EFEKTIVITAS PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI UNTUK MENINGKATKAN DISIPLIN PESERTA DIDIK.

(1)

Efektivitas Program Bimbingan Pribadi Untuk Meningkatkan

Disiplin Peserta Didik

(Studi Eksprimen Kuasi Terhadap Peserta Didik Kelas X SMA Negeri Se-kabupaten Bangka Tengah)

TESIS

Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna memperoleh gelar Magister Pendidikan

Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh

SLAMET RIYADI 1010030

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG


(2)

EFEKTIVITAS PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI BERBASIS

KONSELING REALITAS UNTUK PENGEMBANGAN

DISIPLIN PESERTA DIDIK

(Studi Eksprimen Kuasi Terhadap Peserta Didik Kelas X SMA Negeri Sekabupaten Bangka Tengah)

Oleh

SLAMET RIYADI

S.Pd IKIP Muhammadiyah Yogyakarta, 1994

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Fakultas Ilmu Pendidikan

Jurusan Bimbingan dan Konseling

© Slamet Riyadi 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING

Pembimbing I,

Prof. Dr. H. Syamsu Yusuf LN, M.Pd. NIP.19520620 198002 1 001

Pembimbing II,

Dr. H. Mamat Supriatna, M.Pd. NIP.19600829 198703 1 002

Mengetahui:

Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling

Dr. H. Nandang Rusmana, M.Pd. 19600501 198603 1 004


(4)

ABSTRAK

Slamet Riyadi. (2013) Program Bimbingan Pribadi Untuk Meningkatkan Disiplin Peserta Didik SMA Negeri Se-Kabupaten Bangka Tengah (Studi Eksprimen Kuasi Terhadap Peserta Didik Kelas X SMA Negeri Se-Kabupaten Bangka Tengah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun Pelajaran 2012/2013. Pembimbing I Prof. Dr. H. Syamsu Yusuf LN, M.Pd, Pembimbing II Dr. H. Mamat Supriatna, M.Pd. Program Studi Bimbingan dan Konseling Sekolah Pascasarjana Univeresitas Pendidikan Indonesia.

Penelitian ini bertujuan menghasilkan program bimbingan pribadi untuk meningkatkan disiplin peserta didik. Pengembangan program ini dilandasi oleh: kondisi objektif pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah, profil umum disiplin peserta didik di sekolah, rujukan pustaka model program bimbingan, kondisi awal subjek penelitian, dan hasil uji coba program bimbingan.

Dengan menggunakan pendekatan kuantitatif melalui metode eksprimen kuasi, diperoleh hasil penelitian yang menunjukkan secara umum program bimbingan pribadi cukup efektif untuk meningkatkan disiplin peserta didik pada indikator : ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, ketertiban, komitmen, dan konsisten, kecuali indikator yang belum signifikan yakni : keteraturan.

Rekomendasi ditujukan kepada pihak-pihak yang terkait dengan penelitian ini yakni : Dinas Pendidikan Kabupaten Bangka Tengah, Kepala Sekolah Menengah Atas di lingkungan Kabupaten Bangka Tengah, Guru Bimbingan dan konseling, serta Peneliti selanjutnya


(5)

ABSTRACT

Slamet Riyadi. (2013) Personal Tutoring Program To Improve High School Discipline of Students in State Se-Central Bangka regency (Quasi-Experimental Study of Students Against Senior High School Class X Central Bangka, Bangka Belitung Islands Province in the Academic Year 2012/2013. Supervisor I Prof. Dr.H. Syamsu Yusuf, LN. M.Pd. Supervisor II Dr. H. Mamat Surpriatna, M.Pd. Guidance and Counseling Program Graduate School of Education Univeresitas Indonesia.

This research program is aimed at generating personalized guidance to improve the discipline of the students. This program is based on the development of: the objective conditions in the implementation of school guidance, the general profile of students in school discipline, reference library program model guidance, the initial conditions of research subjects, and the results of testing the guidance program. By using a quantitative approach through a quasi-experimental methods, the results obtained indicate generally private tutoring programs are effective in improving student discipline on indicators: obedience, loyalty, discipline, commitment, consistent, except for the significant indicators yet: regularity. Recommendations addressed to the parties associated with this research are: the Department of Education Central Bangka regency, Principal, Teacher Guidance and counseling, as well as further Researcher


(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

LEMBAR PERNYATAAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

MOTTO ... viii

ABSTRAK ... ix

DAFTAR ISI………. ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GRAFIK ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I. PENDAHULUAN ………. 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 11

D. Manfaat Penelitian ... 12

E. Penjelasan Istilah ……… ... 13

F. Alur Pengembangan Program Bimbingan Preibadi ... 19

BAB II. KAJIAN TEORETIK DISIPLIN DAN PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI ... 20

A. Tinjauan Teoretik Tentang Disiplin ... 20

B. Konsep, Unsur-unsur dan Pengembangan Disiplin ... 26

C. Konsep Dasar Bimbingan ………... 48

D. Kerangka Teoritik Program Bimbingan Pribadi ... 58

E. Penelitian Yang Relevan ... 71


(7)

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 73

A. Pendekatan, Metode dan Desain Penelitian ... 73

B. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian ... 75

C. Alur Penelitian ……… ... 78

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ... 79

E. Pengembangan Instrumen Penelitian………. ... 82

F. Pengembangan Program Bimbingan Pribadi ... 89

G. Langkah-langkah Implementasi Program……… ... 94

F. Teknik Analisis Data ... 97

H. Tahapan Penelitian ………... 103

BAB IV. DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ... 105

A. Hasil Penelitian ... 105

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 134

C. Keterbatasan Penelitian ... 146

BAB V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI……… ... 148

A. Kesimpulan ... 148

B. Rekomendasi ... 149


(8)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Penelitian

Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan kebutuhan dasar setiap manusia, apalagi ketika akulturasi, globalisasi, dan modernisasi yang berlangsung pada dekade saat ini yang ditandai dengan ledakan besar ilmu pengetahuan dan teknologi (knowledge and technology big bang), tuntutan tersebut semakin terasa sangat mendesak. Untuk memenuhi semua itu, pendidikan berperan sebagai gerbang utama sekaligus sebagai filter terhadap buaian-buaian manis side effect akulturasi, globalisisi, dan modernisasi, (S.Kartadinata,2004:1), Upaya untuk meningkatkan mutu sumber daya manusia ini merupakan isu

central dalam pembangunan bangsa, dalam rangka menciptakan kondisi kehidupan yang

lebih baik. Berdasarkan alasan ini, maka bidang pendidikan diharapkan dapat meningkatkan mutu peranannya. Apalagi jika mengingat bahwa kondisi kehidupan di masa depan akan lebih kompleks dari kehidupan masa sekarang. Dengan mengantisipasi permasalahan yang akan di hadapi, maka diperlukan suatu keputusan politis mengenai profil kepribadian insan Indonesia yang akan dikembangkan melalui pendidikan dan bimbingan.

Pendidikan merupakan proses yang dilakukan sepanjang hayat, karena pada dasarnya pendidikan adalah suatu proses untuk memanusiakan manusia sehingga dilaksanakan seiring dengan perkembangan individu itu sendiri. Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan yang secara sistematis melaksanakan program bimbingan, pengajaran dan pelatihan dalam rangka membantu peserta


(9)

didik agar mampu mengembangkan potensinya, baik yang menyangkut aspek moral, spiritual, intelektual, emosional maupun sosial. Pendidikan juga merupakan dasar bagi kemajuan dan keberlangsungan kehidupan individu, melalui pendidikan individu peserta didik memperoleh informasi dan pengetahuan yang dapat dipergunakan untuk mengembangkan diri sesuai dengan kemampuan, dan kesempatan yang ada. Pendidikan bertujuan untuk menyiapkan individu peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik yang dapat menerapkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Pendidikan harus memberikan dampak positif bagi kehidupan masyarakat dan kebudayaan nasional (Depdikbud 2004:149). Pernyataan tersebut menyiratkan arti pendidikan yang merupakan unsur penting dalam mambangun masyarakat, kebudayaan dan perkembangan bangsa. Penegasan dari tujuan pendidikan, dalam Undang Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 ayat 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang berbunyi:

" Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, berkepribadian, berakhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara".

Menurut Juntika Nurihsan (2005:3), pendidikan yang bermutu haruslah yang seimbang, yang tidak hanya mampu mengantarkan peserta didik pada pencapaian standar kemampuan profesional dan akademis, tetapi juga mampu membuat perkembangan diri yang sehat dan produktif.

Secara formal pendidikan di Indonesia dimulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Dengan menempuh jenjang pendidikan formal, diharapkan


(10)

setiap individu peserta didik dapat menjadi manusia yang berkualitas dan mandiri. Secara tersirat bahwa suasana pendidikan yang diciptakan harus mampu mengembangkan semangat kemandirian dalam berpikir, bersikap dan bertindak. Individu sebagai peserta didik menjadi sasaran utama dalam kegiatan pendidikan, di mana mereka diharapkan dapat mencapai keberhasilan belajar. Keberhasilan belajar individu peserta didik dapat dilihat dari kemampuannya dalam menguasai materi pelajaran, prestasi belajar yang dicapai, ketrampilan dan kebenaran serta ketepatan dalam menyelesaikan tugas yang diberikan dan hal-hal lain.

Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang secara sistematik melaksanakan program bimbingan, pengajaran, dan latihan dalam rangka membantu siswa, dalam hal ini adalah setiap individu pesereta didik agar mampu mengembangkan potensinya, baik yang menyangkut aspek moral-spritual, intelektual, emosional maupun sosial (Syamsu Yusuf, 2005:95)

Salah satu aspek kualitas sumber daya manusia Indonesia yang harus ditumbuhkembangkan adalah “disiplin”. Karena sikap disiplin dapat dipandang sebagai hal yang sangat mendasar dalam kehidupan individu maupun masyarakat. Makin disiplin seseorang dan masyarakat, maka makin besarlah peluang terbentuknya tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sesuai dengan yang dicita-citakan.

Mengenai pentingnya disiplin dalam seluruh aspek kehidupan, Syamsu Yusuf, (2005:4) mengemukakan bahwa untuk setiap periode kehidupan (sejak kanak-kanak sampai dewasa) diperlukan disiplin. Disiplin diperlukan untuk menyalurkan tingkah laku dan menunjukkannya ke arah yang benar; membatasi


(11)

tingkah laku; dan mengarahkan tingkah laku sesuai dengan yang diharapkan masyarakat dan lingkungan. Alasan dasar mengenai pentingnya disiplin, adalah suatu kenyataan bahwa individu merupakan bagian dari kelompok masyarakat, di mana dia harus memberikan persetujuan (consgssion) tertentu; jika tidak begitu maka akan menimbulkan konflik di antara anggota masyarakat tersebut.

Selaras dengan hal tersebut, Singgih D. Gunarsa, (2003:69) menyatakan bahwa, sekolah sebagai tempat pembinaan kedisiplinan peserta didik sangatlah tepat dibandingkan dengan pendidikan keluarga. Karena menurutnya, pendidikan formal berbeda dengan pendidikan keluarga, karena keluarga bukanlah lembaga yang didirikan dengan tujuan mendidik anak untuk dapat memenuhi tuntutan-tuntutan masyarakat. Sedangkan sekolah didirikan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang lebih baik.

Untuk membangun disiplin peserta didik terdapat dua unsur yang terkait di dalamnya, yaitu; keinginan adanya keteraturan dan keinginan tidak berlebihan serta penguasaan diri. Pada usia dini anak harus dapat dididik untuk membiasakannya dengan keteraturan. Dengan kata lain disiplin merupakan cara untuk merangsang kemauan anak dalam proses pembelajaran. Anak harus dilatih mentaati kaidah peraturan, maka ia harus bisa merasakan adanya sesuatu yang patut dihormati yaitu otoritas moral yang ditanamkan pada anak.

Menurut Singgih D. Gunarsa, (2003:69) untuk membangun disiplin peserta didik terdapat dua unsur yang terkait di dalamnya, yaitu; keinginan adanya keteraturan dan keinginan tidak berlebihan serta penguasaan diri. Pada usia dini anak harus dapat dididik untuk membiasakannya dengan keteraturan. Dengan


(12)

kata lain disiplin merupakan cara untuk merangsang kemauan peserta didik dalam proses pembelajaran. Peserta didik harus dilatih menaati kaidah peraturan, maka ia harus bisa merasakan adanya sesuatu yang patut dihormati yaitu otoritas moral yang ditanamkan pada diri mereka sebagai peserta didik.

Penelitian yang dilakukan Dini Anggriani terhadap peserta didik SMA se-kota Bandung (2007:65) menunjukkan bahwa aspek-aspek kedisiplinan yang tergolong tinggi tingkat pelanggarannya adalah pada aspek sopan santun (43%), kehadiran (37%), kegiatan belajar (33%), dan penampilan (41%). Sedangkan sisanya tergolong dalam kategori sedang yaitu menjaga sarana dan prasarana (30%) serta dari aspek upacara (28%), dengan kata lain tingkat kedisiplinan peserta didik sangat rendah, artinya individu peserta didik tersebut belum mampu mengatur dirinya sendiri dalam belajar dan mentaati peraturan yang diberikan oleh guru dan lembaga sekolah yang perlu di awasi dan dikontrol dari luar dirinya oleh para guru, selain itu bahwa harus benar-benar dalam pengawasan dan kontrol dari luar diri pribadi mereka, meskipun kadang-kadang ada kalanya muncul seketika pada situasi dari dalam diri mereka dalam belajar dan mentaati peraturan.

Pelanggaran tata tertib yang dilakukan peserta didik merupakan perilaku negatif dan tidak dapat dibiarkan terus menerus, apabila kebiasan ini tidak menemukan pemecahan masalahnya maka tujuan pendidikan nasional akan sulit terwujud.

Banyaknya peserta didik yang indisiplin, maka guru harus mengupayakan untuk menumbuhkan disiplin pada diri peserta didik dengan cara, antara lain : membantu peserta didik mengembangkan pola prilakunya, serta membantu


(13)

meningkatkan standar prilakunya dengan menggunakan pelaksanaan aturan sebagai alat, baik aturan-aturan khusus maupun umum.

Fenomena dari hasil studi pendahuluan kondisi objektif di sekolah, dalam pelaksanaan kegiatan belajar (PBM) masih banyak temuan berbagai gejala-gejala perilaku yang tidak disiplin dari peserta didik di sekolah yang menyangkut dengan hal tata tertib sekolah. Berbagai gejala-gejala perilaku yang tidak disiplin peserta didik tersebut adalah; sering terlambat datang di sekolah dan masuk kelas, membolos, tidak mengerjakan tugas atau PR, menyontek, tidak mengikuti pelajaran tertentu, ribut di dalam kelas, pakaian yang tidak dimasukkan, tidak melengkapi atribut dan kelengkapan seragam sekolah. Gejala-gejala tersebut akhirnya memberikan dampak yang tidak menguntungkan bagi perkembangan peserta didik itu sendiri, seperti halnya pada kelas X SMA Negeri se-Kabupaten Bangka Tengah semester I tahun ajaran 2012-2013 kegagalan dalam bidang akademis, yakni peserta didik yang memiliki sangat rendah dalam prestasi belajarnya tercatat 17 % atau setara dengan 122 peserta didik, kemudian 74 % atau setara dengan 532 peserta didik memiliki prestasi belajar dalam kategori sedang, serta hanya 9 % saja atau setara dengan 65 peserta didik saja yang memiliki prestasi yang tinggi. Maksudnya dari 719 peserta didik terdapat 129 peserta didik tersebut hampir seluruh bidang studinya tidak mencapai standar ketuntasan belajar minimal (SKBM), selain itu tercatat 6 peserta didik dari 719 peserta didik atau setara dengan 8 % yang putus sekolah

Gejala-gejala perilaku seperti dijelaskan di atas, dapat dipandang sebagai petunjuk bahwa para peserta didik yang bersangkutan belum terbentuk dan tidak memiliki disiplin


(14)

dalam belajar. Dalam hal ini, Singgih D. Gunarsa (2003: 165) mengemukakan, bahwa masalah tingkah laku di sekolah yang bertalian dengan kurang pembentukan disiplin diri seperti halnya, pengendalian tingkah laku yang memerlukan bimbingan guru, adalah keterlambatan, membolos, menentang perintah guru, menyontek, dan sebagainya.

Dari permasalahan di atas Syamsu Yusuf (2005:7), menyatakan apabila dihubungkan dengan proses pendidikan di sekolah, khususnya penyelenggaraan layanan bimbingan, maka sangat diharapkan setiap peserta didik dapat berkembang menjadi manusia yang memiliki disiplin dan bertanggung jawab. Dengan kata lain peserta didik harus memiliki kesadaran normatif dalam hal-hal, seperti :

1. Kesadaran akan pentingnya belajar

Peserta didik berkeyakinan bahwa belajar itu berdampak positif bagi perkembangan dirinya dan mengarahkannya kepada kehidupan yang konstruktif. Berdasarkan keyakinannya ini, maka senantiasa memacu dirinya untuk belajar. Peserta didik mengatur dan mengarahkan aktivitas belajarnya sehari-hari. Membiasakan diri untuk membaca buku pelajaran secara teratur, menyelesaikan tugas-tugas atau pekerjaan rumah tepat pada waktunya, dan berusaha untuk memahami dan mengambil makna setiap mata pelajaran yang diberikan guru.

2. Kesadaran akan pentingnya kejujuran

Peserta didik hendaknya menyadari bahwa kejujuran merupakan kualitas moral yang luhur. Oleh karena itu, hendaknya setiap peserta didik harus memiliki komitmen terhadap nilai kejujuran tersebut. Komitmen tersebut harus diwujudkan dalam perilaku sehari-hari, seperti di sekolah tidak mau menyontek pada saat ujian berlangsung, karena menyadari bahwa


(15)

perilaku itu merupakan penyimpangan dari nilai kejujuran tersebut.

3. Kesadaran akan pentingnya mentaati peraturan

Peserta didik seharusnya memahami bahwa setiap peraturan yang ditetapkan mempunyai nilai positif yang menyangkut hajat orang banyak. Oleh sebab itu, dengan kesadaran sendiri mentaati peraturan yang berlaku, baik di sekolah,

di rumah, maupun di masyarakat (seperti peraturan lalu lintas). Dengan adanya kesadaran ini pula, peserta didik akan memahami batas-batas perilaku, mana yang boleh dan mana yang tidak boleh dilakukannya. Jika pemahaman ini telah dimiliki, maka dengan sendirinya akan mampu mewujudkan dirinya melalui perilaku yang positif dan konstruktif.

Berdasarkan paparan di atas, dapat dikemukakan bahwa apabila setiap individu atau peserta didik telah memiliki kualitas pribadi yang bertanggung jawab dan memiliki disiplin, maka dengan sendirinya akan dapat memberikan nilai yang bermakna terhadap kehidupannya sendiri maupun orang lain.

B.Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian

Latar belakang di atas, menggambarkan; (a) kesadaran akan pentingnya belajar, (2) pentingnya kejujuran, dan (3) pentingnya mentaati peraturan serta dihubungkan dengan upaya meningkatkan mutu pendidikan dan bimbingan, maka perlu adanya upaya untuk mencegah atau mengatasi permasalahan tersebut, serta menemukan cara-cara yang memadai untuk menumbuhkembangkan serta terbentuknya disiplin peserta didik.

Bimbingan dan konseling sebagai bagian integral dari penyelenggaraan pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam pengembangan potensi peserta didik sehingga mencapai taraf perkembangan yang optimal dalam


(16)

mengatasi perilaku yang mengganggu (disruptive behavior), sebagai dasar pengembangan program bimbingan pribadi untuk mengembangkan disiplin peserta didik SMA. Proses layanan bimbingan dan konseling di sekolah, guru BK memiliki peran dan tanggung jawab yang sangat penting dalam membentuk dan menumbuhkembangkan perilaku disiplin peserta didik. Kemampuan guru BK untuk memahami karakteristik dan kebutuhan individu peserta didik dalam suasana belajar di sekolah akan lebih berhasil apabila di dalam maupun di luar sekolah dengan menanamkan kedisiplinan, hal ini dengan sendirinya membantu individu peserta didik membangun dan menumbuhkembangkan perilaku disiplin dalam aktifitasnya sehari-hari baik di sekolah maupun di luar sekolah.

Dalam bukunya Penerapan Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa.

Tulus Tu’u, (2004:35) mengemukakan pentingnya disiplin bagi individu peserta

didik, yakni dapat memberikan dukungan bagi terciptanya perilaku yang tidak menyimpang, dapat membantu individu peserta didik memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungannya, cara menyelesaikan tuntutan yang ingin ditunjukkan individu peserta didik terhadap lingkungan sekitarnya, untuk dapat mengatur keseimbangan keinginan di antara individu dengan individu peserta didik lainnya, dapat menjauhkan individu peserta didik dari hal-hal yang dilarang oleh tata tertib sekolah, dapat mendorong individu peserta didik melakukan hal-hal yang baik dan benar serta dapat membantu individu peserta didik hidup dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik dan positif sehingga akan sangat bermanfaat bagi diri pribadi serta lingkungannya, yang akhirnya dapat menimbulkan ketentraman dan ketenangan jiwa bagi diri pribadi maupun


(17)

lingkungannya.

Sekolah yang melaksanakan kegiatan proses belajar dan mengajar dengan tertib, teratur dan tenang dengan sendirinya mencerminkan bahwa sekolah tersebut lingkungan peserta didiknya memiliki dedikasi yang gigih, giat, serius, penuh perhatian dan sungguh-sungguh serta kompetitif dalam belajarnya. Sekolah yang mencerminkan lingkungan disiplin peserta didik yang baik akan memberikan kontribusi lahirnya individu-individu peserta didik yang berprestasi dengan kepribadian yang unggul pula.

Selaras dengan pentingnya disiplin peserta didik yang harus dilaksanakan di sekolah sebagai upaya untuk pengembangan kepribadian individu peserta didik, maka perlu dirancang dan diterapkan program bimbingan konseling yang sesuai dengan kebutuhan individu peserta didik dan tuntutan masyarakat serta kebijakan lembaga dalam rangka membantu individu peserta didik untuk mewujudkan pribadi yang disiplin dan bertanggung jawab.

Latar belakang penelitian “Program Bimbingan pribadi Untuk Meningkatkan Disiplin Peserta Didik” menimbulkan masalah penelitian secara umum adalah; “ Bagaimanakah program bimbingan pribadi untuk meningkatkan

disiplin peserta didik ?”.

Permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini, diturunkan untuk dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian secara khusus sebagai berikut: 1 Seperti apakah profil umum disiplin peserta didik kelas X SMA Negeri


(18)

2 Bagaimana rumusan program hipotetik bimbingan pribadi untuk meningkatkan disiplin peserta didik kelas X SMA Negeri se-kabupaten Bangka Tengah tahun ajaran 2012/2013?

3 Bagaimana gambaran efektivitas program bimbingan pribadi untuk meningkatkan disiplin peserta didik kelas X SMA Negeri se-kabupaten Bangka Tengah tahun ajaran 2012/2013?

C.Tujuan Penelitian

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk memperoleh program bimbingan pribadi yang efektif untuk meningkatkan disiplin peserta didik kelas X SMA se-kabupaten Bangka Tengah tahun ajaran 2012-2013.

Tujuan khusus penelitian ini untuk menemukan fakta empirik tentang; 1. Profil umum disiplin peserta didik kelas X SMA Negeri se-kabupaten Bangka

Tengah tahun ajaran 2012-2013.

2. Rumusan program bimbingan pribadi yang secara hipotetik efektif untuk meningkatkan disiplin peserta didik kelas X SMA Negeri se-kabupaten Bangka Tengah tahun ajaran 2012-2013.

3. Gambaran program bimbingan pribadi yang efektif untuk meningkatkan disiplin peserta didik kelas X SMA Negeri se-kabupaten Bangka Tengah tahun ajaran 2012-2013.

D.Manfaat Penelitian

Penelitian ini secara umum ditujukan untuk mengungkapkan disiplin pesertadidik SMA Negeri se-Kabupaten Bangka Tengah. Pengungkapan ini dikaitkan dengan faktor disiplin peserta didik dalam mematuhi peraturan ataupun


(19)

tata tertib di lembaga pendidikan formal pada jenjang pendidikan menengah. Keterkaitannya dengan pengkajian masalah praktis maupun teoretis, hasil studi ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan kontribusi dalam beberapa hal sebagai berikut,

1. Memberikan informasi empirik mengenai gambaran disiplin peserta didik kelas X SMA Negeri se-Kabupaten Bangka Tengah tahun ajaran 2012-2013, informasi ini dapat dijadikan bahan masukan, pemikiran atau pertimbangan para pemangku jabatan yang relevan, seperti Kepala Dinas Pendidikan, Kepala Bidang Pendidikan dan Menengah Dinas Pendidikan serta para Kepala Sekolah di lingkungan Kabupaten Bangka Tengah dalam mengembangkan dan menetapkan kebijakan tentang disiplin peserta didik.

2. Guru Bimbingan dan para guru mata pelajaran lainnya, hasil penelitian ini bermanfaat untuk lebih memahami disiplin peserta didik dalam mentaati tata tertib sekolah, dan dapat dijadikan masukan tentang bagaimana sebaiknya menetapkan dan melaksanakan peraturan dalam memberlakukan peserta didik agar dapat menumbuhkembangkan disiplin peserta didik.

3. Dalam kaitannya dengan layanan bimbingan dan konseling, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai pilihan pengembangan layanan bimbingan kepada peserta didik, serta dapat dijadikan perumusan program bimbingan pribadi di sekolah.

4. Hasil penelitian ini dapat memperkaya khazanah pengetahuan menegenai konsep disiplin peserta didik yang dirasakan masih sangat kurang saat ini.


(20)

E.Penjelasan Istilah

Bagian ini, berisi dua penjelasan permasalahan utama studi penelitian yang dikaji. Masalah utama penelitian yang dikaji dalam penelitian ini, dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Disiplin

Disiplin adalah kesadaran diri untuk mengendalikan atau mengontrol dirinya dengan bersungguh-sungguh, seperti pendapat yang dikemukakan oleh beberapa ahli sebagai berikut:

Soegeng Prijodarminto (2004:23) mengemukakan “disiplin” adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai. Nilai-nilai tersebut adalah: (a) nilai-nilai ketaatan, (b) nilai-nilai kepatuhan, (c) nilai-nilai kesetiaan, (d) nilai-nilai keteraturan dan (e) nilai-nilai ketertiban. Nilai-nilai tersebut itulah menjadi bagian perilaku dalam kehidupannya. Perilaku itu tercipta melalui proses binaan melalui keluarga, pendidikan dan pengalaman.

Selanjutnya Slameto (2003:2) menyatakan “disiplin” adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya yang membentuk dan menunjukkan: “nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan atau ketertiban.”

Lebih lanjut Tulus Tu’u (2004:8) berpendapat bahwa disiplin merupakan kesadaran diri yang muncul dari batin terdalam untuk mengikuti dan mentaati


(21)

peraturan-peraturan, nilai-nilai dan hukum yang berlaku dalam satu lingkungan tertentu. Kesadaran itu antara lain, kalau dirinya berdisiplin baik, maka akan memberi dampak yang baik pula bagi keberhasilan dirinya dan untuk masa depannya. Dalam hal ini tentunya seorang peserta didik perlu memiliki sikap disiplin dengan melakukan latihan-latihan serta pengalaman-pengalaman yang memperkuat dirinya sendiri untuk selalu terbiasa patuh dan mempertinggi daya kendali diri. Sikap disiplin yang timbul dari kesadarannya sendiri akan dapat lebih memacu dirinya dalam hal bersikap dan bertindak selaras dengan tatatanan dan norma-norma yang berlaku bagi dirinya serta lingkungannya berada dan bukan semata-mata karena suatu keterpaksaan.

Dari paparan beberapa definisi seperti yang tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa secara implisit, terkandung tiga hal pokok dari disiplin peserta didik, yaitu disiplin sebagai (1) suatu perbuatan, (2) suatu kemauan, dan (3) disiplin sebagai suatu rangkaian peraturan yang memiliki tujuan tertentu atau merupakan sistem peraturan.

Disiplin adalah usaha seseorang untuk menciptakan keadaan tenang, tenteram atau keteraturan sikap maupun tindakan seseorang. Dengan demikian peserta didik yang disiplin adalah peserta didik yang mentaati peraturan yang ada sehingga dalam proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik.

Disiplin peserta didik dapat dilihat dari ketepatan waktu dalam masuk kelas, kepatuhan terhadap peraturan-peraturan sekolah serta melaksanakan tata tertib dan taat terhadap kebijakan yang berlaku dalam pelaksanaan proses pembelajaran khususnya yang berkaitan dengan aktivitasnya di sekolah.


(22)

Disiplin merupakan suatu cara yang digunakan oleh guru untuk membimbing, mendidik dan membentuk perilaku peserta didik agar menjadi orang yang berguna dan berprestasi tinggi dalam bidang pelajaran yang pada akhirnya untuk mengantarkan peserta didik menjadi orang yang sukses.

2. Program Bimbingan Pribadi Untuk Meningkatkan Disiplin Peserta Didik a. Program Bimbingan Pribadi

Pada hakekatnya program bimbingan pribadi merupakan salah satu dari empat strategi program bimbingan dan konseling. Ditinjau dari ragam permasalahan yang dihadapi peserta didik dalam ranah bimbingan dan konseling mencakup bidang layanan bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar, serta bimbingan karir.

Program bimbingan pribadi merupakan layanan bimbingan yang bergerak dalam membantu individu (peserta didik) dalam menghadapi serta memecahkan masalah-masalah kepribadian.

Salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru pembimbing atau konselor sekolah adalah mengelola program bimbingan dan konseling, yaitu: merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi, dan merancang tindak lanjut atau mendesain perbaikan atau pengembangan program bimbingan dan konseling (Yusuf, 2009: 68-69).

Program dalam layanan bimbingan dan konseling merupakan rencana yang menyeluruh dari aktivitas suatu lembaga pendidikanatau unit yang berisi layanan-layanan yang terencana beserta waktu pelaksanaan dan pelaksananya (Mappiare, 2006:254).


(23)

Program bimbingan pribadi untuk meningkatkan disiplin peserta didik dalam penelitian ini didefinisikan sebagai layanan fasilitasi dari konselor kepada konseli (peserta didik) yang bertujuan untuk membantu peserta didik dalam menumbuhkembangkan sikap serta perilaku yang tercermin pada indikator ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan, ketertiban serta komitmen dan konsisten.

b. Komponen Program

Komponen program (Rambu-Rambu Penyelengaraan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal, 2008:224) dipaparkan sebagai berikut:

1) Bimbingan Klasikal

Program yang dirancang menuntut konselor untuk melakukan kontak langsung dengan peserta didik di kelas. Secara terjadwal, konselor memberikan pelayanan bimbingan kepada peserta didik. Kegiatan bimbingan klasikal dapat berupa diskusi kelas atau brain storming (curah pendapat).

2) Pelayanan Orientasi

Pelayanan orientasi merupakan kegiatan yang memungkinkan peserta didik agar dapat memahami dan menyesuaikan diri dengan lingkungan baru,terutama dengan lingkungan sekolah. Pelayanan orientasi di sekolah biasanya dilaksanakan pada program awal tahun pelajaran baru. Materi pelayanan orientasi di sekolah biasanya mencakup organisasi sekolah, staf dan guru-guru, kurikulum, program bimbingan dan konseling, program ekstrakurikuler, fasilitas atau sarana dan prasarana, dan tata tertib sekolah.


(24)

3) Pelayanan Informasi

Layanan pemberian informasi tentang berbagai hal yang dipandang bermanfaat bagi peserta didik melalui komunikasi langsung maupun komunikasi tidak langsung (melalui media cetak dan elektronik yang meliputi: buku, brosur, majalah dan internet).

4) Bimbingan Kelompok

Layanan bimbingan yang diberikan kepada siswa melalui kelompok-kelompok kecil (5 s.d 10 orang). Bimbingan kelompok-kelompok ditujukan untuk merespon kebutuhan dan minat siswa. Topik yang didiskusikan dalam bimbingan kelompok adalah masalah-masalah yang bersifat umum (common

problem) dan tidak rahasia.

5) Pelayanan Pengumpulan Data

Pelayanan pengumpulan data merupakan kegiatan untuk mengumpulkan data atau informasi tentang pribadi siswa dan lingkungannya. Pengumpulan data dapat dilakukan dengan berbagai instrumen, baik tes maupun non-tes.

c. Tahapan Operasional Program

Program bimbingan pribadi dalam studi penelitian ini adalah proses merancang kegiatan bimbingan yang tepat dan terpadu untuk membantu meningkatkan disiplin peserta didik sesuai dengan tugas perkembangan pribadi peserta didik yang selaras dengan tuntutan kurikulum, dorongan individu dan harapan sosial kultur lingkungan sekitarnya.


(25)

Dasar pengembangan program bimbingan mengacu kepada data profil disiplin peserta didik. Ruang lingkup program dirancang mengikuti standar rumusan program layanan bimbingan dan konseling dari ABKIN (Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia) serta dipadukan dengan pengembangan program yang dikembangkan oleh Uman Suherman (2003:12) dengan tahapan berikut,

1) Orientasi Program yaitu landasan pembuatan program penelitian yang mengacu pada teori disiplin Harlock sebagai pedoman utama.

2) Rasional dan Asumsi Program menjelaskan mengenai pandangan Harlock terhadap disiplin, khususnya dalam mengembangkan disiplin peserta didik yang menitikberatkan pada, (1) patuh dan taat terhadap tata tertib sekolah, (2) persiapan belajar peserta didik, (3) perhatian terhadap semua pelajaran, dan (4) menyelesaikan tugas sesuai waktunya, (Hurlock, 2004:82)

3) Tujuan program yaitu menerapkan pendekatan perkembangan sosial pribadi peserta didik untuk mengembangkan disiplin peserta didik .

4) Peran konselor yaitu menjabarkan tugas-tugas konselor dalam melaksanakan program pribadi dari mulai persiapan, pelaksanaan dan evaluasi program.

5) Kompetensi konselor yaitu menjelaskan kemampuan-kemampuan konselor dalam melaksanakan program bimbingan pribadi dalam studi penelitian ini. 6) Struktur dan tahapan program yaitu menjelaskan dengan rinci tahapan,

tujuan, deskripsi kegiatan, dan sistem penunjang pelaksanaan program . 7) Evaluasi program yaitu mecakup evaluasi proses dan hasil.


(26)

8) Indikator pencapaian pelaksanaan program bimbingan pribadi dalam mengembangkan disiplin peserta didik

F. Alur Penelitian

Pengembangan program bimbingan pribadi untuk meningkatkan disiplin peserta didik digambarkan dalam alur berikut.

Gambar 1.1

Alur Penelitian Program Bimbingan Pribadi Untuk Meningkatkan Disiplin Peseta Didik

Identifikasi Masalah Studi Pendahuluan

Penyusunan Instrumen Disiplin Peserta Didik dan Program Bimbingan Pribadi Untuk

Meningkatkan Disiplin Peserta Didik Instrumen Disiplin Peserta Didik

1.Proses Judgement Instrumen disiplin peserta didik dan Program bimbingan pribadi 2.Proses perbaikan hasil judgement 3.Proses Uji coba

4.Analisis hasil uji coba

Pretest

Kelas Eksprimen(treatment) Kelas Kontrol (Konvensional)

Pengolahan data dan Analisis hasil penelitian Posttest

Hasil penelitian

Observasi Sekolah Studi Literatur

Program Bimbingan Pribadi Yang Teruji Untuk Meningkatkan Disiplin Peserta Didik


(27)

BAB III

METODOLOGI PENTELITIAN

A. Pendekatan, Metode dan Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif merupakan pendekatan yang digunakan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu, dimana data penelitian berupa angka-angka yang dikumpulkan menggunakan instrumen dan dianalisis melalui perhitungan statistik tertentu (Sugiyono, 2011:8). Data yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu data profil disiplin peserta didik kelas X SMA Negeri se-kabupaten Bangka Tengah tahun ajaran 2012/2013 dan data efektivitas program bimbingan pribadi berbasis konseling realitas untuk mengembangkan disiplin peserta didik.

Sesuai dengan rancangan penelitian, bahwa studi penelitian ini menggunakan metode quasi experiment, maka peneliti menggunakan desain penelitian

nonequivalent pretest-posttest control group design, yaitu jenis desain yang biasanya

dipakai pada eksperimen namun lebih fleksibel karena tidak menggunakan random

assigment (Sutrisno,2006:176), yang menggunakan kelas-kelas yang sudah ada

sebagai kelompoknya, dengan memilih kelas-kelas yang diperkirakan sama keadaan atau kondisinya. Dalam desain ini, baik kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol dibandingkan, kendati kelompok tersebut dipilih dan ditempatkan tanpa melalui random. Dua kelompok yang ada diberi pretest, kemudian diberikan perlakuan (treatment) berupa bimbingan pribadi untuk meningkatkan disiplin peserta


(28)

didik pada kelompok eksperimen dan tidak memberikan perlakuan khusus pada kelompok kontrol. dan terakhir diberikan posttest. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen kuasi agar tujuan penelitian dapat tercapai yakni menguji efektivitas program bimbingan pribadi untuk mengembangkan disiplin peserta didik kelas kelas X SMA Negeri se-kabupaten Bangka Tengah tahun ajaran 2012/2013. Adapun desain penelitiannya dapat digambarkan dalam Tabel 3.1

Tabel 3.1

Desain Penelitian Kuasi Eksperimen

Kelompok Eksprimen O1 X O2

Kelompok Kontrol O3 - O4

(Sugiyono 2011:116)

Keterangan:

X = Perlakuan dengan model program layanan bimbingan pribadi

- = tanpa perlakuan

O1.3 = Pretest

(untuk pengungkapan awal kondisi peserta didik dengan mempergunakan instrument disiplin peserta didik )

O2.4 = Posttest

(untuk pengungkapan akhir kondisi peserta didik dengan mempergunakan instrument disiplin peserta didik)

Desain penelitian yang digunakan adalah salah jenis dari Nonequivalent

groups design yakni menggunakan one group pretest-posttest design (Hepner et al.,


(29)

B. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian

1. Lokasi

Lokasi penelitian dilakukan di SMA Negeri Se-kabupaten Bangka Tengah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Lokasi penelitian berada di 6 kecamatan yang masing-masing terletak di ibu kota kecamatan pemekaran yang relatif baru. Alasan pemilihan tempat penelitian yaitu: (1) 75% sekolah yang ada relatif baru karena pemekaran kecamatan sebagai kabupaten yang baru dimekarkan, (2) sangat mudah dalam pengawasan, (3) belum pernah dilakukan penelitian sejenis yang dilakukan di lokasi tersebut, dan (4) peserta didik kelas X SMA Negeri se-Kabupaten Bangka Tengah mendapatkan perlakuan konvensional layanan bimbingan dan konseling secara rutin oleh guru pembimbing di sekolah, sehingga peneliti mencoba membandingkan perlakuan konvensional tersebut dengan perlakuan (treatment) yang peneliti berikan sesuai dengan rancangan penelitian yang dibuat peneliti.

2. Populasi

Populasi penelitian ini adalah peserta didik kelas X SMA Negeri Se-kabupaten Bangka Tengah tahun pelajaran 2012/2013. Kelas X terdiri dari 22 (dua puluh dua) rombongan belajar dengan 713 (tujuh ratus tiga belas) peserta didik. Adapun populasi penelitian dapat digambarkan pada Tabel 3.2


(30)

Tabel 3.2 Subjek Penelitian

No Nama Sekolah Jumlah

Rombel

Jumlah Peserta Didik

1 SMAN 1 Koba 4 122

2 SMAN 1 Lubuk Besar 3 91

3 SMAN 1 Namang 3 97

4 SMAN 1 Pangkalan Baru 4 127

5 SMAN 1 Sungaiselan 3 97

6 SMAN 2 Sungaiselan 5 179

Jumlah 22 713

Penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik

non-probability sampling yaitu pemilihan sekelompok subjek dengan pertimbangan

tertentu yang didasarkan pada ciri-ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Sutrisno Hadi, 2006:91).

3. Sampel

Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling yaitu cara mengambil sampel yang didasarkan atas adanya tujuan tertentu, dan berbagai pertimbangan peneliti (Sugiono, 2010:121).

Lebih lanjut, Arikunto (2002:117) menyatakan bahwa sampel ditentukan untuk memperoleh informasi tentang obyek penelitian dengan mengambil representasi yang diprediksikan terhadap seluruh populasi.

Sampel yang dijadikan dalam penelitian ini sejumlah 6 sekolah dengan 713 peserta didik yang terdiri dari 22 ruang belajar/rombongan belajar kelas X SMA Negeri se-kabupaten Bangka Tengah tahun ajaran 2012/2013 yang teridentifikasi memiliki disiplin dalam kategori tinggi (sudah disiplin), sedang (cukup disiplin)


(31)

dan dalam kategori rendah (belum disiplin). Selanjutnya sekolah dan kelas dengan peserta didik yang terdeteksi memiliki kategori sedang (cukup disiplin) dan dalam kategori rendah (belum disiplin) yang paling banyak jumlahnya dijadikan sebagai sampel penelitian.

Pengambilan sampel dalam studi penelitian ini ditentukan dengan langkah-langkah sebagai berikut.

a. Menyebarkan instrumen disiplin peserta didik kepada 713 orang peserta didik kelas X SMA Negeri Se-Kabupaten Bangka Tengah tahun pelajaran 2012/2013 yang terdiri dari 6 sekolah dengan jumlah 22 rombongan belajar (kelas).

b. Menganalisis sekolah yang memiliki peserta didik yang paling banyak memiliki tingkat disiplin peserta didik dalam kategori sedang (cukup disiplin) dan pada peserta didik yang masuk pada kategori rendah (belum disiplin).

c. Selanjutnya peserta didik yang termasuk pada kategori sedang (cukup disiplin) dan pada peserta didik yang masuk pada kategori rendah (belum disiplin) yang dijadikan subjek pada studi penelitian.

Langkah pengambilan sampel tersebut dimaksud agar dapat menyaring peserta didik yang berada pada kategori: (1) disiplin; (2) cukup disiplin, dan; (3) belum disiplin. Tujuan pengambilan sampel dengan teknik purposive sampling, yaitu pemilihan sekelompok subjek penelitian sesuai dengan tujuan peneliti (Hadi, 2006: 91).


(32)

C. Alur Penelitian

Tujuan akhir studi penelitian menghasilkan program bimbingan pribadi yang efektif untuk meningkatkan disiplin peserta didik. Dalam rangka menghasilkan program bimbingan pribadi yang efektif tersebut dilakukan sejumlah kegiatan serta tahapan-tahapan penelitian sebagaimana digambarkan dalam alur pengembangan penelitian sebagai berikut.

Gambar 3.1

Alur Penelitan Pengembangan Program Bimbingan Pribadi Untuk Meningkatkan Hasil penelitian

Pengolahan data dan Analisis hasil penelitian

Posttest

Kelas Eksprimen(treatment) Kelas Kontrol (Konvensional)

Pretest

1.Proses Judgement Instrumen disiplin peserta didik dan Program bimbingan pribadi

2.Proses perbaikan hasil judgement 3.Proses Uji coba

4.Analisis hasil uji coba Instrumen Disiplin Peserta Didik

Program Hipotetik Penyusunan Instrumen Disiplin Peserta Didik dan

Program Bimbingan Pribadi Untuk Meningkatkan Disiplin Peserta Didik

Identifikasi Masalah

Studi Pendahuluan

Observasi Sekolah Studi Literatur

Program Bimbingan Pribadi Yang Teruji Untuk Meningkatkan Disiplin Peserta Didik


(33)

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel 1. Variabel Penelitian

Dalam penelian ini terdapat dua variabel, yaitu disiplin peserta didik dan peogram bimbingan pribadi, untuk lebih jelasnya diuraikan seperti berikut,

a. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya ataupun timbulnya variabel terikat. Dalam studi penelitian ini yang dijadikan sebagai variabel bebas adalah program bimbingan pribadi.

b. Variabel terikatnya adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi sebab-akibat. Dalam studi penelitian ini yang dijadikan sebagai variabel terikatnya adalah disiplin peserta didik.

2. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah program bimbingan pribadi untuk meningkatkan disiplin peserta didik. Adapun masing-masing variabel tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.

a. Program Bimbingan Pribadi

Winkel (2006:142), mengartikan bahwa bimbingan pribadi adalah bimbingan dalam menghadapi keadaan batinnya sendiri, dalam mengatur dirinya sendiri di bidang kerohanian, perawatan jasmani, pengisian waktu luang, penyaluran nafsu seksual dan sebagainya, serta bimbingan dalam membina hubungan kemanusiaan dengan sesama di berbagai lingkungan pergaulan sosial.


(34)

bersifat pribadi sebagai akibat kekurangmampuan individu dalam menyesuaikan diri dengan aspek-aspek perkembangan, keluarga, persahabatan, belajar, cita-cita, konflik, seks, sosial, finansial, pekerjaan dan lain-lain.

Lebih lanjut, Juntika Nurihsan (2003:21), mengemukakan bahwa bimbingan pribadi merupakan bimbingan untuk membantu para individu dalam memecahkan masalah sosial pribadi. Yang tergolong dalam masalah-masalah sosial pribadi, adalah hubungan dengan sesama teman, dengan dosen, serta staf, pemahaman sifat, dan kemampuan diri, penyesuaian diri dengan lingkungan pendidikan dan masyarakat tempat mereka tinggal dan penyelesaian konflik.

Dari pengertian di atas, bimbingan pribadi dapat diartikan sebagai proses pemberian bantuan dari guru atau guru pembimbing kepada peserta didik yang mengalami masalah-masalah pribadi yang dialami oleh peserta didik yang mungkin sebagai akibat kekurangmampuan individu dalam menyesuaikan diri yang muncul selama proses pembelajaran, baik di sekolah ataupun di rumah serta di lingkungan tempat tinggalnya sehingga peserta didik dapat berkembang secara optimal.

Program bimbingan pribadi dalam studi penelitian ini, dimaksudkan sebagai layanan fasilitasi dari konselor (peneliti) pada konseli (peserta didik) melalui proses yang berkesinambungan yang menekankan pada tahapan perkembangan kedisiplinan individu yang berisi tahapan aktivitas: (1) pengungkapan awal; (2) pengungkapan kondisi kedisiplinan peserta didik; (3) peningkatan kemampuan


(35)

peserta didik agar terbiasa berdisiplin; (4) memperbaiki kebiasaan kedisiplinan pada diri; serta (5) keyakinan terhadap kedisiplinan diri (6) refleksi Akhir.

Tahapan-tahapan tersebut merupakan wujud dari fasilitasi program yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik dapat : (1) memahami dan mengungkapkan tentang diri sendiri; (2) berkomitmen untuk meningkatkan disiplin diri; (3) mengembangkan kemampuan dalam hal disiplin ; (4) melaksanakan dan menjalankan disiplin dengan sungguh-sungguh.

b. Disiplin

Berdasarkan landasan teori yang telah dikemukakan pada bagian sebelumnya (bab dua), dapat disimpulkan bahwa esensi disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses perubahan perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan, ketertiban, komitmen dan konsisten.

Adapun definisi operasional dari (1) ketaatan adalah suatus sikap/perilaku individu yang mengikuti apa-apa yang menurut dirinya perintah atau aturan yang hares dijalaninya dengan terlebth dahulu mempertimbangkan kebenaran perintah itu; (2)

Kepatuhan, adalah sikap atau perilaku individu yang tunduk atas segala perintah dan

aturan tanpa mengkaji terlebih dahulu benar tidalmya perintah tersebut; (3) Kesetiaan, adalah sikap atau perilaku individu yang dengan kontinyu melaksanakan aturan atau perintah tanpa terpengaruh hal-hal yang menghalangi dirinya dalam melaksanakan aturan atau perintah itu; (4) Keteraturan, adalak sikap atau perilaku individu yang


(36)

Ketertiban, adalah sikap atau perilaku individu yang dalam menjalankan aturan atau

perintah urutan dan tahapan yang benar; (6) Komitmen, adalah sikap atau perilaku individu yang dalam menjalankan aturan atau perintah penuh rasa tanggung jawab; (7) Konsisten, adalah sikap atau perilaku individu yang dalam menjalankan aturan atau perintah tidak tergoyahkan oleh gangguan atau teguh pendirian.

Pada tataran operasional, disiplin peserta didik dalam penelitian ini adalah respon peserta didik kelas X SMA Negeri se-Kabupaten Bangka Tengah tahun ajaran 2012/2013 terhadap pernyataan tertulis tentang gambaran perilaku kedisiplinan peserta didik SMA Negeri se-Kabupaten Bangka Tengah kelas X dalam mengikuti, mematuhi dan melaksanakan tata tertib yang dilandasi oleh nilai-nilai; ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan, ketertiban, komitmen dan

konsisten.

E.Pengembangan Instrumen Penelitian 1. Kisi-kisi Instrumen

Berdasarkan jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini maka dikembangkan angket berupa skala disiplin peserta didik , yang digunakan untuk memperoleh gambaran disiplin peserta didik sebelum dan sesudah mengikuti proses bimbingan pribadi. Angket menggunakan format skala penilaian (rating scale) model likert

Instrumen disiplin peserta didik dikembangkan berdasarkan definisi operasional variabel . Instrumen ini berisi pernyatan-pernyataan tentang disiplin


(37)

(Sutrisno,2006:31). Instrumen yang digunakan dalam studi penelitian ini adalah angket tertutup (angket yang berstruktur) artinya adalah angket yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehinnga responden diminta untuk memilih satu pilihan jawaban yang sesuai dengan karakteristik dirinya dengan cara memberikan tanda silang (X) atau tanda checklist ()

Angket yang dikembangkan ditujukan untuk mengungkap disiplin peserta didik . Indikator-indikator yang telah dirumuskan ke dalam bentuk kisi-kisi yang selanjutnya dijadikan bahan penyusunan butir-butir pernyataan dalam angket. Butir-butir pernyataan tersebut dibuat dalam bentuk pernyataan-pernyataan dengan kemungkinan jawaban yang telah disediakan.

Kisi-kisi instrumen disiplin peserta didik sebelum dan setelah judgement disajikan dalam tabel 3.3 dan 3.4 sebagai berikut.

Tabel 3.3

Kisi-kisi Kedisiplinan Peserta Didik (sebelum Penimbangan dan Uji Coba)

Variabel Indikator Batasan Indikator No. Item

(+) (-) D i s l p Ketaatan

Taat pada peraturan sekolah 1, 2, 3, 5 4, 6 6

Taat pada perintah guru 7, 8, 9, 11 10 5

Taat pada kesepakatan yang telah disepakati bersama

12, 13 14 3

Kepatuhan Patuh terhadap tatib sekolah 15,16,17,16,19 20 6

Patuh terhadap guru 22, 23, 24 21 4

Kesetiaan

Setia terhadap aturan sekolah 26,27,28,29,30 25 6

Setia terhadap perintah guru 32, 33, 34, 35 31 5

Setia terhadap kelompok 36,38 37 3

Keteraturan Teratur dalam suatu kegiatan 39.40,42 41 4

Ketertiban

Tertib waktu 43, 44, 46, 48 45,47 6

Tertib tugas 49, 50, 52, 53 51 5


(38)

l i n

Komitmen

Komit sebagai siswa 58, 59. 60. 62 61 5

Komit sebagai anggota kelas 63, 64, 66, 67 65 5

Komit sebagai anggota kelompok

68, 70 69 3

Konsisten

Konsisten dlm menjalankan aturan/tata tertib sekolah

71, 74, 75, 76 72, 73 6

Konsisten melaksanakan perintah guru

78, 79, 80 77 4

J u m l a h 60 20 80

Tabel 3.4

Kisi-kisi Kedisiplinan Peserta Didik (Setelah Penimbangan dan Uji Coba)

Variabel Indikator Batasan Indikator No. Item

(+) (-) D i s l p l i n Ketaatan

Taat pada peraturan sekolah 1, 2, 3, 5 4, 6 6

Taat pada perintah guru 7, 8, 9, 11 10 5

Taat pada kesepakatan yang telah disepakati bersama

12, 13 14 3

Kepatuhan Patuh terhadap tata tertib sekolah

16,17,16,19 20 5

Patuh terhadap guru 22, 23, 24 21 4

Kesetiaan

Setia terhadap aturan sekolah 27, 28, 29, 30 25 5

Setia terhadap perintah guru 32, 34, 35 31 4

Setia terhadap kelompok 36,38 37 3

Keteraturan Teratur dalam suatu kegiatan 39, 40, 42 41 4

Ketertiban

Tertib waktu 44, 46, 48 45 4

Tertib tugas 50, 52, 53 51 4

Tertib belajar 54, 56, 57 55 4

Komitmen

Komit sebagai siswa 60, 62 61 3

Komit sebagai anggota kelas 64, 66, 67 65 4

Komit sebagai anggota kelompok

68, 70 69 3

Konsisten

Konsisten dlm menjalankan aturan/tata tertib sekolah

71, 74, 75, 76 72 5

Konsisten melaksanakan perintah guru

78, 79, 80 77 4


(39)

2. Uji Kelayakan Instrumen

Uji kelayakan instrumen ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kelayakan instrumen dari segi bahasa, isi dan konstruk (segi materi dan redaksional). Penimbangan dilakukan oleh dosen ahli/ dosen dari jurusan Psikologi Bimbingan dan Konseling, yakni Dr. Mubiar Agustin, M. Pd. Dan Dr. Ipah Saripah, M.Pd

Penimbangan perlu dilakukan guna mendapatkan angket yang sesuai dengan kebutuhan peneliti. Bila terdapat butir pernyataan yang tidak sesuai, maka butir pernyataan tersebut akan dibuang atau hanya direvisi yang akan kemudian disesuaikan dengan kebutuhan dan tujuan penelitian. Hasil penilaian dosen penimbang, pada angket penelitian ini mengalami revisi bahasa dan sejumlah 8 item dibuang karena tidak memenuhi kualifikasi, sehingga jumlah item pada angket yang akan diujicobakan sebanyak 72 item.

3. Uji Keterbacaan Instrumen

Uji keterbacaan dilakukan kepada peserta didik SMA Laboratorium School UPI Bandung yang tidak dijadikan anggota sampel penelitian sebanyak 5 orang peserta didik kelas X untuk mengukur sejauh mana keterbacaan instrumen dengan tujuan untuk mengetahui kata-kata ataupun kalimat-kalimat yang kurang dipahami, sehingga kalimat dalam pernyataan dapat disederhanakan tanpa mengubah maksud dari pernyataan tersebut. Setelah uji keterbacaan, maka untuk pernyataan-pernyataan yang tidak dipahami kemudian direvisi sesuai dengan kebutuhan


(40)

sehingga dapat dimengerti oleh peserta didik kelas X SMA dan kemudian dilakukan uji validitas dan reliabilitasnya

4. Uji Validitas Item

Pengujian validitas item dilakukan dengan tujuan agar diketahui tingkat kesahihan instrumen dalam mengumpulkan data penelitian. Instrumen yang valid adalah instrumen yang dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Artinya instrumen skala kemandirian belajar peserta didik diuji tingkat validitasnya agar dapat mengukur tingkat kemandirian belajar peserta didik sesuai dengan keadaan yang sesungguhnya.

Uji validitas instrumen dilakukan secara kuantitatif dengan menggunakan

software Microsoft Excel 2007 dan software SPSS version 17.0 for Windows.

Pengujian terhadap validitas item pada penelitian ini dilaksanakan dengan cara memberikan angket kepada 100 individu yang memiliki karakteristik serupa dengan subjek penelitian. Setelah itu dilakukan pengujian validitas item dengan menggunakan rumus product-moment Pearson, dalam pelaksanaannya digunakan perangkat lunak (Software) Microsoft Excel 2007 for windows untuk mengetahui rxy setelah ditemukan rxy maka hasil-hasil rxy di konsultasikan dengan r tabel. R tabel yang dimaksud adalalah dengan n=100 dan taraf signifikansi 5 %, maka diperoleh r tabel sebesar 0,195. Jika

r

hitung (rxy) lebih besar daripada

r

tabel maka item tersebut valid, namun bila sebaliknya maka item dinyatakan gugur. Setelah dilakukan perhitungan diketahui bahwa dari 72 (tujuh puluh dua) item terdapat 70


(41)

(tujuh puluh) item dinyatakan valid. Berikut hasil uji validitas disajikan dalam tabel 3.5

Tabel 3.5

Hasil Uji Validitas Item Disiplin Peserta Didik

No. r hitung Kesimpulan No. r hitung Kesimpulan

1 0,500 valid 37 0,276 valid

2 0,594 valid 38 0,291 valid

3 0,509 valid 39 0,341 valid

4 0,447 valid 40 0,503 valid

5 0,274 valid 41 0,377 valid

6 0,368 valid 42 0,403 valid

7 0,426 valid 43 0,136 tidak valid

8 0,403 valid 44 0,247 valid

9 0,309 valid 45 0,423 valid

10 0,379 valid 46 0,339 valid

11 0,340 valid 47 0,450 valid

12 0,421 valid 48 0,325 valid

13 0,404 valid 49 0,549 valid

14 0,442 valid 50 0,465 valid

15 0,436 valid 51 0,369 valid

16 0,272 valid 52 0,212 valid

17 0,239 valid 53 0,531 valid

18 0,431 valid 54 0,435 valid

19 0,370 valid 55 0,326 valid

20 0,300 valid 56 0,536 valid

21 0,210 valid 57 0,437 valid

22 0,396 valid 58 0,314 valid

23 0,442 valid 59 0,110 tidak valid

24 0,483 valid 60 0,211 valid

25 0,448 valid 61 0,245 valid

26 0,375 valid 62 0,519 valid

27 0,433 valid 63 0,423 valid

28 0,307 valid 64 0,514 valid

29 0,300 valid 65 0,536 valid

30 0,383 valid 66 0,263 valid

31 0,405 valid 67 0,293 valid


(42)

34 0,408 valid 70 0,491 valid

35 0,456 valid 71 0,367 valid

36 0,370 valid 72 0,325 valid

Setelah diuji validitas setiap item, selanjutnya instrumen skala kedisiplinan peserta didik diuji tingkat reliabilitasnya. Reliabilitas berhubungan dengan tingkat ketetapan atau konsistensi instrumen. Instrumen yang reliabel artinya instrumen tersebut dapat dipercaya sebagai alat pengumpul data karena telah teruji ketetapannya. Uji reliabilitas dalam penelitian ini digunakan rumus alpha cronbach (α). Penghitungan reliabilitas dilakukan menggunakan software SPSS 15 For

windows.

Berdasar Tabel 3.7 tampak bahwa dari 72 item pernyataan, diketahui 70 item pernyataan valid, dan 2 item pernyataan tidak valid. Untuk item pernyataan tidak valid maksudnya adalah item tersebut tidak dapat mngukur yang seharusnya diukur.

5. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Hasil pengukuran dapat dipercaya hanya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap sekelompok subjek yang sama akan tetap memperoleh hasil yang relatif sama (Sutrisno,2006:41). Uji realibilitas dilakukan dengan menggunakan software SPSS version 17.0 for Windows diperoleh koefesien Alpha


(43)

Reliabilitas dinyatakan dalam koefesien reliabilitas (rxx) yang angkanya

berada pada rentang 0-1,00. Semakin tinggi suatu koefesien reliabilitas hingga mendekati 1,00 maka diketahui nilai reliabilitasnya semakin tinggi pula.

Titik tolak ukur koefesien reliabilitas berpedoman koefesien korelasi dari Sugiyono (2011;149) seperti yang disajikan dalam tabel 3.6

Tabel 3.6

Pedoman Interprestasi Koefesien Korelasi Interval Koefesien Tingkat Hubungan

0.00 – 0.199 0.20 – 0.399 0.40 – 0.599 0.60 – 0.799 0.80 – 1.000

Sangat Rendah Rendah

Sedang Tinggi

Sangat Timggi Sugiyono (2011;149)

Berdasarkan hasil penghitungan diketahui nilai koefisien reliabilitas sebesar 0,959. Merujuk pada pedoman koefisien korelasi Tabel 3.6 maka dapat diartikan bahwa reliabilitas instrumen pengungkap disiplin peserta didik berada pada katagori sangat kuat atau memiliki reliabilitas yang sangat tinggi.

F. Pengembangan Program Bimbingan Pribadi Untuk Meningkatkan Disiplin Peserta Didik

Pengembangan produk merupakan salah satu tahapan yang harus dilakukan dalam studi penelitian yang menggunakan pendekatan penelitian dan pengembangan. Adapun tahapan dalam pengembangan produk yang berupa program bimbingan pribadi


(44)

untuk meningkatkan disiplin peserta didik dalam studi penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Penyusunan Draf Program

Setelah memperoleh landasan teoretis mengenai konsep disiplin peserta didik serta data awal mengenai gambaran disiplin peserta didik, maka kegiatan selanjutnya dalam pengembangan program adalah dengan menyusun draf program berisi pedoman umum operasional program yang meliputi: (1) Orientasi program; (2) Rasional dan asumsi; (3) Tujuan program; (4) Peran konselor; (5) Kompetensi konselor; (6) Penunjang teknis layanan; (7) Struktur dan tahapan program; (8) Refleksi dan indikator keberhasilan.

Perangkat program yang berisikan pedoman khusus operasional program, meliputi; (1) modul satuan layanan BK, dan (2) Modul materi yang berkaitan dengan Program bimbingan pribadi untuk meningkatkan disiplin peserta didik.

2. Uji Rasional

Uji rasional program dalam studi penelitian ini melalui dua jenis pengujian yaitu: (1) uji validitas isi program, dan (2) uji empiris.

a. Uji Validitas Isi Program

Uji validitas isi program bimbingan pribadi untuk meningkatkan disiplin peserta didik pada studi penelitian ini diberikan oleh dua 0rang pakar/ahli dalam bidang bimbingan dan konseling, yaitu Dr. Mubiyar Agustin, M.Pd dan Dr. Ipah Saripah, M.Pd.


(45)

b. Uji Empiris

Uji empiris dilakukan melalui uji keterbacaan serta uji kepraktisan program bimbingan pribadi untuk meningkatkan disiplin peserta didik dengan teknik group

discussion dari para praktisi bimbingan dan konseling, dalam studi penelitian ini

uji kepraktisan dilakukan oleh Guru BK yaitu Selvia Anastasya, M.Pd.Kons. Serta saran dan masukan dari Dr. Mubiyar Agustin, M.Pd

Berikut disajikan kisi-kisi instrument uji rasional sebagai berikut.

Tabel 3.7

Kuesioner Terbuka Uji Validitas Isi Program Bimbingan Pribadi

No Aspek Yang Dinilai Saran/Perbaikan

1 Rumusan Orientasi Program

2 Rumusan Rasional dan Asumsi

3 Rumusan Tujuan Program

4 Deskripsi Kebutuhan

5 Struktur Program

6 Komponen Program

7 Rencana Operasional

8 Pengembangan Tema/Topik

9 Satuan Layanan BK

10 Kualifikasi Konselor

11 Evaluasi

(Sumber data; Ahli BK dan Praktisi)

3. Hasil Uji Program Hipotetik Bimbingan Pribadi Untuk Meningkatkan Disiplin Peserta Didik Kelas X SMA Negeri se-Kabupaten Bangka Tengah

Program bimbingan pribadi dalam studi penelitian ini dirancang dan dimodifikasi berdasarkan hasil studi pendahuluan tentang profil disiplin peserta


(46)

didik kelas X SMA Negeri se-Kabupaten Bangka Tengah tahun pelajaran 2012/2013.

Program bimbingan pribadi yang dikembangkan untuk meningkatkan disiplin peserta didik mencakup indikator-indikator dari variabel disiplin peserta didik yang terdiri dari: (1) Ketaatan; (2) Kepatuhan; (3) Kesetiaan; (4) Keteraturan; (5) Ketertiban; (6) Komitmen/Konsisten

Pengembangan program dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu.

Tahap Pertama, penyusunan draf program bimbingan pribadi dalam studi penelitian

ini diadopsi dan dimodifikasi dari model konseling aktualisasi diri untuk meningkatkan kecakapan hidup mahasiswa yang digagas oleh Mamat Supriatna (2010).

Sistematika program yang dikembangkan dan dimodifikasi meliputi; (1) Orientasi program; (2) Rasional dan asumsi; (3) Tujuan program; (4) Peran konselor; (5) Kompetensi konselor; (6) Penunjang teknis layanan; (7) Struktur dan tahapan program; (8) Refleksi dan indikator keberhasilan.

Tahap kedua,uji validitas rasional program yang terdiri dari uji validasi program

dan uji empiris atau uji kepraktisan. Uji validasi isi program ditimbang oleh pakar/ahli bimbingan dan konseling yaitu Dr. Mubiar Agustin, M.Pd dan Dr Ipah Saripah, M.Pd serta Selvia Anastasya, M.Pd.Kons ( praktisi BK)

Masukan serta perbaikan yang diperoleh dari pakar/ahli serta praktisi yang melakukan Judgement terhadap program ini dipaparkan sebagai berikut.


(47)

Tabel 3.8

Hasil Penimbangan Pakar dan Praktisi Terhadap Layanan Bimbingan Pribadi Untuk Meningkatkan Disiplin Peserta Didik

ASPEK LAYANAN HASIL PENIMBANGAN PAKAR

Orientasi program Orientasi program bimbingan pribadi untuk meningkatkan disiplin peserta didik sudah memadai, namun terdapat beberapa masukan dengan tidak mencantumkan banyak landasan teori dalam orientasi program serta belum terlihatnya definisi program bimbingan pribadi dan relevansinya antara program bimbingan pribadi dengan meningkatkan disiplin peserta didik. Tindak lanjut masukan tersebut dilakukan revisi yang sesuai dengan yang disarankan.

Rasional dan Asumsi Program

Rasional dan asumsi program merupakan landasan teoritis maupun empiris sebagai need assessment yang dijadikan dasar dalam pembuatan program. Hasil pertimbangan pakar menyatakan bahwa rasional dan asumsi program memadai, namun ada beberapa saran yang menjadi masukan yaitu masih kurang banyak teori yang dicantumkan sehingga peneliti menindak lanjutinya dengan menambah landasan teori sesuai dengan yang disarankan penimbang. Selain itu saran yang diberikan dengan mendeskripsikan profil disiplin peserta didik. Tujuan Tujuan program merupakan gambaran hasil yang

diharapkan setelah peserta didik mengikuti layanan. Berdasarkan hasil penimbangan pakar terhadap tujuan program dinilai memadai, sedangkan dua pakar memberi nilai sangat memadai. Saran dan komentar yang diberikan adalah perlunya diklasifikasikan dalam tujuan umum dan tujuan khusus program, dan perlunya disesuaikan dengan need assesment.

Peran Konselor Peran konselor adalah kemampuan dasar yang perlu dimiliki konselor untuk melaksanakan layanan. Hasil penimbangan pakar diketahui satu pakar menyatakan sangat memadai dan dua pakar lain menyatakan memadai. Masukan yang diberikan adalah perlu dijelaskan dengan bahasa yang lebih deskriptif dan operasional. Tindak lanjut masukan tersebut dilakukan revisi yang sesuai dengan yang disarankan.

Kompetensi Konselor Kemampuan konselor dalam melaksanakan program bimbingan belajar untuk meningkatkan kemandirian


(48)

belajar peserta didik. Berdasarkan kelima pakar menilai kompetensi konselor memadai dan masukan yang diberikan adalah perlu dijelaskan dengan bahasa yang lebih deskriptif dan operasional. Tindak lanjut terhadap masukan tersebut dilakukan dilakukan revisi yang sesuai dengan yang disarankan.

Penunjang Teknis Layanan

Penunjang teknis layanan dinilai oleh pakar sudah memadai. Masukan yang diberikan adalah perlu diperjelas dalam tahapan pelaksanaan bimbingan. Tindak lanjut dari saran tersebut dilakukan dilakukan revisi yang sesuai dengan yang disarankan.

Struktur dan Tahapan Layanan

Struktur dan tahapan berisi gambaran singkat langkah kerja dan aktivitas yang ada dalam setiap layanan. Hasil penimbangan menurut para pakar menunjukkan struktur dan tahapan dianggap memadai, setiap tahapan dianggap sudah mengakomodir dalam pencapaian tujuan program. Masukan yang diberikan adalalah perlu ditambah pengembangan tema dan materi program pada setiap tahapan.

Refleksi Layanan dan Indikator

Keberhasilan

Refleksi layanan dinilai oleh pakar sudah memadai. Masukan yang diberikan adalah perlu disertakan format lampiran refleksi. Tindak lanjut dari saran tersebut dilakukan dilakukan revisi yang sesuai dengan yang disarankan. Indikator keberhasilan dinilai oleh ketiga orang pakar sudah memadai dan tidak ada masukan yang perlu diperbaiki.

G. Langkah-langkah Implementasi Program Bimbingan Pribadi

Pelaksanaan program bimbingan pribadi untuk meningkatkan disiplin peserta didik dilaksanakan berdasarkan prosedur bimbingan pribadi menurut Robinson (Syamsuddin, 2009) yang ditempuh melalui langkah-langkah sebagai berikut.


(49)

1. Identifikasi Kasus

Identifikasi kasus merupakan upaya yang dilakukan guru BK/konselor dalam menemukan peserta didik yang diduga memerlukan layanan bimbingan pribadi Dalam penelitian ini dilakukan dengan pengamatan lapangan serta ditunjang dengan catatan aktivitas indisipliner yang terdata oleh guru pembimbing/kesiswaan dari peserta didik SMA Negeri se-Kabupaten Bangka Tengah.

2. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah adalah upaya untuk memahami jenis, karakteristik atau masalah pribadi yang dihadapi peserta didik. untuk mengidentifikasi masalah peserta didik dilakukan wawancara informal kepada peserta didik yang memiliki disiplin yang rendah berdasarkan pengamatan serta kasus-kasus indisipliner peserta didik yang diidentifikasi oleh guru/wali kelas dan kesiswaan

3. Diagnosis

Diagnosis merupakan upaya yang dilakukan oleh guru/ konselor untuk menemukan faktor-faktor penyebab yang melatarbelakangi timbulnya masalah-masalah pribadi peserta didik dalam kegiatan belajar di sekolah. Dalam studi penelitian ini diagnosis dilakukan dengan menyebar instrument disiplin peserta didik kelas X SMA Negeri se-Kabupaten Bangka Tengah.

4. Prognosis

Prognosis dilakukan untuk memperkirakan masalah apa yang dialami peserta didik yang masih mungkin untuk diatasi serta menemukan alternative pemecahan


(50)

pengembangan dan validasi program bimbingan pribadi untuk meningkatkan disiplin peserta didijk.

5. Remedial dan Referal

Remedial dalam penelitian ini merupakan pemberian layanan bimbingan pribadi untuk meningkatkan disiplin peserta didik (selama 8 kali pertemuan) kepada peserta didik SMA Negeri se-Kabupaten Bangka Tengah yang memiliki disiplin peserta didik yang rendah dan sedang.

6. Refleksi dan Follow up

Pengetesan kembali instrument disiplin peserta didik yang telah diberikan pada saat proses diagnosis berfungsi untuk melihat seberapa efektif pengaruh layanan bimbingan pribadi untuk meningkatkan disiplin peserta didik. Untuk memperkuat hasil evaluasi maka dilakukan dengan pengumpulan data kualitatif berupa rekapitulasi hasil refleksi selama treatment berlangsung, rekapitulasi hasil jurnal harian peserta didik selama treatment berlangsung dan hasil observasi guru/wali kelas terhadap perilaku peserta didik di kelas/di sekolah sebelum dan setelah mendapatkan treatmen. Follow up dilakukan saat peneliti merevisi program bimbingan pribadi melalui strategi metakognitif berdasarkan hasil refleksi.


(51)

Tabel 3.9

Pengembangan Program Bimbingan Pribadi Untuk Meningatkan Disiplin Peserta Didik

Varia bel

Indi

kator Materi

Nama

Kegiatan Tujuan Media Strategi Teknik Waktu

D I S I P L I N

Ketaatan Disiplin Waktu

Disiplin Waktu

Menumbuhkembangkan disiplin waktu dan dapat mengatur waktu seefesien mungkin Gambar dan lembar aktivitas Bimbingan kelompok Bermain peran dan Diskusi

1 x 45 menit

Kepatuhan Disiplin Diri

Disiplin Diri

Memiliki tanggung jawab dan komitmen terhadap aturan dan norma yang berlaku

lembar aktivitas Bimbingan kelompok Rool playing dan Diskusi

1 x 45 menit

Kesetiaan Tanggung jawab Tanggung jawab sebagai warga Sekolah dan Masyarakat Menumbuhkembangkan menjadi warga sekolah/ masyarakat yang memiliki disiplin In focus lembar aktivitas/ alat tulis Bimbingan kelompok Presenta si dan Diskusi

1 x 45 menit

Keteratur-

an Etika

Norma dalam

berperilaku

Memiliki kesadaran pentingnya etika dalam bergaul dilingkungan sekolah/masyarakat lembar aktivitas/ alat tulis Bimbingan kelompok Diskusi dan berbagi cerita

1 x 45 menit

Ketertiban Kerja sama

Ruang Kreasi

Menumbuhkembangkan kerjasama kelompok; menerima dan komit menjalankan keputusan kelompok lembar aktivitas/ alat tulis Bimbingan kelompok Bermain peran dan diskusi

1 x 45 menit Komitmen Konsisten Belajar Disiplin Belajar Disiplin Menumbuhkembangkan dan menguatkan pentingnya semangat disiplin dalam diri

In focus Film durasi pendek Bimbingan kelompok Presenta si dan Diskusi

1 x 45 menit

H. Teknik Analisis Data

Penelitian dengan menggunakan metode eksprimen kuasi yang menyajikan profil umum tentang disiplin peserta didik dan efektivitas program bimbingan pribadi. Untuk uji efektivitas program dengan cara membandingkan hasil skor


(52)

rata-tersebut, penting untuk diadakan analisis statistik untuk menjawab pertanyaan penelitian dan memperoleh data dalam bentuk angka.

1. Teknik Analisis Profil Umum Kemandirian Belajar

Teknik analisis pertama ditujukan untuk mengetahui gambaran umum kemandirian belajar, alat yang digunakan berupa instrumen. Instrumen disusun berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat sehingga menghasilkan item-item pernyataan dan kemungkinan jawabannya. Instrumen digunakan untuk mengukur kemandirian belajar sedang peserta didik. Item pernyataan kemandirian belajar peserta didik menggunakan bentuk skala Likert yang dimodifikasi sehingga hanya terdiri dari empat alternatif jawabann, dengan pilihan Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS) dan Sangat Tidak Sesuai (STS).

Kriteria penskoran untuk mendapat skor angket kemandirian belajar peserta didik dapat dilihat pada tabel 3.10 sebagai berikut.

Tabel 3.10

Ketentuan Pemberian Skor Angket Disiplin Peserta Didik

Pernyataan

Skor

SS S TS STS

Positif 4 3 2 1

Negatif 1 2 3 4

Pertanyaan No 1 dijawab melalui distribusi skor skala responden pada tabel konversi skor yang ditujukan untuk memberikan makna nilai pada setiap skor.


(53)

Di samping itu juga tabel konversi skor ditunjang dengan penyusunan grafik persentase distribusi respons setiap indikator untuk menentukan kategorisasi peserta didik yang dimaknai sebagai profil umum disiplin peserta didik, seperti tabel 3.11

Tabel 3,11 Konversi Skor

Kriteria Rentang

Tinggi (Sangat Disiplin) X > Min ideal + 2.interval

Sedang (Cukup Disiplin) Min Ideal+interval < X ≤ Min ideal + 2.interval Rendah (Belum Disiplin) X ≤ Min ideal + Interval

(Sudjana 1996:47)

Selaras dengan tabel di atas, pengkatagorian skor disiplin peserta didik dilakukan melalui tahapan sebagai berikut:

(a) Menentukan skor maksimal ideal yang diperoleh sampel dengan rumus Skor maksimal ideal = jumlah soal x skor tertinggi ( 70 x 4 = 280) (b) Menentukan skor minimal ideal yang diperoleh sampel dengan rumus:

Skor minimal ideal = jumlah soal x skor terendah ( 70 x 1 = 70 ) (c) Mencari rentang skor ideal yang diperoleh sampel dengan rumus:

Rentang skor = skor maksimal ideal – skor minimal ideal ( 280 – 70 = 210 ) (d) Mencari interval skor dengan rumus:

Interval skor = rentang skor/3 ( 210 : 3 = 70 )

Berdasarkan perhitungan pada Tabel 3.11, maka kriteria disiplin peserta didik yang digunakan sebagai acuan dalam pengelompokan skor disiplin peserta didik dapat dilihat pada Tabel 3.12 berikut ini:


(1)

DAFTAR PUSTAKA

ABKIN. (2005). Standar Kompetensi Konselor Indonesia. Bandung : Pengurus Besar ABKIN

ABKIN. (2005). Kode Etik Bimbingan dan Konseling. Bandung : Pengurus Besar ABKIN

ABKIN.(2007). Rambu-rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Bandung: ABKIN

Anggriani, Dini.(2007). Hubungan Antara Nilai Pribadi siswa Dengan Perilaku Disiplinnya (Studi pada siswa SMA se-Kotamadya Bandung) Tesis. (tidak diterbitkan). Bandung: Sekolah Pascasarjana UPI.

Anwar Prabu. A.A. Mangkunegara (2001). Manajemen Sumber Daya Manusia Bandung : Remaja Rosdakarya

Arikunto.S. (2009). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Corey, Gerald. (2007). Teori dan Praktek Konseling & Psikoterapi. Bandung: PT.

Refika Aditama.

Chaplin,J.P. (a.b. Kartini Kartono).(2003). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Rajawali Pers.

Darmajari. (2010). Program Bimbingan Bagi Pengembangan Disiplin Siswa Berbasis Nilai Sholat. Tesis (tidak diterbitkan). Bandung: Sekolah Pascasarjana UPI.

Depdikbud. (2004). Kurikulum Sekolah Menengah Atas : Petunjuk Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling. Jakarta : Ditjen Dikdasmen Depdikbud

Depdiknas. (2004). Panduan Umum Pelayanan Bimbingan dan Konseling Berbasis Kompetensi. Jakarta : Depdiknas

Depdiknas. (2003). Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. Bandung: Citra Umbara

Djamarah, Syaiful.B. (2003). Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Drever, James, (2001) A Dictionrry of Psychology. New Jersey : Harmondwort Midlesex Penguin Books Ltd.


(2)

Fairshild P. Harry, (2002) A.Dictionarry of Sosciology New Jersey : Little Field. Adam & Co

Furqon. (2009). Statistika Terapan untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Gladder Bell, (2001) Webster Third New International Dictionary. BBG. Massachussets : Company Spingfield.Ltd

Gunarsa, D. Singgih. (2003). Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia.

Gunarsa, D. Singgih (2005). Psikologi Remaja, BPK Gunung Mulya, Jakarta Hadi, Sutrisno. (2006). Statistik Jilid 2 & 3. Yogyakarta: UGM.

Hasibuan.S.P. Malayu, (2003). Manajemen Personalia. Yogyakarta : BPFE.

Hurlock, E.B (2004). Psikologi Perkembangan. Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan (Terjemahan Isti Widayanti). Jakarta: Erlangga Kartadinata, Sunaryo.(2004), Pendidikan untuk Pengembangan Sumber Daya

Manusia Bermutu Memasuki Abad XXXI : Implikasi Bimbingannya, Psikopedagogia, Jurnal Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, Volume 1 Nomor 1 Tahun 2000

Kartadinata, Sunaryo. (2007). Rambu-rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling Dalam Jalur Pendidikan Formal. Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional

Kartini Kartono. (2006). Psikologi Sosial 2. Kenakalan Remaja, Rajawali, Jakarta Ketut, D. dan Desak Made. (2009). Pedoman Praktis Bimbingan Penyuluhan di

Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta

Kourilsky,M.Quarantana.(2001). Effective Teaching : Principles and Practice. London : Scot Foresmen and Company

Lestari, Melina.(2006). Program Bimbingan Untuk Meningkatkan Disiplin Siswa Sekolah Menengah Atas.Tesis. (tidak diterbitkan). Bandung: Sekolah Pascasarjana UPI.


(3)

Merriem, A Webster,(2002) , Webster Third New International Dictionary BBG, Massachusetts: Company Spingfield,

Meltzer, D. E. (2002). The Relationship Between Mathematics Preparation and Conceptual Learning Gains in Physics: a Possible “Hidden Variable” in Diagnostics Pretest Scores. American Journal of Physics. [Online]. Tersedia: www.physics.iastate.edu/-per/doc/AJP-dec-2002-vol.70-1259-1268.pdf. [24 Mei 2012].

Mintarsih, Y. (2003). Perilaku Disiplin Siswa di Sekolah Dilihat dari Perilaku Orang Tua yang Dirasakannya. Disertasi (tidak diterbitkan). Bandung: Sekolah Pascasarjana UPI.

Mudjiman, Hails. (2007). Belajar Mandiri. Surakarta: UNS Pers.

Mulyasa. E (2003). Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Natawidjaja, Rochman.(2003). Pendekatan — pendekatan Dalam Penyuluhan Kelompok . Bandung: CV Diponegoro.

Natawidjaja. Rochman. (2003), Kompetensi dan Etika Profesionalisasi Konselor Masa Depan. Bandung : Tidak di terbitkan

Natawidjaja, Rochman.(2005). Konseling Kelompok Konsep Dasar dan Pendekatan. Bandung: Rizqi.

Ngalim-Purwanto, M. (2006). Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosda Nitisemito. S.Alex, (2002) Menegemen Sumber Saya Manusia, Sasmito. Jakarta,

Sasmito Press

Nurihsan, Juntika. (2003). Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Bandung: Mutiara

Nurihsan, Juntika. (2005). Strategi Layanan Bimbingan & Konseling. Bandung: Refika Aditama

Nurihsan, Juntika & Yusuf, Syamsu. (2009). Landasan Bimbingan & Konseling. Bandung. PT Remaja Rosdakarya.

Poerwadarminta. (2004) .Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Perpustakaan Nasional


(4)

Power E.J (2002) Philosophy of Education : Studies in Philosopies Schooling. New Jersey: Prientice –Hall Ind Englewood Cliffs

Prayitno. (2004). Profesional Konseling dan Pendidikan Konselor. Padang: FIP IKIP.

Prayitno dan Amti, Erman. (2003). Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta

Prayitno,dkk. (2004). Pedoman Khusus Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Depdiknas

Prayitno, J.SS. (2008). Motivasi Dalam Belajar. Wolverine

Prijodarminto, Soegeng. (2004). Disiplin: Kiat Menuju Sukses. Jakarta: Pradnya Paramita.

Rusmana, Nandang. (2009). Konseling Kelompok Bagi Anak Berpengalaman Traumatis. Bandung. Rizqi.

Santrock John W. (2003). Adolescence Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga. Siswanto. B. Sastrohadiwiryo, (2003). Manajemen tenaga Kerja Indonesia

Pendekatan administratif dan Operasional. Jakarta : Bumi Aksara. Slameto (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi, Jakarta, Rineka Sondang. P.Siagian, (2001). Analisis serta Perumusan Kebijakasanaan dan

Strategi Organisasi. Jakarta : Gunung Agung.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung. Alfabeta.

Suherman, Uman dan Dadang Sudrajat. (2003). Evaluasi dan Pengembangan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Bandung: Publikasi Jurusan PPB FIP UPI.

Sukardi, Dewa Ketut. (2007). Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

Sukmadinata, Nana Syaodih. (2004). Landasan Psikologis. Proses Pendidikan. Bandung: Rosda Karya


(5)

Suryabrata, Sumadi. (2004). Psikologi Pendidikan. Jakarta. Rajagrafindo Persada. Surya. Mohamad. (2003). Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran Edisi Revisi.

Bandung: Yayasan Bhakti Winaya

Syaifuddin, Azwar.(2007). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka P Syamsuddin, A.M. (2003).Psikologi Kependidikan Perangkat Sistem Pengajaran

Modul. Bandung : RosdaKarya

Tu'u, Tulus. (2004). Peran Distplin pada Perilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta: Grasindo

Undang-undang RI tentang Sisdiknas (Sistem Pendidikan Nasional) tahun 2003. Jakarta: Sinar Grafika.

Walgito, Bimo .(2004). Bimbingan dan Konseling di sekolah. Yogyakarta: ANDI OFFSET

Walgito, Bimo. (2007). Psikologi Kelompok. Yogyakarta: ANDI OFFSET.

Winkel & Hastuti, Sri. (2006). Bimbingan Dan Konseling Di Institusi Pendidikan. Yogjakarta: Media Abadi.

Yusuf, Syamsu. (2007). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Yusuf Syamsu. (2009). Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.

Yusuf, Syamsu & Nurihsan, Achmad Juntika.(2010). Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.


(6)