PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL MENGGUNAKAN ASSERTIVE TRAINING UNTUK MENINGKATKAN DISIPLIN DIRI SISWA.

(1)

Yohana Oktariana, 2012

Program Bimbingan Pribadi Sosial Menggunakan Assertive Training Untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu

vii DAFTAR ISI

Hal

LEMBAR PENGESAHAN ... i

PERNYATAAN ... ii

ABSTRAK ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GRAFIK ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 10

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 11

E. Manfaat Penelitian ... 15

F. Asumsi Penelitian ... 16

BAB II KONSEP DISIPLIN DIRI SISWA, PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI-SOSIAL DAN ASSERTIVE TRAINING ... 18

A. Konsep Disiplin Diri Siswa ... 18

B. Konsep Assertive Training ... 31

C. Konsep Dasar Bimbingan Pribadi-Sosial ... 39

D. Program Bimbingan Pribadi-Sosial Menggunakan Assertive Training Untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa ... 61

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 64

A. Pendekatan Penelitian ... 64

B. Metode Penelitian ... 65

C. Desain Penelitian ... 66

D. Langkah-Langkah Penelitian ... 67

E. Populasi Penelitian ... 68

F. Definisi Operasional... 68

G. Penyusunan Kisi-Kisi Instrumen... 72

H. Uji Coba Instrumen Pengumpulan Data ... 73


(2)

Yohana Oktariana, 2012

Program Bimbingan Pribadi Sosial Menggunakan Assertive Training Untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu

viii

J. Teknik Analisis Data ... 80

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 81

A. Hasil Penelitian ... 81

B. Pembahasan Hasil Penelitian ...123

C. Keterbatasan Penelitian ...133

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ...134

A. Simpulan ...134

B. Rekomendasi ...134

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

1. SK Pengangkatan Pembimbing dan Surat Izin Penelitian

2. Panduan Pelaksanaan Program Bimbingan Pribadi Sosial menggunakan Assertive Training Untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa

3. Instrumen Penelitian

4. Hasil Pengolahan Data Penelitian 5. Riwayat Hidup


(3)

Yohana Oktariana, 2012

Program Bimbingan Pribadi Sosial Menggunakan Assertive Training Untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu

ix

DAFTAR TABEL

Tabel hal

4.1 Profil Disiplin Diri SiswaKelas XI SMA Negeri 6 Bandung ... 82 4.2 Profil Disiplin Diri Siswa Tiap Indikator ... 84 4.3 Hasil Penimbangan Pakar Terhadap Program Bimbingan

Pribadi Sosial Menggunakan Assertive Training ... 93 4.4 Pengembangan Materi Program ... 103 4.5 Matrik Tahap Pelaksanaan Program Bimbingan Pribadi-Sosial

Menggunakan Assertive Training untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa Kelas XI SMA Negeri 6 Bandung ... 107 4.6 Data Deskriptif Perbandingan Kelas Eksperimen ... 119 4.7 Hasil Uji T Perbandingan Data Kelas Eksperimen

antara Pre-Test dan Post-Test ... 120 4.8 Data Deskriptif Perbandingan Kelas Kontrol ... 121 4.9 Hasil Uji T Perbandingan Data Kelas Kontrol

antara Pre-Test dan Post-Test ... 122 4.10 Perbandingan Skor Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

dalam Setiap Aspek Disiplin Diri ... 128 4.11 Perbandingan skor Skor Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol


(4)

Yohana Oktariana, 2012

Program Bimbingan Pribadi Sosial Menggunakan Assertive Training Untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu

x

DAFTAR GRAFIK

Grafik hal

4.1 Profil Disiplin Diri Siswa Kelas XI SMA Negeri 6 Bandung ... 82 4.2 Gambaran Umum Dimensi Disiplin Diri Siswa Kelas XI ... 83 4.3 Gambaran Keseluruhan Aspek Disiplin Diri Siswa Kelas XI ... 84 4.4 Gambaran Indikator Disiplin Diri Siswa Kelas XI

Pada Aspek Penerimaan ... 86 4.5 Gambaran Indikator Disiplin Diri Siswa Kelas XI

Pada Aspek Kemauan ... 87 4.6 Gambaran Indikator Disiplin Diri Siswa Kelas XI

Pada Aspek Kerja Keras ... 88 4.7 Gambaran Indikator Disiplin Diri Siswa Kelas XI

Pada Aspek Kerajinan ... 88 4.8 Gambaran Indikator Disiplin Diri Siswa Kelas XI

Pada Aspek Ketekunan ... 89 4.9 Gambaran Indikator Disiplin Diri Siswa Kelas XI

Pada Aspek Peraturan ... 90 4.10 Gambaran Indikator Disiplin Diri Siswa Kelas XI

Pada Aspek Hukuman ... 91 4.11 Gambaran Indikator Disiplin Diri Siswa Kelas XI

Pada Aspek Penghargaan ... 91 4.12 Gambaran Indikator Disiplin Diri Siswa Kelas XI

Pada Aspek Konsistensi ... 92 4.13 Perbandingan Hasil Skor Aspek Pada Kelompok Eksperimen

dan Kelompok Kontrol ... 129 4.14 Perbandingan Hasil Skor Indikator Pada Kelompok Eksperimen

dan Kelompok Kontrol ... 131 4.15 Perbandingan Rata-Rata Skor Disiplin Diri Hasil


(5)

Yohana Oktariana, 2012

Program Bimbingan Pribadi Sosial Menggunakan Assertive Training Untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini menguraikan hal-hal yang mengarah pada penelitian. Pokok pembahasan dalam bab ini antara lain: (a) latar belakang masalah; (b) rumusan masalah; (c) tujuan penelitian; (d) variabel penelitian dan definisi operasional; (e) manfaat penelitian; (f) asumsi penelitian.

A. Latar Belakang Masalah

Bidang pendidikan merupakan salah satu bidang yang dijadikan sasaran dalam pengembangan pembangunan jangka panjang, terselenggaranya pendidikan yang berkualitas akan mewujudkan manusia yang bermutu tinggi, berbudi pekerti luhur, dan berakhlak mulia. Pendidikan memegang peranan penting dalam meningkatkan mutu siswa, guru maupun lingkungan sekolah. Dalam peningkatan mutu, dalam suatu pendidikan terdapat beberapa aspek yang berkaitan erat dengan mutu sekolah yakni proses belajar mengajar, kepemimpinan dan manajemen sekolah, serta kultur sekolah.

Pendidikan secara umum bertanggung jawab terhadap proses pembelajaran. Mengimplementasikan adanya proses pendidikan yang mengarah kepada perwujudan kepribadian. Dalam tingkat SMA merupakan perkembangan yang sangat rentan dalam disiplin diri siswa. Dilihat dari tujuan yang bersifat umum dan mendasari pendidikan selanjutnya. Pendidikan harus memberikan dampak positif bagi kehidupan masyarakat dan kebudayaan nasional (Depdikbud, 2003:149). Sesuai dengan pernyataan tersebut bahwa pendidikan merupakan unsur yang sangat penting dalam membangun masyarakat, kebudayaan dan perkembangan bangsa.


(6)

Yohana Oktariana, 2012

Program Bimbingan Pribadi Sosial Menggunakan Assertive Training Untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu

Proses Pembelajaran Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa dilaksanakan melalui proses belajar aktif yang erat kaitannya dengan disiplin diri siswa (Yosef, 2008). Sesuai dengan prinsip pengembangan nilai harus dilakukan secara aktif oleh siswa (dirinya subyek yang akan menerima, menjadikan nilai sebagai miliknya dan menjadikan nilai-nilai yang sudah dipelajarinya sebagai dasar dalam setiap tindakan) maka posisi peserta didik sebagai subyek yang aktif dalam belajar adalah prinsip utama belajar aktif.

Dalam pendidikan saat ini terdapat gerakan nasional untuk menciptakan sekolah yang membina generasi muda yang beretika, bertanggung jawab, dan perduli melalui pemodelan dan mengajarkan karakter baik dengan penekanan pada nilai universal yang kita setujui bersama. Ini adalah suatu usaha yang disengaja dan proaktif baik dari sekolah, daerah, dan juga negara untuk menanamkan siswanya pada nilai etika utama seperti menghargai diri sendiri dan orang lain, bertanggung jawab, integritas, dan disiplin diri. Pendidikan karakter menjadi bagian ranah salah satu dimensi disiplin diri siswa, oleh karena itu pendidikan karakter erat kaitannya dengan disiplin sebagai pembelajaran sosial dan emosi siswa.

Pembelajaran sosial emosi siswa juga dapat membantu mengembangkan kapasitas sosial dan emosional yang memungkinkan siswa untuk mewujudkan disiplin yang berhubungan dengan tujuan pendidikan karakter, yang meliputi membuat keputusan yang bertanggung jawab didasarkan pada pemikiran moral dan kemampuan untuk menunjukkan kualitas seperti hormat, ketahanan, kesopanan, mengatasi masalah dan pemahaman diri (Berkowitz & Schwartz, 2006).


(7)

Yohana Oktariana, 2012

Program Bimbingan Pribadi Sosial Menggunakan Assertive Training Untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu

Tujuan utama pendidikan secara umum adalah mengembangkan disiplin diri dikalangan pelajar, baik menunjukkan secara sosial maupun perilaku bertanggung jawab secara moral. Tujuan ini bertepatan dengan tujuan pendidikan yang penting, serta sebagai alternatif dari disiplin yakni untuk memperbaiki perilaku yang menciptakan dan memelihara lingkungan yang aman, tertib dan kondusif untuk belajar (Bear, 2005).

Bimbingan konseling memegang peranan penting dalam proses disiplin, karena bimbingan konseling secara langsung menangani siswa asuhnya. Dalam menangani disiplin siswa, bimbingan konseling sedemikian rupa harus dapat membuat program layanan bimbingan konseling. Guru pembimbing harus terlibat secara langsung demi keberhasilan disiplin siswa dengan pembiasaan yang secara rutin dilakukan.

Siswa pada tingkat Sekolah Menengah Atas sebagai generasi muda berada pada rentang masa remaja awal yaitu antara usia 13-17 tahun (Hurlock, 1992-206). Secara umum perkembangan siswa remaja awal ditandai dengan perubahan kemampuan-kemampuan peserta didik untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial yang lebih luas. Pada masa remaja awal berlangsung kira-kira 13 tahun sampai 16 atau 17 tahun, dan akhir masa remaja bermula dari usia 16

atau 17 tahun sampai 18 tahun, yaitu usia matang secara hukum”. Siswa

merupakan individu yang secara langsung melakukan proses pembelajaran, sehingga siswa harus dapat mengikuti kegiatan pembelajaran dengan aktif, mampu mengungkapkan gagasan-gagasan, serta mampu menyertakan segala aspek yang ada pada dirinya baik kecerdasan, minat, perhatian, motivasi, cara


(8)

Yohana Oktariana, 2012

Program Bimbingan Pribadi Sosial Menggunakan Assertive Training Untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu

belajar, dan disiplin belajar. Berdasarkan hal-hal di atas diharapkan akan tercapai hasil belajar yang memuaskan.

Suasana damai di sekolah sangat terganggu dengan kurangnya disiplin dalam menaati peraturan-peraturan sekolah. Pada dasarnya peraturan yang ada di sekolah sudah cukup banyak, namun hal tersebut belum cukup efektif karena faktor pelakunya. Siswa kadang merasa peraturannya tidak adil dan terlalu keras, apalagi mereka tidak dilibatkan dalam perumusan sehingga merasa sah-sah saja untuk melanggar (Tribun News; 22 September 2011). Perilaku kurang disiplin yang disebutkan subjek adalah: membolos sekolah, terlambat masuk sekolah, membawa barang-barang yang tidak diperbolehkan, ramai saat jam kosong, berpakaian dan berpenampilan sembarangan, merokok.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Joko Sumarno (2006:23) berdasarkan data dari koordinator guru bimbingan dan konseling data pelanggaran disiplin sekolah adalah sebagai berikut: semester ganjil, (1) presentase siswa tidak masuk sekolah tanpa keterangan/alpa sebesar 0,13 %; (2) siswa terlambat lebih dari 10 menit sebanyak 32 kasus; (3) pelanggaran seragam sekolah sebanyak 76 kasus; (4) perkelahian antar siswa 5 kali; (5) kasus perncurian 1 kali; (6) meminta uang kepada siswa lain dengan paksaan/ancaman sebanyak 4 kasus; (7) meninggalkan pelajaran tanpa ijin sebanyak 16 kasus. Sedangkan data pada semester genap, (1) presentase siswa tidak masuk sekolah tanpa keterangan /alpa sebesar 0,09 %; (2) siswa terlambar lebih dari 10 menit sebanyak 31 kasus; (3) pelanggaran seragam sekolah sebanyak 81 kasus; (4) perkelahian antar siswa 4 kasus; (5) kasus pencurian 1 kali; (6) meminta uang kepada siswa lain dengan paksaan/ancaman


(9)

Yohana Oktariana, 2012

Program Bimbingan Pribadi Sosial Menggunakan Assertive Training Untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu

sebanyak 2 kasus; (7) membolos/meninggalkan pelajaran tanpa ijin sebanyak 20 kasus.

Studi pendahuluan yang dilakukan Puspita (2010:7) siswa kelas XI SMA di Tasikmalaya ditemukan beberapa persentase tentang kondisi disiplin diri siswa diantaranya yaitu kesiangan atau terlambat masuk sekolah sebesar 28,7% dan penampilan yang tidak sesuai dengan peraturan sekolah sebesar 10,2 % dari sejumlah siswa 334 orang. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Melina Lestari (2006:65) menunjukkan beberapa aspek pelanggaran kedisiplinan yang tergolong tinggi tingkat pelanggarannya adalah aspek sopan santun (93%), kehadiran (87%), kegiatan belajar (83%), dan penampilan (71%), sedangkan sisanya tergolong kedalam kategori sedang yaitu menjaga sarana dan prasarana (60%) dan dari data aspek upacara (68%), dengan kata lain tingkat kedisiplinan siswa masih sangat rendah. Dari data yang tersebut menunjukkan bahwa permasalahan kedisiplinan yang terjadi setiap tahun ajaran bisa terjadi dengan berbagai macam pelanggaran.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di SMA Negeri 6 dengan menggunakan sampel dari 133 orang siswa bahwa terdapat 35,34% atau 47 siswa berada pada tingkat kategori rendah, selanjutnya ada 39,85% atau 53 siswa berada pada tingkat rendah, sedangkan 33 siswa atau 24,81% berada pada tingkat kategori tinggi. Dari hasil penelitian diatas dapat menggambarkan bahwa masih banyak siswa yang kurang disiplin. Jika kondisi seperti di atas terus dibiarkan tanpa ada tindakan yang tepat maka akan menimbulkan masalah bagi siswa .

Kemudian sebagai salah satu pelanggaran disiplin juga sering terjadi di sekolah, jenis pelanggran terjadi karena masalah tingkah laku siswa yang bertahan


(10)

Yohana Oktariana, 2012

Program Bimbingan Pribadi Sosial Menggunakan Assertive Training Untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu

dan kurang membentuk kesanggupan disiplin diri. Berdasarkan data SMAN N di Kalimantan bahwa tidak adanya disiplin dimulai dari pelanggaran terhadap peraturan-peraturan kecil, siswa menganggap enteng datang terlambat atau membolos. Peraturan terlalu ketat dan kadang tidak adil karena sering tidak menanyakan alasan kenapa siswa terlambat. Terkadang merokok didalam kelas dan tawuran dengan sekolah lain. (www.tribunnews.com).

Disiplin diri siswa di dalam pengelolaan pengajaran merupakan suatu masalah yang sangat penting. Tanpa adanya kesadaran akan keharusan melaksanakan aturan yang sudah ditentukan sebelumnya, disiplin diri siswa tidak mungkin dapat mencapai target maksimal. Disiplin diri siswa merupakan salah satu sikap atau perilaku yang harus dimiliki oleh siswa. Siswa akan memperoleh hasil belajar yang memuaskan apabila siswa mampu mengatur waktu dan kegiatan belajarnya. Pencapaian hasil belajar yang baik selain karena adanya tingkat kecerdasan yang cukup, baik, dan sangat baik, juga didukung oleh adanya disiplin yang konsisten, disiplin siswa dalam belajar, dan juga karena perilaku yang baik. Sebaliknya ada siswa yang hasil belajarnya kurang memuaskan meskipun tingkat kecerdasannya baik atau sangat baik, hal itu terjadi karena siswa kurang tertib dan kurang teratur dalam belajar.

Berdasarkan keterangan di atas, permasalahan pelanggaran disiplin di sekolah dapat dilihat dalam berbagai hal. Disiplin di sekolah merupakan usaha untuk memperkenalkan cara atau memberikan pengalaman yang baik. Disiplin salah suatunya adalah tata tertib sekolah serta tanggung jawab setiap siswa mempunyai kedisiplinan, maka tata tertib sekolah akan terjamin dan disiplin akan terlihat jika tanpa disertai hukuman, anak sudah dapat bertingkah laku dan


(11)

Yohana Oktariana, 2012

Program Bimbingan Pribadi Sosial Menggunakan Assertive Training Untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu

memilih perbuatan-perbuatan yang diharapkan darinya. Karena kedisiplinan sangat berhubungan erat dengan motivasi belajar seseorang siswa.

Disiplin diri merujuk pada asumsi tanggung jawab sosial dan moral atas tindakannya sendiri, dan melakukan dengan kemauan sendiri (bukan semata-mata karena takut hukuman atau untuk memperoleh perhargaan di sekolah). Pengaturan diri (self-regulation) dan pengendalian diri (self-control) sebagai bagian penting dalam pendidikan karekter dan pembelajaran sosial dan emosional. Dengan demikian (Bear, 2005) mengembangkan disiplin diri, guru pembimbing harus memberikan pemahaman kepada siswa menilai perbedaan antara yang benar dan salah, mengambil tanggung jawab atas tindakan mereka, menyadari pentingnya hubungan kerjasama dan menunjukkan kepedulian yang tulus kepada orang lain.

Di lingkungan sekolah sebetulnya sudah ada tata tertib untuk mengatur siswa, namun kenyataannya masih terdapat pelanggaran-pelanggaran dalam pelaksanaannya. Hal tersebut dapat dilihat dari siswa yang terlambat datang ke sekolah, tidak mengerjakan tugas, malas belajar, dan gaduh saat kegiatan belajar mengajar sedang berlangsung. Pembinaan disiplin perlu diadakan baik di sekolah maupun di rumah. Pembinaan disiplin di sekolah dapat dilakukan dengan cara memberikan bimbingan, penyuluhan dan menumbuhkan kesadaran pada siswa akan pentingnya disiplin belajar. Shariffudin (2011) disiplin diri adalah sebagai arah positif dari perilaku yang standar yang di tetapkan oleh kode etik berdasarkan alasan, penilaian dan pertimbangan orang lain.

Bimbingan dan konseling sebagai suatu sub sistem sekolah yang memiliki peran penting dalam mendukung pencapaian proses pembelajaran dengan memfasilitasi siswa agar mampu mencapai perkembangannya dengan optimal.


(12)

Yohana Oktariana, 2012

Program Bimbingan Pribadi Sosial Menggunakan Assertive Training Untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu

Salah satu perkembangannya yang harus dicapai di sekolah adalah perkembangan pribadi dan sosial terutama untuk meningkatkan disiplin diri siswa. Secara khusus pelaksanaan program bimbingan pribadi sosial dengan menggunakan pendekatan behavioral adalah assertive training diharapkan dapat digunakan untuk meningkatkan disiplin diri. Assertive training bisa diterapkan pada siswa yang mengalami kesulitan untuk menerima kenyataan bahwa menyatakan atau menegaskan diri adalah tindakan layak atau benar.

Penggunaan assertive training didasarkan pada asumsi bahwa banyak orang yang menderita perasaan cemas dalam berbagai situasi interpersonal. Latihan asertif merupakan sasaran membantu individu dalam mengembangkan cara-cara berhubungan yang lebih langsung dalam situasi-situasi interpersonal (Corey, 2010 : 215).

Assertive training akan membantu bagi orang-orang yang (1) tidak dapat mengungkapkan kemarahan atau kejengkelannya; (2) mereka yang sopan berlebihan dan membiarkan orang lain mengambil keuntungan daripadanya;

(3)mereka yang mengalami kesulitan dalam berkata “TIDAK”; (4) mereka yang

sukar menyatakan cinta dan respon positif lainya; (5) mereka yang merasakan tidak punya hak untuk menyatakan pendapat dan pikiran (Sofyan 2007:72).

“The goal of Assertive Discipline is to foster in students a feeling that they are "in charge" in the classroom” (Daniel Linden dan Mackel Duke ; 2012) menerangkan bahwa tujuan disiplin asertif adalah untuk mendorong siswa merasa bertanggung jawab di dalam kelas. Oleh karena itu diperlukan assertive training kepada siswa dengan jelas untuk mengkomunikasikan apa yang diinginkan dengan menghormati perasaan, pikiran, pendapat, dan kebutuhan secara jujur.


(13)

Yohana Oktariana, 2012

Program Bimbingan Pribadi Sosial Menggunakan Assertive Training Untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu

Assertive training ini sangat diperlukan sejak dini, karena hal ini akan membantu untuk bersikap tegas dalam situasi dimana hak-hak seseorang dilanggar, khususnya dalam disiplin diri.

Kepedulian bimbingan dan konseling terhadap disiplin siswa juga telah menjadi kepedulian dalam sekolah dan bidang kependidikan saat ini. Berbagai upaya pengembangan disiplin dari seluruh siswa yang sifatnya menyeluruh. Kepedulian dan keinginan guru pembimbing mengenai disiplin siswa akhirnya berakumulasi dalam kebijakan sekolah mengenai pendidikan displin siswa melalui program layanan bimbingan pribadi sosial menggunakan assertive training. Rancangan program bimbingan pribadi sosial menggunakan assertive training ini menjadi suatu pedoman bagi siswa dalam meningkatkan siswa disiplin.

Disiplin diri yang ideal adalah sebagai pengarahan diri dan pengendalian diri. Siswa akan bersemangat untuk belajar di kelas apabila suasana belajar nyaman dan kondusif, selanjutnya hal ini akan memotivasi siswa untuk lebih berprestasi dalam belajar. Pembinaan disiplin di rumah perlu juga dilakukan karena orang tua mempunyai peran yang sangat besar dalam penanaman disiplin belajar siswa. Wujud pembinaan itu dapat dilakukan dengan mengingatkan waktu belajar, memperhatikan kebutuhan anaknya, dan menjalin komunikasi yang baik dengan anak. Syafruddin (2011) menyebutkan bahwa kedisiplinan dalam belajar siswa itu meliputi mentaati dan mematuhi tata tertib sekolah, masuk kelas tepat waktu, ketertiban diri saat belajar di kelas, mengatur waktu belajar di rumah, mengulang kembali pelajaran di rumah, mengerjakan tugas sekolah di rumah.

Berdasarkan hal tersebut akan pentingnya disiplin diri, maka peneliti mangambil judul “Program Bimbingan Pribadi – Sosial Menggunakan


(14)

Yohana Oktariana, 2012

Program Bimbingan Pribadi Sosial Menggunakan Assertive Training Untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu

Assertive Training Untuk Mengembangkan Disiplin Diri Siswa” (Studi Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 6 Bandung Tahun Pelajaran 2011/2012)

B. Rumusan Masalah

Secara umum penelitian ini difokuskan untuk menjawab bagaimana bentuk program bimbingan pribadi sosial menggunakan assertive training dalam meningkatkan disiplin diri siswa. Ringkasan permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini diperinci dalam pertanyaan-pertanyaan berikut.

1. Bagaimana gambaran tentang disiplin diri siswa kelas XI SMA N 6 Bandung Tahun Pelajaran 2011/2012?

2. Bagaimana rumusan program bimbingan pribadi-sosial menggunakan assertive training secara hipotetik untuk meningkatkan disiplin diri siswa kelas XI SMA Negeri 6 Bandung Tahun Pelajaran 2011/2012?

3. Bagaimana efektivitas program bimbingan pribadi-sosial menggunakan assertive training terhadap disiplin diri siswa kelas XI SMA Negeri 6 Bandung Tahun Pelajaran 2011/2012?

C. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menemukan program bimbingan pribadi-sosial menggunakan latihan assertive training untuk meningkatkan disiplin diri siswa, peran guru pembimbing dalam penerapan program layanan bimbingan pribadi-sosial menggunakan latihan assertive training untuk meningkatkan disiplin diri siswa, faktor penghambat dan


(15)

Yohana Oktariana, 2012

Program Bimbingan Pribadi Sosial Menggunakan Assertive Training Untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu

pendukung dalam mengembangkan disiplin diri siswa. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang:

1. Disiplin diri siswa kelas XI SMA N 6 Bandung Tahun Pelajaran 2011/2012.

2. Rumusan program bimbingan pribadi sosial menggunakan assertive training secara hipotetik untuk meningkatkan disiplin diri siswa kelas XI SMA Negeri 6 Bandung Tahun Pelajaran 2011/2012.

3. Efektivitas program bimbingan konseling menggunakan assertive training untuk meningkatkan disiplin diri siswa kelas XI SMA Negeri 6 Bandung Tahun Pelajaran 2011/2012.

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel terikat dan variabel bebas. (a) disiplin diri sebagai variabel terikat, dan (b) assertive training dan program bimbingan pribadi sosial sebagai variabel bebas.

2. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam memahami masalah penelitian, maka istilah-istilah dalam penelitian ini dijelaskan secara operasional dalam uraian berikut:

a. Disiplin Diri

Perkins (2003: 4) menyatakan bahwa disiplin diri merupakan upaya sadar dan bertanggungjawab dari seseorang untuk mengatur, mengendalikan dan mengontrol tingkah laku dan sikap hidupnya agar seluruh keberadaannya tidak merugikan orang lain dan dirinya sendiri.


(16)

Yohana Oktariana, 2012

Program Bimbingan Pribadi Sosial Menggunakan Assertive Training Untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu

Disiplin diri memiliki kecenderungan disiplin yang positif, yaitu disiplin yang didasarkan pada kontrol dalam diri sendiri dan disiplin diri sebagai kekuatan kontrol dari luar. Stevepavlina (2005: 5) mendefinisikan disiplin diri sebagai kemampuan untuk mengumpulkan tekad untuk mencapai tujuan dan menjunjung tingggi pribadi dari apa yang diinginkan. Disiplin diri siswa, khususnya dalam mentaati peraturan/tata tertib sekolah merupakan bentuk disiplin yang dilaksanakan oleh seorang siswa yang memiliki disiplin yang baik akan memperhatikan perilaku yang sesuai dengan aturan yang ada dengan penuh tanggung jawab.

Secara operasional disiplin diri diartikan sebagai norma dan tanggung jawab individu dalam memenuhi norma-norma aturan-aturan yang berlaku. Secara lebih spesifik disiplin diri adalah kemampuan kontrol diri siswa kelas XI SMA Negeri 6 Bandung Tahun Pelajaran 2011/2012 dalam mengendalikan, mengatur tingkah laku secara bertanggung jawab menaati tata tertib sekolah dan atau peraturan lain yang ada di sekolah, sehingga siswa mampu berprilaku disiplin. Aspek –aspek dalam disiplin diri terbagi dalam dua yakni dimensi internal dan dimensi eksternal. Yang termasuk dalam dimensi internal diantaranya penerimaan, kemauan, kerja keras, kerajinan, dan ketekunan, sedangkan yang termasuk dalam dimensi eksternal adalah peraturan, hukuman, penghargaan dan konsistensi Sekolah merupakan faktor yang berarti bagi siswa, baik dalam cara berfikir, bersikap maupun berprilaku.

b. Assertive Training

Assertive training merupakan suatu bentuk pelatihan kepada siswa kelas XI SMA Negeri 6 Bandung tahun pelajaran 2011/2012 dengan tujuan untuk


(17)

Yohana Oktariana, 2012

Program Bimbingan Pribadi Sosial Menggunakan Assertive Training Untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu

membantu orang-orang berdiri untuk dirinya sendiri dan memperkuat dirinya sendiri. Menurut (Jakubowski, 1977) prosedur pelatihan yang efektif sebagai model pembelajaran yang terdiri dari petunjuk, pemodelan, latihan perilaku dan pembinaan. Tujuan dari assertive training adalah untuk mengajarkan siswa mengenai strategi yang tepat untuk mengidentifikasi dalam bertindak terhadap kebutuhan, hasrat, dan pendapat sendiri sementara tetap menghargai orang lain.

Assertive training digunakan sebagai ketegasan dan disiplin siswa dalam mengambil keputusan berdasarkan hasil pemikiran sendiri, tanpa sikap emosional dan tanpa bermaksud menyakiti hati orang lain. Aspek-aspek perilaku asertif yaitu.

a) Kemampuan untuk mau menerima disiplin dengan kerja keras yang ada di dalam diri siswa, meliputi indikator: menunjukkan sikap disiplin terhadap tata tertib, memiliki batasan-batasan disiplin, merasa mampu melaksanakan disiplin; memiliki kemauan melaksanakan tata tertib, memiliki sikap disiplin dalam mengerjakan tugas, memiliki kemauan diri dalam meraih cita-cita; memiliki kesanggupan melaksankan tata tertib, dan memiliki kesanggupan sadar disiplin;

b) Kemampuan mempertahankan kerajinan dan ketekunan dalam disiplin, meliputi indikator: mampu mengelola waktu, mampu menunjukkan penampilan yang sesuai dengan disiplin, menunjukkan pengaruh disiplin yang menghambat, dan menjalankan kewajiban-kewajiban yang ada di sekolah; c) Kemampuan untuk konsistensi disiplin, meliputi indikator: memiliki

tanggung jawab terhadap peraturan sekolah, memiliki komitmen dalam menjaga nama baik sekolah;


(18)

Yohana Oktariana, 2012

Program Bimbingan Pribadi Sosial Menggunakan Assertive Training Untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu

d) Kemampuan untuk menaati peraturan, meliputi indikator: menjalankan aturan sesuai dengan kemampuan, memiliki keesungguhan terhadap peraturan di sekolah, menunjukkan disiplin terhadap tata tertib yang di buat di sekolah; e) Kemampuan untuk menerima penghargaan dan hukuman, meliputi indi kator:

menerima pujian sebagai siswa yang berdisiplin diri, menerima hadiah dalam kelompok maupun pribadi, menerima sanksi yang ada di sekolah, menerima hukuman sesuai dengan pelanggaran, dan memiliki perasaan bersalah saat melakukan pelanggaran.

c. Program Bimbingan Pribadi Sosial

Bimbingan pribadi sosial adalah suatu jenis bimbingan dalam rangka mengembangkan kemampuan dalam berhubungan sosial yang baik dengan lingkungannya.

Tujuan dari program bimbingan pribadi sosial ialah agar siswa dapat mengembangkan prilaku disiplin sesuai dengan tata tertib sekolah. Dalam penelitian ini, program bimbingan yang dimaksud merupakan upaya peneliti dan guru bimbingan dan konseling untuk mengarahkan pribadi siswa kelas XI SMA Negeri 6 Bandung tahun pelajaran 2011/2012 secara bertanggung jawab dalam mengembangkan disiplin siswa yang lebih baik melalui serangkaian kegiatan yaitu perencanaan, perancangan, penerapan dan evaluasi, yaitu berupa layanan klasikal dan strategi yang tepat.

Program bimbingan pribadi sosial menggunakan assertive training untuk meningkatkan disiplin diri siswa digunakan untuk membantu mengintegrasikan siswa dan menentukan pedoman bagi siswa dalam mengekspresikan diri dengan jelas, langsung dan tepat, untuk menghargai apa dipikirkan dan dirasakan, untuk


(19)

Yohana Oktariana, 2012

Program Bimbingan Pribadi Sosial Menggunakan Assertive Training Untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu

memiliki harga diri dan menghormati diri sendiri serta untuk mengetahui kekuatan kita sendiri dan keterbatasan secara bertanggungjawab sesuai dengan tujuan pribadi yang diinginkan.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan teori maupun praktik di Sekolah Menengah Atas, dan khususnya meningkatkan disiplin diri siswa. Secara teoretis, manfaat penelitian ini menambah khazanah keilmuan mengenai program bimbingan pribadi sosial menggunakan assertive training untuk meningkatkan disiplin diri siswa.

Adapun manfaat secara praktis yang dapat diperoleh adalah sebagai berikut.

1. Bagi Guru BK, hasil penelitian ini diharapkan bisa meningkatkan disiplin diri siswa di Sekolah Menengah Atas dan diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi guru bimbingan dan konseling dalam melaksanakan peran, tugas serta tanggung jawabnya terhadap peserta didik.

2. Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan bagi peneliti selanjutnya untuk mengkaji berbagai isu dan teknik penelitian tentang disiplin diri.

F. Asumsi Penelitian

Penelitian ini berdasarkan pada asumsi-asumsi dasar sebagai berikut. a. Disiplin diri; perilaku yang dikehendaki masyarakat beradab. Secara moral


(20)

Yohana Oktariana, 2012

Program Bimbingan Pribadi Sosial Menggunakan Assertive Training Untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu

menunjuk pada perilaku yang memiliki ciri tertib, tertentu ajeg dan normatif;

b. Mendefinisikan disiplin dengan berfokus sebagai pengembangan pengendalian diri melalui pengajaran keterampilan pemecahan masalah dan belajar lebih produktif untuk mengekspresikan perasaan (Dupper, 2010:15).

c. Assertive training pada dasarnya merupakan penerapan latihan bagi perkembangan individu untuk mencapai tujuan yang lebih baik. Pada perilaku asertif tingkat sensitivitas yang dimiliki cukup tinggi sehingga dapat membaca situasi yang terjadi disekelilingnya, yang memudahkannya untuk menempatkan diri dan melakukannya secara strategis, terarah dan terkendali dengan mantap (Corey, 2012:248).

d. Bimbingan sebagai proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya, sehingga ia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan keluarga serta masyarakat (Rochman Natawidjaya dalam Winkel, 1997:67)

e. Bimbingan pribadi-sosial merupakan bimbingan untuk membantu para individu dalam memecahkan masalah-masalah pribadi sosial (Juntika Nurihsan, 2003:21).

f. Bimbingan pribadi sosial merupakan bimbingan yang membantu para siswa dalam menghadapi dan memecahkan masalah-masalah sosial pribadi seperti masalah pergaulan, penyelesaian konflik, penyesuaian diri dan lainnya (M. Surya, 1988:47).


(21)

Yohana Oktariana, 2012

Program Bimbingan Pribadi Sosial Menggunakan Assertive Training Untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab tiga ini diuraikan hal-hal yang berkaitan dengan pendekatan penelitian, metode penelitian, desain penelitian, langkah-langkah penelitian, populasi dan sampel penelitian, definisi operasional, penyusunan kisi-kisi instrument, uji coba instrument dan pengumpulan data, prosedur pengolahan data, dan teknik analisis data.

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, yakni pendekatan penelitian yang dirancang untuk menjawab pertanyaan penelitian secara spesifik dengan penggunaan analisis statistik. Metode penelitian yang digunakan adalah

quasi experiment. Melalui pendekatan ini dapat diharapkan memperoleh data

mengenai gambaran secara empirik disiplin diri siswa sebelum dan setelah pemberian layanan.

Penelitian eksperimen merupakan penelitian percobaan, yakni penelitian yang membandingkan dua kelompok sasaran penelitian, satu kelompok diberi perlakuan tertentu dan satu kelompok (kelompok kontrol) lagi dikendalikan pada suatu keadaan yang pengaruhnya dijadikan sebagai pembanding. Selisih tanggap antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol menjadi ukuran pengaruh perlakuan yang diberikan kepada kelompok perlakuan itu (Margono, 2007:110).

Pendekatan penelitian eksperimen menurut John W. Creswall (2008:299) menyebutkan “in an experiment, you test an idea (or practice or procedure) to determine whether it influences an outcome or dependent variable.” Artinya bahwa penelitian eksperiman bermaksud meneliti ide (suatu praktek atau


(22)

Yohana Oktariana, 2012

Program Bimbingan Pribadi Sosial Menggunakan Assertive Training Untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu

prosedur) untuk melihat apakah memiliki pengaruh terhadap hasil atau variabel dependen. Maka, langkah pertama dalam penelitian ekperimen ini ialah menentukan ide (praktek atau prosedur) yang akan dieksperimenkan, selanjutnya membantu suatu individu atau kelompok mengalami pengalaman (praktek atau prosedur) tersebut dan selanjutnya melihat dan menentukan apakah ide (praktek atau prosedur) yang dialami oleh individu atau kelompok tersebut menunjukan hasil yang lebih baik dari pada individu atau kelompok yang tidak diberi perlakuan (praktek atau prosedur) tersebut.

Penelitian ekperimen ini dilakukan ketika peneliti ingin melihat kemungkinan sebab dan akibat antara variabel independent dengan variabel dependen. Oleh karena itu peneliti perlu berusaha mengontrol semua variabel yang mempengaruhi hasil kecuali pada variabel independent. Selanjutnya ketika variabel independen mempengaruhi variabel dependen, dapatlah dikatakan variabel independen menyebabkan variabel dependen.

B. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan yaitu quasi eksperimen, dengan desain non-equivalent pretest-postest control group design (Sugiyono 2012:79). Dalam desain penelitian quasi eksperimen, terdapat penggontrolan terhdap kelompok pengontrol atau pembanding, adanya pemberian tes awal sebelum diberi perlakuan dan tes akhir setelah diberi perlakuan pada kelompok eksperimen.

Ada dua kelompok yang dipilih secara tidak acak (random) yaitu kelompok perlakuan (eksperimen) dan kelompok kontrol. Keduanya memperoleh pretest dan posttest. Perbedaan hasil atau variabel dependen pada kelompok


(23)

Yohana Oktariana, 2012

Program Bimbingan Pribadi Sosial Menggunakan Assertive Training Untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu

eksperiment dan kelompok kontrol dapat menunjukan efektif atau tidaknya perlakuan (layanan dasar) yang diberikan kepada kelompok eksperimen.

C. Desain Penelitian

Dalam quasi eksperimen terdapat kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen yakni kelompok diamana yang mendapat perlakuan atau pengamatan tentang disiplin diri siswa. Sedangkan kelompok kontrol merupakan kelompok pembanding atau kelompok yang tidak mendapat perlakuan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah perlakuan atau teratment berpengaruh terhadap peningkatan disiplin diri siswa. Berikut ini desain penelitian non-equivalent pretest-postest control group design (Sugiyono, 2012:79).

E O1 X O2

K O3 O4

Keterangan:

O1 dan O3 : Pengukuran sebelum treatment (pengukuran awal), pengukuran tentang disiplin diri sebelum mendapatkan program bimbingan pribadi sosial

O2 : Pengukuran sesudah treatment (pengukuran dilakukan kembali), pengukuran tentang disiplin diri sesudah mendapatkan program bimbingan pribadi sosial

O : Pengukuran tidak diberikan treatment (pengukuran dilakukan kembali), pengukuran tentang disiplin diri tidak menggunakan treatment

X : Treatment (perlakuan), pemberian program bimbingan pribadi sosial


(24)

Yohana Oktariana, 2012

Program Bimbingan Pribadi Sosial Menggunakan Assertive Training Untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu

D. Langkah-langkah Penelitian

Berikut ini langkah-langkah penelitian yang di lakukan, diantaranya. a. Studi literatur, kegiatan yang di lakukan yaitu studi literatur berdasarkan

teori-teori yang berkaitan dengan disiplin diri, gambaran disiplin diri siswa di sekolah, fakta-fakta di lapangan tentang disiplin diri serta pelaksanaan program bimbingan pribadi sosial menggunakan assertive training di SMA Negeri 6 Bandung;

b. Penyusunan instrument untuk mengungkap disiplin diri siswa. Validasi instrument di lakukan oleh pakar.

c. Penyusunan rencana program bimbingan pribadi sosial menggunakan assertive training;

d. Validasi program untuk mengetahui kelayakan program hipotetik. Validasi ini di lakukan oleh pakar dan praktisi BK;

e. Revisi program, yang dilakukan atas dasar validasi oleh pakar dan praktisi BK sehingga diperoleh program akhir;

f. Melaksanakan eksperimen, pelaksanaan ekperimen meliputi tahapan prosedur yang tepat dengan pemilihan desain, terdiri dari:

1) Test awal (pre test)

2) Memberikan perlakuan eksperimen untuk kelompok yang di treatment 3) Tes akhir (post test)

g. Pengolahan data, analisis data dan menuliskan hasil eksperimen h. Pembahasan hasil penelitian yang telah dilaksanakan


(25)

Yohana Oktariana, 2012

Program Bimbingan Pribadi Sosial Menggunakan Assertive Training Untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu

E. Populasi dan Sampel Penelitian

Menurut Sugiyono (2011: 117) populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kulitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian untuk di tarik kesimpulan. Jadi populasi bukan hanya orang melainkan benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek /obyek itu. Dalam penelitian ini lokasi yang akan dijadikan tempat penelitian adalah SMA N 6 Bandung di Jl. Pasir Kaliki No. 51 Bandung. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 324 siswa kelas XI SMA Negeri 6 Bandung Tahun Pelajaran 2011/2012.

Menurut Sugiyono (2011 : 118) sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Pengambilan sampel salam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling atau pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2011 : 124). Pengambilan sampel dengan menggunakan pendapat Surakhmad (Riduwan, 2006: 65) menyatakan apabila populasi kurang dari 100, maka pengambilan sampel sekurang-kurangnya 50% dari ukuran populasi. Apabila ukuran populasi 100 sampai dengan 1000, maka dipergunakan sampel sebesar 15%-50%.

F. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam memahami masalah penelitian, maka istilah-istilah dalam penelitian ini dijelaskan secara operasional dalam uraian berikut.


(26)

Yohana Oktariana, 2012

Program Bimbingan Pribadi Sosial Menggunakan Assertive Training Untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu

a. Disiplin Diri

Perkins (2003: 4) menyatakan bahwa disiplin diri merupakan upaya sadar dan bertanggungjawab dari seseorang untuk mengatur, mengendalikan dan mengontrol tingkah laku dan sikap hidupnya agar seluruh keberadaannya tidak merugikan orang lain dan dirinya sendiri.

Disiplin diri memiliki kecenderungan disiplin yang positif, yaitu disiplin yang didasarkan pada kontrol dalam diri sendiri dan disiplin diri sebagai kekuatan kontrol dari luar. Stevepavlina (2005: 5) mendefinisikan disiplin diri sebagai kemampuan untuk mengumpulkan tekad untuk mencapai tujuan dan menjunjung tingggi pribadi dari apa yang diinginkan. Disiplin diri siswa, khususnya dalam mentaati peraturan/tata tertib sekolah merupakan bentuk disiplin yang dilaksanakan oleh seorang siswa yang memiliki disiplin yang baik akan memperhatikan perilaku yang sesuai dengan aturan yang ada dengan penuh tanggung jawab.

Secara operasional disiplin diri diartikan sebagai norma dan tanggung jawab individu dalam memenuhi norma-norma aturan-aturan yang berlaku. Secara lebih spesifik disiplin diri adalah kemampuan kontrol diri siswa kelas XI SMA Negeri 6 Bandung Tahun Pelajaran 2011/2012 dalam mengendalikan, mengatur tingkah laku secara bertanggung jawab menaati tata tertib sekolah dan atau peraturan lain yang ada di sekolah, sehingga siswa mampu berprilaku disiplin. Aspek –aspek dalam disiplin diri terbagi dalam dua yakni dimensi internal dan dimensi eksternal. Yang termasuk dalam dimensi internal diantaranya penerimaan, kemauan, kerja keras, kerajinan, dan ketekunan, sedangkan yang termasuk dalam dimensi eksternal adalah peraturan, hukuman, penghargaan dan


(27)

Yohana Oktariana, 2012

Program Bimbingan Pribadi Sosial Menggunakan Assertive Training Untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu

konsistensi Sekolah merupakan faktor yang berarti bagi siswa, baik dalam cara berfikir, bersikap maupun berprilaku.

b. Assertive Training

Assertive training merupakan suatu bentuk pelatihan kepada siswa kelas XI SMA Negeri 6 Bandung tahun pelajaran 2011/2012 dengan tujuan untuk membantu orang-orang berdiri untuk dirinya sendiri dan memperkuat dirinya sendiri. Menurut (Jakubowski, 1977) prosedur pelatihan yang efektif sebagai model pembelajaran yang terdiri dari petunjuk, pemodelan, latihan perilaku dan pembinaan. Tujuan dari assertive training adalah untuk mengajarkan siswa mengenai strategi yang tepat untuk mengidentifikasi dalam bertindak terhadap kebutuhan, hasrat, dan pendapat sendiri sementara tetap menghargai orang lain.

Assertive training digunakan sebagai ketegasan dan disiplin siswa dalam mengambil keputusan berdasarkan hasil pemikiran sendiri, tanpa sikap emosional dan tanpa bermaksud menyakiti hati orang lain. Aspek-aspek perilaku asertif yaitu.

a) Kemampuan untuk mau menerima disiplin dengan kerja keras yang ada di dalam diri siswa, meliputi indikator: menunjukkan sikap disiplin terhadap tata tertib, memiliki batasan-batasan disiplin, merasa mampu melaksanakan disiplin; memiliki kemauan melaksanakan tata tertib, memiliki sikap disiplin dalam mengerjakan tugas, memiliki kemauan diri dalam meraih cita-cita; memiliki kesanggupan melaksankan tata tertib, dan memiliki kesanggupan sadar disiplin;

b) Kemampuan mempertahankan kerajinan dan ketekunan dalam disiplin, meliputi indikator: mampu mengelola waktu, mampu menunjukkan


(28)

Yohana Oktariana, 2012

Program Bimbingan Pribadi Sosial Menggunakan Assertive Training Untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu

penampilan yang sesuai dengan disiplin, menunjukkan pengaruh disiplin yang menghambat, dan menjalankan kewajiban-kewajiban yang ada di sekolah; c) Kemampuan untuk konsistensi disiplin, meliputi indikator: memiliki

tanggung jawab terhadap peraturan sekolah, memiliki komitmen dalam menjaga nama baik sekolah;

d) Kemampuan untuk menaati peraturan, meliputi indikator: menjalankan aturan sesuai dengan kemampuan, memiliki keesungguhan terhadap peraturan di sekolah, menunjukkan disiplin terhadap tata tertib yang di buat di sekolah; e) Kemampuan untuk menerima penghargaan dan hukuman, meliputi indikator:

menerima pujian sebagai siswa yang berdisiplin diri, menerima hadiah dalam kelompok maupun pribadi, menerima sanksi yang ada di sekolah, menerima hukuman sesuai dengan pelanggaran, dan memiliki perasaan bersalah saat melakukan pelanggaran.

c. Program Bimbingan Pribadi Sosial

Bimbingan pribadi sosial adalah suatu jenis bimbingan dalam rangka mengembangkan kemampuan dalam berhubungan sosial yang baik dengan lingkungannya.

Tujuan dari program bimbingan pribadi sosial ialah agar siswa dapat mengembangkan prilaku disiplin sesuai dengan tata tertib sekolah. Dalam penelitian ini, program bimbingan yang dimaksud upaya peneliti dan guru bimbingan dan konseling untuk mengarahkan pribadi siswa kelas XI SMA Negeri 6 Bandung tahun pelajaran 2011/2012 secara bertanggung jawab dalam mengembangkan disiplin siswa yang lebih baik melalui serangkaian kegiatan


(29)

Yohana Oktariana, 2012

Program Bimbingan Pribadi Sosial Menggunakan Assertive Training Untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu

yaitu perencanaan, perancangan, penerapan dan evaluasi, yaitu berupa layanan klasikal dan strategi yang tepat.

Program bimbingan pribadi sosial menggunakan assertive training untuk meningkatkan disiplin diri siswa digunakan untuk membantu mengintegrasikan siswa dan menentukan pedoman bagi siswa dalam mengekspresikan diri dengan jelas, langsung dan tepat, untuk menghargai apa dipikirkan dan dirasakan, untuk memiliki harga diri dan menghormati diri sendiri serta untuk mengetahui kekuatan kita sendiri dan keterbatasan secara bertanggungjawab sesuai dengan tujuan pribadi yang diinginkan.

G. Penyusunan Kisi-kisi Instrumen

Rumusan instrumen penelitian dikembangkan berdasarkan pada definisi operasional disiplin diri yang terdiri dari dua dimensi dengan, sembilan aspek dengan duapuluh dua indikator. Kisi-kisi instrumen yang digunakan dalam penelitian dikembangkan dari definisi operasional variabel penelitian disilpin diri siswa.

Tabel 3.1

Kisi-kisi Instrumen Disiplin Diri Siswa (sebelum uji coba)

Variabel Dimensi Aspek Indikator No.Item Jumlah Soal

+ -

Disiplin diri (Self-discipline)

1. Internal 1.1 Penerimaan 1.1.1 Menunjukkan sikap disiplin

terhadap tata tertib

1.1.2 Adanya batasan- batasan

disiplin

1.1.3 Merasa mampu

melaksanakan disiplin 1, 3 4,6 7 2 5 8 3 3 2

1.2 Kemauan 1.2.1 Memiliki kemauan untuk

mematuhi tatatertib di sekolah

1.2.2 Memiliki sikap disiplin dalam mengerjakan tugas

1.2.3 Memiliki kemauan diri

dalam meraih cita-cita

9,10 11 13,14 12 2 2 2


(30)

Yohana Oktariana, 2012

Program Bimbingan Pribadi Sosial Menggunakan Assertive Training Untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu

1.3 Kerja Keras 1.3.1 Memiliki kesanggupan

melaksanakan tata tertib

1.3.2 Memiliki kesanggupan

sadar disiplin 17,18 15,16 19 2 2

1.4 Kerajinan 1.4.1 Mampu mengelola waktu

1.4.2 Mampu menunjukkan

penampilan yang sesuai dengan disiplin

20,22 23,24

21 3

2

1.5 Ketekunan 1.5.1 Menunjukkan pengaruh disiplin yang menghambat

1.5.2 Menjalankan

kewajiban-kewajiban yang ada di sekolah 26 27 25 28 3 2

2. Eksternal 2.1 Peraturan 2.1.1 Menjalankan aturan sesuai dengan kemampuan

2.1.2 Memiliki kesunggupan

terhadap peraturan di sekolah

2.1.3 Menunjukkan disiplin

terhadap tatatertib yang di buat oleh sekolah

29,30 32 31 33,34 35,36 3 3 2

2.2 Hukuman 2.2.1 Menerima sanksi yang ada di sekolah

2.2.2 Menerima hukuman sesuai

pelanggaran

2.2.3 Memiliki perasaan bersalah

saat melakukan pelanggaran 37 45 38,39 40,41, 42 43,44 3 3 3

2.3 Penghargaan 2.3.1 Menerima pujian sebagai siswa yang berdisiplin diri yang baik

2.3.2 Menerima hadiah dalam

kelompok maupun pribadi

46,47

48 49

2

2

2.4 Konsistensi 2.4.1 Memiliki tanggung jawab terhadap peraturan sekolah

2.4.2 Memiliki komitmen dalam

menjaga nama baik sekolah 50 52 51 53 2 2

H. Uji Coba Instrumen Pengumpulan Data 1. Uji Kelayakan Instrumen

Sebelum instrumen penelitian digunakan pada sampel yang telah di tetapkan, terlebih dahulu dilakukan uji kelayakan terhadap instrument tersebut dengan cara ditimbang oleh tiga orang ahli (expert judgement). Validasi instrument dilakukan untuk melihat konstruk dan validitas isi atau pengembangan kisi-kisi instrument.


(31)

Yohana Oktariana, 2012

Program Bimbingan Pribadi Sosial Menggunakan Assertive Training Untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu

2. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen a. Validitas Instrumen

Uji validitas dilakukan dengan tujuan untuk menunjukkan tingkat kesahihan instrumen yang akan digunakan dalam mengumpulkan data penelitian. Uji validitas diuji cobakan pada kelas XI SMA Negeri 6 Bandung Tahun Pelajaran 2011/2012.

Uji validitas dilakukan berkenaan dengan ketepatan alat ukur terhadap konsep yang diukur sehingga benar-benar mengukur apa yang seharusnya diukur. Suatu instrumen dikatakan valid berarti menunjukkan alat ukur tersebut dapat digunakan untuk mengukur yang sebenarnya harus diukur.

Pengolahan data dalam penelitian dilakukan dengan bantuan program SPSS 16.0 for windows. Kegiatan uji validitas butir item dilakukan untuk mengetahui apakah instrumen yang digunakan dalam penelitian dapat digunakan untuk mengukur apa yang akan diukur (Sugiyono, 2007: 267). Semakin tinggi nilai validitas soal menunjukkan semakin valid instrumen tersebut digunakan di lapangan.

Dari 53 item pernyataan disiplin diri, diperoleh 2 item pernyataan yang tidak valid, sehingga total item pernyataan valid berjumlah 51. Berikut ini merupakan hasil uji coba validasi instrument disiplin diri siswa.

Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas

Keterangan Item ∑

Valid 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 47, 48, 49, 50, 51, 52, 53

51


(32)

Yohana Oktariana, 2012

Program Bimbingan Pribadi Sosial Menggunakan Assertive Training Untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu

Dari hasil pengujian dengan bantuan computer program SPSS for windows versi 16.0, dengan analisis korelasi dapat diketahui subyek sebanyak 133 siswa, dan 57 item pernyataan dapat diperoleh 51 item pernyataan yang di nyatakan valid, sedangkan 2 item pernyataan dinyatakan tidak valid, yaitu diantaranya nomor 10 dan 39. Maka 51 pernyataan yang valid bisa langsung dipakai dan 2 pernyataan langsung dibuang. Oleh karena itu, item alat pengungkap data disiplin diri siswa yang di pergunakan dalam penelitian ini adalah 51 pernyataan. Hasil perhitungan validits dapat dilihat pada lampiran.

b. Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas instrumen menunjukkan derajat keajegan (konsistensi) skor yang diperoleh oleh subjek penelitian dengan instrumen yang sama dalam kondisi yang berbeda. Derajat konsistensi diperoleh sebagai proporsi varians skor perolehan subjek. Skor perolehan terdiri dari skor-skor murni dan skor kekeliruan galat pengukuran. Reliabilitas instrumen secara operasional dinyatakan sebagai koefisien korelasi (r).

Perolehan skor tingkat reliabilitas instrumen diperoleh dengan memanfaatkan program komputer Microsoft Excel 2007 dan SPSS 16.0 for window yaitu dengan teknik atau model skala alpha.

Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik belah dua daro Spearman Brown (Split half), dengan rumus sebagai berikut.

b b i

r r r

 

1 2


(33)

Yohana Oktariana, 2012

Program Bimbingan Pribadi Sosial Menggunakan Assertive Training Untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu

Keterangan :

ri = reliabilitas internal seluruh instrumen

rb = korelasi product moment antara belahan pertama dan kedua.

Secara keseluruhan perhitungan ini dibantu dengan menggunakan program komputer SPSS for Windows veri 16. Kriteria untuk mengetahui reliabilitas, menggunakan klasifikasi kriteria yang dikemukakan oleh Riduwan (2006:138) yang tercantum pada tabel berikut.

Tabel 3.3

Kriteria Reliabilitas Instrumen 0.80 – 1.000 Derajat reliabilitas sangat tinggi 0.60 – 0.799 Derajat reliabilitas tinggi 0.40 – 0.599 Derajat reliabilitas sedang 0.20 – 0.399 Derajat reliabilitas rendah

0.00 – 0.199 Derajat reliabilitas sangat rendah

Uji reliabilitas instrument disiplin diri siswa hanya dilakukan pada butir item pernyataan yang telah memiliki tingkat validitas yang tinggi apabila r hitung > r tabel, maka butir item pernyataan reliable, sebaliknya apabila r hitung < r tabel, maka butir item pernyataan tidak reliable. Berikut ini hasil uji reliabilitas menggunakan Spss for windows versi 16.0.

Table 3.4 Hasil Uji Reliabilitas

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based on Standardized Items

N of Items


(34)

Yohana Oktariana, 2012

Program Bimbingan Pribadi Sosial Menggunakan Assertive Training Untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu

Berdasarkan hasil reliabilitas di atas, dapat disimpulkan bahwa nilai reliabilitas instrument disiplin diri sebesar 0,740 berada pada kategori tinggi, artinya instrument ini mampu menghasilkan skor-skor pada setiap item dengan konsisten.

I. Prosedur Pengolahan Data 1. Penyeleksian Data

Penyeleksian data bertujuan untuk memilih data yang memadai untuk diolah berdasarkan kelngkapan jawaban, baik identitas maupun jawaban. Jumlah angket yang terkumpul harus sesuai dengan jumlah angket yang disebar.

2. Penyekoran

Penyekoran instrumen dalam penelitian disusun dalam bentuk skala ordinal. Skala ordinal yaitu skala yang menunjukkan perbedaan tingkatan subjek secara kuantitatif (Furqon, 1997:7). Skala ordinal didasarkan pada peringkat yang diurutkan dari jenjang yang lebih tinggi sampai jenjang terrendah atau sebaliknya.

Jenis instrumen disiplin diri ini menggunakan model rating-scale yang digunakan yaitu summated ratings (Likert) dengan alternatif respons pernyataan subjek skala 4 (empat). Keempat alternatif respon bersifat kontinum, artinya, semakin tinggi respon yang dipilih oleh siswa, maka semakin tinggi tinggi disipiln diri siswa. Begipun sebaliknya, semakin rendah respon yang dipilih oleh siswa, maka semakin rendah pula disipilin diri siswa. Berikut ini kategori pemberian skor alternatif jawaban instrumen.


(35)

Yohana Oktariana, 2012

Program Bimbingan Pribadi Sosial Menggunakan Assertive Training Untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu

Tabel 3.5

Kategori Pemberian Skor Alternatif Jawaban

Alternatif jawaban Pemberian Skor

Positif Negatif Selalu

Sering

Kadang-kadang Tidak Pernah

4 3 2 1

1 2 3 4

Selanjutnya menetapkan standarisasi penafsiran skor yang ditujukan untuk mengetahui makna skor yang dicapai siswa dalam pendistribusian respon terhadap instrumen, serta untuk menentukan pengelempokkan tingkat disiplin diri siswa. Kategori pada skor disusun berdasarkan skor total pada instrumen yang kemudian dikonversikan menjadi tiga kategori yang mengacu pada landasan teori disiplin diri siswa. Pembagian tiga kategori disiplin diri siswa dari hasil pengungkapan awal dilakukan mengacu pada perhitungan skor z data responden pada proses pengungkapan awal. Berikut ini kriteria skor disiplin siswa yang telah dirumuskan berdasarkan perhitungan skor z.

Tabel 3.6

Kategori Disiplin Diri Siswa SMA Kategori Disiplin

Diri Siswa SMA Kriteria

Siswa Kelas XI Frekuensi Persentase

Tinggi X 67 90 27,78%

Sedang 146 – 166 151 46,60%

Rendah X 145 47 25,62%

Jumlah 324 100

Kategori tersebut diperoleh dari hasil pengungkapan awal terhadap 133 siswa kelas XI SMA Negeri 6 Bandung. Deskripsi untuk masing-masing kategori menggambarkan capaian siswa dalam setiap indikator dan aspek yang


(36)

Yohana Oktariana, 2012

Program Bimbingan Pribadi Sosial Menggunakan Assertive Training Untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu

menunjukkan tingkat disiplin diri untuk setiap siswa. Berikut ini setiap kategori interval mengandung pengertian sebagai berikut.

Tabel 3.7

Deskripsi Kategori Disiplin Diri Siswa SMA

Kategori Kriteria Deskripsi

Tinggi

X

Siswa yang masuk dalam kategori tinggi telah menunjukkan disiplin diri yang

ditandai dengan a) siswa mampu

menunjukkan sikap disiplin terhadap tatatertib, sehingga siswa mampu melaksanakan disiplin dengan tegas, b) siswa mampu memiliki sikap disiplin dalam mengerjakan tugas dan memiliki kemauan dan ketegasan untuk mematuhi tatatertib, c) siswa memiliki tanggung jawab terhadap peraturan sekolah dan siswa mamdpu memiliki komitmen dalam menjaga nama

baik sekolah, d) siswa mampu

melaksanakan kewajiban-kewajiban yang sudah ada di sekolah dengan baik, sehingga siswa dapat mempertahankan disiplin diri.

Sedang 146 166

Siswa yang masuk dalam kategori sedang sudah mulai menunjukkan disiplin diri yang baik, namun belum konsisten dengan sikap dan perilaku yang ditunjukkan dalam keseharian siswa. Siswa yang telah menunjukkan ke dalam kategori sedang ditandai dengan a) siswa sudah mampu menjalankan aturan sesuai dengan kemampuan, sehingga siswa dapat memiliki kemampuan tegas dalam disiplin b) siswa memiliki rasa bersalah apabila melakukan pelanggaran, sehingga siswa langsung tidak mengulangi lagi apa yang telah di langgar.

Rendah X 145

Siswa yang masuk kategori rendah belum menunjukkan kemampuan disiplin diri secara optimal. Indikator yang muncul pada kategori rendah adalah a) siswa belum mampu mengelola waktu dengan baik, b) siswa belum merasa mampu melaksanakan disiplin dengan tegas, sehingga dampaknya menunjukkan disiplin yang buruk, dan d) ada beberapa siswa yang tidak sadar akan pentingnya disiplin.


(37)

Yohana Oktariana, 2012

Program Bimbingan Pribadi Sosial Menggunakan Assertive Training Untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu

3. Pengelompokkan Skor

Penentuan pengelompokkan skor digunakan sebagai standardisasi dalam menafsirkan skor yang ditujukan untuk mengetahui makna skor yang dicapai siswa dalam pendistribusian respon terhadap instrumen. Pengelompokkan skor disusun berdasarkan skor yang diperoleh subjek uji coba pada setiap aspek maupun skor total instrumen. Untuk mengetahui disiplin diri dilakukan pembuatan kategori dengan langkah-langkah sebagai berikut.

a. Menghitung skor total masing-masing responden b. Menentukan nilai tertinggi dan terendah

c. Menentukan selisih dari nilai tertinggi dan terendah d. Selisih yang diperoleh kemudian dibagi dua

e. Hasil selisih yang diperoleh adalah besar rentang dari kedua kategori f. Menentukan kategori disiplin diri

Disiplin diri dalam penelitian ini diklasifikasikan ke dalam dua dimensi yaitu disiplin diri dari dalan (internal) dan disiplin diri dari luar (eksternal).

J. Teknik Analisis Data

Penelitian ini mengumpulkan data kuantitatif mengenai profil disiplin diri siswa kelas XI SMA Negeri 6 Bandung dan data uji efektivitas program bimbingan pribadi-sosial menggunakan assertive training. Dalam menganalisis data yang di peroleh, digunakan analisis statistik Data kuantitaif dianalisis menggunakan perhitungan statistik melalui uji perbedaan rata-rata dengan uji-t (t-test).

Dalam upaya mengetahui efektifitas program bimbingan pribadi sosial menggunakan assertive training untuk meningkatkan disiplin diri siswa kelas XI


(38)

Yohana Oktariana, 2012

Program Bimbingan Pribadi Sosial Menggunakan Assertive Training Untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu 2

1 1 1

2 1

n n gab

S

Y

Y

t

SMA Negeri 6 Bandung dilakukan dengan teknik uji dua data sampel independen antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Untuk melihat gambaran disiplin diri siswa SMA secara keseluruhan maupun gambaran pada setiap aspek, dipergunakan teknik menghitung secara persentase. Rumus persentase yang digunakan adalah sebagai berikut.

Persentase aspek = Σ skor responden per aspek x 100% Skor ideal

Persentase indikator = Σ skor responden per indikator x 100% Skor ideal

Persentase item = Σ skor responden per item x 100% Skor ideal

Tujuan uji-t adalah untuk membandingkan data sebelum treatment dan setelah treatment sama atau berbeda. Uji ini menggunakan rumus Furqon (2002:170) sebagai berikut.

Keterangan : t = t hitung

Y1 = nilai rata-rata sampel 1

Y2 = nilai rata-rata sampel 2

Sgab= simpangan baku gabungan kedua sampel


(39)

Yohana Oktariana, 2012

Program Bimbingan Pribadi Sosial Menggunakan Assertive Training Untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

Berdasarkan hasil pengolahan data dan pembahasan dari penelitian program bimingan pribadi sosial menggunakan assertive training untuk meningkatkan disiplin diri siswa selanjutnya diperoleh simpulan dan rekomendasi.

A. Simpulan

Kesimpulan hasil penelitian berdasarkan analisis dan pembahasan dapat disimpulkan hal-hal berikut ini.

1. Hasil studi pendahuluan menunjukkan bahwa sebagian besar siswa kelas XI SMA Negeri 6 Bandung berada pada kategori disiplin diri yang sedang. Pada aspek dan indikator tertentu siswa memiliki tingkat pencapaian yang rendah.

2. Rancangan bimbingan yang dirancang dan diterapkan efektif dalam meningkatkan disiplin diri siswa, hal ini dapat dilihat dari persentase pretest dan posttest disiplin diri siswa.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian maka diberikan rekomendasi kepada pihak-pihak yang terkait, sebagai berikut.

1. Guru bimbingan dan konseling, program bimbingan pribadi-sosial menggunakan assertive training terbukti efektif dalam meningkatkan disiplin diri siswa, dengan demikian dapat mengimplementasikan program


(40)

Yohana Oktariana, 2012

Program Bimbingan Pribadi Sosial Menggunakan Assertive Training Untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu

bimbingan pribadi-sosial menggunakan assertive training ini lebih lanjut kepada seluruh siswa SMA pada kegiatan klasikal, bimbingan kelompok. 2. Peneliti selanjutnya, dapat mengaplikasikan teknik dan strategi yang ada

dalam program bimbingan pribadi-sosial menjadi acuan berbagai implikasi isu disiplin diri siswa serta dapat menggunakan teknik yang berbeda.


(41)

Yohana Oktariana, 2012

Program Bimbingan Pribadi Sosial Menggunakan Assertive Training Untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Ardias, Puspita. 2011. Disiplin Diri Siswa Ditelaah berdasarkan Pola Asuh Orang Tua dan Implikasinya pada Layanan Bimbingan dan Konseling. Skripsi PPB FIP UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Ausubel, D.P. 1971. A New Look at Clasroom Discipline. Dalam J. Raths, J.R. Pancella, & J.S. Van Ness (Eds.), Study Teaching (hal.384-385). Englewood Cliffs, N.J.: Prentice-Hall, Inc.

Bear, George. 2005. Discipline:Effective School Practies. NASP: Helping Childern at Home and School III.

Berkowitz, Schwartz dan Walter Doyle. 2006. How Can We Improve School Discipline. Educational Reasearcher: AERA.

Cavanagh, Michael E. 1982. The Counseling Experience, A Theoretical and Practical Approach. Monterey, California: Brooks/Cole Publishing Company.

Corey, Gerald. 2010. Teori dan Praktek Konseling & Psikoterapi. Alih bahasa (2010) E. Koswara. Bandung: Refika Aditama.

Creswell, Jhon. W. 2008. Education Research: Planning, conducting, and evaluating quantitative and qualitative research. America:Person Prentice Hall.

Depdikbud. 2003. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Depdiknas. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Depdiknas. 2007. Rambu-rambu Penyelenggaran Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Bandung.

Dupper, David R. 2010. A New Model Of School Discipline (Engaging Student and Preventing Behavior Problems). New York: Oxford University Pers. Furqon. 1997. Statistika Terapan Untuk Penelitian. Bandung:Alfabeta.

Good’s Dictionary of Education, 2003. Pengertian Disiplin Menurut Goods Dictionary of Education [Online]. http://elearning.unesa.ac.id/


(42)

Yohana Oktariana, 2012

Program Bimbingan Pribadi Sosial Menggunakan Assertive Training Untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu

tag/pengertian-disiplin-menurut-goods-dictionary-of-education. Tersedia:

19 Maret 2012.

Hurlock, E. B. 1980. Developmental Psichology: A Life Span Approach (Fifth ed). Alih bahasa (1997) Istidwiyanti dan Soedjarwo. Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga. Jakubowski-Spector, P.An. 1973. Introduction to Assertive Training Procedures

for Women.Washington, D.C.:American Personneland Guidance Association,.

Kindsvatter, R., & Ishler, M. 1996. Dynamics of Effective Teaching. New York: Longman Publisher.

Khalsa, S. SiriNam. 2008. Pengajaran Disiplin dan Harga Diri.Jakarta: Indeks. Margono. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan. Rineka Cipta:Jakarta.

Mousa, Amal A. 2011. The Effect on Assertiveness Training Program on Assertiveness Skill and Social Interaction Anxiety of Individuals with Scizophreniai. Journal of American Science.

Myers Gail E dan Michele T.M. 1992. The Dynamics of Human Communication: A Labory Approach. Singapura: McGraw-Hill inc.

Murro, James & Kottman, Terry. 1995. Guidance and Counseling in The Elementary and middle Schools. United State: Brown &Benchmark. Nayak, A. 1997. Guidance and Counseling. New Delhi: Aph Publishing.

Nurihsan, Juntika. 2003. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Bandung: Mutiara.

Perkins. 2003. Peranan Disiplin pada Prilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta: Gramedia.

Pavlina, Steve. 2005. The Five Pillars of Self-Discipline.[Online]. Tersedia: www.stevepavlina.com/blog/2005/06/self-discipline/ [27 Februari 2012] Prayitno dan Erman Amti. 2004. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta :

Rineka Cipta.

Rathus, S.A., and Nevid, J.S. 1980. Behavioral Therapy Stategies of Solving Problem in Living. New York: A Signet Book.


(43)

Yohana Oktariana, 2012

Program Bimbingan Pribadi Sosial Menggunakan Assertive Training Untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu

Riduwan, 2006. Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta.

State of IOWA. 2001. Comprehensive Counseling and Guidance Program Development. Departemen of IOWA.

Surya, Mohammad. 2003. Psikologi Konseling. Bandung: Rosda.

Sutisna, O. 1993. Dasar Teoritis untuk Praktek Profesional Administrasi Pendidikan. Bandung: Angkasa.

Suherman, Uman. 2007. Manajemen Bimbingan dan Konseling.Bandung: Madani Production.

Sumarno, Joko. 2006. Minimalisasi Pelanggaran Disiplin Sekolah Melalui Efektivitas Kinerja Tim Kedisiplinan. Widyatama: Jurnal Volume 5 Nomor 2, Juni 2008.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung:Alfabeta

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&B). Bandung : Alfabeta.

Tribunews. 2011. Pelajar SMA Diamankan Warga Akibat Tawuran. [Online]. Tersedia: www.tribunnews.com/2011/09/22/pelajar-sma-diamankan-warga-akibat-tawuran [9 September 2011].

Winkel, W.S., dan Sri Hastuti. 2007. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan (edisi revisi). Yogyakarta: Media Abadi.

Willis, Sofyan 2007. Konseling Individual Teori dan Praktek. Bandung: Alfabeta. Yosef. 2008. Model Konseling Berfokus Solusi untuk Pemecahan Masalah

Disiplin Diri Siswa di Sekolah (Studi Kasus Pelayanan Konseling untuk Siswa dengan Melibatkan Orang Tua di Sekolah Menengah Pertama Negeri 6 Palembang. Disertasi Program Studi Bimbingan dan Konseling UPI: Tidak diterbitkan

Yusuf, Syamsu. 2009. Program Bimbingan & Konseling Di Sekolah. Bandung: Rizqi.

Yusuf, S. 2004. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Rosda Karya.


(44)

Yohana Oktariana, 2012

Program Bimbingan Pribadi Sosial Menggunakan Assertive Training Untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu

_______ dan Nurihsan, A.J. 2005. Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung : Rosda Karya.


(1)

135

Yohana Oktariana, 2012

Program Bimbingan Pribadi Sosial Menggunakan Assertive Training Untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

Berdasarkan hasil pengolahan data dan pembahasan dari penelitian program bimingan pribadi sosial menggunakan assertive training untuk meningkatkan disiplin diri siswa selanjutnya diperoleh simpulan dan rekomendasi.

A. Simpulan

Kesimpulan hasil penelitian berdasarkan analisis dan pembahasan dapat disimpulkan hal-hal berikut ini.

1. Hasil studi pendahuluan menunjukkan bahwa sebagian besar siswa kelas XI SMA Negeri 6 Bandung berada pada kategori disiplin diri yang sedang. Pada aspek dan indikator tertentu siswa memiliki tingkat pencapaian yang rendah.

2. Rancangan bimbingan yang dirancang dan diterapkan efektif dalam meningkatkan disiplin diri siswa, hal ini dapat dilihat dari persentase pretest dan posttest disiplin diri siswa.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian maka diberikan rekomendasi kepada pihak-pihak yang terkait, sebagai berikut.

1. Guru bimbingan dan konseling, program bimbingan pribadi-sosial menggunakan assertive training terbukti efektif dalam meningkatkan disiplin diri siswa, dengan demikian dapat mengimplementasikan program


(2)

136

bimbingan pribadi-sosial menggunakan assertive training ini lebih lanjut kepada seluruh siswa SMA pada kegiatan klasikal, bimbingan kelompok. 2. Peneliti selanjutnya, dapat mengaplikasikan teknik dan strategi yang ada

dalam program bimbingan pribadi-sosial menjadi acuan berbagai implikasi isu disiplin diri siswa serta dapat menggunakan teknik yang berbeda.


(3)

Yohana Oktariana, 2012

Program Bimbingan Pribadi Sosial Menggunakan Assertive Training Untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Ardias, Puspita. 2011. Disiplin Diri Siswa Ditelaah berdasarkan Pola Asuh Orang Tua dan Implikasinya pada Layanan Bimbingan dan Konseling. Skripsi PPB FIP UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Ausubel, D.P. 1971. A New Look at Clasroom Discipline. Dalam J. Raths, J.R. Pancella, & J.S. Van Ness (Eds.), Study Teaching (hal.384-385). Englewood Cliffs, N.J.: Prentice-Hall, Inc.

Bear, George. 2005. Discipline:Effective School Practies. NASP: Helping Childern at Home and School III.

Berkowitz, Schwartz dan Walter Doyle. 2006. How Can We Improve School

Discipline. Educational Reasearcher: AERA.

Cavanagh, Michael E. 1982. The Counseling Experience, A Theoretical and

Practical Approach. Monterey, California: Brooks/Cole Publishing

Company.

Corey, Gerald. 2010. Teori dan Praktek Konseling & Psikoterapi. Alih bahasa (2010) E. Koswara. Bandung: Refika Aditama.

Creswell, Jhon. W. 2008. Education Research: Planning, conducting, and

evaluating quantitative and qualitative research. America:Person Prentice

Hall.

Depdikbud. 2003. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003

Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Departemen Pendidikan

Nasional.

Depdiknas. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Depdiknas. 2007. Rambu-rambu Penyelenggaran Bimbingan dan Konseling

dalam Jalur Pendidikan Formal. Bandung.

Dupper, David R. 2010. A New Model Of School Discipline (Engaging Student

and Preventing Behavior Problems). New York: Oxford University Pers.

Furqon. 1997. Statistika Terapan Untuk Penelitian. Bandung:Alfabeta.

Good’s Dictionary of Education, 2003. Pengertian Disiplin Menurut Goods


(4)

tag/pengertian-disiplin-menurut-goods-dictionary-of-education. Tersedia: 19 Maret 2012.

Hurlock, E. B. 1980. Developmental Psichology: A Life Span Approach (Fifth ed). Alih bahasa (1997) Istidwiyanti dan Soedjarwo. Psikologi Perkembangan,

Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.

Jakubowski-Spector, P.An. 1973. Introduction to Assertive Training Procedures for Women.Washington, D.C.:American Personneland Guidance Association,.

Kindsvatter, R., & Ishler, M. 1996. Dynamics of Effective Teaching. New York: Longman Publisher.

Khalsa, S. SiriNam. 2008. Pengajaran Disiplin dan Harga Diri.Jakarta: Indeks. Margono. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan. Rineka Cipta:Jakarta.

Mousa, Amal A. 2011. The Effect on Assertiveness Training Program on Assertiveness Skill and Social Interaction Anxiety of Individuals with

Scizophreniai. Journal of American Science.

Myers Gail E dan Michele T.M. 1992. The Dynamics of Human Communication:

A Labory Approach. Singapura: McGraw-Hill inc.

Murro, James & Kottman, Terry. 1995. Guidance and Counseling in The

Elementary and middle Schools. United State: Brown &Benchmark.

Nayak, A. 1997. Guidance and Counseling. New Delhi: Aph Publishing.

Nurihsan, Juntika. 2003. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Bandung: Mutiara.

Perkins. 2003. Peranan Disiplin pada Prilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta: Gramedia.

Pavlina, Steve. 2005. The Five Pillars of Self-Discipline.[Online]. Tersedia: www.stevepavlina.com/blog/2005/06/self-discipline/ [27 Februari 2012] Prayitno dan Erman Amti. 2004. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta :

Rineka Cipta.

Rathus, S.A., and Nevid, J.S. 1980. Behavioral Therapy Stategies of Solving


(5)

Yohana Oktariana, 2012

Program Bimbingan Pribadi Sosial Menggunakan Assertive Training Untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu

Riduwan, 2006. Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru-Karyawan dan Peneliti

Pemula. Bandung: Alfabeta.

State of IOWA. 2001. Comprehensive Counseling and Guidance Program

Development. Departemen of IOWA.

Surya, Mohammad. 2003. Psikologi Konseling. Bandung: Rosda.

Sutisna, O. 1993. Dasar Teoritis untuk Praktek Profesional Administrasi

Pendidikan. Bandung: Angkasa.

Suherman, Uman. 2007. Manajemen Bimbingan dan Konseling.Bandung: Madani Production.

Sumarno, Joko. 2006. Minimalisasi Pelanggaran Disiplin Sekolah Melalui

Efektivitas Kinerja Tim Kedisiplinan. Widyatama: Jurnal Volume 5 Nomor

2, Juni 2008.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung:Alfabeta

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif dan R&B). Bandung : Alfabeta.

Tribunews. 2011. Pelajar SMA Diamankan Warga Akibat Tawuran. [Online]. Tersedia: www.tribunnews.com/2011/09/22/pelajar-sma-diamankan-warga-akibat-tawuran [9 September 2011].

Winkel, W.S., dan Sri Hastuti. 2007. Bimbingan dan Konseling di Institusi

Pendidikan (edisi revisi). Yogyakarta: Media Abadi.

Willis, Sofyan 2007. Konseling Individual Teori dan Praktek. Bandung: Alfabeta. Yosef. 2008. Model Konseling Berfokus Solusi untuk Pemecahan Masalah

Disiplin Diri Siswa di Sekolah (Studi Kasus Pelayanan Konseling untuk Siswa dengan Melibatkan Orang Tua di Sekolah Menengah Pertama

Negeri 6 Palembang. Disertasi Program Studi Bimbingan dan Konseling

UPI: Tidak diterbitkan

Yusuf, Syamsu. 2009. Program Bimbingan & Konseling Di Sekolah. Bandung: Rizqi.

Yusuf, S. 2004. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Rosda Karya.


(6)

_______ dan Nurihsan, A.J. 2005. Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung : Rosda Karya.