002: 10) pun mengemukakan bahwa “angka partisipasi pendidikan tinggi Indonesia adalah yang terendah di negara-negara Asean; perguruan tinggi-perguruan tinggi kita, baik yang bersifat umum maupun khusus dalam bidang sains dan teknologi menempati peringkat rendah di Asia dan Australia. Sementara itu, dari sisi Indeks Pembangunan Manusia pun pada tahun 1997 Indonesia berada pada tingkat 99 dan pada tahun 2000 peringkatnya menurun menjadi 109, lebih rendah dibanding dengan Vietnam, Malayasia, dan Thailand (Data dari Human Development Report yang disusun berkala setiap tahun oleh UNDP).

Permasalahan rendahnya mutu penidikan Indonesia tentu disebabkan oleh banyak faktor. Salah satu faktor substansial yang memiliki peranan penting dan menentukan bagi keberhasilan penddikan adalah faktor kurikulum. Sanjaya (2008:32) mengemukakan pandangan sebagai berikut:


(5)

Kurikulum merupakan salah satu komponen yang memiliki peranan penting dalam sistem pendidikan karena dalam kurikulum bukan hanya dirumuskan tentang tujuan yang harus dicapaisehingga memperjelas arah pendidikan, akan tetapi juga memberikan pemahaman tentang pengalaman belajar yang harus dimiliki setiap siswa. Oleh karena itu, begitu pentingnya fungsi dan peran kurikulum, maka setiap pengembangan kurikulum pada jenjang mana pun harus didasarkan pada asas-asas tertentu.

Kurikulum merupakan inti dari proses pendidikan. Kurikulum memuat rumusan tujuan yang harus dicapai, pengalaman belajar yang harus dimiliki oleh setiap siswa, dan strategi serta cara yang dapat dikembangkan. Dalam kurikulum juga terintegrasi filsafat, nilai-nilai, pengetahuan, dan perbuatan pendidikan. Kurikulum memberi pedoman kepada para pelaksana pendidikan dalam proses pembimbingan perkembangan siswa, mencapai tujuan yang dicita-citakan oleh siswa sendiri, keluarga, maupun masyarakat.

Mengingat pentingnya peran kurikulum tersebut maka pengembangan dan implementasi kurikulum yang efektif dan mampu mewujudkan keberhasilan serta meningkatkan mutu pendidikan harus bertolak dari orientasi pengembangan kurikulum yang tepat. Seller (Sanjaya, 2008: 33) mengemukakan Pandangan sebagai berikut:

Pengembangan kurikulum harus dimulai dari menentukan orientasi kurikulum, yakni kebijakan-kebijakan umum, misalnya arah dan tujuan pendidikan, pandangan tentang hakikat belajar dan hakikat anak didik, pandangan tentang keberhasilan implementasi kurikulum, dan lain-lain. Berdasarkan orientasi itu selanjutnya dikembangkan kurikulum menjadi pedoman pembelajaran, diimplementasikan dalam proses pembelajaran dan dievaluasi. Hasil evaluasi itulah yang kemudian dijadikan bahan dalam menentukan orientasi, begitu seterusnya hingga membentuk siklus. Berdasarkan hal tersebut maka pengembangan kurikulum harus berorientasi pada tujuan pendidikan yang jelas, pandangan tentang anak yang tepat, pandangan tentang proses pembelajaran yang benar, pandangan tentang


(6)

lingkungan yang konstruktif, konsepsi peranan guru yang efektif, dan sistem evaluasi yang valid. Dengan orientasi pengembangan kurikulum yang jelas, benar, dan tepat diharapkan pengembangan dan implementasi kurikulum pada setiap jenjang dan satuan pendidikan dapat mencapai tujuan dan mutu pendidikan yang diharapkan.

Kurikulum yang dikembangkan dan dimplementasikan di setiap jenjang dan satuan pendidikan saat ini adalah Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan (KTSP). Kurikulum ini lahir dari semangat otonomi daerah yang bertujuan untuk memandirikan dan memberdayakan satuan pendidikan. Mulyasa (2008:22) mengemukakan bahwa:

”secara umum tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk memandirikan dan memberdayakan satuan pendidikan melalui pemberian kewenangan (otonomi) kepada lembaga pendidikan dan mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan secara partisipatif dalam pengembangan kurikulum.”

Dalam realitasnya, pengembangan dan pelaksanan KTSP yang dalam Permendiknas No. 24 KTSP itu didefinisikan sebagai kurikulum operasional, tampaknya menimbulkan berbagai permasalahan yang sekurang-kurangnya menyangkut:

(1) SNP yang menjadi landasan KTSP belum utuh dan lengkap rincian standarnya;

(2) Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan yang digulirkan oleh BNSP terlalu umum dan terbuka sehingga menyulitkan guru dalam merumuskan ke dalam konten atau materi pembelajaran yang siap ajar (teachable materials) dilihat dari seleksi dan gradasinya berdasarkan potensi siswa pada setiap satuan pendidikan;

(3) pengetahuan dan kemampuan guru dalam mengembangkan kurikulum tersebut belum memadai sebab selama 25 tahun terakhir guru sudah terbiasa menerima kurikulum yang siap pakai (Sundayana, 2009:1).


(7)

Pengembangan dan implementasi KTSP dan rencana pembelajaran di tingkat satuan pendidikan, khususnya di tingkat satuan pendidikan sekolah dasar yang berada di lingkungan kecamatan Cibeber Kota Cilegon, juga masih menemukan berbagai permasalahan. Berbagai permasalahan yang dapat dicatat melalui studi pendahuluan meliputi aspek kebijakan dalam pengembangan KTSP dan rencana pembelajaran, kepemimpinan kepala sekolah, guru, siswa, komite sekolah, sarana dan prasarana, serta lingkungan.

Kebijakan dalam pengembangan dan pelaksanaan KTSP dan rencana pembelajaran di Kota Cilegon, khususnya di lingkungan kecamatan Cibeber, masih belum kondusif bagi terwujudnya pengembangan dan implementasi KTSP dan rencana pembelajaran yang mampu meningkatkan mutu pembelajaran/pendidikan. Kebijakan mengenai sosialisasi, uji coba dalam rangka akseptabilitas (penerimaan), akuntabilitas (pertangungjawaban), reflikabilitas (dapat direfliasi di sekolah lain) dan sustainabilitas (dapat dijaga kesinambungannya); dan diseminasi tentang pengembangan dan implementasi KTSP dan rencana pembelajaran kurang begitu dilaksanakan secara konisten, intensif, dan berkelanjutan. Penyelenggaraan penataran dan pembinaan pengembangan serta implementasi KTSP dan rencana pembelajaran sangat kurang dan belum mampu memberdayakan sekolah-sekolah untuk secara mandiri menyusun KTSP dan rencana pembelajaran -nya sendiri. Adapun KTSP dan rencana pembelajaran yang saat ini ada di sekolah-sekolah adalah hasil copy paste dari sekolah lain dari luar Kota Cilegon, padahal KTSP dan rencana pembelajaran


(8)

yang sebenarnya disusun sesuai dengan kondisi, karakteristik, kebutuhan, tuntutan, dan potensi lingkungan masing-masing.

Kebijakan mengenai orientasi pengembangan KTSP dan rencana pembelajaran pun, baik yang menyangkut aspek tujuan pendidikan, pandangan tentang anak, pandangan tentang proses pembelajaran, pandangan tentang lingkungan, konsep tentang peran guru, dan evaluasi itu tidak jelas sehingga para guru masih berparadigma lama dalam memandang dan menyikapi soal siswa, proses pembelajaran, lingkungan, peran guru, dan evaluasi. Para guru pada umumnya masih memandang siswa sebagai objek belajar yang pasif (buka sebagai subjek belajar yang aktif-kreatif) sehingga pelaksanaan pembelajaran berpusat pada guru (teacher centered) – bukan berpusat pada siswa (student centered); kurang memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar; dan memandang peran guru sebagai penyampai ilmu pengetahuan (transfer of

knowledge) – bukan sebagai fasilitator penyukses pemerolehan ilmu pengetahuan.

Lemahnya pengembangan dan pelaksanaan KTSP dan rencana pembelajaran di Kota Cilegon, khususnya di lingkungan Kecamatan Cibeber, juga disebabkan ketidaksiapan para guru. Pengetahuan dan kemampuan guru dalam mengembangkan kurikulum tersebut belum memadai karena sudah puluhan tahun guru terbiasa menerima kurikulum yang siap pakai sehingga kebiasaan tersebut sulit berubah dalam waktu yang relatif singkat menjadi kemampuan baru yang kreatif dan inovatif dalam pengembangan KTSP dan rencana pembelajaran sekarang ini. Selain itu, pembinaan yang intensif dan terus-menerus mengenai


(9)

pengembangan dan implementasi KTSP dan rencana pembelajaran bagi para guru pun sangat kurang.

Seiring dengan keadaan guru sebagaimana dikemukakan di atas, kondisi siswa pun pada umumnya belum menunjukkan proses atau cara belajar yang sesuai dengan pembelajaran berdasarkan KTSP dan rencana pembelajaran yang menuntut siswa belajar secara aktif, kreatif, inovatif, dan efektif. Hal demikian karena pembelajaran yang dikelola guru pada umumnya kurang membimbing dan kurang memfasilitasi para siswa untuk berekspresi, bereksperimentasi, berkolaborasi, berdiskusi, berkreasi, dan berinovasi dalam proses pembelajaran.

Kelemahan lainnya yang menyebabkan tidak optimalnya pengembangan dan pelaksanaan KTSP dan rencana pembelajaran di lingkungan UPTD pendidikan Kecamatan Cibeber adalah tidak berdayanya komite sekolah dalam melaksanakan perannnya sebagai pemberi pertimbangan, pendukung, pengontrol, dan perantara (mediator) bagi perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pendidikan di sekolah. Padahal, peranan komite tersebut sangat penting dalam penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas, demokratis, transparan, akuntabel, dan sesuai dengan tuntutan pelanggan pendidikan. Di dalam buku Petunjuk Pelaksanaan Sistem Pendidikan Nasional (Penghimpun, 2003: 263) dinyatakan bahwa Komite sekolah memiliki peranan penting sebagai berikut:

1. Pemberi pertimbangan (advisory agency) dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan di satuan pendidikan.

2) Pendukung (supporting agency), baik yang berwujud finansial, pemikiran, maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan.

3) Pengontrol (controlling agency) dalam rangka transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan.


(10)

4) Mediator antara pemerintah (eksekutif) dengan masyarakat di satuan pendidikan.

Kelemahan pengembangan dan pelaksanaan KTSP dan rencana pembelajaran di SD lingkungan Kecamatan Cibeber juga disebabkan kurang memadainya sarana dan prasarana pembelajaran, terutama buku-buku sumber, media pembelajaran, ruang perpustakaan, peralatan kesenian, dan laboratorium IPA serta bahasa. Selain itu, pemanfaatan yang efektif dan optimal sarana dan prasarana pembelajaran yang ada pun kurang diperhatikan oleh para guru karena mereka tidak mau repot dan lebih memilih cara pembelajaran yang instan dan praktis seperti dengan cara ceramah, penugasan, dan latihan.

Di sisi lain, lingkungan masyarakat pun kurang begitu kondusif bagi peningkatan mutu pembelajaran. Di samping kurang adanya kerja sama antara sekolah dan orang tua siswa serta masyarakat sekitar dalam pelaksanaan pembelajaran yang bermutu, lingkungan masyarakat sekitar juga belum menunjukkan perhatian dan partisipasi aktifnya terhadap pelaksanaan pendidikan di sekolah. Budaya belajar di tengah masyarakat sekitar pun masih sangat lemah.

Lemahnya pengembangan dan pelaksanaan KTSP dan rencana pembelajaran di SD yang berada di lingkungan UPTD Pendidikan Kecamatan Cibeber, terjadi pada semua mata pelajaran, termasuk di dalamnya mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Lemahnya pengembangan dan pelaksanaan KTSP pada mata pelajaran IPA, menurut hasil pengamatan penulis pada studi pendahuluan, diindikasikan dengan:


(11)

(2) rendahnya kemampuan guru dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran IPA yang efektif;

(3) kurangnya pengusaan guru terhadap materi pembelajaran IPA;

(4) kurangnya penguasaan guru terhadap pemilihan dan penggunaan metode pembelajaran IPA yang relevan, variatif, aktivatif, kreatif, dan inovatif;

(5) minimnya penggunaan dukungan media dan sumber pembelajaran IPA; (6) cara mengajar guru yang masih didominasi ceramah (teacher centered); (7) sistem evaluasi pembelajaran yang masih menekankan aspek

pengetahuan;

(8) kurang adanya perbaikan dan pengayaan yang terus menerus; dan (9) tidak adanya pembinaan bagi peningkatan kulitas pembelajaran IPA di

sekolah.

Lemahnya pengembangan dan pelaksanaan KTSP dan rencana pembelajaran IPA juga ditunjukkan dengan pembelajaran IPA yang masih belum menekankan pada pengembangan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan, serta pengembangan berbagai aspek kemampuan siswa seperti kemampuan intelektual, emosional, spiritual, sikap, keterampilan, kesadaran, dan apresiasi alam. Hasil belajar siswa pun hanya terbatas pada perolehan angka nilai pengetahuan IPA yang bersifat verbalistis, dan itu pun belum mencapai tingkat yang optimal. Data awal yang diperoleh dari lapangan menunjukkan bahwa rata-rata nilai taraf serap kurikulum semester II mata pelajaran IPA pada tahun pelajaran 2008/2009 di Kecamatan


(12)

Cibeber Kota Cilegon hanya mencapai 65. Perolehan nilai tersebut tentu belum optimal dan perlu ditingkatkan lagi

Sehubungan dengan masalah tersebut maka diperlukan adanya upaya pengembangan KTSP dan rencana pembelajaran dalam pembelajaran IPA di sekolah dasar yang berada di lingkungan Kecamatan Cibeber Kota Cilegon, yang menekankan pada pengembangan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar; memecahkan masalah dan membuat keputusan; pengembangan berbagai aspek kemampuan siswa seperti kemampuan intelektual, emosional, spiritual, sikap, keterampilan, kesadaran, dan apresiasi alam; serta mengarah pada pencapaian hasil belajar siswa yang optimal.

Upaya tersebut di atas sejalan dengan tujuan pembelajaran mata pelajaran IPA di sekolah dasar, yakni sebagai berikut:

1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya 2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA

yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari 3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang

adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat

4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan

5) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam

6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan

7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs. (Depdiknas, 2006) Hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA bukan semata berupa penguasaan pengetahuan IPA, melainkan juga tumbuhnya sikap ilmiah, keterampilan menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah, dan membuat


(13)

keputusan. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA di sekolah dasar harus mewujud berkembangnya multi kemampuan intelektual, emosional, spiritual, sikap, keterampilan, kesadaran, dan apresiasi alam sehingga hasil belajar tersebut berdimensi utuh dan holistik, serta bermakna.

Pengembangan KTSP dan rencana pembelajaran dalam pembelajaran mata pelajaran IPA di Kota Cilegon diharapkan dapat menghasilkan model pembelajaran yang sesuai dengan harapan tujuan tersebut di atas, yaitu yang mampu mengembangkan kemampuan intelektual, emosional, spiritual, sikap, keterampilan, kesadaran, dan apresiasi alam siswa sehingga hasil belajar yang diperoleh siswa berdimensi utuh dan holistik, serta bermakna bagi kehidupan siswa.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, peneliti bermaksud melakukan penelitian tentang pengembangan rencana pembelajaran dalam meningkatkan pembelajaran pelajaran IPA pada SD di kota Cilegon. Adapun rumusan masalah pokok penelitian ini yaitu ”Bagaimana pengembangan rencana pembelajaran dalam meningkatkan pembelajaran pelajaran IPA pada SD di Kecamatan Cibeber Kota Cilegon?“. Penelitian tentang pengembangan rencana pembelajaran dalam meningkatkan pembelajaran pelajaran IPA ini dibatasi pada aspek perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan penilaian hasil pembelajaran. Rumusan masalah penelitian diuraikan dalam pertanyaan penelitian berikut:


(14)

1. Bagaimana rencana pembelajaran IPA, yang saat ini mencakup aspek perencanaan, implementasi, dan evaluasi yang saat ini terjadi di kelas V pada SD negeri di lingkungan Cibeber Kota Cilegon?

2. Bagaimana rencana pembelajaran yang cocok untuk mengajarkan IPA, yang mencakup aspek perencanaan, implementasi, dan evaluasi di kelas V pada SD negeri di lingkungan Cibeber Kota Cilegon?

3. Bagaimana dampak pelaksanaan rencana pembelajaran IPA yang dikembangkan terhadap hasil dan proses pembelajaran pada siswa kelas V pada SD negeri di lingkungan Cibeber Kota Cilegon?

4. Apa sajakah factor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan rencana pembelajaran IPA di kelas V pada SD negeri di lingkungan Cibeber Kota Cilegon?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mendapatkan gambaran mengenai rencana pembelajaran IPA, yang ada saat ini mencakup aspek perencanaan, implementasi, dan evaluasi yang saat ini terjadi di kelas V pada SD negeri di lingkungan Cibeber Kota Cilegon.

2. Mendapatkan rumusan rencana pembelajaran yang cocok untuk mengajarkan IPA, yang mencakup aspek perencanaan, implementasi, dan evaluasi di kelas V pada SD negeri di lingkungan Cibeber Kota Cilegon.


(15)

3. Mendapatkan gambaran nyata mengenai dampak pelaksanaan rencana pembelajaran IPA yang dikembangkan terhadap hasil dan proses pembelajaran pada siswa kelas V pada SD negeri di lingkungan Cibeber Kota Cilegon.

4. Mengidentifikasi factor pendukung dan penghambat dalam pengembangan rencana pembelajaran IPA di kelas V pada SD negeri di lingkungan Cibeber Kota Cilegon.

D. Definisi Operasional

Untuk mendapatkan hasil penelitian yang sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka penelitian ini dibatasi pada:

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah Rencana yang menggambarkan Prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan dijabarkan dalam silabus. Lingkup Rencana Pembelajaran paling luas mencakup1(satu) kompetensi dasar yang terdiri atas1(satu) indikator atau beberapa indikator untuk1(satu) kali pertemuan atau lebih.

2. Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil belajar yang dicapai siswa (gain) berdasarkan perolehan nilai pre test, post test, serta analisis perkembangan aktivitas dalam pembelajaran. 3. Mata Pelajaran IPA, adalah salah satu mata pelajaran yang diajarkan


(16)

ke dalam kelompok mata pelajaran Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, yang merupakan pendidikan bidang studi dengan alam semesta serta segala proses yang terjadi di dalamnya sebagai objeknya.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat:

a. Secara Teoritis, penelitian ini diharapkan mampu untuk memperkaya khazanah pengetahuan tentang pengembangan kurikulum, khususnya KTSP dan rencana pembelajaran mata pelajaran IPA dalam peningkatan hasil belajar siswa

b. Secara Praktis, penelitian ini diharapkan memiliki manfaat bagi:

1. Guru kelas V, agar di masa yang akan datang mampu mengembangkan kurikulum yang efektif dan efesien, yaitu kurikulum yang sesuai dengan tuntutan birokrasi serta mampu diaplikasikan dalam pembelajaran yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Kepala Sekolah dan Pemegang Kebijakan terkait, hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan kontribusi pembuka wawasan untuk mengecilkan, bahkan menghilangkan, hambatan yang selama ini ditemui dalam penyusunan dan pengembangan kurikulum di sekolah. 3. Peneliti berikutnya, hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar atau

langkah awal bagi penelitian berikutnya sehingga akan memperkaya khasanah penelitian dialam bidang kurikulum


(17)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini difokuskan pada pengembangan kurikulum pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD pada mata pelajaran IPA di Kecamatan Cibeber Kota Cilegon. Secara keseluruhan metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian dan pengembangan atau ”research and development”, yang di dalamnya tercakup penggunaan metode deskriptif, penelitian tindakan, dan eksperimen.

Berdasarkan beberapa pengalaman penelitian yang telah dilakukan, Sukmadinata (2007: 189) menguraikan langkah-langkah pelaksanaan metode penelitian dan pengembangan tersebut menjadi tiga langkah, yaitu: (1) studi pendahuluan, (2) pengembangan, dan (3) pengujian hasil (validasi). Studi pendahuluan meliputi dua kegiatan, yaitu studi kepustakaan dan survai lapangan. Tahap pengembangan meliputi tiga kegiatan yaitu penyusunan draf awal, uji coba terbatas, dan uji coba lebih luas, sedangkan tahap ketiga merupakan eksperimen untuk menguji kebaikan produk yang dihasilkan.

B. Langkah-langkah Penelitian

Dalam penelitian yang menggunakan metode penelitian dan pengembangan ini, langkah-langkah penelitian yang ditempuh meliputi tahap-tahap sebagaimana yang digambarkan sebagai berikut:


(18)

STUDI PENDAHULUAN PENGEMBANGAN PENGUJIAN

Gambar 3.1. Tahap Penelitian dan Pengembangan (Sukmadinata 2005 : 198)

Bagan diatas diuraikan sebagai berikut : a. Studi Pendahuluan

Studi pendahuluan terbagi ke dalam dua kegiatan, yaitu kajian literature dan pra survey lapangan.

Prasurvei lapangan : Siswa

PBM Guru Sarana

Uji Coba Terbatas -Tujuan -Materi Pel. -Evaluasi

Uji Coba Lebih Luas

-Tujuan -Materi Pel. -Evaluasi

Desain Final

Eksperimen -Tes Awal -Implementasi -Tes akhir Kajian literature

Teori tentang desain/model ybs

Hasil penelitian yang relevan


(19)

1. Kajian literature dimaksudkan sebagai kegiatan pengumpulan data pustaka mengenai teori-teori pengembangan kurikulum, penelitian sebelumnya mengenai kurikulum, dan data-data yang dibutuhkan sebagai pijakan awal penelitian;

2. Prasurvey atau Survey pendahuluan dilakukan untuk mengumpulkan data yang dianggap penting sesuai dengan pertanyaan peneliti. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi, angket, dan studi documenter. Data yang dikumpulkan adalah (1) peran guru, (2) peran siswa, (3) ketersediaan dan penggunaan fasilitas IPA, (4) iklim sekolah, (5) evaluasi belajar.

Survey pendahuluan dalam mengkaji peran guru dalam pengembangan kurikulum, yang dalam penelitian ini difokuskan pada penyusunan program perencanaan pembelajaran. Survey pendahuluan ini menggunakan teknik wawancara dan studi dokumentar dalam pengumpulan datanya. Data yang dikumpulkan meliputi kemampuan guru dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran yang merupakan bentuk pemahaman guru terhadap kurikulum. Pra survey terhadap peran siswa dalam penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran mengenai kondisi awal siswa, pengalaman siswa, serta tingkat perkembangan siswa. Pengumpulan keseluruhan informasi mengenai siswa ini dilakukan dengan menggunakan angket tertutup, observasi, serta wawancara dengan siswa.


(20)

Untuk mendapatkan gambaran ketersediaan dan penggunaan fasilitas belajar IPA, kegiatan pra survey ini menggunakan teknik observasi dan studi dokumenter terhadap kelengkapan bahan ajar dan ketersedian serta penggunaan media pembelajaran.

Iklim sekolah menjadi objek dalam pra survey untuk memotret keadaan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar siswa. Kegiatan ini dilakukan menggunakan teknik observasi.

Sedangkan untuk mendapatkan gambaran awal mengenai bentuk evaluasi yang dilaksanakan, dalam pra survey ini digunakan teknik pengumpulan data melalui wawancara dengan guru dan siswa, serta studi documenter terhadap analisis dan pemanfaatan hasil evaluasi bagi pembelajaran dan bagi siswa.

b. Tahap Pengembangan

1. Tahap pengembangan dimulai dengan menyusun draft awal sebuah kurikulum yang diharapkan dengan memperhatikan data hasil survey pendahuluan dan studi literature. Untuk menyempurnakan draft awal, peneliti melakukan wawancara dengan guru-guru kelas V dari sekolah-sekolah yang dilibatkan. Draf model tahap 1 ini merupakan hasil analisis documenter dan wawancara mengenai: program tahunan, program semester, program bulanan, silabus, analisis waktu, rencana pemebalajaran, program evaluasi, dan program tindak lanjut.


(21)

2. Tahap Uji Coba Terbatas. Tahap ini mengaplikasikan draft model tahap 1. Uji coba terbatas dilakukan di kelas V SDN Kedaleman I. Uji coba difokuskan pada tingkat kemampuan aplikatif dari draft model tahap 1, mulai dari rencana tahunan hingga program tindaklanjut. Uji coba terbatas akan menghasilkan sejumlah masukkan yang dikumpulkan melalui wawancara dengan guru kelas dan observasi yang dilakukan oleh peneliti. Masukkan ini kemudian dijadikan acuan guna perbaikan draft model tahap 1, yang setelah dilakukan revisi atas ujicoba terbatas, akan menjadi draft model tahap 2.

Ujicoba terbatas dilaksanakan dalam beberapa siklus dengan tujuan untuk mendapatkan hasil maksimal berupa draft model tahap 1.

3. Uji coba lebih luas, yaitu uji coba pada audiens yang lebih banyak, yaitu di kelas V SDN Cibeber I dan SDN Cibeber II. Draft yang digunakan adalah draft model tahap 2 yang telah melalui perbaikan melalui uji coba terbatas. Peneliti mengadakan observasi selama pelaksanaan uji coba lebih luas ini, melakukan pencatatan lapangan, serta melakukan wawancara dengan guru yang telah melaksanakan program uji coba tahap 2 ini. Catatan lapangan dan hasil wawancara direfleksikan menjadi bentuk draft model final.

c. Tahap Pengujian

Tahap pengujian dilakukan di kelas V SDN Kedaleman III dan SDN Cibeber III. Tahap ini dimaksudkan untuk menguji tingkat aplikatif model final


(22)

yang dihasilkan dari tahap ujicoba terbatas dan uji coba lebih luas. Keberhasilan model final ini akan tergambar dari hasil tes siswa.

C. Lokasi dan Subjek Penelitian

Subyek penelitian adalah sumber yang dapat memberikan informasi atau yang dapat membantu perluasan teori yang dikembangkan (Maleong 1997, Nasution a996, Bogdan dan Biklen 1990, Sukmadinata 2005) subyek penelitian dapat berupa hal, peristiwa, dan situasi yang dapat diobservasi, atau respondenyang dapat diwawancarai. Dengan demikian subyek penelitian merupakan sumber informasi atau data yang ditarik dan dikembangkan secara purposif (Lincoln and Gaba, 1985: 201), bergulir hingga mencapai titik jenuh dimana informasi telah terkumpul secara tuntas.

Bedasarkan uraian tersebut, maka yang dijadikan subyek dalam penelitian ini adalah Guru Kelas V dan Siswa Kelas V pada Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Cibeber Kota Cilegon. Penelitian ini dilaksanakan di lima Sekolah Dasar di lingkungan UPTD Pendidikan Kecamatan Cibeber Kota Cilegon sebagai sampel , yaitu:

1. SD Negeri Kedaleman I 2. SD Negeri Cibeber I 3. SD Negeri Cibeber II 4. SD Negeri Cibeber III 5. SD Negeri Kalitimbang II


(23)

Alasan yang menjadi pertimbangan pemilihan lokasi penelitian ini yaitu SD Kedaleman I SD Negeri Cibeber I mendapat akreditasi baik (B); SD Negeri Cibeber II mendapat akreditasi A (sangat Baik). Semua SD tersebut dapat dianggap mewakili SD-SD kategori sangat baik, baik, dan cukup yang berada di lingkungan UPTD Pendidikan Kecamata Cibeber Kota Cilegon.

Subyek penelitian adalah guru dan siswa kelas V, semester II yang mengikuti kegiatan pembelajaran IPA tahun pelajaran 2009/2010. Jumlah subjek penelitian yaitu lima orang guru kelas V dari lima SD, yakni SD Negeri Kedaleman I dengan jumlah siswa sebanyak 42 siswa, SD Negeri Cibeber I dengan jumlah siswa sebanyak 41, SD Negeri Cibeber II dengan jumlah siswa sebanyak 33 siswa, SD Negeri Cibeber III dengan jumlah siswa kelas V sebanyak 39 siswa, dan SD Negeri Kalitimbang II dengan siswa kelas V sejumlah 37 orang. Pengembangan pembelajaran dilakukan di kelas V SDN Kedaleman I untuk uji coba terbatas; di kelas V SDN Cibeber I dan SD Negeri Cibeber II untuk uji coba lebih luas, di kelas V SDN Cibeber III dan SD Negeri Kalitimbang II untuk uji eksperimen. Pengujian dilakukan terhadap proses dokumen kurikulum, proses pembelajaran, serta hasil belajar siswa.

D. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti sendiri langsung terjun ke lapangan agar dapat memahami kenyataan yang terjadi di lapangan sesuai dengan konteksnya. Teknik pengolahan data adalah : Observasi, Wawancara, dan Analisis Dokumentasi. Kesemua teknik ini diharapkan dapat melengkapi kebutuhan


(24)

informasi primer dan sekunder dalam penelitian ini. Kedua jenis informasi ini dibutuhkan untuk menarik kesimpulan hasil penelitian.

Informasi primer didapatkan melalui gguru kelas V sebagai penanggung jawab atas pengembangan kurikulum mata pelajaran IPA di kelas v, khususunya dalam penyususnan rencana pembelajaran. Informasi sekunder diperoleh melalui berbagai dokumen resmi ataupun tidak resmi yang berhubungan dengan

penelitian yang mendukung informasi primer. Berikut ini adalah teknik pengumpulan data/informasi yang digunakan dalam penelitian ini:

1. Teknik Observasi

Dalam penelitian ini digunakan observasi partisipasif pasif, yakni peneliti lebih menonjol diri sebagai peneliti atau pengamat meskipun kadang-kadang juga ikut serta sebagai pelaku kegiatan. Observasi ini dilakukan di kelas untuk mengamati kegiatan belajar mengajar mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam, bagaimana persiapan mengajar yang dilakukan guru, cara atau model penyajian materi pelajaran yang dilaksanakan, cara guru menilai proses dan hasil belajar siswa, dan observasi terhadap aktivitas siswa merespon sistem pengajaran yang diberikan guru.

Kegiatan observasi ini dilakukan berulang kali sampai diperoleh semua data yang diperlukan. Pelaksanaan yang berulang ini memiliki keuntungan yaitu responden yang diamati akan terbiasa dengan kehadiran peneliti sehingga responden berperilaku apa adanya.


(25)

Wawancara atau interview adalah suatu bentuk komunikasi verbal jadi semacam percakapan yang bertujuan memperoleh informasi. (S. Nasution, 2003:113). Maksud dilakukannya wawancara antara lain untuk membuat suatu konstruksi mengenai orang, peristiwa, aktivitas, motivas, perasaan dan lain sebagainya.

Penelitian ini dengan menggunakan wawancara formal dan terbuka. Hal tersebut ditempuh dengan pertimbangan bahwa data yang diperlukan bersifat ekplorasi. Mengenai pemahaman guru dan yang dilakukannya tentang pembelajaran mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Dengan demikian responden akan memberikan respon apabila mengerti akar permasalahan yang akan diteliti. Setelah dilakukan wawancara, informasi yang diperoleh diolah dan dikonfirmasikan melalui tahapan trigulasi dan member chek.

3. Analisis Dokumen

Dokumen dan catatan merupakan informasi yang sangat berguna. Ada beberapa alasan menggunakan dokemen dan catatan, seperti dikemukakan oleh Lincoln dan Guba (1989:276). Antara lain :

a. Dokumen dan catatan ini selalu dapat digunakan terutama karena mudah diperoleh dan relatif mudah

b. Merupakan sumber informasi yang mantap, baik dalam pengertian merefleksikan situasi secara akurat maupun dapat dianalisis ulang tanpa melalui perubahan di dalamnya.

c. Dokumen dan catatan merupakan informasi yang kaya.

d. Keduanya merupakan sumber resmi yang tidak dapat disangkal, yang menggambarkan formal.

e. Tidak seperti pada sumber manusia, baik dokumen catatan nonreactive, tidak memberi reaksi/respon atas perlakuan penelitian.


(26)

Berdasarkan uraian diatas, peneliti yang berperan sebagai instrumen terjun langsung ke lapangan, menjaring data melalui teknik wawancara, observasi dan analisis dokumen dengan melakukan judgment selama tahap pengumpulan data tersebut sesuai dengan tujuan penelitian.

E. Pengembangan Instrumen

Pengembangan instrumen dilakukan dengan mengacu kepada definisi operasional dan penjelasan istilah yang telah dikemukakan pada Bab I. Sebelum disusun butir-butir pertanyaan, terlebih dahulu dibuat kisi-kisi atau lay out penyusunan instrument, yang memetakan semua aspek, sub aspek, sumber data dan teknik pengumpulan data yang digunakan. Berpedoman pada kisi-kisi tersebut dirumuskan butir-butir pertanyaan.

Sebelum instrumen-instrumen tersebut digunakan dalam penelitian, harus diadakan penilaian dan uji coba terlebih dahulu. Kemudian Penilaian akan dimintakan dari para ahli terutama pembimbing, sedangkan untuk uji coba instrument akan dilakukan kepada guru ( untuk angket ) dan siswa ( untuk tes ). Validasi dan reliabilitas alat tes yang dilakukan berdasarkan kesesuaian alat tes dengan materi yang disampaikan. Setelah mendapatkan penyempurnaan-penyempurnaan baru digunakan dalam penelitian sebenarnya.

Berikut adalah tabel pemetaan pengembangan instrumen penelitian yang disusun dalam bentuk kisis-kisi penelitian:


(27)

Tabel : 3.1

Kisi-Kisi Penyusunan Instrumen Penelitian Aspek yang

Diteliti Sub Aspek

Sumber Data Teknik Pengumpulan Data 1. Kondisi pengembangan KTSP SD Kelas V mata pelajaran IPA di Kecamatan Cibeber Kota Cilegon

a. Kondisi program tahunan dan semester IPA

b. Kondisi silabus IPA c. Kondisi RPP IPA

d. Kondisi pelaksanaan pembelajaran IPA

c. Kondisi penilaian pembelajaran IPA d. Kondisi masalah pembelajaran IPA

yang dihadapi

Guru Angket,

wawancara, dan observasi

2. Kondisi kemampuan siswa kelas V pada mata pelajaran IPA

a. Kondisi rata-rata kemampuan umum intelektual siswa kls V menurut guru b. Minat dan motivasi belajar siswa

terhadap IPA menurut guru

c. Rata-rata prestasi belajar IPA siswa

Guru Angket, wawancara, dan studi dokumenter

3. Kondisi guru kelas V

a. Identitas guru

b. Pengalaman Mengajar di SD c. Pengalaman mengajar di kelas V d. Harapan guru terhadap pembelajaran

IPA

e. Minat guru mengajar IPA

f. Persepsi guru tentang pembelajaran IPA

g. Persepsi guru tentang desain dan pelaksanaan pembelajaran IPA yang efektif

h. Persepsi guru terhadap kebutuhan pembelajaran IPA

Guru Angket dan wawancara


(28)

i. Perepsi guru terhadap tuntutan siswa terhadap pembelajaran IPA

4. Kondisi sarana dan prasarana pembelajaran IPA

a. Kondisi ruangan kelas b. Kondisi suasana kelas

c. Kondisi buku sumber sekolah d. Kondisi buku sumber milik siswa e. Kondisi media/alat Bantu belajar f. Perpustakaan sekolah

Guru Angket, observasi, dan studi

dokumenter

F. Analisis Data

Analisis data dilakukan untuk memperoleh jawaban atas pertanyaan penelitian berupa penemuan penelitian. Dalam penelitian yang menggunakan pendekatan positivistik, analisis data dilakukan melalui tahap pengukuran. Penelitian naturalistik juga melakukan analisis data melalui pengukuran, tetapi secara konseptual pengukuran dalam penelitian kualitatif berbeda dengan faham yang dianut oleh peneliti positivistik.

Pengukuran dalam rangka analisis data adalah hubungan antara konsep abstrak tentang KTSP dengan bagian data. Pengukuran ini berkenaan dengan mendiskripsikan peristiwa dengan data yang terkumpul, dan hubungan antara data dengan peristiwa yang dideskripsikan.

Data penelitian yang akan dianalisis meliputi aspek :

1. perencanaan pembelajaran mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam yang dibuat oleh guru.

2. Pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. 3. Penilaian Mata peajaran Ilmu Pengetahuan Alam.


(29)

4. Dampak implementasi kurikulum mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa.

Data yang telah dikumpulkan selanjutnya diolah dan dianalisis dengan rasional (induktif dan deduktif). Data hasil belajar siswa dianalisis dengan menggunakan teknik persentase dan uji-t.

Pengumpulan dan penganalisisan data dilakukan selama proses penelitian berlangsung (tahap perencanaan, pelaksanaan dan kulminasi). Prosedur yang dilakukan dalam analisis data ini meliputi : analisis data, refleksi dan tindakan. Atas dasar hasil penelitian ini, kemudian ditarik suatu kesimpulan apakah terdapat kesinambungan dari kurikulum sebagai ide sampai kurikulum sebagai proses.

G. Jadwal Penelitian

Penelitian pengembangan pembelajaran IPA kelas V SD di Kota Cilegon ini dilaksanakan dari bulan Desember 2009 s.d Mei 2010. Pelaksanaan penelitian dapat dikemukakan dengan jadwal berikut ini:

Tabel 3.2 Jadwal Penelitian

No Kegiatan Pelaksanaan Keterangan

1 Pendahuluan a. Studi Literatur

• Mempelajari teori, konsep, pembelajaran IPA

• Mempelajari hasil

penelitian terdahulu yang relevan.

b. Survai Lapangan • Pembelajaran IPA yang

digunakan saat ini. • Kondisi guru dan siswa. • Media, sumber, dan sarana

Desember 2009

SDN Kedaleman I SDN Cibeber I SDN Cibeber II SDN Cibeber III SDN Kalitimbang II


(30)

belajar.

• Lingkungan sekolah 2 Pengembangan

a. Penyusunan Draf Awal Desain Pembelajaran IPA b. Uji Coba Terbatas (Desain

kasar, implementasi, evaluasi)

c. Uji Coba Lebih Luas (Desain halus,

implementasi, evaluasi) d. Eksperimen (desain final)

Januari 2010

Februari 2010

Maret 2010

SDN Kedaleman I

SDN Cibeber I, SDN Cibeber II SDN Cibeber III SDN kalitimbang II 3 Pengujian

a. Analisis Hasil evaluasi b. Uji-t atau t-tes (SPSS) c. Konklusi

April 2010

4. Penyusunan Laporan dalam Tesis


(31)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

Pengembangan rencana pembelajaran mata pelajaran IPA dalam penelitian ini menghasilkan sebuah program rencana pembelajaran mata pelajaran IPA dalam bentuk sebuah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Rencana pembelajaran yang dihasilkan ini telah diujicobakan dalam tahap ujicoba terbatas di SDN Kedaleman I yang menghasilkan draft model I. ujicoba terbatas dilaksanakan dalam tiga siklus dengan tujuan memperolh hasil maksimal melalui tahapan-tahapan perbaikan. Draft ini kemudian dikembangkan dalam ujicoba lebih luas di dua sekolah dasar, yaitu SDN Cibeber I dan SDN Cibeber II. Tahap ujicoba lebih luas ini menghasilkan draft model II. Untuk menguji draft model II ini kemudian dilakukan ujicoba pada tahap eksperimen di SDN Cibeber III dan SDN Kalitimbang II.

Gambaran umum hasil penelitian ini diuraikan dalam simpulan sebagai berikut:

1. Sekolah Dasar Negeri di lingkungan Cibeber kota Cilegon, umumnya telah memiliki dokumen rencana pembelajaran mata pelajaran IPA sebagai bentuk rencana pembelajaran perencanaan. Rencana pembelajaran ini terdiri dari unsur perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Pada bagian perencanaan, pemilihan dan pemilahan indicator untuk setiap pertemuan tidak menyesuaikan dengan waktu yang dialokasikan. Pada bagian implementasi, langkah-langkah pembelajaran


(32)

yang dicantumkan merupakan langkah-langkah umum yang tidak terperinci, sehingga tidak menggambarkan arah metode dan pendekatan pembelajaran menuju pada pencapaian tujuan pembelajaran. Keterlibatan siswa dalam menyiapkan pembelajaran serta dalam pembelajarn, tidak tergambar aktif dalam rencana pembelajaran yang sudaha ada di sekolah dasar negeri di Kecamatan Cibeber Kota Cilegon ini. Evaluasi yang digambarkan dalam perencanaan pembelajaran yang ada saat ini merupakan evaluasi kognitif yang tidak memperhatikan pencapaian keterampilan ilmiah siswa. Program rencana pembelajaran yang saat ini ada di sekolah, merupakan droping dari pihak dinas, sehingga tidak selalu sesuai dengan situasi dan kondisi sekolah. Rencana pembelajaran ini diaplikasikan dalam pembelajaran tanpa melalui diskusi terbuka mengenai kekuatan dan kelemahan rencana pembelajaran tersebut ataupun pertimbangan kemampuan guru mengaplikasikannya.

2. Penelitian ini menghasilkan sebuah bentuk perencanaan pengajaran yang cocok untuk dilaksanakan di sekolah dasar negeri di Kecamatan Cibeber Kota Cilegon dengan mempertimbangkan situasi, kondisi, dan kemampuan pengembangnya. Rencana pembelajaran yang dihasilkan terdiri dari bagian perencanaan, implementasi, dan evaluasi yang telah melalui tahapan pengujian terbatas, lebih luas, dan eksperimen. Bentuk perencanaan berisikan indicator pembelajaran yang sangat spesifik dan diperkirakan sesuai dengan waktu yang dialokasikan. Bagian


(33)

implementasi terdiri dari pemilihan metode yang sesuai dengan tujuan pembelajaran, pemilihan penggunaan alat bantu pembelajaran, serta sumber belajar yang sesuai. Dalam hal ini, keterlibatan siswa dalam menyiapkan pembelajaran yang akan ditempuh, juga diperhatikan. Evaluasi tidak hanya dilakukan secara kognitif, melainkan mengukur pula perkembangan keterampilan social dan keterampilan ilmiah siswa yang dicapai sebagai bentuk hasil belajar.

3. Penelitian ini menghasilkan gambaran nyata tentang pengaruh penyusunan Rencana Pembelajaran yang terperinci terhadap implementasinya di dalam kelas serta terhadap hasil belajar siswa. Rencana Pembelajaran yang dihasilkan dalam penelitian ini mampu membuat siswa aktif terlibat secara keseluruhan dalam proses pembelajaran yang pada akhirnya akan meningkatkan hasil belajar siswa. Dari pelaksanaan rencana pembelajaran ternyata mampu memberikan hasil yang signifikan pada penerapan model final pada tahap eksperimen dengan perolehan hasil analisis uji-t rata-rata pre test dan post test sebesar -96,812 dengan standar deviasi 5,96651. thitung sebesar -96,812 dengan derajat kebebasan 46 pada taraf kesalahan 5% atau tarap kepercayaan 95%. ttable diperoleh dari dk = n – 1 = 47 – 1 = 46 dengan derajat kesalahan 5% dan pengujian dilakukan menggunakan uji dua pihak, maka didapat ttabel = 2,013. Nilai thitung lebih besar dari ttable (96,812 > 2,013). Dapat disimpulkan bahwa Ha diterima dan H0


(34)

ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai siswa sebelum dan sesudah pelaksanaan pembelajaran. 4. Beberapa factor yang mendukung dalam pengembangan rencana

pembelajaran ini adalah: a. Faktor Pendukung:

• Tersedianya sumber yang dibutuhkan, berupa dokumen rencana pembelajaran yang sesuai,

• Tersedianya lingkungan belajar yang memadai, mencakup sarana, prasarana, dan lingkungan yang mendukung,

• Kualitas sekolah yang merupakan sekolah dengan akreditasi A merupakan sekolah yang teruji dari berbagai segi melalui tahap akredoitasi sekolah,

• Kerjasama personal, mencakup kepala sekolah subyek penelitian, guru kelas V, dan siswa kelas V, serta pihak-pihak yang berpandangan positif terhadap pelaksanaan dan tujuan penelitian ini.

b. Factor Penghambat:

• Pihak birokrat yang cenderung mematok kreatifitas guru dengan memanjakan guru-guru dengan melakukan dropping rencana pembelajaran ke sekolah mulai dari standar isi hingga bentuk rencana pembelajaran,

• Kualifikasi standar guru. Belum meratanya kemampuan guru kelas dalam mengelola kelas dan mengelola pembelajaran IPA,


(35)

• Lingkungan sekolah yang kurang mendukung siswa untuk bereksplorasi keluar ruangan kelas dalam rangka memenuhi kebutuhan pengetahuannya, dikarenakan lingkungan sekolah yang berada di tepi jalan raya dan sudah dibangun secara permanen baik bangunan maupun lingkungannya.

B. SARAN

Mengkaji hal-hal yang ditemukan dan dihasilkan dalam penelitian ini, dapat disarankan kepada beberapa pihak:

1. Guru. Selayaknya, sebuah program adalah sebentuk perencanaan yang akan diterapkan oleh guru secara individual. Maka program tersebut haruslah merupakan terjemahan secara individual mengenai pemahaman standar isi yang kemudian diuraikan dalam rencana pembelajaran. Sebaiknya guru merancang sendiri program pembelajaran atau rencana pembelajaran pembelajaran IPAnya agar dapat menyesuaikan dengan situasi dan kondisi di lingkungannya serta dengan mempertimbangkan kemampuan individu untuk mengimplementasikannya dalam proses pembelajaran.

2. Kepala Sekolah dan Pembina Kelompok Kerja Guru. Pelatihan dalam bentuk penyusunan rencana pembelajaran hendaknya diikuti dengan pelatihan implementasinya, misalnya dalam bentuk micro teaching, yang akan mengungkapkan kesulitan yang dihadapi dalam menerjemahkan rencana pembelajaran yang disusun tersebut.


(36)

3. Pihak Birokrat. Memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada pihak sekolah dan guru dalam mengembangkan Rencana pembelajaran Tingkat Satuan Pendidikan adalah bentuk memandirikan sekolah. 4. Peneliti berikutnya. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar

bagi penelitian berikutnya guna memperkaya khsanah keilmuan dan dunia pendidikan, khususnya mengenai rencana pembelajaran pembelajaran mata pelajaran IPA.


(37)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. dan Prasetya, Joko Tri. (1987). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia.

Alkitson, Rita. L. dan Atkinson, Richard C. dan Smith, Edward. E. dan Bem, Darly. J. (1987). Pengantar Psikologi. Batam Centre: Interaksara.

B. Uno, H. (2008). Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara.

BSNP. (2006). Pedoman Penyusunan KTSP SD. Jakarta: Ditjen Dikdasmen, Depdiknas

Cohen, A.D. (1994). Assessing Language Ability in the Classroom. Boston: Heinle & Heinle Publisher.

Creswell, J.W. (1994). Research Design Qualitative & Quantitative Approaches New Delhi: Sage Publications.

Dahar, R.W. (1991). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Dahlan, M.D. (1990). Model-model Mengajar. Bandung: Diponegoro. Depdiknas. (2006). KTSP Mata Pelajaran IPA. Jakarta.

Dimyati dan Mudjito. (2002). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Djamarah, S.B. (1994). Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya: Usaha Nasional

Djamarah, S.B. dan Zain, A. (2002). Strategi Belajar Mengajar.Jakarta; PT Rineka Cipta.

Djamarah, S.B. (1997). Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Hamalik, O. (2008). Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Hernawan, AH. (2007). Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka..

HIPKIN. (2008). Inovasi Kurikulum: Jurnal Himpunan Pengembang Kurikulum

Indonesia. Februari, Vol. 1 Nomor 4.


(38)

Jarolimek, J. (1967). Social Study in Elementary Education. London: McMillan Joyce, Bruce. Et al. ( Tanpa Tahun) Models of Teaching. Texas: Horseshoe Bay. Malik, O. (2001). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Muhaimin, et.al. (2009). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada

Sekolah dan Madrasah. Jakarta: Rajawali Pers.

Mulyasa, E. (2008). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Muslich, Masnur. (2008). KTSP (Kurikum Tingkat Satuan Pendidikan: Dasar

Pemahaman dan Pengembangan. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Nasution S. (2005). Asas-Asas Kurikulum. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Purwanto, N. (1997). Psikologi Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Pusat Pembinan dan Pengembangan Bahasa. (1989) Kamus Besar Bahasa

Indonesia .Jakarta: Balai Pustaka.

Roestiyah. (2008). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:Rineka Cipta

Rubin, L. (1977) Curriculum Handbook: The Disciplines Curriculum Movement,

and Instructional Methodology. Atlantic Avenue, Boston Massachusetts:

Allyn and Bacon, Inc.

Rusman. (2008). Manajemen Kurikulum. Bandung: Mulya Mandiri Press.

Rustan, T. Dan Daryani S, Y. (1992). Penuntun Belajar yang Sukses. Jakarta: Nine Karya.

Rusyan, A.T. dan Daryani S., Y. (1992). Penuntun Belajar yang Sukses. Jakarta: Nine Karya.

Sanjaya, Wina. (2005). Pembelajaran Dalam Implementasi kurikulum Berbasis

Kompetensi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sanjaya, Wina (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Stinggins, R.J. (1994). Student-Centered Classroom Assessment. New York: Macmillan College Publishing Company.


(39)

Sukmadinata, Nana Syaodih. (2007). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Program Pascasarjana UPI dan Remaja Rosda Karya.

Sukmadinata, (2008). Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sudjana. (1992). Metode Statistika. Bandung: Tarsito.

Sudjana. (1996). Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Sudjana. dan Suwariyah, W. (1991). Model-model Mengajar CBSA. Bandung: Sinar Baru Offset.

Sudjana. (1989). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar.Bandung:Sinar Baru Algensindo Offest.

Sudjana. (1989). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosda Karya

Sutikno, S. (2004). Menuju Pendidikan Bermutu. Mataram: NTP Presse.

Taba, Hilda. (1962). Curriculum Development: Theory and Practices. New York: Harcourt, Brace and World, Inc.

Tilaar, H.A.R. (2004). Paradigma Baru Pendidikan Nasional. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI. (2007). Ilmu dan Aplikasi

Pendidikan Bagian I. Bandung: PT Imperial Bhakti Utama.

Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI. (2007). Ilmu dan Aplikasi

Pendidikan Bagian II. Bandung: PT Imperial Bhakti Utama.

Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI. (2007). Ilmu dan Aplikasi

Pendidikan Bagian III. Bandung: PT Imperial Bhakti Utama.

Yamin, M. (2007). Profesionalisasi Guru dan Implementasi KTSP. Jakarta: Gaung Persada Press.


(1)

211

ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai siswa sebelum dan sesudah pelaksanaan pembelajaran. 4. Beberapa factor yang mendukung dalam pengembangan rencana

pembelajaran ini adalah: a. Faktor Pendukung:

• Tersedianya sumber yang dibutuhkan, berupa dokumen rencana pembelajaran yang sesuai,

• Tersedianya lingkungan belajar yang memadai, mencakup sarana, prasarana, dan lingkungan yang mendukung,

• Kualitas sekolah yang merupakan sekolah dengan akreditasi A merupakan sekolah yang teruji dari berbagai segi melalui tahap akredoitasi sekolah,

• Kerjasama personal, mencakup kepala sekolah subyek penelitian, guru kelas V, dan siswa kelas V, serta pihak-pihak yang berpandangan positif terhadap pelaksanaan dan tujuan penelitian ini.

b. Factor Penghambat:

• Pihak birokrat yang cenderung mematok kreatifitas guru dengan memanjakan guru-guru dengan melakukan dropping rencana pembelajaran ke sekolah mulai dari standar isi hingga bentuk rencana pembelajaran,

• Kualifikasi standar guru. Belum meratanya kemampuan guru kelas dalam mengelola kelas dan mengelola pembelajaran IPA,


(2)

• Lingkungan sekolah yang kurang mendukung siswa untuk bereksplorasi keluar ruangan kelas dalam rangka memenuhi kebutuhan pengetahuannya, dikarenakan lingkungan sekolah yang berada di tepi jalan raya dan sudah dibangun secara permanen baik bangunan maupun lingkungannya.

B. SARAN

Mengkaji hal-hal yang ditemukan dan dihasilkan dalam penelitian ini, dapat disarankan kepada beberapa pihak:

1. Guru. Selayaknya, sebuah program adalah sebentuk perencanaan yang akan diterapkan oleh guru secara individual. Maka program tersebut haruslah merupakan terjemahan secara individual mengenai pemahaman standar isi yang kemudian diuraikan dalam rencana pembelajaran. Sebaiknya guru merancang sendiri program pembelajaran atau rencana pembelajaran pembelajaran IPAnya agar dapat menyesuaikan dengan situasi dan kondisi di lingkungannya serta dengan mempertimbangkan kemampuan individu untuk mengimplementasikannya dalam proses pembelajaran.

2. Kepala Sekolah dan Pembina Kelompok Kerja Guru. Pelatihan dalam bentuk penyusunan rencana pembelajaran hendaknya diikuti dengan pelatihan implementasinya, misalnya dalam bentuk micro teaching, yang akan mengungkapkan kesulitan yang dihadapi dalam menerjemahkan rencana pembelajaran yang disusun tersebut.


(3)

213

3. Pihak Birokrat. Memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada pihak sekolah dan guru dalam mengembangkan Rencana pembelajaran Tingkat Satuan Pendidikan adalah bentuk memandirikan sekolah. 4. Peneliti berikutnya. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar

bagi penelitian berikutnya guna memperkaya khsanah keilmuan dan dunia pendidikan, khususnya mengenai rencana pembelajaran pembelajaran mata pelajaran IPA.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. dan Prasetya, Joko Tri. (1987). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia.

Alkitson, Rita. L. dan Atkinson, Richard C. dan Smith, Edward. E. dan Bem, Darly. J. (1987). Pengantar Psikologi. Batam Centre: Interaksara.

B. Uno, H. (2008). Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara.

BSNP. (2006). Pedoman Penyusunan KTSP SD. Jakarta: Ditjen Dikdasmen, Depdiknas

Cohen, A.D. (1994). Assessing Language Ability in the Classroom. Boston: Heinle & Heinle Publisher.

Creswell, J.W. (1994). Research Design Qualitative & Quantitative Approaches New Delhi: Sage Publications.

Dahar, R.W. (1991). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Dahlan, M.D. (1990). Model-model Mengajar. Bandung: Diponegoro. Depdiknas. (2006). KTSP Mata Pelajaran IPA. Jakarta.

Dimyati dan Mudjito. (2002). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Djamarah, S.B. (1994). Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya: Usaha Nasional

Djamarah, S.B. dan Zain, A. (2002). Strategi Belajar Mengajar.Jakarta; PT Rineka Cipta.

Djamarah, S.B. (1997). Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Hamalik, O. (2008). Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Hernawan, AH. (2007). Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka..

HIPKIN. (2008). Inovasi Kurikulum: Jurnal Himpunan Pengembang Kurikulum Indonesia. Februari, Vol. 1 Nomor 4.


(5)

215

Jarolimek, J. (1967). Social Study in Elementary Education. London: McMillan Joyce, Bruce. Et al. ( Tanpa Tahun) Models of Teaching. Texas: Horseshoe Bay. Malik, O. (2001). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Muhaimin, et.al. (2009). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada Sekolah dan Madrasah. Jakarta: Rajawali Pers.

Mulyasa, E. (2008). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Muslich, Masnur. (2008). KTSP (Kurikum Tingkat Satuan Pendidikan: Dasar Pemahaman dan Pengembangan. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Nasution S. (2005). Asas-Asas Kurikulum. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Purwanto, N. (1997). Psikologi Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Pusat Pembinan dan Pengembangan Bahasa. (1989) Kamus Besar Bahasa

Indonesia .Jakarta: Balai Pustaka.

Roestiyah. (2008). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:Rineka Cipta

Rubin, L. (1977) Curriculum Handbook: The Disciplines Curriculum Movement, and Instructional Methodology. Atlantic Avenue, Boston Massachusetts: Allyn and Bacon, Inc.

Rusman. (2008). Manajemen Kurikulum. Bandung: Mulya Mandiri Press.

Rustan, T. Dan Daryani S, Y. (1992). Penuntun Belajar yang Sukses. Jakarta: Nine Karya.

Rusyan, A.T. dan Daryani S., Y. (1992). Penuntun Belajar yang Sukses. Jakarta: Nine Karya.

Sanjaya, Wina. (2005). Pembelajaran Dalam Implementasi kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sanjaya, Wina (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Stinggins, R.J. (1994). Student-Centered Classroom Assessment. New York: Macmillan College Publishing Company.


(6)

Sukmadinata, Nana Syaodih. (2007). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Program Pascasarjana UPI dan Remaja Rosda Karya.

Sukmadinata, (2008). Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sudjana. (1992). Metode Statistika. Bandung: Tarsito.

Sudjana. (1996). Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Sudjana. dan Suwariyah, W. (1991). Model-model Mengajar CBSA. Bandung: Sinar Baru Offset.

Sudjana. (1989). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar.Bandung:Sinar Baru Algensindo Offest.

Sudjana. (1989). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosda Karya

Sutikno, S. (2004). Menuju Pendidikan Bermutu. Mataram: NTP Presse.

Taba, Hilda. (1962). Curriculum Development: Theory and Practices. New York: Harcourt, Brace and World, Inc.

Tilaar, H.A.R. (2004). Paradigma Baru Pendidikan Nasional. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI. (2007). Ilmu dan Aplikasi Pendidikan Bagian I. Bandung: PT Imperial Bhakti Utama.

Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI. (2007). Ilmu dan Aplikasi Pendidikan Bagian II. Bandung: PT Imperial Bhakti Utama.

Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI. (2007). Ilmu dan Aplikasi Pendidikan Bagian III. Bandung: PT Imperial Bhakti Utama.

Yamin, M. (2007). Profesionalisasi Guru dan Implementasi KTSP. Jakarta: Gaung Persada Press.


Dokumen yang terkait

PENGEMBANGAN MEDIA ROLLING BOARD PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS IV SEKOLAH DASAR

8 50 24

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI TEGALSARI 08 KOTA TEGAL

0 4 291

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA KONTEKSTUAL PADA SEKOLAH DASAR PENYELENGGARA PENDIDIKAN INKLUSI Pengembangan Pembelajaran Matematika Kontekstual Pada Sekolah Dasar Penyelenggara Pendidikan Inklusi (Pengembangan Pada Sekolah Dasar di Kota Wonogiri).

0 4 17

PENDAHULUAN Pengembangan Pembelajaran Matematika Kontekstual Pada Sekolah Dasar Penyelenggara Pendidikan Inklusi (Pengembangan Pada Sekolah Dasar di Kota Wonogiri).

0 3 15

DAFTAR PUSTAKA Pengembangan Pembelajaran Matematika Kontekstual Pada Sekolah Dasar Penyelenggara Pendidikan Inklusi (Pengembangan Pada Sekolah Dasar di Kota Wonogiri).

0 3 5

KERJASAMA DAN KEDISIPLINAN DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA KONTEKSTUAL Pengembangan Pembelajaran Matematika Kontekstual Pada Sekolah Dasar Penyelenggara Pendidikan Inklusi (Pengembangan Pada Sekolah Dasar di Kota Wonogiri).

0 3 18

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA SEKOLAH DASAR DI KOTA BANDUNG.

1 3 30

Pengembangan dan pemanfaatan media video dalam pembelajaran IPA di kelas III Sekolah Dasar.

0 1 203

PEMBELAJARAN IPA di SEKOLAH DASAR

0 0 7

Pengembangan Model Pembelajaran Matematika Dalam Bentuk Komik Pada Sekolah Dasar Di Kota Padang - Universitas Negeri Padang Repository

0 7 289