Upaya bimbingan Islam bagi anak tunagrahita di SLB-C Khrisna Murti Kebayoran Baru Jakarta Selatan

(1)

UPAYA BIMBINGAN ISLAM BAGI ANAK TUNAGRAHITA

DI SLB-C KHRISNA MURTI KEBAYORAN BARU

JAKARTA SELATAN

SKRIPSI

Oleh

Juriah

NIM: 104052001980

JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1430 H/2009 M


(2)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI

Skripsi yang berjudul UPAYA BIMBINGAN ISLAM BAGI ANAK TUNAGRAHITA DI SLB-C KHRISNA MURTI KEBAYORAN BARU JAKARTA SELATAN disusun oleh Juriah telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN (Universitas Islam Negeri) Syarif Hidayatullah Jakarta pada hari Rabu, tanggal 3 juni 2009. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I) pada Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam.

Jakarta, 22 Juni 2009 Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota, Sekertaris Merangkap Anggota,

Dr. H. Arief Subhan, M. A. Dra. Nasichah, M. A. NIP. 19660110 199303 1 004 NIP. 19671126 199603 2 001

Penguji I Penguji II

Dra. Hj. Elidar Hussein, M. A. Drs. M. Luthfi, M. A. NIP. 19451125 197106 2 001 NIP. 19671006 199403 1 006

Pembimbing

Nurul Hidayati, S. Ag., M. Pd. NIP. 19690322 199603 2 001


(3)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Starata Satu (S1) di UIN (Universitas Islam Negeri) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai ketentuan yang berlaku di UIN (Universitas Islam Negeri) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan penjiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN (Universitas Islam Negeri) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 22 Juni 2009


(4)

ABSTRAK

Juriah

Upaya Bimbingan Islam bagi Anak Tunagrahita di SLB-C Khrisna Murti Kebayoran Baru Jakarta Selatan

Tunagrahita adalah suatu kondisi sejak masa perkembangan yang ditandai oleh kurang sempurnanya fungsi-fungsi intelek sehingga nampak akibatnya secara social. Bimbingan agama pada anak tunagrahita bertujuan agar anak tunagrahita mengetahui, memiliki kepercayaan kepada Tuhan, dapat mengembangkan potensi diri, dan mampu mengatasi persoalan yang dihadapinya, karena bimbingan agama adalah membantu individu mewujudkan dirinya sebagai manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

Penelitian ini ingin mengetahui apa saja yang dilakukan pembimbing agama Islam, bagaimana kondisi anak tunagrahita sebelum dan sesudah mendapatkan bimbingan Islam, dan apa saja yang menjadi faktor pendukung dan penghambat dalam bimbingan Islam yang dilakukan oleh pembimbing. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang menghasilkan data deskriptif melalui observasi dan wawancara. Dimana keabsahan data dilakukan dengan tekhnik pemeriksaan antara lain trianggulasi (membandingkan) dan ketekunan atau keajengan pengamat.

Dengan ini dapat diketahui analisis data yang menghasilkan kesimpulan bahwa upaya bimbingan Islam yang dilakukan pembimbing ada lima yaitu: penanaman sopan santun (akhlak), membaca do’a-do’a, membaca al-qur’an, bimbingan shalat, dan cara berwudhu, dari beberapa upaya tersebut para anak tunagrahita di SLB-C khrisna murti mengalami perubahan yang lebih baik dari sebelumya.


(5)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmannirrahim.

Alhamdulillahirabbil’alamin, penulis panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan hasil karya tulisan ilmiah dengan judul “Upaya Bimbingan Islam bagi Anak Tunagrahita di SLB-C Khrisna Murti Kebayoran Baru Jakarta Selatan”. Shalawat dan salam senantiasa selalu tercurahkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW., yang memiliki akhlak mulia, dan pembawa risalah Islam kepada umat manusia.

Penulis sadari tiada kesuksesan apapun tanpa motivasi dan dukungan dari orang lain. Dengan kerendahan hati penulis ingin menyampaikan banyak-banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini, baik secara materil maupun non materil, terutama kepada:

1. Bapak Dr. Murodi, MA selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi beserta Pembantu Dekan, Bagian Akademik, Administrasi dan Keuangan. 2. Bapak Drs. M. Lutfi, MA selaku Ketua dan Ibu Nasichah, MA selaku

Sekertaris Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam yang telah membantu dalam kelancaran studi dan proses penyusunan skripsi.

3. Ibu Nurul Hidayati, S. Ag. M. Pd selaku dosen pembimbing yang telah memberikan ilmu, motivasi serta waktunya kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dengan penuh kesabaran.

4. Seluruh dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi khususnya di Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam yang telah memberikan ilmu


(6)

pengetahuan kepada penulis agar kelak menjadi manusia berguna dunia dan akhirat.

5. Pimpinan dan karyawan perpustakaan utama dan perpustakaan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mempermudah peminjaman buku selama kuliah dan penulisan skripsi berlangsung.

6. Kepala sekolah dan guru-guru SLB-C Khrisna Murti Kebayoran Baru Jakarta Selatan yang telah memberikan motivasi, dan membantu penulis dalam penyusunan skripsi.

7. Abi H. Ghozali H. S dan Ummi Hj. Nurhayani H. M. Noor tercinta yang telah memberikan dukungan, pengorbanan, dan telah mendidik sejak kecil hingga dewasa tanpa rasa letih, dan keluh kesah terutama dalam hal pendidikan dunia maupun akhirat. Ucapan terima kasih ini tidak mampu untuk membalas semua yang telah engkau berikan kepada penulis selama ini. Do’akan anakmu semoga kelak menjadi “Khoirunnaas Anfauhum Linnaas”.

8. Mpok dan abang-abang ku yang telah memberikan semangat dan motivasi secara langsung dan mereka selalu mendo’akan penulis di dalam sujudnya. 9. Adik ku terima kasih atas do’a mu, semoga kelak kamu menjadi anak yang

selalu berbakti kepada kedua orangtua.

10.Sofa, Puah, U-She, Lilis, Indri, Jehan yang telah banyak membantu dan memotivasi penulis, dan semua teman BPI ’04 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu terimakasih atas semua kebaikan kalian.


(7)

11.Kakak-kakak BPI ’03 (teh Alvin, k’ Warti, k’ Maul, k’ Taher dkk) yang selalu memotivasi, membantu dan setia mendengarkan keluh kesah penulis.

Tanpa bantuan dari kedua orangtua, keluarga, sahabat penulis tidak mungkin dapat menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan kalian. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangannya untuk itu penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran dari kalian.

Jakarta, 22 Juni 2009


(8)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING LEMBAR PENGESAHAN

LEMBAR PERNYATAAN

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 6

D. Metodologi Penelitian ... 6

E. Tinjauan Pustaka... 11

F. Sistematika Penulisan ... 12

BAB II LANDASAN TEORI ... 13

A. Bimbingan Agama Islam ... 13

1. Pengertian Bimbingan Agama Islam ... 13

2. Tujuan dan Fungsi Bimbingan Agama Islam ... 18

3. Metode Bimbingan Agama Islam ... 21

4. Materi Bimbingan Agama Islam... 23

B. Anak Tunagrahita ... 27


(9)

2. Faktor Penyebab Terjadinya Tunagrahita ... 28

3. Ciri-ciri Anak Tunagrahita ... 32

BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG SLB-C KHRISNA MURTI. 38 A. Sejarah Berdirinya ... 38

B. Visi dan Misi ... 40

C. Tujuan Berdirinya ... 41

D. Struktur Organisasi ... 42

BAB IV TEMUAN DAN ANALISA ... 44

A. Program Bimbingan Islam bagi Anak Tunagrahita di SLB-C Khrisna Murti ... 44

B. Kondisi Anak Tunagrahita sebelum dan sesudah Bimbingan Islam... 50

C. Faktor Pendukung dan Penghambat ketika dilakukan Bimbingan Islam... 53

BAB V PENUTUP... 58

A. Kesimpulan... 58

B. Saran ... 60

DAFTAR PUSTAKA ... 61 LAMPIRAN


(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Anak adalah rahmat dari Allah SWT. Kelahiran anak sangat dinantikan oleh para pasangan suami istri. Dalam konsep ajaran Islam, anak merupakan rahmat Allah SWT yang diamanatkan kepada kedua orangtuanya yang harus dijaga dengan sebaik-baiknya, dengan penuh rasa kasih sayang, perhatian dan diberikan pendidikan yang baik.

Di dalam buku Muhammad Nur Abdul Hafidz berjudul

Mendidik Anak Bersama Rosulullah yang di kutip oleh Imam al-Ghazali berkata :”anak adalah amanah orang tuanya, hatinya bersih, suci dan polos, kosong dari segala ukiran dan gambaran. Anak selalu menerima segala yang diukirnya dan akan cenderung terhadap apa saja yang mempengaruhinya. Apabila ia dibiasakan dan diajarkan untuk melakukan kebaikan, niscaya akan seperti itulah anak akan terbentuk. Namun, apabila si anak dibiasakan untuk melakukan kejahatan dan ditelantarkan, sebab dosanya akan ditanggung langsung oleh orang tuanya sebagai penanggung dari amanah Allah.1 Sebagaimana di dalam hadits:

1

Muhammad Nur Abdul Hafidz, Mendidik Anak Bersama Rasulullah, (Bandung: Al-Bayan, 1999), cet. ke-4, h. 35.


(11)

ﻥ !"# $ " % &'

( " )!" "* +,- . /

ﻥ 012

3

4 5 $

6

2

Artinya: “Setiap manusia yang dilahirkan itu dalam keadaan suci (fitrah), dan orangtua merekalah yang menjadikan mereka beragama yahudi, nasrani, dan majusi” (H. R. Bukhari)

Maksud hadits di atas mengandung makna bahwa manusia dilahirkan di muka bumi ini dalam keadaan fitrah yang berarti bersih atau suci. Orang tua mempunyai tanggung jawab besar terhadap perkembangan hidup anak-anak mereka, baik dari segi agama, moral, akhlak, pendidikan, nafkah, kasih sayang, dan lain sebagainya. Selain itu, dalam pertumbuhan seorang anak sangat dipengaruhi oleh faktor penting, yakni genetis (keluarga) dan mileu

(lingkungan).

Dalam faktor genetis, orang tua berperan penting dalam memberikan bimbingan kepada anak-anaknya salah satunya dengan menanamkan pendidikan agama sedari kecil. Hal ini bertujuan agar masa perkembangan anak dapat berkembang dengan baik khususnya dalam hal ibadah, baik secara vertikal (hablum minnallah) maupun horizontal (hablum minannas).

Faktor mileu (lingkungan) juga dapat mempengaruhi perkembangan anak, sebagai contoh jika seorang anak dibesarkan dalam lingkungan yang mayoritas berperilaku baik maka besar kemungkinan anak akan berperilaku baik. Namun sebaliknya, jika seorang anak dibesarkan dalam lingkungan yang

2

Sayyid Ahmad al-Hasyimi, Syarah Mukhtaarul Ahaadiits, (Bandung: Sinar Baru al-Gensido, 2001), cet. ke-4, h. 669-670.


(12)

mayoritas berperilaku buruk maka besar kemungkinan anak akan berperilaku buruk.

Agama Islam selain sebagai ajaran juga dapat diartikan sebagai sebuah keyakinan, yang harus dipegang bagi setiap manusia, karena dalam agama Islam terdapat banyak ajaran-ajaran yang mengandung nilai-nilai kehidupan. Agama Islam merupakan agama yang tidak mengenal adanya perbedaan, terlebih bagi seseorang yang memiliki keterbatasan fisik maupun psikis.

Islam tidak mengajarkan sikap membeda-bedakan karena setiap manusia mempunyai hak yang sama dalam hal belajar, menerima bimbingan dan pengajaran. Penanaman nilai-nilai agama sangat penting diajarkan kepada anak-anak sejak mereka kecil, hal ini bertujuan agar mereka mengenal Tuhannya dan memiliki keyakinan yang kuat ketika dewasa, selain itu mereka dapat mengembangkan potensi pribadinya secara optimal dan optimis meraih masa depan yang lebih baik.

Namun apabila dalam perkembangan hidup seorang anak ada ketidak seimbangan pendidikan, baik pendidikan dunia maupun pendidikan akhirat, maka kelak anak akan mengalami adanya gangguan perkembangan, baik intelektual, emosional, spiritual hingga keterbelakangan mental. Salah satunya adalah Tunagrahita.

Namun kadang-kadang kegembiraan, harapan, cita-cita yang besar atas kehadiran anak tersebut menjadi sirna, bahkan jadi beban fisik dan psikis bagi kedua orang tua maupun keluarga, bila anak tersebut hadir di tengah-tengah keluarga dalam keadaan tunanetra, tunagrahita, ketidakmampuan atau bahkan


(13)

cacat fisik yang berat. Sehingga orang tua merasa malu dengan keadaan yang dialami anak-anaknya. Apalagi bila ada orang-orang disekitarnya memperlihatkan keadaan tidak simpatik pada anaknya.

Tunagrahita adalah suatu kondisi sejak masa perkembangan yang ditandai oleh kurang sempurnanya fungsi-fungsi intelek sehingga nampak akibatnya secara sosial.3

Menurut American Association on Mental Deficience (AAMD) Tunagrahita adalah suatu keadaan dimana fungsi-fungsi intelektual secara signifikan berada dibawah rata-rata, yang tampil bersamaan dalam tingkah laku adaptif, serta tampak dalam periode perkembangan.4

Dalam pelaksanaan pendidikan, anak tunagrahita harus di khususkan atau dibedakan dari anak-anak normal lainnya yaitu dengan diadakan bimbingan-bimbingan yang lebih khusus, seperti bimbingan Islam. Pentingnya bimbingan Islam bagi anak tunagrahita yakni agar anak tunagrahita memiliki kepercayaan kepada Tuhan, dapat mengembangkan potensi diri dan mampu mengatasi persoalan yang dihadapinya sebagai perwujudan diri secara optimal dan mampu melakukan penyesuain diri dengan lingkungannya, karena secara garis besar bimbingan agama adalah membantu individu mewujudkan dirinya sebagai manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.5

3

Muhammad Chalid, Studi tentang Sikap Orang Tua terhadap Anak Tuna Grahita mampu Didik dengan Prestasi Belajar Siswa SDLB-C Asih Budi Jakarta, (Skripsi S1 Fakultas Psikologi, Universitas Islam Bandung, 1997, h. 10.

4

Ibid, h. 10.

5

Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (Yogyakarta: UII Press, 2001), cet. ke-2, h. 35.


(14)

Namun untuk melaksanakannya perlu adanya bantuan lembaga atau seseorang yang memberikan bimbingan tersebut. Seperti bimbingan Islam kepada anak berkebutuhan khusus yang dikembangkan oleh Yayasana SLB-C Khrisna Murti yang merupakan salah satu lembaga pendidikan yang peduli kepada anak-anak yang kurang mampu dari keterbelakangan mental khususnya pada bimbingan Islam bagi anak tunagrahita.

Atas dasar tersebut, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dalam bentuk skripsi yang berjudul “Upaya Bimbingan Islam bagi Anak Tunagrahita di SLB-C Khrisna Murti Kebayoran Baru Jakarta Selatan”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Mengingat keterbatasan dan kemampuan penulis, baik keterbatasan, waktu, dana, dan obyek penelitian, maka penulis membatasi masalah pada Upaya Bimbingan Islam bagi Anak Tunagrahita di SLB (Sekolah Luar Biasa) bagian C (Tunagrahita) Khrisna Murti Kebayoran Baru Jakarta Selatan.

2. Perumusan Masalah

Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut : a) Program apa saja yang dilakukan Pembimbing agama Islam bagi Anak

Tunagrahita di SLB-C Khrisna Murti.

b) Bagaimana kondisi anak tunagrahita sebelum dan sesudah diberikan bimbingan agama Islam.


(15)

c) Apa saja faktor pendukung dan penghambat ketika dilakukan bimbingan agama Islam.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Adapun tujuan penelitian yaitu :

a. Untuk mengetahui Program yang dilakukan pembimbing Islam bagi Anak Tunagrahita di SLB-C Khrisna Murti.

b. Untuk mengetahui kondisi anak tunagrahita sebelum dan sesudah diberikan bimbingan Islam.

c. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat ketika dilakukan bimbingan Islam.

2. Manfaat Penelitian ini adalah :

a. Manfaat akademis penelitian ini diterapkan agar dapat menambah pengetahuan wawasan mengenai bimbingan Islam bagi anak tunagrahita.

b. Manfaat praktis penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai acuan dan pedoman bagi para orangtua, pembimbing, sekolah yang bergerak dalam membimbing anak tunagrahita.

D. Metodologi Penelitian 1. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif yaitu mengambarkan tentang upaya bimbingan


(16)

Islam bagi anak tunagrahita di SLB (sekolah luar biasa) bagian C (tunagrahita) Khrisna Murti.

2. Pendekatan penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, yaitu penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.6 Dalam hal ini yang diteliti adalah upaya bimbingan Islam bagi anak tunagrahita di SLB (sekolah luar biasa) bagian C (tunagrahita) Khrisna Murti.

3. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini diambil dari tempat di Yayasan SLB-C Khrisna Murti, yang beralamat di jalan Masjid Darussalam Blok A, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

Adapun waktu penelitian ini, penulis melaksanakan pada tanggal 20 Januari sampai 30 April 2009.

4. Subjek dan Objek Penelitian

Adapun subjek penelitian adalah 6 orang guru agama atau pembimbing. Kemudian objeknya yaitu upaya bimbingan Islam bagi anak tunagrahita.

5. Metode Penelitian

6

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), cet. ke- 33, edisi revisi, h. 4.


(17)

Dalam penelitian kualitatif, metode yang digunakan adalah metode observasi yaitu aktivitas pengamatan meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera.7 Sumber utama penelitian ini adalah objek penelitian, yakni pada bimbingan Islam bagi anak tunagrahita di SLB (sekolah luar biasa) bagian C (tunagrahita) Khrisna Murti.

6. Instrumen penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode observasi, maka instrumen penelitiannya adalah peneliti itu sendiri karena ia menjadi segalanya dan keseluruhan proses penelitian.8

7. Teknik keabsahan data

Teknik pemeriksaan keabsahan data dalam penelitian ini memiliki kriteria :

a. Kredibilitas (derajat kepercayaan) dengan teknik triangulasi yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain,9 hal itu dapat dicapai dengan jalan :

1) Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang lain, dalam hal ini peneliti membandingkan jawaban yang diberikan oleh guru agama atau pembimbing yang diterapkan di lapangan mengenai upaya bimbingan Islam bagi aanak tunagrahita.

7

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), h. 145.

8

Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, h.168.

9


(18)

2) Membandingkan hasil wawancara dengan dokumen yang berkaitan.

8. Ketekunan atau keajengan pengamatan

Ketekunan pengamatan yakni menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat releven dengan persoalan atau isu yang sedang dicari kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci,10 maksudnya peneliti hanya memusatkan dan mencari jawaban sesuai dengan rumusan masalah saja.

9. Teknik pengumpulan data

Untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

a. Observasi, yaitu aktifitas pengamatan meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera. Terkait dengan masalah bagaimana upaya dan program yang digunakan pembimbing dalam bimbingan Islam bagi anak tunagrahita di SLB (sekolah luar biasa) bagian C (tunagrahita).

b. Wawancara, yaitu dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi. Peneliti melakukan wawancara kepada pembimbing, untuk memperoleh kelengkapan data sebelumnya penulis terlebih dahulu menyusun pertanyaan tentang permasalahan yang

10


(19)

berkaitan dengan objek peneliti sebagai pedoman wawancara yang dijadikan acuan pada saat wawancara berlangsung. Teknik ini dibantu dengan tape recorder untuk merekam hasil wawancara dan mencatat informasi yang didapat pada waktu itu.

c. Dokumentasi, yaitu penulis mencari keterangan dan bacaan yang dibutuhkan mengenai masalah terkait, melalui sumber-sumber yang ada juga menelaah dokumentasi dan arsip yang dimiliki yayasan. 10.Teknik analisis data

Dalam menganalisis data dari hasil observasi dan wawancara, penulis menginterpretasikan catatan lapangan yang ada kemudian menyimpulkan, setelah itu menganalisa kategori-kategori yang tampak pada data tersebut. dimana seluruh data yang penulis peroleh dari hasil pengamatan dan wawancara, lebih dulu penulis kelompokkan sesuai dengan persoalan yang telah ditetapkan lalu menganalisanya secara sistematis.

11.Buku pedoman penulisan

a. Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, dan disertasi” yang di susun oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang diterbitkan oleh CeQDA (Center For Quality development and Assurance) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, april, cetakan ke-2 tahun 2007. b. Buku Metodologi Penelitian Kualitatif, edisi revisi” yang di susun

oleh Prof. Dr. Lexy J. Moleong, M. A. yang diterbitkan oleh PT Remaja Rosdakarya, Januari, cetakan ke dua puluh tiga tahun 2007.


(20)

E. Tinjauan Pustaka

Skripsi yang berjudul Upaya bimbingan Islam bagi aanak tunagrahita, penulis tidak menemukan judul yang sama dari hasil penelitian di Yayasan Sekolah Luar Biasa Khrisna Murti Kebayoran Baru Jakarta Selatan, akan tetapi ada berbagai hasil penelitian yang mempunyai hubungan dengan judul yang penulis teliti.

Dalam kajian ini ada 2 judul skripsi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai berikut:

1. Pelaksanaan Bimbingan Ibadah Shalat pada anak Tunagrahita C di SLB B/C Muara Sejahtera Pondok Cabe yang di teliti oleh Husnul Mubarok tahun 2009, skripsi ini hanya memfokuskan pada metode yang dilakukan si pembimbing dalam menerapkan bimbingan ibadah shalat pada anak tunagrahita.

2. Upaya Bimbingan dan Konseling dalam Menumbuhkan Kemandirian Anak Tunagrahita di SLB Negeri kapten Halim Purwakarta yang diteliti oleh Maimanah Sa’diah tahun 2006, penelitian ini memfokuskan pada usaha pembimbing atau konselor dalam penanaman kemandirian pada anak tunagrahita salah satunya berupa kemandirian dalam melakukan


(21)

kegiatan sehari-hari seperti makan, minum, mandi, dan lain sebagainya yang dilakukan oleh anak tunagrahita itu sendiri.

F. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan skripsi sangat diperlukan sistematika penulisan yang baik, benar, dan tepat melalui aturan dan tata cara penulisan. Untuk dijadikan sebagai bahan acuan, maka penulis memasukkan sistematika penulisan kedalam bahasan. Adapun sistematika penulisannya, sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Berisikan kerangka penulisan skripsi, yaitu latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Berisikan tentang ialah pengertian bimbingan Islam, tujuan, fungsi, metode dan materi bimbingan Islam, pengertian anak tunagrahita, faktor penyebab terjadinya tunagrahita, ciri-ciri khas tunagrahita. BAB III GAMBARAN UMUM SLB-C KHRISNA MURTI

Mencakup gambaran umum SLB-C Khrisna Murti seperti sejarah berdirinya, visi dan misi, tujuan yayasan SLB-C Khrisna Murti, struktur organisasi yayasan SLB-C Khrisna Murti.


(22)

Berisi program yang dilakukan Pembimbing, kondisi anak tunagrahita sebelum dan sesudah diberikan bimbingan Islam, dan faktor pendukung dan penghambat ketika dilakukan bimbingan Islam.

BAB V PENUTUP


(23)

BAB II LANDASAN TEORI

A. Bimbingan Agama Islam

1. Pengertian Bimbingan Agama Islam

Bimbingan Agama Islam terdiri dari tiga kata yaitu bimbingan, agama dan Islam. Bimbingan merupakan arti dari “guidance” bentuk kata kerjanya yaitu “to guide” yang artinya menunjukan. Jadi bimbingan adalah menunjukan kepada seseorang yang secara psikologis membutuhkan bantuan, sehingga yang bersangkutan dapat menyelesaikan atau mengurangi sendiri masalah yang sedang dihadapinya.11

Menurut H. M. Umar dan Sartono, seperti yang dikutip oleh Jear Book of Educational, 1995 bimbingan adalah “suatu proses membantu individu melalui usahanya sendiri untuk menemukan dan mengembangkan kemampuannya agar memperoleh kebahagiaan pribadi dan kemanfaatan sosial”.12

Dr. Bimo Walgito mengatakan bahwa bimbingan adalah “bantuan atau pertolongan yang diberikan individu atau sekumpulan individu-individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan di dalam kehidupan, agar individu atau sekumpulan individu-individu itu dapat mencapai kesejahteraan hidupnya”.13

11

Ahmad Mubarok, Konseling Agama Teori dan Kasus, (Jakarta: PT. Bina Rena Pariwara, 2002), cet. ke-3, h. 2.

12

H. M. Umar dan Sartono, Bimbingan dan Penyuluhan, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2001), cet. ke-2, h. 9.

13

Bimo Walgito, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Yogyakarta: Andi Offset, 1981), cet. ke-6, h. 4.


(24)

Selanjutnya menurut Moh. Surya sebagaimana yang dikutip Dewa Ketut Sukardi, mengatakan bimbingan adalah “suatu proses pemberian bantuan yang terus-menerus dan secara sistimatis dari pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai kemandirian dalam pemahaman, penerimaan, pengarahan dan perwujudan diri dalam mencapai tingkat perkembangan yang optimal dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan”.14

Dari beberapa pengertian di atas, maka penulis menarik kesimpulan bahwa bimbingan adalah suatu proses bantuan atau pertolongan yang diberikan pembimbing kepada individu atau kelompok secara terus-menerus dan sistimetis dalam mengatasi masalah yang dihadapinya di dalam kehidupan melalui usahanya sendiri.

Agama berasal dari kata sangsekret, satu pendapat mengatakan bahwa agama terdiri dari dua suku kata “a” yang berarti tidak dan “gama” berarti pergi. Jadi, agama berarti tidak pergi, tetapi di tempat atau diwarisi turun menurun. Pendapat lain mengatakan bahwa agama berarti teks atau kitab suci, karena setiap agama mempunyai kitab suci. Ada dua yang mengatakan bahwa agama berarti tuntunan, karena mengandung ajaran-ajaran yang menjadi tuntunan hidup bagi penganutnya.15

Selain itu agama juga mempunyai dua pengertian yaitu subyektif (pribadi manusia) dan secara obyektif.

14

Dewa Ketut Sukardi, Pedoman Bimbingan dan Penyuluhan, (Jakarta: PT. Bhineka Cipta, 1995), cet. ke-1, h. 2.

15

Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspek, (Jakarta: UI Press, 1987), cet. ke-2, h. 3.


(25)

a. Secara subyektif

Tentang tingkah laku manusia yang dijiwai oleh nilai-nilai keagamaan berupa getaran bathin, yang dapat mengatur, dan mengarahkan tingkah laku tersebut kepada pola hubungan dengan masyarakat serta alam semesta. Dari aspek inilah manusia dengan tingkah lakunya itu, merupakan perwujudan (manifestasi) dari pola hidup yang telah membudaya dalam bathinnya, dimana nilai-nilai keagamaan telah membentuknya menjadi rujukan (referensi) dari sikap dan orientasi hidup sehari-hari.16

b. Secara obyektif

Agama dalam pengertian ini mengandung nilai-nilai ajaran Tuhan yang bersifat menuntun manusia kearah tujuan yang sesuai dengan kehendak ajaran tersebut. Agama dalam pengertian ini belum masuk ke dalam bathin manusia atau belum membudaya dalam tingkah laku manusia karena masih berupa ajaran yang obyektif berada di luar diri manusia. Oleh karena itu, secara formal agama dilihat dari aspek obyektif yang dapat diartikan sebagai peraturan yang bersifat illahi (dari Tuhan) yang menuntun orang-orang berakal kearah ikhtiar untuk mencapai kesejahteraan hidup di dunia dan memperoleh kebahagiaan hidup di akhirat.17

16

H. M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta: PT. Golden Terayon Press, 1998), cet. ke-6, h. 1-2.

17


(26)

Jadi dari beberapa pengertian di atas Agama sebagai pedoman hidup bagi manusia telah memberikan petunjuk (hudan) tentang berbagai aspek kehidupan, termasuk pembinaan atau pengembangan mental (rohani) yang sehat.18

Sedangkan kata Islam mempunyai beberapa pengertian atau memiliki beberapa makna. Islam berasal dari bahasa arab, yang diambil dari kata “sallama” yang berarti “selamat sentausa”. Dari kata tersebut dibentuk menjadi kata “aslama” artinya “memelihara diri dalam keadaan selamat sentausa”.19

Menurut Harun Nasution “Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya di wahyukan Tuhan kepada masyarakat manusia melalui Nabi Muhammad sebagai Rasul”. Islam pada hakekatnya membawa ajaran-ajaran yang bukan hanya mengenal satu segi, tetapi mengenal berbagai segi dari kehidupan manusia. Sumber dari ajaran-ajaran yang mengambil berbagai aspek itu adalah al-qur’an dan hadits.20

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Islam adalah agama Allah SWT yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW, dengan dua pokok ajarannya yaitu al-qur’an dan as-sunnah untuk membawa manusia kepada kebahagiaan dunia dan akhirat.

18

Dr. Syamsu Yusuf, LN dan Dr. A. Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2006), cet. ke- 2, h. 137.

19

M. Ali Hasan dan Abuddin Nata, Materi Pokok Agama Islam, (Jakarta: Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Departemen Agama, 1998), h. 4.

20

Harun Nasution, Islam di Tinjau dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta: UII press, 1985), h. 24.


(27)

Adapun pengertian bimbingan Islam, maka H. M. Arifin mengartikan bimbingan Islam adalah suatu proses pemberian bantuan kepada seseorang yang mengalami kesulitan baik lahiriyah maupun bathiniyah, yang menyangkut kehidupan di masa kini dan masa yang akan datang. Bantuan tersebut berupa pertolongan dibidang mental spiritual, dengan maksud agar orang yang bersangkutan mampu mengatasi kesulitannya dengan kemampuan yang ada pada dirinya sendiri, melalui dorongan dari kekuatan iman, dan taqwa kepada Tuhan yang Maha Esa.21

Menurut Aunur Rahim Faqih bimbingan Agama Islam adalah “proses pemberian bantuan terhadap individu agar mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah SWT, sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat”.22

Dari beberapa pengertian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa bimbingan Agama Islam adalah usaha untuk membimbing seseorang agar dapat mengaktualisasikan potensi keagamaan sehingga ia hidup selaras dengan tuntunan al-qur’an dan hadits.

21

H. M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta: PT. Golden Terayon Press, 1998), cet. ke-6, h. 2.

22

Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (Yogyakarta: UII Press, 2004), cet. ke-3, h. 4.


(28)

2. Tujuan dan Fungsi Bimbingan Agama Islam

a. Adapun tujuan bimbingan Agama Islam adalah sebagai berikut: 1) Tujuan umum

Membantu individu mewujudkan dirinya menjadi manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.

2) Tujuan khusus

Adapun tujuan khusus dari bimbingan Agama Islam menurut Aunur Rahim Faqih diantaranya yaitu:

a) Menbantu individu agar tidak menghadapi masalah

b) Membantu individu mengatasi masalah yang sedang dihadapinya

c) Membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi yang baik agar tetap baik dan menjadi lebih baik, sehingga tidak akan menjadi sumber masalah bagi dirinya dan orang lain.23

b. Fungsi Bimbingan Agama Islam

Pelaksanaan bimbingan dalam usaha pemberian bantuan terhadap peserta didik mempunyai beberapa fungsi yaitu:24

1) Fungsi Pemahaman

Adalah fungsi bimbingan yang menghasilkan pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak tertentu sesuai dengan

23

Ibid, h. 36.

24


(29)

kepentingan pengembangan peserta didik. Fungsi pemahaman ini meliputi:

a) Pemahaman tentang diri peserta didik, terutama oleh peserta didik sendiri, orang tua, guru pada umumnya dan guru pembimbing.

b) Pemahaman tentang lingkungan peserta didik, termasuk di dalam lingkungan dan sekolah terutama peserta didik sendiri, orang tua, guru pada umumnya dan guru pembimbing.

c) Pemahaman tentang lingkungan yang lebih luas termasuk di dalamnya informasi pendidikan, informasi jabatan atau pekerjaan, dan informasi sosial dan budaya atau nilai-nilai, terutama oleh peserta didik.

Dari penjelasan di atas penulis dapat menarik kesimpulan bahwa fungsi pemahaman dalam bimbingan yaitu bimbingan yang menghasilkan tentang pemahaman suatu masalah yang ada pada peserta didik sehingga ia dapat menyesuaikan dengan kepentingan pengembangan diri peserta didik.

2) Fungsi Pencegahan

Adalah fungsi bimbingan yang akan menghasilkan tercegahnya atau terhindarnya peserta didik dari berbagai permasalahan yang mungkin timbul yang dapat mengganggu, menghambat atau pun menimbulkan kesulitan, kerugian-kerugian tertentu dalam proses perkembangannya.


(30)

3) Fungsi Pengentasan

Yaitu mengusahakan teratasinya masalah-masalah klien, sehingga masalah-masalah itu tidak lagi menjadi hambatan atau pun menimbulkan kerugian tertentu atas perkembangan kehidupan peserta didik.

4) Fungsi pemeliharaan dan pengembangan

Ialah fungsi bimbingan yang akan menghasilkan terpeliharanya dan terkembangkan berbagai potensi dan kondisi positif peserta didik dalam rangka perkembangan dirinya secara terarah, mantap dan berkelanjutan.

Untuk mencapai tujuan di atas dan sejalan dengan fungsi-fungsi bimbingan agama tersebut, maka Aunur Rahim faqih mengemukakan di dalam bukunya melakukan kegiatan bimbingan agama secara garis besar disebutkan sebagai berikut:25

a) Membantu individu mengetahui, mengenal, dan memahami keadaan dirinya sesuai dengan hakekatnya atau memahami kembali keadaan dirinya, sebab dalam keadaan tertentu dapat terjadi individu tidak mengenal atau tidak menyadari keadaan dirinya yang sebenarnya. secara singkat dikatakan bimbingan agama mengingatkan kembali individu akan fitrahnya.

b) Membantu individu menerima keadaan dirinya sebagaimana adanya, segi baik, dan buruknya, kekuatan serta kelemahannya,

25


(31)

sebagai sesuatu yang memang telah ditetapkan Allah (nasib atau takdir), tetapi juga menyadari bahwa manusia diwajibkan berikhtiar, kelemahan yang ada pada dirinya bukan untuk terus menerus disesali. Singkat kata dapat dikatakan sebagai membantu individu tawakal atau berserah diri kepada Allah.

c) Membantu individu memahami keadaan situasi dan kondisi yang dihadapi saat ini.

d) Membantu individu menemukan alternative pemecahan masalah. Secara islami terapi umum bagi pemecahan masalah (rohaniah) individu seperti yang dianjurkan oleh al-qur’an sebagai berikut: 1) Berlaku sabar.

2) Membaca dan memahami al-qur’an. 3) Berzikir atau mengingat Allah. 3. Metode Bimbingan Agama Islam

Dalam pengertian harfiyah, metode adalah jalan yang harus dilalui untuk mencapai tujuan, karena kata “metode” berasal dari kata “meta” yang berarti melalui dan “hodos” berarti jalan. Namun pengertian yang hakiki dari “metoda” tersebut adalah segala saran yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan, baik sarana tersebut bersifat fisik seperti alat peraga, alat administrasi, penggedungan dimana proses kegiatan bimbingan berlangsung.26

26

M. Prayitno dan Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1999), cet. ke-1, h. 114.


(32)

Adapun metode bimbingan Islam menurut Aunur Rahim Faqih di dalam bukunya “Bimbingan dan Konseling Islam,”metode bimbingan Islam dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu:

1) Metode Langsung (metode komunikasi langsung)

Metode langsung adalah metode di mana pembimbing melakukan komunikasi langsung (bertatap muka) dengan orang yang dibimbingnya. Metode ini dapat dirincikan lagi menjadi: a) Metode Individual

Dalam hal ini pembimbing melakukan komunikasi langsung secara individual dengan yang dibimbing. Hal ini dapat dilakukan pada saat percakapan pribadi, kunjungan ke rumah (home visit), dan observasi.

b) Metode Kelompok

Pembimbing melakukan komunikasi langsung dengan siswa kelompok. Hal ini dapat dilakukan dengan diskusi kelompok, karya wisata, sosiodrama, psikodrama, group teaching.

2) Metode Tidak Langsung (metode komunikasi tidak langsung) Metode tidak lansgsung adalah metode bimbingan yang dilakukan melalui media massa. Hal ini dapt dilakukan secara individual maupun kelompok. Metode yang digunakan yaitu: a) Metode Individual, ini dapat dilakukan dengan cara melalui


(33)

b) Metode kelompok, ini dapat dilakukan dengan cara melalui papan bimbingan, surat kabar atau majalah, brosur, radio dan televisi.

4. Materi Bimbingan Agama Islam

Secara kontekstual bahwa materi atau maudhu bimbingan Islam mencakup seluruh ajaran agama Islam secara universal dalam segala bidang yang berkaitan dengan segala kehidupan manusia.

Materi bimbingan agama Islam merupakan salah satu bidang terpenting seseorang didalam menjalani kehidupannya baik itu bersifat keimanan dan juga kehidupan sehari-hari. Adapun materi sebagai berikut: a) Pengajaran Keimanan (Aqidah)

Pengajaran keimanan atau aqidah adalah keyakinan, kepercayaan, sumbernya yaitu al-qur’an.27 Hakekatnya iman sebagaimana yang diterangkan oleh Rosulullah SAW kepada para sahabatnya, ketika Nabi didatangi oleh laki-laki dan ternyata malaikat jibril yang menanyakan apakah iman, islam dan ihsan itu? Nabi Muhammad SAW menjelaskan sebagaimana hadits di bawah ini:

2

5

&

7

8

2

9

"

;<

(

/

"

=

/

.

>

?

"

)@

>

A

B

;,

C

(

;(

D

E

7

C

(

(

/

"

!

F

G

H

I

J

0

'

H

I

G

%

*

;(

M

ﺝ =

N

27

Ali Abdul Halim Mahmud, Akhlak Mulia, (Jakarta: Gema Insani, 2004), cet. ke-1, h. 26.


(34)

=

=

O

=

/

.

%

/

(

-M

=

-M

B

-'

% =

5

P

H

*

9

2

;(

=

I

/

R

@

S%

T

/

"

=

/

.

8

I

/

R

@

U

F

#

(

U

I

I

U

*

9

2

W(

/

"

H

ﺕT

.

R

H

X

=

Y

-H

F

"

@

*

Z

U

H

9

[

\

U

/

M

&

G

\

/

R

S

8

(

\

%

G

1

0

(

S%

=

I

2

U

S

8

U

X

*

*

R

]

^

M

-M

/

"

"

@

I

X

*

T

(

$

C

$

3SSS

. 0* $

6

Artinya: “Dari Umar bin Khatab ra, ia berkata: Ketika kami sedang duduk di dekat Rosulullah SAW, tiba-tiba muncul seorang lelaki yang berpakaian putih, berambut hitam pekat, bekas jalannya tak terlihat dan tidak seorang pun diantara kami yang mengenalinya. Ia duduk menghadap Rosulullah SAW lalu menyandarkan kedua lututnya ke lutut Nabi dan meletakkan kedua telapak tangannya di atas kedua paha Nabi, seraya berkata: Wahai Muhammad terangkan kepada ku tentang islam? Rosulullah SAW menjawab: Islam adalah hendaknya engkau bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah AWT dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, memberikan zakat, berpuasa dibulan ramadhan, dan melakukan ibadah haji ke baitullah jika memenuhi syarat. Ia berkata engkau benar. Kami keheranan karenanya, dia bertanya tetapi membenarkannya. Lebih lanjut Ia berkata: Sekarang terangkanlah kepada ku tentang iman? Rosulullah SAW menjawab: Yaitu engkau beriman kepada Allah SWT, kepada para malaikat-Nya, kitab-kitab-malaikat-Nya, para rosul-malaikat-Nya, dan hari akhir-malaikat-Nya, serta engkau beriman kepada baik dan buruknya takdir…(H. R. Muslim).28

28

Salim Bahreis, Riyadhus Shalihin, (Bandung: PT. Al-Ma’arif, 1987), cet. ke-10, h. 34.


(35)

Iman dan islam adalah satu kesatuan yang terkait satu sama lain. Abdul A’la Mauhudi mengatakan hubungan antara iman dan islam laksana hubungan pohon dengan akarnya, sebatang pohon tidak akan tumbuh tanpa akar. Mustahil seorang yang tidak memiliki iman untuk memulai dirinya menjadi seorang muslim. Masalah aqidah merupakan hal yang fundamental, aqidah sebagai motor penggerak bagi seorang muslim.29

Dengan kata lain bahwa kepercayaan harus menjadi keyakinan yang mutlak dan bulat, keyakinan yang mutlak kepada Allah dengan membenarkan dan mengakui wujud Allah, sifat, hukum-hukum Allah, kekuasaan-Nya, hidayah dan taufik Allah.

b) Pengajaran Ibadah Shalat

Pengajaran Ibadah Shalat yaitu bentuk pengabdian yang ditujukan kepada Allah semata yang sudah digariskan oleh syariat Islam baik bentuknya, caranya, waktunya, serta syarat dan rukunnya. Diantara semua itu adalah ibadah shalat yang paling utama karena merupakan tiang agama.30

Pendidikan ibadah shalat yang diberikan kepada anak tunagrahita tentunya berbeda dengan anak normal, terutama dalam hal penyampaiannya. Dalam pemberian bacaan-bacaan shalat guru harus menuntun anak dalam melafazkan bacaannya dengan cara terus menerus, karena anak tunagrahita memiliki kelemahan dalam berfikir.

29

Moh. Rifai, Aqidah Akhlak, (Semarang: CV. Wicaksana, 1994), cet. ke-2, h. 32.

30


(36)

c) Pengajaran Al-qur’an

Pengajaran al-qur’an hendaknya diberikan kepada anak sejak dini, supaya anak terbiasa dan terlatih untuk melakukan baca tulis al-qur’an. Pengajaran al-qur’an juga penting untuk diberikan bagi anak-anak tunagrahita. Tujuan dari pengajaran al-qur’an adalah untuk memaksimalkan kemampuan anak tentang baca tulis al-qur’an, karena bagaimana pun anak tunagrahita harus belajar al-qur’an sesuai dengan kemampuan mereka dalam memahami al-qur’an.31

d) Pengajaran Akhlak

Pengajaran akhlak adalah sebuah system yang lengkap yang terdiri dari karakteristik-karakteristik akal atau tingkah laku yang membuat seseorang menjadi istimewa. karakteristik-karakteristik ini membentuk kerangka psikologi seseorang dan membuatnya berprilaku sesuai dirinya dan nilai-nilai yang cocok dengan dirinya dalam kondisi yang berbeda-beda.32

B. Anak Tunagrahita

1. Pengertian Anak Tunagrahita

31

Ibid, h. 27.

32


(37)

Tunagrahita sering juga disebut dengan keterbelakangan mental (retardasi mental). Tunagrahita atau cacat mental adalah mereka yang memiliki kemampuan intelektual (IQ) dan keterampilan di bawah rata-rata teman seusianya.33

Menurut AAMR (American Assosiotion on Mental Retardartion) adalah keterbelakangan mental menunjukkan adanya keterbatasan dalam fungsi intelektual yang di bawah rata-rata, dimana berkaitan dengan keterbatasan pada dua atau lebih dari keterampilan adaftif seperti komunikasi, merawat diri sendiri, keterampilan social, kesehatan dan keamanan, fungsi akademis, waktu luang dan lain-lain. keadaan ini tampak sebelum usia 18 tahun.34

Menurut ICD WHO Geneve, retardasi mental adalah suatu keadaan perkembangan mental yang terhenti atau tidak lengkap yang ditandai oleh adanya hendaya (Impairtment), keterampilan (skill) selama masa perkembangan, sehingga berpengaruh pada semua tingkat intelegensi, yaitu kemampuan kognitif, bahasa, motorik dan sosial.35

2. Faktor penyebab terjadinya Tunagrahita

33

Nur’aeni, Intervensi Dini bagi Anak Bermasalah, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1997), cet. ke-1, h. 105.

34

Frieda Mangunsong et. al, Psikologi dan Pendidikan Luar Biasa, (Jakarta: LPSP 3 UI, 1998), cet. ke-1, h. 102.

35

Lumbantobing, Anak Dengan Mental Terbelakang, (Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran UI, 1997), h. 2.


(38)

S. A. Bratanata, penyebab tunagrahita disebabkan oleh bebarapa faktor baik dari dalam (endogen) maupun luar (eksogen). Menurut waktu terjadinya ketunaan dibagi atas tiga masa:36

a. Masa Pranatal

Masa pranatal adalah masa sebelum anak dilahirkan. Jadi, selama dalam kandungan. ada dua kemungkinan yang dapat menyebabkan kelainan pada masa ini, yaitu bersifat endogen dan eksogen.

Adapun yang bersifat endogen ialah:

1) Bermacam-macam penyakit yang diderita ibu ketika mengandung. Misalnya, penyakit syphilis (penyakit kelamin).

2) Akibat berbagai obat yang diminum ibu ketika mengandung dan sesuatu hal yang dilakukan ibu untuk mengurangi rasa sakit atau penderitaan ketika hamil muda.

3) Kelainan pada kelenjer gondok, yang dapat mengakibatkan pertumbuhan yang kurang wajar, retardasi mental dalam perkembangan kecerdasan, rambut anak menjadi kasar dan kering, muka anak menjadi bengkak, dan lidahnya panjang-lebar sehingga tampak keluar dari mulut si anak.37

Sedangkan yang bersifat eksogen ialah penyinaran dari sinar roentgen dan radiasi atom yang mengakibatkan kelainan pada bayi dalam rahim ibunya, seperti terlihat pada bayi-bayi dalam kandungan

36

S. A. Bratanata, Pengantar dan Pendidikan Anak Berkelainan, (Bandung: Pelita, 1970), h. 9.

37


(39)

ibu ketika kota Nagasaki Jepang mengalami ledakan bom atom di tahun 1945.

b. Masa Natal

Masa natal adalah masa ketika bayi dilahirkan, kelainan dapat timbul karena:

1) Kekurangan zat asam dapat mengakibatkan kerusakan pada sel-sel otak.

2) Pendarahan otak yang terjadi pada proses kelahiran bayi yang dirasa sulit, antara lain dengan penggunaan tang untuk membantu kelahiran si bayi.

3) Kelahiran si bayi belum cukup umur, yang disebut juga kelahiran premature, sebab tulang-tulang yang masih sangat mudah mengalami perubahan bentuk.38

c. Masa Post Natal

Masa post natal ini adalah masa dimana anak yang dilahirkan normal kemudian berubah menjadi seorang penderita cacat mental. Hal ini, akibat kerusakan pada otak sehingga mengalami kemunduran kecerdasan si anak. Peristiwa itu mungkin terjadi karena kecelakaan yang mengakibatkan kerusakan pada tulang tengkorak, dan penyakit yang dapat menyerang otak, seperti radang otak. Kelainan yang dapat terjadi pada anak yang disebut di atas. Sifat dan kualitasnya tergantung pada besar atau kecilnya kerusakan sel otak atau bagian otak yang terkena.

38


(40)

Menurut Dr. A. Supratiknya dalam bukunya yang berjudul “Mengenal Perilaku Abnormal” dijelaskan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya tunagrahita adalah disebabkan oleh kondisi biologis tertentu yang menimbulkan disfungsi organik pada otak dan berakibat menghambat seluruh pertumbuhan. Beberapa kondisinya yaitu:

1) Faktor Genetik Kromosom

Kelainan kromosom tertentu dapat mengakibatkan kelainan metabolik yang selanjutnya mempengaruhi pertumbuhan otak secara negative dan melahirkan tunagrahita. Contohnya, Sindrom Down dan Mongolism. Disebut mongolism, karena penderitanya sering bermata sipit, mirip orang mongol.

Simptom-simptom lainnya kelopak mata tebal, wajah lebar dan hidung pesek-lebar, belakang lebar, lidah besar disertai garis-garis lubang yang dalam, leher pendek dan lebar, tangan pendek dan lebar, jari-jari pendek dan tebal. Penyebabnya adalah kelainan pada kromosom, karena usia ayah maupun ibu yang sudah lanjut, yakni diatas 40 atau bahkan 50 tahun waktu bayi dikandung atau dilahirkan.

2) Infeksi dan Keracunan

Pada wanita hamil yang terkena Syphilis, bayi yang dikandungannya dapat mengalami kerusakan otak. Kerusakan ini juga dapat terjadi akibat infeksi sesudah bayi dilahirkan.


(41)

Obat-obatan tertentu, yang dikonsumsi ibu selama hamil atau yang dikonsumsi bayi secara berlebihan, dapat menimbulkan keracunan yang berakibat kerusakan pada otak.

3) Prematuritas dan Trauma Fisik

Banyak anak lhir premature dengan berat badan kurang dari dua setengah kilogram. Ternyata, kemudian memiliki gangguan saraf dan tunagrahita. Cedera fisik waktu lahir atau tak lama sesudah lahir juga dapat mengakibatkan kerusakan pada otak yang berakibat lebih lanjut pada tunagrahita. Salah satunya adalah anoksia, yaitu kekurangan oksigen pada otak karena bayi terlambat bernafas sesudah dilahirkan atau karena sebab lain.

4) Malnutrisi dan sebab-sebab lain

Kekurangan protein bayi masih berada dalam kandungan maupun sesudah dilahirkan dapat mengakibatkan tunagrahita. Radiasi dan tumor otak juga dapat menjadi penyebab kerusakan otak dan tunagrahita. Kondisi-kondisi sosio-kultural tertentu yang tidak menguntungkan, juga dapat menimbulkan tunagrahita.

Ada dua jenis tunagrahita : tunagrahita akibat deprivasi sensorik dan social yang berlangsung selama bertahun-tahun pembentukan, misalnya seorang bayi yang diasuh dalam keadaan terisolasi dari dunia luar oleh seorang ibu yang mengalami gangguan mental dapat tumbuh menjadi anak tunagrahita.


(42)

Tunagrahita kultur-familial akibat kualitas interaksi dan lingkungan cultural yang tidak memadai.39

Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa factor penyebab tunagrahita pada dasarnya disebabkan oleh dua factor yaitu factor internal (biologis) dan eksternal (lingkungan luar).

3. Ciri-ciri Anak Tunagrahita

Drs. Tamsih Udin AM dan E. Tejaningsih di dalam bukunya yang berjudul “Dasar-dasar Pendidikan Luar Biasa SPG/SPO/KPG” menyebutkan ciri-ciri anak tunagrahita dapat dilihat dari beberapa segi yaitu:

a. Ciri-ciri jasmaniah anak tunagrahita 1) Anak tunagrahita ringan

Keadaan fisik anak tunagrahita ringan (mampu didik) pada umumnya masih sama dengan anak normal maupun anak lambat belajar. Bentuk kepala, mata, hidung, bentuk tubuhnya tidak ada bedanya. Jadi, dengan melihat keadaan fisik saja tidak dapat membedakan mana anak yang mampu didik, mana anak yang lambat belajar, dan mana anak yang normal. Para ahli baru dapat menentukan seseorang anak itu tergolong mampu didik setelah mengadakan observasi dan tes psikologi.

39

A. Supratiknya, Mengenal Prilaku Abnormal, (Yogyakarta: Kanisius, 1995), cet. ke-1, h. 78-81.


(43)

2) Anak tunagrahita sedang

Keadaan fisik anak mampu latih (tunagrahita sedang) pada umumnya berbeda dengan anak normal. Letak perbedaanya mungkin pada kepala, mata, bentuk muka, mulut, dan pada bentuk badannya. Ada yang tubuhnya kecil, kurus dengan mata sayu, dan ada pula yang badannya besar dengan kepala kecil, bentuk mukanya bulat telur, bibirnya tebal dan selalu terbuka, kadang-kadang air liurnya selalu keluar, serta ada pula yang kepalanya lebih besar dari kepala anak normal dan tidak seimbang dengan badannya. Para guru SLB-C dan para pengasuh yang sudah berpengalaman akan dengan mudah mengenal anak mampu latih. 3) Anak tunagrahita berat

Keadaan fisik anak perlu rawat (tunagrahita berat) seperti halnya anak mampu latih. Beda dengan anak mampu didik dan anak lambat belajar, bahkan perbedaanya lebih menonjol. Orang awam akan dapat membedakan anak perlu rawat dari pada anak normal. Akan tetapi, mereka tidak akan mengerti bahwa anak itu tergolong anak perlu rawat yang diketahuinya bahwa anak itu gila.40

40

Tamsih Udin AM dan E. Tejaningsih, Dasar-dasar Pendidikan Luar Biasa SPG/SPO/KPG, (Bandung: Epsilon Grup Bandung Anggota IKAPI, 1988), cet. ke-1, h. 42-44.


(44)

b. Ciri-ciri rohaniah/ mental/ intelektual anak tunagrahita 1) Anak tunagrahita ringan

Kemampuan berfikir anak tunagrahita ringan (mampu didik) lebih rendah dibandingkan dengan kemampuan berfikir anak lambat belajar, sehingga mereka selalu mengalami kesulitan dalam memecahkan suatu masalah, walaupun masalah itu sederhana, perhatian dan ingatannya lemah. Mereka tidak dapat memperhatikan sesuatu hal dengan seruius dan lama, sebentar saja perhatiannya akan berpindah kepada soal lain. Apalagi dalam hal memperhatikan pelajaran mereka lekas jemu. Pada umumnya mereka mampu mengingat peristiwa 3 bulan yang lalu, mereka hanya mampu mengingat kurang lebih 10% dari bahan bacaan yang telah dibaca sebanyak dua kali itu pun lekas lupa.

2) Anak tunagrahita sedang

Kemampuan berfikir anak tunagrahita sedang (mampu latih) sangat rendah sehingga tidak mampu melihat suatu masalah. Terhadap masalah yang sederhana saja mereka akan mengalami kesulitan. Anak usia 6 tahun tidak mampu menghitung 1-5, pada umumnya mereka hanya mampu menghitung 1-2 saja dan juga tidak dapat menyebutkan nama-nama saudara-saudaranya secara lengkap.

Sudah jelas tidak akan mampu menyebutkan nama-nama anggota badannya sendiri, perhatian dan ingatannya sangat lemah


(45)

dapat dikatakan mereka hanya hidup pada saat ini. Masa lampau hampir terlupakan sama sekali, hanya sedikit yang dapat diingat. Mereka tidak mempunyai imajinasi untuk masa yang akan datang dan dalam proses belaja-mengajar di sekolah apa yang diajarkan oleh guru pada pagi hari akan terlupakan pada sore hari.

3) Anak tunagrahita berat

Kemampuan berfikir anak perlu rawat (tunagrahita berat) hampir tidak ada. Biarpun sudah berusia 15 tahun anak itu tidak dapat berhitung, tidak dapat melihat suatu masalah sehingga segala sesuatu dibiarkan dengan acuh tak acuh. Biar lapar itu hanya dapat merasakan perutnya lapar tetapi tidak mengerti lapar itu dan bagaimana meminta makanan.

Ingatan anak perlu rawat sangat lemah hampir tidak mampu lagi mengungkap kesan-kesan dari apa yang dilihat/ didengar. Mereka sulit untuk menirukan sesuatu kata yang panjang. Misalnya disuruh menirukan kata Indonesia tetapi yang terucapkan enak, karena anak itu baru mengucap kata enak.41

c. Ciri-ciri sosial anak tunagrahita 1) Anak tunagrahita ringan

Keadaan sosial anak tunagrahita ringan mengalami hambatan, mereka kurang dapat mengendalikan diri, hal ini dikarenakan terbatasnya kemampuan mereka,. Karena mereka tidak mampu

41


(46)

mempertimbangkan baik dan buruk, boleh dan tidak boleh. Mereka tidak dapat menghayati norma-norma sosial yang berlaku di dalam masyarakat, pada umumnya anak tunagrahita ringan mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri dengan masyarakat luas, mereka hanya mampu menyesuaikan diri dengan saudara-saudaranya didalam keluarga dan teman-temannya.

Anak tunagrahita ringan masih mampu menghitung uang dalam pecahan mata uang yang kecil, menghitung jual-beli makanan di sekolah masih dapat dilakukan tetapi mereka tidak akan dapat belajar di pasar/ di toko.

2) Anak tunagrahita sedang

Anak tunagrahita ringan dan sedang tidak dapat mengendalikan diri, apa yang diinginkannya dilakukannya mereka tidak mempertimbangkan baik buruk, sopan dan tidak sopan, untung-rugi, suka mengganggu temannya, tapi kalau ia diganggu akan lekas marah. Sehingga sering terjadi pertengkaran, hamper setiap hari di SLB-C ada anak yang menangis karena tidak dapat mengendalikan dirinya maka pada umumnya anak tunagrahita sedang tidak dapat menyesuaikan diri dalam pergaulan sosial.

Pada umumnya sikap dan tingkah lakunya lebih lamban bila dibandingkan dengan anak tunagrahita ringan. Akan tetapi, ada kalanya terjadi sebaliknya. Banyak gerakan-gerakan anggota


(47)

tubuhnya tidak terkendali, kadang-kadang suaranya juga tidak terkendali, bahkan mereka bicara semaunya.

3) Anak tunagrahita berat

Anak tunagrahita berat tingkah lakunya tidak wajar, oleh karena tidak ada dorongan untuk meniru dan tidak dapat menanggapi suatu masalah. Maka, sikapnya diam saja, hidupnya kosong tanpa gairah sedikit pun. Biasanya gerakan-gerakan yang dilakukan hanya untuk memenuhi kepuasan atau untuk mencapai kenikmatan, kalau dengan mengerak-gerakan salah satu kakinya terasa nikmat maka, ia akan terus menggerak-gerakan kaki itu.

Ada suatu dugaan dari sementara orang bahwa dengan gejala dan tingkah lakunya seperti di atas, anak tunagrahita berat tidak mempunyai kesadaran ruang dan waktu. Mereka tidak mengetahui dimana dan kapan suatu peristiwa atas dirinya sendiri, kesadaran akan rasa panas dan sakit masih dimiliki. Buktinya kalau dikenai api dapat menghindarkan diri dan kalau dicubit masih merasakan kesakitan.42

42


(48)

BAB III

GAMBARAN UMUM YAYASAN SLB-C KHRISNA MURTI

A. Sejarah berdirinya SLB-C Khrisna Murti

Yayasan SLB-C Khrisna Murti yang didirikan pada hari selasa, tanggal 11 September tahun 1973. Murniati Nasution dan Sanawia Nur menghadap Raden Soeratman, mereka berdua adalah notaris yang dikenal oleh beliau. Kedua notaris tersebut menjelaskan tujuan kedatangannya yaitu bahwa mereka bersama-sama ingin mendirikan satu yayasan dengan cara menyisihkan dari kekayaan mereka sebesar Rp. 5000 (lima ribu rupiah).43

Kemudian Ibu Murniati Nasution mengajak teman-temannya yaitu Ibu Titi Sayono dan Dra. Ganjar Dani untuk mendirikan sebuah sekolah untuk anak-anak yang memiliki keterbelakangan mental. Karena masih sedikit sekali sekolah untuk anak-anak yang memiliki keterbelakangan mental di Jakarta dan rasa kepedulian Ibu Murniati Nasution terhadap pendidikan anak-anak keterbelakangan mental. Lalu sekolah itu diberi nama Khrisna Murti yang di ambil dari nama Ibu Murniati Nasution.44

Yayasan ini bernama Khrisna Murti yang beralamat di jalan raya III no. 8 Kebayoran Baru Jakarta. Lalu dipindahkan oleh Lurah setempat yaitu bapak Yusuf Sirait, karena tempat tersebut ingin didirikan sebuah masjid. Selain ingin di bangun sebuah masjid tempat tersebut sudah tidak memadai, oleh karena itu sekolah dipindahkan ke jalan Masjid Darussalam Blok A Gandaria

43

Raden Soeratman, Akta Notaris SLB-C no 93, 1973.

44

Wawancara Pribadi dengan Chairani Parinduri, (Kepala Sekolah SLB-C Khrisna Murti), 29 Januari 2009.


(49)

Utara, Kecamatan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan pada tahun 1985 dengan luas tanah 600 M dan luas bangunan 400 M dalam keadaan darurat seperti ruang kelas yang lantainya masih berupa tanah, dan sering terkena banjir karena tempat tersebut adalah empang. Tetapi tahap demi tahap sekolah tersebut direnovasi dengan dana sumbangan dari para donatur dan pemerintah.45

Yayasan SLB-C Khrisna Murti sudah mendapatkan surat persetujuan menyelenggarakan sekolah swasta dari menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia pada tanggal 10 Januari tahun 1989, no. 55/ A/ I-89. Selain itu yayasan juga telah terdaftar di Badan Koordinasi Kegiatan Kesejahteraan Sosial (BKKKS) DKI Jakarta pada tanggal 4 April tahun 1991, surat ini menjelaskan bahwa yayasan tersebut telah melaksanakan upaya pelayanan di bidang usaha kesejahteraan sosial dalam bentuk pendidikan tunagrahita.46

Pada tanggal 7 Oktober 1996, Murniati Nasution mendaftarkan yayasan SLB-C Khrisna Murti pada badan Dinas Sosial no. 96. 40101. 285. karena ini merupakan salah satu persyaratan untuk mendapat izin oprasional kegiatan dari instansi pemerintah yang berwenang sesuai dengan bidang usaha kegiatannya.47

45

Wawancara Pribadi dengan Chairani Parinduri, (Kepala Sekolah SLB-C Khrisna Murti), 29 Januari 2009.

46

Sarsito N. Sarwono, Badan Kordinasi Kegiatan Kesejahteraan Sosial (BKKKS) DKI Jakarta, 1991.

47

H. Emon Setia Sumanti. SH, Akta Notaris, Surat Tanda daftar Dinas Sosial DKI Jakarta, 1996.


(50)

SLB-C Khrisna Murti mempunyai sarana dan prasarana yang lengkap seperti perakarya, alat peraga, computer, terapi wicara, mesin jahit, perlengkapan memasak, televisi, radio tape, bola voli, meja tennis, ruang tunggu, kantin, lemari buku, lemari guru, meja dan kursi anak, lapangan olah raga, alat peraga dan lain sebagainya.

SLB-C Khrisna Murti memiliki sumber daya manusia yang latar belakang pendidikan sesuai dengan bidangnya. 48

Table 1

Data guru-guru SLB-C Khrisna Murti Jakarta Selatan

No Nama Pendidikan Jabatan

1 Dra. Chairani Parinduri S1 PLB Kepala sekolah

2 Dewi Tri Mulayana DII SGPLB Guru

3 Noor Isnanto Heru S1 Akta IV Guru

4 Suminten Spd S1 Akta IV Guru

5 Zawarly Spd S1 Akta IV Guru

6 Bepi Rusmeina SPGLB Guru

7 Ida Spd S1 Guru

8 Johan simak Spd S1 Terapis

B. Visi dan Misi Yayasan SLB-C Khrisna Murti

Dalam mendirikan sekolah Yayasan SLB-C Khrisa Murti memiliki beberapa visi dan misi agar yayasan yang didirikan menjadi sebuah lembaga yang dapat memajukan bangsa. Adapun visi dan misi yayasan SLB-C Khrisna Murti yaitu:

48


(51)

1. Visi yayasan SLB-C Khrisna Murti

Yaitu memberdayakan peserta didik menuju kemandiriannya dalam bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

2. Misi yayasan SLB-C Khrisna Murti

Misi yayasan SLB-C Khrisna Murti sebagai berikut:

a. Meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

b. Mengidentifikasi potensi peserta didik untuk ditumbuhkembangkan agar berpengetahuan, bercita-cita, mampu menerapkan hasil belajarnya dalam hidup bermasyarakat lokal dan global.

c. Berpartisipasi aktif dalam mensukseskan program wajib belajar. Dari beberapa visi dan misi di atas, maka yayasan SLB-C krisna Murti berkembang menjadi lebih baik. Karena para peserta didik menjadi siswa yang lebih mandiri dan bertaqwa Kepada Tuhan yang Maha Esa.

C. Tujuan berdirinya Yayasan SLB-C Khrisna Murti

Selain memiliki sebuah visi dan misi Yayasan SLB-C Khrisna Murti juga memiliki sebuah tujuan. Adapun tujuan tersebut sebagai berikut:

a. Membiasakan penerapan akhlak mulia, perilaku terpuji, sehat jasmani dan rohani, untuk berkreasi dalam kehidupan sehari-hari.

b. Menumbuhkembangkan kemampuan berkomunikasi, keterampilan bekerja sama, dan keberanian membuat solusi.

c. Mempersiapkan perserta didik untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.


(52)

Yayasan SLB-C Khrisna Murti adalah sebuah lembaga pendidikan bagi anak-anak yang mempunyai intelegensinya di bawah anak-anak normal lainnya atau keterbelakangan mental, sehingga dengan tujuan tersebut Yayasan SLB-C Khrisna Murti ingin menjadikan anak-anak yang berkebutuhan khusus ini seperti anak normal lainnya.

D. Struktur Organisasi Yayasan SLB-C Khrisna Murti

Pengurus Yayasan

Komite Sekolah Kepala Sekolah

Bendahara Sekolah

Guru

Guru Guru Guru Guru Guru Guru

Siswa

Siswa Siswa Siswa Siswa Siswa

Sudin Pendidikan Dasar Jakarta Selatan

Tata Usaha


(53)

Keterangan:

Garis Komunikasi Garis Birokrasi


(54)

BAB IV

TEMUAN DAN ANALISA

A. Program yang dilakukan Pembimbing Agama Islam pada Anak Tunagrahita di SLB-C Khrisna Murti

Manusia diciptakan Allah dalam bentuk yang paling sempurna dibandingkan dengan makhluk-makhluk yang lainnya, diantaranya melengkapi tubuh manusia dengan dua pasang mata untuk melihat, dua pasang telinga untuk mendengar, mulut untuk berbicara, dan sebuah akal untuk berfikir. Namun ada beberapa orang yang Allah ciptakan ia memiliki mata namun tidak dapat melihat, bertelinga namun tidak dapat mendengar begitu pula dengan akal fikiran, mereka memiliki kekurangmampuan dalam berfikir karena rendahnya tingkat kecerdasan yang mereka miliki.

Bimbingan Islam adalah salah satu cara untuk memberikan bantuan kepada orang yang mengalami kesulitan-kesulitan baik secara lahiriyah maupun bathiniyah yang menyangkut kehidupan sekarang maupun di masa yang akan datang. Bantuan tersebut berupa pertolongan di bidang agama Islam, dengan tujuan agar ia mampu mengatasi kesulitannya dengan kemampuan yang ada pada dirinya, melalui dorongan kekuatan iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.


(55)

Yayasan Khrisna Murti merupakan salah satu sekolah untuk anak-anak yang berkebutuhan khusus salah satunya yaitu anak tunagrahita. Berdasarkan hasil wawancara kepada para pembimbing agama Islam mengenai upaya bimbingan Islam bagi anak tunagrahita dapat ditrianggulasikan sebagai berikut:

No Kata kunci Hasil wawancara

1 Bagaimana Cara Bimbingan Agama Dilaksanakan

Mengarahkan langsung yang menyangkut tingkah laku agama Mengucapkan as-salamu'alaikum, melafazkan surat-surat,

dan do'a-do'a pendek

Memperhatikan prilaku anak Menuntun dan mencontohkan Berprilaku sopan santun 2 Kapan Bimbingan Agama

Dilakukan

Setiap hari yang berhubungan dengan tingkah laku dan tutur kata Setiap hari jum'at berupa melafazkan do’a-do’a pendek, membaca al-qur’an

3 Dimana Bimbingan Agama Berlangsung

Di luar kelas dan di dalam kelas

4 Program Apa Saja Yang

Dilakukan Pembimbing

Agama

Penanaman sopan santun, bimbingan shalat, dan cara berwudhu

Membaca al-qur'an surat pendek Membaca do'a-do'a

5 Mengapa Bimbingan Agama Dilakukan

Karena termasuk program

pengajaran

Untuk mendidik anak supaya tau dan memahami setiap kegiatan itu ada


(56)

do'anya

Untuk mendidik anak supaya tau dan mengetahui tentang Allah SWT Untuk mereka bisa bergaul, dan bertutur kata yang baik

Untuk mendidik anak kejalan yang benar

Untuk mendidik anak agar mereka tau sopan santun dan mengenal Tuhannya

Dari hasil trianggulasi di atas peneliti dapat mendiskripsikan bahwa program bimbingan agama pada anak tunagrahita di SLB-C Khrisna Murti sebagai berikut:

1. Penanaman Sopan Santun (Akhlak)

Penanaman sopan santun atau akhlak adalah merupakan salah satu program bimbingan agama Islam yang dilakukan sekolah luar biasa khrisna murti. Dalam penanaman sopan santun atau akhlak pembimbing atau guru agama melakukannya dengan cara memperhatikan prilaku anak, apabila si anak melakukan prilaku yang kurang sopan, maka pembimbing menegur, mengarahkan langsung kepada yang benar dan memberikan contoh prilaku yang sopan santun.

Dalam penanaman sopan santun pada anak tunagrahita jelas berbeda dengan anak normal yang lain, dimana anak normal hanya diberikan arahan saja tanpa ada pencontohan dari pembimbing atau guru agama yang


(57)

bersangkutan karena sebelumnya anak normal tersebut sejak kecil sudah diarahkan oleh kedua orang tuanya.

Sedangkan, anak tunagrahita perlu adanya arahan sekaligus pencontohan dari pembimbing atau guru agama yang bersangkutan seperti mengucapkan assalamu’alaikum ketika anak hendak masuk ke dalam kelas, bertutur kata yang sopan terhadap guru dan teman-temannya. Hal-hal seperti itulah yang mudah untuk dicontohkan kepada anak tunagrahita. Penanaman sopan santun dilakukan secara bertahap yakni berulang-ulang agar si anak bisa meniru dan memahami apa yang sudah diajarkan oleh pembimbing atau guru agamanya karena anak tunagrahita perkembangan mentalnya jelas lebih lambat dengan anak normal.

Adapun program ini dilakukan setiap hari, ketika anak berada di dalam kelas maupun di luar kelas, mulai anak datang ke sekolah hingga anak pulang sekolah.

Penanaman sopan santun ini dilakukan karena termasuk salah satu program sekolah yang telah di buat jadwal oleh sekolah, untuk mendidik anak supaya tahu dan memahami setiap kegiatan yang dilakukan sehari-hari itu ada do’anya, agar mereka mengetahui tentang Sang Pencipta alam semesta Allah SWT dan berada di jalan yang benar, dan dapat bergaul dengan lingkungan sekitar baik di lingkungan keluarga, sekolah, dan rumah, bertutur kata yang baik dengan lingkungan sekitar.


(58)

Program ini bertujuan agar anak mengetahui sopan santun dan dapat bersosialisasi atau bergaul dengan lingkungan sekitar seperti orang tua, guru, keluarga dan temen.

2. Membaca Do’a-do’a

Do’a merupakan suatu ucapan rasa syukur seorang hamba kepada Tuhannya. Dalam hal ini anak tunagrahita diberikan do’a oleh para guru agama yaitu berupa do’a sehari-hari seperti : Do’a mau makan, sesudah makan, do’a untuk kedua orang tua, do’a mau tidur, bangun tidur, do’a mau belajar, dan do’a masuk kamar mandi.

Membaca do’a-do’a pendek ini dilakukan oleh pembimbing atau guru agama dengan cara guru membacakan do’a tersebut perkata lalu anak-anak mengikutinya dengan baik dan itu dibaca berulang-ulang hingga anak dapat melafazkan dan mengetahui do’a tersebut.

Adapun pemberian do’a-do’a tersebut dilakukan setiap hari jum’at, kecuali pada responden ke dua ia melakukan membaca do’a-do’a pendek setiap hari. Tujuan dari bimbingan ini supaya anak tahu bagaimana mensyukuri apa yang telah Allah SWT berikan kepada hamba-Nya.49

Adapun praktek do’a-do’a tersebut dilakukan setiap hari seperti waktu istirahat, ketika anak mau makan, pembimbing agama atau guru agama menuntun membaca do’a mau makan, dan setelah anak selesai makan pembimbing juga menuntun membaca do’a setelah makan.

49


(59)

3. Membaca Al-qur’an

Al-qur’an sebuah sebuah kitab suci yang dimiliki oleh para ummat islam dan diwajibkan bagi semua ummat Islam termasuk anak tunagrahita untuk membacanya walaupun hanya satu ayat karena dengan membaca ayat suci al-qur’an hati kita akan merasa tentram, dan tenang.

Program membaca al-qur’an kepada anak tunagrahita dilakukan di dalam kelas setiap hari jum’at, mulai jam 08.00 sampai jam 09.00 dengan cara satu persatu anak maju kemeja pembimbing atau guru agama lalu pembimbing atau guru agama mencontohkan terlebih dahulu dan si anak mengikutinya, dan bertujuan supaya anak dapat mengenal atau mengetahui huruf hijaiyah.

4. Bimbingan Shalat

Shalat adalah suatu bentuk pengabdian yang ditujukan kepada Allah semata yang sudah digariskan oleh syariat islam, baik bentuknya, caranya, waktunya serta syarat dan rukunnya. Diantara semua ibadah itu, shalatlah yang dianggap paling utama, karena shalat merupakan tiang agama.

Bimbingan shalat dilakukan setiap hari jum’at di dalam kelas, dengan menggunakan alat peraga yaitu melihat gambar orang yang sedang melakukan shalat. Pembimbing atau guru agama membacakan bacaan-bacaan shalat secara berulang-ulang karena daya fikir anak tunagrahita berbeda dengan anak normal. Oleh karena itu, pembimbing atau guru agama harus memberikan bacaan-bacaan shalat dengan berulang-ulang dan surat-surat pendek agar mudah untuk diikuti oleh anak tunagrahita.


(60)

Program bimbingan shalat ini dipraktekan setiap hari di luar kelas pada saat shalat zuhur tiba. Mereka melakukan shalat zuhur berjama’ah, dimana seorang pembimbing laki-laki menjadi imam dan semua para anak tunagrahita dan pembimbing wanita termasuk kepala sekolah menjadi imam.

5. Cara berwudhu

Berwudhu merupakan salah satu kewajiban untuk seseorang yang hendak melakukan shalat baik shalat fardu maupun shalat sunnah. Karena wudhu adalah cara kita menghilangkan najis-najis kecil.

Program ini bertujuan agar anak mengetahui bahwa sebelum melakukan shalat diwajibkan untuk berwudhu atau menghilangkan najis-najis kecil yang ada pada diri anak. Cara berwudhu dilakukan setiap ingin melakukan shalat zuhur berjama’ah.

Dari semua program yang telah dilakukan pembimbing dalam upaya bimbingan agama pada anak tunagrahita di SLB-C Khrisna Murti guna mengajarkan kepada anak tunagrahita bahwa semua ini ada yang menciptakan yaitu Allah SWT. Selain itu untuk mendidik anak agar mereka mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk.

B. Kondisi Anak Tunagrahita Sebelum dan Sesudah Mendapatkan Bimbingan Agama

Dalam melakukan bimbingan agama, seorang guru agama sangat penting sekali untuk mengetahui bagaimana kondisi anak tunagrahita pada saat mereka


(61)

belum mendapatkan bimbingan agama dan sesudah mendapatkan bimbingan agama. Apakah ada perubahan pada diri anak baik secara zohir atau tidak? untuk mengetahui jawaban tersebut maka, peneliti melakukan wawancara kepada para pembimbing atau guru agama di sekolah luar biasa khrisna murti khususnya bagian C (tunagrahita).

Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat ditrianggulasikan seperti table di bawah ini:

No Kata kunci Hasil wawancara

1 Sebelum dan sesudah

Bimbingan Agama

dilaksanakan

Melakukan perbuatan semaunya mereka sendiri dan sesudah bimbingan agama perubahannya sangat bagus sekali

nggak tau sopan santun dan setelah bimbingan agama perubahan prilaku yang lebih baik

Melakukan apa yang mereka inginkan dan Perubahan mereka sudah lebih baik

Berbuat semaunya dan setelah bimbingan agama perilakunya yang kian hari kian membaik

Prilakunya nggak karuan dan perubahan prilakunya lebih baik

Nggak tau sopan santun tapi sesudah bimbingan agama prilaku mereka yang makin membaik


(62)

2 Prilaku Anak Yang Kurang Sopan

Ditegur dan diarahkan langsung

Menegur dan membenarkan pada saat itu juga

Dipanggil dan diberitau kalo perbuatannya kurang sopan

Ditegur langsung dan meluruskannya Ditegur dengan baik

Tegur dan mengarahkannya kepada yang benar

Adapun kondisi anak tunagrahita di sekolah luar biasa khrisna murti dapat didiskripsikan seperti berikut:

Anak tunagrahita adalah anak yang memiliki IQ (intelektual) di bawah rata-rata anak normal.50 Kondisi anak tunagrahita sebelum mendapatkan bimbingan agama seperti melakukan semaunya mereka sendiri, tidak tahu sopan santun, sehingga prilaku mereka tidak karuan.

Akan tetapi ketika anak melakukan prilaku yang kurang sopan pembimbing atau guru agama memanggil anak tersebut lalu menegur dengan baik dan memberi tahu bahwa perbuatan yang ia lakukan itu kurang sopan dan langsung mengarahkan atau meluruskan kepada yang benar.

Bimbingan agama sangatlah penting bagi anak tunagrahita, karena untuk mendidik anak supaya tau dan memahami, mengetahui tentang Allah SWT.51

50

Suminten Spd, Wawancara Pribadi, Guru agama, Jakarta, 26 Februari 2009.

51

Noor Isnanto Heru Nugroho, Wawancara Pribadi, Guru agama, Jakarta, 04 Maret 2009.


(63)

Dengan bimbingan agamalah anak dapat mengetahui mana yang baik dan mana yang tidak baik.

Kondisi anak tunagrahita setelah diberikan bimbingan agama, mereka mempunyai perubahan prilaku yang lebih baik. Seperti berprilaku sopan santun, betutur kata yang baik, dapat berdo’a dengan baik, dan membaca al-qur’an dengan baik.

C. Faktor Penghambat dan Faktor Pendundukung

Berdasarkan hasil wawancara dari para guru agama (pembimbing) maka dapat ditrianggulasikan seperti di bawah ini:

No Kata kunci Hasil wawancara

1 Faktor Penghambat dan pendukung bimbingan agama

Anak-anak tidak sekolah dan pendukungnya dorongan orang tua Kosa kata kalo faktor pendukung alat peraga atau gambar-gambar

Anak-anak pada nggak masuk, pendukungnya fasilitas memadai Kalo ada anak yang ngompol di dalam kelas dan pendukung adalah alat peraga atau gambar-gambar Anak-anak tidak masuk sekolah sedangkan pendukungnya Gambar-gambar atau alat peraga

Sifat malas anak-anak, kalo pendukungnya gambar-gambar

2 Menghadapi Faktor

Penghambat

Saya dan orang tua berkomunikasi aktif


(64)

Memberi latihan-latihan secara terus menerus

Memanggil orang tua untuk memberitahu agar mau mengantar anak ke sekolah

sabar

Musyawarah dengan orang tua murid Mengikuti kemauan mereka

Untuk mengetahui berhasil atau tidaknya bimbingan agama pada anak tunagrahita itu melalui faktor penghambat dan faktor pendukung. Dalam melakukan bimbingan agama para pembimbing atau guru agama memiliki beberapa faktor penghambat diantaranya:

1. Anak-anak tidak masuk

Anak tidak masuk sekolah merupakan faktor penghambat yang sering terjadi, anak tidak masuk sekolah sehari ketika si anak masuk sekolah pembimbing harus mengulang pelajaran dari awal kembali karena anak tunagrahita adalah anak yang memiliki kecerdasan di bawah rata-rata anak normal.

Anak-anak tidak masuk sekolah dikarenakan oleh beberapa sebab diantaranya: Ibu tidak dapat mengantarkan anaknya ke sekolah karena kerja dan sakit. Sedangkan anak yang biasa diantar oleh pembantu ketika pembantunya sakit atau pulang kampung, maka anak tidak masuk sekolah beberapa hari.


(1)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah peneliti mendiskripsikan dan menganalis skripsi ini, maka penulis menyimpulkan:

1. Program yang dilakukan Pembimbing agama Islam pada Anak Tunagrahita di SLB-C Khrisna Murti sebagai berikut:

a. Sopan santun dilakukan dalam prilaku sehari-hari seperti: mengucapkan assalamu’alaikum ketika masuk kelas, bertutur kata yang sopan dengan guru, orang tua, teman, dan bertingkah laku yang sopan.

b. Membimbing shalat seperti: mengajarkan gerakan-gerakan shalat, bacaan-bacaan dalam shalat, dan dipraktekan setiap hari.

c. Berwudhu seperti apa saja yang harus dilakukan saat berwudhu, and dilakukan setiap hendak melakukan shalat berjama’ah.

d. Membaca al-qur'an surat pendek seperti mencontohkan untuk melafazkan ayat al-qur’an, dan menghafalnya.


(2)

e. Do'a-do'a seperti: melakukan do’a makan ketika anak mau makan, dan do’a sesudah makan, do’a kedua orang tua ketika selesai melakukan shalat berjama’ah, dan do’a sebelum belajar.

2. Kondisi anak tunagrahita sebelum dan sesudah diberikan bimbingan agama Islam.

a. Prilaku anak sebelum diberikan bimbingan agama 1) Melakukan perbuatan semau mereka sendiri 2) Prilaku mereka tidak sopan

3) Tingkahlaku mereka sudah tidak karuan

b. Perubahan prilaku anak sesudah diberikannya bimbingan agama 1) Prilaku anak menjadi lebih baik

2) Anak tahu tentang sopan santun

3) Berprilaku sesuai dengan norma agama

3. Faktor pendukung dan faktor penghambat ketika dilakukan bimbingan agama Islam.

a. Faktor pendukung ketika bimbingan agama

Ketika bimbingan agama berlangsung para pembimbing atau guru agama melakukan dengan baik, karena sekolah memiliki fasilitas yang memadai seperti: Alat peraga misalnya gambar-gambar shalat, cara berwudhu, dan cara membaca do’a


(3)

1) Anak-anak tidak masuk 2) Kosa-kata

3) Sifat malas anak

B. Saran

Kegiatan bimbingan agama kepada anak tunagrahita yang telah dilakukan oleh yayasan SLB-C Khrisna Murti. Ada baiknya jika dilengkapi dengan beberapa saran berikut ini:

1. Untuk Yayasan SLB-C Krisna Murti agar lebih diperhatikan lagi masalah bimbingan khususnya bimbingan agama, karena bimbingan agama merupakan salah satu cara agar anak tunagrahita mengenal Allah SWT dan dapat mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

2. Dengan melihat kondisi siswa-siswi SLB-C Khrisna Murti, penulis mengharapkan kepada pihak sekolah atau para guru agama lebih giat dalam menjalankan bimbingan agama kepada siswa-siswi SLB-C Khrisna Murti terutama dalam hal praktek. Karena siswa-siswi SLB-C Khrisna Murti lebih suka melakukan kegiatan di luar kelas.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad al-Hasyimi, Sayyid, Syarah Mukhtaarul Ahaadiits, Bandung: Sinar Baru al-Gensido, 2001. Arifin, H. M., Pedoman Pelaksanaan dan Penyuluhan Agama, Jakarta: PT. Golden Terayon Press,

1998.

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 1996. Bahreis, Salim, Riyadhus Shalihin, Bandung: PT. Al-Ma’arif, 1987.

Bratanata,S. A., Pengantar dan Pendidikan Anak Berkelainan, Bandung: Pelita, 1970.

Chalid,Muhammad, Studi tentang Sikap Orang Tua terhadap Anak Tuna Grahita mampu Didik dengan Prestasi Belajar Siswa SDLB-C Asih Budi Jakarta, Skripsi S1 Fakultas Psikologi, Universitas Islam Bandung, 1997.

Halim Mahmud, Ali Abdul, Akhlak Mulia, Jakarta: Gema Insani, 2004.

Hasan, M. Ali dan Abuddin Nata, Materi Pokok Agama Islam, Jakarta: Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Departemen Agama, 1998.

Lumbantobing, Anak Dengan Mental Terbelakang, Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran UI, 1997.

Mangunsong et. al, Frieda, Psikologi dan Pendidikan Luar Biasa, Jakarta: LPSP 3 UI, 1998. Moleong, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007. Mubarok, Ahmad, Konseling Agama Teori dan Kasus, Jakarta: PT. Bina Rena Pariwara, 2002. Nasution,Harun, Islam di Tinjau dari Berbagai Aspeknya, Jakarta: UII press, 1985.

Nur Abdul Hafidz, Muhammad, Mendidik Anak Bersama Rasulullah, Bandung: Al-Bayan, 1999. Nur’aeni, Intervensi Dini bagi Anak Bermasalah, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1997. Rahim Faqih, Aunur, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, Yogyakarta: UII Press, 2001.


(5)

Rahim Faqih, Aunur, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, Yogyakarta: UII Press, 2004. Rifai,Moh., Aqidah Akhlak, Semarang: CV. Wicaksana, 1994.

Sarwono, Sarsito N., Badan Kordinasi Kegiatan Kesejahteraan Sosial (BKKKS) DKI Jakarta, 1991.

Setia Sumanti., H. Emon SH, Surat Tanda daftar Dinas Sosial DKI Jakarta, 1996.

Sukardi, Dewa Ketut, Pedoman Bimbingan dan Penyuluhan, Jakarta: PT. Bhineka Cipta, 1995. Supratiknya,A., Mengenal Prilaku Abnormal, Yogyakarta: Kanisius, 1995.

Udin AM., Tamsih, dan E. Tejaningsih, Dasar-dasar Pendidikan Luar Biasa SPG/SPO/KPG, Bandung: Epsilon Grup Bandung Anggota IKAPI, 1988.

Umar H. M. dan Sartono, Bimbingan dan Penyuluhan, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2001. Prayitno M., dan Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta: PT. Rineka Cipta,

1999.

Walgito, Bimo, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, Yogyakarta: Andi Offset, 1981.

Yusuf, LN, Syamsu dan A. Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2006.


(6)

WAWANCARA

Parinduri, Dra. Chairani, Kepala Sekolah SLB-C Khrisna Murti, Wawancara Pribadi, 29 Januari 2009.

Suminten Spd, Wawancara Pribadi, Guru agama Islam, Jakarta, 26 Februari 2009.

Heru Nugroho, Noor Isnanto, Wawancara Pribadi, Guru agama Islam, Jakarta, 04 Maret 2009. Zawarly Spd, Wawancara Pribadi, Guru agama Islam, Jakarta, 26 Februari 2009.