PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KREATIF-PRODUKTIF DALAM PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SMA.

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KREATIF-PRODUKTIF DALAM PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENINGKATKAN HASIL

BELAJAR SISWA SMA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh: Alia Nurfitri

0907094

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUN ALAM


(2)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KREATIF-PRODUKTIF DALAM PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENINGKATKAN HASIL

BELAJAR SISWA SMA

Oleh: Alia Nurfitri

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam

© Alia Nurfitri 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruh ya atau sebagian,


(3)

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KREATIF-PRODUKTIF DALAM PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENINGKATKAN HASIL

BELAJAR SISWA SMA

Oleh : Alia Nurfitri NIM 0907094

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH: Pembimbing I,

Drs. Yuyu Rachmat Tayubi, M.Si. NIP.195806081987031003

Pembimbing II,

Drs. Waslaluddin, M.T. NIP. 196302071991031002

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Fisika

Dr. Ida Kaniawati, M.Si NIP. 196807031992032001


(4)

IMPLEMENTATION OF CREATIVE-PRODUKTIVE LEARNING MODEL ON PHYSICS LEARNING TO INCREASE LEARNING

OUTCOME OF SENIOR HIGH SCHOOL STUDENT Alia Nurfitri

NIM: 0907094

Pembimbing I: Drs. Yuyu Rachmat Tayubi, M.Si Pembimbing II: Drs. Waslaluddin, M.T

ABSTRACT

Research of implementation creative-productive learning model on physics learning to increase learning outcome of senior high school student is motivated by the low of student learning outcomes in physics. Learning physics in schools are still using the conventional method which teacher centered learning. Low optimizing of KIT management in school is also a factor of this research. Through the implementation of creative-productive learning model, the learning of physics can be expected to involve students actively in learning, it can also be an alternative solution to the problem of low optimizing KIT. Implementation of this model is try to increase student learning outcomes in physics and also can achieve the aim of physics learning which include process, product and attitude. This research use quasi-experimental research design with one group pretest-posttest design. The subjects were 36 students in one class at first grade of senior high school in Bandung, second semester of academic year 2012/2013. Increase of student learning outcomes in knowledge domain are calculated by the pretest and posttest scores. Acquisition average normalized gain is equal to 0.565 with a moderate increase in the category. While the profile of student learning outcomes in the process of science domain with an average GPA group amounted to 77.26% with the skilled category, the profile of learning outcomes in the creativity domain with an average GPA group amounted to 83.20% with skilled categories, and the profile of learning outcomes in attitudinal domian with an average GPA group amounted to 80.86% with a good category.

Keywords: Creative-productive learning model, learning outcomes, taxonomy for science education


(5)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KREATIF-PRODUKTIF DALAM PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENINGKATKAN HASIL

BELAJAR SISWA SMA Alia Nurfitri NIM: 0907094

Pembimbing I: Drs. Yuyu Rachmat Tayubi, M.Si Pembimbing II: Drs. Waslaluddin, M.T

ABSTRAK

Penelitian mengenai penerapan model pembelajaran kreatif-produktif dalam pembelajaran fisika untuk meningkatkan hasil belajar siswa ini dilatarbelakangi oleh rendahnya hasil belajar siswa dalam mata pelajaran fisika. Pembelajaran fisika di sekolah masih menggunakan metode konvensional yang cenderung berpusat pada guru. Pengelolaan KIT di sekolah yang kurang optimal juga menjadi salah satu faktor yang melatarbelakangi penelitian ini. Melalui penerapan model pembelajaran kreatif-produktif ini, diharapkan pembelajaran fisika dapat lebih melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran, juga dapat menjadi alternatif solusi untuk masalah rendahnya optimalisasi KIT yang ada di sekolah. Sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pelajaran fisika, juga dapat mencapai tujuan pembelajaran fisika yang meliputi proses, produk dan sikap. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuasi eksperimen dengan desain penelitian One Group Pretest-Posttest Design. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X disalah satu SMA Negeri di kota Bandung semester genap tahun pelajaran 2012/2013 sebanyak 36 siswa. Peningkatan hasil belajar siswa pada domain pengetahuan/knowledge domain diketahui dengan menghitung skor pretes dan postes. Perolehan rata-rata gain ternormalisasi adalah sebesar 0,565 dengan kategori peningkatan sedang. Sedangkan profil hasil belajar siswa pada domain proses sains/process of science domain dengan rata-rata IPK sebesar 77,26% dengan kategori terampil, profil hasil belajar pada domain kreativitas/creativity domain dengan rata-rata IPK sebesar 83,20% dengan kategori terampil, dan profil hasil belajar pada domain sikap/attitudinal domian dengan rata-rata IPK sebesar 80,86% dengan kategori baik.

Kata kunci : Model pembelajaran kreatif-produktif, hasil belajar, taksonomi untuk pendidikan sains(taxonomy for science education)


(6)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Batasan Masalah ... 9

D. Variabel Penelitian ... 9

E. Definisi Operasional ... 10

F. Tujuan Penelitian... 11

G. Manfaat Penelitian... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 12

A. Model Pembelajaran... 12

1. Pengertian Model Pembelajaran ... 12

2. Ciri-ciri Model Pembelajaran ………... 12

3. Fungsi dan Peran Model Pembelajaran ... 13

B. Model Pembelajaran Kreatif-Produktif ... 14

1. Pengertian dan Landasan Pengembangan Model Pembelajaran Kreatif-Produktif... 14

2. Karakteristik Model Pembelajaran Kreatif-Produktif... 14

3. Kekuatan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kreatif-Produktif... 16

4. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kreatif-Produktif... 17


(7)

2. Domain Proses Sains... 20

3. Domain Kreativitas ... ... 20

4. Domain Sikap ... 21

5. Domain Aplikasi ... ... 22

D. Hubungan Model Pembelajaran Kreatif-Produktif dengan Peningkatan Hasil Belajar... 23

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 26

A. Metode Penelitian...26

B. DesainPenelitian ... 26

C.Populasi dan Sampel ... 27

D.ProsedurPenelitian... 27

1. Tahap Persiapan ... 27

2. Tahap Pelaksanaan ... 28

3. Tahap Penyelesaian ... 28

4. Alur Penelitian... 29

E. Instrumen Penelitian ... 30

F. Teknik Pengumpulan Data ... 31

G.TeknikPengolahan Data ... 32

1. Validitas ... 32

2. Reliabilitas ... 33

3. Tingkat Kesukaran ... 34

4. Daya Pembeda ... 35

5. Pengolahan Data Hasil Tes ... 36

6. Pengolahan Lembar Observasi Kinerja Siswa ... 37

7. Pengolahan Lembar Observasi Keterlaksanaan ... 39

8. Hasil Uji Coba Instrumen... 40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 41

A. Keterlaksanaan Model Pembelajaran Kreatif-Produktif ... 41

B. Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Domain Pengetahuan ... 48

C. Profil Hasil Belajar Siswa pada Domain Proses Sains ... 55

D. Profil Hasil Belajar Siswa pada Domain Kreativitas ... 63

E. Profil Hasil Belajar Siswa pada Domain Sikap... 67

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 71

A. Kesimpulan ... 71

B.Saran ... 72


(8)

LAMPIRAN ... 81

LAMPIRAN A ... .... 81

LAMPIRAN B ... 84

LAMPIRAN C... ... 106

LAMPIRAN D... .. 157

LAMPIRAN E... 192

RIWAYAT HIDUP ... 205


(9)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1 Keterkaitan Model Pembelajaran Kreatif Produktif dengan Hasil

Belajar ... 24

Tabel 3.1 One Group Pretest-Posttest Desaign ... 26

Tabel 3.2 Kriteria Penafsiran Indeks Korelasi ... 32

Tabel 3.3 Klasifikasi Koefisien Korelasi Reliabilitas...33

Tabel 3.4 Klasifikasi Tingkat Kesukaran Butir Soal ... 34

Tabel 3.5 Klasifikasi Daya Pembeda ... 35

Tabel 3.6 Kriteria Nilai Gain Yang Dinormalisasi... 37

Tabel 3.7 Kategori Tafsiran Indeks Prestasi Kelompok... 38

Tabel 3.8 Skala Kategori Sikap Ilmiah ... 38

Tabel 3.9 Interpretasi Keterlaksanaan Model Pembelajaran... 39

Tabel 3.10 Hasil Uji Coba Instrumen Domain Pengetahuan... 40

Tabel 4.1 Presentase Keterlaksaan Model Pembelajaran Kreatif-Produktif ...42

Tabel 4.2 Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Domain Pengetahuan... 49

Tabel 4.3 Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Domain pengetahuan Untuk Setiap Aspek ... 49

Tabel 4.4 Profil Hasil Belajar Siswa pada Domain proses sains ... 56

Tabel 4.5 Hasil Belajar SiswaDomain kreativitas... 63


(10)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 3.1 Alur Penelitian ... 29

Gambar 4.1 Nilai Gain Setiap Aspek pada Domain Pengetahuan ... 50

Gambar 4.2 Grafik Hasil Belajar pada Domain Proses Sains... 56

Gambar 4.3 Grafik Hasil Belajar pada Domain Kreativitas... 63

Gambar 4.4 Grafik Hasil Belajar pada Domain Sikap... 68


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman A. STUDI PENDAHULUAN

1. Format Angke Studi Pendahuluan ... 82

2. Rekapitulasi Hasil Angket... 83

B. PERANGKAT PEMBELAJARAN 1. RPP ... 85

2. LKS ... 98

C. INSTRUMEN PENELITIAN 1. Kisi-kisi Soal Uji Coba ... 107

2. Soal Uji Coba ... 122

3. Kisis-kisi Soal Pretest-Posttest ... 128

4. Soal Pretest-Posttest... 138

5. Lembar Observasi Keterlaksanaan ... 141

6. Lembar Observasi Kinerja Siswa... 150

D. ANALISIS DATA 1. Rekapitulasi Lembar Observasi Keterlaksanaan ... 158

2. Rekapitulasi Hasil Belajar pada Domain Pengetahuan ... 166

3. Rekapitulasi Hasil Belajar pada Domain Proses Sains ... 172

4. Rekapitulasi Hasil Belajar pada Domain Kreativitas ... 174

5. Rekapitulasi Hasil Belajar pada Domain Sikap ... 176

6. Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen ... 178

E. DOKUMENTASI PENELITIAN 1. Foto Penelitian ... 193


(12)

2. Surat-Surat Keterangan ... 194 3. Riwayat Hidup ... 205


(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Fisika merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam. Pada dasarnya hakekat fisika, yaitu sebagai proses, produk, dan sikap. Fisika sebagai produk dapat terlihat dari adanya temuan-temuan hasil penyelidikan berupa fakta,hukum, konsep, dan prinsip dalam fisika. Selanjutnya fisika sebagai proses dapat dimaknai bahwa dalam fisika kita mempelajari tentang fenomena, dugaan, pengamatan, pengukuran, penyelidikan dan publikasi yang selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan keterampilan proses sains(KPS) pada diri siswa. Fisika sebagai sikap dapat tergambar dari sikap-sikap yang muncul sebagai dampak dari proses dan kegiatan ilmiah yang dilakukan dalam pembelajaran fisika, seperti rasa percaya diri, teliti, demokratisan, kerjasama dan kreatif.

Ketiga hakekat fisika tersebut perlu dijadikan sebagai dasar pemikiran dalam pencapaian tujuan pembelajaran fisika. Dengan memaknai hakekat fisika sebagai produk, proses dan sikap diharapkan kita mampu mempelajari fisika secara utuh, tidak parsial. Tercapainya tujuan pembelajaran fisika, salah satunya dapat ditandai dengan adanya hasil belajar yang diperoleh siswa dalam pembelajaran fisika.

Hasil belajar adalah kemampuan–kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Kemampuan-kemampuan ini mencakup perubahan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor yang dimiliki oleh peserta didik setelah mereka mengalami proses belajar(Sudjana, 2010)


(14)

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang muncul pada diri siswa setelah mengalami proses belajar, baik itu kemampuan dalam aspek pengetahuan, keterampilan proses sains, maupun sikap. Hasil belajar siswa pada aspek pengetahuan biasa ditentukan melalui nilai yang diberikan guru kepada siswa sebagai hasil proses pembelajaran fisika di sekolah.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan disalah satu Sekolah Menengah Atas Negeri di Kota Bandung, diperoleh data bahwa hasil belajar siswa dalam mata pelajaran fisika masih tergolong rendah. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa, baik itu faktor internal maupun faktor eksternal. Menurut Munadi (Rusman, 2012), faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar antara lain meliputi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal terdiri dari faktor fisiologis dan faktor psikologis. Faktor eksternal terdiri dari faktor lingkungan dan faktor instrumental.

Beberapa faktor utama yang dapat menyebabkan rendahnya hasil belajar diantaranya adalah faktor internal berupa minat siswa yang juga masih rendah terhadap pelajaran fisika. Hal tersebut dapat terlihat dari hasil angket yang disebar saat studi pendahuluan, baru sebesar 62% siswa yang menyukai pelajaran fisika. Berdasarkan hasil pengolahan data pada angket yang disebar, faktor penyebab rendahnya minat dan motivasi siswa dalam pembelajaran fisika disebabkan karena siswa merasa terlalu banyak rumus yang harus dihafal dalam fisika.

Selain faktor internal, hasil belajar siswa juga dapat dipengaruhi oleh faktor eksternal. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, faktor eksternal terdiri dari faktor lingkungan dan faktor instrumental. Faktor eksternal yang dimaksud dalam hal ini adalah faktor instrumental.

Menurut Munadi (Rusman, 2012), „Faktor-faktor instrumental adalah faktor yang keberadaan dan penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktor-faktor ini diharapkan dapat berfungsi sebagai sarana


(15)

untuk tercapainya tujuan-tujuan belajar yang direncanakan. Faktor-faktor instrumental ini berupa kurikulum, sarana dan guru.‟

Dengan mengacu pada kutipan diatas diketahui bahwa ada 3 faktor utama yang secara eksternal dapat mempengaruhi hasil belajar siswa, yaitu kurikulum, sarana dan guru. Guru merupakan salah satu komponen utama dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di sekolah, yang juga sangat mempengaruhi hasil belajar siswa. Pengaruh Guru dalam kegiatan pembelajaran biasanya ditentukan oleh metode pembelajaran yang digunakan guru dalam kegiatan belajar mengajar tersebut.

Metode pembelajaran yang digunakan oleh guru dapat menggambarkan secara garis besar bagaimana pengalaman belajar yang akan dialami siswa. Berdasarkan hasil studi pendahuluan, guru di sekolah tersebut masih menerapkan metode konvensional dalam pembelajaran fisika. Hal tersebut mungkin dapat menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa dalam mata pelajaran fisika. Metode konvensional dalam hal ini meliputi metode ceramah, diskusi, dan tanya jawab. Secara tidak langsung, metode konvensional ini juga dapat mempengaruhi minat siswa terhadap pembelajaran fisika di sekolah.

Selain memperoleh insformasi mengenai rendahnya hasil belajar siswa dalam pelajaran fisika, studi pendahuluan yang dilakukan melalui penyebaran angket disalah satu Sekolah Menengah Atas Negeri di Kota Bandung ini juga menunjukkan bahwa metode pembelajaran fisika dengan eksperimen adalah metode pembelajaran yang paling dirasa efektif oleh siswa.

Berdasarkan hasil quisioner yang disebar pada 39 orang siswa, sekitar 64,10% siswa memilih metode eksperimen sebagai metode yang dirasa cukup efektif dalam pembelajaran fisika dibanding metode pembelajaran fisika lainnya. Berdasarkan quisioner yang disebar, diperoleh pula alasan mengapa siswa memilih metode eksperimen sebagai metode yang menurut mereka efektif untuk pembelajaran fisika. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa siswa memilih opsi


(16)

ini karena siswa merasa lebih mudah memahami materi fisika melalui metode eksperimen dibanding menggunakan metode lain seperti ceramah, dan diskusi. Hasil quisioner juga menunjukkan bahwa salah satu alasan siswa menyukai pelajaran fisika karena adanya eksperimen dalam penyampaian konsep fisika. Dengan eksperimen, siswa merasa dapat terlibat langsung dalam pembelajaran dan dapat lebih mudah memahami pelajaran fisika karena dapat mempraktekan secara langsung apa yang sedang dipelajari. Dengan demikian, harusnya penyampaian materi fisika akan menjadi lebih mudah dengan melalui metode eksperiman.

Metode eksperimen ini tentu sangat kental dengan hakikat fisika sebagai proses. Melalui metode eksperimen, siswa diberikan kesempatan untuk mempelajari fenomena fisika tertentu, belajar untuk mengamati,mengukur dan kegiatan lainnya yang melibatkan siswa secara langsung dalam proses pembelajaran. Selain untuk membantu siswa memahami konsep fisika, metode eksperimen ini juga diharapkan akan mampu memunculkan sikap ilmiah (scientific attitude) dari diri siswa. Sementara itu hakikat fisika sebagai produk diperoleh dari konsep-kosep yang ada dibalik eksperimen yang dilakukan siswa. Dengan demikian, hakekat fisika secara integral dapat tercermin pada metode eksperimen yang diterapkan dalam pembelajaran fisika. Pembelajaran yang melibatkan kerja praktek siswa dalam pembelajaran merupakan bagian integral dari pendidikan sains di sekolah “There is a widely held belief that practical work

is a necessary and integral part of science education in school” (Toplis& Allen, 2012)

Diharapkan melalui metode eksperimen ini tujuan pembelajaran fisika yang mengacu pada hakekat sains sebagai proses, produk, dan sikap ini akan dapat dengan mudah tercapai, selain itu diharapkan pula mampu menunjang pencapaian hasil belajar siswa yang lebih baik lagi dalam pelajaran fisika. Melalui kerja praktek, pemahaman siswa akan pengetahuan sains yang dipelajari akan


(17)

meningkat. Hal ini seiring dengan yang diungkapkan oleh Erickson(Toplis& Allen, 2012) “...practical work increase understanding of scientific knowledge,

and exactly how this learning occurs.”

Walaupun demikian, penelitian yang dilakukan oleh Ian Abraham dan Robert Millar menunjukkan bahwa kegiatan praktikum secara umum efektif untuk membuat siswa melakukan apa yang ditujukan dengan objek fisik. Tetapi masih kurang efektif dalam membuat mereka menggunakan ide/kerangka pikir ilmiah yang ditujukan untuk mengarahkan aksi dan refleksi terhadap data yang

dikumpulkan.

Practical work was generally effective in getting students to do what is intended with physical objects, but much less effective in getting them to use the intended scientific ideas to guide their actions and reflect upon the data they collect. There was little evidence that the cognitive challenge of linking observables to ideas is recognized by those who design practical activities for science lessons” (Abraham dan Millar, 2008)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ian Abraham dan Robert Millar(2008) dapat disimpulkan bahwa kegiatan praktikum/eksperimen yang ada saat ini hanya efektif dalam hal mempelajari objek fisik yang dipraktikumkan, akan tetapi kurang efektif dalam mengarahkan aksi dan refleksi siswa terhadap data yang telah diperoleh dari kegiatan praktikum/eksperimen tersebut. Dengan demikian, tentu diharapkan ada suatu desain baru pada kegiatan praktikum yang dilakukan dalam pembelajaran fisika, yang dapat mengarahkan aksi dan refleksi siswa terhadap data yang telah diperoleh. Sehingga kegiatan praktikum dalam pembelajaran fisika dapat lebih efektif.

Permasalahan lain yang muncul dari hasil observasi, pelaksanaan metode eksperimen tidak dapat dilaksanakan sepenuhnya dengan baik di Sekolah tersebut, karena berdasarkan observasi lebih lanjut diperoleh informasi bahwa alat-alat (KIT) eksperimen fisika yang ada di salah satu SMA Negeri di Kota Bandung ini tidak dapat dipergunakan secara maksimal untuk setiap materi dalam


(18)

pelajaran fisika. Walaupun memiliki Laboratorium fisika yang cukup memadai, namun pengelolaan KIT di sekolah tersebut masih kurang baik sehingga dapat menyebabkan rendahnya optimalisasi KIT yang ada di sekolah tersebut. Hal tersebut tentunya menjadi salah satu faktor penghambat keterlaksaan metode eksperimen yang mungkin saja ingin dilakukan oleh guru. Dengan demikian, jelas bahwa sarana yang ada di sekolah dapat menjadi salah satu faktor eksternal yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa dalam pembelajaran fisika.

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat diketahui bahwa secara umum faktor penyebab rendahnya hasil belajar siswa dalam pembelajaran fisika adalah minat siswa yang masih rendah terhadap pelajaran fisika, guru masih menggunakan metode konvensional dalam pembelajaran fisika, dan rendahnya optimalisasi sarana yang ada di sekolah. Dengan demikian, diperlukan adanya suatu strategi lain sebagai upaya peningkatan hasil belajar siswa dalam pelajaran fisika.

Strategi pembelajaran tersebut dapat berupa adanya suatu model pembelajaran lain yang didalamnya masih menggunakan metode eksperimen sebagai salah satu metodenya, yang dapat melibatkan siswa secara aktif dan mengajarkan siswa untuk dapat mengkonstruksi sendiri pemahaman yang dimilikinya. Dengan diterapkannya model tersebut, diharapkan adanya peningkatan pada hasil belajar siswa dalam pelajaran fisika. Sehingga tujuan dari pembelajaran fisika dapat tercapai.

Solusi konkret tersebut akan dilaksanakan melalui penerapan model pembelajaran kreatif-produktif pada pembelajaran fisika. Diharapkan, melalui penerapan model ini, hasil belajar siswa dalam pelajaran fisika dapat meningkat. Dengan diterapkannya model pembelajaran kreatif-produktif ini, diharapkan siswa masih dapat memperoleh prinsip-prinsip dari metode eksperimen yang disukai siswa. Model pembelajaran kreatif-produktif ini tidak hanya menggunakan metode praktikum dalam pembelajarannya, tetapi juga memungkinkan siswa


(19)

untuk dapat merencanakan kegiatan dan merefleksi apa yang telah diperoleh dari kegiatan praktikum tersebut melalui adanya tahap re-kreasi pada model pembelajaran ini.

Dengan demikian, metode praktikum tidak hanya efektif dalam memahami objek fisik yang dipelajari, tetapi juga efektif untuk mengarahkan ide ilmiah yang dapat memandu kegiatan siswa dan merefleksi pengetahuan yang telah dimiliki oleh siswa. Sehingga, pelajaran fisika akan lebih mudah untuk difahami oleh siswa. Selain itu juga sekaligus dapat menyiasati permasalahan rendahnya pengelolaan alat yang ada di sekolah dengan adanya salah satu tahap dalam model pembelajaran kreatif-produktif ini yang mengharuskan siswa membuat alat yang dibuat sendiri oleh siswa secara berkelompok. Dengan demikian diharapkan tujuan pembelajaran fisika yang mengacu pada hakekat fisika sebagai produk,proses, dan sikap dapat terwujud dengan baik. Ketercapaian tujuan pembelajaran fisika tersebut dapat direpresentasikan dengan adanya hasil belajar siswa yang lebih baik lagi melalui penerapan model pembelajaran kreatif-produktif ini.

(Made wena, 2009) menyatakan bahwa :

Pembelajaran kreatif-produktif merupakan strategi yang dikembangkan dengan mengacu pada berbagai pendekatan pembelajaran yang diasumsikan mampu meningkatkan kualitas proses belajar-mengajar. Pendekatan tersebut antara lain belajar aktif dan kreatif(CBSA) yang juga dikenal dengan strategi inkuiri(Suchman,1962; Joni,1984; Black, 2003), strategi pembelajaran konstruktif(Murphy, 1997; Brooks.& Brooks, 1993), serta strategi pembelajaran kolaboratif dan koperatif (Molyneux, 1992; Lie, 2002).

Model pembelajaran kreatif-produktif ini memiliki beberapa tahapan dalam pelaksanaannya, dimana dalam setiap tahapan kegiatan tersebut, siswa dapat terlibat secara aktif baik intelektual maupun emosional. Dengan demikian, diharapkan minat siswa terhadap pelajaran fisika dan pemahaman siswa terhadap pelajaran fisika akan meningkat seiring dengan hasil studi pendahuluan yang


(20)

menunjukkan bahwa siswa merasa pembelajaran fisika lebih efektif ketika meraka dapat terlibat langsung dalam pembelajaran tersebut.

Selain itu, model ini memungkinkan siswa untuk dapat berinteraksi secara langsung dengan sumber belajar. Hal ini dapat menjadi alternatif solusi dari masalah penggunaan metode konvensional oleh guru di sekolah. Dengan harapan melalui model ini, hasil belajar siswa dapat meningkat dibanding pembelajaran fisika saat menggunakan metode konvensional tersebut. Karena dengan adanya keterlibatan siswa secara langsung dengan sumber belajar, akan memungkinkan siswa untuk dapat mengkonstruksi sendiri pengetahuan yang dimilikinya. Model ini memungkinkan pencapaian dampak instruksional dan dampak pengiring dari suatu pembelajaran sehingga memungkinkan penilaian hasil belajar yang utuh dan komprehensif yang mungkin sebelumnya tidak terlaksana ketika Guru menggunakan metode konvensional dalam pembelajaran fisika.

Salah satu tahap pada model pembelajaran kreatif-produktif ini adalah tahap re-kreasi. Siswa diberi kesempatan untuk membuat produk terkait pemahaman yang dimilikinya dari tahap sebelumnya. Pemahaman siswa akan diperoleh dari tahap eksplorasi dan tahap interpretasi. Tahap re-kreasi ini akan menjadi salah satu alternatif solusi, manakala Guru menghadapi masalah rendahnya pengelolaan alat di sekolah yang menghambat keterlaksanaan tahap eksplorasi melalui metode eksperimen di sekolah. Ketika Guru hanya mungkin melakukan eksplorasi dengan bantuan media simulasi atau animasi karena adanya kendala pengelolaan KIT yang kurang baik, tentu pada tahap re-kreasi ini dapat menjadi tahap dimana siswa masih dapat mewujudkan pembelajaran yang sifatnya lebih konkret dan lebih melibatkan mereka secara aktif dalam pembelajaran. Dengan demikian diharapkan model pembelajaran kreatif produktif ini juga dapat menjadi solusi ketika Guru dihadapkan pada masalah pengelolaan dan optimalisasi KIT yang kurang baik di sekolah.


(21)

Selain itu, berdasarkan penelitian (Bambang, 2011) dapat disimpulkan bahwa: Penerapan strategi pembelajaran kreatif produktif dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa kelas VIII-6 SMP Negeri 1 Nganjuk. Strategi pembelajaran ini memiliki implikasi positif bagi guru, karena dipandang sangat cocok diterapkan pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (Fisika).

Berdasarkan penjelasan diatas, maka hendak dilakukan penelitian dengan judul : “ Penerapan Model Pembelajaran Kreatif-Produktif dalam Pembelajaran Fisika untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMA “

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimanakah peningkatan hasil belajar siswa pada domain pengetahuan/knowledge domain dengan diterapkannya model pembelajaran kreatif-produktif dalam pembelajaran fisika?

2. Bagaimanakah profil hasil belajar siswa pada domain proses sains/process of science domain dengan diterapkannya model pembelajaran kreatif-produktif dalam pembelajaran fisika?

3. Bagaimanakah profil hasil belajar siswa pada domain kreativitas/creativity domain dengan diterapkannya model pembelajaran kreatif-produktif dalam pembelajaran fisika?

4. Bagaimanakah profil hasil belajar siswa pada domain sikap/attitudinal domain dengan diterapkannya model pembelajaran kreatif-produktif dalam pembelajaran fisika?

C. Batasan Masalah

a. Hasil belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran kreatif-produktif ini adalah pada hasil belajar siswa yang meliputi domain


(22)

pengetahuan/knowledge domain yang dibatasi pada aspek pemahaman (C2), aspek penerapan(C3), dan asepk analisis(C4) pada taksonomi Bloom. Peningkatan hasil belajar siswa dengan diterapkannya model pembelajaran kreatif-produktif dibatasi dengan perolehan nilai gain yang dinormalisasi dengan kategori berdasarkan Richard R. Hake.

b. Profil hasil belajar siswa pada domain proses sains/process of science domain dan kreativitas/creativity domain akan diolah secara kuantitatif dengan perhitungan indeks prestasi kelompok yang selanjutnya akan ditafsirkan secara kualitatif berdasarkan kategori panggabean. Sedangkan domain domain sikap/attitudinal domain akan diolah secara kuantitatif dengan menghitung indeks prestasi kelompok dan selajutnya akan ditafsirkan secara kualitatif berdasarkan kategori menurut syah.

D. Variabel Penelitian

a. Variable bebas : Model Pembelajaran Kreatif-produktif b. Variable terikat : Hasil Belajar siswa

E. Definisi Operasional

1. Model pembelajaran kreatif-produktif

Model pembelajaran kreatif-produktif adalah pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dalam setiap tahap pembelajarannya. Siswa dituntut untuk membangun sendiri pengetahuan yang dipelajarinya sehingga pada akhirnya diharapkan dapat membuat sesuatu yang kreatif berdasarkan pemahaman yang dimilikinya tersebut. Adapun tahap pembelajaran pada model pembelajaran kreatif-produktif ini adalah orientasi, eksplorasi, interpretasi, re-kreasi, dan evaluasi.


(23)

Keterlaksanaan penerapan model pembelajaran kreatif-produktif ini akan dinilai menggunakan instrumen berupa lembar observasi keterlaksanaan model pembelajaran kreatif-produktif oleh guru dan siswa. 2. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah berbagai kemampuan yang dimiliki siswa setelah mengalami proses belajar. Hasil belajar yang akan diukur pada penelitian ini adalah hasil belajar siswa yang mengacu pada taksonomi untuk pendidikan sains yang meliputi empat ranah berikut ini : domain pengetahuan/knowledge domain, domain proses sains/process of science domain, domain kreativitas/creativity domain, dan domain sikap/attitudinal domain

Hasil belajar untuk domain pengetahuan/knowledge domain pada penelitian ini diukur melalui skor pretes dan posttes yang diberikan dalam bentuk pilihan ganda. Selanjutnya peningkatan hasil belajar domain pengetahuan/knowledge domain ini akan diukur dengan menggunakan nilai gain yang dinormalisasi. Sedangkan untuk mengetahui profil hasil belajar pada domain proses sains/process of science domain, domain kreativitas/creativity domain, domain sikap/attitudinal domain akan diukur melalui lembar observasi. Skor pada lembar observasi tersebut akan diolah secara kuantitatif dengan menghitung indeks prestasi kelompok(IPK) yang selanjutnya akan ditafsirkan secara kualitatif.

F. Tujuan Penlitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa SMA pada domain pengetahuan/ knowledge domain, serta mengetahui profil hasil belajar siswa pada domain proses sains/process of science domain, domain kreativitas/ creativity domain, dan domain sikap/ attitudinal domain melalui penerapan model pembelajaran kreatif-produktif.


(24)

G. Manfaat Penelitian

Penelitian yang akan dilakukan, diharapkan dapat memberikan manfaat berupa pengetahuan terkait penerapan model pembelajaran kreatif-produktif dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Sehingga diharapkan ketika ada hasil yang positif dari penelitian yang dilakukan, model ini dapat diterapkan dalam pembelajaran fisika sebagai upaya pencapaian tujuan pembelajaran fisika.


(25)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian

Penelitian yang akan dilakukan adalah jenis penelitian quasi experimental design. Metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan/treatment tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan. Dalam hal ini, penilitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh treatment berupa penerapan model pembelajaran kreatif-produktif terhadap hasil belajar siswa.

Quasi experimental design merupakan pengembangan dari true experimental design yang sulit dilaksanakan. Metode penelitian ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen.

B. Desain Penelitian

Bentuk design dari quasi experiment yang akan digunakan pada penelitian ini adalah One-group Pre-test-posttest Design karena dalam desain ini terdapat pre-test(test awal) sebelum diberi perlakuan. Dengan demikian hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan (Sugiyono, 2010)

Tabel 3.1 One Group Pretest-Posttest Design

Pretest Treatment Posttest

O1 X1 O2

Keterangan :


(26)

X1: Treatment(perlakuan) berupa penerapa model pembelajaran kreatif-produktif)

O2 : Posttest (tes akhir) setelah perlakuan

C. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X di salah satu SMA Negeri di Kota Bandung tahun ajaran 2012/2013. Sedangkan yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah semua siswa di salah satu kelas X di SMA tersebut.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik bertujuan/purposive sampling. Teknik ini merupakan salah satu jenis teknik nonprobability sampling. Teknik ini tidak memberikan peluang yang sama bagi setiap anggota populasi. Pengambilan sampel dilakukan dengan pertimbangan tertentu. Dalam penelitian ini yang menjadi pertimbangan adalah saran dari guru mata pelajaran fisika yang mengetahui keadaan siswa di setiap kelas.

D. Prosedur Penelitian 1. Tahap Persiapan

Kegiatan yang dilakukan dalam tahap persiapan ini terdiri dari : a. Studi literatur terkait teori yang akan mendukung penelitian ini b. Menelaah SK dan KD yang akan digunakan dalam penelitian c. Menentukan objek penelitian

d. Membuat surat izin penelitian e. Melakukan studi pendahuluan f. Menyusun RPP

g. Membuat instrument penelitian berupa soal pretest, posttest, dan lembar observasi


(27)

i. Melakukan revisi pada instrument yang telah di-judgement

j. Menguji coba instrument pretest, dan posttest di sekolah yang menjadi objek penelitian

k. Menganalisis hasil uji coba instrument (soal pretest, dan posttest) l. Melakukan revisi terhadap instrument penelitian yang kurang

sesuai.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Melaksanakan pretest pada kelas yang akan diteliti

b. Melaksanakan perlakuan/treatment berupa penerapan model pembelajaran kreatif-produktif. Selama melaksanakan treatment, keterlaksanaan model pembelajaran dan kinerja siswa akan dinilai oleh observer dengan menggunakan lembar observasi keterlaksanaan model pembelajaran dan lembar observasi kinerja siswa

c. Pelaksanaan posttest pada kelompok yang diteliti 3. Tahap Penyelesaian

a. Mengolah data hasil penelitian(pretest, posttest, dan lembar observasi)

b. Menganalisis data hasil penelitian


(28)

Menentukan objek penelitian Studi Pendahuluan Membuat surat perizinan Menelaah

SK dan KD Studi Literatur Menyusun RPP Menyusun instrument penelitian Melakukan judgement instrument Merevisi instrument Menguji Coba Instrument Mengolah & menganalisis

hasil uji coba

Merevisi Instrument

penelitian

Posttest Treatment

(pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kreatif-produktif) Observasi keterlaksanaan model oleh siswa&guru Tahap Pelaksanaan Pretest Observasi kinerja siswa Tahap Penyelesaian

Alur Penelitian

Tahap Persiapan


(29)

Gambar 3.1 alur penelitian

E. Instrumen

1. Soal Pretest dan Posttest

Soal tes yang digunakan dalam penelitian ini dibuat dalam bentuk pilihan ganda berjumlah 20 soal. Soal yang digunakan dalam pretest dan posttest merupakan soal yang sama. Setiap jawaban yang benar akan diberi poin 1 sedangkan soal yang salah diberi poin 0. Skor hasil pretest dan postest ini akan digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa pada domain pengetahuan/knowledge domain. Instrument ini akan digunakan untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan hasil belajar siswa pada domain pengetahuan/knowledge domain, yang akan diukur melalui perhitungan nilai gain yang dinormalisasi dengan menggunakan data skor pada pretest dan posttest.

2. Lembar Observasi

a. Lembar Observasi Keterlaksanaan

Lembar observasi ini digunakan untuk mengukur keterlaksanaan model pembelajaran kreatif-produktif, lembar observasi ini berisi daftar kegiatan yang harus dilakukan guru dan siswa saat proses pembelajaran. Serta dilengkapi dengan kolom keterangan yang dapat digunakan untuk menuliskan kekurangan dalam pelaksaan

Analisis data Pengolahan data

Kesimpulan dan saran


(30)

pembelajaran, sehingga dapat dijadikan acuan untuk pelaksaan pembelaajaran berikutnya yang lebih baik.

b. Lembar Observasi Kinerja Siswa

Lembar observasi kinerja siswa digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa pada domain proses sains/process of science domain, domain kreativitas/creativity domain dan domain sikap/attitudinal domain. Lembar observasi tersebut berisi aspek-aspek yang akan dinilai, deskripsi dari setiap aspek tersebut, serta kolom poin yang diperoleh siswa pada setiap aspeknya.

3. Lembar Kegiatan Siswa (LKS)

Lembar Kegiatan Siswa (LKS) akan diberikan oleh guru pada setiap siswa sebagai panduan dalam pelaksanaan tahap-tahap model pembelajaran yang akan diterapkan. LKS dapat memberikan gambaran bagaimana siswa akan melaksanakan pembelajaran didalam kelas. Selain itu, LKS juga dapat dijadikan salah satu sumber penilaian untuk menilai desain produk yang dibuat siswa.

F. Teknik Pengumpulan Data 1. Data kuantitatif

Data kuantitatif dalam penelitian ini berupa data skor tes. Data ini diperoleh melalui penghitungan skor pada tes awal(pretest) sebelum pemberian perlakuan/treatment, dan skor pada tes akhir (posttest) setelah perlakuan/treatment diberikan. Dengan menghitung selisih skor pretest dan posttest, akan diketahui ada tidaknya peningkatan


(31)

hasil belajar siswa dengan diterapkannya model pembelajaran kreatif-produktif dalam pembelajaran fisika.

2. Data kualitatif

a. Lembar observasi keterlaksanaan model pembelajaran

Penilaian pada lembar observasi keterlaksanaan model pembelajaran dilakukan dengan cara pemberian besar persentase keterlaksanaan pada setiap kegiatan yang dilakukan dalam pembelajaran. Kekurangan dalam pembelajaran dapat terlihat dari kolom keterangan pada lembar observasi yang diisi oleh observer, untuk perbaikan pada pembelajaran berikutnya.

b. Lembar observasi kinerja siswa

Lembar observasi penilaian kinerja siswa digunakan untuk menilai hasil belajar siswa pada domain proses sains/process of science domain, domain kreativitas/creativity domain, dan domain sikap/attitudinal domain. Pada lembar observasi ini berisi deskripsi penilaian untuk setiap aspek dalam tiap domain yang akan digunakan untuk menilai kinerja siswa selama proses pembelajaran.

G. Teknik Pengolahan Data 1. Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan atau kesahihan suatu alat ukur. Jika instrumen dikatakan valid berarti menunjukkan alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data itu valid sehingga valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2004). Untuk mengukur validitas dapat dilakukan secara statistik menggunakan teknik korelasi Pearson Product Moment.


(32)

  

 

2 2

2

 

2

Y Y N X X N Y X XY N rxy        

Keterangan :

rxy = koefisien korelasi variable X dan variable Y X= skor tiap butir soal

Y = skor total tiap butir soal N= jumlah siswa

Tabel 3.2 Kriteria Penafsiran Indeks Korelasi(r) Nilai rxy Kriteria

0,81-1,00 Sangat Tinggi

0,6-0,79 Tinggi

0,41-0,59 Cukup

0,21-0,39 Rendah

0,00-0,20 Sangat Rendah

(Arikunto, 2012) 2. Reliabilitas

Reliabilitas adalah tingkat keajegan (konsistensi) suatu tes, yakni sejauh mana suatu tes dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang ajeg/konsisten, tidak berubah-ubah (Munaf, 2001). Tes yang reliable adalah tes yang dapat dipercaya, tes yang menghasilkan skor secara ajeg, relatif tidak berubah walaupun diteskan pada situasi yang berbeda-beda. Reliabilitas yang digunakan adalah KR-20 dengan rumus (Arikunto, 2009)

r11 = (

)(


(33)

r11 = reliabilitas tes secara keseluruhan

p = proporsi subjek yang menjawab item dengan benar q = proporsi subjek yang menjawab iten dengan salah

(q = 1-p)

= jumlah hasil perkalian antara p dan q n = banyaknya item

S = standar deviasi dari tes(standar deviasi adalah akar varians)

Tabel 3.3. Klasifikasi Koefisien Korelasi Reliabilitas Batasan Kriteria

0,80 <r11< 100 Sangat Tinggi 0,60 <r11< 0,80 Tinggi 0,41 <r11< 0,60 Cukup 0,20 <r11< 0,4 Rendah

< 0,20 Sangat Rendah

(Arikunto, 2012)

3. Taraf kesukaran

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena diluar jangkauannya. Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya sesuatu soal disebut indeks kesukaran (difficulty index). Besarnya indeks kesukaran antara 0,00 sampai dengan


(34)

1,0. Semakin tinggi indeks kesukaran, semakin mudah soal tersebut (Daryanto, 1997).

Rumus untuk mencari indeks kesukaran(P) adalah :

Keterangan :

P : indeks kesukaran

B : banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul JS : Jumlah seluruh siswa peserta tes

Tingkat kesukaran diklasifikasikan menjadi beberapa tingkatan seperti yang dipaparkan pada tabel di bawah ini :

Tabel 3.4 Klasifikasi Tingkat Kesukaran Butir Soal Batasan Kategori

0,00 – 0,30 Soal sukar 0,31 – 0,70 Soal sedang 0,71 – 1,00 Soal mudah

(Arikunto, 2012)

4. Daya pembeda

Daryanto (1997) mengungkapkan daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai( berkemampuan tinggi) dengan peserta didik yang kurang pandai(berkemampuan rendah). Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebun indeks diskriminasi(daya pembeda). Indeks


(35)

diskriminasi ini berkisar antara 0,00 sampai 1,00. Rumus untuk menentukan indeks diskriminasi adalah :

Keterangan :

= banyaknya peserta kelompok atas = banyaknya peserta kelompok atas

= banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar

= banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar

Tabel 3.5 Klasifikasi Daya Pembeda Batasan Kategori 0,00 – 0,20 Jelek 0,21 – 0,40 Cukup 0,41 – 0,70 Baik

0,71- 1,00 Baik Sekali

(Arikunto, 2012)

5. Pengolahan Data Hasil Test


(36)

Pemberian skor pada setiap soal pilihan ganda yang benar akan diberi poin 1 dan soal yang salah akan diberi poin 0. Setelah itu dihitung persentase jumlah soal yang dijawab benar oleh siswa. Pemberian skor yang sama digunakan pada saat penskoran hasil pretest dan posttest. Skor yang diperoleh dari pretes dan postes ini akan digunakan untuk mencari nilai gain dan nilai gain yang dinormalisasi untuk mencari peningkatan hasil belajar siswa pada domain pengetahuan/knowledge domain)

b. Nilai Gain

Nilai gain merupakan besar selisih antara hasil pretest dan posttest yang secara matematis dirumuskan dengan persamaan berikut :

G = skor post-test – skor pre-test c. Nilai Gain yang Dinormalisasi

Peningkatan hasil belajar siswa melalui penerapan model pembelajaran kreatif-produktif dapat ditentukan dengan menghitung rata-rata gain yang dinormalisasi berdasarkan kriterian efektivitas pembelajaran menurut Richard R.Hake (2002). Rumus yang digunakan untuk menghitung gain yang dinormalisasi adalah :

= rata-rata gain yang dinormalisasi

= rata-rata skor posttest


(37)

Tabel 3.6. Kriteria Nilai Gain Yang Dinormalisasi Nilai (g) Kriteria

0,70 ≤ <g> Tinggi 0,30≤ <g> <0,70 Sedang <g>< 0.30 Rendah

Richard R.Hake (2002)

6. Pengolahan Lembar Observasi Kinerja Siswa

a. Domain proses sains/process of science domain dan domain kreativitas/ creativity domain

Untuk mengetahui profil hasil belajar siswa pada domain proses sains/process of science domain dan domain kreativitas/ creativity domain, akan dilakukan pengukuran dengan menggunakan lembar observasi kinerja siswa pada kedua domain tersebut. Skor yang diperoleh siswa akan diolah secara kuantitatif dengan cara menghitung indeks prestasi kelompok(IPK) yang dapat dilakukan dengan langkah-langkah berikut ini :

i. Menghitung skor rata-rata setiap aspek domain II siswa dari setiap kelompok yang diamati.

ii. Menentukan skor ideal (SMI)

iii. Menghitung besarnya Indeks Prestasi Kelompok (IPK) dengan menggunakan rumus:

̅

Selanjutnya, kemampuan siswa pada domain proses sains akan ditafsirkan secara kualitatif berdasarkan kategori menurut panggabean(1996) sebagai berikut :


(38)

Tabel 3.7. Kategori Tafsiran Indeks Prestasi Kelompok No Kategori IPK Interprestasi

1 0,00% - 30,00% Sangat kurang terampil 2 31,00% - 54,00% Kurang terampil 3 55,00% - 74,00% Cukup terampil

4 75,00% - 89,00% Terampil

5 90,00% - 100,00% Sangat terampil

(Panggabean, 1996) b. Domain sikap/attitudinal domain

Skor yang diperoleh pada lembar observasi penilaian kinerja siswa pada domain sikap/attitudinal domain akan diolah secara kuantitatif dengan langkah pengolahan sebagai berikut :

i. Menghitung skor rata-rata setiap aspek domain kreativitas/ creativity domain dan domain sikap/attitudinal domain siswa dari setiap kelompok yang diamati.

ii. Menentukan skor ideal (SMI)

iii. Menghitung besarnya Indeks Prestasi Kelompok (IPK) dengan menggunakan rumus:

̅

Selanjutnya IPK yang diperoleh untuk domain III ini akan ditafsirkan secara kualitatif berdasarkan kategori sikap ilmiah menurut syah sebagai berikut :

Tabel 3.8 Skala Kategori Sikap Ilmiah Persentase (%) Kategori


(39)

61 – 80 Baik

41 – 60 Cukup

21 – 30 Kurang

< 20 Sangat kurang

(Syah dalam Perwarna, 2012) 7. Pengolahan Lembar Observasi Keterlaksanaan

Data hasil lembar observasi keterlaksanaan adalah data yang diperoleh untuk mengetahui keterlaksanaan pembelajaran yang akan terlihat dari banyaknya jumlah kegiatan yang dilakukan guru didalam pembelajaran. Setiap kegiatan yang terlaksana akan diberi rentang poin antara 0% - 100% berdasarkan tingkat keterlaksanaan setiap kegiatan tersebut. Persentase keterlaksanaan pembelajaran dapat dihitung melalui rumus berikut :

Keterlaksanaan model

Tabel 3.9. Interpretasi Keterlaksanaan Model Pembelajaran No % Kategori

Keterlaksanaan Model

Interpretasi

1. KM=0 Tidak satupun kegiatan terlaksana

2. 0<KM≤25 Sebagian kecil kegiatan terlaksana

3. 25<KM≤50 Hampir setengah kegiatan terlaksana

4. KM=50 Setengah kegiatan terlaksana

5. 50<KM≤75 Sebagian besar kegiatan terlaksana

75<KM<100 Hampir seluruh kegiatan terlaksana KM=100 Seluruh kegiatan terlaksana


(40)

8. Hasil Uji Coba Instrumen Domain Pengetahuan/knowledge domain

No Validitas Daya Pembeda Tingkat Kesukaran keterangan reliabilitas Skor Klasifikasi Skor Klasifikasi Skor Klasifikasi skor klasifikasi

1 0,62 Tinggi 0,53 Baik 0,42 Sedang dipakai

0.815 Sangat Tinggi

2 #DIV/0! Tidak valid 0 Jelek 1 Mudah dibuang

3 0,437 Cukup 0,11 Jelek 0,89 Mudah dipakai

4 0,496 Cukup 0,42 Baik 0,79 Mudah dipakai

5 0,488 Cukup 0,421 Baik 0,37 Sedang dipakai

6 0,479 Cukup 0,21 Cukup 0,74 Sedang dipakai

7 0,684 Tinggi 0,63 Baik 0,58 Sedang dipakai

8 0,447 Cukup 0,26 Cukup 0,18 Sukar dipakai

9 0,503 Cukup 0,37 Cukup 0,24 Sukar dipakai

10 0,646 Tinggi 0,53 Baik 0,47 Sedang dipakai

11 0,259 Rendah 0,21 Cukup 0,16 Sukar dipakai

12 0,569 Cukup 0,42 Baik 0,68 sedang dipakai

13 0,491 Cukup 0,21 Cukup 0,32 Sedang dipakai

14 0,509 Cukup 0,32 Cukup 0,79 Mudah dipakai

15 0,462 Cukup 0,26 Cukup 0,66 Sedang dipakai

16 0,717 Tinggi 0,74 Baik 0,42 Sedang dipakai

17 0,485 Cukup 0,21 Cukup 0,68 Sedang dipakai

18 0,212 Rendah 0,11 Jelek 0,68 Sedang dibuang

19 0,207 Rendah 0,26 Cukup 0,71 Sedang dipakai

20 0,139

Sangat

Rendah 0,16 Jelek 0,61 Sedang dibuang

21 0,44 Cukup 0,42 Baik 0,53 Sedang dipakai

22 0,573 Cukup 0,37 Cukup 0,71 Sedang dipakai

23 0,079

Sangat


(41)

24 0,224 Rendah 0,16 Jelek 0,45 Sedang dibuang

25 0,275 Rendah 0,16 Jelek 0,18 Sukar dipakai

26 0,103

Sangat


(42)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang mengenai penerapan model pembelajaran kreatif-produktif untuk meningkatkan hasil belajar siswa SMA, yang dilakukan disalah satu SMA di kota Bandung diperoleh kesimpulan bahwa penerapan model pembelajaran kreatif-produktif dapat meningkatkan hasil belajar siswa SMA dengan kategori peningkatan sedang. Berikut uraian lengkap dari hasil penelitian dan pengolahan&analisis data yang dilakukan :

1. Model pembelajaran kreatif-produktif dapat meningkatkan hasil belajar siswa SMA pada domain pengetahuan/knowledge domain dengan rata-rata nilai gain yang dinormalisasi sebesar 0,565 dengan kategori peningkatan sedang. Peningkatan hasil belajar siswa pada domain pengetahuan/ knowledge domain untuk aspek pemahaman (C2) dengan rata-rata nilai gain yang dinormalisasi sebesar 0,625 dengan kategori peningkatan sedang, aspek penerapan (C3) dengan rata-rata nilai gain yang dinormalisasi sebesar 0,474 dengan kategori peningkatan sedang, dan aspek analisis (C4)sebesar 0,343 dengan kategori peningkatan sedang 2. Profil hasil belajar siswa pada domain proses sains/process of

science domainyang terdiri atas aspek Observasi(DII1), Prediksi(DII2), Pengukuran(DII3), dan komunikasi(DII4), penyusunan tabel data(DII5) dan deskripsi hubungan


(43)

antarvariabel(DII6) rata-rata dari pertemuan pertama dan kedua adalah sebesar 77,26% dengan kategori terampil

3. Profil hasil belajar siswa pada domain kreativitas/creativity domain yang meliputi aspek mendesain produk DIII1, aspek membuat produk DIII2, dan aspek produk DIII3 rata-rata semua aspek dari pertemuan pertama dan kedua adalah sebesar 82,30% dengan kategori kemampuan terampil

4. Profil hasil belajar siswa pada domain sikap/attitudinal domain yang meliputi aspek percayadiri (DIV1), aspek teliti (DIV2), aspek demokratisan (DIV3) aspek kerjasama (DIV4), aspek kreatif (DIV5) rata-rata semua aspek dari pertemuan pertama dan pertemuan kedua adalah sebesar 80,86% dengan kategori baik.


(44)

B. Saran

1. Perhatikan kesesuaian antara instrumen yang akan digunakan sebagai alat ukur dengan domain yang akan diukur. Pastikan instrumen yang dibuat memiliki acuan pada penelitian sebelumnya dan memiliki alasan yang rasional untuk dapat digunakan. Pada penelitian ini, terjadi mispersepsi antara instrumen yang digunakan pada penelitian ini dengan instrumen yang dirujuk pada jurnal utama yang dijadikan sebagai acuan. Hal ini disebabkan karena kekurangan yang terjadi pada tahap studi literatur pada alur penelitian. Studi literatur yang dilakukan kurang mendetail dan kurang menekankan aspek klarifikasi pada sumber-sumber yang dijadikan acuan. Berdasarkan studi literatur yang lebih detail saat setelah penelitian, diperoleh temuan bahwa instrumen yang digunakan pada penelitian sebelumnya yang menjadi acuan penelitian ini adalah berupa instrumen tes untuk semua domain. Akan tetapi tes yang digunakan memiliki karakteristik yang berbeda untuk setiap domain. Berikut ini uraian lebih rinci mengenai mispersepsi instrumen yang digunakan pada penelitian ini: a. Domain pengetahuan/ knowledge domain

Pada penelitian ini, instrumen yang digunakan untuk mengukur domain pengetahuan/knowledge domainadalah instrumen berupa soal tes yang masih menjadikan taksonomi Bloom sebagai acuan. Aspek pada taksonomi Bloom yang dibatasi pada penelitian ini adalah aspek


(45)

pemahaman(C2), penerapan(C3), dan analisis(C4). Reliabilitas soal yang digunakan pada penelitian ini adalah sebesar 0,815 dengan kategori reliabilitas sangat tinggi. Pemilihan instrumen ini didasari atas pemahaman yang dimiliki peneliti akan taksonomi untuk pendidikan sains yang merupakan pengembangan atas taksonomi Bloom. Akan tetapi, studi literatur lebih lanjut memberikan temuan bahwa instrumen yang digunakan pada penelitian sebelumnya, yang menjadi acuan pada penelitian ini dapat mengacu pada informasi umum dan garis besar materi yang terdapat pada textbook dengan reliabilitas instrumen mendekati 0,9.“Both have test reliability approaching 0.90. These instruments are typical in their survey of topics from the various disciplines of science and the focus upon information common to course outlines and textbook series”(McCormack&Yager, 1989).

b. Domain proses sains/process science domain

• Pada penelitian ini, instrumen yang digunakan untuk mengetahui profil hasil belajar siswa pada domain proses sains/process of science domain adalah berupa lembar observasi yang berisi aspek-aspek pada domain tersebut, dengan kriteria-kriteria penilaian tertentu. Akan tetapi, pada kajian lebih lanjut diperoleh temuan bahwa instrumen yang seharusnya digunakan untuk mengukur domain ini adalah berupa instrumen tes. Salah satu instrumen tes yang dapat digunakan menurut penelitian sebelumnya adalah Fraser’s Test of Enquiry Skill(1979). Kemampuan dasar yang diukur pada tes ini diantaranya kemampuan penggunaan bahan referensi (using reference material), kemampuan interpretasi dan pengolahan informasi (Interpreting &Processing Information), serta kemampuan berfikir kritis dan analistis (Critical Thinking


(46)

in Science). Ketiga kemampuan dasar tersebut dikembangkan menjadi 9 aspek kemampuan penyelidikan, yaitu perpustakaan penggunaan (library usage), indeks dan daftar isi(index & tabel of content), skala (scale), rata-rata, persentase, dan proporsi (Averages, percentage, proportions), diagram dan tabel (Charts & tables), grafik (Graphs), pemahaman pada bacaan sains (Comprehension of science reading), mendesain prosedur praktikum (Design of experimental procedures), kesimpulan dan generalisasi. Berdasarkan penelitian sebelumnya, instrumen tes ini memiliki reliabilitas sebesar 0,82.

c. Domain kreativitas/creativity domain

Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengetahui profil hasil belajar siswa pada domain kreativitas pada penelitian ini adalah berupa lembar observasi yang memuat beberapa aspek dengan kriteria penilaian tertentu. Melalui pengolahan data pada lembar observasi ini, kita dapat mengetahui profil hasil belajar siswa pada domain kreativitas ini. Akan tetapi, pada kajian teoritis lebih lanjut, diperoleh informasi mengenai instrumen yang digunakan pada penelitian sebelumnya. Instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian sebelumnya, untuk domain kreativitas ini adalah berupa instrumen tes, Salah satu jenis tes yang dirujuk dari penelitian sebelumnya adalah Torrance Tests of CreativeThinking(TTCT). Tes ini merupakan salah satu jenis tes yang dapat digunakan untuk mengukur domain kreativitas siswa. Pada awalnya tes ini digunakan untuk mengukur kemampuan berfikir divergen dan kemampuan pemecahan masalah(problem solving), dengan penilaian yang berfokus pada kefasihan, fleksibelitas, originalitas, dan elaborasi. Namun pada perkembangannya, banyak penelitian-penelitian lain yang


(47)

mengembangkan jenis tes untuk mengukur domain kreativitas ini. Diantaranya melalui pemberian tugas-tugas yang dapat mengasah kreativitas siswa. Reliabilitas yang dimiliki oleh tes pada penelitian sebelumnya adalah sebesar 0,51-0,93.

d. Domain sikap/attitudinal domain

Pada penelitian ini, instrumen yang digunakan untuk dapat mengetahui profil hasil belajar siswa pada domain sikap/attitudinal domain adalah instrumen berupa lembar observasi dengan beberapa kriteria penilaian untuk setiap aspeknya. Lembar observasi tersebut diisi melalui pengamatan terhadap sikap siswa selama proses pembelajaran. Berdasarkan pengolahan data pada lembar observasi tersebut, kita dapat mengetahui profil hasil belajar siswa pada domain sikap/attitudinal. Akan tetapi, pada studi literatur lebih lanjut pada jurnal yang dijadikan acuan pada penelitian ini, diperoleh temuan bahwa instrumen yang digunakan pada penelitian sebelumnya adalah berupa instrumen tes. Salah satu tes yang dirujuk oleh jurnal tersebut adalah instrumen yang pernah dikembangkan oleh Moore dan Sutman pada tahun 1970 yaitu Moore and Sutman’s Science Attitude Inventory. Instrumen ini berisi beberapa pernyataan tentang Berisi pernyataan tentang ilmu pengetahuan, sifat ilmu pengetahuan, dan bagaimana ilmuan berkerja. Siswa diharuskan memilih salah satu option, sangat setuju, setuju, tidak setuju, atau sangat tidak setuju terkait pernyataan tersebut. Instrumen ini memiliki reliabilitas sebesar 0,93. Namun pada perkembangannya banyak penelitian yang menggunakan instrumen tes lain untuk mengukur domain sikap/attitudinal domain.


(48)

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa pada penelitian ini masih terdapat mispersepsi antara instrumen yang digunakan pada penelitian ini dengan instrumen yang seharusnya digunakan menurut jurnal acuan. Diharapkan pada penelitian-penelitian selanjutnya mispersepsi ini tidak terulang kembali, dan dapat diperbaiki sehingga dapat menghasilkan penelitian yang lebih baik dari penelitian sebelumnya.

2. Munculkan penilaian yang dapat mengukur adanya peningkatan hasil belajar siswa pada domain pengetahuan melalui tahap re-kreasi pada penerapan model pembelajaran kreatif-produktif dalam pembelajaran fisika. Instrumen peningkatan hasil belajar pada domain pengetahuan harus mencakup kemampuan siswa dalam membuat produk.

3. Perhatikan alokasi waktu dalam penerapan model pembelajaran kreatif produktif agar keterlaksanaan penerapan model dapat berjalan dengan baik

4. Perhatikan jenis produk yang akan dibuat pada tahap re-kreasi. Pastikan kualifikasi produk yang dibuat sesuai dengan tingkat kesulitan materi yang dipelajari, dan sesuai dengan jenjang pendidikan. Selain itu, pastikan pemilihan produk sesuai dengan alokasi waktu yang dimiliki selama proses pembelajaran.

5. Perhatikan fasilitas dan ketersediaan alat praktikum yang ada di sekolah agar tidak menghambat keterlaksanaan pembelajaran

6. Optimalkan fasilitas dan ketersediaan KIT di sekolah agar pembelajaran fisika dapat berjalan lebih baik


(49)

8. Diperlukan adanya penelitian lebih lanjut mengenai penerapan model pembelajaran kreatif-produktif pada materi fisika lainnya


(50)

DAFTAR PUSTAKA

Abraham, Ian&Robin Miller. (2008). “Does Practical Work Really Work? A Study of The Effectiveness of Practical Work As A Teaching And Learning Method in School Science.” Science Education Journal. 73, (1), 45-58

Arikunto, Suharsimi. (2009). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Arikunto, Suharsimi. (2012). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Dahar, R W. (1996). Teori-teori Belajar. Jakarta : Erlangga

Daryanto. 2008. Evaluasi Pendidikan. Jakarta : RINEKA CIPTA

Fraser, Barry J.( 1980).” Development and Validation of a Test of Enquiry Skills”. Journal of Research in Science Teaching. Vol. 17, No. 1, Pp. 7-16

Hidayat, Rahmat.(2012). Profil Kemampuan Berinkuiri Siswa Smp Dan Hasil Belajar Siswa Setelah Diterapkan Model Pembelajaran Level Of Inquiry. Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI Bandung : tidak diterbitkan

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2011). Peningkatan Kualitas Pembelajaran. Jakarta: Kemendikbud

Koswara, T. (2010). Penerapan Model Pembelajaran Konstruktivisme dalam Pembelajaran Fisika untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa SMP. Skripsi Jurusan Pendidikan FIsika FPMIPA UPI. Bandung: tidak diterbitkan.

Kraus International Publications.(1992). Science Curriculum Resource Handbook : A Practical Guide for K-12 Science Curriculum. New York : Kraus International Publication

Munaf, S. (2001). Evaluasi Pendidikan Fisika. Bandung: FPMIPA UPI

Panggabean, L.P. (1996). Penelitian Pendidikan. Bandung : Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI Bandung.

Perwana, Agita Setia. (2011). Analisis Sikap Ilmiah Siswa SMP Pada Pembelajaram Fisika Yang Menggunakan Metode Praktikum. Skripsi Sarjana pada FMIPA UPI Bandung : Tidak Diterbitkan.


(51)

in Mechanics with Gender, High-School Physics, and Pretest Scores on

Mathematics and Spatial Visualization.Indiana University 24245 Hatteras Street, Woodland Hills, CA, 91367 USA.

Richard, W. Moore. “The Development, Field Test and Validation of an Inventory of Scientific Attitudes”. Journal Of Research In Science Teaching. Vol. 7, PP. 85-94 (1970)

Riduwan. (2004). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula, Bandung:ALFABETA.

Rogie, Evelien. Torrance Test of Creative Thinking – TTCT. [Online]. Tersedia : http://www.creashock.be/media/DOWNLOADS/Torrance Test of Creative Thinking Creativititeitstest TTCT [27 Agustus 2013]

Rusman. (2012). Model-model Pembelajaran. Jakarta : Rajawali Pers

Sudjana.(2010). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya Sugiyanto. (2010). Model-model Pembelajaran Inovatif . Surakarta : Yuma Pustaka Sugiyono.(2010). Metode Penelitian Kuantitatif,Kualitatif dan R&D,Bandung:

ALFABETA

Sukardi. (2003). Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara

Suparno,P. (1996). Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan,Yogyakarta:KANISIUS. Suprayogi, Bambang.(2011). Penerapan strategi pembelajaran kreatif produktif untuk

meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa kelas VIII-6 SMP Negeri 1 Nganjuk. ., [Online]. Tersedia:

http://library.um.ac.id/ptk/index.php?mod=detail&id=48181 [20 November 2012] Toplis, Rob.,& Michael Allen.(2011). I do and I understanding?Practical work anda

laboratory use in United Kingdom schools, United Kingdom : Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education.

Trianto. (2010). Model-model Pembelajaran Terpadu. Surabaya : Sinar Grafika Offset Urbančič, Matej&Saša A. Glažar. (2011). Impact of Experiments on13-year-old Pupils’

Understanding of Selected Science Concepts, Ljubljana: Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education.


(52)

Wena, Made.(2009). Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta : Bumi Aksara Wibowo, F Catur. (2010). Penerapan Model Pembelajaran Fisika Berbasis Proyek Untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif Dan Keterampilan Berpikir Kreatif. Tesis Magister Pendidikan pada FPMIPA UPI Bandung : tidak diterbitkan

Yanger, E.R.,& McCormack, A.J. (1989). “Assessing Teaching Learning Successes in Multiple Domains of Science and Science Education.” Science Education Journal. 73, (1), 45-58


(1)

76

Alia Nurfitri, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Kreatif-Produktif Dalam pembelajaran Fisika Untuk Meningkatkan Hasil Belajara Siswa SMA

mengembangkan jenis tes untuk mengukur domain kreativitas ini. Diantaranya melalui pemberian tugas-tugas yang dapat mengasah kreativitas siswa. Reliabilitas yang dimiliki oleh tes pada penelitian sebelumnya adalah sebesar 0,51-0,93.

d. Domain sikap/attitudinal domain

Pada penelitian ini, instrumen yang digunakan untuk dapat mengetahui profil hasil belajar siswa pada domain sikap/attitudinal domain adalah instrumen berupa lembar observasi dengan beberapa kriteria penilaian untuk setiap aspeknya. Lembar observasi tersebut diisi melalui pengamatan terhadap sikap siswa selama proses pembelajaran. Berdasarkan pengolahan data pada lembar observasi tersebut, kita dapat mengetahui profil hasil belajar siswa pada domain sikap/attitudinal. Akan tetapi, pada studi literatur lebih lanjut pada jurnal yang dijadikan acuan pada penelitian ini, diperoleh temuan bahwa instrumen yang digunakan pada penelitian sebelumnya adalah berupa instrumen tes. Salah satu tes yang dirujuk oleh jurnal tersebut adalah instrumen yang pernah dikembangkan oleh Moore dan Sutman pada tahun 1970 yaitu Moore and Sutman’s Science Attitude Inventory. Instrumen ini berisi beberapa pernyataan tentang Berisi pernyataan tentang ilmu pengetahuan, sifat ilmu pengetahuan, dan bagaimana ilmuan berkerja. Siswa diharuskan memilih salah satu option, sangat setuju, setuju, tidak setuju, atau sangat tidak setuju terkait pernyataan tersebut. Instrumen ini memiliki reliabilitas sebesar 0,93. Namun pada perkembangannya banyak penelitian yang menggunakan instrumen tes lain untuk mengukur domain sikap/attitudinal domain.


(2)

77

Alia Nurfitri, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Kreatif-Produktif Dalam pembelajaran Fisika Untuk Meningkatkan Hasil Belajara Siswa SMA

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa pada penelitian ini masih terdapat mispersepsi antara instrumen yang digunakan pada penelitian ini dengan instrumen yang seharusnya digunakan menurut jurnal acuan. Diharapkan pada penelitian-penelitian selanjutnya mispersepsi ini tidak terulang kembali, dan dapat diperbaiki sehingga dapat menghasilkan penelitian yang lebih baik dari penelitian sebelumnya.

2. Munculkan penilaian yang dapat mengukur adanya peningkatan hasil belajar siswa pada domain pengetahuan melalui tahap re-kreasi pada penerapan model pembelajaran kreatif-produktif dalam pembelajaran fisika. Instrumen peningkatan hasil belajar pada domain pengetahuan harus mencakup kemampuan siswa dalam membuat produk.

3. Perhatikan alokasi waktu dalam penerapan model pembelajaran kreatif produktif agar keterlaksanaan penerapan model dapat berjalan dengan baik

4. Perhatikan jenis produk yang akan dibuat pada tahap re-kreasi. Pastikan kualifikasi produk yang dibuat sesuai dengan tingkat kesulitan materi yang dipelajari, dan sesuai dengan jenjang pendidikan. Selain itu, pastikan pemilihan produk sesuai dengan alokasi waktu yang dimiliki selama proses pembelajaran.

5. Perhatikan fasilitas dan ketersediaan alat praktikum yang ada di sekolah agar tidak menghambat keterlaksanaan pembelajaran

6. Optimalkan fasilitas dan ketersediaan KIT di sekolah agar pembelajaran fisika dapat berjalan lebih baik


(3)

78

Alia Nurfitri, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Kreatif-Produktif Dalam pembelajaran Fisika Untuk Meningkatkan Hasil Belajara Siswa SMA

8. Diperlukan adanya penelitian lebih lanjut mengenai penerapan model pembelajaran kreatif-produktif pada materi fisika lainnya


(4)

78

Alia Nurfitri, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Kreatif-Produktif Dalam pembelajaran Fisika Untuk Meningkatkan Hasil Belajara Siswa SMA

DAFTAR PUSTAKA

Abraham, Ian&Robin Miller. (2008). “Does Practical Work Really Work? A Study of The Effectiveness of Practical Work As A Teaching And Learning Method in School Science.” Science Education Journal. 73, (1), 45-58

Arikunto, Suharsimi. (2009). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Arikunto, Suharsimi. (2012). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Dahar, R W. (1996). Teori-teori Belajar. Jakarta : Erlangga

Daryanto. 2008. Evaluasi Pendidikan. Jakarta : RINEKA CIPTA

Fraser, Barry J.( 1980).” Development and Validation of a Test of Enquiry Skills”. Journal of Research in Science Teaching. Vol. 17, No. 1, Pp. 7-16

Hidayat, Rahmat.(2012). Profil Kemampuan Berinkuiri Siswa Smp Dan Hasil Belajar Siswa Setelah Diterapkan Model Pembelajaran Level Of Inquiry. Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI Bandung : tidak diterbitkan

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2011). Peningkatan Kualitas Pembelajaran. Jakarta: Kemendikbud

Koswara, T. (2010). Penerapan Model Pembelajaran Konstruktivisme dalam Pembelajaran Fisika untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa SMP. Skripsi Jurusan Pendidikan FIsika FPMIPA UPI. Bandung: tidak diterbitkan.

Kraus International Publications.(1992). Science Curriculum Resource Handbook : A Practical Guide for K-12 Science Curriculum. New York : Kraus International Publication

Munaf, S. (2001). Evaluasi Pendidikan Fisika. Bandung: FPMIPA UPI

Panggabean, L.P. (1996). Penelitian Pendidikan. Bandung : Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI Bandung.

Perwana, Agita Setia. (2011). Analisis Sikap Ilmiah Siswa SMP Pada Pembelajaram Fisika Yang Menggunakan Metode Praktikum. Skripsi Sarjana pada FMIPA UPI Bandung : Tidak Diterbitkan.


(5)

79

Alia Nurfitri, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Kreatif-Produktif Dalam pembelajaran Fisika Untuk Meningkatkan Hasil Belajara Siswa SMA

in Mechanics with Gender, High-School Physics, and Pretest Scores on

Mathematics and Spatial Visualization. Indiana University 24245 Hatteras Street, Woodland Hills, CA, 91367 USA.

Richard, W. Moore. “The Development, Field Test and Validation of an Inventory of Scientific Attitudes”. Journal Of Research In Science Teaching. Vol. 7, PP. 85-94 (1970)

Riduwan. (2004). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula, Bandung:ALFABETA.

Rogie, Evelien. Torrance Test of Creative Thinking – TTCT. [Online]. Tersedia : http://www.creashock.be/media/DOWNLOADS/Torrance Test of Creative Thinking Creativititeitstest TTCT [27 Agustus 2013]

Rusman. (2012). Model-model Pembelajaran. Jakarta : Rajawali Pers

Sudjana.(2010). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya Sugiyanto. (2010). Model-model Pembelajaran Inovatif . Surakarta : Yuma Pustaka Sugiyono.(2010). Metode Penelitian Kuantitatif,Kualitatif dan R&D,Bandung:

ALFABETA

Sukardi. (2003). Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara

Suparno,P. (1996). Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan,Yogyakarta:KANISIUS. Suprayogi, Bambang.(2011). Penerapan strategi pembelajaran kreatif produktif untuk

meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa kelas VIII-6 SMP Negeri 1 Nganjuk. ., [Online]. Tersedia:

http://library.um.ac.id/ptk/index.php?mod=detail&id=48181 [20 November 2012] Toplis, Rob.,& Michael Allen.(2011). I do and I understanding?Practical work anda

laboratory use in United Kingdom schools, United Kingdom : Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education.

Trianto. (2010). Model-model Pembelajaran Terpadu. Surabaya : Sinar Grafika Offset Urbančič, Matej&Saša A. Glažar. (2011). Impact of Experiments on13-year-old Pupils’

Understanding of Selected Science Concepts, Ljubljana: Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education.


(6)

80

Alia Nurfitri, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Kreatif-Produktif Dalam pembelajaran Fisika Untuk Meningkatkan Hasil Belajara Siswa SMA

Wena, Made.(2009). Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta : Bumi Aksara Wibowo, F Catur. (2010). Penerapan Model Pembelajaran Fisika Berbasis Proyek Untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif Dan Keterampilan Berpikir Kreatif. Tesis Magister Pendidikan pada FPMIPA UPI Bandung : tidak diterbitkan

Yanger, E.R.,& McCormack, A.J. (1989). “Assessing Teaching Learning Successes in Multiple Domains of Science and Science Education.” Science Education Journal. 73, (1), 45-58