PELAKSANAAN KETERAMPILAN BERCOCOK TANAM SAYURAN BAGI ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS X DI SLB NGAMPRAH RAYA.

(1)

Tita Nurhayati, 2013

Pelaksanaan Keterampilan Bercocok Tanam Sayuran Bagi Anak Tunagrahita Ringan Kelas X Di SLB Ngamprah Raya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

PELAKSANAAN KETERAMPILAN BERCOCOK TANAM SAYURAN BAGI ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS X DI SLB

NGAMPRAH RAYA.

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menempuh gelar sarjana pendidikan

jurusan pendidikan khusus

Oleh

TITA NURHAYATI

NIM. 0909528

JURUSAN PENDIDIKAN KHUSUS FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2013


(2)

Tita Nurhayati, 2013

Pelaksanaan Keterampilan Bercocok Tanam Sayuran Bagi Anak Tunagrahita Ringan Kelas X Di SLB Ngamprah Raya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

PELAKSANAAN KETERAMPILAN BERCOCOK TANAM SAYURAN BAGI ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS X DI SLB

NGAMPRAH RAYA.

Oleh

TITA NURHAYATI

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Tita Nurhayati 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

Tita Nurhayati, 2013

Pelaksanaan Keterampilan Bercocok Tanam Sayuran Bagi Anak Tunagrahita Ringan Kelas X Di SLB Ngamprah Raya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

LEMBAR PENGESAHAN

TITA NURHAYATI 0909528

PELAKSANAAN KETERAMPILAN BERCOCOK TANAM SAYURAN BAGI ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS X DI SLB

NGAMPRAH RAYA.

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :

Pembimbing I

Dr. Tjutju Soendari, M.Pd. NIP.19560214 198003 2 001

Pembimbing II

Dr. Julianaini, M.Ed NIP. 19600505 198603 2 001

Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Khusus Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas pendidikan Indonesia

Drs. Sunaryo, M.Pd NIP. 19560722 198503 1 001


(4)

Tita Nurhayati, 2013

Pelaksanaan Keterampilan Bercocok Tanam Sayuran Bagi Anak Tunagrahita Ringan Kelas X Di SLB Ngamprah Raya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu ABSTRAK

Tita Nurhayati (2013), Pelaksanaan Keterampilan Bercocok Tanam Sayuran Bagi Anak Tunagrahita Ringan Kelas X Di Slb Ngamprah Raya.

Hambatan yang dimiliki anak tunagrahita tidak menghentikannya untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Mengembangkan kemampuan dasar seperti membaca, menulis dan berhitung adalah bagian yang dapat diperoleh anak tunagrahita ringan. Selain itu, peningkatan kemandirian pun merupakan bagian penting yang harus diajarkan, seperti halnya pengajaran aktivitas keseharian dan kemampuan untuk menunjang kehidupannya dimasa yang akan datang dengan mengajarkan keterampilan vokasional. Banyak keterampilan vokasional yang dapat dipilih untuk anak tungrahita ringan diantaranya menganyam sederhana, sebagai loper koran atau bercocok tanam. Sesuai dengan visi dan misi SLB Ngamprah Raya, yaitu Menjadikan SLB Ngamprah Raya yang BERTEMAN (Beriman,Terampil dan Mandiri) serta terunggul dalam bidang keterampilan tata boga dan pertanian, maka keterampilan vokasional yang dimunculkan dan dijadikan sebagai salah satu muatan kurikulum bagi peserta didiknya adalah pengajaran bertani dan bercocok tanam sayuran. Penelitian ini dilaksanakan dilakukan terhadap dua siswi tunagrahita ringan, dua siswa tunagrahita ringan dan seorang guru. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dan observasi. Teknik pengujian keabsahan data menggunakan teknik triangulasi sumber. Analisis data dilakukan dalam tiga tahap, yaitu 1) reduksi data, 2)display data, dan 3) penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa 1) sebelum melaksanakan kegiatan bercocok tanam guru melakukan kegiatan awal untuk mengetahui kemampuan awal siswa, 2) Pelaksanaan bercocok tanam dibagi pada tiga tahapan, yaitu tahap pengenalan bahan dan alat, pelaksanaan bercocok tanam dan kegiatan memanen, 3) Terdapat hambatan dalam pelaksanaan bercocok tanam seperti pnyediaan bahan yang lokasi pembeliannya jauh dari sekolah dan faktor cuaca dimana sayur brokoli tidak boleh mendapat kadar air berlebih (kehujanan) karena dapat mengakibatkan pembusukan, 4) Upaya dalam mengatasi hambatan yaitu dengan cara mengatur waktu pada saat pembelian dan penyimpanan tanaman brokoli di dalam ruangan pada saat turun hujan. Selanjutnya peneliti memberikan saran kepada subjek dari penelitian ini yaitu agar dalam pemberian materi mengenai tahapan pelaksanaan bercocok tanam diberikan kembali kepada siswa di dalam kelas baik itu pemberian materi saja atau praktik disertai dengan media yang lebih sederhana.


(5)

Tita Nurhayati, 2013

Pelaksanaan Keterampilan Bercocok Tanam Sayuran Bagi Anak Tunagrahita Ringan Kelas X Di SLB Ngamprah Raya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR... ii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iii

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Penelitian ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Struktur Organisasi ... 5

BAB II LANDASAN TEORI PELAKSANAAN PROGRAM KETERAMPILAN BERCOCOK TANAM SAYURAN BAGI ANAK TUNAGRAHITA RINGAN ... 7

A. Anak Tunagrahita ... 7

1. Pengertian Anak Tunagrahita ... 7

2. Klasisifikasi Anak Tunagrahita ... 8

3. Karakteristik Anak Tunagrahita ... 9

4. Hambatan Yang Dihadapi Anak Tunagrahita Ringan ... 10

5. Dampak Ketunagrahitaan ... 12

B. Anak Tunagrahita Ringan ... 14

1. Pengertian Anak Tunagrahita Ringan ... 14

2. Karakteristik Anak Tunagrahita Ringan ... 15

3. Permasalahan Belajar Yang Dihadapi Anak Tunagrahita Ringan 16 4. Kebutuhan Belajar Anak Tunagrahita Ringan ... 17

C. Pendidikan Keterampilan ... 18

1. Pengertian Keterampilan ... 18


(6)

Tita Nurhayati, 2013

Pelaksanaan Keterampilan Bercocok Tanam Sayuran Bagi Anak Tunagrahita Ringan Kelas X Di SLB Ngamprah Raya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

D. Pengertian Bercocok Tanam ... 20

E. Prosedur Pembelajaran Keterampilan Bercocok Tanam Sayuran Bagi Anak Tunagrahita Ringan ... 21

BAB III METODE PENELITIAN... 24

A. Pendekatan Penelitian ... 24

B. Subjek dan Tempat Penelitian ... 24

C. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ... 25

1. Teknik Pengumpulan Data... 25

2. Instrumen Penelitian... 27

D. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ... 29

E. Tahap-Tahap Atau Prosedur Penelitian ... 29

F. Pengolahan dan Analisis Data ... 32

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN ... 35

A. Hasil Penelitian Dengan Subjek Guru... 35

B. Hasil Penelitian Dengan Subjek Siswa ... 39

C. Analisis Data ... 41

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 45

A. Kesimpulan... 45

B. Saran ... 46

DAFTAR PUSTAKA ... 47 LAMPIRAN


(7)

Tita Nurhayati, 2013

Pelaksanaan Keterampilan Bercocok Tanam Sayuran Bagi Anak Tunagrahita Ringan Kelas X Di SLB Ngamprah Raya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

2.1 Klasifikasi Anak Tunagrahita Berdasarkan Derajat Ketunagrahitaan ... 8

3.1 Data Subjek Siswa ... 25

3.2 Data Subjek Guru... 25


(8)

Tita Nurhayati, 2013

Pelaksanaan Keterampilan Bercocok Tanam Sayuran Bagi Anak Tunagrahita Ringan Kelas X Di SLB Ngamprah Raya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan pada umumnya bertujuan untuk mengembangkan kemampuan individu secara optimal sehingga dapat hidup mandiri. Pendidikan di Indonesia telah memiliki jaminan yang sangat kuat sebagai mana termasuk dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1 bahwa :

“Tiap-tiap warga Negara berhak mendapatkan pengajaran”. Oleh karena itu masalah pendidikan merupakan hal yang harus ditangani secara serius dari semua pihak.

Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu termasuk anak-anak berkebutuhan khusus. Hak tersebut dijelaskan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 32 ayat (1) menyatakan bahwa:

“Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan/atau memiliki potensi

kecerdasan dan bakat istimewa”.

Undang-undang ini menegaskan bahwa anak berkebutuhan khusus dengan anak normal mempunyai kesempatan yang sama dalam memperoleh pendidikan, tidak terkecuali anak tunagrahita ringan.

Anak tunagrahita ringan adalah anak yang mengalami hambatan dalam perkembangan kognitif dan perilaku adaptif yang berdampak pada kemampuan belajar, kemampuan beradaptasi dengan linkungan dan juga mengalami hambatan dalam menolong diri. Dengan demikian anak tunagrahita ringan, memerlukan bimbingan, baik dari pihak keluarga, sekolah maupun masyarakat. Sekalipun anak tunagrahita ringan memiliki hambatan, namun anak tunagrahita ringan tentu saja memiliki potensi dan keunikan tersendiri yang dapat dikembangkan, salahsatunya potensi dalam hal keterampilan. Kompetensi guru dalam melaksanakan program keterampilan


(9)

2

Tita Nurhayati, 2013

Pelaksanaan Keterampilan Bercocok Tanam Sayuran Bagi Anak Tunagrahita Ringan Kelas X Di SLB Ngamprah Raya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

tersebut sangat berpengaruh pada keberhasilan tujuan pendidikan pada umumnya.

Sekolah Luar Biasa bagian C (SLB-C) merupakan salah satu lembaga pendidikan anak luar biasa yang merupakan bagian Anak Berkebutuhan Khusus bertugas menyelenggarakan pendidikan dan pembina anak-anak berkebutuhan khusus yang termasuk tunagrahita. Salah satu klasifikasi dari anak tunagrahita adalah anak tunagrahita ringan. Pada dasarnya anak tunagrahita ringan mampu mempelajari hal-hal yang bersifat akademik seperti membaca, menulis dan berhitung yang sifatnya terbatas.

Salah satu tujuan pendidikan bagi anak tunagrahita ialah mempersiapkan peserta didik untuk memperolah pekerjaan sesuai dengan kemampuan dan minatnya. Mempersiapkan berarti proses menanamkan kebiasaan tertentu dengan strategi yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan anak sehingga mereka menjadi individu yang baik. Sedangkan model pembelajaran dirancang berdasarkan kebutuhan nyata setiap peserta didik dimaksudkan untuk mengembangkan berbagai ranah pendidikan yaitu pengetahuan keterampilan dan sikap. Karena itu pembelajaran keterampilan yang diberikan kepada anak tunagrahita ringan bertujuan tidak hanya melatih siswa dalam suatu pekerjaan khusus, melainkan yang lebih penting adalah mengarahkan siswa untuk mempersiapkan, menyesuaikan kemampuan dan minatnya dengan pekerjaan yang akan dipilihnya sehingga menjadi pribadi yang mandiri baik dalam melaksanakan tugasnya dan juga kemandirian secara materi.

Mengenai pembelajaran keterampilan bagi anak tunagrahita ringan, James C. Mainord (1978:83) menyebutkan bahwa “tujuan pendidikan keterampilan bagi anak tunagrahita ringan adalah untuk mengembangkan

keterampilan dan mengadaptasikannya pada suatu pekerjaan.” (Astati

2001:16), karena pada hakikatnya pembelajaran pada anak tunagrahita ringan memiliki penekanan pada pengembangan fungsi fisik dan psikologis serta penciptaan benda-benda fungsional yang sesuai dengan kemampuannya. Sebagai contoh yaitu keterampilan bercocok tanam yang di pilih bagi anak tunagrahita ringan karena merupakan salah satu bagian keterampilan


(10)

3

Tita Nurhayati, 2013

Pelaksanaan Keterampilan Bercocok Tanam Sayuran Bagi Anak Tunagrahita Ringan Kelas X Di SLB Ngamprah Raya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

vokasional yang dapat diberikan, yang dilihat dari segi prosesnya yang lebih mengutamakan praktek daripada teori.

Guru dalam hal ini adalah sebagai pihak yang bertugas memberikan stimulus dan sebagai fasilitator bagi siswa tunagrahita ringan agar minat dan kemampuannya mengikuti kegiatan keterampilan seperti bercocock tanam dapat terlaksana dengan baik. Dengan demikian guru dituntut untuk membuat langkah-langkah yang dapat diikuti oleh siswa dalam keterampilan bercocok tanam ini, diantaranya yaitu pengenalan jenis-jenis sayuran, pengenalan media yang digunakan untuk bercocok tanam, dan cara–cara perawatan tanaman.

Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya bahwa tujuan keterampilan bercocok tanam sayur ini adalah untuk mengembangkan keterampilan dan mengadaptasikannya pada suatu pekerjaan, dimana pelaksanaannya yaitu dilakukan dengan cara guru membimbing dan mengarahkan siswa agar siswa dapat mengolah tanah dengan pupuk, menanam sayuran, merawat sayuran sampai dengan memanen secara mandiri.

Berdasarkan uraian tersebut memberikan ketertarikan khusus pada peneliti untuk mengetahui lebih dalam bagaimana pelaksanaan kegiatan program bercocok tanam yang dilakukan oleh SLB Ngamprah Raya pada keempat siswanya yang memiliki hendaya perkembangan.

B. Perumusan Penelitian

Berdasarkan dari latar belakang di atas maka penulis mengemukakan perumusan masalah, yaitu: “Bagaimana Pelaksanaan keterampilan bercocok tanam sayuran Bagi Anak Tunagrahita Ringan Kelas X di SLB Ngamprah Raya”?.

Berhubung perumusan masalah di atas terlalu luas maka penulis membatasi masalah penelitian ini pada:

1. Bagaimana pelaksanaan keterampilan bercocok tanam sayuran Bagi Anak Tunagrahita Ringan Kelas X di SLB Ngamprah Raya?

2. Bagaimana hambatan dalam pelaksanaan keterampilan bercocok tanam sayuran Bagi Anak Tunagrahita Ringan Kelas X di SLB Ngamprah Raya?


(11)

4

Tita Nurhayati, 2013

Pelaksanaan Keterampilan Bercocok Tanam Sayuran Bagi Anak Tunagrahita Ringan Kelas X Di SLB Ngamprah Raya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

3. Bagaimana upaya mengatasi hambatan dalam pelaksanaan keterampilan bercocok tanam sayuran Bagi Anak Tunagrahita Ringan Kelas X di SLB Ngamprah Raya?

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk Pelaksanaan keterampilan bercocok tanam sayuran Bagi Anak Tunagrahita Ringan Kelas X di SLB Ngamprah Raya.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk memperoleh data tentang: a. Pelaksanaan keterampilan bercocok tanam sayuran Bagi Anak

Tunagrahita Ringan Kelas X di SLB Ngamprah Raya, yaitu mulai dari pengenalan alat dan bahan, kegiatan bercocok tanam sayur brokoli, pemeliharaan tanaman dan kegiatan memanen.

b. Hambatan dalam Pelaksanaan keterampilan bercocok tanam sayuran Bagi Anak Tunagrahita Ringan Kelas X di SLB Ngamprah Raya. c. Upaya mengatasi hambatan dalam Pelaksanaan keterampilan bercocok

tanam sayuran Bagi Anak Tunagrahita Ringan Kelas X di SLB Ngamprah Raya.

D. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat seperti :

1. Dalam tataran teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dan informasi bagi perkembangan ilmu pengetahuan tentang Pelaksanaan keterampilan bercocok tanam sayuran Bagi Anak Tunagrahita Ringan Kelas X di SLB Ngamprah Raya.

2. Secara empiris hasil dari penelitian ini diharapkan memberikan informasi dan masukan bagi sekolah khususnya dalam Pelaksanaan keterampilan bercocok tanam sayuran Bagi Anak Tunagrahita Ringan Kelas X di SLB Ngamprah Raya sehingga mampu menjadi bagian penting dalam memberikan kelancaran proses pembelajaran di sekolah.


(12)

5

Tita Nurhayati, 2013

Pelaksanaan Keterampilan Bercocok Tanam Sayuran Bagi Anak Tunagrahita Ringan Kelas X Di SLB Ngamprah Raya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

3. Bagi anak, dapat meningkatkan keterampilannya dalam memelihara tanaman sayuran bagi anak tunagrahita ringan kelas X di SLB Ngamprah Raya.

4. Bagi guru, dapat meningkatkan pengembangan program keterampilan tanaman sayuran untuk anak tunagrahita ringan.

5. Bagi sekolah, dapat memberikan kontribusi penambahan pengetahuan tentang keterampilan tanaman sayuran yang menjadi komiditi bagi sekolah di SLB Ngamprah Raya

E. Struktur Organisasi

Dalam struktur organisasi skripsi ini berisi rincian tentang urutan penulisan skripsi dari setiap bab dan bagian bab, yaitu:

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini dijelaskan tentang latar belakang masalah dalam penelitian ini, rumusan dari penelitian ini, tujuan penelitian dari penelitian ini yang di bagi dua menjadi tujuan umum dan tujuan khusus penelitian, manfaat penelitian ini, dan struktur organisasi skripsi ini.

BAB II KAJIAN TEORITIS

Dalam bab ini dijelaskan tentang teori-teori yang berhubungan dengan penelitian ini, yang terdiri dari landasan teori anak tunagrahita seperti pengertian anak tunagrahita, klasifikasi anak tunagrahita, dan karakteristik anak tunagrahita. Selain itu, landasan teori anak tunagrahita ringan seperti pengertian anak tunagrahita ringan, karakteristik anak tunagrahita ringan, permasalahan belajar yang dihadapi anak tunagrahita ringan, kebutuhan belajar anak tunagrahita ringan dan pendidikan anak tunagrahita ringan. Dalam bab ini juga dijelaskan tentang landasan teori pendidikan keterampilan, seperti latar belakang pendidikan keterampilan, pengertian keterampilan, tujuan pendidikan keterampilan. Landasan teori program dan bercocok tanam sayuranpun ada dalam bab ini, seperti pengertian bercocok tanam sayuran, jenis sayuran, dan pigmen-pigmen penyebab warna sayuran.


(13)

6

Tita Nurhayati, 2013

Pelaksanaan Keterampilan Bercocok Tanam Sayuran Bagi Anak Tunagrahita Ringan Kelas X Di SLB Ngamprah Raya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

BAB III METODE PENELITIAN

Dalam bab ini dijelaskan tentang metode yang di gunakan dalam penelitian, termasuk pendekatan yang digunakan, subjek dan tempat penelitian, teknik pengumpulan data dan instrumen penelitian, teknik pemeriksaan keabsahan data, serta pengolahan dan analisis data.

BAB IV PEMBAHASAN

Dalam bab ini dijelaskan hasil dari penelitian yang dilakukan, serta pembahasannya.

BAB V KESIMPULAN ATAU SARAN

Dalam bab ini dijelaskan kesimpulan dari penelitian, serta saran bagi peneliti pada khususnya dan pembaca pada umumnya.


(14)

Tita Nurhayati, 2013

Pelaksanaan Keterampilan Bercocok Tanam Sayuran Bagi Anak Tunagrahita Ringan Kelas X Di SLB Ngamprah Raya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif dengan pertimbangan bahwa masalah yang diteliti adalah gejala sosial yang nampak, hal tersebut sesuai dengan pendapat Nana Sudjana (1997:64 dalam Thorik,2001) bahwa :

“Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha

mendeskripsikan fakta-fakta dari hasil pengamatan empiris di lapangan dan mengkaji secara mendalam berdasar teori-teori yang mendukung maupun berdasarkan pengalaman-pengalaman”.

Gejala sosial yang nampak dan yang akan ditemui oleh penulis merupakan sumber penelitian seperti Pelaksanaan keterampilan bercocok tanam sayuran Bagi Anak Tunagrahita Ringan Kelas X di SLB Ngamprah Raya dalam kelancaran proses pembelajaran di sekolah merupakan satu hal yang hasilnya tidak dapat di hitung oleh angka-angka namun hanya dapat dideskripsikan melalui kata-kata. Dengan demikian penulis memilih metode deskriptif kualitatif sebagai metode dalam penelitian ini.

B. Subjek dan Tempat Penelitian 1. Subjek

Dalam penelitian ini yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah 1 guru (pihak sekolah) dan 4 siswa tunagrahita ringan kelas X SLB Ngamprah Raya. untuk lebih jelasnya rincian subjek dapat dilihat pada tabel di bawah ini :


(15)

25

Tita Nurhayati, 2013

Pelaksanaan Keterampilan Bercocok Tanam Sayuran Bagi Anak Tunagrahita Ringan Kelas X Di SLB Ngamprah Raya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.1 Data Subjek Siswa

No Nama Inisial Jenis Kelamin Kelas Keterangan

1 DS Laki-laki X Siswa

2 A Perempuan X Siswa

3 MI Laki-laki X Siswa

4 IS Perempuan X Siswa

Tabel 3.2 Data Subjek Guru No Nama

Inisial

Jenis Kelamin

Status Lama

Mengajar

Pendidikan Terakhir 1 ERA Perempuan Guru Kelas 5 Tahun S1 UPI

2. Tempat Penelitian

Tempat penelitian ini dilaksanakan di SLB Ngamprah Raya Jl. Cihaliwung Wetan Rt 05 Rw 03 Desa Sukatani Kecamatan Ngamprah Kabupaten Bandung Barat

C. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian 1. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mempermudah dalam pelaksanaan penelitian maka digunakan teknik pengumpulan data berupa observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan cara :

a. Observasi langsung

Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui suatu pengamatan, dengan disertai pencatatan-pencatatan terhadap keadaan atau prilaku obyek sasaran saat ini. Hal tersebut selaras dengan pendapat yang dikemukakan oleh Lexy J. Moleong (2008:174) bahwa: “pengamatan memungkinkan peneliti mencatat


(16)

26

Tita Nurhayati, 2013

Pelaksanaan Keterampilan Bercocok Tanam Sayuran Bagi Anak Tunagrahita Ringan Kelas X Di SLB Ngamprah Raya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

peristiwa dalam situasi yang berkaitan dengan pengetahuan proporsional maupun pengetahuan yang langsung diperoleh dari

data.” Observasi ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana

gambaran Pelaksanaan Program Keterampilan Bercocok Tanam Sayuran Bagi Anak Tunagrahita Ringan Kelas X dalam meningkatakan mutu layanan pembelajaran di SLB Ngamprah Raya dan pengamatan ini dilakukan di SLB tersebut.

b. Wawancara

Wawancara adalah teknik pengumpulan data melalui proses tanya jawab lisan yang berlangsung satu arah, artinya pertanyaan datang dari pihak peneliti sendiri sebagai instrumen dan diberikan terhadap responden. Kedudukan kedua pihak secara berbeda ini terus berlangsung selama proses tanya jawab, pada wawancara. Seperti yang dikemukakan oleh Abdurrahmat Fathoni (2006:105) bahwa “Wawancara adalah teknik pengumpulan data melalui proses tanya jawab lisan berlangsung satu arah, artinya pertanyaan datang dari pihak yang mewawancarai dan jawaban diberikan oleh yang diwawancarai.” Wawancara ini dilakukan dengan guru (pihak sekolah) sebagai responden dalam penelitian ini.

c. Dokumentasi

Teknik pengumpulan data dilakukan untuk menghimpun sumber dengan bantuan catatan peristiwa yang berbentuk tulisan, gambar maupun rekaman audio visual dari sumber data. Sesuai dengan pendapat Abdurrahmat Fathoni (2006:112) ”Studi dokumentasi ialah teknik pengumpulan data dengan mempelajari catatan-catatan mengenai data pribadi responden, seperti yang dilakukan oleh seorang psikolog dalam meneliti perkembangan seorang klien melalui catatan pribadinya”.


(17)

27

Tita Nurhayati, 2013

Pelaksanaan Keterampilan Bercocok Tanam Sayuran Bagi Anak Tunagrahita Ringan Kelas X Di SLB Ngamprah Raya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu 2. Instrumen Penelitian

Pencapaian suatu kegiatan memerlukan berbagai penunjang. Salah satu diantaranya adalah berupa alat/instrumen yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut. Dalam penelitian kualitatif, peneliti dapat digunakan sebagai alat/instrumen penelitian. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Lexy J. Moleong (2007:9) sebagai berikut:

“ Dalam penelitian kualitatif, peneliti sendiri atau dengan bantuan orang lain merupakan alat pengumpul data utama. Hal ini dilakukan karena jika memanfaatkan alat yang bukan manusia dan mempersiapkan dirinya terlebih dahulu sebagai yang lazim digunakan dalam penelitian klasik, maka sangat tidak mungkin untuk mengadakan penyesuaian terhadap kenyataan-kenyataan yang ada di lapangan.”

Kutipan di atas menggambarkan fungsi peneliti sebagai alat penelitian. Dengan demikian yang berfungsi sebagai instrumen penelitian adalah diri peneliti sendiri dengan mempertimbangkan bahwa peneliti sebagai instrumen mudah menyesuaikan diri dengan berbagai kondisi yang ada di lapangan. Untuk mempermudah dalam pelaksanaan pengumpulan data, peneliti dilengkapi dengan perangkat pedoman observasi, pedoman wawancara, studi dokumentasi.

Berikut instrumen pada pemelitian pelaksanaan keterampilan bercocok tanam sayuran Bagi Anak Tunagrahita Ringan Kelas X di SLB Ngamprah Raya

INSTRUMEN PENELITIAN

Pelaksanaan keterampilan bercocok tanam sayuran Bagi Anak Tunagrahita Ringan Kelas X di SLB Ngamprah Raya

Fokus Penelitian

Aspek yang akan

diungkap Tujuan Sub.Aspek

Sumber Data TeknikPeng umpul data Pelaksanaan keterampilan bercocok tanam sayuran Bagi Anak Tunagrahita Ringan Kelas X di SLB Kemampuan Anak Tunagrahita Ringan dalam Bercocok Tanam Sayur Brokoli Kelas X di SLB Ngamprah Raya 1.Untuk memperoleh gambaran yang objektif tentang kemampuan anak tunagrahita ringan dalam bercocok 1. Kemampuan mengenal alat&bahan a. bibit tanaman b. tanah c. pupuk d. polybag e. skop Guru dan anak Wawancara, dokumentasi dan observasi


(18)

28

Tita Nurhayati, 2013

Pelaksanaan Keterampilan Bercocok Tanam Sayuran Bagi Anak Tunagrahita Ringan Kelas X Di SLB Ngamprah Raya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu Ngamprah

Raya

tanam sayur brokoli kelas X di SLB Ngamprah f. cangkul g. alat penyiram h. gunting i. kored 2.Pelaksanaan Keterampilan Bercocok Tanam Sayuran Siswa Tunagrahita Ringan kelas X

2. Untuk memperoleh gambaran yang objektif tentang pelaksanaan keterampialn bercocok tanam sayuran siswa tunagrahita ringan kelas X 2.1 Tahapan pertama : -bercocok tanam 2.2 Tahapan kedua, Inti : -Merawat tanaman 2.3 Tahapan ketiga : - Memanen tanaman Guru dan anak Wawancara, dokumentasi dan observasi 3. Hambatan dalam pelaksanaan keterampilan bercocok tanam sayuran 3.Untuk memperoleh gambaran yang objektif tentang hambatan dalam pelaksanaan keterampialn bercocok tanam sayuran 3.1 Kondisi anak 3.2 Respon orangtua terhadap pelaksanaa n program keterampil an bercocok tanam Guru dan anak Wawancara, dokumentasi dan observasi 4. Upaya mengatasi hambatan dalam pelaksanaan program keterampilan bercocok tanam 4.Untuk memperoleh gambaran yang objektif tentang upaya mengatasi hambatan dalam pelaksanaan keterampialn bercocok tanam 4.1 Upaya mengatasi hambatan dalam pelaksanaa n program keterampil an bercocok tanam Guru dan anak Wawancara, dokumentasi dan observasi


(19)

29

Tita Nurhayati, 2013

Pelaksanaan Keterampilan Bercocok Tanam Sayuran Bagi Anak Tunagrahita Ringan Kelas X Di SLB Ngamprah Raya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu D. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Pemeriksaan keabsahan data digunakan untuk mengetahui dan mengukur tingkat kepercayaan atau kredibilitas dari data yang diperoleh.

a. Ketekunan Pengamatan

Moleong (2004:177) mengemukakan bahwa Ketekunan pengamatan bermaksud menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci. Dengan kata lain, jika perpanjangan keikutsertaan menyediakan lingkup, maka ketekunan pengamatan menyediakan kedalaman.

b. Triangulasi

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu (Moleong, 2004:178)

c. Pengecekan Sejawat Melalui Diskusi

Dijelaskan pula bahwa: “Pengecekan sejawat melalui diskusi merupakan teknik yang dilakukan dengan cara mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi dengan rekan-rekan sejawat” (Moleong, 2004:178)

E. Tahap-Tahap atau Prosedur Penelitian

Sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Moleong (2010:127-151) bahwa secara garis besar tahapan penellitian dimulai dari tahap pra lapangan, tahap pekerjaan lapangan sampai dengan tahap penganalisisan data

1. Tahap Pra Lapangan

a. Menyusun Rencana Penelitian

Kegiatan ini merupakan tahap awal dari serangkaian proses penelitian. Masalah yang diajukan dalam sebuah proposal dengan urutan rancangan


(20)

30

Tita Nurhayati, 2013

Pelaksanaan Keterampilan Bercocok Tanam Sayuran Bagi Anak Tunagrahita Ringan Kelas X Di SLB Ngamprah Raya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

penelitian ini dibuat untuk memenuhi syarat untuk melakukan penelitian dengan melewati kegiatan seminar agar dapat diketahui kelayakan untuk melakukan penelitian.

b. Memilih Lapangan Penelitian

Proses pemilihan masalah penelitian ini berawal dari ketertarikan peneliti pada anak tungrahita yang sedang belajar bercocok tanam dalam rangka bagian pembelajaran yang menuntut kemandirian dan ketekunan. Adapun lapangan yang dipiih sebagai tempat penelitian ini adalah SLB yang sudah memiliki program becocok tanam bagi siswa tunagrahita, SLB dimana saya mengabdi untuk membantu anak berjebutuhan khusus mendapatkan pelayanan pendidikan.

c. Mengurus Perizinan

Pengurusan perizinan yang bersifat administratif dilakukan dengan memulai dari tingkat Jurusan, Fakultas, sampai dengan tingkat Universitas, dan terakhir ke SLB Ngamprah Raya sebagai temapt penelitian dilakuakan d. Menyiapkan Peralatan Penelitian

Pada tahap ini peneliti berusaha menyiapkan segala perlengkapan yang dibutuhkan selama berada di lapangan dengan maksud untuk memperjelas dan mempermudah melakukan kegiatan pengumpulan data yang berkaitan dengan penelitian. Adapun perlengkapan tersebut anatara lain ialah instrumen penelitian yang terdiri atas pedoman wawancara, pedoman observasi dan media yang mendukung penelitian seperti penyediaan kamera sebagai alat dokumentasi dan handphone sebagai alat perekam wawancara.


(21)

31

Tita Nurhayati, 2013

Pelaksanaan Keterampilan Bercocok Tanam Sayuran Bagi Anak Tunagrahita Ringan Kelas X Di SLB Ngamprah Raya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

2. Tahap Pekerjaan Lapangan a. Memahami Latar Penelitian

1) Pembatasan penelitian. Pemahaman latar penelitian menjadi sangat penting, sehingga upaya dan cara dalam pengumpulan data menjadi efektif. Adapun latar penelitian ini dibatasi pada lokasi dimana kasus berada.

2) Penampilan. Dalam melakukan penelitian, peneliti juga sangat memperhatikan penampilan. Karena lokasi penelitian ini dilakukan di lingkungan sekolah maka peneliti berusaha untuk tampil dengan sopan, formal dan senantiasa ramah.

3) Pengenalan hubungan peneliti di lapangan. Penelitian ini bersifat langsung tanpa berperan serta, maka peneliti berusaha agar hubungan dengan lingkungan yang ada di lokasi penelitian tetap penuh keakraban, tanpa mempengaruhi situasi dan perilaku alami yang ada di lokasi penelitian. 4) Jumlah waktu studi. Peneliti mengalokasikan waktu di lapangan selama tiga

minggu, diharapkan dengan jumlah waktu yang sangat terbatas ini berbagai informasi juga data-data yang diperlukan dapat terkumpul dan diperoleh dengan baik.

b. Memasuki lapangan

1) Keakraban hubungan. Keakraban hubungan peneliti dengan lingkungan sosial di lokasi penelitian selalu dijaga dengan baik oleh peneliti, agar mempermudah peneliti dalam memperoleh berbagai informasi dan data-data yang dibutuhkan


(22)

32

Tita Nurhayati, 2013

Pelaksanaan Keterampilan Bercocok Tanam Sayuran Bagi Anak Tunagrahita Ringan Kelas X Di SLB Ngamprah Raya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

2) Mempelajari bahasa. Lingkungan SLB Ngamprah Raya mayoritas berasal dari suku Sunda dan lingkungan yang sudah peneliti kenal, sehingga peneliti merasa lebih mudah dalam menjalankan tugas penelitian ini. 3) Peranan peneiti. Peran peneliti dalam aktivitas yang ada di lokasi

penelitian tidak besar. Karena penelitian ini dilakukan dengan pengamatan langsung tanpa berperan serta, sehingga peneliti menghindari peran serta langsung karena dikhawatirkan hal tersebut akan mempengaruhi kondisi dan perilaku yang terjadi di lokasi penelitian. 4) Berperan serta dan Mengumpulkan Data :

1) Pengarahan Batas Studi. Pengarahan batas studi dilakukan dengan memperhatikan batasan masalah dan fokus penelitian yang diteliti, yaitu Pelaksanaan Program Keterampilan Bercocok Tanam Sayuran bagi Anak Tunagrahita Ringan kelas X di SLB Ngamprah Raya. Pengarahan studi ini menjadi penting, agar pada saat berada di lokasi penelitian, peneliti tidak terjebak pada masalah-masalah yang berada di luar fokus masalah penelitian.

2) Mencatat Data. Pencatatan data dilakukan pada saat di lapangan dan sesudah pengumpulan data dari lapangan, baik pada saat kegiatan wawancara, observasi atau pada saat pengumpulan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan penelitian.

E. Pengolahan dan Analisis Data

Analisa data yang dialakukan penulis adalah dimulai dari awal hingga akhir penelitian. Nasution (1988 dalam Sugiyono) menyebutkan bahwa


(23)

33

Tita Nurhayati, 2013

Pelaksanaan Keterampilan Bercocok Tanam Sayuran Bagi Anak Tunagrahita Ringan Kelas X Di SLB Ngamprah Raya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

analisis telah mulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan dan berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian. Sedangkan menurut Bogdan dan Biklen, 1982 (dalam Moleong, 2010:248) mengemukakan bahwa :

“Analisa data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensistensiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain”.

Proses analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini mengacu pada proses analisis data sebagaimana yang disampaikan oleh Miles & Huberman,1962 (dalam Juliawan,2011:31) yaitu setelah data dibaca, dipelajari dan ditelaah, maka selanjutnya data direduksi, disajikan dan ditarik kesimpulan serta verifikasinya

Agar memudahkan dalam menganalisa dan mengolah maka penulis memproses hasil daripada penelitian adalah sebagai berikut :

1. Reduksi Data

Mereduksi data sangat diperlukan karena data yang sudah diperoleh melalui observasi, wawancara maupun studi dokumentasi begitu banyak dan komplek, serta mungkin masih campur aduk, maka tidak mungkin disajikan secara keseluruhan. Pada tahap ini data yang diperoleh kemudian diseleksi, dengan tujuan untuk mengetahui data yang benar-benar representatif yang sesuai dengan tujuan penelitian.

2. Display Data

Dari hasil mereduksi data perlu disajikan dalam laporan secara sistematik yang mudah dipahami dan mudah dibaca, baik secara keseluruhan maupun bagian-bagiannya. dengan cara mengelompokkan data.

3. Verifikasi Data

Pada kegiatan ini penulis melakukan verifikasi data yang diperoleh dari responden dengan cara memeriksa data, mengecek dan meneliti ulang


(24)

34

Tita Nurhayati, 2013

Pelaksanaan Keterampilan Bercocok Tanam Sayuran Bagi Anak Tunagrahita Ringan Kelas X Di SLB Ngamprah Raya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

dari kebenaran/keabsahan data tentang tujuan, materi, metode, proses, alat dan evaluasi dalam pembelajaran, untuk kemudian ditarik kesimpulan. 4. Kesimpulan

Kesimpulan ini merupakan kesimpulan sementara dan bisa berubah-ubah sesuai dengan perolehan data-data baru di lapangan.


(25)

Tita Nurhayati, 2013

Pelaksanaan Keterampilan Bercocok Tanam Sayuran Bagi Anak Tunagrahita Ringan Kelas X Di SLB Ngamprah Raya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Hasil dari wawancara dan observasi yang dilakukan peneliti pada pelaksanaan program keterampilan bercocok tanam sayuran bagi siswa tunagrahita ringan kelas X di SLB Ngamprah Raya dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Sebelum melaksanakan kegiatan keterampilan bercocok tanam, guru yang bertindak sebagai fasilitator akan melakukan pengenalan pada alat dan bahan yang akan digunakan untuk bercocok tanam sayuran. Keempat siswa tunagrahita ringan tidak dapat menyebutkan alat dan bahan yang akan digunakan secara nalar, dua orang siswa dapat menyebutkan alat dan bahan dengan cara memperlihatkannya, dan dua orang siswa lain hanya mampu menyebutkan lima alat dan bahan yang sering siswa tersebut lihat seperti bibit tanaman, tanah, skop, alat penyiram dan gunting.

2. Pada pelaksanaan bercocok tanam sayur ini dibagi pada tiga tahapan, tahap awal yaitu menyiapkan bahan dan alat, mencampurkan tanah dengan pupuk dan memasukannya dalam polybag, melubangi tanah, memasukan bibit pada bagian tanah yang sudah dilubangi, menutup dan merapihkan tanah. Tahap kedua atau inti yaitu merawat tanaman dengan kegiatan seperti menyiram, memberi pupuk, menyiangi, menggemburkan, dan memotong yang terkena hama dan daun yang layu. Dan pada tahapan ketiga yaitu memanen hasil tanaman sayur. 3. Pada tahapan pelaksanaan bercocok tanam, keempat siswa belum

dapat melakukannya secara mandiri, kegiatan bercocok tanam yang dilakukan siswa tunagrahita ringan kelas X di SLB Ngamprah Raya tersebut masih memerlukan bimbingan dan arahan dari guru


(26)

46

Tita Nurhayati, 2013

Pelaksanaan Keterampilan Bercocok Tanam Sayuran Bagi Anak Tunagrahita Ringan Kelas X Di SLB Ngamprah Raya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

4. Tidak terdapat hambatan berarti pad saat pelaksanaan bercocok tanam, sedangkan kondisi siswanya yang sudah mengerti pada intruksi yang disampaikan, kemampuan interaksi dan komunikasi siswa yang cukup baik sehingga mendukung terhadap kelancaran pelaksanaan program keterampilan bercocok tanam sayur brokoli walau terkadang emosi anak tunagrahita ringan sering berubah .

5. Terdapat hambatan lain pada pelaksanaan bercocok tanam sayur brokoli yaitu penyediaan bahan seperti tanah dan bibit brokoli, dimana lokasi pembeliannya jauh dari sekolah dan juga faktor cuaca yang tidak menentu menuntut beberapa guru dan siswa secara bergantian memperhatikan tanaman sayur brokoli agar tidak kehujanan sehingga tanaman tidak menjadi busuk.

6. Adapun upaya yang dilakukan dalam mengatasi hambatan adalah dengan cara mengatur waktu pada saat pembelian dan menyimpan tanaman brokoli di dalam ruangan pada saat turun hujan.

B. Saran

1. Pelaksanaan bercocok tanam sayur khususnya sayur brokoli telah dengan baik dilakukan oleh siswa tunagrahita ringan kelas X di SLB Ngamprah Raya walau tetap masih memerlukan bimbingan dari guru. Karena itu, demi tercapainya tujuan pengajaran bagi anak tungrahita ringan yaitu kemandirian, maka hendaknya pemberian materi mengenai tahapan pelaksanaan bercocok tanam diberikan kembali kepada siswa di dalam kelas baik itu pemberian materi saja atau disertai dengan praktek dengan media yang lebih sederhana.

2. Praktik akan menjadi sempurna bagi anak tungrahita ringan jika kegiatan di sekolah dapat dilaksanakan kembali di rumah sebagai tugas dari guru (PR). Sebagaimana kegiatan bercocok tanam ini akan menjadi lebih baik jika siswa yang telah belajar bercocok tanam sayur dapat mempraktikan kembali di rumahnya masing-masing.


(27)

Tita Nurhayati, 2013

Pelaksanaan Keterampilan Bercocok Tanam Sayuran Bagi Anak Tunagrahita Ringan Kelas X Di SLB Ngamprah Raya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Amin Moh. (1995). Ortopedagogik Anak Tunagrahita. Depdikbud:Dirjen Pendidikan Tinggi

Endang,R&Z.Alimin. (2005). PendidikanIndividualBagiAnakTunagrahita. Diknas Astati. 2001. Persiapan Pekerjaan Penyandang Tunagrahita. Bandung: CV

Pendawa.

Badudu dan Zain. 1998. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Pustaka Sinar Harapan.

http://belonjos.blogspot.com/2011/02/sayur-adalah-bagian-tanaman.htmlhttp://www.iptek.net.id/ind/warintek/?mnu=6&ttg=2&doc=2b1 http://www.iptek.net.id/ind/warintek/?mnu=6&ttg=2&doc=2b1

http://wmich.edu/2 dilwort/varietes of visual representation. pdf. http:/www.ditplb.or.id

http:// www. depression-doctor.com/learning disability/mild-mental-retardation.html

Lexi J. Moleong. (2004). MetodologiPenelitianKualitatif. Bandung : PT RemajaRosdaKarya

Lexi J. Moleong. (2010). MetodologiPenelitianKualitatif. Bandung : PT RemajaRosdaKarya

Somantri,T.S (2004). PsikologiAnakLuarBiasa. Bandung :RefikaAditama

Thorik. (2001). Kepedulian Guru dalam Pembelajaran anak Berbakat Penyandang Kesulitan Belajar di Sekolah. Tidak diterbitkan

Undang-undang Tahun 2003. Undang-undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: CV Mitra Karya. Yuwono Trisno, Abdullah Pius. 1994. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia


(1)

32

2) Mempelajari bahasa. Lingkungan SLB Ngamprah Raya mayoritas berasal dari suku Sunda dan lingkungan yang sudah peneliti kenal, sehingga peneliti merasa lebih mudah dalam menjalankan tugas penelitian ini. 3) Peranan peneiti. Peran peneliti dalam aktivitas yang ada di lokasi

penelitian tidak besar. Karena penelitian ini dilakukan dengan pengamatan langsung tanpa berperan serta, sehingga peneliti menghindari peran serta langsung karena dikhawatirkan hal tersebut akan mempengaruhi kondisi dan perilaku yang terjadi di lokasi penelitian. 4) Berperan serta dan Mengumpulkan Data :

1) Pengarahan Batas Studi. Pengarahan batas studi dilakukan dengan memperhatikan batasan masalah dan fokus penelitian yang diteliti, yaitu Pelaksanaan Program Keterampilan Bercocok Tanam Sayuran bagi Anak Tunagrahita Ringan kelas X di SLB Ngamprah Raya. Pengarahan studi ini menjadi penting, agar pada saat berada di lokasi penelitian, peneliti tidak terjebak pada masalah-masalah yang berada di luar fokus masalah penelitian.

2) Mencatat Data. Pencatatan data dilakukan pada saat di lapangan dan sesudah pengumpulan data dari lapangan, baik pada saat kegiatan wawancara, observasi atau pada saat pengumpulan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan penelitian.

E. Pengolahan dan Analisis Data

Analisa data yang dialakukan penulis adalah dimulai dari awal hingga akhir penelitian. Nasution (1988 dalam Sugiyono) menyebutkan bahwa


(2)

analisis telah mulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan dan berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian. Sedangkan menurut Bogdan dan Biklen, 1982 (dalam Moleong, 2010:248) mengemukakan bahwa :

“Analisa data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan

bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensistensiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang

lain”.

Proses analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini mengacu pada proses analisis data sebagaimana yang disampaikan oleh Miles & Huberman,1962 (dalam Juliawan,2011:31) yaitu setelah data dibaca, dipelajari dan ditelaah, maka selanjutnya data direduksi, disajikan dan ditarik kesimpulan serta verifikasinya

Agar memudahkan dalam menganalisa dan mengolah maka penulis memproses hasil daripada penelitian adalah sebagai berikut :

1. Reduksi Data

Mereduksi data sangat diperlukan karena data yang sudah diperoleh melalui observasi, wawancara maupun studi dokumentasi begitu banyak dan komplek, serta mungkin masih campur aduk, maka tidak mungkin disajikan secara keseluruhan. Pada tahap ini data yang diperoleh kemudian diseleksi, dengan tujuan untuk mengetahui data yang benar-benar representatif yang sesuai dengan tujuan penelitian.

2. Display Data

Dari hasil mereduksi data perlu disajikan dalam laporan secara sistematik yang mudah dipahami dan mudah dibaca, baik secara keseluruhan maupun bagian-bagiannya. dengan cara mengelompokkan data.

3. Verifikasi Data


(3)

34

dari kebenaran/keabsahan data tentang tujuan, materi, metode, proses, alat dan evaluasi dalam pembelajaran, untuk kemudian ditarik kesimpulan. 4. Kesimpulan

Kesimpulan ini merupakan kesimpulan sementara dan bisa berubah-ubah sesuai dengan perolehan data-data baru di lapangan.


(4)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Hasil dari wawancara dan observasi yang dilakukan peneliti pada pelaksanaan program keterampilan bercocok tanam sayuran bagi siswa tunagrahita ringan kelas X di SLB Ngamprah Raya dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Sebelum melaksanakan kegiatan keterampilan bercocok tanam, guru yang bertindak sebagai fasilitator akan melakukan pengenalan pada alat dan bahan yang akan digunakan untuk bercocok tanam sayuran. Keempat siswa tunagrahita ringan tidak dapat menyebutkan alat dan bahan yang akan digunakan secara nalar, dua orang siswa dapat menyebutkan alat dan bahan dengan cara memperlihatkannya, dan dua orang siswa lain hanya mampu menyebutkan lima alat dan bahan yang sering siswa tersebut lihat seperti bibit tanaman, tanah, skop, alat penyiram dan gunting.

2. Pada pelaksanaan bercocok tanam sayur ini dibagi pada tiga tahapan, tahap awal yaitu menyiapkan bahan dan alat, mencampurkan tanah dengan pupuk dan memasukannya dalam polybag, melubangi tanah, memasukan bibit pada bagian tanah yang sudah dilubangi, menutup dan merapihkan tanah. Tahap kedua atau inti yaitu merawat tanaman dengan kegiatan seperti menyiram, memberi pupuk, menyiangi, menggemburkan, dan memotong yang terkena hama dan daun yang layu. Dan pada tahapan ketiga yaitu memanen hasil tanaman sayur. 3. Pada tahapan pelaksanaan bercocok tanam, keempat siswa belum

dapat melakukannya secara mandiri, kegiatan bercocok tanam yang dilakukan siswa tunagrahita ringan kelas X di SLB Ngamprah Raya tersebut masih memerlukan bimbingan dan arahan dari guru


(5)

46

4. Tidak terdapat hambatan berarti pad saat pelaksanaan bercocok tanam, sedangkan kondisi siswanya yang sudah mengerti pada intruksi yang disampaikan, kemampuan interaksi dan komunikasi siswa yang cukup baik sehingga mendukung terhadap kelancaran pelaksanaan program keterampilan bercocok tanam sayur brokoli walau terkadang emosi anak tunagrahita ringan sering berubah .

5. Terdapat hambatan lain pada pelaksanaan bercocok tanam sayur brokoli yaitu penyediaan bahan seperti tanah dan bibit brokoli, dimana lokasi pembeliannya jauh dari sekolah dan juga faktor cuaca yang tidak menentu menuntut beberapa guru dan siswa secara bergantian memperhatikan tanaman sayur brokoli agar tidak kehujanan sehingga tanaman tidak menjadi busuk.

6. Adapun upaya yang dilakukan dalam mengatasi hambatan adalah dengan cara mengatur waktu pada saat pembelian dan menyimpan tanaman brokoli di dalam ruangan pada saat turun hujan.

B. Saran

1. Pelaksanaan bercocok tanam sayur khususnya sayur brokoli telah dengan baik dilakukan oleh siswa tunagrahita ringan kelas X di SLB Ngamprah Raya walau tetap masih memerlukan bimbingan dari guru. Karena itu, demi tercapainya tujuan pengajaran bagi anak tungrahita ringan yaitu kemandirian, maka hendaknya pemberian materi mengenai tahapan pelaksanaan bercocok tanam diberikan kembali kepada siswa di dalam kelas baik itu pemberian materi saja atau disertai dengan praktek dengan media yang lebih sederhana.

2. Praktik akan menjadi sempurna bagi anak tungrahita ringan jika kegiatan di sekolah dapat dilaksanakan kembali di rumah sebagai tugas dari guru (PR). Sebagaimana kegiatan bercocok tanam ini akan menjadi lebih baik jika siswa yang telah belajar bercocok tanam sayur dapat mempraktikan kembali di rumahnya masing-masing.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Amin Moh. (1995). Ortopedagogik Anak Tunagrahita. Depdikbud:Dirjen Pendidikan Tinggi

Endang,R&Z.Alimin. (2005). PendidikanIndividualBagiAnakTunagrahita. Diknas Astati. 2001. Persiapan Pekerjaan Penyandang Tunagrahita. Bandung: CV

Pendawa.

Badudu dan Zain. 1998. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Pustaka Sinar Harapan.

http://belonjos.blogspot.com/2011/02/sayur-adalah-bagian-tanaman.htmlhttp://www.iptek.net.id/ind/warintek/?mnu=6&ttg=2&doc=2b1 http://www.iptek.net.id/ind/warintek/?mnu=6&ttg=2&doc=2b1

http://wmich.edu/2 dilwort/varietes of visual representation. pdf. http:/www.ditplb.or.id

http:// www. depression-doctor.com/learning disability/mild-mental-retardation.html

Lexi J. Moleong. (2004). MetodologiPenelitianKualitatif. Bandung : PT RemajaRosdaKarya

Lexi J. Moleong. (2010). MetodologiPenelitianKualitatif. Bandung : PT RemajaRosdaKarya

Somantri,T.S (2004). PsikologiAnakLuarBiasa. Bandung :RefikaAditama

Thorik. (2001). Kepedulian Guru dalam Pembelajaran anak Berbakat Penyandang Kesulitan Belajar di Sekolah. Tidak diterbitkan

Undang-undang Tahun 2003. Undang-undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: CV Mitra Karya. Yuwono Trisno, Abdullah Pius. 1994. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia