PENGARUH LINGKUNGAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR TERHADAP PENGEMBANGAN KONSEP KERUANGAN DAN HASIL BELAJAR : Studi Eksperimen pada Pembelajaran di SMA Negeri Seram Bagian Barat.

(1)

DAFTAR ISI LEMBAR JUDUL LEMBAR PERNYATAAN LEMBAR PERSETUJUAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR GRAFIK

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ……….………..……… B. Rumusan Masalah………...…… C. Tujuan Penelitian ……….….. D. Manfaat Penelitian……….. E. Definisi Operasional

1. Sumber Belajar ……….…. 2. Lingkungan Laut ………...… 3. Konsep Keruangan ………... 4. Metode Karya Wisata ……….………….. 5. Metode Penugasan ………... 6. Hasil Belajar ……….………… F. Karangka Penelitian ……….. G. Hipotesis Penelitian .………..

1 7 8 8 9 10 10 12 12 13 13 19 BAB II : KAJIAN PUSTAKA

A. Teori Belajar ……….. B. Lingkungan………... C. Lingkungan Sebagai Sumber Pembelajaran ……..……….…………... D. Konsep Keruangan ………... E. Metode Karya Wisata ……… F. Metode Penugasan ………. G. Hasil Belajar ………... ……….

20 26 28 42 51 54 55 BAB III : METODOLOGI PENELITIAN


(2)

A. Metode dan Desain Penelitian ………... B. Langkah-Langkah Penggunaan Metode Karya Wisata ………. C. Langkah-Langakh Penggunaan Metode Penugasan ……….. D. Populasi dan Sampel Penelitian ………... E. Variabel Penelitian ………. F. Instrumen Penelitian ………...………. G. Proses Pengembangan Instrumen ……….. H. Teknik Analisa Statistik ……… I. Langkah-Langkah Penelitian ………...

57 58 59 60 61 62 64 71 77 BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

1. Letak Geografis ……….. 2. Luas Wilayah ………. 3. Jumlah Pulau di SBB ………. 4. Karakteristik Wilayah ………..….. 5. Pendidikan di SBB ………. 6. Tingkat Partisipasi Sekolah di SBB ………...………..….. 7. Angka Partisipasi Kasar Sekolah ………..……….. 8. Kondisi Tenaga Pendidikan Di SMA SBB………. B. Deskripsi Data Hasil Penelitian

1. Konsep Keruangan……… 1.1 Pre-Lingkungan Pada Kelompok Eksperimen ……… 1.2 Pre-Lingkungan Pada Kelompok Kontrol ………... 1.3 Post-Lingkungan Pada Kelompok Eksperimen ………..………… 1.4 Post-Lingkungan Pada Kelompok kontrol……… 1.5 Gain Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ……… C. Hasil Belajar

1. Pre-Test Kelompok Eksperimen ………

2. Post-test Kelompok Eksperimen………. 3. Uji Gain Pada Kelompok Eksperimen ………... 4. Pre-Test Kelompok Kontrol……… 5. Post-Test Kelompok Kontrol ……….. 6. Uji Gain Pada Kelompok Kontrol ………..

78 79 80 82 83 84 85 86 88 89 90 92 94 95 96 98 99 100 101 103


(3)

7. Hasil Belajar Pada Kelompok Eksperimen ……… 8. Hasil Belajar Pada Kelompok Kontrol ……….. 9. Uji Gain Hasil Belajar Kelompok Eksprimen dan Kelompok Kontrol ……….. D. Analisis Data Penelitian

1. Uji Normalitas Data ………. 2. Uji Homogenitas Data……….. E. Pengujian Hipotesis Penelitian

1. Uji Hipotesis Pengembangan Konsep Keruangan ……….. 2. Uji Hipotesis Metode Karya Wisata ………... 3. Uji Hipotesis Metode Penugasan ……… 4. Uji Hipotesis Hasil Belajar Metode Karya Wisata dan Metode Penugasan …. F. Pembahasan Hasil Penelitian ……… G. Temuan Hasil Penelitian

1. Temuan Makna ………. 2. Temuan Masalah ………..

105 106

107 110

115 117 119 121 123

127 128

BAB V : KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan ……… B. Rekomendasi ………...

129 130

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN


(4)

DAFTAR TABEL

TABEL Halaman

4.1 Jumlah Kecamatan, desa dan penduduk di Kabupaten

Seram Bagian Barat ...

4.2 Jumlah Pulau yang berpenghuni dan tidak berpenghuni di Kabupaten Seram Bagian Barat ... 4.3 Kondisi Pendidikan di Kabupaten Seram Bagian Barat ... 4.4 Angka Partisipasi Kasar (APK) ………... 4.5 Strukur Kepempimpinan di SMA Negeri Seram Bagian Barat ……… 4.6 Kualifikasi Pendidikan, Status, Jenis Kelamin, dan Jumlah Guru ………….. 4.7 Uji Gain Konsep Keruangan Kelompok Eksperimen & Kelompok control……….... 4.8 Uji Gain Hasil Belajar Kelompok Eksperimen & Kelompok control……….. 4.9 Test of Normality Pre-Test Kelompok Eksperimen……….. 4.10 Test of Normality Post-Test Kelompok Eksperimen……….. 4.11 Tests of Normality Post-Test Kelompok Kontrol ……….. 4.12 Tests of Normality Post-Test Kelompok Kontrol ……….. 4.13 Test of Homogeneity of Variance Pre_Test KE ………. 4.14 Test of Homogeneity of Variance ……….. 4.15 Test of Homogeneity of Variance Pre_Test KK ……… 4.16 Test of Homogeneity of Variance Pre-Test KK ………. 4.17 Group Statistics Konsep Keruangan ……… 4.18 Independent Samples Test Konsep Keruangan ………... 4.19 One-Sample Statistics Metode Karya Wisata ………. 4.20 One-Sample Test Metode Karya Wisata ……… 4.21 One-Sample Statistics Metode Penugasan ………. 4.22 One-Sample Test Metode Penugasan ………. 4.23 Group Statistics Hasil Belajar Kelompok dan Kelompok Kontrol ………… 4.24 Independent Samples Test Hasil Belajar KK & KE………

80 81 84 85 86 87 94 107 108 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122


(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.1 Kerucut Pengalaman ………... 1.2 Proses Ketrampilan Mengubah Perilaku ………. 1.3 Karangka Pemikiran ………....……… 2.1 Kedudukan Media dalam Penyampaian Informsi ………... 2.2 Jenis-jenis Sumber Belajar ……….. 2.3 Situasi Belajar Geografi Melalui Model Pengajaran

Stimulus-Respons ………... 2.4 Hubungan Antara Dalam Model Pengajaran S-R ………... 2.5 Karya Wisata Berdasarkan Pembobotan

Aspek Mental dan Jenjang Pendidikan ………... 2.6 Karya Wisata Berdasarkan Pembobotan

Aspek dan Jenjang Pendidikan ………... 3.1 Variabel Penelitian ………... 3.2 Langakah-langkah Penelitian ……….. 4.1 Potensi Laut Seram Bagian Barat ... 4.2 Peta Persebaran Potensi Daya Seram Bagian Barat ……… 4.3 Pre-Lingkungan Konsep Keruangan kelompok Eksperimen...………. 4.4 Pre-Ling Konsep Keruangan Kelompok Kontrol……….. 4.5Post-Ling Konsep Keruangan Kelompok Eksperimen………... 4.6 Perbandingan Pre dan Post Lingkungan Konsep Keruangan.………...…… 4.7 Post-Lingkungan Pada Kelompok Kontrol………... 4.8 Perbandingan Pre-Lingkungan & Post Lingkungan pada Kelas Kontrol ………. 4.9 Uji Gain Kelompok Eksperimen & Kelompok Kontrol ………... 4.10 Hasil Pre-Test Kelompok Ekperimen ………. 4.11 Hasil Post-Test Kelompok Ekperimen……… 4.12 Perbandingan Pre-Test dan Post Test Kelompok Eksperimen ………... 4.13 Uji Gain Pada Kelompok Eksperimenen ……… 4.14 Pre-Test Kelompok Kontrol ……….. 4.15 Post-Test Kelompok Kontrol ………. 4.16 Perbandikan Pre-Test dan Post-TestKelompok Kontrol ………...

3 15 18 32 41 42 52 53 53 61 77 79 83 88 89 90 91 92 93 95 96 97 98 99 100 101 102


(6)

4.17 Uji Gain Kelompok Kontrol……… 4.18 Hasil Belajar Kelompok Eksperimen………... 4.19 Hasil Belajar Kelompok Kontrol ……… 4.20 Perbandingan Hasil Belajar KE dan KK ……… 4.21 Uji Gain Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ……….

103 104 105 106 107


(7)

DAFTAR GRAFIK

Grafik Halaman


(8)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Rancangan Pembelajaran Kelas Kontrol …..……….. 2. Rancangan Pembelajaran Kelas Eksperimen ...……… 3. Format Kisi-Kisi ……… 4. Daftar Wawancara ..……….…………. 5. Kisi-Kisi Konsep Keruangan Yang Dikembangkan ………. 6. Kuesioner Konsep Keruangan …………..………. 7. Kisi-Kisi Pre-Tes dan Post Test ………….………... 8. Soal Pre-Test dan Post Test ………..………. 9. Format Penilaian Presentasi Makalah ...………... 10. Skor Hasil Pengembangan Konsep Keruangan Kelas Eksperimen ……….. 11. Skor Pengembangan Konsep Keruangan Kelas Kontrol ……… 12. Skor Pre dan post Test Kelompok Ekperimen ………..……… 13. Skor Pre dan post Test Kelompok Kelas Kelompok Kontrol ……….. 14. Proses Pengembangan Instrumen Konsep Keruangan Konsep Keruangan ……..…… 15. Proses Pengembangan Instrumen Pre dan Post Test……….. ………… 16. Suasana Belajar Kelas Ekperimen ………. 17. Suasana Belajar Kelas Kontrol ……….. 18. Hasil Diskusi Kelas Ekperimen dan Kelas Kontrol ………. 19. Uji Homogenitas ……… 20. Uji Normalitas ……….. 21. Hasil Belajar Kelas Ekperimen ………. 22. Hasil Belajar Kelas Kontrol ………... 23. Nukilan Tabel Nilai “ t “ Untuk Berbagai df ………. 24. Surat Ijin Penelitian ………. 25. Riwayat Hidup ………..

129 136 139 140 141 142 147 148 151 153 154 155 156 157 162 166 168 170 171 172 173 174 175 179 182


(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Tujuan pendidikan adalah menyiapkan individu agar berbuat sesuai dengan tuntutan hidup di zamannya. Pendidikan harus dapat membentuk manusia yang utuh dan berwawasan holistik, yaitu manusia pembelajar sejati yang selalu menyadari bahwa dirinya adalah bagian dari sebuah sistem kehidupan yang luas.

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Bab II pasal 3 yang merumuskan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan berfikir dan mengembangkan watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Tahun 2006 pemerintah memberlakukan apa yang di sebut dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), KTSP disusun dan dikembangkan berdasarkan UU Nomor 20 Tahun 2003, yang merupakan strategi pembangunan kurikulum yang dapat mewujudkan sekolah yang efektif, produktif, dan berprestasi.

Lahirnya Undang – Undang No 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional, menurut Rusman (2008:2) berimplikasi pada kebijakan dalam hal pelaksanaan perubahan sistem


(10)

pengelolaan pendidikan dari yang dikembangkan berdasarkan prinsip diverifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah.

Dengan demikian maka setiap guru di sekolah harus mampu menjabarkan kurikulum secara kreatif dan inovatif kedalam sistem pembelajaran sesuai dengan karakteristik peserta didik dan kondisi daerah setempat.

Adapun tujuan pembelajaran ilmu-ilmu sosial menurut Hasan (1996:97) adalah mengembangkan kemampuan peserta didik dalam menguasai disiplin ilmu–ilmu sosial dan untuk mencapai tujuan pendidikan yang lebih tinggi. Oleh karena itu maka pembelajaran ilmu-ilmu sosial yang salah satunya adalah mata pelajaran geografi juga harus di desain sebaik mungkin dan secara keilmuan untuk pencapaian tujuan yang lebih tinggi atau tujuan yang maksimal terhadap setiap bidang ilmu, bukan hanya pencapaian terhadap tujuan pembelajaran yang di buat pada saat guru ke kelas, tetapi juga dapat memberikan kontribusi terhadap peserta didik ketika peserta didik selesai mengikuti proses pembalajaran di dalam kelas.

Menurut Muhibbun (2008:132) secara global, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi belajar peserta didik dapat di bedakan atas 3 macam yaitu : (1) Faktor Internal (faktor dari dalam peserta didik) yakni, keadaan/kondisi jasmani dan rohani peserta didik. (2) Faktor Eksternal (faktor dari luar peserta didik), yakni kondisi lingkungan di sekitar peserta didik. (3) Faktor Pendekatan Belajar (approach to leraning), yakni jenis upaya belajar peserta didik yang meliputi strategi dan metode-metode yang digunakan peserta didik untuk melakukan kegiatan pembelajaran meteri-materi pelajaran. Ketiga faktor di atas berkaitan satu dengan yang lain. Seorang peserta didik dapat bersikap conserving terhadap ilmu pengetahuan atau dapat bermotif ekstrinsik (faktor eksternal) biasanya dapat mengambil pendekatan belajar yang sederhana dan


(11)

tidak mendalam, sebaliknya, dan mendapat dorongan positi belajar yang lebih mementing tersebut di atas akan muncul didik yang berprestasi rendah berkompeten dan profesional munculnya kelompok peserta mengatasi faktor yang mengah Berikut ini terdapat keru dalam proses belajar

Gambar 1.1

Pengalaman belajar sepe Sanjaya (2009:166-168) dapat

KONKRET ABSTRAK

a, seorang peserta didik yang berintelegensi ti sitif dari orang tuannya (faktor eksternal) akan tingkan kualitas hasil pembelajaran. Karena p ul peserta didik - peserta didik yang berprest ah atau bahkan gagal sama sekali. Dalam hal i nal diharapkan mampu mengantisipasi kemun rta didik yang menunjukan gejala kegagalan d

ahambat proses belajar peserta didik itu sendiri erucut peserta didik yang mengambarkan peng

1.1 Kerucut Pengalaman Edger Dale (Sanjaya 2

perti yang digambarkan dalam kerucut pengala pat dijelaskan bahwa pengalaman langsung m

Verbal Lambang Visual Visual Radio Film Televisi Karya Wisata Demonstrasi

Pengalaman Melalui Drama Pengalaman Melalui Benda Tiruan

Pengalaman Langsung

i tinggi (faktor internal) an memlilih pendekatan pengaruh faktor-faktor estasi tinggi dan peserta l ini, seorang guru yang ungkinan-kemungkinan dalam mengetahui dan iri.

engalaman peserta didik

a 2009:166 )

alaman tersebut menurut merupakan pengalaman


(12)

yang diperoleh peserta didik sebagai hasil dari aktivitas sendiri. Pengalaman tiruan adalah pengalaman yang diperoleh melalui benda atau kejadian yang di manipulasi agar mendekati keadaan yang sebenarnya. Pengalaman melalui drama, yaitu pengalaman yang diperoleh dari kondisi dan situasi yang diciptakan melalui drama (peragaan) dengan menggunakan skenario yang sesui dengan tujuan yang hendak dicapai. Pengalaman melalui demonstrasi adalah teknik penyampaian informasi melalui peragaan. Pengalaman wisata, yaitu pengalaman yang diperoleh melalui kunjungan peserta didik ke objek yang ingin dipelajari. Pengalaman melalui pameran. Pameran adalah usaha untuk menunjukan hasil karya. Pengalaman melalui televisi merupakan pengalaman tidak langsung, sebab televisi merupakan perantara. Pengalaman melalui gambar hidup dan film, gambar hidup atau film merupakan rangkaian gambar mati yang diproyeksikan pada layar dengan kecepatan tertentu. Pengalaman melalui radio, tape recorder, dan gambar. Pengalaman melalui media ini sifatnya lebih abstrak dibandingkan pengalaman melalui gambar hidup, sebab hanya mengandalkan salah satu indera saja, yaitu indera pendengaran atau pengelihatan. Pengalaman melalui lambang-lambang visual seperti grafik, gambar, dan bagan. Sebagai alat komunikasi lambang visual dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas kepada peserta didik. Pengalaman melalui lambang verbal, merupakan pengalaman yang sifatnya lebih absrak. Sebab, peserta didik memperoleh pengalaman hanya melalui bahasa lisan dan tulisan.

Kerucut pengalaman yang dikemukakan oleh Edger Dale (Sanjaya 2009:166 ), menjelaskan bahwa pengetahuan dapat diperoleh melalui suatu aktivitas belajar yang dilakukan secara langsung agar pembelajaran itu semakin bermakna. hal ini senada dengan yang dikatakan oleh Conifius seorang ahli filsafat dari Cina yang mengatakan bahwa apa yang saya dengar saya lupa, apa yang saya lihat saya ingat, dan apa yang saya lakuan saya paham.


(13)

Menurut Maryani (2007:931), saat ini di persekolahan ilmu geografi sering dianggap tidak menarik untuk dipelajari. Hal ini di sebabkan oleh beberapa faktor : (1) Pelajaran geografi sering terjebak dalam aspek kognitif tingkat rendah yaitu menghafal nama-nama tempat, sungai dan gunung atau sejumlah fakta yang lainnya.(2) Ilmu geografi seringkali dikaitkan dengan ilmu yang hanya pembuatan peta, (3) Geografi hanya menggambarkan tentang perjalanan-perjalanan manusia di permukaan bumi. (4) Proses pembelajaran ilmu geografi cenderung bersifat verbal, kurang melibatkan fakta-fakta aktual, tidak menggunakan media kongkrit dan teknologi mutahir. (5) Kurang aplikabel dalam memecahkan masalah-masalah yang berkembang saat ini.

Kondisi faktual inipun terjadi di dalam proses pembelajaran pada bidang studi geografi di SMA Negeri Seram Bagian Barat (SBB) Propinsi Maluku yang kebanyakan guru masih menggunakan buku paket sebagai sumber belajar utama bagi peserta didik di dalam proses pembelajaran dan terpaku pada pembelajaran di dalam kelas yang bersifat monoton, tidak melatih peserta didik untuk berfikir kritis dalam memecahkan masalah-masalah kongkrit dan aktual yang berhubungan dengan materi pelajaran, sehingga tidak mengajarkan peserta didik untuk berfikir secara kritis dan aktif dalam memecahkan masalah yang ada, padahal potensi lingkungan yang ada dapat dijadikan sebagai sumber belajar yang dapat menstimulun proses berfikir peserta didik. Di samping itu dalam proses pembelajaran para gurupun masih berada pada paradima lama yaitu guru memberi materi pelajaran dan tugas kepada seorang peserta didik, dan peserta didik menerima materi pelajaran yang diberikan guru, peserta didik adalah penerima pengetahuan dengan pasif, gurupun mengelompokan peserta didik berdasarkan nilai akhir dari pembelajaran dan memasukan peserta didik dalam kategori, siapa yang berhak naik kelas dan, dan siapa yang tidak, siapa yang dapat lulus dan siapa yang tidak dan peserta didik akan bekerja keras untuk mengalahkan teman sekelasnya namun hal itu dapat membuat peserta


(14)

didik menjadi peserta didik yang hanya berorientasi pada pencapaian nilai bukan kepada proses pembelajaran yang membuat peserta didik akan paham dengan apa yang diterima dalam proses pembelajarant. Gurupun dalam proses pembelajaran kebanyakan menggunakan metode ceramah dan mengharapkan peserta didik Duduk, Diam, Dengar, Catat, dan Hafal (3 DCH). Padahal peserta didik memiliki berbagai macam kecerdasan yang berbeda satu dengan yang lainnya, sehingga membutuhkan guru yang juga mempunyai kreativitas dan inovatif dalam pembuatan metode ataupun pendekatan dalam kegiatan pembelajaran di dalam kelas. Sehingga dalam proses pembelajaran bukan hanya aspek knowledge atau pengetahuan saja yang di dapat oleh peserta didik tetapi juga pengalaman peserta didik yang dapat diingat oleh peserta didik sepanjang hayatnya.

Dalam studi geografi, memiliki kajian melalui sudut pandang lingkungan, disamping pendekatan lainnya. Menurut Ningrum (2009:105) terdapat tiga klasifikasi lingkungan yang berkaitan dengan manusia, yaitu sebagai berikut :

1. Lingkungan Alam atau Bentang Alam, yaitu kondisi alamiah yang ditujukan dengan sedikitnya campur tangan manusia atau bahkan belum terdapat, intervensi manusia

2. Lingkungan Sosial, yaitu lingkungan di mana manusia berada yang membentuk suatu kelompok atau masyarakat. Dalam lingkungan sosial tersebut ditandai dengan terjadinya interaksi antar manusia, baik sebagai individu, dan anggota masyarakat maupun antar masyarakat.

3. Lingkungan Budaya, yaitu segala kondisi yang ada disekitar manusia baik berupa benda maupun bukan benda, yang dihasilkan oleh manusia bagi kehidupannya.


(15)

Lingkungan secara nyata memiliki potensi dan daya dukung bagi kehidupan manusia, dimana tingkat kebermaknaannya dipengaruhi oleh tingkat kemampuan manusia yang memanfaatkannya (culturally defined resources). Dalam kaitannya dengan pembelajaran geografi, maka dikenal fenomena geografis yakni fenomena alam, fenomena sosial. Fenomena tersebut merupakan lingkungan geografis yang potensial untuk dijadikan sebagai sumber belajar.

Pengajaran geografi hakikatnya tentang gejala-gejala geografi yang tersebar di permukaan bumi. Untuk memberikan citra tentang penyebaran lokasi gejala-gejala menurut Sumaatmadja (1996:79) tidak dapat hanya diceramahkan, ditanya-jawabkan, dan didiskusikan, melainkan harus ditunjukan dan diperagakan. Mengingat daya jangkau dan pandangan kita terbatas, penunjukan serta peragaan itu dilakukan dalam bentuk model permukaan bumi itu sendiri berupa peta, atlas, dan globe. Maka setiap guru geografi harus dapat menggunakan berbagai sumber belajar yang lebih melatih peserta didik untuk lebih aktif dan memiliki kecerdasan ruang.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “ Pengaruh Lingkungan Sebagai Sumber Belajar Terhadap Pengembangan Konsep Keruangan Dan Hasil Belajar (Studi eksperimen pada pelajaran geografi di SMA Negeri Seram Bagian Barat Propinsi Maluku).

B. Rumusan Masalah

Masalah merupakan kesenjangan antara yang diharapkan dan yang terjadi, maka rumusan masalah itu merupakan suatu pernyataan yang akan dicarikan jawabannya melalui pengumpulan data.


(16)

1. Apakah terdapat perbedaan pre-lingkungan dan post lingkungan sebagai sumber belajar dalam pengembangan konsep keruangan pada kelompok eksperimen yang menggunakan metode karya wisata dan kelompok kontrol yang menggunakan metode penugasan

2. Apakah terdapat perbedaan pre-post dan post test pada kelompok yang menggunakan metode karya wisata?

3. Apakah terdapat perbedaan pre-test dan post test pada kelompok yang menggunakan metode penugasan?

4. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar kelompok eksperimen yang menggunakan metode karya wisata dan kelompok control yang menggunakan metode penugasan?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang diuraikan diatas maka tujuan penelitian adalah :

1. Mengetahui perbedaan pre-lingkungan dan post lingkungan sebagai sumber belajar dalam pengembangan konsep keruangan pada kelompok eksperimen yang menggunakan metode karya wisata dan kelompok kontrol yang menggunakan metode penugasan

2. Mengetahui perbedaan pre-post dan post test pada kelompok eksperimen yang menggunakan metode karya wisata

3. Mengetahui perbedaan pre-test dan post test pada kelompok control yang menggunakan metode penugasan

4. Mengetahui perbedaan hasil belajar kelompok eksperimen yang menggunakan metode karya wisata dan kelompok control yang menggunakan metode penugasan

D. Manfaat Penelitian


(17)

1. Dapat dijadikan referensi oleh guru dalam pembelajaran geografi dengan menggunakan lingkungan laut sebagai sumber belajar bagi peserta didik sehingga tidak terpaku pada pengunaan buku paket dan pembelajaran di dalam kelas.

2. Dapat dijadikan referensi oleh guru dalam pembelajaran dengan menggunakan berbagai metode oleh guru pembelajaran, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

3. Dapat dijadikan bahan masukan bagi lembaga pendidikan Depdiknas Maluku serta para guru dalam mengembangkan ilmu sepanjang hayat dan meningkatkan kopetensi guru dan peserta didik dalam penguasaan pembelajaran geografi khususnya kosep-konsep keruangan E. Definisi Operasional

Untuk menghindari terjadinya ambivalensi pengertian dan pemaknaan terhadap beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka diberikan penjelasan terhadap beberapa kata, tentang makna dan pengertiannya sebagaimana yang dimaksudkan dalam penelitian ini. Adapun istilah-istilah tersebut adalah :

1. Sumber Belajar

Sumber belajar adalah semua unsur yang bisa dipakai oleh peserta didik baik sendiri-sendiri atau bersama-sama dengan peserta didik lainnya untuk memudahkan belajar. Pengertian sumber belajar yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah semua sumber daya yang dapat dimanfaatkan baik guru maupun peserta didik dalam proses belajar-mengajar geografi di Sekolah Menengah Atas (SMA) dengan memberdayakan berbagai sumber belajar yang ada di lingkungan sekitar peserta didik dengan tujuan untuk membantu peserta didik memahami konsep keruangan secara lebih fungsional serta meningkatkan kualitas pembelajaran yang sedang dilakukan.


(18)

2. Lingkungan Laut

Lingkungan dalam penelitian ini adalah segala sesuatu di sekitar yang berbentuk benda hidup yang mempunyai aktivitas maupun benda mati yang tidak mempunyai aktivitas. Bentuknya bisa fisik, alam, sosial, budaya, tetapi dalam hal ini dibatasi pada keterkaitan dengan mata pelajaran geografi. Lingkungan laut yang dipakai dalam pengembangan konsep kerungan yaitu Pantai Waemeteng dan masyarakat yang mendiami sekitar Pantai Waimeteng di Piru Seram Bagian Barat Propinsi Maluku

Lingkungan Pantai Waemeteng di Piru Seram Bagian Barat merupakan salah satu lingkungan yang terdapat suatu interaksi bahkan pengelolaan dari manusia sekitar dengan potensi laut yang ada sera terdapat berbagai aktivitas masyarakat dan berbagai persoalan yang perlu diketahui dan dicari solusi yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar bagi peserta didik sehingga peserta didik dapat mengubah sikap acuh menjadi sikap yang perduli terhadap lingkungan.

3. Konsep Keruangan.

Menurut National Council For Geograpic Education and The Association Of American Geographers (Maryani 2007:923-926). Konsep keruangan adalah lokasi (Location), tempat (Place), hubungan timbal balik (relationship within place), gerakan (movement), dan perwilayahan (regionalization).

Dalam penelitian ini yang dimaksudkan dengan lokasi adalah menunjukan suatu tempat atau posisi yang ada di permukaan bumi. Dimana lokasi pun mempunyai dua komponen yakni komponen arah dan jarak dan yang ingin diukur adalah pengaruh lokasi terhadap aktivitas masyarakat, jarak tempuh dan waktu tempuh dari sekolah ke pesisir Pantai Waemeteng


(19)

Tempat mencerminkan karakter fisik dan sosial suatu daerah. Suatu tempat yang membentuk karakter fisik manusia yang hidup di dalammya. Tempat dapat dimaksudkan untuk memberikan suatu gambaran tentang letak geografis dan karakteristik fisik terhadap aktivitas ekonomi masyarakat yang mendiami sekitar Pantai Waemeteng.

Hubungan timbal balik dapat berupa hubungan faktor fisik dengan manusia dan antar faktor manusia. Dimana hubungan timbal balik menyangkut kondisi jalan, menguraikan semua transportasi, sarana dan prasarana, aktivitas ekonomi masyarakat yang mendiami sekitar Pantai Waemeteng.

Menurut Sumaatmadja (1998:129) kemampuan wawasan keruangan makin dituntut dari tiap orang terutama generasi muda yang akan menjadi sumber daya manusia (SDM) masa yang akan datang. Sehinga kesalahan-kesalahan yang telah dilakukan oleh generasi yang telah lalu dalam pemanfaatan ruang, lingkungan dan sumber daya, sedapat mungkin tidak akan di ulangi oleh generasi mendatang sebagai sumber daya manusia (SDM), bahkan sangat diharapkan mereka mampu mencari jalan pemecahan masalah-masalah lingkungan yang telah menjadi kenyataan di muka bumi ini.

Dengan demikian para peserta didik selaku generasi muda harus memilki wawasan keruangan atau kecerdasan ruang sebagai bekal bagi peserta didik itu sendiri dalam menyikapi berbagai fenomena alam, perubahan tata ruang dan masalah-masalah yang terjadi akibat interaksi manusia dengan lingkungan sekitar yang dapat juga membawa hambatan, gangguan, tantangan apalagi belakangan ini sering timbul berbagai fenomena, masalah dan berita mengenai alam yang membuat keresahan dan kecemasan tersendiri bagi masyarakat sehingga menuntut peserta didik itu sendiri untuk dapat memiliki kecerdasan ruang sehinnga peserta didik memiliki kecintaan dan


(20)

keterikatan dengan lingkungan sekitar dan juga untuk menyikapi berbagai persoalan yang terjadi di lingkungan sekitarnya

4. Metode Karya Wisata

Metode karya wisata menurut Sutikno (2009:97-98) adalah metode dalam proses pembelajaran peserta didik diajak keluar sekolah, untuk meninjau tempat dan objek tertentu.

Dapat dikatakan bahwa cara belajar yang dilaksanakan peserta didik dan guru sama-sama mengunjugi lingkungan laut contohnya yang relevaan dengan materi pembelajaran yang akan diajarkan dan dapat membantu tercapainya tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan yakni pelestarian lingkungan dalam mengembangkan konsep keruangan yang meliputi konsep lokasi, tempat dan hubungan timbal balik

5. Metode Penugasan

Metode penugasan menurut Sutikno (2009:100-101) adalah suatu cara penyajian pelajaran dengan cara guru memberi tugas tertentu kepada peserta didik dalam waktu yang telah ditentukan dan peserta didik sama-sama mempertanggungjawabkan tugas yang di bebankan kepada peserta didik dan penugasan tidak sama dengan istilah pekerjaan rumah, tetapi jauh lebih luas. Tugas dilaksanakan di rumah, di sekolah, di perpustakaan dan tempat lainnya.

Pembelajaran dengan menggunakan metode penugasan guru memberikan tugas untuk menganalisis berbagai gambar fenomena mengenai lingkungan hidup dalam pengembangan konsep keruangan yang meliputi konsep lokasi, konsep tempat dan konsep hubungan timbal balik.


(21)

6. Hasil Belajar

Evaluasi berguna untuk menggukur dan menilai seberapa jauh tujuan pembelajaran telah dicapai atau hingga di mana terdapat kemajuan belajar peserta didik, dan bagaimana tingkat keberhasilan sesuai dengan tujuan pembelajaran tersebut. Setelah ada kegiatan evaluasi akan ada suatu pencapaian hasil belajar yang ditujukan dengan pemberian nilai, bagi seorang peserta didik, nilai merupakan sesuatu yang sangat penting karena nilai merupakan cermin dari suatu keberhasilan kegiatan belajar mengajar.

Untuk mengukur seberapa jauh tujuan pembelajaran telah tercapai dilakukan penilaian. Dalam penelitian ini dilakukan tiga (3) macam bentuk yaitu tes (tes tertulis dalam bentuk multiple choise), tugas (wawancara dan observasi) dan presentasi.

F. Karangka Penelitian.

Pengajaran geografi secara sederhana, adalah geografi yang diajarkan di Sekolah Tingkat Dasar dan Sekolah Menengah. Karena itu penjabaran konsep-konsep, Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar harus disesuikan dan diserasikan dengan tingkat pengalaman dan perkembangan mental peserta didik dan jenjang-jenjang pendidikan yang bersangkutan.

Pada pengertian yang dikemukakan oleh Panitia Ad Hoc Geografi (Sumaatmadja1997:10) konsepnya lebih ditekankan pada penjelasan bagaimana lingkungan fisik di permukaan bumi itu dihubungkan dengan gejala alam tersebut dengan sesama manusia. Pengertian yang kedua tidak bertentangan dengan yang pertama, bahkan saling memperkuat. Sifat khas tempat-tempat dipermukaan bumi sebagai dunia kehidupan manusia, tidak dapat dilepaskan dari lingkungan fisik yang memberikan peluang kepada penyebaran umat manusia dengan corak kehidupannya.


(22)

Dengan demikian studi geografi tidak terlepas dari kenyataan kehidupan manusia di permukaan bumi sebagai hasil hubungan manusia dengan faktor-faktor geografi dipermukaan bumi.

Menurut Sumaatmadja (1997:12) baik studi geografi maupun pengajaran geografi, hakekatnya berhubungan dengan dengan aspek-aspek keruangan permukaan bumi (geosfer) dan faktor-faktor geografis alam lingkungan dan kehidupan manusia. Oleh karena itu ruang lingkup pengajaran geografi sama dengan ruang lingkup geografi meliputi (1) Alam lingkungan yang menjadi sumber daya bagi kehidupan manusia, (2) Penyebaran umat manusia dengan variasi kehidupannya, (3) Intraksi keruangan umat manusia dengan alam lingkungan yang memberikan variasi terhadap ciri khas terhadap tempat-tempat dipermukaan bumi, (4) Kesatuan regional yang merupakan perpaduan antara darat, perairan, dan udara di atasnya. Ruang lingkup inilah yang memberikan ciri terhadap pembelajaran geografi. Apapun yang akan diproses pada pengajaran geografi, materinya selalu digali dari permukaan bumi pada suatu lokasi untuk mengungkapkan corak kehidupan manusia yang memberikan ciri khas kepada wilayah yang bersangkutan sebagai hasil interaksi faktor-faktor geografis pada lokasi yang bersangkutan.

Dalam hal penggalian dan pemanfaatan lingkungan, kehidupan manusia, dan hasil interaksi faktor-faktor geografis di permukaan bumi sebagai sumber materi belajar geografi sekaligus sebagai sumber belajar geografi, guru dituntut mempunyai kemampuan melakukan seleksi terhadap materi-materi tadi agar dapat di proses dalam belajar-mengajar menjadi efektif dan efisien termasuk di dalammya materi tentang Persebaran Sumber Daya Alam yang diajarkan pada kelas XI di SMA. Dengan demikian diperoleh produktivitas yang tinggi dalam merealisasikan tujuan pembelajaran. Seorang guru harus dapat menguasai materi, tujuan pengajaran dan tingkat perkembangan mental peserta didik sangat dituntut.


(23)

Kondisi pendidikan akhir-akhir ini mengalami degradasi dalam proses pembelajaran. Hal ini sebagai akibat dari masih diterapkannya model pembelajaran yang konvensional sebagai jargon utama dalam proses pembelajaran. Pembelajaran geografi yang terfokus pada pendengaran dan hapalan tetapi tidak trampil dalam aplikasi. Hal ini juga menyebabkan mata pelajaran geografi kurang menarik bagi para peserta didik. Karena proses pembelajaran yang monoton dan kurang variatif juga menyebabkan pembelajaran geografi kurang dirasa kurang “ ilmiah” dan kering.

Sebaiknya proses belajar-mengajar (PBM), ada situasi “sebelum PBM (proses belajar mengajar)” dilaksanakan dan “sesudah PBM (proses belajar mengajar)” itu dilaksanakan. Menurut Sumaatmadja (1997:36-37) secara ideal, dalam PBM (proses belajar mengajar) itu terjadi perubahan perilaku dan keadaan sebelum kepada keadaan yang sesudahnya. Keadaan ini dapat di deskripsikan pada gambar berikut

Gambar 1.2 Proses Ketrampilan Mengubah Perilaku

( Sumaatmadja 1997:37)

PASCA PBM Perilaku :

Mengerti Memahami Menyadari PRA PBM

Perilaku : Tidak Mengerti Tidak Memahami Tidak Menyadari

PROSES

KETERAMPILAN Mendengarkan Mengamati Membaca Menggambar Mengumpulkan data dan lain-lain


(24)

Untuk mencapai perubahan perilaku sesui dengan yang diharapkan, peserta didik diarahkan untuk melakukan proses ketrampilan yang menunjang realisasi perubahan perilaku. Dengan demikian, para peserta didik dilibatkan secara aktif di dalam proses belajar mengajar (PBM), sehingga para peserta didik sebagai subjek pada proses tadi tidak lagi hanya sebagai pihak yang pasif mendengarkan apa yang disampaikan oleh guru, melainkan terlibat secara langsung dalam kegiatan belajar.

Proses belajar mengajar (PBM) bidang pendidikan dan bidang pengajaran apa pun, metode ceramah menjadi metode dasar yang sukar ditinggalkan. Menyadari bahwa salah satu kelemahan metode ceramah jika diterapkan secara murni adalah tidak melibatkan peserta didik secara aktif dalam proses. Dengan demikian, penerapan meode ceramah pada proses belajar mengajar (PBM), khususnya proses belajar mengajar geografi, harus diperkaya oleh penerapan metode lain yang mendorong keaktifan dan kreatifitas peserta didik.

Menurut Sumaatmadja (1997:78-79) metode mengajar yang diterapkan dalam proses belajar mengajar (PBM) geografi dapat dilekompokan atas dua kelompok besar, yaitu pertama metode dalam ruangan (indoor study) dan yang kedua metode di luar ruangan (outdor studi). Yang termasuk dalam metode dalam ruangan adalah metode ceramah, tanya jawab, diskusi, sosio-drama, dan bermain peran serta kerja kelompok. Sedangkan yang termasuk metode di luar ruangan adalah metode tugas belajar dan karyawisata. Semua metode tadi diterapkan dan dikombinasi terpadu sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang harus di capai.

Maka dari penjelasan diatas dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa pembelajaran geografi dikembangkan berdasarkan tingkatan atau jenjang pada suatu sekolah, pada pembelajaran


(25)

geografi lebih menekankan pembelajaran yang lebih condong kepada lingkungan tempat peserta didik berinteraksi termasuk di dalamya adalah lingkungan laut yang di dalam pembelajaran juga mementingakan suatu kegiatan dalam proses belajar mengajar (PBM) bukan hanya hasil yang dipentingkan yang salah satunya adalah suatu proses pengembangan konsep keruangan yang mencakup konsep lokasi, konsep tempat dan konsep hubungan timbal balik di mana pengembangan konsep itu bisa di bentuk dengan pengunaan metode pembelajaran yang lebih variatif

Berdasarkan uraian tersebut di atas dalam rangka melihat hubungan antara pengunaan lingkungan laut sebagai sumber belajar dan pengembangan konsep keruangan yang berhubungan dengan konsep lokasi, konsep tempat, konsep hubungan timbal balik dan hasil belajar yang dapat dibuat karangka pemikiran bahwa jika kondisi lingkungan laut sebagai sebagai sumber belajar dan pengembangan konsep keruangan (konsep lokasi, konsep tempat dan konsep hubungan timbal balik) dan hasil belajar peserta didik terdapat hubungan yang sebab akibat, maka besar kecilnya kondisi hasil belajar dan pengembangan konsep keruangan (konsep lokasi, konsep tempat dan konsep hubungan timbal balik) harus lebih baik dari sebelumnya dengan menggunakan lingkungan laut sebagai sumber belajar. Atau dengan kata lain, antara lingkungan laut sebagai sumber belajar dan pengembangan konsep keruangan (konsep lokasi, konsep tempat dan konsep hubungan timbal balik) dan hasil belajar terdapat korelasi positif.


(26)

Gambar 1.3 Karangka Pemikiran

Karangka pemikiran penelitian diatas menunjukan adanya hubungan antara proses pembelajaran dengan lingkungan laut sebagai sumber belajar dan pengembangan konsep

Pembelajaran Geografi

Fenomena Empiris : 1. Pembelajaran geografi kurang menarik

2. Pembelajaran geografi kurang mengutamakan fakta dan berorientasi hafalan.

3. Peserta didik kurang dalam berfikir kritis.

4. Peserta didik banyak yang tidak mengenal lingkungan sekitar. 5. Hasil belajar yang diperoleh kurang bermakna

6. Peserta didik kurang memiliki kepedulian terhadap lingkungan sekitar

7. Peserta didik kurang terkembangkan konsep keruangan yang ada di sekitar tempat tinggalnya

Lingkungan Kelautan Sebagai Sumber Belajar

1. Hasil Balajar (Tugas dan Hasil Test )

2. Konsep Keruangan (Konsep Lokasi, Konsep tempat, konsep hubungan timbal balik )

Metode Penugasan Metode Karya


(27)

keruangan (konsep lokasi, konsep tempat dan konsep hubungan timbal balik) dan peningkatan hasil belajar peserta didik. Penggunaan lingkungan merupakan proses pembelajaran yang bertujuan untuk memperkenalkan para peserta didik kepada teori-teori yang diajarkan di dalam kelas secara konseptual. Pembelajaran dengan penggunaan lingkungan laut sebagai sumber belajar diharapkan dapat mengembangkan konsep keruangan dan meningkatkan hasil belajar peserta didik

G. Hipotesis Penelitian

Adapun hipotesis yang dapat dikemukakan dalam penelitian ini adalah :

1. Terdapat perbedaan pre-lingkungan dan post lingkungan sebagai sumber belajar dalam pengembangan konsep keruangan pada kelompok eksperimen yang menggunakan metode karya wisata dan kelompok kontrol yang menggunakan metode penugasan

2. Terdapat perbedaan pre-post dan post test pada kelompok eksperimen yang menggunakan metode karya wisata

3. Tidak terdapat perbedaan pre-test dan post test pada kelompok control yang menggunakan metode penugasan

4. Terdapat perbedaan hasil belajar kelompok eksperimen yang menggunakan metode karya wisata dan kelompok kontrol yang menggunakan metode penugasan


(28)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode dan Disain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan pendekatan eksperimen semu (Quasi experimental research) dengan disain Nonequivalent (Pretest and posttest) control group design. Desain Nonequivalent (Pretest and posttest) control group design menurut Creswell (Marzuki 1994:69), kelompok eksperimen A dan kelompok kontrol B diseleksi tanpa penetapan secara random. Kedua kelompok memperoleh pretest dan post test, dan hanya kelompok eksperimen yang menerima perlakuan. Dalam bidang pendidikan, suatu eksperimen dimaksudkan untuk menilai pengaruh suatu tindakan pendidikan terhadap tingkah laku atau menguji hipotesis tentang ada tidaknya pengaruh penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar terhadap pengembangan konsep-konsep keruangan dan hasil belajar.

Disain Penelitian

Kelas Pretest Perlakuan Pos test

Eksperimen ( A ) 0 X 0

Kontrol ( B ) 0 X₂ 0


(29)

Keterangan:

O1 = Tes awal pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

O2 = Tes akhir pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

X1 = Perlakuan menggunakan metode karya wisata

X2 = Perlakuan menggunakan metode penugasan

B. Langkah- Langkah Penggunaan Metode Karya Wisata

1. Fase I : Persiapan

a. Sebelum dilakukan pembelajaran dengan menggunakan lingkungan Pantai Waemeteng sebagai sumber belajar. Guru menjelaskan tentang Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang akan di capai pada pembelajaran.

b. Guru menjelaskan tentang prosedur pada saat menggunakan lingkungan Pantai Waemeteng sebagai sumber belajar.

c. Guru dan peserta didik sama-sama melihat letak atronomis dan letak geografis dari Pantai Waemeteng di peta

d. Guru dan peserta didik sama-sama mengitung jarak tempuh dari sekolah ke Pantai Waemeteng

e. Guru membagi peserta didik ke dalam empat kelompok yang masing-masing kelompok akan mengamati dan mengumpulkan informasi/data tentang pemanfaatan lingkungan, dampak kerusakan lingkungan, upaya-upaya penanggulangan lingkungan, prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan

f. Guru memberikan petunjuk dan pengarahan pada peserta didik tentang kegiatan observasi dan wawancara.


(30)

2. Fase II : Pelaksanaan

a. Peserta didik mengadakan obsevasi terhadap lingkungan di sekitar Pantai Waemeteng Desa Piru kecamatan Seram Bagian Barat

b. Peserta didik mengadakan wawancara terhadap masyarakat yang mendiami daerah sekitar Pantai Waemeteng

3. Fase III : Tindak Lanjut

a. Setiap kelompok berdiskusi mengenai tugas yang telah diberikan, yakni mengenai pemanfaatan lingkungan, dampak kerusakan lingkungan, upaya pelestarian lingkungan dan prinsip-prinsip pembengunan berkelanjutan.

b. Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil temuan dan ditanggapi oleh kelompok yang lain

C. Langkah- Langkah Penggunaan Metode Penugasan

1. Fase Pemberian Tugas

a. Sebelum dilakukan pembelajaran dengan menggunakan lingkungan Pantai Waemeteng sebagai sumber belajar. Guru menjelaskan tentang Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang akan di capai pada pembelajaran.

b. Guru membagi peserta didik ke dalam empat kelompok yang masing-masing kelompok akan mengamati dan mengumpulkan informasi/data tentang pemanfaatan lingkungan, dampak kerusakan lingkungan, upaya-upaya penanggulangan lingkungan, prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan berdasarkan media yang telah disiapkan oleh guru.

c. Guru memberikan gambar tentang pemanfaatan lingkungan, dampak kerusakan lingkungan, upaya-upaya penanggulangan lingkungan, prinsip-prinsip


(31)

pembangunan berkelanjutan sebagai sumber yang dapat membantu pekerjaan peserta didik

d. Peserta didik melakukan kerja kelompok untuk membahas tugas yang diberikan oleh guru

2. Langkah Pelaksanaan Tugas

a. Guru membimbing atau memberikan pengawasan terhadap peserta didik yang sedang melakukan kerja kelompok

b. Guru memberikan motivasi berupa dorongan untuk dapat menyelesaikan tugasnya.

c. Peserta didik secara berkelompok menyelesaikan tugasnya masing-masing

d. Peserta didik mencatat berbagai hasil temuan yang peroleh dengan baik dan sistematik dalam bentuk laporan

3. Fase Mempertanggungjawabkan Tugas

a. Masing-masing kelompok mempresentasikan tugas yang diberikan b. Tangapan yang diberikan oleh kelompok yang lain

c. Guru melakukan penilaian hasil presentasi dan post-test kepada peserta didik D. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian.

Menurut Sugiyono (2008:17) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetepkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik dan peserta didik kelas XI jurusan IPS pada SMA


(32)

Negeri Seram Bagian Barat Propinsi Maluku yang terdiri dari tiga (3) kelas, yakni kelas XIa, XIb. Dan XIc

2. Sampel Penelitian.

Dalam penelitian sampel yang digunakan berdasarkan populasi yang teridiri dari 3 kelas yakni Kelas XIA, XIB,dan XIC di ambil kelas XIB dan XIC karena berdasarkan atas besarnya ketuntasan belajar yang di tetapkan oleh guru mata pelajaran geografi yaitu ketuntasan belajar mengajar pada kelas XI adalah 75 dan nilai capaian SKM pada tiap kelas berbeda yakni pada kelas XIa 70, kelas XIB 69 dan kelas XIC 68 dan hasil pre-test yang dilakukan. Masing-masing kelas berjumlah 31 orang peserta didik.

E. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah variabel lingkungan Pantai Waemeteng sebagai sumber belajar dan pengembangan konsep (Y1) dan hasil belajar (Y2) sebagai variabel akibat. Dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 3.1

Variabel Penelitian

Variabel Akibat 1. Y1

2. Y2 Variabel Sebab :

Lingkungan Pantai Waemeteng

(X)

Sumber Belajar


(33)

Pengunaan lingkungan Pantai Waemeteng sebagai sumber belajar harus disertai perubahan besar kecilnya dalam pengembangan konsep keruangan (konsep lokasi, konsep tempat, dan konsep hubungan timbal balik) dan hasil belajar. Adanya perubahan dari sebelumnya antara penggunaan lingkungan Pantai Waemeteng sebagai sumber belajar dan pengembangan konsep keruangan (konsep lokasi, konsep tempat dan konsep hubungan timbal balik dan hasil belajar tidaklah menjamin bahwa pengunaan lingkungan sebagai sumber belajar adalah antesedan dan dalam pengembangan konsep keruangan dan hasil belajar adalah konsukuen.

Jika kita menghasilkan hasil belajar dan pengembangan konsep keruangan (konsep lokasi, konsep tempat dan konsep hubungan timbal balik) melalui penggunaan lingkungan Pantai Waemeteng sebagai sumber belajar, dan tidak sebaliknya, maka telah dapat ditetapkan penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar dapat ditetapkan sebagai antesedan dan pengembangan konsep keruangan dan hasil belajar sebagai konsukuen

F. Instrumen Penelitian

Menurut Sukardi (2009:75) kegunaan instrument penelitian adalah untuk memperoleh data yang diperlukan ketika peneliti sudah menginjak pada langkah pengumpulan informasi di lapangan.

Berdasarkan penjelasan di atas maka, instrument yang dipakai dalam penelitian ini adalah:


(34)

1. Tes.

Menurut Arikunto (2008:36) tes adalah suatu alat atau prosedur yang sistematis dan objektif untuk memperoleh data-data atau keterangan-keterangan yang diinginkan tentang seseorang, dengan cara yang diperoleh yang boleh dikatakan tepat dan tepat. Sedangakan menurut Muchtar (Arikunto 2008:32) tes adalah suatu percobaan yang diadakan untuk mengetahui ada tidaknya hasil-hasil pelajaran tertentu pada seorang peserta didik atau kelompok peserta didik. Berdasarkan penjelasan yang telah disebutkan diatas dapat disimpulkan bahwa tes mempunyai suatu fungsi ganda yaitu untuk mengukur peserta didik dan untuk mengukur keberhasilan program pembelajaran dimana program yang dimaksud adalah pengunaan lingkungan Pantai Waemeteng sebagai sumber belajar dalam pengembangan konsep keruangan (konsep lokasi, konsep tempat, dan konsep hubungan timbal balik).

2. Lembaran Observasi.

Observasi menurut Arikunto (2008:30) adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis. Observasi yang dilakukan adalah faktor yang diamati sudah didaftar secara sistematis dan sudah diurut kategorinya. Lembaran observasi di maksudkan untuk mengetahui pengunaan lingkungan Pantai Waemeteng sebagai sumber belajar dalam pengembangan konsep keruangan. Yang kemudian akan dilaporkan dalam bentuk laporan dan dipresentasikan di depan kelas


(35)

3. Kuesioner.

Kuesioner menurut Arikunto (2008 : 28) adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus di isi oleh responden yang akan diukur (responden). Kuesioner yang disusun dengan menyediakan jawaban lengkap sehingga pengisi hanya memberi tanda pada jawaban yang dipilihnya. Kuesioner ini untuk mencari tentang pengembangan konsep keruangan.

4. Wawancara.

Wawancara menurut Arikunto (2008:37) adalah suatu metode atau cara yang digunakan untuk mendapatkan jawaban dari responden dengan jalan Tanya-jawab sepihak. Wawancara dipakai untuk melihat aktiviatas kegiatan pembelajaran dengan menggunakan lingkungan Pantai Waemeteng sebagai sumber belajar dalam pengembangan konsep keruangan.

G. Proses Pengembangan Instrumen

Dalam penelitian kuantitatif analisis data menurut Sugiyono (2008:207) adalah kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul. Kegiatan dari analisis data adalah mengelompokan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang diajukan.

1. Analisis Butir Soal (Item Analysis).Untuk mengetahui kriteria dari instrument yang digunakan dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :


(36)

a. Menentukan Taraf kesukaran

Uji Tingkat Kesukaran soal dilakukan dengan dengan bantuan program Anatest V4. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam pengujian tersebut yaitu sebagai berikut:

1. Masuk ke dalam program Anatest V4

2. Pilih “Anates Pilihan Ganda” untuk soal multiple coise

3. Masukkan jumlah subjek (peserta didik) dan jumlah soal yang akan diujikan.

4. Masukkan nama-nama peserta didik ke dalam kolom “nama subjek”Masukkan kunci jawaban tiap item ke dalam kolom “kunci”

5. Masukkan jawaban yang diperoleh masing-masing peserta didik pada tiap item soal. 6. Klik “kembali ke menu utama”

7. Klik “ tingkat kesukaran”

8. Lihat output yang dihasilkan. Perhatikan nilai tingkat kesukaran soal. Jika dihitung secara matematis, maka digunakan rumus :

P JSB

(Arikunto 2008 :208) Di mana :

P = Indeks Kesukaran

B = Banyaknya Peserta Didik Yang Menjawab Soal itu Dengan Betul JS = Jumlah Seluruh Peserta Didik Peserta Tes


(37)

Indeks Klasifikasi Sebagai Berikut :

Analisis butir soal dilakukan pada pengembangan konsep keruangan dapat dibuat kesimpulan bahwa berdasarkan kalisifikasi tingkat kesukaran maka dikatagorikan sedang dengan P = 0, 30 – 0,70. Ini berarti instrument ini dapat dipakai dalam proses penelitian sedangkan berdasarkan uraian tingkat kesukaran dari pre-test dan posttest dipat disimpulkan bahwa klasifikasi analisis butir soal terdapat dua soal dengan P= 1, 00 – P = 3, 00 yakni soal no 9 dan 13 dikatagorikan sukar. Soal no 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 10, 11, 12, 14, 15 termasuk klasifikasi P = 3, 00- 7, 00 dan dikatagorikan sedang, sehingga dapat dipakai dalam proses penelitian.

b. Menentukan Daya Pembeda

Menentukan daya pembeda soal dilakukan dengan dengan bantuan program Anatest V4. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam pengujian tersebut yaitu sebagai berikut:

1. Masuk ke dalam program Anatest V4

2. Pilih “Anates Pilihan Ganda” untuk soal multiple coise

3. Masukkan jumlah subjek (peserta didik) dan jumlah soal yang akan diujikan. 4. Masukkan nama-nama peserta didik ke dalam kolom “nama subjek”

5. Masukkan kunci jawaban tiap item ke dalam kolom “kunci”

Soal dengan P 1,00 sampai 0,30 adalah soal Sukar Soal dengan P 0,30 sampai 0,70 adalah soal Sedang Soal dengan P 0,70 sampai 1,00 adalah soal Mudah


(38)

6. Masukkan jawaban yang diperoleh masing-masing peserta didik pada tiap item soal. 7. Klik “kembali ke menu utama”

8. Klik “ tingkat daya pembeda”

9. Lihat output yang dihasilkan. Perhatikan nilai daya pembeda soal. Secara matematis daya pembeda dapat dihitung dengan Rumus

D = P P

(Arikunto 2008 :213)

Dimana :

D = Jumlah peserta tes

Banyaknya peserta tes kelompok atas Banyaknya peserta tes kelompok bawah

$ $ Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar * $ Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar

* Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Klasifikasi Daya Pembeda : c. Menentukan indeks validitas

Berdasarkan hasil penghitungan dengan program Anatest V4 maka instrument pengembangan konsep keruangan dapat dipakai dalam penelitian karena D : 0,40 -- 0,70,

D : 0,00 -- 0,20 : Jelek ( Poor )

D : 0,20 -- 0,40 : Cukup ( Satisfactory ) D : 0,40 -- 0,70 : Baik ( Good )


(39)

diklasifikasi baik dan dapat dipakai dalam penelitian dan pada penilaian pre-test dan post test berdasarkan perhitungan anatest diketahui kisaran daya pembeda D = 0, 40-0,70 maka dapat di klasifikasikan baik dan dapat dipakai dalam penelitian.

c. Validitas Data

Untuk mengetahui validitas dapat dihitung dengan menggunakan program Anatest V4. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam pengujian tersebut yaitu sebagai berikut:

1. Masuk ke dalam program Anatest V4

2. Pilih “Anates Pilihan Ganda” untuk soal multiple coise

3. Masukkan jumlah subjek (peserta didik) dan jumlah soal yang akan diujikan. 4. Masukkan nama-nama peserta didik ke dalam kolom “nama subjek”

5. Masukkan kunci jawaban tiap item ke dalam kolom “kunci”

6. Masukkan jawaban yang diperoleh masing-masing peserta didik pada tiap item soal. 7. Klik “kembali ke menu utama”

8. Klik “ korelasi skor butir dengan skor total ”

9. Lihat output yang dihasilkan. Perhatikan nilai validitas soal.

Dari uraian di atas hasil analisis pada data pengembangan konsep keruangan dengan menggunakan program Anatest V4 dapat dijelaskan bahwa bahwa koefisen signifikansi karena koefisien berkisar pada 0, 433 – 0, 683 dan > 0, 000 berarti dapat dihitung. sedangkan pada pre-test dan post test, dapat dijelaskan bahwa bahwa koefisen signifikansi karena koefisien berkisar pada 0, 498 – 0, 692 dan > 0, 000 berarti dapat dihitung.


(40)

Secara matematis dapat dihitung dengan menggunakan rumus korelasi Product – Moment dengan angka kasar sebagai berikut :

r+, N ∑ XY 0∑ X10∑ Y1

234 ∑ 5 0∑ 51 6 34 ∑ 7 0∑ 71 6

(Arikunto 2008:78 ) Dimana:

rxy =Koefisien korelasi

X = Skor tiap item Y = Skor total

n = Jumlah peserta tes

d. Menentukan Reliabiltas

Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam pengujian tersebut yaitu sebagai berikut:

1. Masuk ke dalam program Anatest V4

2. Pilih “Anates Pilihan Ganda” untuk soal multiple coise

3. Masukkan jumlah subjek (peserta didik) dan jumlah soal yang akan diujikan. 4. Masukkan nama-nama peserta didik ke dalam kolom “nama subjek”

5. Masukkan kunci jawaban tiap item ke dalam kolom “kunci”

6. Masukkan jawaban yang diperoleh masing-masing peserta didik pada tiap item soal. 7. Klik “kembali ke menu utama”

8. Klik “ reliabilitas ”


(41)

Berdasarkan hasil perhitungan Anatest V4 untuk pre-test dan post test yakni rata-rata sebesar = 5,94 simpangan baku = 4, 37 korelasi XY = 0, 83 dan reliabilitas = 0, 91 dikatagorikan baik sekali sehingga butir soal dikatakan reliabel dan memenuhi syarat untuk di pakai dalam penelitian

Secara matematis reliabel dari tes objektif dihitung dengan menggunakan rumus Spearman-Brown sebagai berikut :

r88

2 :

; <

01 > :

; < 1

(Arikunto 2008 :93)

Dimana :

r88 Korelasi antara skor skor setiap belahan tes

:

;

< Koe@isien reliabilitas yang sudah disesuikan

Sedangkan untuk mencari reliabilitas skala pengusaan konsep secara matematis menggunakan rumus alpha sebagai berikut :

rAA BCDC E 01 ∑FFGH GH1

(Arikunto 2008 : 109) Dimana :

rAA Reliabilitas yang dicari n = Banyaknya butir pertanyaan ∑K H Jumlah varians skor tiap item K H= Varians total

Berdasarkan hasil perhitungan Anatest V4 pada pengembangan konsep keruangan yakni rata-rata sebesar = 6, 29. Simpangan baku = 4, 20. Korelasi XY = 0, 76 dan


(42)

reliabilitas = 0, 86 dikatagorikan baik sehingga butir soal dikatakan reliabel dan memenuhi syarat untuk di pakai dalam penelitian.

H. Teknik Analisa Data Statistik

Setelah data terkumpul dari hasil penelitian, selanjutnya dilakukan analisis data yang bertujuan untuk menjawab hipotesa yang diajukan dalam penelitian dengan menggunakan cara analisa statistika

1. Menguji Normalitas

Uji normalitas menggunakan bantuan software SPSS versi 17 for windows. Adapun langkah-langkah pengujian normalitas yang dimaksud antara lain (Candiasa, 2004:1):

a. Entry data yang akan dianalisis kedalam lembar SPSS. b. Pilih menu Analyze

c. Pilih Descriptive Statistics d. Pilih Explore

e. Pilih y sebagai dependent list dan x sebagai factor list (apabila ada lebih dari satu kelompok data)

f. Klik tombol Plots

g. Pilih Normality Plots With Tests, Klik Continue, lalu OK

Uji normalitas menggunakan SPSS menghasilkan tiga jenis keluaran, lihat hasil keluaran pada uji Kolmogorov-Smirnov. Untuk menetapkan data yang telah dianalisis normal atau tidak, maka ditetapkan krtiteria sebagai berikut:


(43)

b. Bandingkan nilai p (p value) dengan taraf signifikansi yang diperoleh.

c. Jika signifikansi (Sig) yang diperoleh > α, maka sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

d. Jika signifikansi (Sig) yang diperoleh < α maka sampel bukan berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

Uji normalitas secara matematis dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnov tes yaitu sebagai berikut :

a. Data diurut dari yang terkecil sampai yang terbesar b. Menghitung nilai Z dengan rumus :

Z 5 NO

(Faisal 1982:357) Dimana :

X = Data pretest-postes µ = Rata- rata pretest-postest S = Standar Deviasi

c. Menghitung luas kurva

d. Peluang harapan ( 1/60 ………n/60)

e. Selisih mutlak = luas kurva Z – peluang harapan f. Menghitung nilai D terbesar

Kriteria Uji Normalitas Data (Candiasa, 2004:3) dijelaskan sebagai berikut:

Jika signifikansi (Sig) yang diperoleh > α (0.05), maka sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.


(44)

Jika signifikansi (Sig) yang diperoleh < α (0.05), maka sampel bukan berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

2. Menguji Homogenitas

Pada penelitian ini, untuk menguji homogenitas peneliti menggunakan bantuan software SPSS versi 17 for windows. Adapun langkah-langkah pengujian tersebut dapat dilihat sebagai berikut (Candasia, 2004:3):

a. Entry data yang akan dianalisis kedalam lembar SPSS. b. Pilih menu Analyze

c. Pilih Descriptive Statistics d. Pilih Explore

e. Pilih y sebagai dependent list dan x sebagai factor list (apabila ada lebih dari satu kelompok data)

f. Klik tombol Plots

g. Pilih Untransformed pada Spread vs. Level with Levene Test h. Klik Continue, lalu OK

Untuk menguji homogenitas secara matematis menggunakan rumus uji F sebagai berikut :

F SS

( Faisal 1982: 360) Dimana :

F = Nilai yang dicari SH Varian terbesar S H Varian terkecil


(45)

Dalam Candasia (2004:5) bahwa interpretasi dilakukan dengan memilih salah satu statistik, yaitu statistik yang didasarkan pada nilai rata-rata (Based on Mean). Adapun kriteria untuk menetapkan homogenitas data yaitu:

Jika signifikansi (Sig) yang diperoleh > α (0.05), maka variansi setiap sampel dikatakan homogen.

Jika signifikansi (Sig) yang diperoleh < α (0.05), maka variansi setiap sampel tidak homogen.

3. Menguji Hipotesis

Uji menguji hipotesis penguasaan materi dan pengembangan konsep dilakukan dengan rumus uji t dimana uji t merupakan salah satu tes statistik yang dipergunakan untuk menguji kebenaran atau kepalsuan hipotesa nihil yang menyatakan bahwa di antara dua buah Mean Sampel yang diambil secara random dari populasi yang sama, tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Berikut dipaparkan langkah-langkah untuk melakukan uji-t (Ghozali, 2008:49-57) :

a. Entry data (skor post-test kelas eksperimen dan kelas kontrol) ke lembar SPSS dengan format sebagai berikut:

Variabel X diberi nama Score

Variabel Y diberi nama Group (group 1 kelas eksperimen, group 2 kelas kontrol)

b. Klik Analyze, kemudian pilih Compare Mean, Independent Samples T-Test.

c. Masukkan variabel Score ke dalam kolom Test Variable(s) dan variabel Group ke dalam kolom Grouping Variable.


(46)

d. Klik Define Groups use specified values. Kolom group 1 isi dengan angka 1, dan isi angka 2 dalam kolom group 2.

e. Klik Continue → OK

Rumus yang dipakai untuk menghitung secara matematis adalah :

SES √N 2SD

(Hadi 2000: 478) Keterangan :

OUV = Besarnya kesesatan Mean sampel

SD = Deviasi standar dari sampel yang diteliti N = Banyaknya Subjek yang diteliti

1 = Bilangan konstan

Untuk mengetahui standar error perbedaan Mean dua sampel itu dapat diperoleh dengan rumus :

OUVGWVH SEM H > SEM H

(Hadi 2000:4709) Dari seluruh hasil keluaran, perhatikan tabel Test Statistics. Dengan melihat nilai Asymp. Sig. (2-tailed) dapat ditentukan apakah terdapat perbedaan perolehan nilai Pretest dan Posttest setelah

diterapkan metode pembelajaran yang ditentukan. Untuk menentukan ada tidaknya perbedaan, maka perlu diperhatikan kriteria berikut:

1. Jika Asymp. Sig < 0.05, maka terdapat perbedaan yang nyata antara nilai Pretest dengan Posttest.


(47)

Secara matematis untuk menolak atau menerima hipotesis nihil tentang ada atau tidak adanya perbedaan dua mean sampel secara signifikan, mencari harga titik “ t “ yang merupakan angka atau koefisien dengan menggunakan derajat perbedaan Mean kedua kelompok sampel yang sedang diteliti dengan menggunakan rumus :

Y Z M

SEM M


(48)

I. Langakah-langkah Penelitian

Adapun langkah-langkah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Masukan dari pembimbing ahli

Merancang pembelajaran dengan

lingkungan laut Studi Pustaka

Penyusunan instrument test pengembangan konsep keruangan

Uji coba instrumen

Penemuan subjek penelitian Informasi guru

Pelaksana penelitian

Pre test Penilaian awal

Proses pembelajaran dengan aplikasi lingkungan laut

Self assessment

Post test Pengisian akhir

Data penelitian

Analisis data kesimpulan


(49)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian maka secara umum dapat dibuat kesimpulan bahwa pembelajaran dengan menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar dengan metode karya wisata merupakan cara yang efektif untuk mengembangkan konsep keruangan, hasil tes dan hasil belajar. Hal tersebut terbukti dari beberapa hasil pengujian hipotesis bahwa selalu terdapat peningkatan perolehan nilai rata-rata sebelum penerapan (pretest) dan setelah penerapan (posttest) metode dalam proses pembelajaran, dan dari keseluruhan peningkatan lingkungan sebegai sumber belajar pada peserta didikpikir kreatif setelah diterapkannya metode-metode pembelajaran yang dipakai ternyata pengembangan konsep, hasil test dan hasil belajar mengalami peningkatan tertinggi pada kelompok eksperimen dari pada kelas kelompok kontrol.

Secara khusus, kesimpulan yang berhubungan dengan rumusan masalah dan hipotesis penelitian dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Penggunaan lingkungan laut sebagai sumber belajar mengembangkan konsep keruangan, hasil test dan hasil belajar

2. Terdapat perbedaan pengembangan konsep keruangan pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hasil tersebut sesuai dengan hipotesis awal peneliti mengenai pengembangan konsep peserta didik yang dipilih sebagai subjek penelitian, dan kesamaan tingkat kemampuan peserta didik dalam pengembangan konsep keruangan tersebut yang dijadikan sebagai argumen untuk terus dapat melanjutkan penelitian ini.


(50)

3. Terdapat perbedaan hasil test peserta didik kelompok eksperimen pada pengukuran awal (pretest) dan setelah diterapkannya metode karya wisata dalam pembelajaran (posttest). Hal tersebut menjawab hipotesis kedua, dan sekaligus mengindikasikan bahwa metode karya wisata merupakan salah satu metode yang efektif untuk meningkatkan hasil test peserta didik.

4. Tidak Terdapat perbedaan hasil test peserta didik pada kelompok kontrol pada pengukuran awal (pretest) dan setelah pembelajaran (posttest) dengan menggunakan metide penugasan. Hasil perolehan tersebut selain menjawab hipotesis ketiga juga dapat memberikan gambaran bahwa metode penugasan kurang efektif untuk meningkatkan hasil test

5. Terdapat perbedaan hasil belajar peserta didik setelah diterapkannya metode karya wisata pada kelompok eksperimen dan metode penugasan pada kelompok kontrol (posttest). Secara statistik hasil jawaban hipotesis terakhir ini mengatakan terdapat perbedaan yang signifikan antara metode karya wisata dan metode penugasan yang diterapkan dalam pembelajaran dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik.

B. REKOMENDASI

Beberapa rekomendasi yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Guru dapat menggunakan lingkungan laut sebagai salah satu sumber belajar di kelas-kelas lainnya untuk mengembangkan konsep keruangan, hasil test dan hasil belajar peserta didik. 2. Mengingat pentingnya konsep keruangan dalam meningkatkan kualitas hidup seseorang, diharapkan kepada seluruh guru untuk dapat membantu peserta didik agar terus mengembangkan konsep keruangan mereka dengan menggunakan metode-metode pembelajaran yang bervariasi dalam proses pembelajaran.


(51)

3. Diharapkan kepada para guru untuk tidak lagi menerapkan metode pembelajaran yang hanya masih berada pada paradigma lama yakni bersifat mentransfer pengetahuan, malainkan membiasakan diri untuk mencari informasi mengenai metode-metode pembelajaran dimana peserta didik mengembangkan pengetahuan mereka sendiri di dalam otaknya.

4. Untuk dapat membantu peserta didik mengembangkan konsep keruangan, diperlukan seorang guru yang juga memiliki kecerdasan ruang pula. Oleh karena itu, diharapkan kepada seluruh guru untuk dapat terus mengasah dan meningkatkan kecerdasan ruang yang dimilikinya.

5. Mengingat berbagai kelemahan dalam penelitian ini, peneliti menyarankan kepada peneliti-peneliti selanjutnya untuk mengadakan peneliti-penelitian dalam waktu yang lebih lama, dalam jumlah sampel yang lebih besar, dan pastikan guru yang memberikan treatment dapat membedakan perlakuan yang diberikan kepada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.


(52)

DAFTAR PUSTAKA

Al-Muchtar, S. (2008). Strategi Pembelajaran Pendidikan IPS. Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia

Aunurrahman.2009. Belajar dan Pembelajaran. Alfabet. . Bandung

Ali, M. 2007. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. . Padadogiana perss . Bandung Bambang, W.2008. Teknologi Pembelajaran. Reneka Cipta. Jakarta

Bermai, M. 2009. Desain Pembelajaran. Pustaka Insani Madani, Yogyakarta Barizi, A. 2009. Menjadi Guru Unggul. Ar-ruzz media. Jogjakarta.

Candiasa, I. M. (2004). Analisis Butir Disertasi Aplikasi dengan SPSS. Singaraja: Unit Penerbitan IKIP Negeri Singaraja

Deni, R. 2008. Bahari Nusantara Untuk Kesejateraan Masayarakat Dan Ketahanan Nasional. MSCC. Jakarta

Daryanto. 2009. Panduan Proses Pembelajaran. Publisher. Jakarta

Epon, N. 2009. Kompetensi Profesional Guru dalam Konteks Strategi Pembelajaran. Bina Nusantara. Bandung

Gredler. M. 1991. Belajar dan Membelajarkan. Rajawali Pers. Jakarta Hasan, H. 1996. Pendidikan Ilmu Sosial. Dikti. Jakarta

Hadi, S. 2000. Metodologi Research. Andi Offset. Yogyakarta


(53)

Muslinch, M. 2007. KTSP. Bumi Aksara. Jakarta

Munadi, Y. 2008. Media Pembelajaran. . GP Press. Jakarta

Moleong, L. (2008). Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi revisi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Pasya, G, K 2006. Geografi. Pemahaman Konsep dan Metodologi. Bina Nusantara. Bandung.

Poendjiadi, A 2007. Sains Teknologi Masyarakat. Rosada. Bandung Prawiradilaga. 2009. Prinsip Disain Pembelajaran. Kencana. Jakarta Roestiyah. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta Rusman. 2008. Menejemen Kurikulum. Rajawali Press. Jakarta

Resni dalam http://resni.student.fkip.uns.ac.id/2009/11/21/macam-metode-dan-model-pembelajaran/n Online tanggal 22-10-2010

Syah, M 1995. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Rosda. Bandung Sumaatmadja, N. 1981. Studi Geografi. Alumni. Bandung

---1997. Metodologi pengajaran Geografi. Bumi Aksara. Jakarta. Sudjana, N dan Rivai, A. 2007. Media Pengajaran. Bandung. Sinar Baru Algensindo Sukardi. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta.


(54)

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. . Alfabeta. Bandung Sobary Sutikno. 2009. Belajar dan Pembelajaran. . Prospect . Bandung

Sanjaya, W. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pembelajaran. Kencana. Jakarta.

Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu. Bumi Aksara. Jakarta

Universitas Pendidikan Indonesia. (2008). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: tidak diterbitkan

Yudhi, M 2009. Media Pembelajaran. Gaung persada press. Jakarta

Yamin, M 2009. Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi. GP Pess. Jakarta Yunanto, S, Y. 2009. Sumber Belajar Anak Cerdas. Grasindo . Jakarta


(1)

129 BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian maka secara umum dapat dibuat kesimpulan bahwa pembelajaran dengan menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar dengan metode karya wisata merupakan cara yang efektif untuk mengembangkan konsep keruangan, hasil tes dan hasil belajar. Hal tersebut terbukti dari beberapa hasil pengujian hipotesis bahwa selalu terdapat peningkatan perolehan nilai rata-rata sebelum penerapan (pretest) dan setelah penerapan (posttest) metode dalam proses pembelajaran, dan dari keseluruhan peningkatan lingkungan sebegai sumber belajar pada peserta didikpikir kreatif setelah diterapkannya metode-metode pembelajaran yang dipakai ternyata pengembangan konsep, hasil test dan hasil belajar mengalami peningkatan tertinggi pada kelompok eksperimen dari pada kelas kelompok kontrol.

Secara khusus, kesimpulan yang berhubungan dengan rumusan masalah dan hipotesis penelitian dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Penggunaan lingkungan laut sebagai sumber belajar mengembangkan konsep keruangan, hasil test dan hasil belajar

2. Terdapat perbedaan pengembangan konsep keruangan pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hasil tersebut sesuai dengan hipotesis awal peneliti mengenai pengembangan konsep peserta didik yang dipilih sebagai subjek penelitian, dan kesamaan tingkat kemampuan peserta didik dalam pengembangan konsep keruangan tersebut yang dijadikan sebagai argumen untuk terus dapat melanjutkan penelitian ini.


(2)

130 3. Terdapat perbedaan hasil test peserta didik kelompok eksperimen pada pengukuran awal (pretest) dan setelah diterapkannya metode karya wisata dalam pembelajaran (posttest). Hal tersebut menjawab hipotesis kedua, dan sekaligus mengindikasikan bahwa metode karya wisata merupakan salah satu metode yang efektif untuk meningkatkan hasil test peserta didik.

4. Tidak Terdapat perbedaan hasil test peserta didik pada kelompok kontrol pada pengukuran awal (pretest) dan setelah pembelajaran (posttest) dengan menggunakan metide penugasan. Hasil perolehan tersebut selain menjawab hipotesis ketiga juga dapat memberikan gambaran bahwa metode penugasan kurang efektif untuk meningkatkan hasil test

5. Terdapat perbedaan hasil belajar peserta didik setelah diterapkannya metode karya wisata pada kelompok eksperimen dan metode penugasan pada kelompok kontrol (posttest). Secara statistik hasil jawaban hipotesis terakhir ini mengatakan terdapat perbedaan yang signifikan antara metode karya wisata dan metode penugasan yang diterapkan dalam pembelajaran dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik.

B. REKOMENDASI

Beberapa rekomendasi yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Guru dapat menggunakan lingkungan laut sebagai salah satu sumber belajar di kelas-kelas lainnya untuk mengembangkan konsep keruangan, hasil test dan hasil belajar peserta didik. 2. Mengingat pentingnya konsep keruangan dalam meningkatkan kualitas hidup seseorang, diharapkan kepada seluruh guru untuk dapat membantu peserta didik agar terus mengembangkan konsep keruangan mereka dengan menggunakan metode-metode pembelajaran yang bervariasi dalam proses pembelajaran.


(3)

131 3. Diharapkan kepada para guru untuk tidak lagi menerapkan metode pembelajaran yang hanya masih berada pada paradigma lama yakni bersifat mentransfer pengetahuan, malainkan membiasakan diri untuk mencari informasi mengenai metode-metode pembelajaran dimana peserta didik mengembangkan pengetahuan mereka sendiri di dalam otaknya.

4. Untuk dapat membantu peserta didik mengembangkan konsep keruangan, diperlukan seorang guru yang juga memiliki kecerdasan ruang pula. Oleh karena itu, diharapkan kepada seluruh guru untuk dapat terus mengasah dan meningkatkan kecerdasan ruang yang dimilikinya.

5. Mengingat berbagai kelemahan dalam penelitian ini, peneliti menyarankan kepada peneliti-peneliti selanjutnya untuk mengadakan peneliti-penelitian dalam waktu yang lebih lama, dalam jumlah sampel yang lebih besar, dan pastikan guru yang memberikan treatment dapat membedakan perlakuan yang diberikan kepada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Al-Muchtar, S. (2008). Strategi Pembelajaran Pendidikan IPS. Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia

Aunurrahman.2009. Belajar dan Pembelajaran. Alfabet. . Bandung

Ali, M. 2007. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. . Padadogiana perss . Bandung

Bambang, W.2008. Teknologi Pembelajaran. Reneka Cipta. Jakarta

Bermai, M. 2009. Desain Pembelajaran. Pustaka Insani Madani, Yogyakarta

Barizi, A. 2009. Menjadi Guru Unggul. Ar-ruzz media. Jogjakarta.

Candiasa, I. M. (2004). Analisis Butir Disertasi Aplikasi dengan SPSS. Singaraja: Unit Penerbitan IKIP Negeri Singaraja

Deni, R. 2008. Bahari Nusantara Untuk Kesejateraan Masayarakat Dan Ketahanan Nasional. MSCC. Jakarta

Daryanto. 2009. Panduan Proses Pembelajaran. Publisher. Jakarta

Epon, N. 2009. Kompetensi Profesional Guru dalam Konteks Strategi Pembelajaran. Bina Nusantara. Bandung

Gredler. M. 1991. Belajar dan Membelajarkan. Rajawali Pers. Jakarta

Hasan, H. 1996. Pendidikan Ilmu Sosial. Dikti. Jakarta

Hadi, S. 2000. Metodologi Research. Andi Offset. Yogyakarta


(5)

Muslinch, M. 2007. KTSP. Bumi Aksara. Jakarta

Munadi, Y. 2008. Media Pembelajaran. . GP Press. Jakarta

Moleong, L. (2008). Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi revisi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Pasya, G, K 2006. Geografi. Pemahaman Konsep dan Metodologi. Bina Nusantara. Bandung.

Poendjiadi, A 2007. Sains Teknologi Masyarakat. Rosada. Bandung

Prawiradilaga. 2009. Prinsip Disain Pembelajaran. Kencana. Jakarta

Roestiyah. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta

Rusman. 2008. Menejemen Kurikulum. Rajawali Press. Jakarta

Resni dalam http://resni.student.fkip.uns.ac.id/2009/11/21/macam-metode-dan-model-pembelajaran/n Online tanggal 22-10-2010

Syah, M 1995. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Rosda. Bandung

Sumaatmadja, N. 1981. Studi Geografi. Alumni. Bandung

---1997. Metodologi pengajaran Geografi. Bumi Aksara. Jakarta.

Sudjana, N dan Rivai, A. 2007. Media Pengajaran. Bandung. Sinar Baru Algensindo

Sukardi. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta.


(6)

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. . Alfabeta. Bandung

Sobary Sutikno. 2009. Belajar dan Pembelajaran. . Prospect . Bandung

Sanjaya, W. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pembelajaran. Kencana. Jakarta.

Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu. Bumi Aksara. Jakarta

Universitas Pendidikan Indonesia. (2008). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: tidak diterbitkan

Yudhi, M 2009. Media Pembelajaran. Gaung persada press. Jakarta

Yamin, M 2009. Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi. GP Pess. Jakarta

Yunanto, S, Y. 2009. Sumber Belajar Anak Cerdas. Grasindo . Jakarta